Download - RETORIKA
TAHAP PENYUSUNAN PIDATO
Penggunaan bahasa dan pemilihan kata-kata, impact untuk memungkinkan anda
memperoleh kefasihan yang memukau. Akhir bab ini membicarakan cara membuka dan menutup
pidato (bagian yang menentukan dalam komposisi pidato).
PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI PIDATO
Banyak cara menyusun pesan pidato, tetapi semuanya harus didasari dengan tiga prinsip
komposisi. Prinsip-prinsip ini ialah kesatuan (unity), pertautan (coherence) dan titik-berat
(emphasis).
Kesatuan (unity)
Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam
isi, tujuan, dan sifat (mood).
1. Isi
Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang
menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang.
2. Tujuan
Komposisi juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di antara yang tiga,
menghibur, memberitahukan, dan mempengaruhi.
3. Sifat (mood)
Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini mungkin serius,
informal, formal, anggun, atau bermain-main. Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan
saja diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal
yang mubazir.
Pertautan (coherence)
Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan
menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang launnya berjalan lancar.
Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak
tidak mampu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara : ungkapan penyambung
(connective phrases), paralelisme dan gema (echo).
1. Ungkapan penyambung connective phrases adalah sebuah kata atau lebih yang
digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian.
2. Paralisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama
untuk setiap pokok pembicaraan.
3. Gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada
kalimat baru.
Titik-berat (emphasis)
Titik berat menunjuk pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang
harus dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir
sama. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring, atau
huruf besar.
MENTUSUN PESAN PIDATO
H. A. Overstreet, ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata, "let your speech
march". Suruh pidato Anda berbaris tertib, seperti barisan tentara dalam suatu pawai. Ini
memerlukan organisasi yang baik. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu
sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut organisasi pesan
(message organization) dan yang ke- dua pengaturan pesan (message arrangement).
Organisasi Pesan (message organization)
Ada enam macam urutan dalam organisasi pesan :
1. Deduktif
Dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan
keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti.
2. Induktif
Kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan
3. Kronologis
Pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
4. Logis
Pesan disusun berdasarkan sebab – ke – akibat atau akibat – ke – sebab.
5. Spasial
Pesan disusun berdasarkan tempat. Cari ini dipergunakan kalau pesan berhubungan
dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi.
6. Topikal
Pesan disusun berdasarkan topic pembicaraan : klasifikasinya dari yang penting kepada
yang kurang penting, dayng yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada
yang asing.
Pengaturan Pesan (message arrangement)
Bila pesan sudah terorganisasi d ngan baik, kita masih perlu menyesuaikan organisasi ini dengan
cara berpikir khalayak. Ada lima pengaturan pesan dalam proses berpikir Wlilliam James yang
diterjemahkan oleh Raymond S.Ross, yaitu :
1. Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan.
2. Pengenalan masalah dan kebutuhan.
3. Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari penyelesaian terbaik.
4. Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan
5. Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan masalah.
SISTEM PENYUSUNAN PESAN
Raymond S.Ross menganjurkan sistem penyusunan pesan sebagai berikut :
1. Perhatian, timbulkan perhatian sehingga khalayak memiliki perasaan yang sama tentang
masalah yang dihadapinya.
2. Kebutuhan, bangkitkan minat dan terangkan perlunya masalah tersebut di atas dengan
menghubungkannya pada kebutuhan pribadi dan daya tarik motif.
3. Rencana, jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat pengalaman masa lalu,
pengetahuan dan kepribadian khalayak.
4. Keberatan, kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi atau pemecahan
lainnya.
5. Penegasan kembali, bila arah tindakan yang diusulkan telah terbukti paling baik,
tegaskan kembali pesan tersebut dengan ikhtisar, tinjauan singkat, kata-kata pengingat
dan visualisasi.
6. Tindakan, tunjukkan secara jelas tindakan yang harus mereka lakukan.
Ada juga sistem penyusunan pesan dari Alan H. Monroe yang ia sebut lima tahap urutan
bermotif :
1. Tahap Perhatian. Khalayak dapat memperhatikan pesan pidato secara sengaja, karena ia
berkeinginan untuk mendengarnya. Tetapi seorang juru pidato harus berusaha
membuatnya menaruh perhatian, walaupun sebelumnya khalayak tertarik dengan hal-hal
yang lain. Tahap perhatian terdapat pada pembukaan pidato.
2. Tahap kebutuhan. Jenis tahap ini disesuaikan dengan tujuan pidato. Pada tahap ini kita
dapat menggunakan empat macam teknik pengembangan : 1 Pernyataan (statement) :
pernyataan masalah tertentu atau pentingnya informasi yang akan disampaikan, 2.
