Transcript

1

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI MESIN SURIMI

(Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)

HERI SUSANTO

F34052282

2011

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI MESIN SURIMI

(Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

HERI SUSANTO

F34052282

2011

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

3

Judul : Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik

Mandiri)

Nama : Heri Susanto

NRP : F34052282

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. Ir. Aji Hermawan, MM.

NIP. 196809231992031001

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc

NIP.196012111990021001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti

NIP. 196210091989032001

Tanggal Lulus :

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Usaha Produksi

Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri) adalah karya saya dengan arahan dari dosen

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bagian daftar pustaka skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011

Yang membuat pernyataan,

Heri Susanto

F34052282

5

Heri Susanto F34052282. Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera

Teknik Mandiri)”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Prof. Dr. Ir. Ari

Purbayanto, M.Sc., 2011

RINGKASAN

Surimi merupakan daging ikan lumat yang dihasilkan dari proses pemisahan tulang, kulit,

dan sisik. Surimi dapat dibuat menjadi berbagai macam produk turunan seperti bakso, sosis, nugget,

kaki naga, dan kerupuk ikan. Pembuatan surimi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah

daging ikan (fish bone separator). Di Indonesia mesin ini pertama kali diproduksi oleh PT. Samudera

Teknik Mandiri yang diberi nama SuritechTM

. Pembuatan surimi dengan menggunakan SuritechTM

dapat menghemat waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan cara tradisional. Proses pembuatan

surimi dilakukan dengan memotong kepala, sirip, dan membuang jeroan ikan kemudian digiling

dengan SuritechTM

yang menggunakan prinsip tekanan antara belt dan silinder berpori.

Ketersediaan bahan baku pembuatan surimi di Indonesia melimpah. Bahan baku surimi dapat

dipenuhi dari hasil tangkapan samping (by-catch) yang banyak dihasilkan dari kapal penangkapan

udang dan ikan-ikan ekonomis rendah tangkapan nelayan kecil. Menurut Allops (1981), rasio

tangkapan udang dan by-catch di daerah tropis rata-rata mencapai 1:12. Purbayanto et al.,(2004),

menambahkan bahwa by-catch dari hasil penangkapan udang di perairan Laut Arafuru mencapai

322.186 ton per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar surimi yang

besar, baik dari segi bahan baku maupun untuk dijadikan berbagai bentuk produk olahannya. Hal ini

akan meningkatkan kebutuhan mesin surimi (SuritechTM

) di Indonesia. Keberadaan mesin ini akan

sangat membantu perkembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang bergerak

dibidang makanan olahan ikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tingkat kelayakan pengembangan usaha produksi

mesin pengolahan surimi (SuritechTM

). Ruang lingkup penelitian meliputi aspek pasar dan pemasaran,

aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek legalitas dan aspek finansial.

Pengembangan industri mesin SuritechTM

yang baru didirikan di Kelurahan Sindang Barang,

Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), dengan

mempertimbangkan kondisi infrastruktur yang mendukung, ketersediaan sumber daya manusia, akses

pasar dan sarana penunjang produksi, dan sebagainnya. Kapasitas produksi perusahaan sebesar 8 unit

mesin per bulan. Bahan baku yang digunakan berupa motor penggerak, plat besi, plat stainless steel,

belt, plat berpori, dan lain-lain yang diperoleh dari daerah Glodok, Jakarta. Perusahaan dapat

dijalankan oleh 12 orang tenaga kerja dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Industri

menghasilkan limbah padat yang berupa potongan material mesin dengan jumlah yang relatif sedikit

dan tidak mencemari lingkungan.

Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 1.871.111.000 yang terdiri dari biaya investasi

tetap sebesar Rp 1.089.935.000 dan modal kerja sebesar Rp 781.176.000. Nilai NPV industri ini

sebesar Rp 1.119.328.337. Nilai IRR-nya sebesar 30,38 persen. Nilai net B/C-nya sebesar 1,88.

Payback period industri ini adalah selama 3.76 tahun. Break even point (BEP) berada pada Rp

679.484.088 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun. Hasil analisis finansial menunjukkan

bahwa pengembangan industri mesin SuritechTM

ini layak untuk dilanjutkan.

6

A FEASIBILITY STUDY OF SURIMI MACHINE PRODUCTION

(A Case of PT. Samudera Teknik Mandiri)

Heri Susanto, Aji Hermawan, and Ari Purbayanto

Department of Agro-Industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural

University, IPB Darmaga Campus, PO Box 222, Bogor, West Java, Indonesia.

Email : [email protected]

ABSTRACT

Surimi is minced meat of fish resulted from the separation process of bone, skin, and the

scales of fish. Surimi can be processed into many kind of derivative products such as meatballs,

sausages, nuggets, dragon legs, and fish crackers. Preparation of surimi can be done using fish bone

separator which can save time and effort compared to traditional method. In Indonesia, the machine

was first produced by PT. Samudera Teknik Mandiri, named SuritechTM

. Since its establishment in

2007 the company has not been able to grow rapidly due to various constraints. The purpose of this

research is to assess the feasibility of developing the business of SuritechTM

machine. The method used

in the research was descriptive and analytical feasibility study. The results showed the SuritechTM

has

potential market in Indonesia. The capacity production is 96 units machine per year and needs 12

workers. The investment required is Rp 1,871,111,000 consisting of fixed asset investment of Rp

1,089,935,000 and working capital of Rp 781,176,000. The NPV is Rp 1,119,328,337 and the IRR

value is 30.38 percent. The net B/C is at 1.88. The payback period for the company is 3.76 years. The

break even point (BEP) is Rp 679,484,088 or at the level of production of 31 units per year. The

financial analysis showed that the development of machinery industry SuritechTM

is feasible.

Keywords: Surimi, SuritechTM

, Production, Feasibility Study, PT.Samudera Teknik Mandiri

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan kepada umat

manusia. Skripsi dengan judul “Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT.

Samudera Teknik Mandiri)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak

luput dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Ir. Aji Hermawan, MM. dan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, selaku dosen pembimbing

akademik atas bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini,

2. Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

membantu dalam menyempurnakan skripsi ini,

3. Papa dan Mama tersayang Bapak Suranto dan Karsini serta kakak Yuliani dan adik-adik tercinta

Yeni Susanti, Mawan Budianto dan Anita Rusdiana yang telah mencurahkan kasih sayangnya

pada penulis sebagai bentuk dukungan moril.

4. Ir. Beni Purnomo, M.Si, Mas Adi Susanto, S.Pi, M.Si, dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si selaku pihak

manajemen PT. Samudera Teknik Mandiri, atas bimbingan, informasi, dan perhatian selama

penyusunan skripsi.

5. Pak Untung dan Dani, selaku teknisi PT. Samudera Teknik Mandiri atas informasi dan bantuan

selama penulis mengambil data di workshop.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Doddy Juli Irawan, Putri Kartika Sari, Aero Widiarta, Asep

Mulyadiana, dan Aditya Prasetya yang telah memberikan semangat dan motivasi.

7. Teman-teman IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Sciences),

Siti Dewi Yanti, Siti Devi Yanti, Devi Novi Astuti, Titis A.P. Apdini, Sabila Putri Dian,

Purnawati Hustina Rachman, Anggara Hidayat, Ahsan A.A. Sihotang, Dias Erfan, Denis

Andreas, Sarwar, Muhammad Solihin, Iqdam Nadirman, dan yang lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu atas bantuan, dukungan dan motivasinya,

8. Resa Denasta Syarif, atas dukungan dan laptop yang dipinjamkan untuk menyelesaikan

penuliskan skripsi,

9. Teman-teman satu bimbingan Sulistiowati, Rahmawati Pertiwi, dan Shanty Raharjo atas

dukungan, motivasi dan masukkannya,

10. Teman-teman Wisma Gizi Abadi, Mahesa Agni, Aab Abdullah, Didin Khomarudin, Fiqy Hilman,

dan M.Safi’i,

11. Teman-teman TIN 42, Yahman Faoji, Rachmad Danu Subrata, Oki, Vrika Nurahman, Nailul

Abror, dan yang lainnya terimakasih atas dukungan dan semangat kalian.

8

12. Semua pihak yang telah membantu penulisan dari awal hingga penyusunan skripsi ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menjadikan kearah yang lebih baik. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

Heri Susanto

9

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 14 Oktober 1986 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara pasangan dari Suranto dan Karsini. Pada tahun

2005 penulis lulus dari SMA N I Ternate, Maluku Utara dan pada tahun yang

sama masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan

memilih mayor Departemen Teknologi Industri Pertanian sebagai pilihan

pertama pada tingkat dua dan selanjutnya menekuni bidang Manajemen

Industri.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni

sebagai Excecutive Secretary I dan Control Council Local Committee IAAS (International

Association of Students in Agricultural and related Sciences), anggota Greda-C TPB (Klub Dekorasi

Taman), anggota UVB (UNICEF Volunteer Board) Jakarta, divisi pemasaran News Letter

HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri). Selain itu, penulis juga memiliki

pengalaman internasional dengan mengikuti seminar di University Putra Malaysia dan lolos seleksi

pada International Student Week in Ilmenau (ISWI) di Jerman.

Penulis melakukan Praktek Lapang di PT. Mane Indonesia pada tahun 2008 dengan topik

“Sistem Jaminan Mutu Flavor di PT. Mane Indonesia” yang merupakan grup dari perusahaan V.M.F

(Victor Mane & Fils) yang berpusat di Perancis. Untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh

gelar sarjana di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul “Studi Kelayakan Usaha Produksi Mesin Surimi (Kasus PT. Samudera Teknik Mandiri)”

dibawah bimbingan Dr. Ir. Aji Hermawan, MM dan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc.

10

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3

1.3. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Surimi .................................................................................................................... 4

2. 2. Industri Pengolahan Surimi .................................................................................... 6

2. 2. 1. Perkembangan Industri Surimi ................................................................... 6

2. 2. 2. Perkembangan Industri Mesin Surimi di Indonesia ..................................... 8

2. 3. Studi Kelayakan Industri ........................................................................................ 11

2. 3. 1. Aspek Pasar dan Pemasaran ...................................................................... 11

2. 3. 2. Aspek Teknis dan Teknologi ..................................................................... 11

2. 3. 3. Aspek Manajemen dan Organisasi ............................................................. 13

2. 3. 4. Aspek Legalitas ......................................................................................... 14

2. 3. 5. Aspek Lingkungan .................................................................................... 14

2. 3. 6. Aspek Finansial ......................................................................................... 15

III. METODOLOGI

3. 1. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 17

3. 2. Metode Penelitian .................................................................................................. 17

3. 2. 1. Pengumpulan Data (Penelitian Pendahuluan) ............................................ 17

3. 2. 2. Analisis Data (Penelitian Utama) ............................................................... 19

IV. PROFIL PERUSAHAAN

4. 1. Sejarah Singkat PT. Samudera Teknik Mandiri ...................................................... 26

4. 2. Lokasi PT. Samudera Teknik Mandiri .................................................................... 26

4. 3. Struktur Organisasi ................................................................................................ 27

4. 4. Ketenagakerjaan .................................................................................................... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................................................... 29

5. 1. 1. Potensi Pasar ............................................................................................. 29

5. 1. 2. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar........................................ 40

5. 1. 3. Strategi Bauran Pemasaran ........................................................................ 43

5. 2. Aspek Teknis dan Teknologi .................................................................................. 47

5. 2. 1. Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Proses Pembuatan ................................ 47

5. 2. 2. Kapasitas Produksi .................................................................................... 51

5. 2. 3. Lokasi Pabrik ............................................................................................ 52

5. 2. 4. Penentuan Tata Letak Pabrik ..................................................................... 54

5. 3. Aspek Manajemen dan Organisasi ......................................................................... 57

5. 3. 1. Struktur Organisasi .................................................................................... 57

5. 3. 2. Kebutuhan Tenaga Kerja ........................................................................... 58

5. 3. 3. Deskripsi Pekerjaan ................................................................................... 59

5. 4. Aspek Lingkungan. ................................................................................................ 59

11

Halaman

5. 5. Aspek Legalitas. .................................................................................................... 60

5. 5. 1. Badan Usaha. ............................................................................................ 60

5. 5. 2. Pajak. ........................................................................................................ 61

5. 6. Aspek Finansial. .................................................................................................... 61

5. 6. 1. Asumsi Perhitungan Finansial. .................................................................. 61

5. 6. 2. Biaya Investasi. ......................................................................................... 61

5. 6. 3. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan. .................................................... 62

5. 6. 4. Biaya dan Prakiraan Penerimaan. .............................................................. 62

5. 6. 5. Proyeksi Rugi Laba.. ................................................................................. 63

5. 6. 6. Proyeksi Arus Kas.. ................................................................................... 64

5. 6. 7. Kriteria Kelayakan Investasi ...................................................................... 64

5. 6. 8 Titik Impas (Break Even Point/BEP)..... ..................................................... 65

5. 6. 9. Analisis Sensitivitas................................................................................... 65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan............................................................................................................ 67

6. 2. Saran ..................................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 68

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 70

12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Volume Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Jenis Ikan (2004-2008)....... 1

Tabel 2. Rendemen Surimi Beberapa Jenis Ikan By-catch....................................................... 4

Tabel 3. Syarat Mutu Surimi Beku........................................................................................... 6

Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri.............................. 8

Tabel 5. Spesfikasi Mesin SuritechTM

...................................................................................... 10

Tabel 6. Volume Ekspor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton).................................................. 30

Tabel 7. Volume Impor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton).................................................... 31

Tabel 8. Rasio HTS (by-catch) terhadap udang di Laut Arafuru……………......................... 33

Tabel 9. Perkembangan Usaha Kecil Menengah dari 2005-2009 (unit)…………………… 35

Tabel 10. Prakiraan Pangsa Pasar yang Akan Diraih Berdasarkan Persaingan.......................... 38

Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia…………… 38

Tabel 12. Hasil Analisis Kinerja Mesin SuritechTM

………………………………………… 45

Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM

……. 48

Tabel 14. Kebutuhan Luas Ruang Industri Mesin SuritechTM

………………………………… 57

Tabel 15. Kebutuhan dan Kualifiasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan oleh PT. Samudera

Teknik Dimasa Mendatang………………………………………………………….

58

Tabel 16. Komponen Biaya Investasi Tetap………………………………………………… 62

Tabel 17. Komponen Modal Kerja……………………………………………......................... 62

Tabel 18. Harga dan Prakiraan Penerimaan………………………………………………… 63

Tabel 19. Proyeksi Rugi Laba………………………………………………………………… 64

Tabel 20. Proyeksi Arus Kas………………………………………………………………… 64

Tabel 21. Analisis Sensitivitas Industri Mesin Surimi..…….………………………………… 66

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Aliran Proses Pengolahan Surimi Beku (Tan et al., 1988)......................................... 7

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Studi Kelayakan Industri Mesin Surimi………... 18

Gambar 3. Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran Industri Mesin Surimi PT.

Samudera Teknik Mandiri..........................................................................................

19

Gambar 4. Diagram Alir Proses Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Industri Mesin Surimi

PT. Samudera Teknik Mandiri…..............................................................................

20

Gambar 5. Diagram Alir Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi Industri Mesin Surimi

PT. Samudera Teknik Mandiri…...............................................................................

22

Gambar 6. Diagram Alir Analisis Legalitas Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik

Mandiri……...............................................................................................................

23

Gambar 7. Diagram Alir Analisis Lingkungan Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik

Mandiri.......................................................................................................................

23

Gambar 8. Struktur Organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri……………………………… 27

Gambar 9. Manajemen Pengelola PT. Samudera Teknik Mandiri…………………………… 27

Gambar 10. Produk-produk Olahan Surimi……………………………………………………... 32

Gambar 11. Penangkapan Udang Menggunakan Trawl dan Hasil Tangkapannya……………… 34

Gambar 12. Mesin Surimi Produksi CV. Archigama……………………………......................... 36

Gambar 13. Mesin Surimi Produksi Pabrikmesin.com………………………………………….. 36

Gambar 14. Mesin Surimi Tipe ZU-200 Produksi China……………………………………… 37

Gambar 15. Peta Penyebaran Mesin SuritechTM

………………………………………………… 41

Gambar 16. Penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri (SuritechTM

) oleh

Presiden RI kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc ..............................................

42

Gambar 17. Mesin SuritechTM

Produksi PT. Samudera Teknik Mandiri………………………... 44

Gambar 18. Bahan-bahan Pembuatan Mesin SuritechTM

………………………………………... 47

Gambar 19. Bagian-bagian Mesin SuritechTM

…………………………………………………… 50

Gambar 20. Aliran Proses Pembuatan Mesin SuritechTM

……………………………………….. 51

Gambar 21. Kerangka dan Mesin SuritechTM

…………………………………………………... 51

Gambar 22. Proses Pengerjaan Mesin SuritechTM

secara Manual………………......................... 52

Gambar 23. Bangunan PT. Samudera Teknik Mandiri………………………………………….. 53

Gambar 24. Susunan Tata Letak PT. Samudera Teknik………………………………………… 54

Gambar 25. Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri………………... 55

Gambar 26. Diagram Keterkaitan Antar Aktivitas Industri Mesin SuritechTM

………………….. 56

Gambar 27. Tata Letak Industri Mesin SuritechTM

………………….…………………………... 57

Gambar 28. Limbah yang Dihasilkan dari Industri Mesin SuritechTM

…………………………... 60

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabulasi Data dan Sumber Data Penelitian…................................................................ 71

Lampiran 2. Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode Pembandingan

Eksponensial (MPE).......................................................................................................

74

Lampiran 3. Asumsi-asumsi Analisis Finansial................................................................................. 77

Lampiran 4. Rincian Biaya Investasi Industri Mesin SuritechTM

....................................................... 78

Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja……......................................................................................... 80

Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasinal…………………….................................................. 83

Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi..................................................................................................... 85

Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba ………………………………………….……….......................... 86

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas ………………………………………………..………………… 87

Lampiran10. Kriteria Kelayakan Investasi………………………………………….......................... 88

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan trawl menghasilkan ikan Hasil Tangkap

Samping atau by-catch yang jumlahnya lebih besar dari target tangkapan utama. Kebijakan

manajemen penangkapan ikan yang fokus pada target utama operasi seringkali mengambil kebijakan

untuk membuang kembali by-catch ke laut. By-catch merupakan berbagai jenis ikan yang ikut

tertangkap saat melakukan penangkapan jenis ikan tertentu atau penangkapan udang. By-catch banyak

didapati pada penangkapan ikan dengan menggunakan shrimp trawl (pukat udang). Jenis ikan by-

catch yang mendominasi adalah jenis ikan demersal yakni jenis ikan yang habitatnya dekat dengan

dasar laut seperti kakap merah/bambangan (Lutjanus sp), peperek (Leiognathus sp), manyung (Arius

sp), kurisi (Nemipterus sp), kuniran (Upeneus sp), tigawaja (Epinephelus sp), dan bawal (Pampus sp).

Berdasarkan data statistika Departemen Perikanan dan Kelautan (2008), jenis-jenis ikan tersebut

memiliki volume penangkapan yang cukup besar seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Jenis Ikan (2004-2008)

Jenis Ikan

Tahun (ton) Kenaikan

rata-rata

(%) 2004 2005 2006 2007 2008

Kakap Merah 91.339 97.044 109.312 116.994 109.299 28,53

Peperek 90.859 88.665 90.034 92.249 80.225 13,89

Manyung 402.612.293 436.652.450 496.423.036 642.689.544 725.878.360 7,46

Kurisi 237.599.441 297.757.207 313.034.060 398.769.123 394.064.075 14,16

Kuniran 6.962.115 11.998.511 21.202.533 19.718.032 34.760.508 54,58

Tigawaja 57.553 60.117 53.985 57.488 65.303 3,59

Bawal Hitam 472.555.885 509.775.188 738.005.030 794.853.828 724.260.628 12,87

Bawal Putih 563.561.109 527.406.878 554.079.512 815.295.314 861.993.816 12,88

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011)

Berdasarkan Tabel 1, beberapa jenis ikan dasar (ikan demersal) yang termasuk dalam kategori

by-catch memiliki jumlah yang cukup besar. Rata-rata hasil tangkapan ikan-ikan tersebut mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, penanganan by-catch di kapal penangkapan ikan sampai

saat ini masih belum maksimal. Ikan-ikan tersebut biasanya dibuang atau ditangani dengan tidak

mengikuti kaidah rantai dingin. Hanya sebagian kecil dari ikan by-catch yang diambil oleh anak buah

kapal (ABK) untuk kemudian dibekukan dalam pan selama 3-4 jam.

Menurut Latelay dan Malawat (1995), persentase by-catch yang dibuang kembali ke laut dapat

mencapai 65,56 persen dari total tangkapan. By-catch yang dinilai kurang memiliki nilai ekonomis

dibuang karena tidak tersedia waktu dan tenaga untuk menanganinya. Sedangkan ikan by-catch yang

dinilai memiliki nilai ekonomis sebagian dimanfaatkan untuk konsumsi lokal. Nilai ekonomis menjadi

salah satu alasan karena nilai jualnya yang tidak sebanding dengan biaya pengangkutan ikan-ikan.

Kendala lain yang dihadapi dalam pemanfaatan by-catch adalah kurangnya industri yang bisa

menampung dan memanfaatkan by-catch di lokasi yang dekat dengan daerah penangkapan.

Menurut Djazuli (2009) dalam ”Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) FAO”

telah termuat jelas tentang kode etik penangkapan dan pengolahan ikan yang bertanggung jawab

dengan berdasar asas dan standar internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin aspek

konservasi, pengolahan dan pengembangan efektif sumberdaya hayati akuatik yang berkenaan dengan

pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Berdasarkan hal tersebut maka

2

Departemen Kelautan dan Perikanan menetapkan kebijakan strategi pembangunan perikanan

dalam bidang pasca panen dan teknologi pengolahan melalui peningkatan mutu dan pengembangan

produk bernilai tambah yang mencakup beberapa hal seperti mengurangi penyusutan (losses) yang

sekaligus meningkatkan nilai dan pemanfaatannya serta mengoptimalkan pemanfaatan ikan hasil

tangkapan (ikan non ekonomis, hasil tangkap sampingan dan hasil samping proses industri) melalui

pengembangan produk bernilai tambah.

Tahun 2011 Pemerintah menargetkan pertumbuhan produksi perikanan nasional naik 20-30%

setelah membangun minapolitan yang berbasis ikan. Tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) menargetkan sasaran produksi ikan sebesar 12,26 juta ton. Angka ini meningkat 13% dari

produksi tahun 2010 sebesar 10,85 juta ton. Dukungan konsumsi dalam negeri sangat diperlukan

untuk membangun alur pemasaran yang kuat, yang bisa membangun kepercayaan pelaku usaha sektor

perikanan dari hulu sampai hilir. Peningkatan konsumsi ikan diyakini dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkat konsumsi ikan adalah dengan

mengembangkan produk olahan ikan, dalam hal ini adalah memanfaatkan ikan by-catch. Menurut

Purbayanto et al. (2004), by-catch memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk-

produk olahan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Rasio perbandingan ikan tangkapan utama dan

by-catch di Indonesia pada bulan Agustus hingga Desember 2004 di perairan Dolak, Kaimana dan

sekitar Kepulauan Aru adalah sebesar 1:28, 1:1-13, dan 1:11-41 (Purbayanto et al., 2004). Nilai

perbandingan yang besar ini menunjukkan bahwa by-catch di Indonesia memiliki peluang yang besar

sebagai alternatif bahan pembuatan produk ikan berbahan baku ikan lumat seperti surimi.

Surimi merupakan istilah dalam bahasa Jepang untuk daging ikan yang mengalami proses

pelumatan, pencucian (leaching) dengan air, penambahan cryoprotectant, dan penyimpanan beku

(Lee, 1986). Surimi dapat dibuat menjadi berbagai macam produk gel ikan (fish jelly product)

misalnya bakso ikan, sosis ikan, siomay, dan burger yang spesifikasinya membutuhkan pembentukan

gel yang kuat. Melihat begitu banyaknya produk diversifikasi pengolahan surimi maka produk surimi

dan industrinya patut untuk mendapat perhatian khusus sehingga dapat lebih berkembang. Selain itu,

produk ini juga bisa memberikan nilai tambah sehingga harga jual produk perikanan menjadi lebih

tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi ikan dalam bentuk utuh. Adanya pengembangan

diversifikasi produk olahan hasil perikanan juga akan mendukung program gemar makan ikan di

kalangan masyarakat.

Surimi dapat dibuat dengan menggunakan mesin pemisah tulang dan daging ikan. Pada

mulanya pembuatan surimi dikembangkan di Asia Timur. Di Jepang teknologi ini telah berkembang

pada awal tahun 1960-an, kemudian proses pembuatan surimi disempurnakan oleh Nishitani Yosuke

pada tuhun 1969. Sampai saat ini, Jepang dan Amerika Serikat merupakan produsen utama produk

surimi dan produk-produk berbasis surimi. Selain itu, banyak negara-negara pendatang baru yang

turut meramaikan perdagangaan surimi di Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Chili, Kepuluan

Faroe, Malaysia dan Indonesia.

Pembuatan surimi memerlukan mesin yang dapat membantu proses pelumatan daging ikan. Di

Indonesia, mesin surimi dikembangkan oleh PT. Samudera Teknik Mandiri. Mesin yang diberi nama

Suritech™ ini merupakan teknologi tepat guna (TTG) untuk diterapkan di masyarakat khususnya

masyarakat pesisir yang tempat tinggalnya berdekatan dengan daerah penangkapan. Pengembangan

Suritech™ di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif masyarakat

pesisir, yaitu dengan mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di kalangan masyarakat pesisir

sebagai penggerak roda ekonomi nelayan sehingga akan memicu pertumbuhan usaha-usaha

3

pengolahan yang terkait. Usaha-usaha pengolahan tersebut misalnya pembuatan kerupuk, bakso, otak-

otak, nugget dan basih banyak lagi produk lainnya.

Pengembangan mesin surimi yang dipelopori oleh PT. Samudera Teknik Mandiri sampai saat

ini masih dirasa belum bisa berkembang pesat. Permintaan dan penggunaan Suritech™ masih terbatas

pada daerah yang terdapat subsidi pemerintah. Keterbatasan permintaan pasar menjadikan

produktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri rendah. Keterbatasan permintaan ini dapat dikarenakan

penggunaan teknologi semacam ini masih tergolong baru bagi masyarakat Indonesia. Penanganan ikan

masih cenderung dilakukan dengan cara tradisional seperti pengasinan, pengasapan, dan pengeringan.

Perilaku semacam ini dapat mempengaruhi permintaan mesin surimi (SuritechTM

).

