Download - Proposal Skripsi 2
1
PROPOSAL SKRIPSI
A. Judul Penelitian
Konsepsi Hidayah Dalam Kitab Tafsîr al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl( StudiPenafsiran Al-Qur’an Misbah Mustafa )
B. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi
setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya ( Hablu min Allah Wa hablu Min al-Nas), serta manusia
dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna
diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkanya
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.1
Sebagai pedoman hidup manusia sepanjang masa, Al-Qur’anadalah
sumber kebenaran mutlak. Ia membekali manusia dengan berbagai macam
petunjuk, diantaranya: kaidah umum, kaidah khusus dan dasar-dasar ajaran
Islam yang menyeluruh. Nabi Muhammad saw sebagai penerima wahyu
telah diberi wewenang oleh Allah swt untuk menjelaskan prinsip dan ajaran-
ajaran yang ada di dalamnya kepada manusia.2
Mengenai hal tersebut Allah berfirman dalam surat al-Nahl : 44
sebagai berikut:
1Said Agil Husin Al-Munawar,Al-Qur’an Membangun Kesalehan Hakiki ( Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm.3.
2Ahmad Musthofa Hadna, Problematika Menafsirkan Al-Qur’an (Semarang: Toha Putra Group, 1993), hlm.9.
2
“dan Kami turunkan kepadamu ( muhammad) Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan (Allah) kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.3
Tradisi penafsiran Al-Qur’an beliau itu, telah dilanjutkan oleh para
sahabat dan generasi sesudahnya, yakni dengan melakukan kajian dan telaah
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Dari usaha itulah kemudian di dunia Islam
dikenal dengan tafsîr Al-Qur’an.4
Untuk dapat memfungsikan Al-Qur’an itu sebagai pedoman dan
Hidayah dalam menjalani hidup dan kehidupan, umat Islam memerlukan
penafsiran, lebih-lebih bukan bangsa Arab5. Hal itu perlu di lakukan demi
meraih pemahan secara menyeluruh terhadap al-Qur’an.
Upaya penafsiran Al-Qur’an terus berkembang sejak Islam
diturunkan.Nabi Muhammad bertindak sebagai penafsir utama setelah Allah
swt atau lebih dikenal dengan Mufassir6.Kemudian, dilanjutkan para sahabat
3 Departemen Agama Ri, Al-Qur’an Dan Terjemahanya, ( Semarang: Toha Putra, 1996 ), hlm. 379
4Ibid, hlm. 105 Secara terminologis Tafsîr adalah “penjelasan tentang arti atau maksudfirman-firman
Allah sesuai dengan kemaampuan manusia ( Mufasir)”. Muhammad Husain al-Dzahabi,al-Tafsîr Waal-Mufasir, Jilid 1, (Mesir: Dar al-Kutub Haditsah, 197), hlm. 15. Menurut Khalil Manna’ al-Qahtan secara etimologi Tafsîr berasal-dari akar kata al-Tafsîr berarti ibanah wa la kasf wa izhar al-ma’na ( menjelaskan, menyikap dan menampakkan makna yang abstrak ). Sengkan menurut manna khalil al Qhahthan Tafsîr adalah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an dari segi petunjuknya terhadap makna yang dikehendaki oleh Allah sesuai dengan kehendak manusia.Lihat Manna Kahalil ’al-Qhahtan, Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an, ( Beirut: Mansyurat al-Asr al-Hadis, t.th) hlm. 323
6Kata mufasir bersal-dari bahasa Arabfassara-yufassiru, yang berarti menerangkan, memeberi komentar, memeriksa, menterjemahkan dan menakwilkan.Yang mempunyai isim fa’il Mufassiru yan berarti orang yan menerangkan, memeberi komentar. Lihat A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Cet. 2, (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), hlm. 1055. Sedangkan kaitanya dalam Al-Qur’an, para Ulama sepakat bahwa tidak semua orang terutama umat Islam berhak menafsirkan Al-Qur’an.Untuk itu harus ada persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi seorang Mufasir.alSuyuti menyebutkan setidaknya ada 15 ilmu yang harus dikuasai mufssir. Lihat Al-Suyuti, al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, ( Beirut: Dar al-Fikr, 1991), hlm.
