Download - Referat_Ablasio Retina.doc
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
1/28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMata merupakan struktur yang kecil yang kompleks dari suatu bagian tubuh.
Struktur mata yang dibahas dalam materi ini adalah mengenai gangguan pada retina
yaitu ablasio retina. Secara umum, keadaan ini adalah terlepasnya lapisan retina mata
sehingga kemampuan penglihatan menurun. Para pasien dengan ablasio retina
mungkin kehilangan sebagian atau seluruh visus pada mata yang terlibat,
menghasilkan penurunan yang signifikan dalam visual kinerja dan ketidakmampuan
untuk berfungsi pada pekerjaan nya dan lain aktivitas hidup sehari-hari. Ablasi retina
sering membutuhkan tindakan bedah operatif, yang juga memiliki risiko cukup
signifikan1,2.
Deteksi dini sebuah ablasio retina membutuhkan evaluasi menyeluruh,
menggabungkan antara riwayat pasien dengan pemeriksaan rinci stereoskopik dari
seluruh retina melalui dilatasi pupil. Evaluasi kondisi predisposisi terjadinya ablasio
retina membutuhkan pengetahuan tentang penyakit vitreoretinal perifer yang dapat
menyebabkan ablasio tentunya. Observasi keseluruhan mengenai riwayat,
pemeriksaan fisik maupun penunjang akan membantu menegakkan diagnosis tipe
ablasio dan penyebab dasarnya. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki prognosis
pasien ke depannya1.
Prognosis pasien yang mengalami ablasio pun bermacam-macam, tergantung
dari lamanya suatu lapisan retina terlepas dan struktur mana yang terlepas. Semakin
lama retina terlepas, maka berisiko untuk kehilangan visus lebih besar. Begitu juga
jika terkena pada bagian sentral fovea maka prognosis penglihatan bisa lebih buruk.
1.2 TujuanReferat ini bertujuan untuk mengetahui aspek kesehatan tentang kelainan
ablasio retina, baik tentang prevalensi dan insidensi penyakit, patogenesis dan gejala
klinis maupun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kelainan ini.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
2/28
2
1.3 PETA KONSEP
REGMATOGENOSA EKSUDATIF TRAKSIONAL
PVD Break Tear Hole
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Kryopeksi Scleral Buckling Retinopeksi Pneumatik Vitrektomi Pars Plana
KOMPLIKASI
TERAPI OPERATIFPREVENTIF PROGNOSIS
ABLASIO RETINARETINA VITREOUS
Angiografi Fluoresein
Biomikroskop
MRI
USG
OCT
DegenerasiLattice MiopiaTrauma Mata
AfakiaTumor
PEB & Radang PDR
REGMATOGENOSA EKSUDATIF TRAKSIONAL
ABLASIO RETINA
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
3/28
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI RETINARetina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan
berakhir di tepi ora serata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan
epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membran Bruch, khoroid,
dan sklera. Di sebagian besar tempat retina dan epitelium pigmen retina mudah
terpisah sehingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio
retina. tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina
saling melekat kuat, sehingga membatas perluasan cairan subretina pada ablasio
retina. Lapisan epitel permukaan korpus siliar dan permukaan posterior iris
merupakan perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina. Permukaan
dalam retina menghadap ke vitreus1.
Lapisan retina terdiri dari lapisan pigmentasi dan lapisan sensori. Lapisan
sensori terdiri dari tiga lapisan neuron: foto reseptor, bipolar, dan ganglionik. Badan
sel neuron ini akan membentuk lapisan nuklear, yang dipisahkan oleh lapisan
pleksiform, dimana lapisan neuron satu bersinaps dengan yang lainnya. Lapisan
pleksiform luar terdapat antara lapisan fotoreseptor dan lapisan sel ganglionik.
Lapisan pleksiform dalam terdapat antara lapisan bipolar dan lapisan sel ganglionik.
Lapisan retina yang berpigmentasi atau epitelium pigmentasi terdiri dari selapis sel.
Lapisan sel ini terisi oleh pigmen melanin dan bersama dengan pigmen di koroid,
akan membentuk suatu matriks hitam yang meningkatkan keakuratan visus dengan
mengisolasi fotoreseptor individu dan mempersempit sebaran cahaya. Lapisansensoris retina yang terdekat adalah lapisan sel kerucut dan batang. Bagian yang
sensitif pada masing-masing sel fotoreseptor berbatasan dengan lapisan pigmen
retina. Ruang diantara retina sensoris dan retina pigmen disebut ruang subretina yang
penting menjaga retina dari keadaan ablasio, yang juga menjaga fisiologis normal
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
4/28
4
retina. Ruang ini terdiri dari substansi seperti gel lengket yang melekatkan retina
sensoris dengan bagian yang berpigmentasi. Secara sistematis, lapisan retina sbb :1
1. Membran limitans interna2. Lapisan serat saraf mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus
3. Lapisan sel ganglion4. Lapisan Pleksiform dalam mengandung sambungan-sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin, dan sel horizontal6. Lapisan pleksiform luar mengandung sambungan-sambungan sel bipolar dan
sel horizontal dengan fotoreseptor
7.
Lapisan inti luar sel fotoreseptor8. Membran limitans eksterna9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut10.Epitelium pigmen retina11.Membrana Bruch atau membran basalis epitel pigmen retina1
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
5/28
5
2.2 ANATOMI VITREOUS DAN RELEVANSI PATOLOGI
Vitreus mengisi ruang antar
lensa dan retina, dan terdiri atas
matriks serat kolagen tiga dimensi dan
gel asam hialuronat. Sembilan puluh
delapan persen vitreus terdiri atas air.
