proposal skripsi - revised

29
PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK HERBA ANTING-ANTING (Acalypha australis L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH MODEL DIABETES MELLITUS INDUKSI STREPTOZOTOCIN RIZKY OCKTARINI G0007147 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: ocktarini09

Post on 23-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proposal pengajuan penelitian skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi - Revised

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK HERBA ANTING-ANTING (Acalypha australis L.)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH MODEL

DIABETES MELLITUS INDUKSI STREPTOZOTOCIN

RIZKY OCKTARINI

G0007147

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2010

Page 2: Proposal Skripsi - Revised

PROPOSAL PENELITIAN

I. Nama Peneliti : RIZKY OCKTARINI

NIM / Semester : G0007147 / VI

II. Judul Penelitian : Pengaruh Ekstrak Anting-anting (Acalypha australis

L.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Model Diabetes Mellitus Induksi

Streptozotocin

III. Bidang Penelitian : Kimia

IV. Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek

kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005), juga dapat

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Arif dkk.,

2001).

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di

Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar

mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat

teratur.

Pola makanan modern seperti sekarang yang tidak sehat, disertai intensitas

makan yang tinggi dan stress yang menekan sepanjang hari, membuat kadar glukosa

darah sangat sulit dikendalikan. Sejauh ini tindakan preventif yang paling penting

2

Page 3: Proposal Skripsi - Revised

adalah konsumsi diet dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%),

protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,

stats gizi, usia, stress, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. (Arif

dkk., 2001). Jika dengan pengaturan makan dan kegiatan jasmani teratur kadar

glukosa darah masih belum baik maka dapat dipertimbangkan pemakaian obat

berkhasiat hipoglikemik (OHO).

Penggunaan obat alami dalam masyarakat mulai berkembang pada dekade

terakhir karena efek samping yang hampir tidak ada ada jika penggunaannya secara

benar, hal ini mengingat tanaman obat bersifat kompleks dan organis yang cocok

untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis, sehingga tanaman obat dapat

disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud

merekonstruksi organ atau sistem yang rusak.

Penelitian mengenai khasiat ekstrak anting-anting masih jarang dilakukan,

tetapi karena peneliti melihat potensi zat-zat yang dikandung anting-anting dapat

digunakan untuk mengontrol DM dan dipercaya memiliki sedikit efek samping dan

lebih murah jika dibandingkan dengan obat kimiawi, walaupun masih ada beberapa

kandungan zat aktifnya yang belum diketahui. (Haklaim et al, 2007) Anting-anting

merupakan tumbuhan liar yang banyak terdapat di negara tropis. Di Indonesia,

tanaman ini dapat ditemukan dengan mudah di tepi jalan, kebun, sungai ataupun

pekarangan rumah. (Ketut, 2008)

Anting-anting memiliki berbagai kandungan bahan aktif, seperti

acalyphamide, aurantiamide, acalyphine, beta-sitosterol-beta-d-glucoside, calcium

oxalate, gamma-sitosterol-acetate, HCN, quebrachitol, succinimid, tannin,dan

triacetonamine. Zat-zat kimia yang terdapat pada anting-anting ini memiliki berbagai

efek farmakologi, diantaranya efek antidiabetik, efek hipoglikemik, efek antioksidan

(Duke, 2009). Namun kandungannya sebagai terapi diabetes Mellitus belum banyak

diketahui dan dimanfaatkan. Dari data tersebut peneliti ingin lebih dalam meneliti

3

Page 4: Proposal Skripsi - Revised

hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar

glukosa darah tikus putih model DM induksi Streptozotocin.

V. Perumusan Masalah

Adakah hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.)

terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus

induksi Streptozotocin?

VI. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak

anting-anting (Acalypha australis L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus

putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin.

VII. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh

ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa

darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi

streptozotocin.

B. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengolah anting-anting menjadi

suatu bentuk yang mudah diambil manfaatnya guna menurunkan tingginya

kadar glukosa darah yang menjadi faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

