Download - Responsi Moluskum.docx
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Moluskum kontagiosum ( Molluscum Contagiosum) adalah penyakit infeksi
virus jinak yang menyerang kulit dan membran mukosa dan sering dijumpai
terutama pada anak-anak. Pada orang dewasa penyakit ini dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini disebabkan oleh Molluscum Contagiosum
Virus yang merupakan anggota dari famili Poxvirus. 2
Penyakit ini mudah menular, namun hanya menyerang kulit dan tidak
menyerang organ-organ dalam1. Penularan dapat terjadi secara langsung dengan
adanya lesi di tangan dan anak-anak yang mandi bersama, handuk, peralatan
senam, dan tempat duduk. Kejadiannya dapat terjadi secara autoinokulasi dari
individu yang terinfeksi secara vertikal2.
Lesi dapat berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna
putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan
(delle). Jika dipojat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi.
Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstraemitas, sedangkan pada
orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul
infeksi sekunder hingga timbul supurasi. 3
1.2 Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh virus poks, dengan gejala klinis berupa
papul yang di permukaannya terdapat lekukan ( delle) berisi massa yang
mengandung badan moluskum. 1
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang ringan namun dapat
berkembang menjadi penyakit infeksi virus yang menjadi masalah pada anak-
anak. Infeksi MC dapat meliputi seluruh tubuh atau hanya pada beberapa bagian
tubuh tertentu seperti extremitas, wajah, dan badan sedangkan pada orang dewasa
yang penularannya melalui hubungan seksual distribusi lesi biasanya hanya pada
daerah genital. 4
1
1.3 Epidemiologi
Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan
sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.Moluskum
kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk, higiene buruk dan
daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan
aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi. 4
Faktor utama dalam penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor
lain yang yang mempengaruhi penyebaran tidak diketahui, tapi dicurigai
lingkungan tropis turut memfasilitasi penyebarannya.Insiden moluskum
kontagiosum diperkirakan 1% dari semua diagnosis dermatologi. 4
1.4 Etiologi
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh lebih dari empat tipe poxvirus
yang berhubungan, dengan Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV-1
sampai -4, dan varian-variannya. Meskipun proporsi dari infeksi disebabkan oleh
beragamnya letak geografis, di seluruh dunia infeksi MCV-1 merupakan yang
paling sering. Pada anak-anak sebetulnya semua infeksi disebabkan oleh MCV-1.
MCV merupakan poxvirus yag besar, dan berbentuk seperti bata yang bereplikasi
dalam sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik dengan
poxvirus yang lainnya. Dan biasanya 2-3 gen sama dengan vaccinia dan variola
virus. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik secara klinis.
98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV tipe 1. 1
Masa inkubasi MCV adalah sekitar 2-12 minggu.Infeksi oleh MCV dapat
terjadi diseluruh dunia.Terdapat 3 kelompok primer yang biasa terinfeksi MCV,
yaitu anak-anak, orang dewasa yang aktif secara seksual, dan orang dengan
imunokompromais, khususnya pada orang dengan HIV. Transmisi MCV paling
sering terjadi secara kontak langsung, khususnya jika kulit basah, misalnya infeksi
melalui kolam renang. 1
1.5 Patogenesis
Kulit adalah lapisan yang melindungi terhadap rangsangan fisik maupun
kimiawi dan juga terhadap invasi yang bersifat patogen lainnya. Kulit terdiri atas
2
lapisan terluar dan lapisan terdalam (epidermis dan dermis) yang ditempati dan
diawasi oleh sel-sel dan sistem imun. 5.