Permukaan luar dikenal sebagai
korteks vitreus, berkontak dengan
lensa (korteks vitreus anterior) dan
memiliki daya lekat yang berbeda-
beda ke permukaan retina
2,3,4,5,6
.Proses penuaan, perdarahan, peradangan, trauma, myopia, dan proses-proses
lain sering menyebabkan kontraksi matriks kolagen vitreus. Korteks vitreus posterior
kemudian memisahkan diri dari retina pada daerah yang perlekatannya lemah dan
dapat menimbulkan traksi pada daerah-daerah yang perlekatannya lebih kuat. Vitreus
juga melekat pada nervus optikus dengan keeratan yang kurang, pada makula, dan
pembuluh-pembuluh retina. Faktor utama yang menyebabkan prolaps vitreus adalah
perubahan pada kolagen dan lepasnya sebagian perlekatan retina. Walaupun vitreus
dapat berpindah ke inferior saat memisah dari retina, proses ini menghasilkan gaya
yang lebih kecil pada zona-zona perlekatan vitreoretina dibandingkan dengan gaya
traksi yang dihasilkan oleh gerakan sakadik mata. Gaya dinamik oleh gerakan
sakadik berperan penting dalam robekan retina, kerusakan permukaan retina, dan
perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang robek. Kontraksi vitreus lebih lanjut
akibat invasi sel epitel pigmen retina, sel glia, atau sel radang dapat menimbulkan
traksi statik yang cukup kuat untuk melepaskan retina tanpa merobek retina6.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
6/28
6
2.3 ABLASIO RETINA
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
ari sel epitel pigmen retina. Sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran
Bruch. Pada lapisan sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat perlekatan
struktural dengan koroid atau pigmen epitel sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah
koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
menetap. Ablasio retina ada tiga macam yakni ablasio retina regmatogenosa, ablasio
retina eksudatif, dan ablasio retina traksional.1,2,3
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
7/28
7
2.3.1 Ablasio Retina Regmatogenosa
Mekanisme ablasio regmatogenosa ada tiga jenis yakni (1) adanya cairan
vitreus yang mengalami likuefikasi; (2) Kekuatan traksional yang menimbulkan
robekan retina (3) Adanya robekan retina sensorik4
. Awalnya akan terjadi ablasio
vitreus posterior, robekan retina sensorik, dan pasase cairan ke ruang subretinal5.
Karakteristik ablasio retina adalah pemutusan total (regma full thickness) di retina
sensorik, traksi korpus vitreus dengan derajat bervariasi dan mengalirnya korpus
vitreus cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang subretina. Ablasio retina
regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan humor vitreus
posterior. Ablasio terjadi pada mata yang memiliki faktor presiposisi untuk terjadinya
ablasi yang apabila terdapat trauma, merupakan pencetus untuk terjadinya ablasi pada
mata yang berbakat. Miopia, afakia, degenerasi lattice pada mata juga berkaitan
dengan ablasio retina jenis ini. Oftalmoskop indirek memperlihatkan peninggian
retina sensorik translusens yang lepas. Apabila robekan retina multipel, biasanya
terletak dalam 90 derajat satu sama lain1,2,3,6,7
.
2.3.2 Ablasio Retina Eksudatif
Ablasi ini dapat terjadi walaupun tidak terdapat pemutusan retina atau traksi
vitreoretina. Ablasi ini adalah hasil dari penimbunan cairan di bawah retina sensorik
dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid, degeneratif,
infeksi, inflamasi yang terbatas di makula, skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar,
toksemia gravidarum, termasuk neovaskularisasi subretina yang disebabkan oleh
macam-macam hal. Cairan yang berada di bawah retina tidak akan terpengaruh oleh
posisi kepala2,7
.
2.3.3 Ablasio Retina Traksional
Disebabkan terutama oleh retinopati diabetik proliferatif, vitreoretinopati
proliferatif, atau trauma mata. Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio
retina regmatogenosa, ablasio retina traksional yang khas memiliki permukaan yang
lebih konkaf dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
8/28
8
gaya traksi yang menarik retina sensorik disebabkan oleh adanya membran vitreus,
epiretina, atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan sel glia atau sel epitel pigmen
retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada diabetes, kontraksi korpus vitreus
menarik jaringan fibrovaskular dan retina di bawahnya kearah anterior menuju dasar
korpus vitreus. Pada awalnya, pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-
arkade vaskular, tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga kelainan melibatkan
retina midperifer dan makula. Vitreoretinopati proliferatif merupakan penyulit ablasio
retina regmatogenosa dan merupakan penyebab tersering gagalnya perbaikan bedah
pada mata tersebut. Proses patologis yang terjadi adalah pertumbuhan dan kontraksi
membran seluler kedua sisi retina dan di permukaan korpus vitreus. Traksi fokal
membran seluler dapat menyebabkan robekan retina dan menimbulkan kombinasi
ablasio retina regmatogenosa-traksional2,7.
Terapi primer untuk ablasio ini adalah bedah vitreoretina dan mungkin
melibatkan vitrektomi, pengangkatan membran, skleral buckling, dan penyuntikan
gas intraokular7.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
9/28
9
2.4 MEKANISME ROBEKAN PADA ABLASIO
Robekan retina sensori terjadi pada 11-15% pasien. Robekan ini terjadi pada
area dengan adesi vitreoretinal yang kuat dan pada pasien dengan faktor predisposisi
seperti degenerasi lattice (terjadi penipisan retina, dengan lubang atrofi, pigmentasi,
dan adesi vitreus). Lesi lattice terdapat pada 8% pasien dengan miopia tinggi.
Walaupun ablasio vitreus posterior, miopia, dan degenerasi lattice sering ditemukan,
ablasio retina regmatogenosa jarang ditemukan. Dari hasil studi berbasis populasi,
12.6 kasus per 100,000 orang atau 17.9 per 100,000 pasien dengan ekstraksi katarak
mengalami ablasio. Studi lain menyatakan juga bahwa hanya 1% pasien dengan
degenerasi lattice mengalami ablasio retina regmatogenosa5.
2.4.1 Ablasio Vitreus Posterior (PVD)
Terjadi ketika korteks vitreus terpisah dari retina posterior dan diskus optikus.
Terdapat kekuatan traksi yang memindahkan posisi vitreus yang akhirnya
memisahkan bagian korteks vitreus dengan permukaan retina. Walaupun pertama-
tama pemisahan terjadi secara parsial, traksi akan berjalan ke diskus optikus. Sekali
hal ini terjadi, maka akan berlanjut ke bagian posterior bagian dasar vitreus4,5,6,7,8
.