VIII. Tinjauan Pustaka

1. Diabetes Mellitus

a. Definisi

4

Page 5: Proposal Skripsi - Revised

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek

kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

Hiperglikemia terjadi akibat penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai oleh

peningkatan pengeluran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat

karena proses-proses yang menghasilkan glukosa, yaitu glikogenolisis dan

glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Ketika kadar

glukosa darah meningkat sampai pada saat jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi

kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan timbul di urin

(glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air

bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering

berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi, yang

pada gilirannya dapat menyebabkan sirkulasi perifer karena volume darah turun

mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat menyebabkan

kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat menimbulkan gagal ginjal

sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat. Selain itu, sel-sel kehilangan air

karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke

cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak sangat peka sehingga timbul gangguan

fungsi sistem syaraf yaitu polineuropati. Gejala khas lain pada diabetes melitus

adalah polidipsia (rasa haus berlebihan) yang merupakan mekanisme kompensasi

tubuh untuk mengatasi dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa

intrasel, maka kompensasi tubuh merangsang saraf sehingga nafsu makan meningkat

dan timbul polifagia (pemasukan makanan berlebihan). Akan tetapi, walaupun terjadi

peningkatan pemasukan makanan, berat tubuh menurun secara progresif akibat efek

deisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. Sintesis trigliserida menurun

saat lipolisis meningkat sehingga terjadi moilisasi asam lemak besar-besaran dari

simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak daam darah sebagian besar digunakan

oleh sel sebagai sumber energi alternatif. Peningkatan penggunaan lemak oleh hati

5

Page 6: Proposal Skripsi - Revised

menyebabkan pengeluaran berlebihan badan keton ke dalam darah dan menimbulkan

ketosis. Karena badan-badan keton mencakup beberapa asam seperti asam asetoasetat

yang berasal dari penguraian tidak sempurna lemak oleh hati, ketosis ini

menyebabkan asidosis metabolik progresif. Asidosis menekan fungsi otak dan apabila

cukup parah dapat menimbulkan koma diabetes dan kematian. (Sherwood, 2001)

b. Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus

1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.

Gejala klasik DM antara lain poliuria, polifagi, polidipsi, dan

penurunan berat badan setelah menyingkirkan penyebab lain

(Gustaviani, 2006). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil

pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu

makan terakhir.

2. Gejala klasik + kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL.

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya

selama 8 jam.

3. Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

≥ 200 mg/dL.

TTGO dilakukan menurut standard WHO menggunakan beban

glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan

ke dalam air (Slamet, dkk, 2005)

c. Klasifikasi Diabetes Mellitus

1. Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Pada diabetes tipe ini terjadi destruksi sel beta, umumnya menjurus ke

defisiensi insulin absolut, bisa melalui proses imunologik ataupun bisa

idiopatik (Gustaviani, 2006), ditandai oleh tidak adanya sekresi

insulin. Sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal

6

Page 7: Proposal Skripsi - Revised

atau kurus dan memiliki prevalensi yang lebih besar pada anak-anak

(Sherwood, 2001)

2. Diabetes Melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Penyebab utama terjadinya diabetes tipe ini sangat bervariasi mulai

yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif

sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi

insulin, ditandai dengan adanya sekresi insulin yang normal atau

bahkan meningkat, tetapi terjadi penurunan kepekaan sel sasaran

terhadap insulin (Sherwood, 2001). Resistensi insulin dan gangguan

pada produksi insulin merupakan faktor penting dalam patogenesis

tipe ini yang disebabkan reseptor insulin berkurang atau mengalami

malfungsi, produksi insulin kurang/abnormal. Pada tipe ini lebih

umum terjadi pada usia dewasa. 75% penderita DM tipe ini dengan

obesitas dan baru diketahui setelah berumur 30 tahun.

3. Diabetes tipe lain

Dapat berupa defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,

penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat/zat kimia,

infeksi, imunologi, sindrom genetik lain.

4. Diabetes gestasional

Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada

kehamilan terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga

ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal yang dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi yang meliputi preeklampsia,

kematian ibu, abortus spontan, kelainan kongenital, prematuritas, dan

kematian neonatal. (Mansjoer, 1999) DM gestasional meliputi 2-5 %

dari seluruh diabetes. Pada kebanyakan kasus, toleransi glukosa

kembali normal setelah melahirkan, namun risiko seumur hidup untuk

7

Page 8: Proposal Skripsi - Revised

mengalami Intoleransi Glukosa Terganggu (IGT) dan NIDDM pada

umumnya meningkat.

d. Terapi Diabetes Mellitus

2. Anting-anting

a. Klasifikasi

Dalam taksonomi tumbuhan, Anting-anting diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Acalypha

Spesies : Acalypha australis L.