Penggunaan mesin surimi lebih banyak dikenal pada industri skala menengah atas. Kurangnya

pengetahuan masyarakat akan perkembangan teknologi surimi menjadi kendala untuk

mengembangkan dan memasarkan mesin SuritechTM

di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menunjang

keberlangsungan industri mesin surimi (Suritech™) diperlukan sebuah penelitian yang mengkaji studi

kalayakan usaha tersebut. Studi kelayakan yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis kendala-

kendala yang dihadapi khususnya dalam bidang manajemen seperti pemasaran dan produksi untuk

kemudian mencari solusi dari permasalahan yang ada serta memberikan rekomendasi sehingga dapat

menunjang keberlangsungan industri mesin Suritech™. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat

diketahui usaha-usaha untuk mengoptimalkan potensi peluang dan mengantisipasi hambatan yang

mungkin terjadi, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak seperti pelaku

usaha penangkapan ikan, industri pengolahan surimi dan PT. Samudera Teknik Mandiri sebagai

penyedian mesin utama penunjang pengolahan surimi.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat kelayakan pengembangan usaha produksi mesin

pengolahan surimi berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek

manajemen, aspek lingkungan, aspek legalitas dan aspek finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C

ratio, IRR dan Payback Period.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, seperti:

1. Memberikan informasi kelayakan industri mesin surimi berdasarkan kajian nyata di lapangan.

2. Memberi masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan pengembangan usaha

industri surimi skala kecil menengah untuk mengembangkan produk-produk olahan ikan.

3. Informasi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian dan kajian lebih lanjut terkait dengan

pengembangan surimi.

4. Sarana pembelajaran bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dan mempertajam

kemampuan menganalisis permasalahan.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Surimi

Kata surimi berasal dari bahasa Jepang yang telah diterima secara internasional untuk

menggambarkan hancuran daging ikan yang telah mengalami berbagai proses yang diperlukan untuk

mengawetkannya. Keunggulan dari surimi diantaranya dapat diolah menjadi berbagai macam variasi

produk-produk lanjutan dalam berbagai bentuk dan ukuran (Okada, 1992).

Surimi merupakan daging lumat yang dicuci berulang-ulang sehingga sebagian besar bau,

darah, pigmen dan lemak hilang, termasuk protein yang larut dalam air sebagian besar pun ikut hilang.

Umumnya ke dalam surimi ditambahkan bahan untuk meningkatkan sifat elastisitas gel. Cara tersebut

dilakukan untuk mendapatkan suatu bahan yang putih, mengurangi bau amis dan memiliki sifat elastis

gel yang tinggi (Paranginangin et al., 1999).

Pada dasarnya seluruh jenis ikan secara teknis dapat dibuat menjadi surimi, namun untuk ikan

berdaging putih yang tidak berbau lumpur, umumnya tidak terlalu amis serta memiliki kemampuan

pembentukan gel yang bagus dan memberikan hasil (surimi) yang baik. Sedangkan untuk ikan air

tawar juga dapat menjadi bahan baku pembuatan surimi tetapi harus dilakukan pemberokan agar bau

lumpur pada produk akhir dapat berkurang (Paranginangin et al., 1999). Pemberokan adalah

pembersihan ikan di dalam kolam yang berisi air bersih. Ikan dipuasakan sehingga kotoran dalam

tubuh ikan keluar melalui saluran sekresi dan kotoran yang menempel pada tubuh ikan ikut terlepas.

Menurut Djazuli (2009), ikan by-catch yang tergolong dalam jenis-jenis ikan demersal

memiliki rendemen yang berbeda untuk dijadikan surimi. Beberapa rendemen jenis ikan yang dapat

dijadikan surimi seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rendemen Surimi Beberapa Jenis Ikan By-catch

Jenis ikan Rendemen (%)

Bambangan (Lutjanus sp) 30,56

Tigawaja (Johnius dussumieri) 30,23

Kurisi (Nemiptherus sp) 38,73

Beloso (Saurida sp) 34,47

Lecam (Lethrinus sp) 30,47

Biji Nangka (Upeneus sp) 32,13

Pisang-pisang (Caesio chrysozonus) 31,56

Swangi (Priacanthus tayenus) 30,73

Rata-rata 32,00

Sumber: Djazuli (2009)

Kriteria paling penting untuk menentukan kualitas surimi adalah kekuatan gel yang

dibentuknya. Kekuatan gel ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis ikan, tingkat

kesegaran, pH dan kadar air, pencucian, umur tingkat kematangan gonad, konsentrasi dan jenis

penambahan serta suhu dan waktu pemasakan (Suzuki, 1981).

Menurut Paranginangin et al. (1999), beberapa keuntungan surimi antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Surimi dapat digunakan secara langsung untuk pengolahan produk-produk makanan seperti

bakso, sosis, kamaboko dan burger.

2. Surimi tidak berbau, bebas tulang dan duri sehingga produk-produk olahan lebih mudah

dikonsumsi oleh berbagai tingkat usia.

5

3. Pasokan dan harganya relatif stabil karena surimi dapat disimpan lama dan ini memudahkan

perencanaan produksi olahannya.

4. Biaya penyimpanan, distribusi dan transportasi lebih murah, karena surimi merupakan bagian

ikan yang bermanfaat saja.

5. Menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih murah.

6. Masalah pembuangan limbah lebih kecil.

Tahapan dalam pengolahan surimi adalah penyiangan diantaranya deheading (pembuangan

kepala), gutting (pembuangan jeroan dan kotoran), deboning (pembuangan tulang) dan mincing

(pelumatan atau pengecilan ukuran partikel) serta penghilangan komponen yang tidak diinginkan.

Benjakul et al.(2001), menyatakan bahwa pencucian merupakan tahap kritis dalam proses pembuatan

surimi. Pencucian dapat menghilangkan materi yang dapat larut air seperti darah, protein sarkoplasma,

enzim pencernaan, garam non organik, dan senyawa organik bermolekul rendah seperti trimetilelamin

oksida. Pencucian juga dapat meningkatkan kualitas warna dan aroma, serta meningkatkan kekuatan

gel surimi. Komponen utama yang larut dalam air akan hilang dalam jumlah yang banyak pada siklus

pencucian pertama kali. Agitasi selama lima menit dalam setiap kali pencucian untuk pencucian

sebanyak dua kali dengan rasio air dan daging 3:1 telah dinilai cukup (Lee, 1986). Benjakul et al.

(2001) melaporkan bahwa 27% dan 38% protein hilang berturut-turut pada pencucian sebanyak dua

kali dan tiga kali dalam proses pengolahan surimi.

Pembuatan surimi memerlukan bahan tambahan dengan tujuan tertentu, misalnya

meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan serta bentuk,

tekstur, dan rupa produk (Winarno, 1980). Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan surimi

tersebut pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kualitas surimi. Bahan tambahan yang digunakan

tersebut adalah hidrogen peroksida (H2O2) dan cryoprotectant yang berfungsi sebagai anti denaturan

selama masa penyimpanan beku.

Surimi beku dapat dibedakan menjadi dua yaitu mu-en surimi (surimi tanpa garam) dan ka-en

(surimi dengan garam). Surimi mu-en dibuat dengan menggiling campuran daging ikan yang telah

dicuci dengan air dan dicampur dengan gula dan polyphosphate. Surimi ka-en diolah dengan cara

menggiling campuran daging ikan yang telah dicuci dan dicampur dengan gula dan garam (NaCl) dan

telah mengalami proses pembekuan. Selain itu, juga terdapat tipe surimi yang tidak mengalami proses

pembekuan yang disebut ”Surimi na-ma” (Surimi mentah) (Suzuki, 1981).

Standarisasi syarat mutu surimi beku telah ditentukan oleh SNI 01-2694-1992. Di dalam SNI

tersebut terdapat beberapa ketentuan seperti bahan baku surimi yang meliputi:

a. Rupa dan warna : bersih, warna daging spesifik jenis ikan

b. Aroma : segar spesifik jenis

c. Daging : elastis, padat dan kompak

d. Rasa : netral agak amis

Untuk mempertahankan mutu surimi beku dilakukan dengan segera mengolah bahan baku, jika

harus terpaksa menunggu proses lebih lanjut harus disimpan dengan es atau air dingin (0-5 oC),

kondisi saniter dan higienis. Syarat mutu surimi beku tersebut disajikan pada Tabel 3.

6

Tabel 3. Syarat Mutu Surimi Beku

Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu

1. Organoleptik

- Nilai min

7

2. Cemaran Mikroba

- ALT, maks

- Escherichia coli

- Coliform

- Salmonella *)

- Vibrio cholerae *)

Koloni/g

APM/g

per 25 g

per 25 g

5 x 105

<3

3

Negarif

Negatif

3. Cemaran kimia

- Abu total, maks

- Lemak, maks

- Protein, min

% b/b

% b/b

% b/b

1

0,5

15

4. Fisika

- Suhu pusat, maks

- Uji lipat, min

- Elastisitas, min

oC

g/cm2

-18 oC

Grade A

300

*) jika diperlukan

Keterangan : ALT = Alat Lempeng Total; APM = Angka Paling Memungkinkan

Sumber : Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 01-2694-1992)

2.2 Industri Pengolahan Surimi

2.2.1 Perkembangan Industri Surimi

Sejak dimulainya industri pengolahan beku di Jepang tahun 1960, penelitian, teknologi

pengolahan dan peralatan mulai dikembangkan (Noguchi, 1982). Proses pemisahan daging ikan dan

tulangnya telah lama diperkenalkan sejak 1978 oleh beberapa ahli yang bergerak di bidang

pengolahan hasil perikanan. Desain yang dikemukakan oleh Lanier (1992), dalam proses pemisahan

antara daging ikan dan tulangnya, ikan dipres diantara sabuk dan berpori. Lumatan daging dan lemak

ikan melalui lubang-lubang berpori pada drum sedangkan tulangnya akan menempel pada sabuk dan

dinding drum berpori. Tekanan yang digunakan tidak begitu tinggi sehingga ukuran dari lubang-

lubang dapat diperbesar dari yang biasa digunakan berdiameter 3-5 mm. Hasil yang digunakan

memiliki tekstur yang bermacam-macam tergantung dari diameter lubang pada drum (Purbayanto et

al., 2004).

Pengembangkan meat bone separator (alat pemisah daging ikan) yang cukup sederhana dan

murah. Prinsip dasar yang dikembangkan terdiri dari sebuah silinder horizontal berongga, dua silinder

berpori yang berhadapan dan memerlukan pompa hidrolik, katup, dan kontrol-kontrol pengoperasian.

Proses pemisahan dilakukan dengan adanya tekanan pada silinder berpori dan silinder penekan.

Daging ikan akan melalui pori-pori tersebut dan tulangnya akan lengket pada silinder tekan. Proses

tersebut dilakukan secara kontinyu (Purbayanto et al, 2004)

7

Gambar 1. Aliran Proses Pengolahan Surimi Beku (Tan et al., 1988)

PROSES TUJUAN METODE

IKAN SEGAR SEMI

MODERN

MODERN

Pencucian Cuci dalam air es Mendinginkan ikan Rotary fish

washer

Rotary fish

washer

Penyiangan Membuang kepala

dan isi perut

Pisau Mesin

Pencucian Cuci dalam air es Menghilangkan sisik

dan darah

Rotary fish

washer

Rotary fish

washer

Pemisahan daging Memisahkan daging

dari tulang, duri, dan

kulit

Meat-bone

separator

Meat-bone

separator

HANCURAN LUMATAN DAGING (MINCED MEAT)

Leaching Air es (1:4) + 0,3%

garam (2 kali)

Menghilangkan

protein larut air,

darah, dan bau

Tanki leaching Tanki leaching

Pengepresan Membuang air,

mengepres

kelebihan air

Membuang air

cucian, mengatur

kadar air sampai 80-

82%

Rotary sieve,

hidraulic press

Screw press

LUMATAN DAGING YANG TELAH DICUCI (LEACHED MEAT)

Straining Mengilangkan sisa

kulit, duri, dan sisik

Strainer

Pencampuran 3-5% gula halus

0,2%poliposfat

Mengurangi freeze-

denaturation dan

meningkatkan WHC

Mixer Silent cutter

Pengepakan Dalam plastik PE Pengemasan Manual Fillling machine

Pembekuan

-30oC Suhu pusat -20

oC

dalam aktu 4-6 jam

Contact/air blast

freezer

SURIMI BEKU

Kotak karton –

(18oC-20oC)

Mengurangi

dehidrasi selama

penyimpanan beku

Cold strorage

8

Teknologi pengolahan surimi yang digunakan oleh industri saat ini paling banyak

menggunakan metode rotary rinser/screw press. Secara umum alir proses pengolahan surimi terdiri

dari persiapan bahan baku, penghilangan tulang, pencucian daging lumat, pengurangan kadar air

(pengepresan), penapisan (straining), penambahan bahan tambahan dan pembekuan (Gambar 1).

Pengolahan surimi memerlukan daging ikan bermutu tinggi. Berbagai cara ditempuh sebagai

upaya untuk mempertahankan mutu daging ikan. Penggunaan suhu rendah merupakan sesuatu yang

mutlak diperlukan, baik selama penyiangan, pembilasan, pelumatan hingga pengemasan. Pada

penyimpanan jangka pendek, cukup di lakukan dalam peti berinsulasi dengan menyusun ikan secara

berlapis yang ditambah hancuran es sampai penuh dengan perbandingan antara ikan dan es adalah 1 :

3. Dengan cara seperti ini suhu ikan dapat dipertahankan rendah (sekitar 0oC) sehingga kesegaran ikan

juga dapat dipertahankan hingga beberapa hari.

2.2.2 Perkembangan Industri Mesin Surimi di Indonesia

Perusahaan yang memproduksi mesin surimi di Indonesia tidaklah banyak. PT. Samudera

Teknik Mandiri merupakan perusahaan pertama yang memproduksi mesin surimi di Indonesia.

Inovasi teknologi yang dilakukan oleh Tim peneliti Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

(PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB ini berhasil menciptakan mesin SuritechTM

generasi

ke-1 pada tahun 2006. Mesin hasil penelitian yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc,

Teknologi ini terus mengalami penyempurnaan untuk meningkatkan efektivitas dan performa mesin.

Hingga saat ini perusahaan telah menghasilkan mesin Suritech generasi ke-7 yang telah memiliki

performa teknis yang tinggi serta telah diuji oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian,

Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,

Departemen Pertanian. Gambar perkembangan mesin SuritechTM

dari generasi 1 – 7 dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri

Gambar Mesin Keterangan

Generasi 1

Dibuat pada tahun 2005 dan telah digunakan

di Papua

Spesifikasi:

- Dimensi 1x1x1,5

- Kapasitas 130 kg

- Daya 2 HP

- Lebar belt 30 cm, tebal 6 ml

- Menggunakan pisau pengumpan di dekat

corong (pemotong)

- Bodi mesin menggunakan kanal

- Posisi daging dan tulang bersebelahan

- Posisi motor diluar sebelah kanan

- Sistem roda gigi dan rantai

9

Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri (Lanjutan)

Gambar Mesin Keterangan

Generasi ke 3

Dibuat pada bulan Februari - Maret tahun

2007 dan digunakan oleh BIC-BPPT untuk

Pilot Project di Jambi

Perbedaan dari G-2:

- Tenaga 1 Hp

- Motor mesin terletak di sebelah kiri atas

- Bodi mesin menggunakan plat besi 6 ml

- Posisi corong pengeluaran daging dan

tulang terpisah

Generasi 4

Dibuat pada bulan April dan Juni 2007 dan

telah digunakan di Aceh atas kerjasama

dengan PKSPL dan IPTEKDA LIPI

Perbedaan dari G-3:

- Posisi motor berada disebelah kanan atas

- Terdapat skrap mika untuk membersihkan

tulang

- Skrap terbuat dari plastik mika setebal 4-6

ml

- Tidak ada penutur motor (gear box)

dihilangkan

Generasi 5

Dibuat pada Agustus 2007 dan digunakan oleh

PT Xaputra Multicon untuk industri

pengolahan surimi, Aceh.

Perbedaan dari G-4:

- Motor yang digunakan 2 HP

- Corong pengeluaran daging lebih lebar

- Terdapat pintu (celah) untuk membersihkan

dari atas

10

Tabel 4. Perkembangan Mesin Surimi di PT. Samudera Teknik Mandiri (Lanjutan)

Gambar Mesin Keterangan

Generasi 6

G-6 telah dipasarkan secara luas.

- Motor yang digunakan ½ HP

- Tidak menggunakan pisau pengumpan

- Menggunakan rol penekan

- Kabel input listrik di depan mesin

Generasi 7

Dipasarkan secara masal.

Perbedaan dari G-6:

- Casing kanan dihilangkan

- Corong pemasukan ikan dihilangkan

- Kabel terletak di belakang mesin

- Skraper terbuat dari stainless steel setebal 1

cm

- Terdapat 2 tipe untuk darat (A) dan di atas

kapal (B).

- Ukuran lebih lebar untuk penggunaan di

atas kapal.

Prinsip kerja mesin SuritechTM

adalah memanfaatkan tekanan antara belt dan silinder berpori.

Ikan yang telah dibersihkan isi perut dan dipotong kepalanya dimasukkan ke dalam corong input,

selanjutnya mengalami tekanan antara belt dan silinder berpori. Daging ikan yang masuk ke dalam

silinder berpori akan dikeluarkan ke corong output. Spesifikasi mesin SuritechTM

generasi ke 7 dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Spesfikasi Mesin SuritechTM

Keterangan Spesifikasi

Dimensi, berat 720 x 730 x 950 mm, 200 kg

Bahan - Stainless steel (sistem proses)

- Plat besi (body mesin)

Penggerak Motor listrik ½ HP, 1420 rpm

Daya listrik 400 - 600 watt, 220 V

Transmisi Sistem roda gigi

Kapasitas 80 kg/jam bahan baku ikan segar

Efektivitas 94,18% (susut hasil 3,40%) (Hasil uji ALSINTAN, 2009)

Dibandingkan dengan mesin produk luar negeri (impor), mesin SuritechTM

memiliki beberapa

keunggulan sebagai berikut:

1. Teknologi tepat guna sehingga sangat sesuai bagi UMKM

A B

11

2. Bentuk kompak untuk digunakan di darat maupun di atas kapal ikan

3. Kinerja mesin dengan efektivitas pemisahan yang tinggi

4. Harga lebih murah dibandingkan produk yang ada (mesin impor)

5. Mudah dan aman dalam pengoperasian serta perawatan.

2.3 Studi Kelayakan Industri

Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis dan mendalam

atas setiap faktor yang memiliki pengaruh terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses. Semua

data, fakta, dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi

dasar dalam pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan

atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan pra-konstruksi dan secara teoritis merupakan penentuan perlu

tidaknya proyek dilanjutkan (Soeharto, 2002). Sedangkan menurut Husnan dan Suwarsono (2000),

studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilakukan

terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi nasional.

Studi kelayakan proyek perlu dilakukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam

menentukan pemilihan investasi di dalam suatu proyek yang tepat, dari berbagai alternatif yang bisa

dilaksanakan. Menurut Gray (1993), studi kelayakan proyek juga dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.

Terdapat beberapa aspek penting yang perlu dikaji dalam suatu studi kalayakan proyek, antara

lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek institusional – manajemen – organisasi -, aspek finansial, dan

aspek sosial ekonomi.

2.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar menempati prioritas pertama dan utama

dalam suatu studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya

pangsa pasar yang cukup potensial.

Sistematika proses pengkajian pasar berturut-turut adalah penilaian (assessment) situasi,

penyusunan strategi, pengumpulan data dan informasi serta analisis dan peramalan. Lingkup

menyusun startegi termasuk mendefinisikan masalah (problem definition) yang dikaji. Dalam hal ini

agar suatu pengkajian aspek pasar dapat efektif harus dilakukan pada jadwal yang tepat, memilih

metode yang dapat memberikan hasil akurat, dan memiliki relevansi erat dengan subjek yang dikaji

(Soeharto, 2002).

Soeharto (2002) menambahkan bahwa studi kelayakan suatu usulan proyek dengan tujuan

menghasilkan produk tertentu umumnya membatasi penekanan pada analisa masalah-masalah berikut:

1. Prakiraan penawaran dan permintaan, yang meliputi perincian permintaan, permintaan saat ini dan

masa depan, penawaran, konsumen, dan kebijakan, peraturan dan perencanaan pemerintah.

2. Pangsa pasar dan persaingan, yang meliputi pangsa pasar, persaingan dan harga.

3. Strategi pemasaran, yang meliputi segmentasi, targetting, positioning, dan bauran pemasaran.

Sutojo (2002), menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek-aspek pasar dan pemasaran hal yang

perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan

permintaan produk di masa yang akan datang, kemungkinan adanya persaingan dan peranan

pemerintah dalam menunjang perkembangan produk dan pemasaran.

2.3.2 Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis dan teknologi merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan

industri secara teknis dan operasi setelah industri selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Tujuan aspek ini adalah apakah secara teknis dan pilihan teknologi serta rencana pelaksanaan proyek

12

telah layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin (Umar,

2003).

Teknologi yang dipilih berdasarkan patokan umum yang dapat dipakai, yaitu dengan

mengetahui seberapa jauh penggunaan mesin yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan,

kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain,

kemampuan tenaga kerja dalam mengoperasikan teknologi, kemampuan antisipasi terhadap teknologi

lanjut (Umar, 2003).

Soeharto (2002), mengungkapkan bahwa pemilihan teknologi juga dilakukan untuk

menentukan teknologi proses produksi yang digunakan, berarti memilih proses dalam menghasilkan

produk, menentukan denah, fasilitas penunjang dan desain engineering yang diperlukan. Pada

dasarnya dikenal dua macam teknologi proses produksi, yaitu:

1) Proses kontinyu, di mana proses ini umumnya dimaksudkan untuk menghasilkan volume output

yang besar dan sifat operasinya berulang-ulang (repetitif).

2) Proses intermitten atau batch, yaitu proses yang menangani bermacam-macam proses yang

berbeda.

Menurut Umar (2003), hal-hal pokok yang harus dianalisis dalam aspek teknis dan teknologi

meliputi rencana kapasitas produksi yang diharapkan dan pemilihan teknologi yang paling sesuai

dengan kemampuan perusahaan, menentukan desain produk yang akan dipilih, penentuan lokasi

pabrik, tata letak pabrik yang optimal, berapa luas/skala produksi yang direncanakan serta bagaimana

ketersediaan bahan baku yang aman selalu dapat dipergunakan jika dibutuhkan dalam proses.

1) Bahan baku, bahan pembantu, dan bahan pendukung

Bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan dibutuhkan agar operasi produksi dalam

proyek dapat berjalan lancar. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi standar syarat teknis produksi

yang ditentukan, misalnya standar mutu, serta ketersediaannya dalam jumlah yang mencukupi setiap

saat apabila dibutuhkan. Biaya pemenuhan bahan baku tersebut tidak boleh melampaui batas

maksimal yang dapat ditolerir agar tidak mempengaruhi kemampuan proyek memasarkan produk

yang dihasilkan serta memperoleh keuntungan yang wajar (Sutojo, 2002).

Sutojo (2002), menambahkan tersediaan bahan baku dan bahan pembantu secara kontinyu

dengan tingkat harga yang wajar, merupakan salah satu syarat agar proyek dapat beroperasi secara

sehat di bidang teknis dan komersial. Bahan baku dan bahan pembantu yang dibutuhkan dalam proyek

dapat berupa bahan yang belum diproses atau bahan setengah jadi. Pengadaannya dapat dilakukan dari

dalam negeri atau dengan mengimpor. Jika bahan baku dan bahan pembantu dapat diperoleh dari

dalam negeri hendaknya diperkirakan dari daerah mana saja bahan tersebut diperoleh, apakah bahan

tersebut terpusat pada suatu daerah tertentu atau tersebar di berbagai tempat. Perlu diperhatikan bahwa

untuk beberapa jenis industri yang direncakan beroperasi dalam skala besar, ada kemungkinan

ketersediaan bahan baku tidak dapat terpenuhi seluruh kebutuhan dalam industri tersebut.

2) Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit beroperasi

dalam waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu. Proses

dalam persencanaan kapasitas adalah sebagai berikut:

1. Memperkirakan permintaan di masa depan, termasuk dampak dari perkembangan teknologi,

persaingan dan lainnya.

2. Menjabarkan perkiraan itu dalam kebutuhan kapasitas fisik.

3. Menyusun pilihan rencana kapasitas.

4. Menganalisis pengaruh ekonomi pada pilihan rencana.

13

5. Meninjau resiko dan pengaruh strategi atas pilihan rencana.

6. Memutuskan rencana pelaksanaan

3) Penentuan Lokasi

Lokasi berdirinya suatu proyek merupakan suatu hal penting bagi perusahaan karena akan

mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup

perusahaan tersebut. Perusahaan yang didirikan tanpa pertimbangan lokasi yang ekonomis dapat

mengalami kesulitan dalam menjamin kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi yang kurang tepat

merupakan salah satu penyebab mengapa perusahaan beroperasi secara tidak efisien dan efektif,

sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi industri diperlukan

suatu pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari industri tersebut. Menurut

Sutojo (2002), lokasi suatu industri sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, letak sumber bahan

baku, daerah pemasaran, serta faktor lingkungan.

Menurut Behrens (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi analisis lokasi suatu industri dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu faktor utama dan faktor sekunder. Faktor utama akan mempengaruhi

secara langsung terhadap kegiatan produksi dan distribusi dari industri yang akan didirikan. Faktor

tersebut meliputi letak pasar, sumber bahan baku, tingkat biaya dan ketersediaan fasilitas

pengangkutan, biaya dan ketersediaan tenaga kerja serta adanya pembangkit listrik. Sedangkan faktor

sekunder merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan selain faktor utama dalam analisis

lokasi. Faktor tersebut antara lain rencana masa depan, biaya tanah dan bangunan, kemungkinan

perluasan, ketersediaan air, sikap masyarakat didaerah lokasi, dan kondisi iklim.

4) Perencanaan Tata Letak Mesin dan Ruangan

Perencanaan tata letak fasilitas merupakan proses perancangan (design) dan pengaturan fasilitas

fisik (mesin, peralatan, lahan, bangunan/ruang) untuk mengoptimalkan keterkaitan antara pekerja,

aliran bahan, aliran informasi dan metode yang dibutuhkan dalam rangkan mencapai tujuan

perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman (Apple, 1990).