Walaupun merupakan kejadian yang akut, ablasio vitreus posterior merupakan
konsekuensi jangka panjang untuk menjadi likuefaksi vitreus dan sangat bergantung
pada usia, terjadi 10% pada pasien muda, sisanya adalah usia diatas 60 tahun dimana
27% terjadi pada dekade ketujuh dan 63% pada dekade ke delapan. Terjadi lebih awal
jika pasien memiliki miopia tinggi. Sebagian besar kasus, pasien mengeluhkan
kekaburan yang berbeda-beda bergantung pada mobilisasi vitreus, ada tidaknya
perdarahan vitreus,debris pigmentasi, dan 22 - 44% pasien mengeluhkan fotopsia5.
Kesalahan tempat vitreus akan mencapai ruang retrovitreal yang terisi vitreus
yang mengalami likuefaksi, melalui bukaan korteks posterior yang dikelilingi olencincin glia peripapiler (klinis : cincin Weiss atau Gardner). Humor aquos pun bisa
mengalir ke belakang dari badan silier sehingga mengisi ruang ini. Reservoir dari
vitreus yang likuefaksi dan aquos merupakan jalur robekan retina dan seterusnya
akan menyebabkan ablasio retina4,5,6,7,8
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
10/28
10
Kekuatan gerakan mata yang potensial juga akan memperparah pemisahan.
Semakin bebas gerakan vitreus di dinding dalam mata, semaking tinggi
kemampuannya untuk berpindah pada saat gerakan mata7.
Robekan retina sensorik yang disebabkan oleh PVD bisa berbentuk
operkulum (seperti pintu insang ikan), tapal kuda, atau linier. Gejala yang
ditimbulkan adalah floater, fotopsia, kekaburan penglihatan, silau, dan lebih jarang,
metamorfosia. Ablasio retina regmatogenosa bisa merupakan sekuel PVD. Beberapa
studi menunjukkan 90% PVD terjadi pada ablasio retina. Traksi vitreus yang
berkelanjutan pada betukan flap merupakan kekuatan fisik yang menarik retina
sensori. Hal ini akan lebih bermakna jika ruang subretina atau retrovitreal menjadi
reservoir cairan4,5,6,7,8
.
2.4.2 Retinal Breaks
Diskontinuitas sel neurosensoris retina disebut retinal break. Ketika
kerusakan ini disebabkan oleh traksi vitreous maka disebut tear. Ketika kerusakan
disebabkan oleh kehilangan jaringan retina fokal, maka disebut hole. Evaluasi
robekan retina sensoris (retinal breaks) penting untuk pencegahan ablasio retina
regmatogenosa. Robekan retina sensoris terjadi akibat desakan traksi ablasio vitreus
posterior dimana terdapat adesi abnormal vitreoretina. Secara normal, traksi ini
menimbulkan robekan jaringan retina yang berbatasan dengan posisi traksi dan akan
menimbulkan suatu robekan (flap) jaringan retina atau avulsi fragmen retina.
Robekan lapisan neurosensoris yang paling serius adalah akibat robekan traksional,
termasuk robekan dengan suatu mekanisme pintu (flaps) dan robekan dengan
operkulum (membentuk seperti insang ikan) atau avulsi total fragmen retina.
Seringkali robekan ini terjadi akibat langsung dari ablasio vitreus posterior
(PVD)5,6,7,8,9,10
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
11/28
11
2.5 BENTUK-BENTUK ROBEKAN RETINA
2.5.1 Atrofi Lubang Retina (Atrophic Retinal H oles)
Sebuah retinal breaks yang tidak selalu disebabkan oleh traksi vitreous, tetapi
kemungkinan besar dihasilkan oleh proses atrofi dimana terdapat insufisiensi
vaskular-gangguan sirkulasi koriokapiler pada lubang retina. Penipisan dan
degenerasi pembuluh darah akhirnya mengarah pada penampilan klinis epitel sensori
retina yang kecil, bulat, defek di daerah yang tipis, sebagian retina sensorik agak
buram. Ukuran lubang ini bervariasi dari menentukan sampai 1,5 diameter diskus
(DD)6,7,8
.
2.5.2 Robekan Retina Sensori Bentuk Operkulum
Jika traksi vitreus kecil, adesi vitreoretina akan membentuk robekan
operkulum. Traksi akan menarik bagian kecil retina sensori di sekeliling retina.
Operkulum akan terlihat putih, berbentuk cakram, bergerak seiring dengan
pergerakan mata, karena operkulum akan melekat untuk melepaskan korteks vitreus.
Robekan berada di antara ora serata dan ekuator; tetapi untuk diingat, robekan bisa
terjadi dimana saja6,7,8
.
2.5.3 Robekan Retina Bentuk Tapal Kuda dan Linier
Traksi vitreus bisa juga menyebabkan robekan retina bentuk tapal kuda atau
linier. Bentuk tapal kuda lebih sering terjadi dibandingkan bentuk linier dimana
merupakan lapisan tipis robekan kurvelinier retina sensori ke ruang vitreus. Karena
miskin suplai darah, robekan ini akan melekat pada tepi anterior dan berdegenerasi
menjadi lebih kecil dibandingkan robekan awalnya. Biasanya ditemukan pada tepi
posterior basis vitreus di area degenerasi lattice, gumpalan pigmen, atau lempeng
retina4,5,6,7,8
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
12/28
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
13/28
13
membahayakan adalah pertumbuhan berlebihan retina akibat membran dan luka pada
jaringan. Angka kegagalan Bedah Scleral buckling diperkirakan sekitar 5%-10%
akibat adanya jaringan luka yang tumbuh berlebihan pada permukaan retina. Luka ini
sangat merugikan bagi mata, dimana akan terjadi tarikan retina, menyebabkan ablasio
kembali. Biasanya terjadi 4-8 minggu setelah pembedahan inisial. Jaringan luka juga
akan membuat suatu kerutan pada retina menjadi suatu lipatan kaku, seperti keriput
pada alumunium foil. Vitreus juga akan tertarik dari retina dan mengisi dinding
belakang mata yang akan menjadi vitreoretinopati proliferatif (PVR). Jalan satu-
satunya untuk menghilangkan lipatan dan melepaskan kembali perlekatan retina
adalah dengan memotong jalur vitreus yang abnormal dan mengambil jaringan luka
dengan vitrektomi dan melekatkan retina kembali. Lensa biasanya juga diambil
dalam pembedahan ini. Walaupun retina dengan vitreoretinopati proliferatif dapat
dilekatkan kembali dengan teknik canggih, perbaikan visus akan lebih jelek
dibandingkan dengan perlekatan primer sebelum vitreoretinopati itu sendiri5,8
.
