responsi moluskum.docx

28
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pendahuluan Moluskum kontagiosum ( Molluscum Contagiosum) adalah penyakit infeksi virus jinak yang menyerang kulit dan membran mukosa dan sering dijumpai terutama pada anak- anak. Pada orang dewasa penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini disebabkan oleh Molluscum Contagiosum Virus yang merupakan anggota dari famili Poxvirus. 2 Penyakit ini mudah menular, namun hanya menyerang kulit dan tidak menyerang organ-organ dalam 1 . Penularan dapat terjadi secara langsung dengan adanya lesi di tangan dan anak-anak yang mandi bersama, handuk, peralatan senam, dan tempat duduk. Kejadiannya dapat terjadi secara autoinokulasi dari individu yang terinfeksi secara vertikal 2 . Lesi dapat berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipojat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstraemitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. 1

Upload: frida-neila-rahmatika

Post on 13-Dec-2015

131 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Moluskum.docx

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Moluskum kontagiosum ( Molluscum Contagiosum) adalah penyakit infeksi

virus jinak yang menyerang kulit dan membran mukosa dan sering dijumpai

terutama pada anak-anak. Pada orang dewasa penyakit ini dapat ditularkan

melalui hubungan seksual. Penyakit ini disebabkan oleh Molluscum Contagiosum

Virus yang merupakan anggota dari famili Poxvirus. 2

Penyakit ini mudah menular, namun hanya menyerang kulit dan tidak

menyerang organ-organ dalam1. Penularan dapat terjadi secara langsung dengan

adanya lesi di tangan dan anak-anak yang mandi bersama, handuk, peralatan

senam, dan tempat duduk. Kejadiannya dapat terjadi secara autoinokulasi dari

individu yang terinfeksi secara vertikal2.

Lesi dapat berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna

putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan

(delle). Jika dipojat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi.

Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstraemitas, sedangkan pada

orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul

infeksi sekunder hingga timbul supurasi. 3

1.2 Definisi

Penyakit yang disebabkan oleh virus poks, dengan gejala klinis berupa

papul yang di permukaannya terdapat lekukan ( delle) berisi massa yang

mengandung badan moluskum. 1

Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang ringan namun dapat

berkembang menjadi penyakit infeksi virus yang menjadi masalah pada anak-

anak. Infeksi MC dapat meliputi seluruh tubuh atau hanya pada beberapa bagian

tubuh tertentu seperti extremitas, wajah, dan badan sedangkan pada orang dewasa

yang penularannya melalui hubungan seksual distribusi lesi biasanya hanya pada

daerah genital. 4

1

Page 2: Responsi Moluskum.docx

1.3 Epidemiologi

Angka kejadian moluskum kontagiosum di seluruh dunia diperkirakan

sebesar 2% - 8%, dengan prevalensi 5% - 18% pada pasien HIV/AIDS.Moluskum

kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk, higiene buruk dan

daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan

aktivitas seksual aktif dan status imunodefisiensi. 4

Faktor utama dalam penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor

lain yang yang mempengaruhi penyebaran tidak diketahui, tapi dicurigai

lingkungan tropis turut memfasilitasi penyebarannya.Insiden moluskum

kontagiosum diperkirakan 1% dari semua diagnosis dermatologi. 4

1.4 Etiologi

Moluskum kontagiosum disebabkan oleh lebih dari empat tipe poxvirus

yang berhubungan, dengan Molluscum Contagiosum Virus (MCV), yaitu MCV-1

sampai -4, dan varian-variannya. Meskipun proporsi dari infeksi disebabkan oleh

beragamnya letak geografis, di seluruh dunia infeksi MCV-1 merupakan yang

paling sering. Pada anak-anak sebetulnya semua infeksi disebabkan oleh MCV-1.

MCV merupakan poxvirus yag besar, dan berbentuk seperti bata yang bereplikasi

dalam sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik dengan

poxvirus yang lainnya. Dan biasanya 2-3 gen sama dengan vaccinia dan variola

virus. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik secara klinis.