2.3.3 Aspek Manajemen dan Organisasi

Aspek manajemen dan organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua yakni manajemen proyek,

yaitu pengelolaan kegiatan yang terkait dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek

berbentuk fisik, manajemen operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Cakupan manajemen

organisasi meliputi pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan memproduksi barang

atau memberikan pelayanan. Mulai dari usaha mendapatkan sumber daya, mengkonversi masukan

menjadi produk atau pelayanan yang diinginkan. Masukan tersebut dapat terdiri dari bahan mentah,

tenaga kerja, material, energy, dan waktu (Soeharto, 2000).

Ariyoto (1990) menyatakan bahwa manajemen merupakan cara mencapai tujuan dari sumber-

sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal), mesin dan peralatan, personil (tenaga

kerja) dan material. Umar (2003) menambahkan bahwa aspek manajemen adalah suatu fungsi atau

kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan

pengawasan perusahaan tujuan dari kajian aspek manajemen adalah mengetahui apakah pembangunan

dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis

dapat dinyatakan layak atau sebaliknya.

Manajemen meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi,

deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota direksi, dan tenaga-

tenaga lainnya (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis dari aspek ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran mengenai struktur organisasi perusahaan. dari gambaran tersebut akan

14

diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan untuk mengelola proyek secara berhasil

(Sutojo, 2002).

2.3.4 Aspek Legalitas

Aspek legalitas penting karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku badan usaha

untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan

kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang

menunjang gagasan usaha adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena dapat dikatakan bahwa

izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).

Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka

meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan diuat sesuai dengan peraturan yang

berlaku (Umar, 2005). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau

hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai

akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan.

Mengacu pada undang-undang wajib daftar perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai

setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan,

bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan

dan atau laba. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pengertian perusahaan tdak

diberikan penjelasan resmi, tetapi istilah perusahaan mendung istilah ekonomi yang banyak dipakai

dalam KUHD.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 ayat (1)

menyebutkan bahwa “Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta Peraturan pelaksanaannya”

Perusahana Terbatas merupakan Perusahaan yang oleh Undang-Undang dinyatakan sebagai

Perusahaan yang berbadan Hukum. Dengan status yang demikian maka PT menjadi subyek hukum

yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri

(persona standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT hanya orang

yang dapat mewakili PT atau Perseroan yangd dapat menjalankan Perusahaan. Hal ini berarti PT dapat

melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai

kekayaan atau hutang (Kholil.staff.uns.ac.id).

2.3.5 Aspek Lingkungan

Pembangunan suatu industri hendaknya tetap memperhatikan kepentingan manusia dan

lingkungannya. Industri yang baik adalah industri yang berwawasan lingkungan. Pembangunan

tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan dapat mengerti pentingnya

menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Peningkatan kesadaran

terhadap masalah lingkungan mengharuskan setiap proyek/industri untuk melakukan analisis dampak

lingkungan. Masalah yang timbul dari suatu proyek industri ke lingkungan diantaranya adalah adanya

polusi baik polusi udara, air, dan tanah serta suara. Polusi yang dihasilkan dapat berupa limbah, baik

limbah padat maupun cair.

Umar (2003) menyebutkan bahwa kajian aspek lingkungan hidup bertujuan menentukan dapat

dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan

dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan AMDAL dan kegunaannya

dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan. Proyek yang

diperkirakan dapat merusak lingkungan atau menyebarkan polusi jelas tidak layak untuk

direalisasikan karena berdampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

15

2.3.6 Aspek Finansial

Analisis finansial perlu dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan. Selain

itu dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1984). Proses

pengkajian kelayakan atau investasi dari aspek finansial memerlukan pendekatan konvensional yang

dilakukan dengan menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur proyek (Soeharto,

1998).

Analisis finansial merupakan perbandingan antara pengeluaran dan pemasukan suatu proyek

dengan melihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut

memberikan sumbangan atau rencana yang positif dalam pembangunan ekonomi nasional (Kadariyah

et al., 1999). Menurut Edris (1993), kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci

apakah proyek akan menguntungkan dalam suasana persaingan yang ada dan dalam perekonomian

yang tidak menguntungkan keadaannya.

Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan

modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan. Nilai barang yang

digunakan (misal: upah, harga barang) menggunakan nilai yang berlaku di pasar (market price).

Tujuan analisis finansial yang dilakukan suatu industri adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang

diperlukan untuk memproduksi persatuan output dari suatu produk.

Gambaran tentang struktur permodalan perusahan yang mencakup seluruh kebutuhan modal

untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi dapat diperoleh

dengan melakukan analisis finansial. Untuk memudahkan analisis ini maka perhitungan biaya

dikelompokkan menjadi dua yakni biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi meliputi

pembiayaan kegiatan pra investasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai aset

tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek. Biaya modal kerja

meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik), biaya administrrasi, biaya

pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang

diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan,

serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).

Pengelompokkan biaya dalam studi kelayakan perlu dilakukan untuk dapat membantu

manajemen mencapai tujuan. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan pada hubungan biaya dengan

produk, volume produksi, departemen fabrikasi dan periode akuntansi. Untuk menghindari salah

perhitungan karena timbulnya hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya, maka ditambahkan biaya

lain-lain atau biaya yang biasa disebut dengan biaya kontingensi. Nilai yang lazim digunakan dalam

menghitung biaya kontingensi adalah sebesar 10 persen (Sutojo, 2002).

Komponen biaya yang berpengaruh terhadap perhitungan kebutuhan biaya suatu industri yakni

biaya pokok, biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pajak dan asuransi, dan

garasi/gudang, dan biaya tidak tetap yang meliputi bahan bakar, biaya perbaikan serta pemeliharaan.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan suatu mesin

untuk memproduksi satu unit produk.

Pramudya dan Dewi (1992) menambahkan, penyusutan merupakan penurunan nilai suatu alat

atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu). Penyusutan dilakukan untuk

mengalokasikan biaya investasi suatu proyek setiap tahun sepanjang umur proyek tersebut.

Penyusutan atau penurunan nilai mesin ini dapat terjadi akibat dari adanya bagian mesin yang rusak

atau aus, adanya peningktan biaya operasi, penurunan nilai mesin akibat adanya teknologi baru, dan

adanya pengembangan perusahaan. Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai penyusutan ada

empat yakni metode garis lurus, penjumlahan angka tahun, keseimbangan menurun berganda, dan

sinking fund.

16

Metode yang sering digunakan dalam perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (De

Garmo et al., 1984). Menurut Pramudya dan Dewi (1992), metode garis lurus merupakan metode yang

paling mudah dan cepat untuk menghitung biaya penyusutan karena biaya penyusutan dianggap sama

setiap tahun atau penurunan nilai suatu alat tetap sampai pada akhir umur ekonomisnya. Cara

menghiutngnya adalah harga awal (baru) dikurangi dengan harga akhir pada akhir umur ekonomisnya

dibagi dengan umur ekonomisnya.

Menurut Gray et al. (1993), kelayakan suatu usaha produksi sangat penting untuk dilihat agar

keefektifan suatu proyek dapat direncanakan dan dianalisis. Untuk mencari ukuran yang menyeluruh

sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang

dinamakan kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum digunakan dan dapat

dipertanggung jawabkan, yaitu:

1. Net Present Value (nilai bersih sekarang) atau NPV merupakan selisih present value arus manfaat

dan biaya dihitung berdasarkan discount rate.

2. Internal Rate of Return (tingkat hasil internal) atau IRR merupakan discount rate yang menjadi

NPV suatu proyek = 0.

3. Net Benefit Cost (rasio manfaat biaya netto) atau Net B/C ratio merupakan angka perbandingan

arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif.

Ketiga kriteria investasi yang disebutkan di atas merupakan nilai waktu dan uang. Suatu proyek

dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungan diperoleh NPV > 0, IRR >

discount rate, Net B/C ≥ 1.

Kriteria investasi yang tidak memperhitungkan nilai waktu dan uang adalah payback period

(periode pengembalian). Menurut Soeharto (1995), payback period merupakan jangka waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran

kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Payback

period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Berdasarkan payback period pengembalian

yang lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak untuk dikembangkan.

17

III. METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran

Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi

yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia yang

memanfaatkannya karena ketersediaan mesin yang terbatas. Hal ini merupakan salah satu faktor yang

melatarbelakangi pembuatan dan pengembangan mesin pengolahan surimi oleh PT. Samudera Teknik

Mandiri. Pengembangan industri mesin surimi harus mempertimbangkan kelayakan pendirian

industri. Beberapa faktor yang perlu dikaji dalam penilaian kelayakan pada pendirian dan

pengembangan industri mesin surimi antara lain analisis pasar dan pemasaran, analisis teknis dan

teknologi, analisis manajemen dan organisasi, analisis legalitas, analisis lingkungan, dan analisis

finansial. Hasil dari analisis-analisis tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan-

permasalahan yang mungkin ada, sehingga dapat disusun rekomendasi pengembangannya.

Teknik yang dilakukan dalam pengkajian kelayakan industri mesin surimi diawali dengan

melakukan studi pustaka sekaligus mempelajari deskripsi produk dan industri mesin surimi.

Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang dibutuhkan. Data dan

informasi dapat berupa data primer dan sekunder yang mencakup faktor-faktor penilaian kelayakan

pengembangan industri seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Jika data yang dibutuhkan telah

cukup kemudian ditabulasikan dan dilakukan analisis pada setiap aspek. Jika data yang dibutuhkan

belum cukup maka dilakukan kembali pencarian dan pengumpulan data. Diagram alir kerangka

pemikiran tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan analisis studi kelayakan,

kasus di PT. Samudera Teknik Mandiri. Pada analisis studi kelayakan menggunakan beberapa tahapan

penting untuk pengembangan industri mesin surimi (SuritechTM

). Tahapan tersebut antara lain dengan

melakukan analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan

kelayakan industri. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan

teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek lingkungan dan legalitas, dan aspek finansial.

Untuk mendapatkan penilaian aspek-aspek kelayakan pendirian dan pengembangan PT.

Samudera Teknik Mandiri, maka perlu metode yang perlu dilakukan antara lain:

3.2.1 Pengumpulan Data (Penelitian Pendahuluan)

Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan

proses perencanaan suatu analisis industri. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk

memecahkan masalah pengambian keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan survei lapangan. Wawancara dilakukan dengan

pihak terkait serta para pakar bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Survei lapangan dilakukan

untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek ketersediaan bahan baku dan pasar. Data

sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta,

balai penelitian, dan sebagainya. Jenis data dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada

Lampiran 1.

18

Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian Studi Kelayakan Industri Mesin Surimi

Selesai

Penyusunan laporan

Analisis finansial Penentuan asumsi

Sumber dana dan struktur pembiayaan

Biaya investasi

Proyeksi aliran kas

PBP, IRR, NPV, B/C Ratio, ROI, BEP

Analisis sensitivitas

Analisis lingkungan dan legalitas AMDAL

Peraturan pemerintah

Perizinan

Analisis manajemen dan organisasi Struktur organisasi

Deskripsi kerja

Spesifikasi kerja

Kebutuhan tenaga kerja

Analisis teknik dan teknologi Ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu

Penentuan kapasitas produksi dan lokasi

Pemilihan teknologi proses mesin dan peralatan

Tata letak

Analisis pasar dan pemasaran Segmenting, targetting, positioning, marketing mix

Tabulasi data

Data

cukup?

Pengumpulan data (primer dan sekunder)

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk

dan industri

Mulai

Survei

lapang

Tidak

Ya

19

3.2.2 Analisis Data (Penelitian Utama)

Analisis dilakukan terhadap data primer dan data sekunder yang meliputi analisis

ketersediaan bahan baku, pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi,

lingkungan, legalitas, dan finansial. Analisis data dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu

analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk table dan

gambar. Sedangkan data kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian untuk mendukung data

kuantitatif.

a) Analisis Pasar dan Pemasaran

Aspek pemasaran mengkaji beberapa hal yang meliputi potensi pasar dan strategi

pemasaran. Analisis potensi pasar mencakup pemasaran mesin, pemasaran produk surimi, pasar

produk, dan ketersediaan bahan baku pembuatan surimi sebagai komponen penting dalam

pengaplikasian mesin dalam suatu usaha. Dari hasil analisis aspek pemasaran ini diperoleh

gambaran yang jelas mengenai peluang pasar mesin surimi yang ada di Indonesia dan teknik

pemasaran yang tepat untuk mencapai target pemasaran.

Strategi pemasaran dilakukan setelah analisis potensi pasar selesai dilakukan. Analisis

strategi pemasaran yang dilakukan diantaranya segmentasi (segmentation), penentuan target

(targeting), dan penentuan posisi pasar (positioning) serta bauran pemasaran (marketing mix) yang

meliputi 4P yakni , Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi).

Tahapan analisis pasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran Industri Mesin Surimi PT.

Samudera Teknik Mandiri

b) Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis dan teknologi meliputi material dan bahan pembantu dalam pembuatan mesin,

teknologi dan mesin yang dipakai, proses produksi mesin, kapasitas produksi, dan kontrol kualitas

untuk menjamin kualitas mesin yang telah selesai diproduksi. Hasil analisis aspek teknis dan

teknologi dapat menunjang pelaksanaan proyek melalui penilaian apakah secara teknis dan

Mulai

Pencarian Data

Data Cukup

Analisis Potensi Pasar

Penentuan Strategi Pemasaran

Penentuan Bauran Pemasaran

Selesai

Ya

Tidak

20

pemilihan teknologi serta pelaksanaan proyek telah layak atau belum pada saat operasional secara

rutin.

Gambar 4. Diagram Alir Proses Analisis Aspek Teknis dan teknologi Industri Mesin Surimi PT.

Samudera Teknik Mandiri

Bahan baku mesin dianalisis dengan mengkaji jenis bahan dapat digunakan dalam pembuatan

mesin, seperti stenless steal dan motor yang digunakan. Dalam analisis ini juga dicari alternatif

bahan subtitusi yang lebih murah namun tetap memberikan mutu mesin yang sama.

Analisis Lokasi Pabrik dilakukan untuk menilai dan mencari alternatif lokasi pabrik yang

paling baik. Kriteria penting untuk lokasi pabrik yang paling baik adalah apabila lokasi yang

bersangkutan dekat dengan bahan baku, pasar, dan memiliki akses transportasi yang mudah.

Analisis penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi pasar.

Hal ini mempertimbangkan penyerapan produk di pasaran. Mengingat mesin surimi masih tergolong

teknologi baru bagi masyarakat Indonesia maka dapat dipastikan bahwa penetrasi pasar diawal

cukup sulit dilakukan. Akan tetapi seiring dengan adanya promosi yang dilakukan perusahaan maka

permintaan mesin akan meningkat. Sehingga dalam analisis aspek ini juga perlu adanya analisis

kenaikan kapasitas produksi dan persediaan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dimasa

mendatang.

Analisis dan pemilihan jenis teknologi dan proses produksi yang dilakukan perusahaan

didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Selain itu juga

mempertimbangkan kualitas produk yang dihasilkan dari adanya teknologi yang digunakan. Dalam

analisis ini dilakukan pemilihan mesin dan peralatan yang paling sesuai dengan kapasitas produksi

yang ingin dicapai perusahaan.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja

atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung

Mulai

Pencarian Data Bahan Baku Mesin

Data Cukup

Analisis Lokasi Pabrik

Analisis dan Penentuan Kapasitas Optimal

Analisis dan Penentuan Teknologi Proses (Mesin dan Peralatan)

Penyusunan Diagram Keterkaitan antar Aktivitas, Kebutuhan Luas Ruang Produksi, Jumlah Mesin, dan Jumlah Operator

Penyusunan Tata Letak Perusahaan

Selesai

Ya

Tidak

21

kegiatan produksi. Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi

adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk

mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi. Penyusunan diagram

keterkaitan antar aktivitas, kebutuhan luas ruang produksi, jumlah mesin, dan jumlah operator

dilakukan untuk memberikan rekomendasi ruang kerja yang ideal sehingga dapat memberikan

kenyamanan kerja bagi karyawan. Ruang kerja yang tidak nyaman atau terlalu sempit sering kali

mempengaruhi bahkan menurunkan produktivitas karyawan. Sehingga secara tidak langsung

penilaian aspek ini dapat membantu memberikan masukan untuk meningkatkan kenyamanan dan

produktivitas kerja karyawan.

Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan antaraktivitas,

kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area. Untuk menganalisis keterkaitan antar

aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda

sandi sebagai berikut.

1. A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan

dan bersebelahan.

2. E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.

3. I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan

4. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan

5. U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling

mengikat.

6. X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak

boleh saling berdekatan.

Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antar

aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi,

keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja,

penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta

kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang

sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan

serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan

yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990).

Pada bagan keterkaitan antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan

penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar

aktivitas. Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai

berikut.

1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan.

3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau subfaktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan

aliran informasi).

5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antar aktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan keterkaitan antar aktivitas.

Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan

kegiatan.

7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia.

22

Bagan keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi

diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar

aktivitas.

1. Mendata semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas.

2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antar aktivitas pada sisi pojok dan tengah

setiap template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas untuk menunjukkan derajat

kedekatan antar aktivitas.

3. Melanjutkan prosedur untuk setiap template yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat.

4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih

dahulu, kemudian E, dan seterusnya.

5. Menggambarkan pola aliran sementara.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja

atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung

kegiatan produksi. Menurut Machfud dan Agung (1990), berdasarkan tingkat produksi yang telah

ditentukan pada pemilihan teknologi proses, maka dapat ditentukan berapa jumlah mesin yang

dibutuhkan pada setiap tahapan proses produksi.

c) Aspek Manajemen dan Organisasi

Aspek manajemen dan organisasi mengkaji berbagai hal yang terkait dengan bentuk badan

usaha, tenaga kerja yang dibutuhkan, spesifikasi tenaga kerja, deskripsi tenaga kerja, dan struktur

organisasi yang ada serta anggota direksi dan tenaga lain yang diperlukan. Dengan melakukan kajian

aspek manajemen dan organisasi ini maka diperoleh gambaran mengenai struktur organisasai

perusahaan sehingga diketahui tenaga manajemen apa dan berapa yang diperlukan. Aliran analisis

manajemen dan organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram Alir Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi Industri Mesin Surimi PT.

Samudera Teknik Mandiri

Mulai

Mempelajari Tujuan Perusahaan

Pertimbangan:

•Data Perkiraan Investasi yang Diperlukan dari Penggunaan Mesin dan Bahan Baku

•Data Kapasitas Produksi

•Teknologi Proses yang Digunakan

Analisis Bentuk Usaha yang Dipilih

Analisis Struktur Organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan Kebutuhan

Tenaga Kerja

Selesai

23

d) Analisis Aspek Legalitas

Aspek legalitas yang perlu dikaji dalam hal ini adalah bentuk badan usaha, berbagai akte

perusahaan, sertifikat dan izin yang diperlukan. Hal ini dinilai penting karena merupakan cakupan

dari syarat legalnya suatu usaha. Perusahaan yang memiliki legalitas berguna untuk kelangsungan

hidup proyek dalam rangka meyakinkan meyakinkan kreditur dan investor. Aliran analisis aspek

legalitas dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Alir Analisis Legalitas Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri

e) Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mengkaji dan menganalisis berbagai masalah lingkungan yang timbul

akibat berdirinya perusahaan. Masalah tersebut memberikan dampak nyata pada lingkungan sekitar

yang berupa pencemaran lingkungan seperti air, tanah, dan udara. Ketiga poin ini perlu dilakukan

kajian dalam aspek lingkungan beserta upaya yang dilakukan untuk menanganinya. Hasil dari

penilaian berupa evaluasi lingkungan dan masukan yang berupa saran untuk memperbaiki

penanganan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Aliran analisis aspek lingkugan dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Alir Analisis Lingkungan Industri Mesin Surimi PT. Samudera Teknik Mandiri

Mulai

Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang tentang Pendirian Usaha

Mengkaji :

•Bentuk Usaha yang dijalankan

•Akte Perusahaan

•Sertifikasi Perusahaan

• Izin Pendirian Usaha

Selesai

Mulai

Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang tentang Lingkungan Usaha

Analisis Masalah Lingkungan Perusahaan (Air, Tanah, dan Udara)

Selesai

24

f) Aspek Finansial

Aspek terakhir yang perlu dikaji adalah aspek finansial. Tujuan akhir dari aspek finansial

adalah untuk menilai apakah pembangunan proyek perusahaan layak atau tidak secara finansial.

Untuk itu perlu dilakukan kajian besarnya kebutuhan modal yang diperlukan perusahaan yang

mencakup biaya investasi dan biaya modal kerja. Untuk memperoleh hal tersebut maka dilakukan

penilaian berdasarkan kriteria investasi yang mencakup Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C) dan payback period. Keempat metode investasi ini dipilih

karena telah mewakili semua aspek penting, seperti nilai waktu dan uang serta evaluasi proyek

untuk kepentingan umum atau sektor publik. Suatu proyek dapat dikatakan layak untuk

dikembangkan jika dalam perhitungan diperoleh NPV > 0, IRR > discount rate, Net B/C ≥ 1.

Berdasarkan payback period pengembalian yang lebih cepat akan lebih disukai dan proyeknya layak

untuk dikembangkan.

1. Net Present Value (NPV)

Net present value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang

investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa

yang akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Suwarsono, 2000; Hernanto, 1991).

Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai

berikut.

,

dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t (aliran kas masuk tahun ke-t)

Ct = biaya pada tahun ke-t (Biaya kas keluar tahun ke-t)

i = tingkat suku bunga (%) atau arus pengembalian (rate of return)

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n)

n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek

tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut

mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal atau setelah diperhitungkan

discount rate yang berlaku.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan

dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). Menurut Sutojo (2002), IRR merupakan tingkat bunga

yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi

proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan penghitungan

IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah

et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

,

dengan NPV(+) = NPV bernilai positif

NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif.

atau ,

dengan Bt = Keuntungan tahun ke-t (Aliran kas tahun ke-t)

25

Ct = Biaya tahun ke-t (Aliran kas keluar tahun ke-t)

i = IRR = indeks bunga per tahun atau arus pengembalian (rate of return).

dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut :

- Jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan

- Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena pertumbuhan

uang akibat investasi dari proyek tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan uang jika ditabung di

bank.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value

yang bernilai positif dan present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C

dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray

et al., 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut.

,

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan

jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999).

4. Payback Period (PBP) (Periode Pengembalian)

Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu

investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan (revenue)

terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Payback Period biasanya dinyatakan dalam jangka

waktu per tahun. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

,

Dengan :

P = waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi

V = jumlah modal investasi

I = manfaat bersih rata-rata per tahun per periode.

Semakin cepat modal investasi dikembalikan, maka semakin baik usaha/proyek tersebut.

5. Perhitungan Nilai Sisa

Menurut Gittinger (1986), dalam suatu kegiatan investasi tidak semua biaya modal habis

digunakan selama periode rencana investasi, sehingga tersisa suatu nilai yang disebut nilai sisa

(residual value). Nilai sisa dihitung pada saat proyek berakhir berdasarkan perhitungan depresiasi

(penyusutan) asset per tahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Menurut Soeharto (1998),

untuk memudahkan perhitungan maka nilai sisa sebagai harga penjualan asset pada akhir tahun

penyusutan dapat diassumsikan sama dengan nol.

Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis lurus

(straight line depreciation). Metode garis lurus ini adalah metode yang mengasumsikan bahwa

penyusutan merata sepanjang periode asset masih berfungsi (Soeharto, 1998).

, untuk Bt-Ct > 0

, untuk Bt-Ct < 0

26

IV. PROFIL PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat PT. Samudera Teknik Mandiri

PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang inovasi dan produksi mesin pemisah daging dan tulang ikan. Mesin SuritechTM

merupakan

salah satu teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan

Hasil Tangkap Sampingan (HTS) atau by-catch dan ikan-ikan ekonomis rendah hasil dari kegiatan

perikanan pantai. Mesin SuritechTM

mampu mengolah ikan-ikan tersebut menjadi daging lumat

(surimi) yang pada tahap selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan lainnya

seperti bakso, empek-empek, nugget, sosis, dan kaki naga.

SuritechTM

merupakan sebuah mesin yang lahir karena terilhami dari jumlah hasil tangkap

sampingan (by-catch) di Laut Arafuru yang sangat banyak pada penangkapan udang. Dari hal

tersebut, kemudian Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, Eddi Husni, ST, M.Si, Ir. Beni Pramono,

M.Si, dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si mewujudkan sebuah teknologi tepat guna untuk memanfaatkan

hasil tangkap yang dibuang. Pada awalnya mesin ini diberinama ”Arius Fish Meat Bone Separator”.

Mesin ini pertama kali diterapkan di Provinsi Papua pada pilot project kerjasama PEMDA Papua

dan PT. Sucofindo pada tahun 2005. Dalam perjalannya, permintaan terhadap mesin ini terus

meningkat.

Adanya motivasi untuk memajukan perikanan dan pengembangan UMKM (Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah) di bidang perikanan, maka improvisasi dan penyempurnaan mesin ini terus

dilakukan hingga kemudian lahirlah ”SuritechTM

”. Pada tahun 2006 Research Working Group on

Coastal Fisheries Develompment dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Perikanan, IPB yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc, dan beranggotakan Eddi

Husni,ST M.Si, Ir.Beni Pramono, M.Si, M.Riyanto, S.Pi M.Si dan Adi Susanto S.Pi bekerjasama

dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Program IPTEKDA LIPI melakukan

pembinaan terhadap 2 UKM di Pelabuhan Ratu. UKM tersebut adalah KUB Tiga Waja yang

memproduksi bakso dan KUB Hurip Mandiri yang memproduksi otak-otak, nugget, kerupuk dan

abon ikan. Hasil modifikasi dan penyempurnaan mesin Suritech™ kemudian diaplikasikan melalui

kedua UKM tersebut.

Semangat untuk menjadi penggerak ekonomi masyarakat pesisir melalui teknologi

Suritech™ sebagai teknologi tepat guna (TTG), dan keinginan untuk memasyarakatkan Suritech™

keseluruh pelosok tanah air terjawab melalui program Inkubasi RAMP (Recognition and Mentoring

Program) pada tahun 2007. Melalui program ini, maka lahirlah workshop khusus yang bergerak

dalam pengembangan mesin pemisah daging dan tulang ikan dengan nama PT. Samudera Teknik

Mandiri yang memproduksi mesin Suritech™. Dengan slogan The Innovative Technology

Manufacturing, Samudera Teknik Mandiri terus berkembang untuk melahirkan inovasi-inovasi

teknologi yang menjadi kebutuhan masyarakat, bukan hanya terbatas pada mesin Suritech™ tetapi

juga teknologi pasca pengolahan seperti teknologi pembuatan bakso, nugget, otak-otak, empek-

empek, kerupuk ikan, pengasapan ikan, dan produk olahan lainnya.