3
dan para Ulama yang datang sesudah mereka sampai sekarang.Dikatakan
sampai sekarang karena Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi umat manusia di
mana pun dan kapan pun mereka hidup. Dengan kata lain Al-Qur’an berlaku
untuk semua tempat dan zaman dalam situasi dan kondisi apa pun. Itu berarti
Al-Qur’an harus dipahami dan ditafsîrkan sesuai dengan perkembangan
zaman, tetapi tidak boleh memaksakan kehendak zaman terhadap Al-Qur’an.7
Pada abad ke-20 M, banyak muncul berbagai literartur karya tafsîr
yang di tulis oleh kalangan Muslim Indonesia. Dari kalangan cendekiawan
Muslim Indonesia, diantaranya adalah Mahmud Yunus, Hasbi al-Sidqi,
Oemar Bakri, Bachtiar Surin, A. Hasan, dan Hamka. Selain itu muncul
karya tafsîr dari ulama kenamaan di daerah jawa, dimana tafsirnya
mempunyai metode dan karakteristik penafsiran yang khas. Kitab tersebut
adalah tafsîr al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl yang ditulis oleh KH. Misbah
Mustafa bin Zainal. Kitab tafsîr ini mempunyai teknik dan sistematika yang
khas dalam penyusunanya, yaitu dengan mengunakan huruf Arab pegon
(bahasa Jawa yang ditulis dengan aksara Arab).8
Misbah Mustafa merupakan seorang kiyai di pondok pesantren al-
Balagh, di Bangilan, Tuban, Jawa Timur.Beliau merupakan seorang ulama
kenamaan di Jawa yang cukup produktif dalam keilmuan Islam, sebagai
keluaran pondok pesantren.Hal tersebut terbukti dengan banyaknya buku-
buku yang dikarang olehnya, ataupun kitab-kitab Arab yang diterjemahkanya
1737 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsîr Al-Qur’an Di Indonesia ( Solo: Tiga
Serangkai, 2003 ), hlm. 2.8 Misbah Mustafa,Tafsîr Al-IklîlFi Ma’an Tanzil, ( Surabaya: Al-Ihsan, t,th), hlm. Ta’
4
ke dalam bahasa Jawa, yang jumlahnya mencapai 200 kitab.Selain kitab tafsir
al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl misbah juga mengarang kitab tafsir lainya, yankni
Taj al-MuslimindanNibras al-Muslimin.
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, Misbah banyak mengunakan
penalaran secara ilmiyah, Berbeda dengan ulama-ulama sezamanya.ia tidak
hanya menggunakan kaidah-kaidah penafsiran yang diterapkan oleh Ulama
salaf, tetapi juga menggunakan ilmu pengetahuan yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Salah satu contohnya tentang penafsiran surat al-Nur
ayat 35:
Misbah menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut: “Maknanya cahaya langit itu adalah pengatur segala urusan yang ada di langit dan bumi. yang artinya Allah itu merupakan dzat yang mengatur dan membuat perputaran langit dan bumi dengan cahayanya. Adapun perumpamaan hal tersebut menurut Mufassir adalah jendela kecil yang ada di gedung bioskop. Di dalam jendela kecil tersebut terdapat miskah ( proyektor), yang di dalamya ada lampu. Lampu tersebut berada dalam kaca, menyinarkan cahaya yang terang dan kalau dilihat dari kejauhan bagaikan gemerlapnya bintang. Lampu tersebut dinyalakan dengan listrik, yang letaknya tidak di barat maupun timur, namun seluruh hawa yang ada mengandung listrik.Listrik tersebut dihasilkan dari pohon zaitun, dimana dalam pohon zaitun itu mengandung molekul-molekul yang bisa diolah menjadi minyak zaitun.Minyak tersebut dapat digunakan menjadi kekuatan listrik, yang akhirnya mampu menghidupkan generator listrik sehingga lampu tadi dapat menyala terang dan bisa menimbulkan terang”.Seperti itu perumpamaannya.