Virus bereplikasi dalam sitoplasma di sel epitel, dan sel yang telah terinfeksi
bereplikasi sebanyak dua kali dari rata-rata. Ada banyak gen MCV yang dapat
merusak sistem imun, termasuk (1) homolog dari kebanyakan histokompatibilitas
tingkat 1 rantai berat, dimana dapat berinterfensi dengan presentasi antigen (2)
homolog kemokin yang menghambat inflamasi dan (3) homolog glutathione
peroxide yang dapat melindungi virus dari bahaya oksidatif dari peroxida.5
Dalam keadaan normal, makrofag, sel mast, sel Langerhans, sel dermal
dendrit (DCs) dan Sel T (pada tikus) merupakan sel imun yang umum pada
kulit. Walaupun demikian, setelah luka atau terkena infeksi, monosit, sel dendritik
plasmositoid(p DC), αβ sel T, dan sel B diambil untuk berperan pada proses
respon adaptif. MCV adalah poxvirus DNA yang menyebabkan lesi kutaneus
yang tampak seperti tumor ganas. Pada individu yang sehat, lesi ini sering secara
spontan menghilang, tetapi hanya sedikit yang diketahui tentang aktivitas sel yang
berujung kepada resolusi penyakit ini. Ada dua tipe lesi kulit pada pasien dengan
MCV dan diidentifikasi dalam populasi dari DC, IFN-DCs, bahwa lesi infiltrat
MCV diperuntukkan untuk melalui regresi spontan.[6]
3
Gambar 1.Peran dari p DCs dan IFN-DCs pada respon anti-MCV efektif.7
Noniflamated MCV-induced skin lesion (NI-MCs) jarang hidup bersama
makrofag dan sel dendritik. Pada inflamed MCV-induced skin lesions (I-MCs), (1)
pDCs diambil pada jenis chemerin-dependen. (2) pDCs diaktivasi melalui reseptor
seperti Toll-7/9 PADA i-MCs oleh MCV secara langsung, melalui kontak dengan
keratinosit MCV-terinfeksi, atau oleh modifikasi sendiri asam nucleus oleh LL-
37. pDCs yang aktif menghasilkan IFN-I dan sitokin/kemokin lainnya seperti IL-
6, IL-12, CCL3 dan CCL4. (4) IFN-I merangsang diferensiasi dari monosit
menjadi IFN-DCs, yang mana dapat mensekresikan IFN-I, membunuh sel yang
terjangkiti virus via granzyme B (GrB) dan/atau TNF-related apoptosis-inducing
ligand (TRAIL), dan menghasilkan antigen viral untuk sel T. CTL, cytotoxic T
lymphocyte; DC, dendritic cell; IFN-DC, IFN-induced dendritic cell; MCV,
Molluscum Contagiosum virus; MO, monocyte; NK, natural killer cell; Mɸ,
macrophage; p DC, plasmacytoid dendritic cell.[7]
Sumber lain menyebutkan bahwa mekanisme MCV dalam menginfeksi host
adalah dengan memproduksi chemokines yang dapat menghambat fungsi monosit
dan migrasi leukosit ke daerah infeksi. Penurunan jumlah dari sel Langerhan,
4
antigen presenting cell (APC) utama pada lapisan epidermis dapat terjadi pada
pasien yang imunokompeten. MCV mengkode major histocompatibility complex
(MHC) 1rantai homolog sehingga mengagalkan bagian penting dalam proses
pengikatan peptide MCV sehingga presentasi antigen MCV ke permukaan sel
yang terinfeksi terganggu. MCV juga memproduksi inhibitor kaspase 8 sehingga
terjadi penurunan proses apoptosis dan memperpanjang hidup MCV.[5]
1.6 Gejala Klinis
Kelainan kulit dapat dimulai dengan papul berwarna mutiara atau merah
seperti daging ( flesh colored) yang kemudian dapat membesar, berbentuk kubah
yang ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar masa
putih seperti nasi, yang merupakan ciri khas moluskum kontagiosum. Ukuran dari
papul bervariasi biasanya antara 2-6 mm kadang bisa mencapai 3 cm (giant
molluscum). 1
Lokalisasi penyakit pada anak-anak adalah di daerah muka, leher, ketiak,
badan dan ekstremitas. Sedangkan pada orang dewasa di daerah perigenital dan
perianal. Lesi bisa bergerombol atau bersusun seperti garis linear. 1
Eritema dan eksema dapat muncul di sekitar lesi. hal ini disebut Moluskum
dermatitis. Papul dapat menjadi eritematosa, hal ini dipercaya merupakan respon
imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom immunodefisiensi dapat
memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di daerah genital maupun
ekstra genital. 8
5
Gambar 2.2 .Papul diameter 1-2 mm dengan central umbilikasi.[5]
Gambar 2.3.Multiple papul yang menyebar disertai peradangan.[5]
1.7 Diagnosis
Diagnosis moluskum kontagiosum jelas nyata ketika didapatkan lesi
multipel pada tahap yang berbeda dan adanya papul umbilikasi yang terlihat
jelas.Papul umbilikasi terlihat lebih mudah dengan dermatoskopi. Diagnosis dapat