(plantamor)

Sinonim : Acalypha indica (IBIS, 2010)

b. Nama Lokal :

Anting-anting (Indonesia), Tie xian (Cina)

Morfologi anting-anting

Anting-anting (Acalypha australis L.) atau sering juga disebut Acalypha

indica tumbuh dalam bentuk semak. Tinggi pohon bisa mencapai 1.5 meter,

berbatang tegak, bulat, berambut halus, berwarna hijau. Daun tunggal, berbentuk

belah ketupat, berwarna hijau, panjang 3-4 cm, lebar 2-3 cm, berujung runcing, tepi

bergerigi, terletak menyebar di sepanjang pohon dan batang. Bunga majemuk

berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung cabang. Buah berbentuk bulat,

8

Page 9: Proposal Skripsi - Revised

warna hitam. Biji berbentuk bulat panjang berwarna coklat dan memiliki akar

tunggang. (plantamor)

b. Komponen dalam anting-anting

3. Metformin

Biguanida ditemukan pada awal tahun 1959, tergolong ke dalam senyawa

antidiabetes dan merupakan obat antidiabetik oral yang tidak menstimulasi pelepasan

insulin serta tidak menurunkan kadar gula darah pada orang normal, di samping itu

zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) sehingga tidak meningkatkan

berat badan, maka sangat cocok jika diberikan pada pasien DM yang mengalami

obesitas ( BMI>27) karena biasanya terdapat resistensi insulin yang tinggi. Kira-kira

80% dari semua pasien DM tipe 2 terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi, sampai

dengan 17-22 mmol/l (=300-400 mg/100 ml). Biguanida berdaya mempengaruhi

kerentanan sel bagi insulin. (Tjay, 2007)

Metformin merupakan derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang

berkhasiat memperbaiki sensitivitas insulin, terutama menghambat pembentukan

glukosa dalam hati, serta menurunkan kolesterol-LDL dan trigliserida (U.K.

Prospective Diabetes study, 1998). Resorpsinya dari usus tidak lengkap, BA-nya 50-

60%, PP-nya rendah. Praktis tidak dimetabolisir dan diekskresikan utuh lewat kemih.

Plasma -t1/2-nya 3-6 jam. (Tjay, 2007) Daya kerja supresi produksi dan penyerapan

glukosa menyebabkan fluktuasi gula darah menjadi lebih kecil dan nilai rata-ratanya

menurun, sehingga dapat digunakan pada diabetes tipe 2 jika diet tunggal tidak

mencukupi. Dosis biasanya 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1 g.

4. Peran Ekstrak Anting-anting dalam Menurunkan Glukosa Darah

5. Hewan Uji

a. Sistematika tikus putih menurut Sugiyanto (1995) adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

9

Page 10: Proposal Skripsi - Revised

Classis : Mamalia

Subclassis : Placentalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

b. Karakteristik utama tikus putih jantan

Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus tidak begitu

bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan

sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di

sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan yang lain,

yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di

tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung

empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat

tinggal sendirian dalam kandang, dengan syarat dapat melihat dan mendengar tikus

lain. Hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan

laboratorium, tikus lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus putih jantan digunakan sebagai binatang percobaan karena tikus putih

jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi

oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus

jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan

kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Sugiyanto, 1995).

10

Page 11: Proposal Skripsi - Revised

hipoglikemik

antioksidan

Anting-anting

Sensitivitas insulin

Nekrosis sel β pankreas

Stress oksidatif

hiperglikemik

Antidiabetik

IX. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: memacu

: menghambat

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

X. Hipotesis

11

Page 12: Proposal Skripsi - Revised

Terdapat pengaruh ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap

kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi

Streptozotocin.

XI. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

rancangan penelitian post test only control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

C. Subjek Penelitian

Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, sehat dan mempunyai

aktivitas normal, tidak kawin, berumur kira-kira 4-6 minggu dengan berat kira-kira

200 gram. Tikus diperoleh dari ________________

D. Hewan Uji Model Diabetes Melllitus

Tikus putih diadaptasikan selama satu minggu, untuk membuat model DM,

tikus dipuasakan 12-24 jam kemudian diinjeksi STZ dosis ____ mg/kgBB (D’avila-

Esqueda and Martinez-Morales F, 2004) dalam citrate buffer (100 mM asam sitrat

dan 100 mM Na sitrat pada pH 4,5) secara i.p. Hanya tikus dengan kadar glukosa

darah ≥200 mg/dL yang digunakan dalam penelitian ini.