Ilustrasi (Ilustration) : menceritakan beberapa buah contoh untuk menggambarkan
kebutuhan, 3. Ramifikasi (ramification) : penambahan contoh tambahn dan teknik-teknik
dalam mengembangkan bahasan untuk menambah kesan dan keyakinan, 4. Penunjukkan
(pointing) : menunjukkan hubungan antara kebutuhan itu dengan orang lain yang diajak
bicara.
3. Tahap pemuasan. Pada tahap ini kita berusaha agar khalayak menyetujui gagasan yang
kita kemukakan atau memahami pokok yang kita sampaikan. Menyetujui dalam pidato
persuasive dan memahami dalam pidato informatif. Dalam pidato persuatif kita
menggunakan lima macam teknik pengembangan :
1. Pernyataan, menyatakan dengan tegas sikap, keyakinan dan tindakan yang diharapkan
dari khalayak.
2. Penjelasan, mengusahakan agar gagasan yang ditawarkan itu dapat dimengerti benar.
3. Demonstrasi teoretis, tunjukkan bagaimana keyakinan atau tindakan yang diusulkan
secara logis mengatasi masalah yang diajukan pada tahap kebutuhan.
4. Pengalaman praktis, memberikan contoh-contoh aktual yang menunjukkan bahwa
gagasan kita itu terbukti benar dan bermanfaat.
5. Penolakan keberatan, menunjukkan jawaban-jawaban gagasan kita bila terdapat
penolakan atau keberatan dan memperhatikan bagaimana gagasan kita mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Dalam pidato informatif, tahap ini merupakan tahap yang paling penting dan merupakan
bagian terbesar dari seluruh pidato. Di sini terdapat tiga teknik pengembangan :
1. Ikhtisar pendahuluan, di sini diterangkan pokok-pokok pembicaraan suatu tujuan
singkat dari seluruh pembahasan.
2. Informasi terinci, pokok-pokok di atas dijelaskan satu per satu.
3. Ikhtisar akhir, pikiran-pikiran pokok direkapitulasi, ditambah dengan kesimpulan.
4. Tahap visualisasi, Tahap ini umumnya terdapat pada pidato persuasive. Visualisasi
berarti membayangkan pelaksanaan gagasan pada waktu mendatang.
5. Tahap tindakan, Tahap ini biasanya terdapat pada pidato persuasi juga. Fungsinya
ialah merumuskan tahap visualisasi dalam bentuk sikap dan keyakinan tertentu, atau
tindakan yang nyata. Tahap ini tidak boleh terlalu panjang. Dan tahap ini merupakan
penutup pidato.
MEMBUAT GARIS BESAR PIDTO
Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi
pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar adalah peta
bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Peta ini memberikan
petunjuk dan arah yang akan dituju.
Ciri-Ciri Garis Besar Pidato yang Baik
1. Garis besar terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi, dan penutup. Dengan menggunakan
urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya menjadi lima bagian:
perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada
pengantar; kebutuhan, pemuasan, dan visualisasi pada isi; tindakar. pada penutup pidato.
2. Lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak boleh
membingungkan. Sistem lambang yang tidak tertib akan mengaburkan pikiran pokok dan
pikiran penunjang. Ada dua macam sistem lambang: sistem angka dan sistem kombinasi.
3. Pikiran pokok dan penunjang dibedakan dengan penulisan yang menjorok ke dalam.
Pemyataan yang mempunyai kedudukan sama berada pada garis vertikal yang sama
pula.
Macam-macam Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H. Monroe
menunjukkan tiga macam garis besar: garis besar lengkap (fullcontent outline), garis besar
singkat (key-word outline), garis besar alur teknis (outline of technical plot).
1. Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato yang digunakan
pembicara bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran- rikiran pokok ditulis dengan kalimat-
kalimat yang sempurna, dan dibawahnya disertakan lengkap bahan-bahan yang
digunakan untuk memperjelas uraian.
2. Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat. Biasanya
digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato, dalamnya hanya ditulis
inti-inti pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak dapat membacanya.
3. Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap iiletakkan pada
kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik- reknik pidato seperti: gaya
bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik dan sebagainya.
MEMILIH KATA-KATA
Glenn R. Capp dan Richard Capp, Jr. merumuskan ketentuan-ketentuan retorika itu
sebagai berikut: Bahasa lisan harus menggunakan kata-kata yang jelas, tepat, dan menarik.