dikonfirmasi dengan menggunakan mikroskop electron, analisis molecular,
maupun histopatologi. 2
1. Pemeriksaan histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan HE
menunjukkan hipertrofi dan hiperplastik epidermis.Diatas sel basal terlihat
pelebaran sel yang terdiri atas pembesaranbadan inklusi intrasitoplasmik
(Henderson Peterson Bodies).[5]
2. Pemeriksaan mikroskopi
Pewarnaan lain yang dapat dilakukan adalah pewarnaan giemsa,
papanicolau, dan pewrnaan wright. Setelah dilakukan pewarnaan, dengan
menggunakan mikroskop electron dapat dilihat adanya molluscum body5
3. Deteksi DNA MCV
6
Sampai saat ini dilaporkan bahwa moluscum contagiosum virus (MCV)
tidak dapat dikultur. Cara lain untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi
dengan MCV adalah dengan mendeteksi DNA MCV dalam darah pasien
yang dicurigai terinfeksi MCV. MCV biasanya hanya bisa dideteksi pada
kulit, namun MCV yang telah menyebar melalui aliran darah dapat
dideteksi.Pada pasien dengan system imun yang rendah, seperti pasien
HIV, MCV DNA lebih dapat dideteksi.[9]
Gambar 2.4.Area sentral umbilikasi dengan pemeriksaan mikroskop
menggunakan pewarnaan giemsa. 5
7
Gambar 2.5. Terlihat molluscum inclution bodies intrasitoplasma. 5
Gambar 2.6.Henderson Peterson bodies.[5]
8
Gambar 2.7.Specimen biopsy kulit pada pemeriksaan histopatologi menunjukkan
sel epidermisyang terinfeksi (eosinophilic cytoplasmic inclusion bodies).[5]
1.8 Diagnosis Banding
Moluskum kontagiosum dibedakan dengan veruka, acne, dan milia. Pada
Veruca transmisi melalui kontak kulit ataupun autoinokulasi. Acne bisa
didapatkan di daerah muka bahu dada atau punggung. Lesi dapat berupa komedo,
papul, pustula, nodul, sesuai tempat predileksi. Milia dapat berupa papul yang
disebabkan oleh retensi keringat. 1
1.9 Penatalaksanaan
Sangat penting untuk mendiskusikan resiko dan keuntungan dari terapi
individu pada keluarga sebelum treatment diberikan pada kondisi ringan, yang
bertujuan untuk menyembuhkan pasien tanpa komplikasi.[1]
Lesi biasanya sembuh spontan dalam 6-9 bulan.Lesi biasanya sembuh
tanpa bekas luka tetapi terkadang terdapat luka atrofi kulit. Pada infeksi yang
bersifat parah namun sudah ada proses penyembuhan dapat terjadi inflamasi,
supurasi, dan krustasi.[1]
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan Co2 atau
N2. 3
9
1. Terapi topical
Penggunaan kataridin 0,7% atau 0,9% dalam bentuk cairan untuk
mengobati MC. Cantharis vesicatoria dapat menginduksi vesikulasi
dermoepidermal junction yang digunakan secara topical. Penggunaan pada
area wajah dan genital tidak disarankan dan keluarga harus dikonseling
dikarenakan terdapat resiko kecil berupa reaksi ekstrim atau luka (scarring).[8]
Pada kasus MK yang sulit disembuhkan, terapi topical berupa krim
imiquimod 5% efektif digunakan pada pasien anak dan dewasa.Cidofovir
topical, analog nukleotida yang dapat membunuh virus DNA dilaporkan
efektif.Penggunaan pasta silver nitrat 40% atau asam salisilat 15-20% satu
atau dua kali seminggu dapat mempercepat penyembuhan. Phenol dan
kantaridin 0,9% efektif digunakan pada lesi jaringan yang telah rusak.[8]
Penelitian lain menunjukkan keefektivan pengobatan pada anak dengan
moluskum kontagiosum menggunakan kombinasi minyak esensial dari Melaleuca
alternifolia dan iodin. Sedangkan interaksi kerja antar kombinasi Melaleuca
alternifolia dan iodin belum dapat dimengerti sepenuhnya dan efek antiviral
terhadap MCV juga belum diketahui sepenuhnya.Dalam penelitian tersebut
didapatkan bahwa terjadi penurunan infektivitas virus setelah diinkubasi dengan
minyak esensial kombinasi Melaleuca alternifolia dan iodin.[9]
Penelitian lain menunjukkan penggunaan potassium hydroxide (KOH)
10% dan 15% topical dapat dijadikan terapi alternative, dimana keuntungannya
berupa mudah untuk digunakan, efek samping kecil, dan tidak mahal.9
2. Terapi sistemik
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50% DNA MCV terdeteksi pada
plasma darah pasien yang tidak diobati dengan CMX-001, sedangkan
sebanyak 20% terdeteksi pada plasma darah pasien yang diobati dengan
CMX-001. Hal ini menunjukkan CMX-001 dapat digunakan untuk melawan
MCV. CMX-001 adalah cidofovir konjugasi lipid, antivirus yang dapat
melawan virus DNA double stranded, seperti variola, cowpox, dan vaccinia.