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara accidental sampling,

kemudian dilanjutkan simple random sampling untuk membagi suyek menjadi empat

12

Page 13: Proposal Skripsi - Revised

kelompok. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Federer, dengan

perhitungan sebagai berikut:

n : besar sampel

t : jumlah kelompok

Jadi banyaknya sampel yang diperlukan, menurut rumus Federer :

(n-1) (t-1) ≥ 15 ; t = 4

<=> (n-1) (4-1) ≥ 15

<=> 3n-3 ≥ 15

<=> 3n ≥18

<=> n ≥ 6

(Purawisastra, 2001)

Jumlah sampel harus lebih besar atau sama dengan 6 ekor tikus tiap

kelompok. Dalam penelitian ini, setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus, sehingga

banyaknya sampel telah memenuhi.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ekstrak herba Anting-anting

(Acalypha australis L.)

Skala variabel : nominal

2. Variabel terikat : Kadar glukosa darah tikus putih

(Rattus norvegicus) jantan galur Wistar

Skala variabel : Rasio

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : makanan, minuman, faktor genetik, jenis

kelamin, umur, berat badan.

13

Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15

Page 14: Proposal Skripsi - Revised

Tikus putih jantan galur Wistar

STZ dosis 65 mg / kgBB

Kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL

Exclude

Kadar glukosa darah < 200 mg/dL

1Kelompok kontrol

(6 ekor)

4Kelompok

DM+Anting-anting dosis 1000

mg/kgBB/hari(6 ekor)

3Kelompok

DM+Metformin dosis 9 mg/kgBB/hari

(6 ekor)

2Kelompok DM

(6 ekor)

b. Tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis (stres), hormonal,

penyakit hati dan pancreas, kualitas ekstrak

anting-anting.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak anting-anting

Ekstrak Anting-anting diperoleh dari herba Anting-anting (Acalypha

australis L.) yang dikeringkan, dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan cairan

penyari etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode perkholasi, ekstrak

dibuat di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah

Mada (LPPT UGM) Yogyakarta. Pemberian ekstrak anting-anting secara peroral

dengan dosis 1000 mg/kgBB.

2. Metformin

3. Kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah hewan uji diukur dengan menggunakan Blood

Glucose Test Meter (GlucoDr TM). Jika kadar glukossa darah sewaktu

mencapai ≥ 200 mg/dL maka dapat disebut DM.

G. Rancangan Penelitian

14

Page 15: Proposal Skripsi - Revised

Gambar 3. Rancangan Penelitian

H. Alat yang digunakan

1. Alat-alat yang digunakan :

a. Kandang hewan uji beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum

b. Gelas ukur

c. Spuit injeksi tuberculin

d. Labu ukur

e. Sonde tikus

f. Blood glucose stick meter GlucoDrTM

g. Tabung mikrohematokrit

h. Timbangan elektrik

i. Chlor ethyl

2. Bahan-bahan yang digunakan :

a. Streptozotocin (STZ)

b. Ekstrak anting-anting

c. Aquadest

d. Metformin

e. Broiller I

f. Buffer sitrat

I. Alur penelitian

1. Kandang tikus disiapkan

2. Tikus diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari

3. Tikus sebanyak 24 ekor dikelompokkan secara simple random sampling

menjadi 4 kelompok, masing-masing 6 ekor

15

Page 16: Proposal Skripsi - Revised

a. Kelompok 1 diberi diet standard sebagai kontrol

1. Topik dikirim

mahasiswa

X

2. Dibahas tim

skripsi

X

3. Bimbingan

usulan skripsi

X

4. Proposal siap X X X

5. Ujian proposal X X

6. Pengumpulan

data

X X

7. Penelitian

skripsi

X X X X

8. Ujian skripsi X

b. Kelompok 2 diberi diet standard dan diinduksi streptozotocin selama

penelitian berjalan sebagai kontrol negatif (kelompok DM)

c. Kelompok 3 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi

metformin dosis 9 mg/kgBB/hari (Rao and Nammi. 2006)

d. Kelompok 4 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi

ekstrak anting-anting dengan dosis 1000mg/tikus per-oral setiap hari

4. Pemeriksaan glukosa darah untuk menentukan tikus DM dilakukan ± 2

hari setelah induksi streptozotocin dan pada akhir paparan sekitar akhir

minggu keempat)

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistic menggunakan program Self-

Propelled Semi-Submersible (SPSS) far Windows Release 17.0 dan p< 0,05 dipilih

16

Page 17: Proposal Skripsi - Revised

sebagai tingkat minimal signifikansinya. Uji statistik yang digunakan adalah uji

ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test (LSD).