98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV tipe 1. 1

Masa inkubasi MCV adalah sekitar 2-12 minggu.Infeksi oleh MCV dapat

terjadi diseluruh dunia.Terdapat 3 kelompok primer yang biasa terinfeksi MCV,

yaitu anak-anak, orang dewasa yang aktif secara seksual, dan orang dengan

imunokompromais, khususnya pada orang dengan HIV. Transmisi MCV paling

sering terjadi secara kontak langsung, khususnya jika kulit basah, misalnya infeksi

melalui kolam renang. 1

1.5 Patogenesis

Kulit adalah lapisan yang melindungi terhadap rangsangan fisik maupun

kimiawi dan juga terhadap invasi yang bersifat patogen lainnya. Kulit terdiri atas

2

Page 3: Responsi Moluskum.docx

lapisan terluar dan lapisan terdalam (epidermis dan dermis) yang ditempati dan

diawasi oleh sel-sel dan sistem imun. 5.

Virus bereplikasi dalam sitoplasma di sel epitel, dan sel yang telah terinfeksi

bereplikasi sebanyak dua kali dari rata-rata. Ada banyak gen MCV yang dapat

merusak sistem imun, termasuk (1) homolog dari kebanyakan histokompatibilitas

tingkat 1 rantai berat, dimana dapat berinterfensi dengan presentasi antigen (2)

homolog kemokin yang menghambat inflamasi dan (3) homolog glutathione

peroxide yang dapat melindungi virus dari bahaya oksidatif dari peroxida.5

Dalam keadaan normal, makrofag, sel mast, sel Langerhans, sel dermal

dendrit (DCs) dan Sel T (pada tikus) merupakan sel imun yang umum pada

kulit. Walaupun demikian, setelah luka atau terkena infeksi, monosit, sel dendritik

plasmositoid(p DC), αβ sel T, dan sel B diambil untuk berperan pada proses

respon adaptif. MCV adalah poxvirus DNA yang menyebabkan lesi kutaneus

yang tampak seperti tumor ganas. Pada individu yang sehat, lesi ini sering secara

spontan menghilang, tetapi hanya sedikit yang diketahui tentang aktivitas sel yang

berujung kepada resolusi penyakit ini. Ada dua tipe lesi kulit pada pasien dengan

MCV dan diidentifikasi dalam populasi dari DC, IFN-DCs, bahwa lesi infiltrat

MCV diperuntukkan untuk melalui regresi spontan.[6]

3

Page 4: Responsi Moluskum.docx

Gambar 1.Peran dari p DCs dan IFN-DCs pada respon anti-MCV efektif.7

Noniflamated MCV-induced skin lesion (NI-MCs) jarang hidup bersama

makrofag dan sel dendritik. Pada inflamed MCV-induced skin lesions (I-MCs), (1)

pDCs diambil pada jenis chemerin-dependen. (2) pDCs diaktivasi melalui reseptor

seperti Toll-7/9 PADA i-MCs oleh MCV secara langsung, melalui kontak dengan

keratinosit MCV-terinfeksi, atau oleh modifikasi sendiri asam nucleus oleh LL-

37. pDCs yang aktif menghasilkan IFN-I dan sitokin/kemokin lainnya seperti IL-

6, IL-12, CCL3 dan CCL4. (4) IFN-I merangsang diferensiasi dari monosit

menjadi IFN-DCs, yang mana dapat mensekresikan IFN-I, membunuh sel yang

terjangkiti virus via granzyme B (GrB) dan/atau TNF-related apoptosis-inducing

ligand (TRAIL), dan menghasilkan antigen viral untuk sel T. CTL, cytotoxic T

lymphocyte; DC, dendritic cell; IFN-DC, IFN-induced dendritic cell; MCV,

Molluscum Contagiosum virus; MO, monocyte; NK, natural killer cell; Mɸ,

macrophage; p DC, plasmacytoid dendritic cell.[7]

Sumber lain menyebutkan bahwa mekanisme MCV dalam menginfeksi host

adalah dengan memproduksi chemokines yang dapat menghambat fungsi monosit

dan migrasi leukosit ke daerah infeksi. Penurunan jumlah dari sel Langerhan,

4

Page 5: Responsi Moluskum.docx

antigen presenting cell (APC) utama pada lapisan epidermis dapat terjadi pada

pasien yang imunokompeten. MCV mengkode major histocompatibility complex

(MHC) 1rantai homolog sehingga mengagalkan bagian penting dalam proses

pengikatan peptide MCV sehingga presentasi antigen MCV ke permukaan sel

yang terinfeksi terganggu. MCV juga memproduksi inhibitor kaspase 8 sehingga

terjadi penurunan proses apoptosis dan memperpanjang hidup MCV.[5]

