Download - Proposal Skripsi - Revised
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH EKSTRAK HERBA ANTING-ANTING (Acalypha australis L.)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH MODEL
DIABETES MELLITUS INDUKSI STREPTOZOTOCIN
RIZKY OCKTARINI
G0007147
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2010
PROPOSAL PENELITIAN
I. Nama Peneliti : RIZKY OCKTARINI
NIM / Semester : G0007147 / VI
II. Judul Penelitian : Pengaruh Ekstrak Anting-anting (Acalypha australis
L.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Model Diabetes Mellitus Induksi
Streptozotocin
III. Bidang Penelitian : Kimia
IV. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek
kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005), juga dapat
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Arif dkk.,
2001).
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di
Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar
mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat
teratur.
Pola makanan modern seperti sekarang yang tidak sehat, disertai intensitas
makan yang tinggi dan stress yang menekan sepanjang hari, membuat kadar glukosa
darah sangat sulit dikendalikan. Sejauh ini tindakan preventif yang paling penting
2
adalah konsumsi diet dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%),
protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,
stats gizi, usia, stress, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. (Arif
dkk., 2001). Jika dengan pengaturan makan dan kegiatan jasmani teratur kadar
glukosa darah masih belum baik maka dapat dipertimbangkan pemakaian obat
berkhasiat hipoglikemik (OHO).
Penggunaan obat alami dalam masyarakat mulai berkembang pada dekade
terakhir karena efek samping yang hampir tidak ada ada jika penggunaannya secara
benar, hal ini mengingat tanaman obat bersifat kompleks dan organis yang cocok
untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis, sehingga tanaman obat dapat
disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud
merekonstruksi organ atau sistem yang rusak.
Penelitian mengenai khasiat ekstrak anting-anting masih jarang dilakukan,
tetapi karena peneliti melihat potensi zat-zat yang dikandung anting-anting dapat
digunakan untuk mengontrol DM dan dipercaya memiliki sedikit efek samping dan
lebih murah jika dibandingkan dengan obat kimiawi, walaupun masih ada beberapa
kandungan zat aktifnya yang belum diketahui. (Haklaim et al, 2007) Anting-anting
merupakan tumbuhan liar yang banyak terdapat di negara tropis. Di Indonesia,
tanaman ini dapat ditemukan dengan mudah di tepi jalan, kebun, sungai ataupun
pekarangan rumah. (Ketut, 2008)
Anting-anting memiliki berbagai kandungan bahan aktif, seperti
acalyphamide, aurantiamide, acalyphine, beta-sitosterol-beta-d-glucoside, calcium
oxalate, gamma-sitosterol-acetate, HCN, quebrachitol, succinimid, tannin,dan
triacetonamine. Zat-zat kimia yang terdapat pada anting-anting ini memiliki berbagai
efek farmakologi, diantaranya efek antidiabetik, efek hipoglikemik, efek antioksidan
(Duke, 2009). Namun kandungannya sebagai terapi diabetes Mellitus belum banyak
diketahui dan dimanfaatkan. Dari data tersebut peneliti ingin lebih dalam meneliti
3
hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar
glukosa darah tikus putih model DM induksi Streptozotocin.
V. Perumusan Masalah
Adakah hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.)
terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus
induksi Streptozotocin?
VI. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak
anting-anting (Acalypha australis L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin.
VII. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh
ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa
darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi
streptozotocin.
B. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengolah anting-anting menjadi
suatu bentuk yang mudah diambil manfaatnya guna menurunkan tingginya
kadar glukosa darah yang menjadi faktor risiko penyakit diabetes mellitus.
VIII. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi
4
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek
kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).