Tiga mekanisme penyembuhan dasar luka adalah inflamasi, proliferasi, dan
modulasi luka. Setelah terjadi robekan retina, inflamasi akan dilanjutkan dengan
bocornya sawar darah-retina. Platelet akan bermigrasi ke arah lesi dan melepaskan
faktor-faktor pertumbuhan sehingga matriks ekstraseluler akan menghasilkan fibrin
dan fibronektin. Faktor kemotaktik selanjutnya akan menarik monosit, epitel pigmen
retina, sel makrofag, glia, dan fibroblas yang akan menimbulkan vitreoretinopati5,8
.
Mediator dan sitokin penting untuk membentuk komponen matriks
ekstraseluler (kolagen dan serat elastik) yang memicu migrasi, kontraksi jaringan dan
remodeling jaringan. Akhirnya akan terbentuk suatu membran intravitreal dan
membran periretinal, dimana saat membran ini berkontraksi akan menimbulkan
ablasio retina traksional5,8
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
14/28
14
2.7 DIAGNOSIS ABLASIO RETINA
1. Riwayat Pasien Ketajaman Visual bisa normal apabila makula masih baik; Penurunan
ketajaman penglihatan bisa terjadi akibat ablasio mengenai makula atau
oleh sebab bentuk bulatan cairan vitreus pada ablasio yang menekan
makula (jatuh diatas makula)
Fotopsia floaters yang tiba-tiba diikuti dengan kekaburan ataukehilangan fungsi penglihatan yang dimulai dari lapang pandang perifer;
seiring dengan perkembangannya ke arah makula, maka visus akan sangat
kabur; Fotopsia (seperti melihat cahaya berkilat-kilat) terjadi akibat traksi
fisik retina; Floaters terjadi akibat sejumlah kecil perdarahan atau kolaps
badan vitreus yang membayang-bayangi retina. Riwayat keluarga yang mengalami penurunan penglihatan akibat
gangguan pada retina
Riwayat trauma7.
2. Pemeriksaan Mata Koreksi ketajaman visus Respon pupilgangguan pupil aferen biasanya juga terjadi pada
ablasio retina, tetapi jarang jika hanya terkena bagian perifer dan ablasi kecil
Tes Konfrontasi Tekanan intraokuler bisa saja menurun atau meninggi bila telah terjadi
neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah lama
Pada retina yang lepas pada funduskopi akan terlihat indentasi skleradimana retina yang terangkat akan terlihat pucat dengan pembuluh darah
diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah; bila bola mata
bergerak, akan terlihat retina yang lepas (ablasi) bergoyang. Bentukan
cincin (Weiss ring) oleh ablasio serosa dan hemoragik bisa berbentuk
jaring laba-laba atau berbentuk berudu pada permukaan retina yang
terangkat. Tampak ada penonjolan retina didaerah makula retina yang
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
15/28
15
berbentuk bulat lonjong dengan batas yang jelas. Akan tampak cairan
eksudat berwarna putih kekuning-kuningan.
Pada pemeriksaan slitlamp, bentuk debu tembakau (tobacco dust) bisaterlihat pada vitreus anterior (ini adalah kumpulan eritrosit dan/atau sel
pigmen epithelium yang bermigrasi ke vitreus) atau
sel pigmen mengambang di rongga vitreous anterior tepat di belakang lensa
(Shafers Sign atau "debu tembakau")2,6,7,8
.
3. Pemeriksaan Penunjang Fundus biomikroskopi dengan lensa Hruby, lensa kontak fundus, atau
lensa prekorneal yang padat Adanya pelepasan serosa retina sensorik
tanpa peradangan mata, neovaskularisasi mata, suatu lubang kecil optik,
atau tumor koroid. Lesi epitel pigmen retina tampak sebagai bercak abu-
abu kekuningan, bundar atau oval, kecil yang ukurannya bervariasi dan
mungkin sulit dideteksi tanpa bantuan angiografi flouresens.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi ablasioretina, terutama ketika sulit memvisualisasi fundus atau akibat
kekeruhan dari segmen media (misalnya, sikatriks kornea padat,
katarak, membran pupil padat, atau perdarahan atau fibrosis vitreous yang
padat). USG juga dapat membantu menemukan tumor subretinal yang
mungkin menyebabkan ablasio retina nonregmatogenosa
Angiografi Fluoresein Fundus Meskipun pada sebagian kasus sudahterdiagnosa secara klinik, pemeriksaan flouresens ini sangat membantu
dalam membedakannya dengan penyakit lain yang mirip. Pada ablasio
retina eksudatif atau serosa, terdapat gangguan pada barrier pembuluh
darah retina yang menyebabkan molekul dari zat flouresens dapat masuk
menuju ruang subretina. Akan tampak dua konfigurasi yang khas yaitu :
o Konfigurasi Cerobong Asap: Pada awal masuknya zat flouresens,akan tampak titik hiperflouresens yang kemudian akan menyebar
secara vertikal. Beberapa lama kemudian, cairan akan masuk
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
16/28
16
menuju ruang subretina dan naik secara vertikal seperti tumpukan
asap pada cerobong asap mulai dari titik kebocorannya sampai
bagian akhir dari pemisahan lapisan retina. Lama kelamaan zat
flouresens tersebut akan berbentuk seperti jamur atau payung
sampai semua daerah yang terpisah terpenuhi oleh cairan
flouresens.
o Optical Coherence Tomography (OCT): OCT merupakanpemeriksan yang sangat akurat untuk mendiagnosa ablasio,
terutama bila pemisahan lapisan retina yang dangkal. Bahkan pada
beberapa kasus dapat memperlihatkan titik kebocoran.