Kata-kata Harus Jelas.
Ini berarti bahwa kata-kata yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda (ambigues),
tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat, yaitu dengan :
1. Gunakan istilah yang spesifik (tertentu)
Ada kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang tafsiran bermacam-
macam. Ada pula kata-kata yang artinya sudah tertentu. Pernyataan "Uang ini dapat
diambil secara teratur", lebih baik diganti dengan"uang ini dapat diambil sekali sebulan".
Tetapi "sekali sebulan" lebih tepat lagi diganti dengan "setiap tanggal 1 tiap bulan’.
2. Gunakan kata-kata yang sederhana
Berpidato adalah berkomunikasi dan bukan "unjuk gigi". Karena nilai komunikasinya,
kata-kata yang diucapkan harus dapat dipahami dengan cepat.
3. Hindari istilah-istilah teknis
Ciri dunia modern ialah berkembangnya spesialisasi yang mempertinggi kemampuan,
tetapi juga mengkotak-kotak manusia dalam dunianya sendiri. Masing-masing
mengembangkan kata- kata yang dipahami oleh mereka sendiri.
4. Berhemat dalam penggunaan kata-kata
Seringkali kalimat yang panjang menjadi jelas setelah kata-kata yang berlebih-lebihan
dibuang.Termasuk penghematan kata adalah menghindari gejala kerancuan
(kontaminasi).
5. Gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan yang'sama dengan kata yang
berbeda
Dalam komunikasi tulisan, orang dapat melihat pokok pembicaraan dari judul atau
subjudul. Dalam komunikasi lisan, gagasan utama hanya dapat diketahui dari perulangan.
Kata-kata Harus Tepat
Ini berarti kata-kata yang digunakan hams sesuai dengan kepribadian komunikator, jenis
pesan, keadaan khalayak, dan situasi komunikasi. Kata-kata dalam pertemuan resmi lebih "kaku"
dibandingkan dalam pertemuan informal. Pembicara yang bersemangat menggunakan kata- kata
yang berapi-api, tetapi juru pidato yang kalem memilih kata- kata yang biasa. Walaupun ada
perbedaan seperti itu - untuk memperoleh ketepatan kata - prinsip-prinsip berikut ini selalu harus
diperhatikan.
Hindari kata-kata klise
Kata klise ialah kata yang sudah terlalu sering dipergunakan atau tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman.
1. Gunakan bahasa pasaran secara hati-hati
Bahasa pasaran (slang) ialah bahasa yang dipergunakan bukan oleh orang yang terpelajar,
tetapi diterima dalam percakapan sehari- hari. Dalam perkembangan banyak kata pasaran
yang sudah diterima dalam bahasa baku seperti: bisa (dapat), dimengerti, diberhentikan.
Tetapi dalam pertemuan resmi kata-kata ini masih belum dapat diterima. Bahasa pasaran
dapat dipergunakan dalam acara-acara sosial yang santai, walaupun pembicara harus
membatasi diri untuk tidak menggunakan bahasa tersebut secara berlebih-lebihan.
2. Hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut
Kata-kata asing sebaiknya dihindari, kalau tidak ditemukan istilah Indonesianya.
Seringkali kata-kata asing itu hanya dapat dipahami dalam lingkungan yang amat
terbatas.
3. Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan
Vulgarisme ialah kata-kata kampungan yang hanya digunakan oleh masyarakat rendahan.
Pepdengar-eenderung menganggap orang vulgaris sebagai orang yang berwatak jelek,
sehingga akan menolak pesan yang disampaikannya.
4. Jangan menggunakan penjulukan
Penjulukan (name calling) adalah pemberian nama jelek pada sesuatu atau seseorang
yang tidak kita senangi. Penjulukan biasanya membangkitkan respon emosional,
menghambat proses berpikir, walaupun kadang-kadang dapat memperoleh hasil yang
cepat. Pada zaman Orde Lama lawan-lawan politik dijuluki "kontrarevolusi", "unsur
subversif"agen nekolim", "komunis-fotobi", dan sebagainya.
5. Jangan menggunakan eufemisme yang berlebih-lebihan
Eufemisme ialah ungkapan pelembut yang biasanya menggantikan kata-kata yang
"terasa" kurang enak. Eufemisme biasanya digunakan karena takut menyinggung
perasaan tetapi terlalu banyak eufemisme juga mengaburkan pengertian.