Hiperglikemia terjadi akibat penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai oleh
peningkatan pengeluran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat
karena proses-proses yang menghasilkan glukosa, yaitu glikogenolisis dan
glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Ketika kadar
glukosa darah meningkat sampai pada saat jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi
kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan timbul di urin
(glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air
bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan sirkulasi perifer karena volume darah turun
mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat menyebabkan
kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat menimbulkan gagal ginjal
sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat. Selain itu, sel-sel kehilangan air
karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke
cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak sangat peka sehingga timbul gangguan
fungsi sistem syaraf yaitu polineuropati. Gejala khas lain pada diabetes melitus
adalah polidipsia (rasa haus berlebihan) yang merupakan mekanisme kompensasi
tubuh untuk mengatasi dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa
intrasel, maka kompensasi tubuh merangsang saraf sehingga nafsu makan meningkat
dan timbul polifagia (pemasukan makanan berlebihan). Akan tetapi, walaupun terjadi
peningkatan pemasukan makanan, berat tubuh menurun secara progresif akibat efek
deisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. Sintesis trigliserida menurun
saat lipolisis meningkat sehingga terjadi moilisasi asam lemak besar-besaran dari
simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak daam darah sebagian besar digunakan
oleh sel sebagai sumber energi alternatif. Peningkatan penggunaan lemak oleh hati
5
menyebabkan pengeluaran berlebihan badan keton ke dalam darah dan menimbulkan
ketosis. Karena badan-badan keton mencakup beberapa asam seperti asam asetoasetat
yang berasal dari penguraian tidak sempurna lemak oleh hati, ketosis ini
menyebabkan asidosis metabolik progresif. Asidosis menekan fungsi otak dan apabila
cukup parah dapat menimbulkan koma diabetes dan kematian. (Sherwood, 2001)
b. Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus
1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.
Gejala klasik DM antara lain poliuria, polifagi, polidipsi, dan
penurunan berat badan setelah menyingkirkan penyebab lain
(Gustaviani, 2006). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir.
2. Gejala klasik + kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL.
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
selama 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
≥ 200 mg/dL.
TTGO dilakukan menurut standard WHO menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan
ke dalam air (Slamet, dkk, 2005)
c. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pada diabetes tipe ini terjadi destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut, bisa melalui proses imunologik ataupun bisa
idiopatik (Gustaviani, 2006), ditandai oleh tidak adanya sekresi
insulin. Sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal
6
atau kurus dan memiliki prevalensi yang lebih besar pada anak-anak
(Sherwood, 2001)
2. Diabetes Melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Penyebab utama terjadinya diabetes tipe ini sangat bervariasi mulai
yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin, ditandai dengan adanya sekresi insulin yang normal atau
bahkan meningkat, tetapi terjadi penurunan kepekaan sel sasaran
terhadap insulin (Sherwood, 2001). Resistensi insulin dan gangguan
pada produksi insulin merupakan faktor penting dalam patogenesis
tipe ini yang disebabkan reseptor insulin berkurang atau mengalami
malfungsi, produksi insulin kurang/abnormal. Pada tipe ini lebih
umum terjadi pada usia dewasa. 75% penderita DM tipe ini dengan
obesitas dan baru diketahui setelah berumur 30 tahun.
3. Diabetes tipe lain
Dapat berupa defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat/zat kimia,
infeksi, imunologi, sindrom genetik lain.
4. Diabetes gestasional
Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada
kehamilan terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga
ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi yang meliputi preeklampsia,
kematian ibu, abortus spontan, kelainan kongenital, prematuritas, dan
kematian neonatal. (Mansjoer, 1999) DM gestasional meliputi 2-5 %
dari seluruh diabetes. Pada kebanyakan kasus, toleransi glukosa
kembali normal setelah melahirkan, namun risiko seumur hidup untuk
7
mengalami Intoleransi Glukosa Terganggu (IGT) dan NIDDM pada
umumnya meningkat.
d. Terapi Diabetes Mellitus
2. Anting-anting
a. Klasifikasi
Dalam taksonomi tumbuhan, Anting-anting diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Spesies : Acalypha australis L.