1.6 Gejala Klinis

Kelainan kulit dapat dimulai dengan papul berwarna mutiara atau merah

seperti daging ( flesh colored) yang kemudian dapat membesar, berbentuk kubah

yang ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar masa

putih seperti nasi, yang merupakan ciri khas moluskum kontagiosum. Ukuran dari

papul bervariasi biasanya antara 2-6 mm kadang bisa mencapai 3 cm (giant

molluscum). 1

Lokalisasi penyakit pada anak-anak adalah di daerah muka, leher, ketiak,

badan dan ekstremitas. Sedangkan pada orang dewasa di daerah perigenital dan

perianal. Lesi bisa bergerombol atau bersusun seperti garis linear. 1

Eritema dan eksema dapat muncul di sekitar lesi. hal ini disebut Moluskum

dermatitis. Papul dapat menjadi eritematosa, hal ini dipercaya merupakan respon

imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom immunodefisiensi dapat

memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di daerah genital maupun

ekstra genital. 8

5

Page 6: Responsi Moluskum.docx

Gambar 2.2 .Papul diameter 1-2 mm dengan central umbilikasi.[5]

Gambar 2.3.Multiple papul yang menyebar disertai peradangan.[5]

1.7 Diagnosis

Diagnosis moluskum kontagiosum jelas nyata ketika didapatkan lesi

multipel pada tahap yang berbeda dan adanya papul umbilikasi yang terlihat

jelas.Papul umbilikasi terlihat lebih mudah dengan dermatoskopi. Diagnosis dapat

dikonfirmasi dengan menggunakan mikroskop electron, analisis molecular,

maupun histopatologi. 2

1. Pemeriksaan histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan HE

menunjukkan hipertrofi dan hiperplastik epidermis.Diatas sel basal terlihat

pelebaran sel yang terdiri atas pembesaranbadan inklusi intrasitoplasmik

(Henderson Peterson Bodies).[5]

2. Pemeriksaan mikroskopi

Pewarnaan lain yang dapat dilakukan adalah pewarnaan giemsa,

papanicolau, dan pewrnaan wright. Setelah dilakukan pewarnaan, dengan

menggunakan mikroskop electron dapat dilihat adanya molluscum body5

3. Deteksi DNA MCV

6

Page 7: Responsi Moluskum.docx

Sampai saat ini dilaporkan bahwa moluscum contagiosum virus (MCV)

tidak dapat dikultur. Cara lain untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi

dengan MCV adalah dengan mendeteksi DNA MCV dalam darah pasien

yang dicurigai terinfeksi MCV. MCV biasanya hanya bisa dideteksi pada

kulit, namun MCV yang telah menyebar melalui aliran darah dapat

dideteksi.Pada pasien dengan system imun yang rendah, seperti pasien

HIV, MCV DNA lebih dapat dideteksi.[9]

Gambar 2.4.Area sentral umbilikasi dengan pemeriksaan mikroskop

menggunakan pewarnaan giemsa. 5

7

Page 8: Responsi Moluskum.docx

Gambar 2.5. Terlihat molluscum inclution bodies intrasitoplasma. 5

Gambar 2.6.Henderson Peterson bodies.[5]

8

Page 9: Responsi Moluskum.docx

Gambar 2.7.Specimen biopsy kulit pada pemeriksaan histopatologi menunjukkan

sel epidermisyang terinfeksi (eosinophilic cytoplasmic inclusion bodies).[5]

1.8 Diagnosis Banding

Moluskum kontagiosum dibedakan dengan veruka, acne, dan milia. Pada

Veruca transmisi melalui kontak kulit ataupun autoinokulasi. Acne bisa

didapatkan di daerah muka bahu dada atau punggung. Lesi dapat berupa komedo,

papul, pustula, nodul, sesuai tempat predileksi. Milia dapat berupa papul yang

disebabkan oleh retensi keringat. 1

1.9 Penatalaksanaan

Sangat penting untuk mendiskusikan resiko dan keuntungan dari terapi

individu pada keluarga sebelum treatment diberikan pada kondisi ringan, yang

bertujuan untuk menyembuhkan pasien tanpa komplikasi.[1]

Lesi biasanya sembuh spontan dalam 6-9 bulan.Lesi biasanya sembuh

tanpa bekas luka tetapi terkadang terdapat luka atrofi kulit. Pada infeksi yang

bersifat parah namun sudah ada proses penyembuhan dapat terjadi inflamasi,

supurasi, dan krustasi.[1]

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan

moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.

Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan Co2 atau

N2. 3

9

Page 10: Responsi Moluskum.docx

1. Terapi topical

Penggunaan kataridin 0,7% atau 0,9% dalam bentuk cairan untuk

mengobati MC. Cantharis vesicatoria dapat menginduksi vesikulasi

dermoepidermal junction yang digunakan secara topical. Penggunaan pada

area wajah dan genital tidak disarankan dan keluarga harus dikonseling

dikarenakan terdapat resiko kecil berupa reaksi ekstrim atau luka (scarring).[8]

Pada kasus MK yang sulit disembuhkan, terapi topical berupa krim

imiquimod 5% efektif digunakan pada pasien anak dan dewasa.Cidofovir

topical, analog nukleotida yang dapat membunuh virus DNA dilaporkan

efektif.Penggunaan pasta silver nitrat 40% atau asam salisilat 15-20% satu

atau dua kali seminggu dapat mempercepat penyembuhan. Phenol dan

kantaridin 0,9% efektif digunakan pada lesi jaringan yang telah rusak.[8]

Penelitian lain menunjukkan keefektivan pengobatan pada anak dengan

moluskum kontagiosum menggunakan kombinasi minyak esensial dari Melaleuca

alternifolia dan iodin. Sedangkan interaksi kerja antar kombinasi Melaleuca

alternifolia dan iodin belum dapat dimengerti sepenuhnya dan efek antiviral

terhadap MCV juga belum diketahui sepenuhnya.Dalam penelitian tersebut

didapatkan bahwa terjadi penurunan infektivitas virus setelah diinkubasi dengan

minyak esensial kombinasi Melaleuca alternifolia dan iodin.[9]

Penelitian lain menunjukkan penggunaan potassium hydroxide (KOH)

10% dan 15% topical dapat dijadikan terapi alternative, dimana keuntungannya

berupa mudah untuk digunakan, efek samping kecil, dan tidak mahal.9

2. Terapi sistemik

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50% DNA MCV terdeteksi pada

plasma darah pasien yang tidak diobati dengan CMX-001, sedangkan

sebanyak 20% terdeteksi pada plasma darah pasien yang diobati dengan

CMX-001. Hal ini menunjukkan CMX-001 dapat digunakan untuk melawan

MCV. CMX-001 adalah cidofovir konjugasi lipid, antivirus yang dapat

melawan virus DNA double stranded, seperti variola, cowpox, dan vaccinia.

CMX-001 dapat diminum secara oral, ketika sudah diserap dalam tubuh dan

10

Page 11: Responsi Moluskum.docx

masuk ke dalam sel, cidofovir intraselular akan diubah menjadi cidofovir

difosfat yang cara kerjanya adalah menghambat sintesis DNA virus.9

3. Terapi lainnya

Kuretase dan krioterapi, bagaimanapun kedua terapi tersebut menyakitkan.

Penggunaan agen anastetik topical seperti cantharidin dilaporkan paling

efisien dan efektif. Terapi topical lainnya seperti krim retinoid, krim

imiquimod, asam salisilat, cidofovir, simetidin, dan silver nitrat.8

Laporan lain menunjukkan elektrofulgurasi disertai kuretase efektif untuk

mengatasi lesi yang konfluens dan multipel.2[]Krioterapi dengan nitrogen cair

dilaporkan efektif tetapi prosedurnya menyakitkan dan diulang dalam interval

3-4 minggu sampai lesi menghilang.2

4. Terapi pada pasien dengan HIV

Salah satu laporan menyatakan bahwa pasien HIV/AIDS disertai dengan

moluskum kontagiosum dapat terjadi penyembuhan spontan dari lesi jika

pengobatan dengan HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) dilakukan

lebih awal dan dosis yang sesuai (seimbang). Dan jika terjadi interupsi pada

terapi HAART, maka gejala pasien akansemakin parah dan jumlah lesi MK

akan meningkat.Sepuluh sampai 30% pasien AIDS yang tidak menerima

terapi antiretroviral (ARV) terinfeksi dengan moluskum kontagiosum.[2]