Kata-kata Harus Menarik
Selain harus jelas dan pantas (clear and appropriate), kata-kata juga harus menimbulkan
kesan yang kuat, hidup dan merebut perhatian. Untuk itu, di bawah kita tuturkan beberapa
petunjuk:
1. Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung diri khalayak
Bahasa lisan sebaiknya bergaya percakapan, langsung dan komunikatif. Kata-katanya
menyangkut pengalaman dan menyentuh kepentingan mereka. Dengan penduduk desa,
gunakan kata-katayang digunakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
2. Gunakan kata berona
Kata berona (colorfull word) ialah kata yang dapat melukiskan sikapj dan- perasaan atau
keadaan. Warna kata dipengaruhi oleh asosiasi dengan pengalaman tertentu. Kata "pro-
paganda" sekarang mempunyai warna yang surarm karena pernah digunakan jelek dalam
Perang Dunia Kedua. Jadi pemakaian kata dapat meninggikan atau merendahkan warna
kata, bahkan dapat membangkitkan asosiasi emosional. Kata-kata “kuli",
"buruh" ,"pegawai", "karyawan", "babu", "pelayan", "pembantu rumah tangga/, "bodoh",
"bebal", "tolol", "idiot", masing-masing mempunyai warna emosional yang berlainan.
3. Gunakan bahasa yang figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga menimbulkan kesan
yang indah. Untuk itu biasanya digunakan gaya bahasa (figure of speech). Gaya bahasa
yang paling sering dipergunakan ialah asosiasi, metafora, personifikasi, dan antitesis.
4. Gunakan kata-kata tindak (action words)
Kata tindak menggunakan kata-kata aktif. Kalimat, "Diharapkan dari pertemuan ini
gagasan baik dapat dirumuskan oleh semua peserta" akan lebih baik diganti dengan "Kita
berharap dengan pertemuan ini semua peserta dapat merumuskan gagasan baik".
CARA MEMBUKA PIDATO
Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka
pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan
pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan
menriptakan kesan yang baik menge'nai komunikator ”Perhatian akan menentukan tindakan",
kata William James. Tetapi kesan pertama akan menentukan sikap. Karena itu seorang
pembicara harus memulai pembicaraannya dengan penuh kesungguhan, sehingga ia kelihatan
mantap, berwibawa, dan mampu
Bagaimana cara-cara membuka pidato dan berapa banyak waktu yang dibutuhkannya amat
bergantung kepada topik, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan
komunikan. Sebagai pedoman, Anda dapat memilih satu di antara cara-cara di bawah ini:
1. Langsung menyebutkan pokok persoalan
Komunikator menyebutkan hal yang- akan dibicarakannya dan memberikan kerangka
pembicaraannya. Cara ini biasanya dilakukan bila topik adalah pusat perhatian khalayak.
2. Melukiskan latar-belakang masalah
Komunikator menerangkan sejarah topik, membatasi pengertian, dan menyatakan
masalah-masalah utamanya. Mengapa timbul persoalan itu, apa hubungannya dengan
khalayak, dan mengapa dipilih masalah itu.
3. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat
perhatian khalayak
Dengan menambatkan pembicaraan kepada fokus perhatian khalayak, kita mempunyai
peluang yang baik untuk memasukkan ide-ide kita dan menimbulkan kesan yang kuat.
4. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
Ini biasanya dilakukan dalam pidato untuk memperingati hari bersejarah, bangunan baru,
atau orang besar yang sudah tiada.
5. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato
Tempat berlangsungnya pertemuan seperti bangunan, lapang, taman, di depan patung,
dan sebagainya. Dapat dijadikan dasar pembukaan pidato. Yang dihubungkan ialah
kejadian historis, fungsi, atau hal-hal lain yang relevan dengan pokok pembicaran.
6. Menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak
Suasana riang dan suasana sedih memerlukan cara pembukaan yang berbeda. Dengan
mendasari pidato kita pada suasana emosi khalayak, mereka dapat dibawa dengan mudah
kepada gagasan kita sendiri.
7. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu
Bila kita ingin menunjukkan pentingnya persoalan yang dikemukakan, atau
perkembangan yang telah dicapai, alusio historis menanamkan kesan yang kuat.
8. Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar
Dengan menghubungkan pokok pembicaraan pada hal-hal penting dalam kehidupan
pendengar atau pada kepentingan tertentu yang khas bagi pendengar Anda, maka
khalayak akan terlibat langsung dalam pembicaraan. Mereka merasa bahwa topik
berkenaan dengan kepentingan meraka saja, serta bukan kepentingan kelompok lain.