(plantamor)
Sinonim : Acalypha indica (IBIS, 2010)
b. Nama Lokal :
Anting-anting (Indonesia), Tie xian (Cina)
Morfologi anting-anting
Anting-anting (Acalypha australis L.) atau sering juga disebut Acalypha
indica tumbuh dalam bentuk semak. Tinggi pohon bisa mencapai 1.5 meter,
berbatang tegak, bulat, berambut halus, berwarna hijau. Daun tunggal, berbentuk
belah ketupat, berwarna hijau, panjang 3-4 cm, lebar 2-3 cm, berujung runcing, tepi
bergerigi, terletak menyebar di sepanjang pohon dan batang. Bunga majemuk
berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung cabang. Buah berbentuk bulat,
8
warna hitam. Biji berbentuk bulat panjang berwarna coklat dan memiliki akar
tunggang. (plantamor)
b. Komponen dalam anting-anting
3. Metformin
Biguanida ditemukan pada awal tahun 1959, tergolong ke dalam senyawa
antidiabetes dan merupakan obat antidiabetik oral yang tidak menstimulasi pelepasan
insulin serta tidak menurunkan kadar gula darah pada orang normal, di samping itu
zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) sehingga tidak meningkatkan
berat badan, maka sangat cocok jika diberikan pada pasien DM yang mengalami
obesitas ( BMI>27) karena biasanya terdapat resistensi insulin yang tinggi. Kira-kira
80% dari semua pasien DM tipe 2 terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi, sampai
dengan 17-22 mmol/l (=300-400 mg/100 ml). Biguanida berdaya mempengaruhi
kerentanan sel bagi insulin. (Tjay, 2007)
Metformin merupakan derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang
berkhasiat memperbaiki sensitivitas insulin, terutama menghambat pembentukan
glukosa dalam hati, serta menurunkan kolesterol-LDL dan trigliserida (U.K.
Prospective Diabetes study, 1998). Resorpsinya dari usus tidak lengkap, BA-nya 50-
60%, PP-nya rendah. Praktis tidak dimetabolisir dan diekskresikan utuh lewat kemih.
Plasma -t1/2-nya 3-6 jam. (Tjay, 2007) Daya kerja supresi produksi dan penyerapan
glukosa menyebabkan fluktuasi gula darah menjadi lebih kecil dan nilai rata-ratanya
menurun, sehingga dapat digunakan pada diabetes tipe 2 jika diet tunggal tidak
mencukupi. Dosis biasanya 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2
minggu perlahan-lahan dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1 g.
4. Peran Ekstrak Anting-anting dalam Menurunkan Glukosa Darah
5. Hewan Uji
a. Sistematika tikus putih menurut Sugiyanto (1995) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
9
Classis : Mamalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus
b. Karakteristik utama tikus putih jantan
Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus tidak begitu
bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan
sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di
sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan yang lain,
yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di
tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung
empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat
tinggal sendirian dalam kandang, dengan syarat dapat melihat dan mendengar tikus
lain. Hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan
laboratorium, tikus lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus putih jantan digunakan sebagai binatang percobaan karena tikus putih
jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi
oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus
jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan
kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Sugiyanto, 1995).
10
hipoglikemik
antioksidan
Anting-anting
Sensitivitas insulin
Nekrosis sel β pankreas
Stress oksidatif
hiperglikemik
Antidiabetik
IX. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: memacu
: menghambat
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
X. Hipotesis
11
Terdapat pengaruh ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap
kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi
Streptozotocin.
XI. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan
rancangan penelitian post test only control group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
C. Subjek Penelitian
Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, sehat dan mempunyai
aktivitas normal, tidak kawin, berumur kira-kira 4-6 minggu dengan berat kira-kira
200 gram. Tikus diperoleh dari ________________
D. Hewan Uji Model Diabetes Melllitus
Tikus putih diadaptasikan selama satu minggu, untuk membuat model DM,
tikus dipuasakan 12-24 jam kemudian diinjeksi STZ dosis ____ mg/kgBB (D’avila-
Esqueda and Martinez-Morales F, 2004) dalam citrate buffer (100 mM asam sitrat
dan 100 mM Na sitrat pada pH 4,5) secara i.p. Hanya tikus dengan kadar glukosa
darah ≥200 mg/dL yang digunakan dalam penelitian ini.