4.2 Lokasi PT. Samudera Teknik Mandiri

PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) berlokasi di Vila Ratu Indah, Sindang Barang

Pilar I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi tersebut merupakan lahan sewaan.

Luas area perusahaan secara keseluruhan adalah 335 m2 dengan total luas bangunan 89,6 m

2 yang

terdiri dari bangunan utama 4 x 3,5 m, tempat Workshop 9 x 6 m, rumah jaga 6 x 3 m, dan dua buah

kamar mandi yang masing-masing memiliki luas 1,5 x 1,2 m. Bangunan utama merupakan tempat

untuk melakukan koordinasi bagi semua anggota tim dan merencanakan langkah-langkah kegiatan

27

perusahaan selanjutnya. Workshop merupakan tempat kerja yang dilengkapi dengan gudang

penyimpanan. Sementara itu, rumah jaga diperuntukan bagi karyawan yang sekaligus bertanggung

jawab terhadap keamanan barang-barang yang ada.

4.3 Struktur Organisasi

Sampai saat ini struktur organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri masih sederhana.

Perusahaan hanya diisi oleh 4 orang sebagai tenaga manajemen. Hal ini dilakukan perusahaan untuk

mengefisienkan tenaga kerja yang ada karena perusahaan masih termasuk dalam skala kecil.

Struktur organisasi PT. STM dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Struktur Organisasi PT. Samudera Teknik Mandiri

Dari struktur tersebut, terdiri 4 orang tenaga manajemen perusahaan dan 2 orang tenaga

kerja langsung. yakni Direktur Utama, Tenaga Ahli, dan Manajer Keuangan, Administrasi, dan

Pemasaran. Direktur Utama PT. STM adalah Ir. Beni Pramono, M.Si, tenaga ahli adalah Prof. Dr. Ir.

Ari Purbayanto, M.Sc dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si sedangkan Manajer Keuangan, Administrasi dan

Pemasaran adalah Adi Susanto, S.Pi, M.Si. Gambar tim Manajemen pengelola PT. STM dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Manajemen Pengelola PT. Samudera Teknik Mandiri (dari kiri ke kanan : Prof. Dr. Ir.

Ari Purbayanto, M.Sc, Adi Susanto, S.Pi, M.Si, Ir. Beni Pramono, M.Si, dan M. Riyanto,

S.Pi, M.Si)

Direktur Utama

Manajer Keuangan, Administrasi, dan Pemasaran

Tenaga Kerja Teknis

Tenaga Ahli

28

4.4 Ketenagakerjaan

Total tenaga kerja PT. Samudera Teknik sampai saat ini adalah 6 orang. Masing-masing

peran memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yakni sebagai berikut :

a. Staf Ahli

Tugas : sebagai tenaga konsultan pengembangan mesin dan perusahaan

b. Direktur Utama

Tugas : bertanggung jawab atas keseluruhan aktivitas dan kegiatan perusahaan termasuk

melakukan quality control

c. Manajer Administrasi, Keuangan, dan Pemasaran

Tugas : sebagai penanggung jawab atas urusan administrasi dan keuangan perusahaan

termasuk pembelian bahan baku, penjualan dan pemasaran

d. Tenaga Kerja Langsung (Teknisi)

Tugas : sebagai tenaga kerja langsung yang bertugas membuat mesin mulai dari

pemotongan, pengelasan, perakitan, dan pengemasan

29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Penelitian tentang mesin surimi telah dikembangkan sejak tahun 2006 oleh tim peneliti IPB

yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. Hasil penelitian telah banyak dipublikasikan

melalui berbagai jurnal ilmiah, salah satunya termuat dalam Prosiding Seminar Nasional, Teori dan

Aplikasi Teknologi Kelautan 2009. Dalam prosiding tersebut dimuat hasil penelitian mesin pemisah

daging dan tulang ikan untuk pemanfaatan by-catch di atas kapal pukat udang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mesin ini memiliki kinerja teknis yang baik untuk digunakan di atas kapal

pukat udang. Kemampuan pemisahan daging dan tulang ikan ini berbeda-beda tergantung dari jenis

spesies ikan. Selain itu, pengumpanan ikan pada mesin sangat menentukan efisiensi mesin dalam

memisahkan daging dan tulang ikan.

Pengembangan mesin surimi terus dilakukan. PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM)

melihat adanya peluang bahan baku surimi berupa ikan by-catch dan ikan-ikan ekonomis rendah

yang potensial di Indonesia. Peluang pasar produk surimi juga semakin meningkat seiring dengan

peningkatan permintaan dari produk-produk turunannya. Namun, peningkatan permintaan surimi

tersebut belum dibarengi dengan penggunaan teknologi pengolahan surimi yang baik. Pembuatan

produk-produk turunan surimi seperti bakso, empek-empek, kerupuk ikan dan lainnya masih banyak

dilakukan dengan cara tradisional seperti memfilet dan melumat daging ikan secara manual. Hal ini

dilakukan karena kurangnya pengetahuan perkembangan teknologi di bidang pengolahan surimi.

Teknologi yang ada di pasaran saat ini masih dikenal mahal sehingga tidak terjangkau oleh industri

rumah tangga atau IKM. Untuk itu, PT. STM menawarkan mesin surimi (SuritechTM

) dengan

kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Mesin ini diciptakan untuk mengatasi dan

memberikan alternatif pilihan terbaik dalam membantu proses pengolahan surimi.

SuritechTM

merupakan pioneer mesin pengolahan surimi (fish bone separator) di Indonesia.

Berdasarkan data dan informasi dari Kementerian Perindustrian (2011), sampai saat ini belum

tercatat adanya industri lokal yang secara resmi memproduksi dan memasarkan secara masal mesin

atau teknologi pengolahan daging ikan yang sejenis dengan SuritechTM

.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pemasaran SuritechTM

adalah adanya pesaing yang

meniru SuritechTM

dan pesaing dari produk-produk impor. Hal ini menjadi tantangan SuritechTM

untuk meraih pangsa pasar. Tidak hanya persaingan, tantangan lainnya juga perlu dikaji lebih lanjut

dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran SuritechTM

sehingga PT.STM mampu meraih

peluang pasar dengan maksimal dan mendapatkan gambaran nilai kelayakan yang jelas. Analisis

yang dilakukan antara lain meliputi potensi pasar, strategi pembentukan dan pengembangan pasar,

dan bauran pemasaran yang mencakup strategi 4P (Product, Price, Place, and Promotion).

5.1.1 Potensi Pasar

Peluang dan kebutuhan mesin SuritechTM

perlu dianalisis dan didekati dengan melihat adanya

potensi pasar. Untuk melihat potensi pasar mesin surimi dilakukan pendekatan terhadap variabel-

variabel yang dapat mempengaruhi permintaan mesin. Variabel tersebut antara lain perkembangan

pasar surimi dan produk olahannya, pasokan bahan baku surimi, pasar mesin pengolahan surimi,

persaingan pasar mesin, dan peluang pasar mesin. Masing-masing variabel tersebut saling

mempengaruhi dalam mendorong peningkatan permintaan mesin SuritechTM

.

30

a) Pasar Surimi

Pasar surimi menjadi hal penting sebagai bahan kajian dalam melihat perkembangan dan

peluang meningkatkan pemasaran mesin. Perkembangan pasar surimi dapat mempengaruhi

permintaan mesin surimi. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan surimi secara langsung akan

turut mempengaruhi permintaan mesin sebagai alat bantu utama dalam memudahkan proses

pembuatan surimi.

Permintaan produk surimi di pasaran perlu mendapatkan perhatian khusus dari produsen.

Minimnya produsen surimi berdampak pada ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan pasar.

Menurt Djazuli (2009), unit pengolahan surimi di Indonesia masih sangat terbatas antara lain di

Jawa Timur, Pulau Moro – Riau, Jakarta, Pekalongan – Jawa Tengah, dan Jambi. Hal ini dapat

disebabkan kurangnya pengetahuan adanya teknologi pengolahan surimi oleh masyarakat, sehingga

cara pengolahan ikan masih cenderung dilakukan dengan cara tradisional. Industri pengolahan

produk-produk surimi atau fish jelly seperti di Jakarta, pada umumnya merupakan industri

sampingan pengolahan ikan dengan produksi surimi sebanyak 5 ton per bulan dan beberapa industri

skala rumah tangga dengan produksi sebesar 1 – 2 ton per bulan yang dipasarkan untuk kebutuhan

domestik.

Dari dunia internasional, permintaan surimi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini

menuntut beberapa negara seperti USA, Singapura, China, Eropa, Korea, Thailand, dan negara-

negara lainnya untuk meningkatkan volume impor surimi dari berbagai negara produsen termasuk

Indonesia. Peningkatan permintaan surimi tersebut berdampak pada kenaikan nilai ekspor surimi

Indonesia, seperti yang terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume Ekspor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton)

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

China 380,353 727,606 465,297 247,436 495,291

Perancis 699,925 1.146,667 766,081 678,096 1.540,899

Singapura 2.305,422 4.413,152 5.911,927 4.792,972 3.253,675

USA 1.357,145 17.212,235 21.539,350 21.543,438 24.816,911

Italia 202,900 216,127 160,821 116,169 433,152

Thailand 377,304 596,162 880,081 973,626 661,888

Vietnam 198,840 868,888 540,734 689,996 828,357

United Kingdom 114,864 367,467 187,488 298,413 341,114

Sri Lanka 195,500 80,919 212,877 28,437 72,357

Australia 80,746 1.152,316 1.029,481 887,225 1.176,845

Lain-lain 8.451,613 18.137,701 23.814,001 24.395,572 32.988,439

Total 14.364,613 44.919,240 55.508,138 54.651,380 66.608,928

Sumber: UN Comtrade (2011)

Volume ekspor surimi Indonesia mengalami kenaikan selama lima tahun terakhir (2006-

2010). Volume ekspor tertinggi ditujukan ke negara Amerika Serikat dengan nilai ekspor mencapai

24.816, 911 ton dan diikuti oleh Singapura yang mencapai 3.253, 675 ton pada tahun 2010. Amerika

Serikat merupakan pasar potensial surimi dan produk olahan berbahan dasar surimi terbesar setelah

Jepang. Selain itu, Perancis dan Spanyol juga memiliki konsumsi surimi yang cukup besar dengan

jumlah konsumsi masing-masing 20.000 dan 18.000 ton per tahun (FAO, 2007). Maraknya

permintaan memaksa Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa mengimpor surimi dari negara

Asia seperti Indonesia, China, Jepang, Korea Selatan dan lainnya. Sebaliknya volume impor surimi

31

Indonesia selama lima tahun terakhir (2006-2010) telah mengalami penurunan seperti yang terlihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Volume Impor Surimi Indonesia 2006-2010 (Ton)

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

Vietnam 9,999 356,422 823,929 1.567,807 2.253,119

USA 8,850 54,131 63,778 35,115 67,891

Singapore 9,331 11,978 44,968 29,695 18,000

Malaysia 737 112,436 275,932 239,681 174,458

Thailand 28 5 26,921 81,000 122,215

Jepang - 2,849 73,423 10,612 9,336

Lain-lain 13 94,982 269,465 336,709 551,458

Total 28,958 632,803 1.578,416 2.300,619 3.196,477

Sumber : UN Comtrade (2011)

Penurunan nilai impor surimi dalam negeri dapat disebabkan oleh peningkatan kapasitas

produksi surimi dalam negeri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2008 produksi

surimi Indonesia mencapai nilai tertinggi 154.700 ton. Menurut Budiyanto dan Djazuli (2005), 90%

produk surimi Indonesia untuk ekspor ke berbagai negara dan 10% untuk domestik. Dari pernyataan

tersebut, apabila diasumsikan 30% dari 234,2 juta jiwa penduduk Indonesia (Kompas, 2011)

mengkonsumsi surimi dan produk turunannya sebanyak 100 gram per orang per hari maka konsumsi

surimi dan produk turunanya per hari dapat mencapai 7.026 ton per hari atau 2.564.490 ton per

tahun. Dari volume kebutuhan surimi tersebut, apabila yang terpenuhi dari impor mencapai volume

rata-rata 1.547,455 per tahun maka sisa permintaan yang belum terpenuhi adalah sebesar

2.562.942,545 ton per tahun. Angka ini menunjukan besarnya peluang pasar produk surimi yang

masih terbuka.

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), proyeksi jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2000

hingga 2025 mendatang akan terus meningkat dari 205,1 juta hingga 273,2 juta. Pertumbuhan

jumlah penduduk dapat mempengaruhi peningkatan konsumsi surimi. Jika kebutuhan surimi

dikonversikan dengan kebutuhan mesin produksinya (SuritechTM

) dengan volume produksi 480 kg

per hari (kapasitas mesin 60 kg/jam dan waktu operasi 8 jam per hari) maka jumlah mesin yang

dibutuhkan adalah sebanyak 14.629 buah mesin.

b) Pasar Produk Olahan Surimi

Surimi merupakan produk antara (setengah jadi). Selain membuat dan memasarkan surimi,

banyak perusahaan yang mengolah dan memasarkan surimi menjadi produk-produk lanjutan seperti

bakso, otak-otak, empek-empek, nugget, kerupuk, sosis, dan lainnya. Peningkatan permintaan

produk surimi dapat didorong dari peningkatan produk turunan surimi. Di pasar domestik produk

olahan surimi (surimi based-product) cukup memasyarakat. Sementara di pasar internasional

permintaan akan surimi juga berlanjut pada produk olahan seperti imitation crab meat dan fish cake.

Permintaan produk-produk olahan surimi akan sangat mempengaruhi permintaan surimi itu

sendiri. Penggunaan mesin surimi sebagai mesin utama pada proses produksi surimi sangat

membantu meningkatkan produktivitas produk-produk lanjutan surimi. Sampai saat ini, masih

banyak industri kecil menengah (IKM) yang melakukan produksi produk-produk olahan surimi

dengan cara manual, terutama pada tahap pembuatan lumatan daging ikan. Sebagai contoh, pada

IKM pembuatan kerupuk ikan di Bulu Lawang, Malang. Produktivitas IKM kerupuk ikan ini

meningkat setelah menggunakan mesin SuritechTM

. Sebelum menggunakan mesin, 40 kg ikan segar

dapat diproses menjadi surimi dalam waktu 4 jam dan setelah menggunakan mesin SuritechTM

ikan

32

tersebut dapat diproses hanya dalam waktu 30 menit. Dengan demikian IKM kurupuk tersebut dapat

menghemat waktu dan tenaga dalam proses produksi. Hal ini juga dapat terjadi pada industri

makanan sejenis yang menggunakan lumatan daging ikan atau surimi sebagai bahan baku

utamannya.

Produk olahan surimi lain yang sangat digemari masyarakat seperti yang terlihat pada

Gambar 10. antara lain adalah kaki naga, otak-otak ikan, nugget ikan, dan bakso ikan. Menurut data

dari Badan Pusat Statistik (2008) produksi beberapa produk olahan surimi dalam negeri tahun 2008

seperti otak-otak ikan adalah sebesar 832,200 ton, nugget ikan 32,140 ton, abon ikan 12,347 ton, dan

bakso ikan sebanyak 231,628 ton. Sementara itu produksi bakso ikan saat ini telah menyaingi

popularitas bakso daging sapi. Di pelabuhan Ratu yang mengalami kenaikan dari 300-400 kg/jam

pada tahun 2010. Peningkatan konsumsi bakso juga dapat terjadi pada produk-produk turunan

surimi lainnya. Dengan demikian, hal ini seharusya dapat mempengaruhi permintaan mesin surimi

untuk membantu proses produksi produk-produk olahnnya tersebut.

Gambar 10. Produk-produk Olahan Surimi

(Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri)

c) Bahan Baku Surimi

Ketersediaan bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan sangat diperlukan bagi industri

surimi atau produk-produk turunannya. Di Indonesia, bahan baku surimi masih tergolong mudah

untuk diperoleh mengingat produksi perikanan bahari yang sangat potensial. Hal ini sangat

mendukung dalam produksi surimi setiap tahunnya.

Pada tahun 2010 produktivitas perikanan tangkap Indonesia mencapai volume 10.862.802 ton

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010). Dari hasil perikanan tangkap ini, masih terdapat

banyak ikan hasil tangkap samping yang harus dibuang kembali ke laut karena bukan merupakan

target utama panangkapan. Ikan hasil tangkap samping atau by-catch memiliki jumlah yang tidak

kalah besarnya jika dibandingkan dengan hasil tangkapan utama, terutama pada penangkapan udang.

Rasio tangkapan utama dengan by-catch bervariasi menurut daerah penangkapan dan waktu.

Pada penangkapan udang, Allops (1981) menyatakan bahwa di daerah tropis rasio rata-rata by-catch

terhadap udang berkisar 10:1. Menurut Widodo (1997), by-catch bervariasi antara 8 – 13 kali hasil

tangkapan udang. Sedangkan menurut Sumiono (2000) rasio udang dan by-catch pada penangkapan

Kaki Naga Bakso Ikan

Otak-otak Nugget Ikan

33

di laut Arafuru adalah 1:12 yang sebagian besar berupa ikan demersal. Dalam hal ini, kepulauan

Arafuru memiliki potensi yang tinggi sebagai daerah penghasil by-catch. Ikan demersal dapat

menghasilkan produk surimi dengan kualitas baik, asal bahan baku yang digunakan sesegar

mungkin. Rasio by-catch dan hasil tangkapan udang menurut para ahli dari beberapa daerah di

Indonesia adalah seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rasio HTS (by-catch) terhadap udang di Laut Arafuru

Tahun Rasio HTS: Udang Wilayah Sumber

1991 8:1 – 13:1 Laut Arafuru Widodo (1991)

1992 9:1 Sele, Bintuni Iskandar et al.(1993)

1993 12:1 Dolak, Bintuni, Kaimana, Aru Badrudin dan Karyana (1993)

1996 7:1 – 8:1

24:1

29:1

13:1

Aru

Sele

Kaimana

Laut Arafuru

Widodo (1997)

1997 11:1

8:1

Aru

Kaimana

Suharyanto (1997)

2000 12:1 Aru Sumiono et al. (2000)

Rasio hasil tangkapan udang dan by-catch setiap tahunnya menunjukkan jumlah yang sangat

signifikan. Apabila rasio yang dihasilkan oleh kapal pukat udang adalah 12:1, yang artinya untuk

setiap 1 ton udang menghasilkan 12 ton by-catch. Adapun produksi udang diperkirakan sebesar

60.000 ton per tahun, sehingga by-catch yang didapatkan mencapai 300.000 ton per tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Purbayanto et al., (2004) menunjukkan bahwa potensi ikan by-catch

pukat udang di laut Arafuru diperkirakan sebesar 332.186 ton per tahun. Jumlah tersebut hanya

mewakili salah satu wilayah dari daerah penangkapan ikan di Indonesia, sehingga angka yang lebih

besar akan didapat jika mencakup seluruh perairan wilayah RI.

By-catch hasil tangkapan pukat udang sangat beragam. Ikan hasil tangkapan dapat berupa

berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dan yang bernilai ekonomis rendah, seperti yang terlihat

pada Gambar 11. Jenis ikan ekonomis rendah juga banyak dihasilkan oleh nelayan kecil. Ikan-ikan

ini biasanya dijual dipasaran dengan harga yang murah. Untuk itu, jenis ikan ekonomis rendah hasil

tangkapan nelayan sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku surimi untuk meningkatkan nilai

tambahnnya. Ketersediaan by-catch dan ikan ekonomis rendah yang sangat potensial dapat menjadi

penopang keberlanjutan industri surimi dalam negeri.

34

Gambar 11. Penangkapan Udang Menggunakan Pukat Udang dan Hasil Tangkapannya

(Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri)

d) Pasar Mesin Surimi

Mesin surimi telah dikembangkan sejak tahun 1987. Pemintaan mesin surimi ikut

berkembang seiring dengan peningkatan permintaan surimi. Pasar mesin surimi pada dasarnya

berasal dari kalangan industri (business to business), yang dapat digolongkan menjadi 2 yakni

industri besar dan industri kecil menengah (IKM). Kedua jenis industri ini merupakan pasar

potensial untuk memasarkan mesin SuritechTM

.

Saat ini, mesin surimi lebih banyak digunakan oleh industri besar. Akan tetapi pengolahan

surimi pada industri besar, pada umumnya merupakan kegiatan sampingan dari pengolahan ikan.

Industri-industri ini menggunakan mesin dengan skala besar untuk mengolah by-catch atau ikan

ekonomis rendah. Salah satu industri besar yang telah mengolah surimi adalah PT. Panca Mitra

Multi Perdana. Perusahaan ini merupakan produsen produk-produk olahan dan pengawetan ikan

seperti filet ikan, cumi, udang, dan surimi. Perusahaan yang berlokasi di Situbondo, Jawa Timur ini

memiliki kapasitas produksi sebesar 9.200 ton per tahun untuk fillet ikan dan surimi, dan 2.500 ton

per tahun untuk udang dan cumi beku.

Pada industri kecil, mesin surimi dapat menunjang kinerja berbagai macam IKM yang

bergerak pada bidang pembuatan kerupuk, bakso, empek-empek, dan nugget ikan. Pasar industri

kecil menengah ini sangat potensial untuk dijadikan sasaran utama karena jumlahnya yang lebih

banyak jika dibandingkan dengan industri besar. Jumlah IKM di Indonesia pada tahun 2009

diperkirakan mencapai 52.764.603 (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2011).

Jumlah ini meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan jumlah IKM dapat dilihat pada Tabel 9.

35

Table 9. Perkembangan Usaha Kecil Menengah dari 2005-2009 (unit)

Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011)

Keterangan: * angka sementara

** angka sangat sementara

Perkembangan UMKM atau IKM mengalami peningkatan sebesar 12% dari tahun 2005

hingga 2009. Jika diasumsikan 5% dari jumlah UKM yang ada tersebut bergerak dalam bidang

produksi makanan seperti bakso, empek-empek, kerupuk, nugget, dan produk-produk turunan surimi

lainnya, maka jumlah mesin yang dapat ditawarkan adalah sebesar 2.638.230 unit mesin. Angka ini

menunjukkan bahwa potensi pasar industri mesin surimi ini masih sangat prospektif untuk

dikembangkan.

e) Persaingan Pasar Mesin Surimi

Mesin SuritechTM

merupakan mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi surimi, yakni

lumatan daging ikan yang telah terpisah dari tulang, kulit, dan sisiknya. PT.STM merupakan

produsen baru yang mempelopori mesin surimi di Indonesia. Menurut Fellows et al. (1996)

besarnya pasar untuk suatu bisnis baru harus diperhitungkan pesaing terhadap produk tersebut.

Pengetahuan tentang pesaing ini berpengaruh terhadap besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai.

Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian (2011), sampai saat ini belum tercatat secara

resmi produsen mesin sejenis. Akan tetapi, beberapa produsen dalam negeri kemudian muncul

sebagai pesaing dengan meniru mesin SuritechTM

yang dipasarkan. Selain itu, pesaing juga muncul

dari produk luar negeri seperti China.

Salah satu pesaing dalam negeri yang muncul adalah CV. Archigama yang berlokasi di

Dusun Cambahan Nogotirto Gamping, Sleman, Yogyakarta. Perusahaan yang di pimpin oleh Teguh

Ikhwanu ini bergerak di bidang rekayasa industri. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam

mesin dan peralatan industri, seperti vacuum dryer, vacuum fryer, deep fryer, mesin perajang

tembakau (bal-balan), hydrolic press, screw roll press, pasteurisasi machine, bakery oven, mesin

sangrai kopi, spray dryer, fluid bed dryer, freeze dryer, mesin uht, evaporator, pemipih emping,

mesin pembuat vco, lemari asam, unit destilasi, dan lain-lain. Mesin-mesin tersebut diproduksi

sesuai dengan pesanan dan dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi (besar, kecil, atau

menengah) yang diinginkan konsumen. Mesin surimi yang diproduksi oleh perusahaan ini diberi

Tipe FBS100 (Gambar 8), dan dijual dengan harga sebesar Rp. 26.000.000. Mesin ini dipromosikan

melalui website. Akan tetapi tidak ada keterangan yang jelas tentang spesifikasi yang jelas dari

mesin tersebut.

Indikator 2005 2006 2007 2008* 2009** %

Perkembangan

Usaha

Mikro 45.217.567 48.512.438 49.608.953 50.847.771 52.176.795 15,39

Usaha

Kecil (UK) 1.694.008 472.602 498.565 522.124 546.675 (63,73)

Usaha

Menengah

(UM)

105.487 36.763 38.282 39.717 41.133 (61,01)

Total

UMKM 47.017.062 49.021.803 50.145.800 51.409.612 52.764.603 12,22

36

Gambar 12. Mesin Surimi Produksi CV. Archigama

Sumber: http://indonetwork.co.id/Archigama_Indonesia

Produsen mesin dalam negeri lainnya adalah Pabrikmesin.com yang merupakan salah satu

group dari Kontraktor.com. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya Suko 56C Sidoarjo, Jawa

Timur ini memproduksi mesin-mesin untuk industri pertanian, perikanan, peternakan, dan industri

makanan dan minuman. Mesin-mesin yang diproduksi disesuaikan dengan keinginan dan pesanan

konsumen. Perusahaan ini berupaya memberikan harga produk yang murah namun tetap berkualitas

sesuai dengan standar industri dalam perusahaannya. Harga jual mesin surimi yang diberikan oleh

perusahaan adalah 50% lebih murah dari pesaing seperti produksi China, yakni sebesar Rp.

12.500.000. Spesifikasi mesin antara lain memiliki dimensi 800 x 600 x 860 mm, kapasitas produksi

200 kg/jam, daya listrik 1500 watt/engine 5PK, dan memiliki berat 190 kg. Akan tetapi mesin ini

tidak memiliki sertifikasi pengujian dari lembaga resmi sehingga perbandingan antara harga dan

spesifikasi yang diberikan patut menjadi pertanyaan bagi konsumen. Penampakan mesin yang dijual

dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 13. Mesin Surimi Produksi Pabrikmesin.com

Sumber : http://pabrikmesin.indonetwork.co.id/

Selain dari dalam negeri, persaingan pemasaran mesin surimi juga datang dari produsen

mesin-mesin impor seperti China, Taiwan, Jepang, Jerman, Amerika, dan India. Berbagai cara

37

dilakukan produsen asing untuk memasarkan mesin surimi di Indonesia, baik melalui media internet

(online) maupun membuka cabang distributor dalam negeri. Sebagai satu salah contoh, mesin surimi

Tipe ZU-200 yang produksi China. Mesin ini dipasarkan dengan menggunakan agen penyalur atau

distributor yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Agen-agen distributor tersebut antara lain

PT. Toko Mesin Maksindo, CV. Graha Mesin Globalindo, CV. Catur Mitra Perkasa, dan CV.