XII. Jadwal Penelitian

XIII.Daftar Pustaka

Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahtu I.W., Wiwiek S., Anantha D.T., Arif H.,

Edi P., EvY Y., Fauzia M., Irfan W., Kartini, Kuntjoro H., Nurbaiti.,

Suprohaita., Usyinara., Winda A. 2001. Kapia Selekta Kedokteran. Edisi ke-

3. Jakarta : Media Aesculapius, pp: 581-6

Byrne. 2009. Flora Base The Western Australian Flora.

http://florabase.dec.wa.gov.au/science/timage/4269ic1.jpg (01 Maret 2010)

D’avila-Esqueda ME., Martinez-Morales F. 2004. Pentoxifylline Diminishes the

Oxidative Damage to Renal Tissue Induced by Streptozotocin in the Rat.

Experimental Diab. Res. 5:245-251.

Duke J.A. 2009. List oc chemicals of Acalypa australis L. In; Phytochemical and

Ethnobotanical Databases.

http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/plantdisp.xsql?taxon=406

(27 Februari 2010)

Dorland W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC

Aviram Michael, Dornfeld Leslie, Rosenblat Mira, Volkoya Nina, Kaplan

Marielle, Coleman Raymond, Hayek Tony, Presser Dita, Fuhrman

Blanca.2000. Pomegranate juice consumption reduces oxidative

stress,atherogenic modifications to LDL, and platelet aggregation: studiesin

humans and in atherosclerotic apolipoprotein E–deficient mice1,2.Am J Clin

Nutr.71:1062-76

17

Page 18: Proposal Skripsi - Revised

Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 339-341.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 1187 - 1201.

Katzung, B. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 441 - 444.

Kritchevsky, 1996. Animal Techniques for Evaluating Hyperglicemic Drugs.

Animal and Clinical Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Edited

by Nodine, J.H., Page: 193-197.

Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan, Sumber & Manfaatnya.

http://antioxidantcentre.com/ (01 Maret 2010)

Marks B. Dawn, Marks D. Allan, Smith M. Colleen. 2000. Biokimia Kedokteran

Dasar. Cetakan ke-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 480-

529.

Montgomery, R. Dryer, R L. Conway and T W. Spector, A A.1993. BIOKIMIA:

Suatu Pendekatan Berorientasi kasus. Jilid 2. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta. Hal: 891 - 935.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A. and Rodwell, V.W. 2003. Biokimia

Harper. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 276 – 283.

Murti, B. 2007. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi ke 3. Yogyakarta.

Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Hal :

37 –38.

Sotyaningtyas, C. 2007. Sehat & Segar dari Alam.

http://theeazayoe.blogspot.com/2007_07_01_archive.html (24 Maret 2009)

Sugiyanto, 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi. Edisi 4. Laboratorium

Farmakologi dan Taksonomi UGM, Yogyakarta. Hal : 11 – 20

18

Page 19: Proposal Skripsi - Revised

Suyatna, F D. Handoko, T. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Bagian

Farmakologi FK UI. Hal: 364 – 379.

U.K.Prospective Diabetes Study. Tight blood pressure control aand risk of macro-

and microvascularcomplications in type 2 diabetes. BMJ 1998;317:703-13

Lampiran 1

Data Biologis Tikus

Lama hidup

Lama produksi ekonomis

Lama bunting

Siklus kelamin

Siklus estrus

Lama estrus

Suhu (rektal)

Pernapasan

Denyut jantung

Tekanan darah sistolik

Tekanan darah diastolik

Konsumsi oksigen

Volume darah

Protein plasma

ALT

AST

Berat dewasa

2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun

1 tahun

20-22 hari

poliestrus

4-5 hari

9-20 jam

36-39°C

65-115/menit

330-480/menit

90-180 mmHg

60-145 mmHg

1,29-2,68 ml/jam

57-71 ml/kg

4,7-8,2 g/100ml

17,5-30,2 IU/liter

45,7-80,8 IU/liter

300-400 g jantan, 250-300 g betina

Sumber: Pemeliharaan, Pembiakan, Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah

Tropis (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)

19

Page 20: Proposal Skripsi - Revised

Lampiran 2

Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan

Mencit

20 g

Tikus

200 g

Marmot

400 g

Kelinci

1,5 kg

Kucing

2 kg

Kera

4 kg

Anjing

12 kg

Manusia

70 kg

Mencit

20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9

Tikus

200 g

0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0

Marmot

400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci

1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2

Kucing

2 kg

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera

4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

Anjing

12 kg

0,008 0,06 0,1 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

Manusia

70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0

(Sumber : Ngatidjan, 1991)

20