Magnetic Resonance ImagingGambar di bawah merupakan potongan koronal dan transversal kepala
(Panel AandB) yang menunjukan tampakan ablasio retina : penonjolanasimetris yang menyerupai bentuk bintang (PanelA)6,7,9,11.
2.8 KEADAAN-KEADAAN YANG MEMICU ABLASIO RETINA
2.8.1 Degenerasi Lattice
Degenerasi Lattice merupakan degenerasi vitreoretinal yang paling banyak.
Insidennya diperkirakan 610%, dimana > 50% terjadi secara bilateral. Terjadi
biasanya pada mata miopi dengan kecenderungan familial. Terbentuk suatu yang
area retina terlokalisir yang melingkar, oval, linier, dengan hiperpigmentasi, dan flek
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
17/28
17
putih kekuningan, serta adhesi vitreoretinal yang tegas. Retina menjadi tipis dan
lebih fibrotik, sementara vitreus membentuk kantung likuefaksi (lakuna). Degenerasi
ini juga terjadi jauh di perifer retina dan pada bagian ekuator. Sekitar 2030% kasus
ini mengalami ablasio retina. Riwayat ablasio retina pada keluarga, ablasio lebih
sering terjadi pada laki-laki, dan afakia merupakan faktor predisposisi ablasio retina.
yang ke depannya dilakukan profilaksis bedah kryoterapi atau fotokoagulasi laser
sehingga perlu adanya KIE yang baik6,7,8
.
2.8.2 Miopia
Miopia yang dapat mengakibatkan ablasio retina adalah jenis miopia maligna,
yang berjalan progresif semakin tinggi yang bisa juga akibat degeneratif. Miopia
maligna biasanya >6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnyabola mata sampai membentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal
papil disertai atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya
atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat
merangsang terjadinya neovaskularisasi subretina atau koroid. Neovaskularisasi
koroid bisa diobservasi dalam bentuk yang lazim dan tidak lazim ditemukan.
Gangguan perlekatan antara membran Bruch/ kompleks pigmen epithelial
memungkinkan pembuluh darah dari koriokapiler masuk ke pigmen subretina
dan/atau ke ruang retina sensorik. Neovaskularisasi dikenali dari lesi subretina yang
berwarna hijau keabu-abuan. Lesi ini terkait dengan cairan subretina, perdarahan, dan
eksudasi lipid.
Gejala yang terjadi pada neovaskularisasi ini adalah pandangan kabur, distorsi dan
skotoma sentral2,8
.
2.8.3 Trauma Mata
Kerusakan akibat hantaman benda tumpul menyebabkan deformitas kornea
yang cepat, diikuti dengan gelombang kejut tekanan pada vitreus, menyebabkan
ekspansi dan osilasi (goyangan) sklera yang berakhir pada robekan retina sensorik.
Hantaman langsung terhadap mata juga bisa menyebabkan perdarahan vitreus
dan/atau ablasio retina (commotio retina). Serpihan logam, atau material yang lain
bisa penetrasi ke sklera dan menyebabkan ablasio, perdarahan, dan infeksi. Walaupun
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
18/28
18
tidak menyebabkan masalah yang mendadak, tetapi, benda asing bisa menyebabkan
toksik dan merusak struktur mata. Jika terkena benda tajam, jaringan luka bisa
terbentuk di sepanjang jalur masuknya benda, termasuk di jalur retina. Jaringan luka
ini akan menarik dan menyebabkan ablasio retina (ablasio retina traksional)12
.
Dalam kasus di mana trauma, vitrektomi diharapkan dapat menyelamatkan
visus. Dalam beberapa kasus, tujuannya adalah untuk menghilangkan benda asing
intraokular atau perdarahan vitreous dan memperbaiki kerusakan pada retina dengan
laser atau kryo. Dalam kasus lain, vitrektomi menghilangkan jaringan parut dari
permukaan retina, atau mencegah terjadinya traksi retina12
.
2.8.4 Afakia
Terjadi pada angka 5 16 kasus per 1000 kasus pembedahan katarak
terhitung sekitar 30 40%. Rasio probabilitas kumulatif untuk 20 tahun ke depan
pada ekstraksi katarak dengan fakoemulsifikasi terhitung 1.58%, dimana angka ini
empat kali lebih besar pada pasien yang tidak dilakukan ekstraksi katarak15,16
.
Faktor risiko ablasio terkait dengan pembedahan katarak adalah cedera ruptur
kapsul posterior, usia muda, peningkatan panjang aksis mata, CoA dalam, dan jenis
kelamin laki-laki. Pada pasien dengan ablasio retina afakia, operasi katarak akan
menyebabkan timbulnya fibrosis peritretinal15,16
.
Perpindahan gel seiring dengan ekstraksi lensa gel untuk mengisi ruang
sebelumnya yang ditempati oleh lensa tidak hanya mendorong terjadinya ablasio
vitreus posterior, tetapi, dengan mengisi ruang sebelumnya yang ditempati oleh
kristal lensa, maka secara efektif meningkatkan kapasitas penyimpangan ketika gel
itu bergerak. Hal ini akan mengakibatkan traksi dinamik yang lebih besar di bagian
posterior vitreous diikuti dengan terjadinya ablasio retina. Studi oleh Le Mesurier
menunjukkan bahwa penempatan gel ke bagian katarak meningkatkan resiko
lepasnya retina pada mata afakia dengan ekstraksi intrakapsular. Ditemukan sedikit
perbedaan dalam morfologi karakteristik jenis ablasio retina pada mereka yang afakia
terkait dengan komplikasi pada vitreus dan merekayang tidak menjalani operasi
katarak. Ada kesamaan dalam tingkat ablasio, durasi ablasio retina dan jenis serta
posisi lubang retina, tapi ada kecenderungan lebih besar untuk terjadinya ablasio
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
19/28
19
lebih dini dan pembentukan membran periretinal dalam operasi katarak pada pasien
afakia dengan komplikasi vitreus15,16
.