Maxmillian Indo Tehnik. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penjualan melalui internet

(online) dan showroom.

PT. Toko Mesin Maksindo memiliki tiga showroom sebagai cabang pemasaran, yakni terletak

di komplek kantor dan pergudangan BIZ PARK Ciputra A2 No. 16 Pulogadung - Jakarta Timur,

Ruko Laguna Kav 6-7 jalan S.P. Sudarmo 31 Malang - Jawa Timur, dan Jl. Ngagel Raya 77 M

Surabaya. Showroom CV. Graha Mesin Globalindo terletak di jalan Kapi Sraba Raya Ruko Kav.3

10B/39 Sawojajar-2 Malang - Jawa Timur. Showroom CV. Catur Mitra Perkasa berlokasi di jalan

Bendungan Siguragura Barat Raya No 34 Malang-Jawa Timur, dan showroom CV. Maxmillian Indo

Tehnik di jalan Klampok Kasri 2A/10 Malang - Jawa Timur.

CV. Maxmillian Indo Tehnik memasarkan tiga jenis mesin surimi produksi China, yakni Tipe

ZU-200, Tipe CW-400, dan Tipe CW-300. Mesin surimi Tipe ZU-200 (Gambar 10) dijual dengan

harga $2.300 atau setara dengan Rp. 19.724.857 (nilai tukar rupiah dalam Forex Exchange Rate

Trading Sofware & Tools pada Jum’at 27 Mei 2011, 1:46 pm adalah $1=Rp.8576,025)). Mesin

tersebut memiliki spesifikasi dimensi 800 x 600 x 860 mm, kapasitas 200 kg/jam, daya listrik 1500

watt, 220 V/50Hz/1P, dan berat 190 kg. Mesin Tipe CW 400 memiliki kapasitas 400 kg/jam,

menggunakan voltase sebesar 220 V, dan memakai daya sebesar 2200 W. Mesin Tipe CW 300

memiliki kapasitas 300 kg/jam, volatase 220 V, dan menggunakan daya sebesar 2200 W.

Gambar 14. Mesin Surimi Tipe ZU-200 Produksi China

Sumber: http://www.alatmesin.com

Pesaing yang ada seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, memberikan keunggulan dari

beberapa aspek seperti kapasitas produk dan harga. Akan tetapi tidak ada satu pun produk memiliki

sertifikasi hasil pengujian performa mesin dari masing-masing yang dipasarkan tersebut. Hal ini

menjadi kelemahan yang dimiliki pesaing selain penggunaan daya listrik yang besar jika

dibandingkan dengan SuritechTM

.

f) Peluang Pasar

Adanya pesaing akan sangat mempengaruhi besarnya pangsa pasar yang dapat dicapai.

Besarnya pencapaian pangsa pasar yang diraih juga dapat dipengaruhi oleh umur bisnis itu sendiri.

SuritechTM

merupakan sebuah bisnis yang masih tergolong baru. Fellows et al (1996) memperkiraan

38

pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru berdasarkan tingkat persaingan seperti yang

terlihat pada Table 10.

Tabel 10. Prakiraan Pangsa Pasar yang Akan Diraih Berdasarkan Persaingan

Jumlah

Pesaing Banyak Sedikit Satu

Tidak

Ada

Ukuran

Pesaing Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil

Jenis

Produk S B S B S B S B S B S B

Pangsa

Pasar (%) 0,25 0-5 5-10 10-15 0,25 5-10 10-15 20-30 0-5 10-15 30-50 40-80 100

Sumber : Fellow et al (1996).

Ket : S = Sama; B = Beda

Berdasarkan hasil analisis pangsa pasar seperti Tabel 5. maka jumlah pesaing SuritechTM

tergolong masih sedikit dengan ukuran pesaing kecil dan jenis produk tidak sama. Tidak sama

karena masing-masing pesaing memberikan penawaran spesifikasi produk yang berbeda. Dan

dengan demikian, pangsa pasar SuritechTM

yang dapat diraih adalah sebesar 20-30% atau setara

dengan 2.926 – 4.389 unit mesin bila dinilai dari tingkat konsumsi surimi penduduk per hari. Angka

ini masih cukup besar sebagai target pencapaian suatu industri mesin yang baru. Perbandingan

penawaran masing-masing mesin yang ditinjau dari segi harga dan spesifikasi mesin surimi tersebut

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia

Produsen Gambar dan Tipe Mesin Spesifikasi

CV. Archigama

Tipe FBS100

Harga : Rp. 26.000.000

(tidak ada keterangan

spesifikasi yang jelas)

Pabrikmesin.com

Harga : Rp. 12.500.000

Kapasitas : 200 kg/jam

Daya Listrik: 1500watt

Dimensi: 800x600x860mm

Berat : 190 kg

39

Tabel 11. Perbandingan Beberapa Jenis Mesin Pengolahan Surimi di Indonesia (Lanjutan)

Mesin Produksi China

Tipe ZU 200

Harga : $2.300 (Rp.

19.724.857)

Kapasitas : 200 kg.jam

Daya Listrik : 1500 watt

Dimensi : 800x600x860mm

Berat : 190 kg

PT. Samudera Teknik

Mandiri

SuritechTM

Generasi 7

Harga : Rp. 22.500.000

Kapasitas : 60-80 kg

Daya Listrik : 400-600watt

Dimensi : 720x720x950mm

Berat : 200 kg

Efektivitas : 94,18 (Hasil Uji

ALSINTAN, 2009)

Dari Tabel 11, kita bisa melihat bahwa persaingan spesifikasi dan harga penjualan mesin

pengolahan surimi dalam negeri cukup ketat. Harga dan kapasitas produksi biasanya menjadi

pertimbangan utama dalam pembelian mesin. Harga mesin tertinggi adalah produksi CV. Archigama

yakni sebesar Rp. 26.000.000. sedangkan harga terendah dimiliki oleh Pabrikmesin.com yakni

senilai Rp. 12.500.000. Penawaran tinggi yang diberikan oleh CV. Archigama tidak barengi dengan

keterangan spesifikasi mesin yang jelas sehingga dapat menimbulkan keraguan bagi konsumen yang

tertarik akan produk tersebut. Sedangkan Pabrikmesin.com memberikan menawarkan harga yang

sangat rendah. Perusahanaan ini juga memberikan gambaran dari kelebihan mesin yang dimilikinya,

seperti pemakaian sparepart yang mudah didapatkan di seluruh Indonesia, perawatan mesin yang

mudah untuk dibongkar pasang, menggunakan bahan besi baja (bukan cor) sehingga kekuatan

struktur rangka lebih besar dan memberikan garansi selama 6 bulan pemakaian di luar motor

penggerak. Kelemahan dari penawaran mesin ini adalah tidak adanya sertifikasi hasil uji dari

lembaga resmi sehingga spesifikasi dan keandalan mesin tersebut masih perlu dipertanyakan.

Jika ditinjau dari segi kapasitas produksi, rata-rata produsen menjanjikan nilai produksi yang

cukup besar yakni 200 kg/jam, kecuali SuritechTM

yang hanya sebesar 60-80kg/jam. Dengan

kapasitas produksi yang besar seperti yang dijanjikan tersebut mesin-mesin pesaing SuritechTM

tidak

memberikan keterangan adanya hasil uji efektivitas mesin dari lembaga resmi. Sedangkan

SuritechTM

dengan kapasitas produksi yang tidak terlalu besar tersebut memberikan keterangan hasil

pengujian mesin oleh ALSINTAN, Depatemen Pertanian dengan nilai hasil pengujian adalah

sebesar 94,18% dan nilai susut hasil sebesar 3,40%. Sehingga pembeli tidak merasa dirugikan dan

kecewa dengan kinerja mesin setelah menggunakannya.

Dari segi penggunaan daya listrik yang digunakan, rata-rata mesin menggunakan daya yang

besar yakni 1500 watt. Daya listrik terkecil digunakan oleh SuritechTM

yakni sebesar 400-600 watt.

Sedangkan dari segi bahan yang digunakan, rata-rata mesin menggunakan bahan yang tahan karat

seperti stainless steel di bagian yang bersentuhan langsung dengan ikan. Prinsip kerja dari masing-

masing mesin tersebut sama yakni dengan menggunakan tekanan dari belt dan drum silinder berpori.

40

5.1.2 Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar

Aspek pasar dan pemasaran menempati prioritas utama dalam suatu studi kelayakan proyek.

Daya proyek untuk memberikan keuntungan (profitability) merupakan titik terpenting dari studi

kelayakan, tetapi masalah dasar dari hal ini berasal dari faktor permintaan pasar akan produk yang

dihasilkan. Untuk meningkatkan permintaan maka pemasaran SuritechTM

perlu difokuskan pada

pada sasaran yang akan dituju. Strategi pemasaran yang tepat diperlukan untuk mencapai sasaran

yang dituju sehingga program pemasaran yang dilakukan dapat tepat sasaran. Strategi pemasaran

dilakukan meliputi segmentasi, targeting, dan positioning.

a) Segmentasi

Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar menjadi beberapa kelompok pembeli

menurut jenis produk tertentu. Setiap perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam

memisahkan pasar, kemudian mengembangkan profil dari setiap segmen dan menentukan daya tarik

masing-masing segmen.

Mesin surimi merupakan mesin yang dapat digunakan untuk membantu proses produksi

surimi. Produktivitas industri pengolahan surimi dapat meningkat dengan menggunakan mesin ini.

Kelebihan mesin ini adalah dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi surimi sehingga

kapasitas produksi dapat semakin besar.

Pasar mesin surimi adalah industri pengolahan makanan yang berbahan baku ikan lumat

(surimi). Segmen pasar industri tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis industri pembuatan

surimi dan industri pembuatan produk-produk turunan surimi seperti bakso, empek-empek, nugget,

sosis dan lain-lain. Kedua jenis industri ini menggunakan mesin surimi sebagai mesin utama dalam

melumatkan ikan sebagai bahan baku utama. Pada industri pembuatan surimi biasanya produk yang

dihasilkan adalah surimi (produk setengah jadi). Surimi tersebut kemudian dapat dijual pada

konsumen pengolahan produk-produk turunan surimi. Sedangkan pada industri pembuatan produk

turunan surimi, biasanya mengolah langsung surimi yang dihasilkan menjadi berbagai macam

produk yang siap untuk dikonsumsi.

Berdasarkan skalanya, industri pengolahan ikan dapat digolongkan menjadi tiga yakni

industri besar, Industri Kecil Menengah (IKM), dan Industri Rumah Tangga (IRT). Pada industri

besar secara keseluruhan proses produksi dapat dilakukan dengan mesin-mesin modern dengan

kapasitas produksi yang besar. Sedangkan IKM dan IRT biasanya merupakan jenis industri padat

karya sehingga lebih banyak menggunakan tenaga manusia dan kapasitas produksi yang lebih kecil.

Berdasarkan aspek geografis, industri pengolahan ikan dapat dibedakan menjadi dua yakni

yang terletak di daerah pesisir pantai dan yang terletak di daratan cukup jauh jaraknya dengan

pantai/laut. Industri perikanan yang letaknya berdekatan dengan pesisir pantai biasanya

mengandalkan ikan hasil tangkapan laut sebagai bahan baku utama dari produk-produk yang

dihasilkannya. Sedangkan industri yang berjauhan dengan pantai biasanya menggunakan bahan

baku dari ikan budidaya air tawar.

b) Targeting

Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

Penetapan target pasar dapat dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen yang

kemudian diberikan perhatian khusus untuk dilayani. Berdasarkan pembagian segmen pasar yang

telah disebutkan sebelumnya, maka target pasar yang dipilih adalah industri pembuatan surimi dan

industri pembuatan produk-produk turunan surimi dengan skala kecil menengah (IKM) dan Industri

Rumah Tangga (IRT). Pemilihan tersebut didasarkan pada besarnya jumlah pangsa pasar yang dapat

diraih. Jumlah IKM di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan industri besar.

41

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011), pada tahun 2009

total UMKM mencapai 52.764.603 sedangkan usaha besar mencapai 4.677 buah industri. Dengan

besarnya jumlah UMKM ini diharapkan penentuan dari target yang ditentukan dapat memberikan

hasil penjualan yang maksimal.

Berdasarkan aspek geografis, lokasi yang dituju adalah di daerah pesisir pantai. Pemilihan

lokasi ini didasarkan pada sumber bahan baku ikan (by-catch) yang dapat menunjang produktivitas

industri surimi. Berdasarkan target ini, PT. STM pernah menetapkan perairan laut Arafuru sebagai

target pasar. Pertimbangan penentuan target lokasi ini adalah melihat ketersediaan bahan baku by-

catch yang melimpah. Menurut Purbayanto et al. (2004), produksi by-catch di perairan Arafuru

diperkirakan mencapai 399.082 ton per tahun. Akan tetapi pemasaran di daerah tersebut mengalami

kendala terkait dengan dukungan pemerintah setempat terhadap pengembangan industi kecil

menengah. Selain Arafuru masih banyak daerah pantai Indonesia yang potensial menghasilkan

bahan baku untuk mendukung berdirinya industri surimi, sehingga untuk memperluas pangsa pasar

secara umum penentuan target lokasi dapat diperluas menjadi wilayah pesisir pantai Indonesia. Dan

sampai saat ini, pengguna mesin SuritechTM

telah menyebar di berbagai daerah Indonesia seperti

Daerah Istimewa Aceh, Palembang, Bengkulu, Banjarmasin, Pontianak, Ambon, Papua dan lain-

lain, seperti yang terlihat pada Gambar 11.

Gambar 15. Peta Penyebaran Mesin SuritechTM

Sumber: PT. Samudera Teknik Mandiri

SuritechTM

tidak hanya dapat digunakan di darat. Dudukan mesin SuritechTM

yang dapat

dibuat kompak dan kokoh terhadap guncangan mesin yang juga dapat digunakan di atas kapal. Maka

untuk memperluas cakupan pemasaran dimasa yang akan datang hal ini bisa dijadikan target pasar

berikutnya dengan tetap mempertimbangkan ketentuan pemerintah tentang pengolahan ikan di atas

kapal penangkapan. Pertimbangan lain dari penentuan target ini adalah pengolahan surimi yang

dilakukan di atas kapal dapat menghasilkan surimi yang sangat baik karena menggunakan bahan

baku yang masih segar. Menurut Purbayanto (Tim Ahli PT. STM) kapal yang cocok untuk

menggunakan SuritechTM

adalah kapal dengan ukuran >150 GT (Gross Tonnage). Berdasarkan data

dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010), pada tahun 2010 kapal dengan ukuran 100 – 200

GT diperkirakan mencapai 1.320 buah kapal dan ukuran >200 GT mencapai 350 unit. Purbayanto

manambahkan bahwa pada kapal penangkapan udang, biasanya dari 100% ruang penyimpanan hasil

tangkapan (cool storage) yang digunakan ± hanya 60%. Dengan demikian 40% ruang penyimpanan

tersebut masih kosong dan tidak termanfaatkan sehingga apabila digunakan untuk menyimpan

surimi maka ruang tersebut akan lebih bermanfaat.

42

c) Positioning

Persaingan produk merupakan suatu hal wajar dalam pemasaran. Jika dilihat dari pesaing

yang muncul dari dalam negeri saat ini belum terlalu banyak. Pesaing-pesaing yang mucul saat ini

masih cenderung meniru dari produk (SuritechTM

) yang telah ada. Untuk dapat meraih suatu pasar,

mesin SuritechTM

harus mampu bersaing dan memiliki keunggulan tersendiri sehingga dapat terlihat

berbeda di pasar. Untuk itu, SuritechTM

memerlukan positioning atau penempatan keunggulan

produk agar tercipta persepsi yang dapat membedakan produk SuritechTM

dengan produk pesaing

lain. Tanpa adanya perbedaan ini, maka SuritechTM

akan terlihat sama dengan produk sejenisnya.

Positioning PT. STM secara umum dapat dibagi menjadi tiga elemen yakni benefit

positioning, image positioning, dan added value positioning. Dengan ketiga elemen ini diharapkan

SuritechTM

mendapat posisi tersendiri sebagai produk mesin surimi yang berbeda di dalam benak

konsumen. Dari ketiga positioning tersebut benefit positioning adalah yang menjadi keunggulan dari

SuritechTM

. Benefit positioning merupakan positioning yang berhubungan dengan karakteristik

SuritechTM

yang merupakan produk mesin pengolahan surimi asli buatan dalam negeri dan memiliki

harga yang terjangkau. Daya listrik yang digunakan mesin rendah yakni 400-600 watt. Jika

dibandingkan dengan pesaingnya yang rata-rata daya yang di gunakan adalah 1500 watt. Dengan

daya listrik yang lebih rendah tersebut, mesin ini lebih mudah digunakan oleh kebanyakan

masyarakat. Selain itu, produk SuritechTM

telah melewati tes pengujian dari lembaga resmi sehingga

kehandalan produk tidak perlu diragukan. Dan yang terpenting adalah adanya pelatihan operasi

penggunaan mesin yang diberikan. Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan cara mengoperasikan

dan perawatan SuritechTM

. Pelatihan dilakukan dengan mengadakan workshop dan uji kinerja

penggunaan konsumen. Selain itu, konsumen juga diberikan modul yang berisi petunjuk

penggunaan dan perawatan mesin sehingga dapat dengan mudah dipelajari sendiri. Untuk

memperkuat benefit positioning PT. STM juga memberikan garansi pembelian atau perbaikan

apabila terjadi kerusakan pada mesin selama 6 bulan.

Image positioning merupakan positioning yang berhubungan dengan citra produk di mata

konsumen. Mesin SuritechTM

diproduksi oleh kalangan akademisi (IPB) sehingga memberikan citra

yang lebih baik jika dibandingkan dengan produsen mesin sejenis lainnya. Adanya label IPB yang

melekat pada SuritechTM

memberi kesan bahwa produk ini telah melalui proses penelitian oleh

tenaga ahli sehingga kualitasnya lebih terjamin. Selain itu, penemuan mesin ini juga telah menerima

penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri dari pemerintah RI pada tanggal 20

Desember 2010 (Gambar 16) sehingga image SuritechTM

menjadi lebih baik.

Gambar 16. Penghargaan Rintisan Pengembangan Teknologi Industri (SuritechTM

) oleh Presiden RI

kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc

Positioning added value, yakni yang berhubungan dengan nilai tambah produk yang dapat

dinikmati oleh masyarakat. Keunggulan mesin SuritechTM

dibandingkan dengan produk impor luar

negeri antara lain merupakan teknologi tepat guna yang sesuai untuk IRT atau IKM, memiliki

43

bentuk yang kompak sehingga dapat digunakan di darat maupun di atas kapal, kinerja mesin dengan

efektivitas pemisahan yang tinggi, dan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan produk

mesin impor serta perawatan yang mudah dan aman dalam pengoperasiannya.

5.1.3 Strategi Bauran Pemasaran

Definisi dari bauran pemasaran adalah perpaduan dari tindakan-tindakan produk, harga,

distribusi dan promosi dalam memasarkan produk atau melayani konsumen. Bauran pemasaran yang

dilakukan oleh PT. STM diharapkan dapat mempengaruhi konsumen agar tertarik, kemudian

membeli dan akhirnya puas dengan penggunaannya. Untuk mencapai hal itu, maka penetapan

strategi bauran pemasaran yang meliputi strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi

promosi harus dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kondisinya sehingga diperoleh hasil yang

optimal.

a) Strategi Produk

Produk adalah suatu barang yang ditawarkan dan dapat memberi kepuasan dari keinginan dan

kebutuhan konsumen. Dalam hal ini, produk yang ditawarkan adalah SuritechTM

yakni mesin

pengolahan daging ikan. Alasan penciptaan produk SuritechTM

adalah untuk mengatasi

permasalahan yang timbul di dunia perikanan Indonesia. Mesin SuritechTM

dirancang dengan

teknologi modern untuk mengolah by-catch menjadi surimi sehingga dapat memberikan nilai

tambah. Untuk dapat memasarkan SuritechTM

diperlukan strategi produk, yakni suatu strategi khusus

yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya.

Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang lebih

unggul daripada pesaingnya.

Mesin SuritechTM

termasuk dalam jenis barang industri, yakni barang yang diperlukan oleh

industri sebagai konsumennya. Barang industri digolongan menjadi lima, yaitu bahan baku,

komponen dan barang setengah jadi, perlengkapan operasi, instalasi, dan perlengkapan ekstra.

Dalam hal ini, mesin SuritechTM

digolongkan sebagai barang perlengkapan operasi karena berguna

untuk membantu proses pengolahan ikan manjadi surimi.

SuritechTM

dirancang dengan spesifikasi tertentu, yakni menggunakan motor listrik yang

memiliki daya kuda sebesar ½ HP, 1420 rpm dengan daya listrik yang digunakan adalah sebesar 400

watt, 220 Volt, bahan yang digunakan stainless steel (sistem proses) dan plat besi (body mesin),

dimensi 720 x 783 x 950 mm, kapasitas produksi sebesar 60-80kg/jam, dan memiliki efisiensi

pemisahan sebesar 94,18% (susut hasil 3,40%). Bodi mesin terbuat dari plat besi dan dapat

digantikan dengan plat stainless steal (sesuai permintaan konsumen). Penampakan SuritechTM

seperti

pada Gambar 17.

44

Gambar 17. Mesin SuritechTM

Produksi PT. Samudera Teknik Mandiri

SuritechTM

memiliki dua variasi produk yang dapat digunakan di atas kapal dan di darat.

Perbedaan dari kedua mesin ini terletak pada dudukan mesin dan bahan bodi mesin yang digunakan,

selebihnya spesifikasi yang dimiliki sama. Mesin SuritechTM

yang digunakan di atas kapal memiliki

dudukan yang lebih kompak. Dudukan mesin ini dibuat rata dan diberikan tempat untuk memasang

baut sehingga pada saat terkena ombak mesin tidak mudah goyah. Body mesin yang digunakan

untuk di atas kapal lebih banyak menggunakan stainles steel sehingga tidak mudah terjadi korosi

(berkarat), karena air laut mengandung garam yang cukup tinggi sehingga memiliki korosifitas yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan air tawar. Selain itu, beberapa komponen mesin juga dilapisi

bahan yang tahan karat. Stabilizer juga ditambahkan untuk menghindari terjadinya over heating

motor listrik penggerak mesin SuritechTM

yang dapat menyebabkan kerusakan.

SuritechTM

merupakan barang industri. Menurut Kotler (1993), barang-barang industri harus

secara khusus menjalani pengujian produk ekstensif di laboratorium untuk mengukur kinerja

keandalan, rancangan, dan biaya operasi. Setelah hasilnya memuaskan, maka perusahaan dapat

mengkomersialisasikan produk tersebut dengan menyertakan dalam katalog, mengiklankannya pada

jurnal perdagangan, dan menjualnya melalui tenaga pemasaran. Dalam hal ini, pengujian mesin

SuritechTM

telah dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPM Alsintan)

yang merupakan lembaga resmi pemerintah dibawah Direktorat Mutu dan Standarisasi, Direktoral

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tiga

metode yaitu metode verifikasi, unjuk kerja, dan pelayanan. Daging lumat hasil pemisahan dengan

SuritechTM

dibedakan menjadi Grade I dan Grade II. Grade I merupakan ikan yang dihasilkan dari

penggilingan ikan dalam satu kali proses. Sementara itu tulang dan kulit ikan hasil pemisahan pada

Grade I dimasukkan kembali ke dalam mesin dan hasil pemisahannya dikategorikan sebagai Grade

II. Berdasarkan hasil pengujian efektivitas kerja mesin SuritechTM

maka secara teknis performa

mesin ternyata lebih baik dari yang selama ini menjadi asumsi. Hal ini dapat dilihat dari nilai

efisiensi yang mencapai 94,18% dengan nilai susut hasil sebesar 3,4%. Hasil pengujian dan

sertifikasi ini menjadi keunggulan dalam pemasaran mesin SuritechTM

. Lebih lengkap hasil analisis

kinerja mesin SuritechTM

dapat dilihat pada Tabel 12.

45

Tabel 12. Hasil Analisis Kinerja Mesin SuritechTM

No. Parameter Hasil Rata-rata

1. Kapasitas Pengumpanan Grade I (kg/jam) 84,00

2. Kapasitas Pengumpanan Grade II (kg/jam) 79,00

3. Kapasitas Output Grade I (kg/jam) 40,80

4. Kapasitas Output Grade II (kg/jam) 31,20

5. Efisiensi Pemisahan (%) 94,18

6. Persentase Susut Hasil (%) 3,40

7. Konsumsi Daya Pakai (kW) 0,84

Sumber : Laporan Pelaksanaan Program Inkubasi RAMP

Strategi produk juga dapat ditunjang dengan terus melakukan inovasi, meningkatkan

kualitas dan kapasitas mesin secara terus menerus sehingga dapat lebih banyak menarik minat

konsumen. Strategi peningkatan inovasi produk merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

meningkatkan daya saing perusahaan yang berada dalam kondisi persaingan yang syarat teknologi.

Optimalisasi dalam proses penelitian dan pengembangan dapat diterapkan untuk mengurangi

kelemahan dan menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen. Selain

itu, perlu memantau perkembangan pasar dan memperhatikan produk-produk pesaing di pasaran.

b) Strategi Harga

Harga adalah satu-satunya variable strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan

pendapatan. Penentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari suatu perusahaan.

Oleh karena itu, penempatan harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan.

Sebagai perusahaan yang berbasis masyarakat, PT. STM menentukan harga mesin SuritechTM

berdasarkan pangsa pasarnya, yakni pemerintah, swasta, dan IKM. Sistem subsidi silang digunakan

PT. STM dalam menentukan harga dari setiap kalangan tersebut.

Biaya adalah seluruh tanggung jawab keuangan yang harus dikeluarkan (baik tetap maupun

variabel) untuk membuat suatu produk, sedangkan harga (price) adalah nilai jual per unit produk

yang ditawarkan pada konsumen. Pada dasarnya penentuan harga sangat berkaitan dengan biaya

yang dikeluarkan, pengaruh persaingan, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang nilai produk

yang dihasilkan. Biaya produk menentukan harga terendah, sedangkan persepsi konsumen terhadap

nilai produk menentukan harga tertinggi. Penentuan harga dengan sistem subsidi silang yang

dilakukan oleh PT. STM tidak terlepas dari ketentuan tersebut. Harga terendah diberikan untuk

kalangan IKM dan tertinggi diberikan untuk pemerintah dan swasta. Harga yang ditentukan adalah

berkisar antara Rp. 18 – 25 juta.