Laporan lain menyatakan terdapat beberapa pilihan terapi pada MC yang

dapat diaplikasikan pada pasien dengan HIV, modulator imun topical

(Immune-modifying modalities) yaitu imiquimod. Imiquimod 5% bagian dari

imidazoquinoline family bekerja dengan cara menstimulasi Toll-like-Receptor

(TLR), seperti TLR 7 dan TLR 8 yang akan menginduksi respon imun local

antivirus. Pada banyak percobaan terjadi respon klinis yang bagus pada proses

penyembuhan lesi MK dengan penggunaan imiquimod walaupun pada pasien

dengan HIV.[2]

Imiquimod memproduksi proinflamasi dan sitokin antivirus, seperti

interferon-α, IL-12, TNF-α, dan interferon-γ yang diikuti dengan aktivasi

respon imun innate dan T-cell.Aktivasi sel Langerhans dengan peningkatan

11

Page 12: Responsi Moluskum.docx

presentasi antigen dan peningkatan migrasi ke daerah lifa nodus juga terjadi.

Ditambah, imiquimod secara langsung menginduksi secara langsung proses

apoptosis dengan jalur mitokondria.2

1.10 Prognosis

Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama, berbulan

– bulan sampai tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini

jarang atau tidak residif. 1

12

Page 13: Responsi Moluskum.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. ZA

Usia : 12 tahun

Alamat : Raya Ngagel 133 A

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

No. DMK : 739.720

Tanggal pemeriksaan : 14 Juli 2015

2.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama : Bintil- bintil di wajah

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan muncul bintil-

bintil berwarna putih di wajah sejak tiga bulan yang lalu. Bintil pertama kali

muncul di daerah sekitar hidung dan semakin lama semakin banyak dan menyebar

ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal ,

tidak mengeluarkan cairan, dan tidak berwarna kemerahan. Pasien tidak

mengeluhkan perih, nyeri, dan demam. Riwayat kontak dengan seseorang yang

memiliki gejala yang sama disangkal. Pasien belum mendapatkan pengobatan

apapun.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

13

Page 14: Responsi Moluskum.docx

d. Riwayat alergi

Alergi makanan maupun obat disangkal. Riwayat atopi dalam keluarga disangkal

e. Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama

f. Riwayat sosial

Pasien merupakan pelajar kelas 1 SMP, sering mengikuti kegiatan klub renang

satu kali setiap minggu.

2.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status generalis

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan umum : Baik

Regio kepala leher : dalam batas normal – lihat status dermatologi.

Regio thorak : dalam batas normal

Regio abdomen : dalam batas normal

Regio ekstremitas : dalam batas normal

b. Status dermatologis

Efloresensi : Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi,

berbatas tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral

umbilikasi. Komedo (-)

Regio : Fascialis

14

Page 15: Responsi Moluskum.docx

Gambar 3.1 Multiple papul et regio fascialis

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pengecatan dengan Giemsa

2.4 Resume

Pasien laki-laki usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada tanggal

14 Juli 2015 dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah sejak 3

15

Page 16: Responsi Moluskum.docx

bulan yang lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan semakin

lama semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan

terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan. Riwayat

kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal. Pada

pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas

tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.

Komedo (-)

2.5 Diagnosis

Moluskum Kontagiosum

2.6 Planning

a. Diagnosis :

Pemeriksaan histopatologi positif apabila didapatkan badan moluskum

(Henderson-Peterson bodies) yang mengandung partikel virus.

b. Terapi

16

Gambar 3.2 Ekstraksi moluscum body

Page 17: Responsi Moluskum.docx

Gambar 3.3 Moluscum Bodies

- Mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum dengan

ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.

- Pemberian antibiotik topikal (gentamycin cream) pada kulit pasca

ekstraksi selama 7 hari.

- Non Medikamentosa : Menjaga personal hygiene

2.7 Prognosis

Moluskum kontagiosum umunya dapat sembuh secara spontan dalam 6-9 bulan.

Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif.

17

Page 18: Responsi Moluskum.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada

tanggal 14 Juli 2015 dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah

sejak 3 bulan yang lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan

semakin lama semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama

satu bulan terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan.

Riwayat kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal.

Pada pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas

tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.

Komedo (-) .