9. Memberikan pujian pada khalayak atas prestasi mereka.
Bila khalayak memiliki keistimewaan tertentu atau telah melakukan usaha yang dapat
dibanggakan, pembukaan dengan menyebut keistimewaan tersebut akan menyenangkan
mereka.
10. Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
Cara ini disebut juga the shock technic. Khalayak dikejutkan dengan pernyataan fakta
atau opini yang luar biasa. Keluarbiasaan ini dapat dilihat dari segi isinya atau bentuk
penyusunannya (editing-nya).
11. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan
Pertanyaan yang baik dapat mendorong khalayak untuk memikirkan jawabannya.
Pertanyaan itu haruslah yang erat kaitannya baik dengan kepentingan khalayak
maupun dengan isi pidato. Rentetan pertanyaan dapat pula menjadi pedoman
pembicara dan menyatukan seluruh uraian.
12. Menyatakan kutipan
Yang dikutip dapat berupa ucapan pejabat atau orang terkemuka, syair, puisi, tulisan
pengarang ternama atau ayat-ayat kitab suci.
13. Menceritakan pengalaman pribadi
Pengalaman pembicara yang menarik dapat membuka minat pendengar. Pengalaman
tersebut akan dapat membuka minat pendengar. Pengalaman tersebut akan terasa
"dekat" dan "nyata", sebab orang yang mengalaminya hadir di tengah khalayak.
14. Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotetis
Manusia senang mendengarkan "dongeng" atau dibawa untuk membayangkan situasi
rekaan di masa kini atau masa yang akan datang.
15. Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
Supaya menarik, selain harus relevan dengan pokok pembicaraan, teori itu harus pula
luarbiasa dan disajikan secara dramatis.
16. Membuat humor
Pembukaan jenis ini adalah yang paling sukar. Beberapa penulis bahkan tidak
menganjurkannya sama sekali. Bila berhasil, pembukaan seperti ini amat berkesan
bagi pendengar. Bila gagal, bukan saja khalayak, pembicara pun akan diganggu oleh
kekecewaan.
CARA MENUTUP PIDATO
Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Kalau
permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian kepada
pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan
khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Karena itu
penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi,
mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan
kesan terakhir yang positif.
Ada dua macam penutup yang buruk: berhenti tiba-tiba tanpa memberikan gambaran
komposisi yang sempurna, atau berlarut-larut tanpa pengetahuan di mana harus berhenti.
Untuk menghindari hal seperti ini, penutup pidato harus direncanakan sebelumnya lebih baik.
1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan
Manusia sanggup mengingat banyak hal, tetapi hanya sanggup mengingat jelas beberapa
hal saja. Karena itu pokok-pokok utama disebutkan kembali. Cara yang paling mudah
ialah membilangnya dalam urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya.
2. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
Hal Ini dapat dilakukan setelah menyebutkan ikhtisar pidato atau tanpa ikhtisar pidato
3. Mendorong khalayak untuk bertindak (Appeal for Action)
Pidato persuasif selalu ditujukan untuk memperoleh tindakan tertentu dari khalayak.
Tindakan itu dapat berupa respon fisik seperti mencoblos partai tertentu, mengikuti
program KB, menyum- bangkan dana, dan sebagainya. Tindakan itu dapat pula berupa
hal- hal abstrak seperti penerimaan usul atau gagasan.
4. Mengakhiri dengan klimaks
Akhir pidato merupakan puncak seluruh uraian. Menuju penutup pidato, uraian menjadi
lebih penting dan lebih patut mendapat perhatian.
5. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli
Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asalkan kutipan itu ada kaitannya dengan
tema yang dibicarakan atau menunjukkan arah tindakan yang harus dilakukan.
6. Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
Ilustrasi itu haruslah berbentuk cerita yang menarik perhatian dan menghidupkan
jalannya uraian. Panjang-pendeknya cerita dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara
Ini akan efektif sekali, bila pembicara memiliki prestise yang tinggi di mata khalayaknya.
8. Memuji dan menghargai khalayak
Pujian efektif tentu saja adalah pujian yang wajar, ikhlas dan tidak berlebih-lebihan.
Dengan pujian, pembicara akan meninggalkan pendengar dalam keadaan puas dan
bahagia.
9. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu
Kalau bukan ahlinya, penutup cara ini adalah yang paling sukar. Bila berhasil, kita akan
meninggalkan mereka dalam keadaan tertawa.
Dengan mengetahui teknik-teknik membuka dan menutup pidato, bagi Anda terbuka
beberapa alternatif yang dapat Anda pilih. Tetapi pada akhirnya, mutu teknik-teknik itu
bergantung kepada kreativitas Anda sendiri.