E. Teknik Sampling
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara accidental sampling,
kemudian dilanjutkan simple random sampling untuk membagi suyek menjadi empat
12
kelompok. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Federer, dengan
perhitungan sebagai berikut:
n : besar sampel
t : jumlah kelompok
Jadi banyaknya sampel yang diperlukan, menurut rumus Federer :
(n-1) (t-1) ≥ 15 ; t = 4
<=> (n-1) (4-1) ≥ 15
<=> 3n-3 ≥ 15
<=> 3n ≥18
<=> n ≥ 6
(Purawisastra, 2001)
Jumlah sampel harus lebih besar atau sama dengan 6 ekor tikus tiap
kelompok. Dalam penelitian ini, setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus, sehingga
banyaknya sampel telah memenuhi.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : ekstrak herba Anting-anting
(Acalypha australis L.)
Skala variabel : nominal
2. Variabel terikat : Kadar glukosa darah tikus putih
(Rattus norvegicus) jantan galur Wistar
Skala variabel : Rasio
3. Variabel luar
a. Dapat dikendalikan : makanan, minuman, faktor genetik, jenis
kelamin, umur, berat badan.
13
Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15
Tikus putih jantan galur Wistar
STZ dosis 65 mg / kgBB
Kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL
Exclude
Kadar glukosa darah < 200 mg/dL
1Kelompok kontrol
(6 ekor)
4Kelompok
DM+Anting-anting dosis 1000
mg/kgBB/hari(6 ekor)
3Kelompok
DM+Metformin dosis 9 mg/kgBB/hari
(6 ekor)
2Kelompok DM
(6 ekor)
b. Tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis (stres), hormonal,
penyakit hati dan pancreas, kualitas ekstrak
anting-anting.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak anting-anting
Ekstrak Anting-anting diperoleh dari herba Anting-anting (Acalypha
australis L.) yang dikeringkan, dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan cairan
penyari etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode perkholasi, ekstrak
dibuat di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah
Mada (LPPT UGM) Yogyakarta. Pemberian ekstrak anting-anting secara peroral
dengan dosis 1000 mg/kgBB.
2. Metformin
3. Kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah hewan uji diukur dengan menggunakan Blood
Glucose Test Meter (GlucoDr TM). Jika kadar glukossa darah sewaktu
mencapai ≥ 200 mg/dL maka dapat disebut DM.
G. Rancangan Penelitian
14
Gambar 3. Rancangan Penelitian
H. Alat yang digunakan
1. Alat-alat yang digunakan :
a. Kandang hewan uji beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum
b. Gelas ukur
c. Spuit injeksi tuberculin
d. Labu ukur
e. Sonde tikus
f. Blood glucose stick meter GlucoDrTM
g. Tabung mikrohematokrit
h. Timbangan elektrik
i. Chlor ethyl
2. Bahan-bahan yang digunakan :
a. Streptozotocin (STZ)
b. Ekstrak anting-anting
c. Aquadest
d. Metformin
e. Broiller I
f. Buffer sitrat
I. Alur penelitian
1. Kandang tikus disiapkan
2. Tikus diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari
3. Tikus sebanyak 24 ekor dikelompokkan secara simple random sampling
menjadi 4 kelompok, masing-masing 6 ekor
15
a. Kelompok 1 diberi diet standard sebagai kontrol
1. Topik dikirim
mahasiswa
X
2. Dibahas tim
skripsi
X
3. Bimbingan
usulan skripsi
X
4. Proposal siap X X X
5. Ujian proposal X X
6. Pengumpulan
data
X X
7. Penelitian
skripsi
X X X X
8. Ujian skripsi X
b. Kelompok 2 diberi diet standard dan diinduksi streptozotocin selama
penelitian berjalan sebagai kontrol negatif (kelompok DM)
c. Kelompok 3 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi
metformin dosis 9 mg/kgBB/hari (Rao and Nammi. 2006)
d. Kelompok 4 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi
ekstrak anting-anting dengan dosis 1000mg/tikus per-oral setiap hari
4. Pemeriksaan glukosa darah untuk menentukan tikus DM dilakukan ± 2
hari setelah induksi streptozotocin dan pada akhir paparan sekitar akhir
minggu keempat)
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistic menggunakan program Self-
Propelled Semi-Submersible (SPSS) far Windows Release 17.0 dan p< 0,05 dipilih
16
sebagai tingkat minimal signifikansinya. Uji statistik yang digunakan adalah uji
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test (LSD).