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status dermatologi yang dilakukan,

diduga pasien menderita moluskum kontagiosum. Dimana moluskum

kontagiosum adalah penyakit infeksi virus jinak yang menyerang kulit dan

membran mukosa dan sering dijumpai terutama pada anak-anak. Lesi dapat

berupa papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin,

berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika

dipojat akan tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi

penyakit ini di daerah muka, badan, dan ekstraemitas.

Faktor utama dalam penyebarannya adalah kontak kulit langsung. Faktor

lain yang yang mempengaruhi penyebaran tidak diketahui. Berdasarkan riwayat

anamnesis tidak ditemukan jalur penularan langsung pada pasien ini. Namun

berdasarkan kebiasaan pasien yang mengikuti kegiatan klub renang, dapat diduga

resiko penularan terjadi karena hal tersebut dan didukung karena kurang menjaga

kebersihan pribadi. Berdasarkan teori penularan dapat terjadi secara langsung

dengan adanya lesi di tangan dan anak-anak yang mandi bersama, handuk,

peralatan senam, dan tempat duduk.

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan

moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret.

Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan Co2 atau

18

Page 19: Responsi Moluskum.docx

N2. Terapi yang dilakukan pada pasien ini adalah Mengeluarkan massa yang

mengandung badan moluskum dengan ekstraktor komedo, jarum suntik, atau

kuret. Dari ekstraksi yang dilakukan di temukan badan molluscum yang

menyerupai masa putih.

19

Page 20: Responsi Moluskum.docx

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus moluskum kontagiosum pada pasien anak laki-laki

usia 12 tahun datang ke poli kulit kelamin RSU Haji pada tanggal 14 Juli 2015

dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna putih di wajah sejak 3 bulan yang

lalu. Bintil pertama kali muncul di daerah sekitar hidung dan semakin lama

semakin banyak dan menyebar ke daerah dagu dan dahi terutama satu bulan

terakhir ini. Bintil tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan cairan. Riwayat

kontak dengan seseorang yang memiliki gejala yang sama disangkal. Pada

pemeriksaan fisik Tampak multiple papul dengan ukuran bervariasi, berbatas

tegas, tanpa ada perubahan warna. Beberapa papul terdapat sentral umbilikasi.

Komedo (-) .

Terapi yang dilakukan pada pasien adalah mengeluarkan massa yang

mengandung badan moluskum dengan ekstraktor komedo, jarum suntik, atau

kuret. Dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal (gentamycin cream) pada

kulit pasca ekstraksi selama 7 hari.

20

Page 21: Responsi Moluskum.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Benny. 2009. Dermatologi : Pengetahuan Dasar dan Kasus di

Rumah Sakit. Airlangga University Press. Surabaya. Hal : 166 – 169

2. Murtiastutik, Dwi. 2008. Infeksi Menular Seksual. Airlangga University

Press. Hal 181.

3. Handoko, Ronny P. 2010. Moluskum Kontagiosum. Dalam : Djuanda A,

Hamzah M. Aisah S., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

Keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 114-

115.

4. Winda Arista Haeriyoko, IGK. Darmada. DIAGNOSIS DAN

TATALAKSANA MOLUSKUM KONTAGIOSUM. Jurnal Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Denpasar. 2010. pp 20-25.

5. Klaus W. Lowell A. , Goldsmith Stephen I. .Molluscum Contagiosum. In :

Fitzpatrick’s Dermatology in Medical Medicine. Seventh Edition Vol. 1 &

2. United States of America : Mc Graw Hill Companies. Pp 1911-1913.

6. William D. James, Timothy G Berger, Dirk M. Elston (ed.) . 2006.

Molluscum Contagiosum. In Andrew’s Disease of the Skin : Clinical

Dermatology. Tenth Edition. Philadelphia. W.B Saunders Company. Pp

394-396

7. Sterling J. C . 2010. Virus Infections. In Rook’s Textbook of Dermatology.

Eight edition volume 2. Wiley Blackwell. Pp 1499-1500.

8. Sri Katon S. 2012. Penggunaan Asam Salisilat. dalam Dermatologi.

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

21

Page 22: Responsi Moluskum.docx

9. Cohen J. I, Davila W. , Ali M.A, et al. Detection of Molluscum

Contagiosum Virus (MCV) DNA in the Plasma of an Immunocompromised

Patient and Possible Reduction of MCV DNA with CMX-001. Journal of

Infectious Diseases Advance Acces. Published : January 19. 2001. Pp 1-4.

22