Patokan harga yang diberikan oleh PT. STM sangat bersaing di pasaran. Apabila persaingan

harga terjadi dalam pasar maka suatu perusahaan akan menjual dengan harga yang sama dengan

pesaingnya. Akan tetapi persaingan non harga lebih mempengaruhi kebijakan penetapan harga

mesin SuritechTM

adalah perusahaan yang berbasis kemasyarakatan. PT. STM seringkali memantau

perkembangan harga yang terjadi di pasaran. Selain mematok harga yang sebanding dengan pesaing,

PT. STM juga seringkali melakukan penjualan di bawah harga pesaing. Pemberian harga di bawah

pesaing ini dilakukan dengan melihat kemampuan pembeli dan biaya pokok produksi dari mesin itu

sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga idealisme perusahaan sebagai perusahaan yang tidak

berorientasi pada keuntungan melainkan berbasis pada kemasyarakatan, namun yang perlu menjadi

catatan adalah hal ini tidak boleh merugikan tubuh perusahaan itu sendiri.

46

c) Strategi Distribusi

Workshop atau tempat produksi mesin SuritechTM

terletak di Vila Ratu Indah, Sindang

Barang Pilar I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi produksi mesin ini juga

sekaligus sebagai lokasi pemasaran. PT. STM tidak memiliki distributor penjualan yang tersebar di

wilayah Indonesia. Pemasaran dilakukan secara langsung dengan memberikan workshop dan

pelatihan serta melalui media internet (online). Penggunaan tempat produksi tersebut sekaligus

digunakan sebagai lokasi pemasaran oleh PT. STM untuk menghemat pengeluaran perusahaan.

PT.STM belum memiliki cukup dana untuk mendirikan tempat usaha sendiri. Sejak awal

berdirinya PT. STM menggunakan lokasi produksi secara berpindah-pindah dengan sistem sewa.

Lokasi yang ditempati saat ini merupakan lokasi ketiga yang disewa oleh perusahaan. Di lokasi ini,

perusahaan memproduksi dan memberikan training penggunaan mesin SuritechTM

pada konsumen

yang datang dan ingin membeli mesin. Tempat produksi dan pemasaran yang dipilih oleh PT. STM

ternyata tidak terlalu mempengaruhi penjualan mesin. Media online dan label IPB yang dikenakan

memberikan kepercayaan tersendiri pada setiap konsumen yang tertarik untuk membeli mesin ini.

Konsumen yang dekat dengan lokasi workshop dan atau tertarik untuk membeli dapat berkunjung

dan mendapatkan training langsung untuk melihat kinerja mesin.

Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menyalurkan,

menyebarkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya hingga diterima

konsumen akhir. Sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. STM adalah dengan cara pengiriman

langsung pada konsumen. Pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan jasa pengiriman

barang. Konsumen yang memesan mesin harus memberikan uang muka sebanyak 50% dari harga

mesin yang disepakati. Setelah mesin sampai pada tangan pembeli maka sisa uang harus dilunasi.

Biaya pengiriman ditanggung sepenuhnya oleh pembeli. Pemasaran seperti ini, terlihat kurang

efektif. Tetapi jika dilihat dari jenis produknya yang berupa mesin maka pemasaran seperti ini cukup

baik untuk menjaga agar tidak terjadi peniruan produk oleh agen-agen distributor. Hal ini masih

dinilai layak dilakukan oleh pihak manajemen PT.STM karena perlindungan pemerintah Indonesia

dari produk tiruan masih sangat kurang.

d) Strategi Promosi

Promosi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi yang mencoba mempengaruhi

perilaku konsumen. Peran promosi adalah menjelaskan atau menginformasikan kepada konsumen

megenai karakteristik dan keunggulan dari produk yang dimiliki (Perdanawati, 1999).

Sebagai industri baru, kegiatan promosi merupakan hal utama yang dilakukan oleh PT.STM

untuk mengenalkan SuritechTM

pada masyarakat. Secara tidak langsung kegiatan promosi Suritech

banyak terbantu dari adanya liputan dari beberapa media elektronik dan cetak seperti TV, internet,

dan media masa. Beberapa stasiun televisi yang pernah meliput tentang SuritechTM

adalah Metro TV

dan TV One. Sedangkan media masa yang pernah meliput tentang SuritechTM

antara lain Kompas,

Agrina, dan Radar Bogor. Selian itu sementara ini media promosi yang masih terus dikembangkan

dan dijalankan PT. STM situs web resmi yakni http://samuderateknik.com/. Melalui media internet

ini konsumen yang tertarik dapat langsung mengirimkan e-mail jika ada pertanyaan atau pemesanan

produk. Selain itu perusahaan juga melakukan promosi melalui bosur/leaflet yang disebarkan

melalui pameran dan workshop yang diadakan perusahaan.

Strategi pameran dan kunjungan langsung atau sosialisasi ke lokasi pemasaran merupakan

cara yang cukup efektif untuk menarik minat konsumen. Pameran yang pernah diikuti PT. STM

adalah Agrinex Expo. Dengan mengikuti pameran dan sosialisasi langsung, perusahaan dapat

menunjukan secara nyata bentuk fisik mesin SuritechTM

dan cara kerjannya. Demo penggunaan juga

dilakukan untuk menunjukan kinerja mesin. Beberapa daerah yang telah dikunjungi antara lain

47

Palembang, Bengkulu, Banjarmasin, Pontianak, dan Ambon. Dari hasil pengamatan terhadap

antusiasme masyarakat jenis promosi seperti ini termasuk cukup efektif untuk mempengaruhi

pembelian.

Promosi juga dilakukan ke dinas pemerintahan setempat. Hal ini merupakan bentuk strategi

pemasaran dari bisnis ke pemerintah (Business to Government). Pemerintah biasanya akan membeli

mesin untuk disubsidikan pada masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Selain ke pemerintah,

pemasaran juga dilakukan ke perusahaan lain (business to business). Pemasaran ini dilakukan pada

perusahaan swasta untuk membantuk pelaksanaan program kepedulian perusahaan terhadap

masyarakat (Corporate Social Resposibility/CSR). Beberapa perusahaan yang pernah membeli

diantaranya adalah adalah PT. Perikanan Nusantara untuk koperasi pengolahan ikan di Tegal dan

PT. Conocophilips Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat di Kepulauan Anambas.

Pada tahun 2010 perusahaan telah menjalankan kerjasama dengan PT. Sanco Indonesia untuk

memperluas pemasaran. Perusahaan ini tertarik untuk mengadakan kerjasama setelah melihat

promosi PT. STM melalui pameran di Kemayoran. Bentuk kerjasama yang dilakukan hanya sebatas

sebagai produsen dan distributor. PT. Sanco memasarkan mesin SuritechTM

melalui media internet

dan menjualnya lagi dengan harga Rp. 28.000.000.

5.2 Aspek Teknis Dan Teknologi

Aspek kedua yang perlu dianalisis adalah aspek teknis dan teknologi. Hal-hal yang dikaji

dalam aspek ini meliputi bahan baku, mesin dan peralatan, proses produksi, kapasitas produksi,

lokasi proyek, dan perencanaan tata letak pabrik. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000),

pelaksanaan evaluasi aspek ini seringkali tidak dapat memberikan keputusan yang baku, atau dengan

kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan suatu

atau beberapa pengalaman pada proyek lain yang serupa dilokasi lain yang menggunakan teknik dan

teknologi serupa.

5.2.1 Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Proses Pembuatan Mesin

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin surimi antara lain stainless steel, besi,

karet, ban karet, mur, baut, belt conveyor, screw conveyor, gear box, motor penggerak, saklar, roda

transportasi, bearing, puller conveyor, gear, belt, dan pulley. Beberapa gambar bahan baku dapat

dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Bahan-bahan Pembuatan Mesin SuritechTM

Plat Stainles

Steel Plat Besi

Plat Berpori Karet Rol

48

Mesin dan peralatan yang digunakan merupakan berbagai jenis mesin/peralatan perbengkelan

seperti manual stacker, travo las HT 20-P, mesin pelipat logam, tang, obeng, palu, gergaji besi,

mal/alat penyetel, kunci-kunci klem, mata bor dan lainnya. Beberapa tampilan gambar dan fungsi

mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM

No

.

Jenis Mesin/Alat Gambar Fungsi

1. Manual Stracker

Mengangkat mesin ke

mobil pengangkutan,

memindahkan

bahan/benda berat

lainnya.

2. Travo Las HT 200-P

Mesin las menggunakan

argon.

3. Mesin Pelipat Kertas

Melipat lembaran plat

besi/stainless steel

sebagai bodi dan

komponen mesin

SuritechTM

4. Mal/Alat Penyetel

Mencetak badan mesin

sehingga ukurannya

sama dan mengatur

ketepatan komponen

mesin

49

Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM

(Lanjutan.)

No Jenis Mesin/Alat Gambar Fungsi

5. Peralatan Las, Tabung

LPG, dan Oksigen

Alat dan bahan untuk

mengelas

6. Mesin Cat

Mengecat bodi mesin

7. Gerindra

Mengahaluskan

potongan bahan

8. Mesin Bor Duduk

Membuat lubang

(mengebor bahan)

9. Alat Pemotong Plat

Memotong lembaran plat

besi dan stainless steel

50

Tabel 13. Tampilan Gambar dan Fungsi Mesin/Peralatan Pembuatan Mesin SuritechTM

(Lanjutan.)

No. Jenis Mesin/Alat Gambar Fungsi

10. Peralatan Teknis

liannya (tang, obeng,

kunci, dan lain-lain)

Membantu mempercepat

proses pengerjaan mesin

Setelah bahan/material dan alat-alat tersebut siap, langkah selanjutnya adalah pengerjaan

mesin yang dilakukan secara berurutan. Langkah awal dilakukan dengan pemotongan masing-

masing material sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hasil pemotongan akan menghasilkan

bagian-bagian mesin yang masih terpisah. Dari potongan tersebut kemudian dilakukan pengelasan

pada masing-masing bagian sehingga menjadi bagian-bagian utama mesin seperti rangka mesin,

penutup badan mesin, corong pemasukan ikan, corong pengeluaran daging ikan, corong pengeluaran

tulang ikan, drum pemisah bahan, badan rangka, penutup lintasan drum, seperti yang terlihat pada

ilustrasi Gambar 19. Masing-masing bagian kemudian disatukan menjadi suatu rangkaian mesin

lengkap. Rangkaian mesin kemudian dilakukan pengujian performa. Setelah dinyatakan baik maka

mesin SuritechTM

siap untuk dijual. Aliran proses pembuatan mesin SuritechTM

dapat dilihat pada

Gambar 20 dan hasil rakitan dari komponen mesin dapat dilihat di Gambar 21.

Keterangan : (1) Penutup Badan Mesin Sisi Kanan, (2) Penutup Badan Mesin Sisi Kiri, (3) Tempat

Pemasukan Ikan, (4) Corong Pengeluaran Daging Ikan, (5) Corong Pengeluaran

Tulang, (6) Drum Berpori, (7) Belt Conveyor, (8) Karet Transmisi Motor.

Gambar 19. Bagian-bagian Mesin SuritechTM

(Koleksi PT. Samudera Teknik Mandiri)

1 2 3 4

5 6 7 8

51

Gambar 20. Aliran Proses Pembuatan Mesin SuritechTM

Keterangan: (a) Kerangka Mesin SuritechTM

, (b) Rangkaian Mesin SuritechTM

, (c) Mesin SuritechTM

Gambar 21. Kerangkan dan Mesin SuritechTM

5.2.2 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai

keuntungan yang optimal. Keuntungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pangsa pasar

yang mungkin diraih, dan faktor internal, yaitu usaha-usaha pemasaran yang dilakukan serta variabel

teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi.

Menurut UNIDO (1978), kapasitas produksi dapat didefenisikan sebagai volume atau jumlah

unit yang dapat diproduksi selama periode tertentu. Kapasitas produksi mesin SuritechTM

saat ini

adalah sebanyak 2-3 buah mesin per bulan. Kapasitas ini dibuat berdasarkan teknologi yang

digunakan dan mempertimbangkan permintaan pasar atau berdasarkan pemesanan konsumen.

Berdasarkan aspek pemasaran yang telah dibahas sebelumnya, industri mesin SuritechTM

masih dinilai layak untuk terus ditingkatkan. Dikatakan layak karena masih ada peluang pasar yang

masih terbuka. Pangsa pasar mesin akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan permintaan

Material

Pemotongan Plat Besi

Pengelasan Menjadi Komponen Mesin

Perakitan

Pengujian

Mesin

a b c

Pemotongan Plat

Berpori

Pemotongan Plat

Stainless Steel

52

akan produk surimi. Untuk mengantisipasi permintaan yang terus berkembang pada tahun-tahun

yang akan datang maka perlu ditingkatkan kapasitas produksi secara terus menerus hingga mencapai

tingkat produksi optimal.

Tingkat produksi atau kapasitas pabrik sangat dipengaruhi oleh teknologi proses yang dipilih.

Mesin SuritechTM

saat ini masih diproduksi secara konvensional yakni dengan menggunakan tenaga

manusia (Gambar 22), sehingga volume produksi mesin masih rendah yakni 2 unit mesin per bulan.

Teknologi semacam ini memiliki kelemahan yakni presisi pemotongan yang kurang seragam

sehingga dalam pengerjaannya harus dilakukan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan terjadinya

pemborosan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, pada tingkat produksi dan permintaan pasar yang

lebih tinggi teknologi yang digunakan diharapkan bisa ditingkatkan sehingga dapat mendukung

produktivitas perusahaan. Rencana kapasitas produksi yang ditetapkan dalam penelitian adalah

sebanyak 8 unit mesin per bulan atau 96 unit per tahun. Jika dilihat dari peluang pasar yang

mencapai 2.926-4.389 maka kapasitas tersebut setara dengan pemenuhan 3,3% dari peluang yang

ada. Penentuan kapasitas ini dilakukan sebagai bentuk penetrasi pasar mesin yang masih baru

sehingga dikemudian hari kapasitas dapat lebih ditingkatan.

Gambar 22. Proses Pengerjaan Mesin SuritechTM

secara Manual

5.2.3 Lokasi Pabrik

PT. Samudera Teknik Mandiri (PT. STM) berlokasi di Vila Ratu Indah, Sindang Barang Pilar

I, RT.05/RW.VI, Kelurahan Sindang Barang, Bogor. Lokasi tersebut merupakan lahan sewaan

(bangunan PT.STM seperti pada Gambar 23). Pada dasarnya terdapat prinsip-prinsip dalam

penentuan lokasi pabrik, akan tetapi mengingat industri SuritechTM

saat ini masih dalam skala kecil

maka penentuan lokasi lebih mengutamakan sewa lahan. Pertimbangan lain penentuan lokasi ini

adalah jarak dan askes dengan kampus IPB Darmaga. Sebagian besar tenaga manajemen pabrik

merupakan staf pengajar IPB, sehingga masih ada tanggung jawab untuk mengajar. Akan tetapi

sampai saat ini, perusahaan belum mengalami kendala yang berarti di lokasi ini. Alur distribusi

bahan baku dan pengiriman barang masih dapat dilakukan dengan baik.

53

Gambar 23. Bangunan PT. Samudera Teknik Mandiri

Untuk lokasi pemasaran SuritechTM

, pada awalnya perusahaan menentukan target utama

lokasi di daerah perairan Laut Arafuru. Akan tetapi pemasaran di tempat tersebut ternyata

mengalami kendala terkait budaya dan etos kerja SDM setempat. Training dan pelatihan

penggunaan mesin SuritechTM

yang diberikan kurang memberikan hasil maksimal. Hal ini

dikarenakan permintaan produk surimi yang masih minim. Selain itu dukungan dari pemerintah

setempat juga masih kurang.

Seiring dengan perkembangan permintaan pasar di masa yang akan datang, PT. STM perlu

memiliki lokasi produksi mesin sendiri. Penentuan lokasi tersebut perlu mempertimbangkan tempat

produk dijual; letak bahan baku utama; sumber tenaga kerja; sumber daya seperti air, kondisi udara,

tenaga listrik, dan sebagainya; fasilitas transportasi untuk memindahkan bahan baku ke pabrik dan

hasil produksi ke pasar; fasilitas untuk pabrik; lingkungan masyarakat sekitar; dan peraturan

pemerintah (Umar, 2001).

Menurut Beni Purnomo, Direktur Utama PT. STM beberapa alternatif lokasi pabrik yang

cocok meliputi daerah Sindang Barang, Dramaga, dan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari alternatif

lokasi tersebut kemudian dilakukan pemilihan lokasi yang paling sesuai dengan membandingkan

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan. Pemilihan dilakukan dengan menggunakan

perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Faktor-faktor yang digunakan antara lain

kemudahan mengakses bahan baku, jarak lokasi dengan sarana pendukung, tingkat harga bahan

baku, tingkat upah teknisi, biaya pembelian lahan, biaya pendirian bangunan, ketersediaan lahan dan

kemungkinan untuk perluasan, kondisi jalan, kemudahan akses pasar dan bahan baku dan lainnya.

Sedangkan alternatif lokasi yang ditentukan mencakup Sindang Barang, Dramaga dan Ciampea.

Dari hasil perhitungan, diperoleh lokasi yang terpilih adalah tetap berada di Sindang Barang dengan

total nilai hasil perhitungan 64.246, diikuti oleh alternatif berikutnya yakni Dramaga dengan total

nilai 34.834, dan alternatif terakhir di Ciampea dengan total nilai 34.127. Hasil perhitungan dengan

menggunakan MPE secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Proses distribusi industri mesin SuritechTM

memerlukan akses yang mudah untuk

menyalurkan bahan baku dan produk. Dibutuhkan kemudahan akses transportasi dan pengangkutan

yang baik untuk pengiriman produk. Infrastruktur lain yang sangat dibutuhkan adalah tenaga listrik

yang memadai karena hampir pada setiap alat produksi membutuhkan aliran listrik. Ketersediaan air

54

bersih juga harus diperhatikan untuk MCK karyawan. Keselurah kriteria kebutuhan pendirian

tersebut terpenuhi secara baik pada alternatif pertama yakni di Sindang Barang, Kec. Bogor Barat.

Sehingga ke depannya, lokasi ini masih cocok untuk dijadikan kantor pusat produksi mesin

SuritechTM

. Pemilihan tempat tersebut tidak mengesampingkan faktor biaya transportasi, biaya

pembelian lahan, dan biaya pembangunan lahan yang lebih murah.

5.2.4 Penentuan Tata Letak Pabrik

Penentuan tata letak pabrik berhubungan erat dengan efisiensi produksi. Tata letak yang baik

akan membuat proses produksi berjalan lebih efektif dan efisien. Selain mendukung kelancaran

proses produksi, perancangan tata letak juga dapat meminimumkan elemen-elemen biaya seperti

biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya,

biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perawatan mesin dan biaya penyimpanan produk setengah

jadi.

Tipe tata letak pabrik dapat dibagi menjadi dua yaitu tipe tata letak berdasarkan produk

(product layout) dan tipe berdasarkan proses (process layout). Industri mesin suritechTM

hanya

memproduksi satu jenis produk. Tipe tata letak pabrik yang digunakan adalah tipe produk (product

layout) yang merupakan tata letak dimana pusat-pusat kerja dan mesin/peralatan disusun satu line

sesuai dengan urutan operasi/proses untuk menghasilkan satu jenis produk. Hal ini dapat

mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi,

sehingga pada akhirya dapat menghemat waktu dan biaya. Tata letak PT.STM yang ada saat ini

adalah seperti yang terlihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Susunan Tata Letak PT. Samudera Teknik

Desain tata letak yang ada saat ini masih sesuai dengan kapasitas perusahaan yang masih

kecil. Luas area perusahaan secara keseluruhan adalah 335 m2 dengan total luas bangunan 89,6 m

2

yang terdiri dari bangunan utama 4 x 3,5 m, tempat Workshop 9 x 6 m, rumah jaga 6 x 3 m, dan dua

buah kamar mandi yang masing-masing memiliki luas 1,5 x 1,2 m. Bangunan utama merupakan

tempat untuk melakukan koordinasi bagi semua aggota tim dan merencanakan langkah-langkah

kegiatan selanjutnya. Workshop merupakan tempat kerja yang dilengkapi dengan gudang

penyimpanan. Sementara itu rumah jaga diperuntukan bagi karyawan yang sekaligus bertanggung

jawab terhadap keamanan barang-barang yang ada. Dengan menggunakan desain tata letak yang

sederhana tersebut cukup memudahkan pekerja melakukan aktivitas produksi.

1 2

3

4

5 6

Keterangan:

1. 1. Kantor

2. 2. Kamar Mandi I

3. 3. Tempat Workshop

4. 4. Kamar Mandi II

5. 5. Rumah Jaga

6. 6. Area Parkir

55

Pengaturan tata letak perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mengembangkan pabrik

dikemudian hari. Pola aliran bahan yang dilakukan harus sesuai dengan pola aliran proses produksi

seperti pemotongan material, pengelasan, perakitan, pengujian, dan pengemasan. Pola aliran ini

dapat direkomendasikan dengan melakukan analisis dan merancang aliran antar aktivitas

menggunakan Bagan Keterkaitan Antar Kegiatan atau AR-Chart. Keterkaitan antar aktivitas hasil

dari proses perancangan kegiatan tersebut digambarkan dalam bentuk bagan dan diagram

keterkaitan antar kegiatan yang secara sistematis menunjukan bagaimana kedudukan (letak dan

lokasi) suatu kegiatan terkait dengan kegiatan di ruangan lainnya. Dalam merancang hubungan antar

kegiatan ini harus mempertimbangkan faktor penting seperti persyaratan khusus yang harus

dipenuhi untuk suatu kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan fasilitas eksternal, dan

kemungkinan perluasan. Penentuan isi bagan keterkaitan oleh Ir.Beni Pramono (Direktur PT. STM)

seperti terlihat pada Gambar 25.

1. Stasiun Penerimaan/pengeluaran

2. Gudang Bahan Baku

3. Gudang Produk

4. Ruang Pemotongan Bahan

5. Ruang Pengelasan

6. Ruang Perakitan

7. Ruang QC (Quality Control)

8. Ruang Pengemasan

9. Sumber Air

10.Kantor

11.Pembuangan Limbah

12.Mushola

13.Toilet

14.Area Parkir

Keterangan bagan:

1. A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan

dan bersebelahan.

2. E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.

3. I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan

4. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling berdekatan

5. U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat.

6. X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak

boleh saling berdekatan.

Gambar 25. Bagan Keterkaitan Antar Aktivitas PT. Samudera Teknik Mandiri

Bagan keterkaitan antar aktivitas tersebut kemudian digunakan untuk merencanakan dan

menganalisis keterkaitan antar aktivitas. Informasi yang dihasilkan kemudian diwujudkan dalam

bentuk diagram yang disebut diagram keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas

menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Setiap

tamplete mencantumkan informasi mengenai derajat keterkaitan kegiatan yang satu dengan lainnya

A

A A

A

U U

U U

U U

O X

X U

U

A I

U U

O U

U O

X U

E

U O

O O

A U

U X

U U

I

A I

U U

U X

I U

U U

O O

X X

X U

U U

A I

U X

O U

U U

A E

I I

U U

U

X O

X U

U I

U O

I I

U

X I

A I

X X

X A U

I

56

yang diperoleh dari bagan keterkaitan antar aktivitas. Diagram keterkaitan antar aktivitas industri

mesin SuritechTM

dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Diagram Keterkaitan Antar Aktivitas Industri Mesin SuritechTM

Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan luas ruangan. Luas ruang dihitung

berdasarkan kapasitas dan perkiraan kebutuhan luas ruangan yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mesin

dan peralatan produksi, kebutuhan luas ruangan operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang,

kantor, dan ruang-ruangan lainnya. Menurut Beni (Direktur PT. STM) kebutuhan luas ruang industri

mesin SuritechTM

dengan kapasitas produksi 8 unit mesin per bulan adalah seperti yang terlihat pada

Tabel 14. Setelah penentuan luas ruang dilakukan maka langkah selanjutnya adalah penyususunan

tata letak seperti yang terlihat pada Gambar 27. Penyusunan ini juga berpatokan pada diagram

keterkaitan antar aktivitas.

7. Ruang Quality

Control X

A-6,8 E-9

O-3,5 I-11,12

8. Ruang

Pengemasan X

A-3,7 E

O-2,5,10 I-6,14

3. Gudang Produk

X

A-1,8 E

O I

6. Ruang Perakitan

X

A-5,7 E

O-3,11 I-8,4

5. Ruang Pengelasan

X

A-4,6 E

O-3,8 I

1. Stasiun Penerimaan/

Pengeluaran X

A-2,3,14 E

O-10 I

2. Gudang Bahan Baku

X

A-1,4 E-14

O-8,11 I-5

4. Ruang Pemotongan

Bahan X

A-2,5 E

O I-6,11

11. Ruang Pemotongan

Bahan X

A E

O-2,6,9 I-4,7

9. Sumber Air

X

A E-7

O-11 I-12,13

10.

Kantor

X

A-13 E

O-1,8 I-7,12,14

13.

Toilet

X

A-10,12 E

O I-9

12.

Mushola

X

A-13 E

O I-9,10

14. Area Parkir

X

A-1 E-2

O I-3,8,10,13

57

Table 14. Kebutuhan Luas Ruang Industri Mesin SuritechTM

Nama Ruangan Panjang

(m)

Lebar

(m)

Luas

(m2)

150%

Kelonggaran

Jmlah

Mesin

Luas Total

(m2)

Gudang Bahan Baku 6 3 18 27 - 27

Area Peralatan Teknis 4 3 12 18 - 18

Area Pemotongan Bahan 4 4 16 24 4 24

Area Pengelasan 3 3 9 13,5 3 13,5

Area Perakitan 4 3 12 18 2 18

Area Quality Control 3 3 9 13,5 - 13,5

Ruang Pengemasan 4 3 12 18 - 18

Gudang Produk 4 3 12 18 - 18

Stasiun

Penerimaan/pengeluaran

3 3 9 13,5 13,5

Kantor 4 4 12 12

Area Parkir 9 3 27 27

Mushola 3 2,5 7,5 7,5

Toilet 2 1,8 3,6 3,6

Total 213,6

Gambar 27. Tata Letak Industri Mesin SuritechTM

5.3 Aspek Manajemen dan Organisasi

5.3.1 Struktur Organisasi

Salah satu cara agar organisasi mencapai kemampuan mengelola suatu perusahaan yang baik

adalah menentukan struktur formal organisasi. Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan

antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas

kerja, serta memperhatikan fungsi dan aktivitas tersebut sampai dalam perusahaan. Struktur

organisasi juga memperlihatkan tingkat spesialisasi aktivitas tersebut dan menjelaskan hierarki serta

susunan kewenangan sampai pada hubungan laporan. Adanya struktur organisasi yang jelas akan

Keterangan: 1. Gudang Bahan Baku

2. Tempat Peralatan Teknis

3. Area Pemotongan Bahan

4. Pembuangan Limbah

5. Area Pengelasan

6. Area Perakitan

7. Sumber Air

8. Area Quality Control

9. Area Pengemasan

10. Gudang Produk

11. Kantor

12. Toilet

13. Mushola

14. Area Parkir

15. Stasiun Penerimaan/Pengeluaran

15

11 12 13

1

2

3 4

7

6

5

8 9

10 14

58

memudahkan dalam sistem koordinasi antar anggota, sehingga masing-masing anggota mengetahui

tugasnya secara jelas. Beberapa faktor yang menentukan struktur organisasi, yaitu strategi dan

struktur organisasi, teknologi, SDM, dan kapasitas produksi sebagai penentu struktur (Umar, 2001).