Patogenesis ARD (aphacic retinal detachment) dengan operasi katarak
intrakapsular merupakan multifaktorial, dan konsentrasi ada pada peristiwa vitreous
dan faktor pentingnya lainnya terkait dengan faktor predisposisi misalnya, miopia dan
degenerasi lattice. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa operasi katarak
intrakapsular membawa risiko komplikasi vitreous yang berisiko untuk terjadinya
ARD15,16
.
2.8.5 Tumor
Ablasio retina eksudatif (ERD) terkait dengan kejadian inflamasi, lebih jarang
lagi adalah malignansi. Tumor yang sering terkait dengan ablasio ini adalah
melanoma uvea, limfoma, dan metastase. Malignansi yang masih belum terlihat jelas
seperti retinopati terkait karsinoma atau proliferasi melanosistik uvea difus. Ukuran
tumor yang besar, lokasi di posterior, dan terjadinya ruptur membran Bruch
merupakan karakteristik melanoma maligna uvea18,21
.
Ablasi retina eksudatif (ERD) terdeteksi secara klinis pada 75% pasien
dengan melanoma uveal ganas dan keadaan ini merupakan kelainan yang paling
umum yang menyertai tumor ini. Melanoma menghasilkan kerusakan serius pada
mata, termasuk gejala untuk RD total. Akibatnya cairan subretinal dari tumor dan
asimtomatik eksudatif RD, yang tertarik dari tumor ke bagian mata yang bebas.
Penurunan aliran vena akan menyebabkan kebocoran koroid secara difus ketika
mambran Bruch ruptur akibat mekanisme penekanan (seperti torniquet) di sekitar
dasar tumor18,21
.
Ukuran ERD dikaitkan dengan diameter tumor yang lebih besar dan ketebalan
tumor. Studi ini sesuai dengan sebelumnya yang menemukan ERD berhubungan
dengan ukuran tumor dan jaringan mikrovaskuler, menunjukkan bahwa vaskularisasitumor mungkin memiliki peran dalam perkembangan ERD
18,21.
Vaskularisasi dari melanoma lebih menonjol dan tumor ini akan merusak
sawar darah-mata seiring dengan peningkatan ukuran tumor. Gerakan cairan dari
ruang subretinal ke koriokapiler merupakan kekuatan utama yang membuat retina
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
20/28
20
melekat. Tumor besar memiliki area permukaan dengan proporsi yang lebih besar dan
dapat menyebabkan dekompensasi koriokapiler dan epitel pigmen retina (RPE).
Karena melanoma uveal bisa meluas ke korpus silier yang terletak di sebagian retina,
tumor ini memiliki kecenderungan yang lebih kecil untuk menyebabkan ablasio
dibandingkan tumor koroid yang terletak sepenuhnya di bawah retina. Secara
keseluruhan, tumor koroid diperkirakan memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk
menyebabkan RD dibandingkan dengan tumor yang meluas ke korpus silier, untuk
ukuran tumor dan jaringan pembuluh darah. Melanoma siliokoroidal yang
diperkirakan menyebabkan RD hanya jika berukuran 3 sampai 6 mm lebih besar
dibandingkan melanoma koroid dan jika telah mencapai diameter 15 sampai
18 mm18,19,20,21
.
2.8.6 Toksemia Gravidarum & Radang Intraokuler
Penyebab lain ablasio retina adalah toksemia gravidarum dimana pasien
mengalami preeklampsia berat dengan hipertensi. Mekanisme dasarnya mirip dengan
ablasio pada retinopati hipertensif. Perubahan pokok yang didapatkan pada
preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga hanya
dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Bila dianggap bahwa spasmus arteriola
juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darahyang meningkat merupakan usaha mengatasi kenaikan tekanan perifer, agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Telah diketahui bahwa pada pre eklampsia
dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi
daripada kehamilan normal. Pada pre eklampsia permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat22,23
.
Pada pre eklampsia tampak edema retina, spamus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau
eksudat. Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang
menahun. Keadaan tersebut tidak tampak pada penderita pre eklampsia, kecuali bila
terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal. Spasmus arteri retina
yang nyata menunjukkan adanya pre eklampsia berat, walaupun demikian
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
21/28
21
vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre eklampsia ringan. Pada pre
eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta
mendadak. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan
indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan
berakhir, retina akan melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan
penglihatan secara tetap jarang ditemukan. Skotoma, diplopia, dan ambliopia
pada penderita pre eklampsia merupakan gejala yang menunjukkan akan
terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina22,23
.
Edema retina yang menyangkut makula bisa diakibatkan penyakit inflamasi,
penyakit retina vaskular, membran epitel, pembedahan intraokuler, degenerasi retina
yang didapat maupun kongenital, atau terapi obat, atau bahkan idiopatik. Bisa terjadi
difus ketika cairan intraretina menebal di bagian makula. Edema makula fokal, akibat
akumulasi cairan di lapisan pleksiform luar menyerupai sarang tawon, disebut edema
makula sistoid (CME)22,23
. Hal yang paling banyak menyebabkan CME adalah
pembedahan katarak, terutama yang mengalami komplikasi atau ditunda-tunda.
Ablasio vitreus posterior total merupakan mekanisme proteksi dalam proses ini.