CMX-001 dapat diminum secara oral, ketika sudah diserap dalam tubuh dan
10
masuk ke dalam sel, cidofovir intraselular akan diubah menjadi cidofovir
difosfat yang cara kerjanya adalah menghambat sintesis DNA virus.9
3. Terapi lainnya
Kuretase dan krioterapi, bagaimanapun kedua terapi tersebut menyakitkan.
Penggunaan agen anastetik topical seperti cantharidin dilaporkan paling
efisien dan efektif. Terapi topical lainnya seperti krim retinoid, krim
imiquimod, asam salisilat, cidofovir, simetidin, dan silver nitrat.8
Laporan lain menunjukkan elektrofulgurasi disertai kuretase efektif untuk
mengatasi lesi yang konfluens dan multipel.2[]Krioterapi dengan nitrogen cair
dilaporkan efektif tetapi prosedurnya menyakitkan dan diulang dalam interval
3-4 minggu sampai lesi menghilang.2
4. Terapi pada pasien dengan HIV
Salah satu laporan menyatakan bahwa pasien HIV/AIDS disertai dengan
moluskum kontagiosum dapat terjadi penyembuhan spontan dari lesi jika
pengobatan dengan HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) dilakukan
lebih awal dan dosis yang sesuai (seimbang). Dan jika terjadi interupsi pada
terapi HAART, maka gejala pasien akansemakin parah dan jumlah lesi MK
akan meningkat.Sepuluh sampai 30% pasien AIDS yang tidak menerima
terapi antiretroviral (ARV) terinfeksi dengan moluskum kontagiosum.[2]
Laporan lain menyatakan terdapat beberapa pilihan terapi pada MC yang
dapat diaplikasikan pada pasien dengan HIV, modulator imun topical
(Immune-modifying modalities) yaitu imiquimod. Imiquimod 5% bagian dari
imidazoquinoline family bekerja dengan cara menstimulasi Toll-like-Receptor
(TLR), seperti TLR 7 dan TLR 8 yang akan menginduksi respon imun local
antivirus. Pada banyak percobaan terjadi respon klinis yang bagus pada proses
penyembuhan lesi MK dengan penggunaan imiquimod walaupun pada pasien
dengan HIV.[2]
Imiquimod memproduksi proinflamasi dan sitokin antivirus, seperti
interferon-α, IL-12, TNF-α, dan interferon-γ yang diikuti dengan aktivasi
respon imun innate dan T-cell.Aktivasi sel Langerhans dengan peningkatan
11
presentasi antigen dan peningkatan migrasi ke daerah lifa nodus juga terjadi.
Ditambah, imiquimod secara langsung menginduksi secara langsung proses
apoptosis dengan jalur mitokondria.2
1.10 Prognosis
Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama, berbulan
– bulan sampai tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini
jarang atau tidak residif. 1
12
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : An. ZA
Usia : 12 tahun
Alamat : Raya Ngagel 133 A
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
No. DMK : 739.720
Tanggal pemeriksaan : 14 Juli 2015
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Bintil- bintil di wajah
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan muncul bintil-
bintil berwarna putih di wajah sejak tiga bulan yang lalu. Bintil pertama kali
muncul di daerah sekitar hidung dan semakin lama semakin banyak dan menyebar
ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal ,
tidak mengeluarkan cairan, dan tidak berwarna kemerahan. Pasien tidak
mengeluhkan perih, nyeri, dan demam. Riwayat kontak dengan seseorang yang
memiliki gejala yang sama disangkal. Pasien belum mendapatkan pengobatan
apapun.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
13
d. Riwayat alergi
Alergi makanan maupun obat disangkal. Riwayat atopi dalam keluarga disangkal
e. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama
f. Riwayat sosial
Pasien merupakan pelajar kelas 1 SMP, sering mengikuti kegiatan klub renang
satu kali setiap minggu.
2.3 Pemeriksaan Fisik
a. Status generalis
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Regio kepala leher : dalam batas normal – lihat status dermatologi.
Regio thorak : dalam batas normal
Regio abdomen : dalam batas normal
Regio ekstremitas : dalam batas normal
b. Status dermatologis
Efloresensi : Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi,
berbatas tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral
umbilikasi. Komedo (-)
Regio : Fascialis
14
Gambar 3.1 Multiple papul et regio fascialis
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pengecatan dengan Giemsa
2.4 Resume
Pasien laki-laki usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada tanggal
14 Juli 2015 dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah sejak 3
15
bulan yang lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan semakin
lama semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan
terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan. Riwayat
kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal. Pada
pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas
tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.