XII. Jadwal Penelitian
XIII.Daftar Pustaka
Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahtu I.W., Wiwiek S., Anantha D.T., Arif H.,
Edi P., EvY Y., Fauzia M., Irfan W., Kartini, Kuntjoro H., Nurbaiti.,
Suprohaita., Usyinara., Winda A. 2001. Kapia Selekta Kedokteran. Edisi ke-
3. Jakarta : Media Aesculapius, pp: 581-6
Byrne. 2009. Flora Base The Western Australian Flora.
http://florabase.dec.wa.gov.au/science/timage/4269ic1.jpg (01 Maret 2010)
D’avila-Esqueda ME., Martinez-Morales F. 2004. Pentoxifylline Diminishes the
Oxidative Damage to Renal Tissue Induced by Streptozotocin in the Rat.
Experimental Diab. Res. 5:245-251.
Duke J.A. 2009. List oc chemicals of Acalypa australis L. In; Phytochemical and
Ethnobotanical Databases.
http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/plantdisp.xsql?taxon=406
(27 Februari 2010)
Dorland W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC
Aviram Michael, Dornfeld Leslie, Rosenblat Mira, Volkoya Nina, Kaplan
Marielle, Coleman Raymond, Hayek Tony, Presser Dita, Fuhrman
Blanca.2000. Pomegranate juice consumption reduces oxidative
stress,atherogenic modifications to LDL, and platelet aggregation: studiesin
humans and in atherosclerotic apolipoprotein E–deficient mice1,2.Am J Clin
Nutr.71:1062-76
17
Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 339-341.
Guyton, A.C and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 1187 - 1201.
Katzung, B. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 441 - 444.
Kritchevsky, 1996. Animal Techniques for Evaluating Hyperglicemic Drugs.
Animal and Clinical Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Edited
by Nodine, J.H., Page: 193-197.
Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan, Sumber & Manfaatnya.
http://antioxidantcentre.com/ (01 Maret 2010)
Marks B. Dawn, Marks D. Allan, Smith M. Colleen. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar. Cetakan ke-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 480-
529.
Montgomery, R. Dryer, R L. Conway and T W. Spector, A A.1993. BIOKIMIA:
Suatu Pendekatan Berorientasi kasus. Jilid 2. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Hal: 891 - 935.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A. and Rodwell, V.W. 2003. Biokimia
Harper. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 276 – 283.
Murti, B. 2007. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi ke 3. Yogyakarta.
Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Hal :
37 –38.
Sotyaningtyas, C. 2007. Sehat & Segar dari Alam.
http://theeazayoe.blogspot.com/2007_07_01_archive.html (24 Maret 2009)
Sugiyanto, 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi. Edisi 4. Laboratorium
Farmakologi dan Taksonomi UGM, Yogyakarta. Hal : 11 – 20
18
Suyatna, F D. Handoko, T. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Bagian
Farmakologi FK UI. Hal: 364 – 379.
U.K.Prospective Diabetes Study. Tight blood pressure control aand risk of macro-
and microvascularcomplications in type 2 diabetes. BMJ 1998;317:703-13
Lampiran 1
Data Biologis Tikus
Lama hidup
Lama produksi ekonomis
Lama bunting
Siklus kelamin
Siklus estrus
Lama estrus
Suhu (rektal)
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik
Konsumsi oksigen
Volume darah
Protein plasma
ALT
AST
Berat dewasa
2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun
1 tahun
20-22 hari
poliestrus
4-5 hari
9-20 jam
36-39°C
65-115/menit
330-480/menit
90-180 mmHg
60-145 mmHg
1,29-2,68 ml/jam
57-71 ml/kg
4,7-8,2 g/100ml
17,5-30,2 IU/liter
45,7-80,8 IU/liter
300-400 g jantan, 250-300 g betina
Sumber: Pemeliharaan, Pembiakan, Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah
Tropis (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)
19
Lampiran 2
Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan
Mencit
20 g
Tikus
200 g
Marmot
400 g
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit
20 g
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus
200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmot
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing
2 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera
4 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg
0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
(Sumber : Ngatidjan, 1991)
20