Kalau orang pernah melihat di bioskop, maka perumpamaan tersebut sangat tepat dengan ayat ini. Seluruh tayangan yang nampak pada layar yang putih itu, tidak akan pernah meyalahi dari isi film yang di
5
putar dalam proyektorb bioskop. Kecuali sebagian film dirubah ataupun dihillangkan sebagian. Sama halnya seperti makluk yang ada di langit dan bumi ini, tidak akan berubah dari ketentuan yang di tentukan di langit ( filmnya Allah). Film yang ada di bioskop tersebut tentunya sejalan dengan buku sekenariao yang dikarang oleh seorang sutradara. Sama halnya dengan seluruh kejadian yang ada di langit dan bumi itu tidak akan pernah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Allah di lauh al-Mahfudz.9
Selain contoh di atas, Misbah juga menggunakan analogi dalam
menafsirkan huruf Muqata’ah yang terdapat pada permulaan surat. mayoritas
Mufassir tidak menafsirkan huruf muqatha’ah, atau hanya memberikan
keterangan hanya Allah yang mengetahui maksudnya. Namun Misbah
manafsirkan sebagian dari huruf muqatha’ah.yang ada pada permulaan surat,
di ibaratkan seperti kode surat yang terdapat pada surat jawatan negara. Jadi
kode surat tersebut mempunyai makna, penulis dan pegawainyalah yang
mengetahuinya maksudnya. Sama halnya dengang huruf muqatha’ah itu
mengandung makna, Allah dan maalikatnya yang mengetahui maksudnya.
Selain itu, dalam kitab tafsîr ini Misbah juga banyak menyingung
permasalah yang berkembang di masyarakat pada saat itu.Misalnya ia
mengharamkan Musabaqah Tilawah Al-Qur’an (MTQ). Hal tersebut tidak
terlepas dari penafsiranya pada surat al-A’raf ayat: 2. Pada ayat tersebut
Misbah menafsirkan bahwasanya fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk
bagi orang Kafir dan orang Mukmin. Kemudian Misbah mengkaitanya
MTQ.Menurutnya tindakan tersebut telah menyalahi tujuan dari Al-Qur’an,
Karena Al-Qur’an fungsinya adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia
bukan diperlombakan, apalagi untuk di lagukan agar medapatkan uang seperti
9Misbah mustafa, al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl, jilid IXVIII, hlm. 3183
6
musik qasidah dan gambus. Oleh karena itu Misbah mengelurkan fatwa
bahwasanya MTQ hukumya haram.10
Hal-hal tersebut diatas tidak tersepas dari konsepsi Misbah Mustafa
dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, terutama dalam memposisikan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu mengkaji
konsepsi hidayah Al-Qur’an menurut Misbah Mustafa dalam Kitab Tafsîr al-
Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl penting untuk dilakukan.
C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan dan uraian latar belakang masalah di atas, maka
pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah: Bagaimana
konsepsi hidayah menurut Misbah Mustafa dalam Kitab Tafsîr al-Iklîl fi
Ma’an al-Tanzîl.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, adalah untuk mengetahui
Konsepsi hidayah menurut Misbah Mustafa dalam Kitab Tafsîr al-Iklîl fi
Ma’an al-Tanzîl.
E. Manfaat dan Kegunaan
1. Sumbangan ilmiah bagi khazanah intelektual Islam, khususnya dalam
bidang tafsîr Al-Qur’an, yang berkaitan dengan kajian-kajian atas karya
tafsîr Al-Qur’an yang ditulis oleh Ulama Indonesia.
10Ibid, jilid VIII, hlm. 1209
7
2. Menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya tentang penafsiran Al-Qur’an Misbah Mustafa dalam tafsîr al-
Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitain tehadap tafsîr berbahasa daerah di Indonesia masih jarang
dilakukan, termasuk tafsîr al-Iklîl sebagai obyek kajian dalam penelitian ini.
Namun secara umum penelitian terhadap tafsîr di Indonesia sudah banyak
dilakukan, daintaranya:
Howard M. Federspiel (Popular Indonesian Literature of the Qur’an)
kajian Al-Qur’an di Indonesia mulai Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab.
Dalam buku ini Howard membahas kajian tafsîr Indonesia, dengan
mengklompokan penulisan tafsîr menjadi beberapa periode. Mulai generasi
pertama ( awal abad ke-20 ) hingga generasi ketiga (awal-1970-an). Adapun
kitab-kitab tafsîr tersebut meliputi : Tafsîr Al-Furqankarya Ahmad Hasan,
Tafsîr Bayan karya Hasbi al-Shidqi, Tafsîr Al-Qur’anAl-Karim karya
Mahmud Yunus, Tafsîr Al-Qur’an karya Qamaruddin Hamidi, Tafsîr Al-Azar
karya Hamka, Tafsîr Al-Rahmat karya Oemar Bakri, Al-Qur’an Dan
Tafsîrnya diterbitkan Departemen Agama RI, Terjemah dan Tafsisr Al-
Qur’an karya Bachtiar Surin.11
11Howard Federspiel, Kajian Al-Qur’an Di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Qurasyihab, terj. Tajul Arifin, ( Bandung: Al-Mizan 1996).