Pasien dengan CME biasanya < 6 bulan akan mengalami perbaikan tanpa terapi
khusus. Steroid topikal dan/atau terapi antiinflamasi bisa mempercepat percepatan
ketajaman visus pasien dengan edema makula kronis pasca operasi. Jika terdapat
traksi vitreus, vitreolisis atau vitrektomi harus dipertimbangkan. Jika implan lensa
intraokuler merupakan penyebab edema makula, hal in tergantung dari strukturnya,
posisi, fiksasi inadekuat, pemindahan implan lensa harus dipertimbangkan22,23
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
22/28
22
Gambar diatas menunjukkan pemeriksaan retina yang memperlihatkan
pembengkakan diskus bilateral dengan bintik wol (cotton-wool spots) yang
berserakan (Panel A) dan ablasio retina inferior (Panel B). Keadaan ini bisa membaik
seminggu kemudian, dimana resolusi ablasio retina dan penurunan jumlah bintik wol
dan eksudat-eksudat. Dua minggu setelah terapi, visus pasien bisa mencapai 20/30
pada kedua mata, dengan resolusi total pada retina (Panel C). Hipertensi berat bisa
menimbulkan akumulasi cairan subretina dan ablasio retina eksudatif22,23
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
23/28
23
2.8.7 Retinopati Diabetik Proliferatif (PDR)
Perdarahan intraretinal bervariasi tergantung pada lokalisasinya di retina.
Bentukan perdarahan berupa bunga api ada di superfisial, merah terang, perdarahan
yang berbentuk kipas pada lapisan retina sensorik.
Bintik perdarahan kecil, bulat, merah tua yang letaknya lebih dalam terletak vertikal
terhadap lapisan retina. Bentukan bunga api dan bintik perdarahan adalah akibat dari
kerusakan kapiler retina dan bocornya sawar darah retina. (clinical retina 54). PDR
meliputi perubahan formasi pembuluh darah baru yang berkembang dari sirkulasi
retina. Jika tidak ditangani, proses ini menjadi tidak menguntungkan bagi visus
pasien. Neovaskularisasi bisa meluas ke ruang vitreus dan menyebabkan perdarahan
vitreus, mengurangi fungsi penglihatan, dan bisa menyebabkan ablasio retina akibattarikan (traksional) dari jaringan fibrosa kontraktil. Lama kelamaan, proses
neovaskularisasi akan berkembang ke dalam stroma iris dan meluas, membentuk
fibrosis ke struktur yang mempengaruhi drainase aquos di sudut CoA. Hal ini akan
menyebabkan blokade aliran aquos sehingga menyebabkan glaucoma neovaskular,
dengan peningkatan tekanan intraokuler. Pasien dengan perdarahan vitreus atau
ablasio retina traksional dianjurkan untuk dilakukan vitrektomi. (jurnal nejm
retinopati diabetik)6,8,24
.
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) adalah suaptu isoform yang
bersifat mitogenik untuk sel endotel vaskular dan juga meningkatkan permeabilitas
sawar darah-jaringan. Sekresi VEGF dari retina pigmen epithelium adalah asimetris,
dimana asalnya dari permukaan basal sel ini, dan pada tempat yang kaya akan
vaskular koriokapiler, yang terletak pada permukaan basal epitel pigmen retina.
VEGF diinduksi oleh hipoksia, yang menimbulkan neovaskularisasi. Pigment-
EpitheliumDerived Factor (PEDF) juga disintesis pada mata yang berperan
mencegah neovaskularisasi. Produksi dan sekresi normal yang seimbang antara kedua
zat ini penting untuk mempertahankan anatomi dan fungsi retina dan pembuluh darah
koroid, serta PEDF penting untuk memelihara arsitektur neuron retina2,4
.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
24/28
24
2.9 TERAPI PEMBEDAHAN
Prinsip terapi bedah pada ablasio adalah menemukan dan memperbaiki retinayang lepas, kryoterapi, atau laser yang kesemuanya digunakan untuk membentuk
adhesi kembali antara retinal sensorik dan pigmen, serta mencegah influks cairan ke
ruang subretinal, drainase cairan di subretinal, internal atau eksternal, dan
memperbaiki traksi vitreoretinal7.
Bucklingsclera atau retinopeksi pneumatik merupakan dua teknik bedah yang
paling popular dan efektif untuk perbaikan ablasio retina regmatogenosa. Kedua
prosedur tersebut memerlukan lokasi pemutusan retina yang tepat dan terapi diatermi,
krioterapi, atau laser untuk membentuk suatu adhesi antara epitel pigmen dan retina
sensorik7.
Kryoterapi/ kryopeksi Proses pembekuan untuk melekatkan pinggir retina ke
koroid (terapi laser dilakukan untuk menutup (merapikan) pinggiran robekan retina)8.
Pada retinopeksi pneumatik Retinopeksi pneumatik merupakan tindakan yangterdiri dari penyuntikan udara atau gas yang dapat memuai intraokular untuk
melakukan tamponade pada retina yang terputus sementara adhesi korioretina
terbentuk. Digunakan terutama untuk ablasi yang kecil karena angka keberhasilannya
kecil, cairan subretina minimal dan tidak ada traksi vitreoretinal7.
Scleral buckling memelihara posisi retina, sementara membentuk adhesi
korioretina, dengan memberi ruang pada sklera dengan menjahitkan suatu eksplan
pada posisi retina yang mengalami ablasi. Hal ini juga akan memperbaiki keadaan
traksi vitreoretinal dan mengeluarkan cairan dari ruang ablasi retina. Angka
keberhasilannya adalah 9294% pada kasus tertentu. Komplikasi termasuk gangguan
refraksi, diplopia akibat fibrosis atau perubahan otot ekstraokular pada tempat
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
25/28
25
eksplan, tekanan oleh eksplan dan kemungkinan menyebabkan vitreoretinopati
proliferatif7.
Vitrektomi Pars plana Jika terdapat traksi vitreoretinal, drainase cairansubretinal, jika diperlukan, diinjeksikan gas yang dapat memuai untuk
mempertahankan posisi retina, penyuntikan perfluorokarbon, atau penyuntikan
minyak jika dibutuhkan tamponade lebih lama. Digunakan jika ablasi terletak di
superior, posterior, atau ablasi retina multipel, jika visualisasi retina terhalang,
misalnya terdapat perdarahan vitreous dan jika terdapat vitreoretinopati proliferatif7.