Komedo (-)
2.5 Diagnosis
Moluskum Kontagiosum
2.6 Planning
a. Diagnosis :
Pemeriksaan histopatologi positif apabila didapatkan badan moluskum
(Henderson-Peterson bodies) yang mengandung partikel virus.
b. Terapi
16
Gambar 3.2 Ekstraksi moluscum body
Gambar 3.3 Moluscum Bodies
- Mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum dengan
ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.
- Pemberian antibiotik topikal (gentamycin cream) pada kulit pasca
ekstraksi selama 7 hari.
- Non Medikamentosa : Menjaga personal hygiene
2.7 Prognosis
Moluskum kontagiosum umunya dapat sembuh secara spontan dalam 6-9 bulan.
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.
17
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada
tanggal 14 Juli 2015 dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah
sejak 3 bulan yang lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan
semakin lama semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama
satu bulan terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan.
Riwayat kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal.
Pada pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas
tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.
Komedo (-) .
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status dermatologi yang dilakukan,
diduga pasien menderita moluskum kontagiosum. Dimana moluskum
kontagiosum adalah penyakit infeksi virus jinak yang menyerang kulit dan
membran mukosa dan sering dijumpai terutama pada anak-anak. Lesi dapat
berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin,
berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika
dipojat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi
penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstraemitas.
Faktor utama dalam penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor
lain yang yang mempengaruhi penyebaran tidak diketahui. Berdasarkan riwayat
anamnesis tidak ditemukan jalur penularan langsung pada pasien ini. Namun
berdasarkan kebiasaan pasien yang mengikuti kegiatan klub renang, dapat diduga
resiko penularan terjadi karena hal tersebut dan didukung karena kurang menjaga
kebersihan pribadi. Berdasarkan teori penularan dapat terjadi secara langsung
dengan adanya lesi di tangan dan anak-anak yang mandi bersama, handuk,
peralatan senam, dan tempat duduk.
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan Co2 atau
18
N2. Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah Mengeluarkan massa yang
mengandung badan moluskum dengan ekstraktor komedo, jarum suntik, atau
kuret. Dari ekstraksi yang dilakukan di temukan badan molluscum yang
menyerupai masa putih.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus moluskum kontagiosum pada pasien anak laki-laki
usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada tanggal 14 Juli 2015
dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah sejak 3 bulan yang
lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan semakin lama
semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan
terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan. Riwayat
kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal. Pada
pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas
tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.
Komedo (-) .
Terapi yang dilakukan pada pasien adalah mengeluarkan massa yang
mengandung badan moluskum dengan ekstraktor komedo, jarum suntik, atau
kuret. Dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal (gentamycin cream) pada
kulit pasca ekstraksi selama 7 hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Benny. 2009. Dermatologi : Pengetahuan Dasar dan Kasus di
Rumah Sakit. Airlangga University Press. Surabaya. Hal : 166 – 169
2. Murtiastutik, Dwi. 2008. Infeksi Menular Seksual. Airlangga University
Press. Hal 181.
3. Handoko, Ronny P. 2010. Moluskum Kontagiosum. Dalam : Djuanda A,
Hamzah M. Aisah S., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 114-
115.
4. Winda Arista Haeriyoko, IGK. Darmada. DIAGNOSIS DAN
TATALAKSANA MOLUSKUM KONTAGIOSUM. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. 2010. pp 20-25.
5. Klaus W. Lowell A. , Goldsmith Stephen I. .Molluscum Contagiosum. In :
Fitzpatrick’s Dermatology in Medical Medicine. Seventh Edition Vol. 1 &
2. United States of America : Mc Graw Hill Companies. Pp 1911-1913.
6. William D. James, Timothy G Berger, Dirk M. Elston (ed.) . 2006.
Molluscum Contagiosum. In Andrew’s Disease of the Skin : Clinical
Dermatology. Tenth Edition. Philadelphia. W.B Saunders Company. Pp
394-396
7. Sterling J. C . 2010. Virus Infections. In Rook’s Textbook of Dermatology.
Eight edition volume 2. Wiley Blackwell. Pp 1499-1500.
8. Sri Katon S. 2012. Penggunaan Asam Salisilat. dalam Dermatologi.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
21
9. Cohen J. I, Davila W. , Ali M.A, et al. Detection of Molluscum
Contagiosum Virus (MCV) DNA in the Plasma of an Immunocompromised
Patient and Possible Reduction of MCV DNA with CMX-001. Journal of
Infectious Diseases Advance Acces. Published : January 19. 2001. Pp 1-4.
22