Secara garis besar rencana pengelolaan perusahaan SuritechTM

dapat digolongkan menjadi

dua kegiatan yakni core activity dan supporting activity. Core activity perusahaan meliputi kegiatan

manajemen perusahaan seperti manajemen keuangan dan manajemen pemasaran. Kegiatan

keuangan terdiri dari kegiatan pendanaan, pembukuan, dan pengendalian arus kas perusahaan,

sedangkan kegiatan pemasaran terdiri dari kegiatan follow-up order, promosi dan pemasaran hasil

produksi, termasuk trasportasi dan pendistribusiannya. Kegiatan dari supporting activity perusahaan

terdiri dari produksi meliputi kegiatan-kegiatan pembuatan produk, pengelolaan hasil produksi,

perencanaan produksi dan pengendalian mutu, kegiatan pergudangan material dan barang jadi,

kegiatan pembelian material, dan kegiatan umum serta personalia.

Sebagai industri yang baru berdiri, PT. STM sangat mengoptimalkan sumberdaya manusia

yang tersedia. PT. STM saat ini memiliki 2 orang tenaga ahli, 2 orang pengelolaan kegiatan

operasional perusahaan dan 2 orang sebagai tenaga teknis. Struktur organisasi PT. STM dapat dilihat

pada Gambar 8 di Bab IV tentang profil singkat perusahaan.

5.3.2 Kebutuhan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri SuritechTM

dapat diklasifikasikan menjadi

tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga

kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi, sedangkan tenaga kerja tidak langsung

adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja

langsung adalah pekerja (teknisi) sedangkan tenaga kerja tak langsung seperti Direktur, dan

Manajer. Direktur Utama PT. STM adalah Ir. Beni Pramono, M.Si sedangkan Manajer Keuangan

dan Administrasi adalah Adi Susanto, S.Pi. Perusahaan ini dibantu oleh tenaga kerja ahli yakni Prof.

Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan M. Riyanto, S.Pi, M.Si. Sedangkan di bagian produksi terdapat dua

tenaga kerja yang bertindak sebagai pekerja langsung.

Sampai saat ini belum ada kendala yang berarti terhadap susunan organisasi dan kapasitas

tenaga kerja. Tetapi, untuk pengembangan produksi dimasa yang akan datang yakni pada kapasitas

produksi 8 unit mesin per bulan maka kebutuhan tenaga kerja perlu ditambahkan sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan agar pekerjaan yang

diberikan tidak memberatkan karyawan yang ada. Dengan demikian diharapkan aktivitas

operasional dan produksi perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Perkiraan kebutuhan

tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT. STM dimasa yang akan datang seperti terlihat

pada Tabel 15.

Table 15. Kebutuhan dan Kualifiasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan oleh PT. Samudera Teknik

Dimasa Mendatang

No. Jabatan Kualifikasi Pendidikan Jumlah Orang

1. Direktur S2 1

2. Manajer Produksi, Logistik, dan

Pemasaran S1 1

3. Manajer Administrasi dan

Keuangan S1 1

4. Teknisi SMK 6

5. Security SMP 1

Total 12

59

5.3.3 Deskripsi Pekerjaan

Pada mulanya susunan awal struktur organisasi PT. STM sangat sederhana yakni hanya

terdapat Staf Ahli, Direktur Utama, Manajer Administrasi, Keuangan dan Pemasaran, serta Teknisi.

Tugas masing-masing struktur tersebut seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV tentang profil

singkat perusahaan. Secara umum deskripsi tugas dan tanggung jawab tersebut telah bagus. Akan

tetapi dengan penambahan tenaga kerja seperti Tabel 15, maka klasifikasi tugas dan tanggung jawab

perlu dilakukan sesuai dengan jabatan, seperti berikut:

a. Staf Ahli

Tugas : sebagai tenaga konsultan pengembangan mesin dan perusahaan.

b. Direktur Utama

Tugas : sebagai penanggung jawab atas keseluruhan aktivitas dan kegiatan perusahaan.

c. Manajer Produksi, Logistik, dan Pemasaran

Tugas :

- Bertanggung jawab atas urusan Produksi dan Logistik (bahan baku, bahan pembantu,

transportasi dan distribusi)

- Membuat perencanaan produksi minimal 5 tahun ke depan dan mengontrol kontiyuitas

produksi

- Membuat perencanaan pemasaran untuk tahun-tahun kedepan sekaligus menetapkan sistem

pemasaran dan menjalin kerjasama dengan konsumen-konsumen pengguna SuritechTM

- Mencari dan menjalin hubungan kerjasama dengan distributor

- Bertanggung jawab terhadap usaha-usaha promosi SuritechTM

dan mengikuti pameran-

pameran bisnis

d. Manajer Admistrasi dan Keuangan

Tugas :

- Bertanggung jawab atas segala urusan administrasi yang mencakup pembukuan perusahaan

dan maintenance perlengkapan

- Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan yang mencakup pembukuan, mengatur

pemasukan dan pengeluaran perusahaan

- Bertanggung jawab dengan hubungan kerjasama sengan pihak lain

e. Teknisi

Tugas :

- sebagai tenaga kerja langsung yang bertugas membuat mesin.

Dalam hal ini teknisi dibagi dalam spesifikasi khusus untuk menangani tiap pekerjaan yang

berbeda. Pembagian tersebut meliputi 2 orang di bagian pemotongan, 2 orang pengelasan, 1 orang

perakitan, 1 orang quality control dan pengemasan.

5.4 Aspek Lingkungan

Seperti industri lain, industri mesin SuritechTM

juga menghasilkan limbah. Akan tetapi limbah

yang dihasilkan oleh industri mesin SuritechTM

relatif kecil dan tidak berbahaya bagi lingkungan.

Limbah yang dihasilkan lebih banyak berupa limbah padat yakni potongan-potongan bahan yang

tidak terpakai dan sisa-sisa kemasan alat (Gambar 28). Limbah seperti ini dapat dengan mudah

dikumpulkan untuk kemudian dijual kembali sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah

padat juga dihasilkan dari kegiatan administrasi kantor yang berupa kertas, plastik, dan bekas

kemasan. Limbah-limbah tersebut hanya berdampak pada penurunan nilai estetika jika tidak

dibuang pada tempatnya. Secara keseluruhan limbah padat yang dihasilkan masih dalam jumlah

yang kecil sehingga mudah dalam penanganannya.

60

Gambar 28. Limbah Padat yang Dihasilkan dari Industri Mesin SuritechTM

Limbah cair yang dihasilkan dari industri mesin SuritechTM

adalah limbah hasil pencucian

alat dan limbah domestik dari kegiatan sanitasi (MCK). Limbah pencucian peralatan sangat kecil

kuantitasnya karena hampir tidak ada alat yang harus dicuci setelah proses produksi atau pembuat

mesin. Pencucian hanya dilakukan sesekali pada mesin atau peralatan yang kotor, hal ini dilakukan

jika kotoran yang menempel sangat membandel karena mesin lebih banyak dilap dengan kain untuk

membersihkannya dari kotoran yang menempel.

Dampak lingkungan lain yang dihasilkan oleh industri mesin SuritechTM

adalah polusi suara

(kebisingan). Kebisingan dihasilkan oleh peralatan yang digunakan pada proses pembuatan mesin,

seperti alat pengelas dan palu pemukul. Kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat tersebut masih

sangat kecil sehingga masih dapat ditoleransi karena masih dalam batas normal sehingga tidak

mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar.

5.5 Aspek Legalitas

Agar pelaksanaan jalannya suatu industri diketahui, maka diperlukan suatu badan usaha

sehingga keberadaannya dapat diakui oleh pemerintah. Suatu industri yang layak akan lebih

berkembang jika telah memperoleh izin dari pemerintah. Jika suatu industri yang tidak layak tetap

direalisasikan, maka akan beresiko besar untuk diberhentikan oleh pihak berwajib atau protes

masyarakat. Suatu industri yang telah layak harus melegalkan badan usahan yang dijalankannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku didaerah setempat.

5.5.1 Badan Usaha

Kepemilikan bentuk perusahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran

perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung, pembagian

pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan. Bentuk perusahaan mesin SuritechTM

adalah

Perseroan Terbatas (PT). Usaha ini didirikan dengan modal usaha sebesar 50.000.000 yang terbagi

atas 5.000 saham yang masing-masing memiliki nilai sebesar Rp. 10.000. Saat ini saham yang

dimiliki PT. STM masih terbatas kepemilikinya oleh staf dalam organisasi PT.STM itu sendiri.

Setiap pemegang surat saham tersebut mempunyai hak atas perusahaan dan setiap pemegang saham

berhak atas keuntungan.

Badan usaha PT. STM telah terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

tertanggal 5 Mei 2009. Tinggal pengesahan diberikan pada 8 September 2010, dengan Nomor AHU-

0067611.AH.01.09 yang disahkan oleh Dr. Aidir Amin Daud, SH., MH., DFM selaku Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum. Usaha ini telah mendapatkan surat keterangan domisili usaha

dari Kelurahan Padasuka dan Kecapamatan Ciomas. Dari Kelurahan Padasuka PT.STM

mendapatkan izin usaha dengan No. 503/140-Ekbang yang disahkan oleh Lurah Subagdjo

sedangkan dari kecamatan Ciomas memperoleh surat izin dengan No. 503.517/28/VII/2009 yang

disahkan oleh Drs. H. M. Wirakusumah, M.Si.

61

5.5.2 Pajak

Semua industri di Indonesia tidak terlepas dari kewajiban pajak. Pajak yang dibebankan

untuk suatu perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan

yang menyatakan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan

Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau

lembaga dan untuk usaha tetap.

Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdarakan Undang-Undang Perpajakan

No.36 tahun 2008 pasal 17 ayat 1b menyatakan bahwa pajak penghasilan suatu badan dalam negeri

dan bentuk usaha adalah sebesar 28%.

5.6 Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan

biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Analisis finansial dilakukan dengan asumsi pengembangan PT. STM pada tahun yang akan datang.

Analisis dilakukan dengan menggunakan parameter dari perusahaan yang ada saat ini. Hal ini perlu

dilakukan untuk memperhitungkan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar harapan untuk

mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai. Parameter yang berasal dari analisis

sebelumnya antara lain adalah kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan

peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi harga-harga.

5.6.1 Asumsi Perhitungan Finansial

Sebelum analisis ini dilakukan maka perlu diberikan asumsi-asumsi awal sebagai dasar

perhitungan nilai-nilai kelayakan finansial yang ada. Asumsi yang dilakukan pada industri mesin

SuritechTM

(PT. STM) adalah sebagai berikut.

a. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun

b. Nilai sisa tanah diasumsikan tetap, nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50% dari

nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal.

c. Umur ekonomis mesin dan peralatan produksi adalah 10 tahun dan peralatan kantor adalah 5

tahun.

d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan sebesar 10% per tahun dari harga awal.

e. Kapasitas produksi sebanyak 8 unit mesin/bulan.

f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8

jam selama 6 hari kerja per minggu.

g. Proyek dimulai pada tahun ke-0 (nol) sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1

(satu).

h. Kapasitas produksi pada tahun ke-1 adalah sebesar 60%, tahun ke-2 adalah 80%, tahun ke-3

seterusnya adalah 100%.

i. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak badan usaha

yaitu sebesar 28%. Uraian asumsi lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.6.2 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri SuritechTM

yang baru. Biaya investasi terbagi atas biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi

tetap meliputi biaya perizinan, tanah dan bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan

produksi, alat kantor, dan sarana distribusi (transportasi). Total biaya investasi yang dibutuhkan

untuk mendirikan industri mesin SuritechTM

adalah sebesar Rp 956.560.000,-. Rincian biaya

investasi tetap tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. dan rincian lengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 4.

62

Tabe 16. Komponen Biaya Investasi

No. Komponen Nilai Total (Rp)

1 Biaya prainvestasi 60.000.000

2 Tanah dan bangunan 496.000.000

3 Fasilitas Penunjang 15.000.000

4 Mesin dan Peralatan 130.600.000

5 Alat kantor 18.000.000

6 Sarana Distribusi Material 150.000.000

Subtotal 869.600.000

Kontingensi 10% 86.960.000

Total 956.560.000

Biaya modal kerja adalah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan industri SuritechTM

ini.

Pada penelitian ini biaya modal kerja dihitung berdasarkan biaya operasional yang dibutuhkan

selama 1 tahun pada kapasitas produksi 60%. Biaya modal kerja meliputi upah tenaga kerja, biaya

administrasi, promosi, dan overhead, biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya kemasan, bahan

bakar, dan listrik. Modal kerja yang dibutuhkan oleh industri mesin SuritechTM

tersebut dapat dilihat

pada Tabel 17. dan rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 17. Komponen Modal Kerja

No. Komponen Modal Kerja Nilai (Rp/tahun)

1 Upah tenaga kerja 261.600.000

2 Biaya administrasi, promosi, dan overhead 15.000.000

3 Bahan baku dan penunjang 429.126.000

4 Kemasan 4.800.000

5 Listrik 68.250.000

Total 778.776.000

5.6.3 Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan

Sumber dana yang digunakan untuk berdirinya suatu industri dapat berasal dari dua sumber

yakni modal sendiri (investor) dan modal pinjaman. Saat ini PT. STM berjalan atas modal sendiri.

Selain itu, perusahaan ini telah mendapatkan bantuan pengembangan usaha dari program inkubasi

oleh RAMP (Recognition and Mentoring Program) IPB. Dan untuk pengembangannya dimasa yang

akan datang diasumsikan porsi pendanaan (Debt Equity Ratio) yang digunakan adalah 100% dari

dana sendiri dan 0% dari pinjaman bank. Dengan demikian total biaya investasi yang diperlukan

adalah sebesar Rp 1.735.336.000 yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 956.560.000 dan

biaya modal kerja sebesar Rp 778.776.000.

5.6.4 Biaya dan Prakiraan Penerimaan

Biaya yang digunakan dalam analisis finansial ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan

intensitas volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku dan bahan penunjang, biaya

kemasan, biaya bahan bakar, biaya listrik, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dan biaya

distribusi material.

Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya produksi tetap, biaya administrasi umum tetap,

dan penyusutan. Rincian biaya penyusutan dan komposisi biaya tetap dan biaya variabel

63

diperlihatkan pada Lampiran 6. Perhitungan biaya per unit produk ditentukan dengan metode full

costing yakni melalui persamaan berikut:

Dari persamaan tersebut maka diperkirakan biaya per unit mesin Suritech pada tahun pertama adalah

sebesar Rp 16.957.354,- , pada tahun ke-2 sebesar Rp 15.338.266,- pada tahun ke-3 dan seterusnya

adalah Rp. 14.366.813,- . Pada tahun ke-1, dan tahun ke-2, prakiraan biaya per unit mesin lebih

tinggi daripada tahun ke-3 dan seterusnya dikarenakan kapasitas produksi pada tahun ke-1, dan 2

belum mencapai 100%.

Harga jual mesin Suritech per unit yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 22.500.000,-. Dengan

harga jual ini maka profit yang diperoleh sebesar 32,69 – 56,61%. Prakiraan penerimaan yang

diperoleh pada tahun ke-1 adalah sebesar Rp. 1.296.000.000,-, tahun ke-2 sebesar Rp.

1.728.000.000, dan pada tahun ke-3 dan seterusnya adalah sebesar Rp. 2.160.000.000. Penerimaan

yang diperoleh tersebut semakin tinggi setiap tahunnya sesuai dengan kapasitas dan penjual mesin

yang meningkat. Harga dan prakiraan penerimaan dihitung dengan asumsi harga tetap selama

periode operasi. Data harga dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 18. dan rinciannya dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Tabel 18. Harga dan Prakiraan Penerimaan

Tahun

ke-

Produksi per

tahun (unit)

Biaya per unit

produk (Rp/unit)

Harga jual

(Rp/unit)

Penerimaan

(Rp)

1 58 16.949.411 22.500.000 1.296.000.000

2 77 15.332.309 22.500.000 1.728.000.000

3 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

4 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

5 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

6 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

7 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

8 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

9 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

10 96 12.265.847 22.500.000 2.160.000.000

5.6.5 Proyeksi Rugi Laba

Proyeksi rugi laba digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang bisa

diperoleh dari industri mesin Suritech ini. Proyeksi ini memuat informasi mengenai proyeksi total

penerimaan dan pengeluaran. Selisih antara proyeksi total penerimaan dan pengeluaran merupakan

nilai earning before interests and taxes (EBIT) atau besarnya laba/rugi sebelum pembayaran bunga

dan pajak. Laba bersih merupakan laba yang telah dikurangi dengan pembayaran bunga dan pajak.

Besarnya proyeksi rugi laba dapat dilihat pada Tabel 19. dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran

7.

64

Tabel 19. Proyeksi Rugi Laba

Tahun

ke-

Total

Penerimaan

Total

Pengeluaran EBIT Pajak Laba bersih

1 1.296.000.000 976.286.100 319.713.900 89.519.892 230.194.008

2 1.728.000.000 1.177.521.300 550.478.700 154.134.036 396.344.664

3 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

4 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

5 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

6 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

7 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

8 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

9 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

10 2.160.000.000 1.378.756.500 781.243.500 218.748.180 562.495.320

5.6.6. Proyeksi Arus Kas

Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan mengurangi aliran kas

keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu aliran kas awal

(initial cash flow) aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal

(terminal cash flow) (Soeharto, 2000).

Aliran kas masuk terdiri dari modal kerja sendiri dan pinjaman (initial cash flow), laba bersih,

depresiasi (operatonal cash flow), dan pengembalian modal kerja (terminal cash flow). Aliran kas

keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja, dan angsuran pinjaman. Kas bersih didapatkan

dengan mengurangi kas masuk dan kas keluar setiap tahunnya. Secara lebih jelas proyeksi arus kas

industri mesin SuritechTM

dapat dilihat pada Tabel 20. dan rinciannya dapat dilihat padat

Lampiran 8.

Tabel 20. Proyeksi Arus Kas

Tahun ke- Total Kas Masuk Total Kas Keluar Aliran Kas Bersih

0 - 956.560.000 (956.560.000)

1 274.442.608 155.360.933 119.081.675

2 440.593.264 188.900.133 251.693.131

3 606.743.920 222.439.333 384.304.587

4 606.743.920 222.439.333 384.304.587

5 608.543.920 240.439.333 368.104.587

6 606.743.920 222.439.333 384.304.587

7 606.743.920 222.439.333 384.304.587

8 606.743.920 222.439.333 384.304.587

9 606.743.920 222.439.333 384.304.587

10 1.750.539.920 222.439.333 1.528.100.587

5.6.7. Kriteriak Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal

Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Perhitungan

65

kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih (net cash flow) pada proyeksi arus kas. Discount factor

yang digunakan adalah 16%.

a.) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya dari

suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukan besarnya penerimaan bersih

selama 10 tahun setelah dikalikan dengan discount factor yang dihitung pada masa sekarang.

Berdasarkan perhitungan, nilai NPV pada industri mesin SuritechTM

adalah sebesar Rp.

825.245.901,- . Nilai tersebut lebih besar dari nol, sehingga pendirian industri ini dinilai layak

berdasarkan nilai NPV.

b.) Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol

dan dinyatakan dalam persen. Proyek dinilai layak dijalankan apabila nilai IRR lebih besar atau

sama dengan nilai suku bunga yang berlaku. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai adalah sebesar

30,79% sedangkan nilai suku bunga yang digunakan pada penelitian ini adalah 16%. Dengan

demikian, berdasarkan kriterian IRR perusahaan ini layak untuk didirikan. Rincian mengenai IRR

industri ini dapat dilihat pada Lampiran 9.

c.) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value

yang bernilai positif dan present value yang bernilai negative (modal investasi). Perhitungan Net

B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.

Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C lebih besar dari satu atau sama

dengan satu. Berdasarkan hasil perhitungan maka Net B/C kegiatan investasi pengembangan

industri mesin SuritechTM

adalah sebesar 1,86, yang artinya setiap investasi Rp. 1,- yang dikeluarkan

sekarang pada tingkat discount rate 16% akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 1,86,-.

d.) Payback Period (PBP)

Payback Period (PBP) merupakan jangkan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan

seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat

diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar akan

menunjukan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Berdasarkan hasil

perhitungan PBP industri mesin SuritechTM

adalah 3,52 tahun. Ini berarti, semua investasi yang

dikeluarkan untuk pengembangan industri mesin SuritechTM

akan kembali setelah 3,52 tahun

industri ini beroperasi. Berdasarkan nilai PBP maka industri ini layak untuk didirikan karena nilai

PBP-nya kurang dari umur proyek (10 tahun).

5.6.8 Titik Impas (Break Even Point/BEP)

Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total penerimaan.

Suatu perusahaan dikatakan mencapai titik impas, apabila dari analisis perhitungan rugi laba

perusahaan tidak memperoleh untung tetapi juga tidak menderita kerugian (impas). Dapat dikatakan

bahwa jumlah penerimaan perusahaan sama dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk

menghasilkan tingkat produksi tertentu. Pada analisis pengembangan industri mesin SuritechTM

ini

titik impas berada pada Rp. 698.340.544 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun.

Informasi lebih rinci dapat lihat pada Lampiran 9.

5.6.9 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek

finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan

66

variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa

keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud.

Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi,

maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud.

Analisis sensitivitas pada studi kelayakan usaha produksi mesin pengolahan surimi ini

dilakukan pada tiga parameter, yaitu kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual produk, dan

kenaikan tingkat suku bunga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode goalseek dari

Microsoft excel. Hasil analisis sensitivitas pada industri ini dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Analisis Sensitivitas Industri Mesin Surimi

Parameter Sensitivitas Kriteria Kelayakan Investasi

NPV (Rp) Suku Bunga Net B/C

Harga bahan baku naik (plat besi)

581% menjadi Rp 10,217,595 per

lembar

- 16.00% 1.00

Harga jual produk turun 18%

menjadi Rp 18,337,652 per unit - 16.00% 1.00

Tingkat suku bunga naik menjadi

30.37% - 30.37% 1.00

Berdasarkan analisis sensitivitas tersebut industri mesin surimi memiliki resiko yang cukup

rendah terhadap kenaikan harga bahan baku (plat besi), penurunan harga jual produk dan kenaikan

tingkat suku bunga. Apabila harga bahan baku (plat besi) mengalami kenaikan sebesar 581%

menjadi Rp10.217.595,- industri ini masih layak didirikan. Namun, jika kenaikan harga bahan baku

melebihi 581% maka industri menjadi tidak layak. Pada harga jual produk penurunan sebesar 18%

atau menjadi Rp 18.337.652,- per unit maka perusahaan masih layak, lebih dari nilai tersebut maka

perusahaan akan menjadi tidak layak. Kenaikan tingkat suku bunga hingga menjadi 30.37% masih

memberikan nilai kelayakan pada pendirian industry, lebih dari itu perusahaan dinilai tidak layak

untuk didirikan.

67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian usaha pengembangan industri mesin SuritechTM

layak untuk

dikembangkan. Dari aspek pasar, usaha ini dinilai layak karena potensi pasar yang tersedia masih

sangat luas. Sebagai industri baru, usaha ini dinilai layak dengan peluang pasar yang dapat dicapai

berkisar 20-30% dari pasar yang ada dan dapat semakin meningkat seiring dengan perkembangan

perlusahaan pangsa pasar.

Aspek teknis dan teknologi perusahaan dinilai layak dengan kapasitas produksi 8 unit mesin

per bulan dengan mempertimbangkan berbagai kriteria sebagai perusahaan baru. Kriteria tersebut

antara lain lokasi, luas area perusahaan, teknik dan teknologi yang digunakan. Harga jual mesin per

unit adalah Rp. 22.500.000,-

Aspek manajemen perusahaan yang minim sampai saat ini masih dinilai layak karena pada

dasarnya usaha ini tidak memerlukan banyak tenaga kerja kecuali untuk tenaga kerja langsung

apabila kapasitas produksi ditambahkan menjadi 8 unit mesin per bulan.

Aspek lingkungan dan legalitas perusahaan dinilai sangat layak. Dari aspek lingkungan

dinilai layak karena usaha ini tidak menghasilkan cemaran dan merusak lingkungan. Dari segi aspek

legalitas menunjukkan bahwa legalisasi perusahaan telah dilakukan sehingga usaha ini dapat dengan

mudah untuk dikembangkan pada tahun-tahun yang akan datang.

Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 1.735.336.000 yang terdiri dari biaya investasi

tetap sebesar Rp 956.560.000 dan modal kerja sebesar Rp 778.776.000. Debt equity ratio (DER)

yang digunakan adalah 100 persen dana sendiri dan nol persen dana pinjaman bank. Hasil analisis

finansial menunjukkan bahwa pengembangan industri mesin SuritechTM

ini layak untuk

dikembangkan. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 825.245.901. Nilai IRR-nya sebesar 30,79 persen.

Nilai net B/C-nya sebesar 1,86. Payback period industri ini adalah selama 3.76 tahun. Break even

point (BEP) berada pada Rp 698.340.544 atau pada tingkat produksi 31 unit mesin per tahun.

6.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pemasaran mesin, promosi yang dilakukan sebaiknya lebih intensif

sehingga mesin SuritechTM

dapat lebih cepat dikenal oleh target pasar dan memastikan pasar

untuk tidak salah pilih pada produk lain yang kurang berkualitas (tidak teruji).

2. Menargetkan pasar pada UKM yang berbasis koperasi. Di mana koperasi dapat bertindak sebagai

distributor/cabang pemasaran mesin dengan system pemasaran terpadu (termasuk sebagai sarana

pemasarannya).

3. Perlu dikaji sistem pembayaran kredit untuk memudahkan pembelian mesin SuritechTM

sehingga

industri rumah tangga dan industri kecil yang masih berkembang mampu membeli mesin

tersebut.