8
Dalam penelitianya ini, Howard tidak memasukan tafsîr-tafsîr
berbahasa daerah termasuk al-Iklîl.selain itu Howard lebih menekankan
pembahasanya kepada sitematika penulisan kitab bukan pada aspek
metodologi penafsiran.
Yunan Yusuf, Jurnal Ulum Al-Qur’an, vol. III, No 4, hal. 54, tahun
1992. Dalam artikelnya ia hanya mengemukakan lima kitab tafsîr , yang
keseluruhanya berbahasa Indonesia. Kitab-kitab tersebut antara lain: Tafsîr
Al-Furqankarya Ahmad Hasan, Tafsîr Al-Qur’anAl-Karim karya Mahmud
Yunus, Tafsîr Al-Qur’an karya Qamaruddin Hamidi, Tafsîr Al-Rahmat karya
Oemar Bakri, Al-Qur’an Dan Tafsîr nya diterbitkan Departemen Agama RI.12
Sama halnya seperti Howard, Yunan tidak memasukan tafsîr berbahasa
daerah, dan penekanan pembahasanya lebih kepada aspek karakteristiknya.
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsîr Al-Qur’andi Indonesia.
Dalam bukunya ini Nashruddin Baidan memasukan semua jenis tafsîr baik
yang berbahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Selain itu, dalam bukunya
ini pembahasan yang dilakukan Nashruddin Baidan sudah mengarah pada
aspek metodologis.Sama dengan pembahasan yang dilakukan penulis dalam
skripsi ini. Namun, Nashrudin Baidan tidak memasukan tafsîr al-Iklî ldalam
pembahasanya.hanya mencantumkan kitab tafsîr berhasa Jawa, yaitu kitab
tafsîr al-Ibrîs karya Bisri Mustafa.13
Islah Gusmian, Khasanah Tafsîr Nusantara. dalam buku ini Islah
membahas semua jenis tafsîr di Indonesia baik berbahasa Indonesia maupun
12 M Yunan Yusuf, Jurnal-Ulum Al-Qur’an, (Vol. III. No. 4,t.t: tp, 1992), hlm. 5413 Islah Gusmian, opcit., hlm. 55
9
berbahasa daerah, sama seperti yang dilakukan Nashruddin Baidan. Bahkan
dalam buku ini Islah sudah mencantumkan pembahasan tentang tafsîr al-Iklîl.
Namun pembahasanya mengarah pada penggunaan bahasa dalam
menafsirkan Al-Qur’an.tidak menyinggung masalah metode ataupun
penafsiran Al-Qur’an.14
Dengan demikian tampak jelas kajian tentang konsepsi hidayah dalam
kitabtafsîr al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîl belum ada yang membahas.
G. Kerangka Teori
Kata Hidayah adalah bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi
bahasa Indonesia.Akar katanya ialah : -هدية – هدى – هديا – يهدي – هدى
,hadaa) هداية yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan) . Khusus yang
terakhir, kata (هداية) kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti
ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan
katanya adalah (Dholalah) ضاللة: yang berarti “kesesatan”. Secara istilah
(terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan
menyampaikan kepada tujuan.
Al-Qur’an merupakan petunjuk ( hidayah) dan penuntun menuju jalan yang
benar. Oleh karena itu Al-Qur’an harus diterapkan sebagaimana fungsinya
dimanapun dan kapanpun.Hal ini lah yang menyebabakan munculnya
berbagai macam penafsiran oleh para ulama Arab ataun nonArab. Sebagian
besar penafsiran yang muncul banyak dipengaruhi pemikiran mufassirnya,
ataupun kondisi daerah yang di tempatinya.
14 Nashruddin Baidan, opcit. hlm. 102
10
Tafsir al-Iklîl merupakan salah satu dari kitab tafsir yang ada di
Indonesia.Kitab ini ditulis oleh seorang ulama kenamaan di jawa, yaitu
Misbah Mustafa.Dalm kitab ini misbah menerangkan bahwasanya fungsi Al-
Qur’an adalah petunjuk bagi orang Islam ataupun kafir. Sehingga ia tidak
membenarkan apabila Al-Quran dilafalkan dengan nada dan dijadikan
perlomban. Karena tindakan itu sudah menyimpang dari fungsi Al-Qur’an
yang sebenarnya, yaitu sebagai petunjuk.
