Download - S2-2014-322938-chapter1.pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Emas memiliki karakteristik yang unik yaitu sebagai penghantar listrik
yang baik, bersifat tidak reaktif dan mudah ditempa (Kohl, 2010). Oleh karena itu,
logam ini banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan, cadangan kekayaan negara,
medali, elektroda, dan komponen di dalam komputer.
Emas merupakan logam berharga yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga
banyak metode dikembangkan untuk pencarian deposit emas. Metode isolasi emas
yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan eksplorasi emas adalah metode
sianidasi dan metode amalgamasi (Hiskey, 1985 dan Lee, 1994).
Amalgamisasi adalah metode ekstraksi emas dengan cara pembentukan
amalgam emas-merkuri (Wenjing, 2011). Merkuri adalah unsur kimia yang sangat
beracun (toksik). Lingkungan yang terkontaminasi merkuri dapat membahayakan
kehidupan biota air dan kesehatan manusia jika tidak ditangani secara khusus.
Umumnya persen perolehan emas dengan metode amalgamasi lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan reagen sianida (Steele et al., 2000).
Kegagalan pengolahan biji emas berkadar rendah dengan proses amalgamasi,
mendorong perhatian ke arah metode sianidasi. Sianidasi adalah metode ekstraksi
emas yang didasarkan pada penggunaan larutan sianida. Namun larutan sianida
juga bersifat racun sehingga menyebabkan masalah pada pembuangan limbahnya
(Sudarsono, 2003). Penggunaan kedua metode ekstraksi emas yang telah
diuraikan tersebut memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan alternatif metode pemisahan emas yang ramah lingkungan dan
memberikan hasil recovery (perolehan) yang tinggi.
Berbagai metode pengolahan emas yang ramah lingkungan telah
dikembangkan antara lain secara biologi, fisika-kimia, dan kimia. Metode
pengolahan emas secara biologi dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme
(Reith et al., 2009). Emas yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini cukup
murni (99,9%), namun memiliki kelemahan yaitu sulit untuk mendapatkan bibit
2
mikrobia tersebut. Pengolahan emas secara fisika-kimia telah dilakukan
menggunakan adsorben asam humat (Ismillayli, 2009). Hasil penelitian dengan
metode ini menunjukkan bahwa emas yang diperoleh memiliki kemurnian yang
cukup tinggi, efektif dan ramah lingkungan, namun emas yang dihasilkan sulit
didesorpsi atau dilepaskan dari permukaan adsorbennya (Nakbanponte et al.,
2002). Sementara itu, metode pengolahan emas secara kimia dapat dilakukan
dengan metode elektrolisis yaitu metode yang didasarkan pada reaksi reduksi
sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Kuncaka dan Rini (2007). Dalam
proses ini, larutan emas dalam sistem tetra-n butil ammonium (TBA)- klorofom di
dalam sel elektrolisis dialiri sejumlah arus listrik sehingga akan tereduksi menjadi
logam emas (Auo) yang mengendap pada katoda. Meskipun efektif dan dapat
menghasilkan emas dengan kemurnian tinggi, namun dalam aplikasinya metode
ini memerlukan biaya yang besar untuk peralatan dan operasionalisasi.
Metode recovery emas yang cukup sederhana dan murah, juga aman bagi
lingkungan yang telah dikembangkan saat ini adalah metode reduksi dengan
bantuan sinar UV yang dipercepat dengan adanya asam organik (Khasanah,
2013). Khasanah (2013) melaporkan bahwa dengan penambahan asam organik
efektivitas reduksi ion Au(III) meningkat dari 23,04% menjadi 94,15%. Begitu
juga dengan pengaruh penyinaran, tanpa penyinaran ultraviolet reduksi ion
Au(III) menghasilkan efektivitas reaksi sebesar 77,30%, sedangkan dengan
penyinaran ultraviolet reduksi ion Au(III) mengalami kenaikan menjadi 94,15%.
Asam organik berupa asam oksalat yang digunakan dalam proses reduksi [AuCl4]-
oleh sinar UV belum banyak dilaporkan sehingga mendorong untuk dilakukannya
penelitian ini.
Dalam bijih emas, di samping mengandung emas, pada umumnya juga
terdapat perak (Ag) dan tembaga (Cu). Di samping itu, ada beberapa logam lain
yang sering ditemukan dalam bijih emas antara lain, besi (Fe), seng (Zn), dan
timbal (Pb) (Suharta dkk., 2007). Mengingat bahwa ion Ag(I), Cu(II), Fe(III),
Zn(II) dan Pb(II) dapat tereduksi maupun teroksidasi maka keberadaan ion-ion
tersebut diduga dapat berpengaruh terhadap proses reduksi ion [AuCl4]-. Namun
dalam penelitian ini kajian terhadap pengaruh ion-ion tersebut difokuskan pada
3
dua ion logam yaitu ion Cu(II) dan Fe(III). Kajian pengaruh ion Cu(II) dan Fe(III)
terhadap reduksi ion [AuCl4]- dengan menggunakan asam oksalat belum
dilaporkan, sehingga mendorong untuk dilakukannya penelitian ini.
Selain itu, proses reduksi juga dapat dipengaruhi oleh kondisi proses
seperti kondisi pH dan konsentrasi, oleh karena itu dalam penelitian ini juga
dipelajari pengaruh pH dan konsentrasi ion Cu(II) dan Fe(III) terhadap efektivitas
reduksi ion [AuCl4]- dengan adanya asam oksalat. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam teknologi pengolahan emas yang
mengandung Cu(II) dan Fe(III) secara efektif.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari metode reduksi ion [AuCl4]- oleh sinar UV dan asam oksalat.
2. Mempelajari pengaruh ion Cu(II) dan Fe(III) terhadap efektivitas reduksi ion
[AuCl4]- oleh sinar UV dan asam oksalat.
3. Mempelajari pengaruh konsentrasi ion Cu(II) dan Fe(III) terhadap efektivitas
reduksi ion [AuCl4]- oleh sinar UV dan asam oksalat.
4. Mempelajari pengaruh pH ion Cu(II) dan Fe(III) terhadap efektivitas reduksi
ion [AuCl4]- oleh sinar UV dan asam oksalat.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
mengenai recovery logam emas secara maksimal dengan metode pengolahan emas
yang sederhana, efektif, murah, dan aman terhadap lingkungan dengan
menggunakan asam oksalat.