4. Pemerintah terutama lembaga pengujian mutu sebaiknya berperan lebih ketat terhadap produk-

produk mesin yang beredar di pasar sehingga tidak merugikan masyarakat. (pelaksanaan hak

paten benar-benar dijalankan sehingga tidak terjadi peniruan mesin.

5. Untuk meningkatkan performa mesin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berbagai komponen

utama mesin seperti jarak dan ukuran lubang pada drum berpori dan kecepatan putarannya.

6. Kajian tentang pengecilan ukuran mesin sebagai bahan pembanding biaya produksi dan operasi

yang mungkin lebih dapat lebih murah.

7. Kajian mengenai system operasi mesin dengan cara di putar manual sebagai pembanding

efisiensi tenaga listrik dan produktivitas mesin yang ada saat ini.

68

DAFTAR PUSTAKA

Allops, WHL., 1981. Use of Fish By-Catch From Shrimp Trawling; Future Development. In Fish

By-Catch-Bonus From The Sea. FAO and IDRC.

Apple, James. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Ed. Ke-3. Bandung: Penerbit ITB

Ariyoto, K. 1990. Feasibility Study. Mutiara, Jakarta.

Behrens, W. dan P. M. Hawranek. 1991. Manual for The Preparation of Industrial Feasibility

Studies. United Nations Industrial Development Organization, Vienna.

Benjakul SW., Vissesanguan, Ishizaki S. and Tanaka M. 2001. Differences in Gelation

Characteristics of Natural Actomysin from to Species of Bideye Snapper, Priacanthus teyenus

and P. macracanthus H., and cheftel, J.C,. 1990. Mechanism of Gelation of Sardine Proteins:

J Food Sei 66 (9):1311-1317

Budiyanto, D. dan Djazuli, N. 2003. Konsepsi Percepatan Pengembangan Produk Bernilai Tambah.

BPPMHP. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Djazuli, N. 2009. Analisis Pengembangan Industri Penolahan Surimi dalam Pemanfaatan By-catch

Pukat Udang. IPB. Bogor.

Edris, M. 1993. Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung.

FAO. 2005. Discard in the world marine fisheries: FAO-Fish-Tech.Paper No.470

Food and Agricultural Organization. Review on the State of World Marine Fishing Resouces: FAO-

Fish-Tech. Paper No.35

Giraud V. dan Chateau D. 2007. Worl Surimi Market. Globefish Researh Programme. FAO. Rome –

Italy. 1014-9546, v.89.

Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.

Gray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur, P. F. L. Maspatiella, dan R. G. C. Varley. 1993. Pengantar

Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kadariah, L., Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Lanier TC. 1992. Measurement of Surimi Composition and Fuctional Propertis. di dalam Surimi

Technology. Lanier TC., Lee CM., editors New York: Marcel Dekker, Inc.

Latelay J dan Malawat S., 1995. Laporan Hasil Survei Tentang Jumlah dan Jenis Ikan Serta

Pemanfaatan Ikan HTS Pukat Udang Disekitar Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara. BPPL,

Ambon.

Lee CM. 1986. A pilot plant study of surimi making properties of red hake (Urophycis chuss). Int

Symp. On Engineered Seafoods Including Surimi (Martin R and Collete R., eds). National

Fisheries Institute, Washington DC, pp. 225-243.

Lee CM. 1986. Surimi manufacturing and Fabrication of Surimi Based Products. J. Food Tech. 40

(3): 115-124

Machfud dan Y. Agung. 1990. Perencanaan Tata Letak pada Industri Pangan. Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Noguchi SF. 1982. The Surimi Manufacturing Process dalam Lanier TC, Lee CM (editors). Surimi

Technology. New York: Minaoku.

Okada M. 1992. History of Surimi Technology in Japan dalam Lainer TC., and Lee CM., editor.

Surimi Technology. Marcel Dekker Inc. Pp. 3-21.

Paranginangin R, Wibowo S, FaWzya N. 1999. Teknologi Pengolahan Surimi. Jakarta: Balai

Penelitian Perikanan Laut Slipi.

69

Pramudya, B dan Dewi, N. 1992. Ekonomi Teknik. Pengembangan Akademik Program Sarjana.

Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor

Purbayanto A., Wisudo SH., Santoso J., Wahyu RI., Dinarwan, Zulkarnain, Sarmintohadi, Nugraha

AD., Soeboer DA., Pramono B. Marpaung A. dan Riyanto M. 2004. Pedoman Umum

Perencanaan, Pengelolaan, Pengelolaan, Hasil Tangkap Sampingan Pukat Udang di Laut

Arafura provinsi Papua. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua dan PT.

Sucofindo.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Syarat Mutu Bahan Baku Surimi. 01-2693-1992. Jakarta:

Badan Standarisasi Nasional.

Soeharto, I. 2002. Studi Kelayakan Industri. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Solahudin, S. 1999. Visi Pembangunan Pertanian. Bogor: IPB Press.

Sumiono B., 2000. Pengkajian Perikanan Udang Peneid di Laut Arafuru. Balai Kanlut. Jakarta.

Sutojo, S. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo.

Suzuki T., 1981. Fish and Krill Protein Prcessing Technology. Applied Sie Publ Ltd., London.

Tan SM., Mg MC., Fujiwara T., Kok Kuang H. and Hasegawa H. 1988. Handbooks on the

Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in Southeast Asia. Mariene Fisheries.

Research Department-South East Esia Fisheries Development Center. Singapore.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-2 Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Widodo. 1997. Laporan Survei Pengamatan Sumber Daya Perikanan Demersal Menggunakan KM.

Bawal Putih II di Perairan Kawasan Timur Indonesia (November 1995 – April 1996) BPPI

Semarang (Tidak Diterbitkan).

Winarno FG. 1980. Kimia Pangan. Institut Pertanian Bogor. Pusbangtepa-FTDC. Bogor

70

LAMPIRAN

71

Lampiran 1. Tabulasi Data dan Sumber Data Penelitian

No. DATA SUMBER DATA METODE PENGUMPULAN

1 Aspek Pasar dan Pemasaran

- Data perkiraan & penawaran (ekspor –

impor)

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Data pangsa pasar (harga) dan persaingan Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Konsep dan strategi pemasaran Hasil pemikiran subyektif-

obyektif, dan

adopsi/adaptasi/modifikasi

aspek terkait (data sekunder)

Penelusuran pustaka, browsing internet, formulasi/sitasi permasalahan,

brainstorming, diskusi & koordinasi dengan ahlinya (wawancara)

2 Aspek Teknis dan Teknologi

- Sumber daya (bahan) yang digunakan,

seperti bahan baku, bahan pembantu, ,

bahan pendukung, standarisasi mutu produk

Data primer dan sekunder

(quality & quantity) (data

seknder)

Penelusuran pustaka (DKP, Dept. Perindustrian, BPS), browsing internet,

wawancara, Observasi lapangan

- Kapasitas produksi Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

PT. Samudra Teknik Mandiri, browsing internet, observasi lapangan

- Lokasi Data primer dan sekunder

(quality & quantity), hasil

pemikiran subyektif-obyektif

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan

- Perencanaan tata letak fasilitas (mesin &

ruangan)

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Teknologi proses produksi dan jenis

mesin

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

3 Aspek Institusional – Manajemen –

Organisasi

- Struktur dan elemen organisasi Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Sumber (inputan) organisasi Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Tujuan dan kajian organisasi Data primer dan sekunder

(quality)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

72

- Fungsi dan kebijakan organisasi Data primer dan sekunder

(quality)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

4 Aspek Hukum & Legalitas

- Izin (sertifikat) legalisasi Data primer dan sekunder

(quality)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Hukum & undang-undang kebijakan

usaha (internal & ekternal organisasi)

Data primer dan sekunder

(quality)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

5 Aspek Lingkungan

- Prosedur pengelolaan lingkungan Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Standar operasi pelaksanaan pengelolaan

lingkungan

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Metode dan Implementasi AMDAL,

GMP, ISO, HCCP, dan lain-lain

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

6 Aspek Lingkungan

- Kondisi eksternal lingkungan organisasi (

Demografi, Sosial, & Kependudukan)

Data primer dan sekunder

(quality), hasil pemikiran

subyektif-obyektif

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan

- Dampak usaha terhadap kependudukan

(masyarakat)

Data primer dan sekunder

(quality), hasil pemikiran

subyektif-obyektif

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan

- Keterkaitan dan hirarki sosial organisasi

dengan lingkungan luar

Data primer dan sekunder

(quality), hasil pemikiran

subyektif-obyektif

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan

7 Aspek Finansial

- Arus kas (biaya) & neraca keuangan Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Perhitungan keuntungan dan kelayakan

usaha

Data primer dan sekunder

(quality & quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, wawancara, survey lapangan

- Analisis Finansial (NPV, IRR, Net B/C,

PBP)

Data primer dan sekunder

(quantity)

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan, analisis dan perhitungan matematik

- Perhitungan nilai sisa Data primer dan sekunder Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

73

(quantity) dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan, analisis dan perhitungan matematik

- Asumsi dan dampak yang berpengaruh Data primer dan sekunder

(quality), hasil pemikiran

subyektif-obyektif

Penelusuran pustaka, browsing internet, brainstorming, diskusi & koordinasi

dengan ahlinya (wawancara), formulasi/sitasi permasalahan, brainstorming, survey

lapangan

74

Lampiran 2. Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode

Pembandingan Eksponensial (MPE)

Jenis keputusan untuk pemilihan alternatif lokasi dengan Metode Pembandingan

Eksponensial (MPE)

Jenis Kriteria Keputusan Kelompok Kriteria

Kemudahan mengakses bahan baku E

Jarak lokasi dengan sarana pendukung produksi A

Tingkat harga bahan baku D

Tingkat upah teknisi di lokasi tersebut D

Tingkat biaya pembelian lahan D

Tingkat biaya pendirian bangunan D

Ketersediaan lahan untuk kemungkinan perluasan B

Kondisi jalan menuju jalan raya B

Tingkat pajak bumi dan bangunan D

Ketersediaan sumber air B

Ketersediaan fasilitas listrik B

Kondisi iklim dilokasi C

Tingkat adaptasi masyarakat sekitar terhadap introduksi modern B

Dukungan masyarakat sekitar lokasi B

Orientasi masyarakat sekitar terhadap bisnis komersial D

Tingkat sosial masyarakat disekitar lokasi B

Ketersediaan sumber daya manusia B

Kemudahan akses dengan pasar E

Kemudahan akses dengan alat/bahan pembantu E

Keterangan:

a. Skala nilai kelompok kriteria

Nilai Kelompok Kriteria

A B C D E

1 Sangat Jauh

sekali

Sangat

Tidak Baik

Sekali

Sangat Tidak

Sesuai Sekali

Sangat Rendah

Sekali

Sangat Sulit

Sekali

2 Sangat Jauh Sangat

Tidan Baik

Sangat Tidak

Sesuai Sangat Rendah Sangat Sulit

3 Jauh Tidak Baik Tidak Sesuai Rendah Sulit

4 Agak Jauh Agak Tidak

Baik

Agak Tidak

Sesuai Agak Rendah Agak Sulit

5 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

6 Agak Dekat Agak Baik Agak Sesuai Agak Tinggi Agak Mudah

7 Dekat Baik Sesuai Tinggi Mudah

8 Sangat Dekat Sangat Baik Sangat Sesuai Sangat Tinggi Sangat

Mudah

9 Sangat Dekat

Sekali

Sangat Baik

Sekali Sangat Sesuai

Sangat Tinggi

Sekali

Sangat

Mudah

Sekali

b. Tingkat Kepentingan

Nilai Jenis Tingkat Kepentingan

1 Sangat Tidak Penting

2 Tidak Penting

3 Sedang

4 Penting

5 Sangat Penting

75

1. Alternatif Lokasi PT. STM oleh Tenaga Ahli

Kode Lokasi Nama Lokasi

A

B

C

D

E

2. Tabel Pembobotan oleh Pakar

No.

Kriteria Jenis Kriteria Keputusan

Tingkat

Kepentingan

Nilai Pemilihan Lokasi

A B C D E

1 Kemudahan mengakses bahan baku

2 Jarak lokasi dengan sarana

pendukung produksi

3 Tingkat harga bahan baku

4 Tingkat upah teknisi di lokasi

tersebut

5 Tingkat biaya pembelian laha

6 Tingkat biaya pendirian bangunan

7 Ketersediaan lahan untuk

kemungkinan perluasan

8 Kondisi jalan menuju jalan raya

9 Tingkat pajak bumi dan bangunan

10 Ketersediaan sumber air

11 Ketersediaan fasilitas listrik

12 Kondisi iklim dilokasi

13 Tingkat adaptasi masyarakat sekitar

terhadap introduksi modern

14 Dukungan masyarakat sekitar lokasi

15 Orientasi masyarakat sekitar

terhadap bisnis komersial

16 Tingkat social masyarakat disekitar

lokasi

17 Ketersediaan sumber daya manusia

18 Kemudahan akses dengan pasar

19 Kemudahan akses dengan

alat/bahan pembantu

76

Hasil Perhitungan Pemilihan Alternatif Lokasi Pendirian

PT. Samudera Teknik Mandiri

No.

Kriteria

Tingkat

Kepentingan

Alternatif Lokasi Hasil Perhitungan

Sindang

Barang Dramaga Ciampea Sin.Bar Dramaga Ciampea

1 4 7 6 7 2401 1296 2401

2 3 5 6 7 125 216 343

3 5 5 6 6 3125 7776 7776

4 4 7 5 6 2401 625 1296

5 4 7 5 6 2401 625 1296

6 4 7 6 6 2401 1296 1296

7 4 6 7 7 1296 2401 2401

8 4 7 5 5 2401 625 625

9 4 7 5 5 2401 625 625

10 4 7 7 7 2401 2401 2401

11 5 8 6 5 32768 7776 3125

12 4 5 6 7 625 1296 2401

13 3 5 6 7 125 216 343

14 3 7 6 7 343 216 343

15 2 3 5 6 9 25 36

16 3 5 6 6 125 216 216

17 4 7 7 7 2401 2401 2401

18 4 8 7 7 4096 2401 2401

19 4 7 7 7 2401 2401 2401

Total Perhitungan Nilai 64246 34834 34127

77

Lampiran 3. Asumsi-asumsi Analisis Finansial

No Variabel Asumsi Satuan Nilai

1 Umur proyek Tahun 10

2 Nilai sisa bangunan dari nilai awal % 50%

3 Nilai sisa tanah dari nilai awal % 100%

4 Nilai sisa mesin dan peralatan dari nilai awal % 10%

5 Umur ekonomis mesin dan peralatan Tahun 10

6 Umur ekonomis peralatan kantor Tahun 5

7 Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan per tahun dari harga awal % 10%

13 Biaya Modal % 16%

14 Kapasitas produksi mesin Suritech Unit/Bulan 8

15 Target kapasitas produksi

a. Tahun 1 % 60%

b. Tahun 2 % 80%

c. Tahun 3 % 100%

17 Harga jual Suritech per buah Rp 22.500.000

18 Kontingensi % 10%

20 Kemasan per bulan Unit 8

21 Harga kemasan

a. Kayu palet Unit 50000

b. Plastik (terpal) Meter 20000

22 Pajak % 28%

23 Biaya Pengiriman Unit 500000

78

Lampiran 4. Rincian Biaya Investasi Industri Mesin SuritechTM

No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai Total (Rp) Nilai Sisa (Rp)

1 Biaya prainvestasi

Studi kelayakan 1 paket 10.000.000 10.000.000 -

Perizinan 1 paket 25.000.000 25.000.000 -

Transportasi dan komunikasi 1 paket 10.000.000 10.000.000 -

Biaya start-up 1 paket 15.000.000 15.000.000 -

Total 1

60.000.000 -

2 Tanah dan bangunan

Tanah 350 m2 500.000 175.000.000 175.000.000

Bangunan 214 m2 1.500.000 321.000.000 160.500.000

Total 2

496.000.000 335.500.000

3 Fasilitas Penunjang

Instalasi listrik 1 paket 10.000.000 10.000.000 1.000.000

Instalasi air 1 paket 5.000.000 5.000.000 500.000

Total 3

15.000.000 1.500.000

4 Mesin dan Peralatan

Mesin Produksi

Manual Stracker 1 unit 5.500.000 5.500.000 550.000

Travo Las HT 200-P 2 unit 1.700.000 3.400.000 340.000

Mesin Pelipat Logam 1 unit 20.000.000 20.000.000 2.000.000

Mal/Alat Penyetel 1 unit 17.000.000 17.000.000 1.700.000

Peralatan Las 2 unit 1.400.000 2.800.000 280.000

Mesin Bubut 1 unit 34.500.000 34.500.000 3.450.000

Gerinda 4 unit 1.750.000 7.000.000 700.000

Mesin Bor Duduk 2 unit 2.500.000 5.000.000 500.000

Compressor (untuk mengecat) 1 unit 7.000.000 7.000.000 700.000

79

Bor Tangan 2 unit 1.700.000 3.400.000 340.000

Subtotal

105.600.000 10.220.000

Perlengkapan utilitas 1 paket 25.000.000 25.000.000 2.500.000

Subtotal

25.000.000 2.500.000

Total 4

130.600.000 12.720.000

5 Alat kantor

Komputer 2 unit 4.000.000 8.000.000 800.000

Lemari arsip 2 unit 1.500.000 3.000.000 300.000

Meja kursi kantor 1 paket 4.000.000 4.000.000 400.000

Pesawat telepon dan fax 1 unit 1.000.000 1.000.000 100.000

Alat tulis kantor 1 paket 2.000.000 2.000.000 200.000

Total 5

18.000.000 1.800.000

6 Sarana Distribusi

Pick up 1 unit 150.000.000 150.000.000 15.000.000

Total 6

150.000.000 15.000.000

Total 1.2.3.4.5.6

869.600.000 366.520.000

Kontingensi 10%

86.960.000

Total investasi

956.560.000

80

Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja

No. Deskripsi Jumlah Satuan Biaya satuan (Rp) Total (Rp)

A Biaya Tetap

1 Upah

Direktur 1 orang 60.000.000 60.000.000

Tenaga Ahli 2 orang 60.000.000 120.000.000

Manajer Produksi. Logistik. dan Pemasaran 1 orang 36.000.000 36.000.000

Manajer Administrasi dan Keuangan 1 orang 36.000.000 36.000.000

Secutiry 1 orang 9.600.000 9.600.000

Total 1

261.600.000

2 Pengeluaran Administrasi

Telepon dan Fax 1 unit 10.000.000 10.000.000

Alat Tulis kantor 1 unit 5.000.000 5.000.000

Total 2

15.000.000

3 Promosi 1 unit 24.000.000 24.000.000

Total 3

24.000.000

4 Maintenance 1 paket 13.060.000 13.060.000

Total 4

13.060.000

5 Listrik (non mesin) 1 paket 2.400.000 2.400.000

Total 5

2.400.000

6 PBB (2.5%) 1 paket 12.400.000 12.400.000

Total 6

12.400.000

Total 1+2+3+4+5+6 328.460.000

4

B Biaya Variabel

1 Bahan baku dan penunjang

Plat Besi 48 lembar/tahun 1.500.000 72.000.000

Plat Stainles Steel 304 48 lembar/tahun 1.400.000 67.200.000

81

Plat Stainles Steel 430 36 lembar/tahun 700.000 25.200.000

Plat Berpori 14 lembar/tahun 4.500.000 60.750.000

Elektro Motor Jiayu 96 Unit/tahun 700.000 67.200.000

Bearing UCT207 192 buah/tahun 12.500 2.400.000

Bearing UCF207 576 buah/tahun 7.500 4.320.000

Saklar 96 buah/tahun 9.000 864.000

Roda Transportasi 96 set/tahun 80.000 7.680.000

Belt Conveyor 96 set/tahun 300.000 28.800.000

Gear Box 96 set/tahun 550.000 52.800.000

Gear 1 288 buah/tahun 6.000 1.728.000

Gear 2 96 buah/tahun 7.500 720.000

Mur dan Baut M19 2.304 buah/tahun 2.000 4.608.000

Mur dan baut M10 1.920 buah/tahun 700 1.344.000

Belt 192 buah/tahun 5.000 960.000

Pulley 1 96 buah/tahun 65.000 6.240.000

Pulley 2 96 buah/tahun 10.000 960.000

Cat Ijo Solin 192 kaleng/tahun 47.000 9.024.000

Cat Nippen 192 kaleng/tahun 49.000 9.408.000

Siku 30 x 30 48 batang/tahun 28.500 1.368.000

Siku 40 x 40 48 batang/tahun 52.000 2.496.000

Steker 96 buah/tahun 9.000 864.000

Kabel Eterna 192 meter/tahun 1.000 192.000

Total 1

429.126.000

2 Kemasan (kayu dan plastik) 96 Unit/tahun 50.000 4.800.000

Total 2

4.800.000

3 Teknisi (Tenaga Kerja Langsung) 72 orang/tahun 7.000.000 504.000.000

Total 3

504.000.000

4 Listrik 68.250 kWh 1.000 68.250.000

82

Total 5

68.250.000

Total 1+2+3+4+5 1.006.176.000

Biaya variabel pada kapasitas 100% 1.006.176.000

Biaya variabel pada kapasitas 80% 804.940.800

Biaya variabel pada kapasitas 60% 603.705.600

Biaya Operasinal 100% 1.334.636.000 222.439.333 33.619.200

Biaya Operasional 80% 1.133.400.800 188.900.133 33.539.200

Biaya operasional pada kapasitas 60% 932.165.600 155.360.933

Modal Kerja per Tahun

83

Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasinal

1. Penyusutan

Jenis Nilai Awal Nilai Sisa Umur ekonomis (tahun) Penyusutan / tahun

Tanah 87.500.000 87.500.000

-

Bangunan 535.000.000 267.500.000 10 16.050.000

Mesin dan Peralatan 130.600.000 12.720.000 10 11.788.000

Alat kantor 12.750.000 1.275.000 5 2.295.000

Kendaraan 150.000.000 15.000.000 10 13.500.000

Total 44.578.000

2. Biaya Operasional

Komponen Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7 Tahun ke-8 Tahun ke-9 Tahun ke-10

Biaya Tetap

Upah 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000 261.600.000

Pengeluaran Administrasi 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000

Promosi 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000

Maintenance 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000 13.060.000

Listrik (non mesin) 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

PBB (2.5%) 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000 12.400.000

Penyusutan 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000

Total biaya tetap 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000

Biaya Variabel

Bahan baku dan

penunjang 257.475.600 343.300.800 429.126.000 429.126.000 429.126.000 429.126.000 429.126.000 429.126.000 429.126.000 429.126.000

84

Kemasan (kayu dan

plastik) 2.880.000 3.840.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

Teknisi (Tenaga

Kerja Langsung) 302.400.000 403.200.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000 504.000.000

Listrik 40.950.000 54.600.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000 68.250.000

Total biaya variable 603.705.600 804.940.800 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000

Biaya operasional 976.743.600 1.177.978.800 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000

85

Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi

Tahun

ke-

Kapasitas

Produksi

Produksi

per

tahun

(unit)

Biaya tetap

(Rp/tahun)

Biaya

Variabel

(Rp/tahun)

Biaya

variabel/unit

Biaya per

unit produk

(Rp/unit)

Harga jual

(Rp/unit)

Profit

(%)

Penerimaan

(Rp) BEP (Rp)

BEP

(unit)

1 60% 58 373.038.000 603.705.600 10.481.000 16.957.354 22.500.000 32,69 1.296.000.000 698.340.544 31

2 80% 77 373.038.000 804.940.800 10.481.000 15.338.266 22.500.000 46,69 1.728.000.000 698.340.544 31

3 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

4 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

5 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

6 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

7 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

8 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

9 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

10 100% 96 373.038.000 1.006.176.000 10.481.000 14.366.813 22.500.000 56,61 2.160.000.000 698.340.544 31

86

Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba

Komponen Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Penerimaan

Penjualan

Produk 1.296.000.000 1.728.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000

Total

Penerimaan 1.296.000.000 1.728.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000 2.160.000.000

B.

Pengeluaran

Biaya tetap 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000 373.038.000

Biaya variabel 603.705.600 804.940.800 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000 1.006.176.000

Total

Pengeluaran 976.743.600 1.177.978.800 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000 1.379.214.000

EBIT 319.256.400 550.021.200 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000

Laba sebelum

pajak 319.256.400 550.021.200 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000 780.786.000

Pajak

penghasilan 89.391.792 154.005.936 218.620.080 218.620.080 218.620.080 218.620.080 218.620.080 218.620.080 218.620.080 218.620.080

Laba setelah

pajak 229.864.608 396.015.264 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920

87

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas

Deskripsi Tahun ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Kas Masuk

Laba setelah pajak 0 229.864.608 396.015.264 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920 562.165.920

Penyusutan 0 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000 44.578.000

Nilai sisa 0 0 0 0 0 1.800.000 0 0 0 0 365.020.000

Pengembalian modal

kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 778.776.000

Total kas masuk 0 274.442.608 440.593.264 606.743.920 606.743.920 608.543.920 606.743.920 606.743.920 606.743.920 606.743.920 1.750.539.920

B. Kas Keluar

Investasi/Reinvestasi 956.560.000 0 0 0 0 18.000.000

0 0 0 0

Modal Kerja

155.360.933 188.900.133 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333

Total kas keluar 956.560.000 155.360.933 188.900.133 222.439.333 222.439.333 240.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333 222.439.333

88

Lampiran 10. Kriteria Kelayakan Investasi

Tahun

ke-

Aliran kas bersih. Bt-Ct

(Rp) Akumulasi (Rp) DF PV (Rp) PV Kumulatif

0 (956.560.000) (956.560.000) 1,0000000 (956.560.000) (956.560.000)

1 119.081.675 (837.478.325) 0,8620690 102.656.616 (853.903.384)

2 251.693.131 (585.785.195) 0,7431629 187.048.997 (666.854.387)

3 384.304.587 (201.480.608) 0,6406577 246.207.682 (420.646.704)

4 384.304.587 182.823.979 0,5522911 212.248.002 (208.398.702)

5 368.104.587 550.928.565 0,4761130 175.259.385 (33.139.317)

6 384.304.587 935.233.152 0,4104423 157.734.841 124.595.524

7 384.304.587 1.319.537.739 0,3538295 135.978.311 260.573.835

8 384.304.587 1.703.842.325 0,3050255 117.222.682 377.796.517

9 384.304.587 2.088.146.912 0,2629530 101.054.036 478.850.553

10 1.528.100.587 3.616.247.499 0,2266836 346.395.347 825.245.901

NPV 825.245.901

Kriteria Nilai

NPV (Rp) 825.245.901

Payback Period (tahun) 3,52

IRR 30,79%

Net B/C 1,86


Top Related