Untuk mengetahui seperti apa konsepsi hidayah Al-Qur’andalam kitab
tafsir tafsîr al-Iklîl fi Ma’an al-Tanzîlpenulis mengunakan metode
pendekatan komparatif (perbandingan). Adapun yang di maksud dengan
metode komparatif menurut para ahli tafsir adalah sebagai berilut: pertama
membandingakan teks (nashkah) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi yang beragam, dalam satu kasus yang
sama, atau diduga sama. Keduamembandingkan ayat Al-Qur’an dengan
hasdis nabi saw yang pada lahirnya antara keduanya bertentangan.
Ketigamembandingkan pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur’an.
Disini penulis menggunakan metode komparatif yang ketiga, yakni
membandingkan pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an. Dengan ini pemikiran mufassir akan dapat diinterpretasikan secara
obyektifdalam menafsirkan Al-Qur’an.
Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang pemikiran
Mufassir, penulis menggunakan analisissosio-historis15. analisis ini
15Wianarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiyah,( Bandung: 1994), ed. VII, hlm. 251
11
digunakan untuk mengetahuikonteks yang meliputi tokoh melalui
penelusuran biografi, pendidikan, dan latar belakang penulisan kitab latar
belakang kondisi sosial Misbah Mustafa dalam menyusun kitab tafsîrnya.
Sealin itu Penulis juga menggunakan analisis wacana untuk melihat
pemikiran Misbah Mustafa, dalam merespon wacana keislaman dan konteks
sosial yang melingkupinya.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini termasukpenelitian kepustakan (library research)16, yaitu
penelitian yang menitik beratkan pada pembahasan yang bersifat litirer atau
kepustakan, yang kajianya dilakukan dengan menelusuri dan menelah
literatur-literatur atau bahan-bahan pustaka ilmu tafsîr khususnya karya
misbah Mustafa.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memaparkan data dan
membandingkan pemikiran Misbah Mustafa dengan kitab tafsir lainya,
khususnya mengenai konsepsi hidayah.
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari sumber tertulis dan wawancara.Sumber data tertulis
meliputi kitab, buku, jurnal dan artikel.Sedangkan sumber data dengan
metode wawancara dilakukan dengan komunikasi atau percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Dalam hal ini informasi
16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek( Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 36.
12
diperoleh dari hasil wawancara dengan orang terdekat Misbah mistafa
atau ahli warisnya, guna memperoleh data yang mendetail.
Kemudian untuk mempermudah penelitian ini digunakan
sumber acuan yang dapat dijadikan pondasi dalam penelitian, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Data primer yaitu Kitab Tafsîr
al-Iklîlfi Ma’an al-Tanzîl karya Misbah Mustafa. Sedangkan data
sekunder yaitu karya tulis yang relevan dengan kajian ini.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memeperoleh data yang akurat, penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data dengan langkah-langkah
sebaagai berikut:
a. Pengumpulan data dengan cara menelaah data primer maupun
sekunder.
b. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan penelaahan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan aspek di atas.
c. Kemudian langkah ketiga dilakukan kajian untuk melihat dan
mengkomparasikan data tersebut dengan obyek permasalahan.
d. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan
data dan analisa data.
3. Analisa Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
analisis komparatif17, yakni dengan caramenghimpun sejumlah ayat al-
17Analiis komparatif, yaitu mengemukakan atau menguraikan berbagai data atau teori yang telah ada kemudian menguji keabsahanya.Muhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiyah, (Ciputat: Gaung Persada Press, th. 2007), hlm. 202
13
Qur’an yang dijadikan obyek studi tanpa menoleh pada redaksinya
(mempunyai kemiripan atau tidak). Kemudain melacak berbagai
pendapat ulama tafsir dalam menafsirlan ayat-ayat tersebut dan
membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan
informasi berkenaan dengan indentitas dan pola berfikir dari masing-
masing mufasir.18
I. Sitematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini menjadi utuh, terarah
dan sistematis, maka penulis penulis menyusun sistematika pembahasanya
sebagai berikut:
Bab pertama, adalah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitain, manfaat dan kegunaan
penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, bab ini mencakup pembahasan tentang biografi Misbah
Mustafa, berkisar tentang latar belakang kehidupanya, pendidikan dan
karyanya.