Ablasi yang berlokasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena
dapat mengangkat makula. Apabila makula terkena oleh proses ablasio retina
regmatogenosa tersebut, maka prognosis untuk pemulihan penglihatan total kurang
begitu memuaskan. Jika makula ikut terlepas, dan pembedahan ditunda dalam waktu
lebih dari 1 minggu, maka tindakan bedah tidak akan mengembalikan fungsi visual7.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
26/28
26
2.10 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Deteksi dini dan pengobatan robekan retina dapat membantu untuk mencegah
pembentukan ablasio retina atau ekspansi dari ablasio. Pasien yang berisiko harus
diberitahu tentang gejala-gejala dari robekan retina dan ablasio retina (misalnya,
floaters, fotopsia, penglihatan seperti tertutup tirai, atau berbayangan) dan instruksi
untuk mencari perawatan segera jika terdapat gejala. Pemeriksaan fundus secara
berkala harus dilakukan untuk memantau status retina7.
Jika ablasio retina kecil dan terletak di pinggiran retina, deteksi dini dan
pengobatan dapat membantu mengurangi resiko kehilangan penglihatan terkait
dengan ablasio sentral yang lebih besar. Ablasio yang terdeteksi secara dini akan
mengurangi biaya operasi dan meningkatkan angka keberhasilan terapi. Hal
terpenting alasan deteksi dini adalah untuk mencegah keterlibatan polus posterior
dan ablasi makula. Jika retina perifer dalam pasien tidak dapat dievaluasi secara
memadai, dianjurkan rujukan ke pemeriksa yang lebih ahli. Kegagalan deteksi ablasi
retina memungkinkan ablasio yang terjadi meluas, memperbesar adanya keterlibatan
makula7.
2.11 PROGNOSIS
Prognosis kesembuhan untuk area yang terlibat adalah jelek apabila
disebabkan oleh degenerasi dan lepasnya lapisan yang telah lama. Secara umum,
semakin lama retina terlepas dari lapisan pigmennya, semakin besar kemungkinan
hilangnya penglihatan setelah retina dilekatlan kembali. Prognosis juga akan
memburuk apabila terkena bagian makula yang akan mempengaruhi ketajaman visus.
Ketajaman visus pasca operasi adalah 20/20 bisa tercapai saat perlekatan kembali
pada makula, tetapi hal ini jarang terjadi. Oleh karena itu, ketika makula yang
mengalami ablasi dilekatkan kembali dalam beberapa hari, masih ada kesempatan
untuk mempertahankan ketajaman penglihatan sebelumnya. Bahkan walaupun pasien
bisa mencapai visus 20/20, pasien akan mengalami metamorfosia (distorsi visus)7.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
27/28
27
Sejumlah komplikasi setelah operasi scleral buckling dilaporkan, misalnya
terjadi sindrom iskemia segmen anterior, kerusakan kornea, ptosis, lagoftalmos,
heterotropia, simblefaron, trikiasis, entropion, ektropion, kista implantasi, glaukoma,
katarak, perdarahan intraocular lambat (delayed intraocular hemorrhage), edema
makula, CRVO, atrofi optik, oftalmia simpatetik, phthisis bulbi, dan vitreoretinopati
proliferatif (PVR)7.
Suatu lipatan atau kerutan pada makula terjadi pada 3 - 8.5 % pasien dengan
ablasio retina regmatogenosa yang diterapi dengan fotokoagulasi atau kryopeksi
selama pembedahan. Pasien juga bisa terjadi penggulungan tepi robekan retina,
bentukan gundukan ekuatorial, dan kontraksi luka pada ablasio akan berkembang
menjadi kerutan macula pada prosedurscleral buckling7.
Pasien ablasio retina tetap dipantau fungsi penglihatannya setelah dilakukan
operasi. Setelah itu, pasien harus dirujuk ke dokter ahli mata setahun setelah
pembedahan dan dipantau keadaan retinanya saat dilatasi untuk mengevaluasi
robekan retina atau adanya lekukan pada area ablasio7.
-
7/28/2019 Referat_Ablasio Retina.doc
28/28
28
BAB III
PENUTUP
Pada dasarnya, secara normal melekatnya posisi retina dipengaruhi oleh
banyak faktor, tetapi hal yang terpenting adalah mekanisme fisiologis pergerakan
cairan dari epithelium pigmen retina ke koroid. Mekanisme keseluruhan dari ablasio
ini yang nantinya akan menjelaskan gejala yang akan ditimbulkan. Penentuan ini
penting sebab menetukan prosedur operasi yang harus dilakukan. Dalam prosedur
operasi, penting untuk diberikan informed consent pada pasien karena menyangkut
fungsi penglihatannya. Hal ini dijelaskan dalam bentuk lokasi lepasnya retina,
lamanya diberikan terapi, dan ada tidaknya faktor penyulit. Setelah operasipun masih
terdapat komplikasi seperti yang telah dijelaskan sehingga penting untuk pasien
mengetahui keadaan matanya sendiri.
Morbiditas yang signifikan dikaitkan dengan ablasio pada makula sebelum
dilakukannya terapi operatif. Untuk depannya, dianjurkan untuk mendorong pasien
melakukan skrining lebih awal sehingga terapi lebih efektif untuk dilakukan. Dewasa
ini, ablasio retina adalah kondisi yang dapat diobati dengan prognosis yang dapat
dikatakan baik. Pemahaman teknik bedah untuk ablasio retina memberikan para ahli
kemampuan untuk membedakan tampakan pascabedah yang normal dengan
pascaoperasi dengan komplikasi. Oleh karena itu, dengan tidak adanya data penelitian
yang meyakinkan, pilihan prosedur terbaik untuk setiap pasien dipertimbangkan dari
penilaian klinis dokter bedah, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
jumlah, ukuran, dan posisi retina istirahat; status lensa; pasien diharapkan
bekerja sama dengan keperluan pasca operasi; operasi yang tersedia ruang peralatan
dan staf; bedah preferensi, dan keinginan pasien. Selain itu, pemahaman yang lebih
baik tentang proses yang menyebabkan kerusakan retina setelah ablasio, danpengetahuan bagaimana untuk melindungi atau merehabilitasi retina tersebut,
akhirnya dapat menurunkan angka morbiditas, bahkan untuk ablasio retina pada
makula yang relatif lama.