Bab ketiga, merupakan kajian khusus terahdap karya Misbah Mustafa,
yakni kitab tafsîr Al-Ikli fi Ma’an al-Tanzîl, bab ini mencakup pembahasan
mengenai latar belakang penulisan kitab, sistematika penulisan kitab dan
karakteristik umum kitab.
18Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, hal. 65
14
Bab keempat, analisis.Bab ini berisikan tentang diskripsi penafsiran
Al-Qur’an Misbah Mustafa dan perbandingan dengan berbagai kitab tafsir
lainya, kemudian menganalisa pemikirannya.
Bab kelima, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan yang
merupkan Jawaban dari pokok-pokok masalah yang telah dirumuskan pada
sub rumusan diatas. Juga memuat saran-saran yang diharapkan berguna bagi
kesinambungan penelitian selanjutnya.
J. Daftar Pustaka
Agama Ri, Departemen. Al-Qur’an Dan Terjemahanya. Semarang: Toha Putra, 1996 .
Ali, H.A. Mukti. ( pim. redaksi). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Dep. Agama RI. 1992.
Arikunto, Surahmi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Baidan, Nashruddin, Perkembangan Tafsîr Al-Qur’an Di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai. 2003.
----------------------------.Metodologi Penafsiran Al-Qur’an.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000.
-----------------------------. Metode Penafsiran Al-Qur’an.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
----------------------------.Wawasan Baru Ilmu Tafsîr .Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Al-Dzahabi, Muhammad Husain.al-Tafsîr Waal-Mufasir.Jilid 1.Mesir: Dar al-Kutub Haditsah. 1976.
Al-Farmawi, Abu Hay.al-Bidayah Fi Tafsîr al-Maudhu’i, terj. Suryan A. jamrah.Metode Tafsîr Maudhu’i Suatu Pengatar. Jakarta: Raja Garafindo Persada. 1996.
Federspiel, Howard.Kajian Al-Qur’an Di Indonesia Dari Mahmud Yunus Hingga Qurasyihab.terj. Tajul Arifin. Bandung: Al-Mizan 1996.
15
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsîr Nusantara. Bandung: Teras. 2001.
Hadna, Ahmad Musthofa. Problematika Menafsirkan Al-Qur’an.Semarang: Toha Putra Group. 1993.
al-Munawar, Said Agil Husin.Al-Qur’an Membangun Kesalehan Hakiki. Ciputat: Ciputat Press. 2005.
Muhtar.Bimbingan Skripsi, Tesis Dan Artikel Ilmiyah. Ciputat: Gaung Persada Press. th. 2007.
Mustafa, Misbah.Tafsîr Al-Iklîl fi Ma’an Tanzil. Surabaya: Al-Ihsan. t.th.
----------------------. Shalat dan tatakrama. Tuban: al-Misbah. 2006
----------------------.Merawat Jenazah dan Kehidupan di Alam Barzah. Tuban: al-Misbah. 2006
----------------------. Khizb al- Nasr. Tuban: Majlis al- Muallifin wa al-Khathat. t. th
---------------------. Tafsir Taj al-Mislimin. Tuban: al- Misbah, t. th
---------------------. Masail al-Nisa. Surabaya: Maktabah Sa’ad bin Nasir Nabhan. t. th.
---------------------.Masail al-Rijal. Surabaya: Maktabah Sa’ad bin Nasir Nabhan. t. th.
---------------------. Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah. Surabaya: Yayasan Tajul Muslimin. 1993
---------------------. Fusul al-Arbaiyah. Kudus: Menara Kudus, t. th
---------------------. Anda Ahlu al-Sunnah anda Bermadzab. Tuban: al-Misbah 2006
Al-Qhahtahan, Manna Kahalil.Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Mansyurat al-Asr al-Hadis, t.th.
Subagyo, P. Joko.Metode Penelitian Dalam Teori-Teori Dan Praktek.
Jakarta: Riena Cipta, t.th.
Surahmad, Wianrno. Pengantar Penelitian Ilmiyah. Bandung: 1994.
Al-Suyuti.Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr. 1991.
Tim penyususn.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 1998.
16
Usman.Ilmu Tafsîr . Yogyakarta: Teras. 2009
Yusuf, M Yunan.Jurnal Ulum Al-Qur’an. Vol. III. No. 4, t. tp, 1992.