1
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DAN PENGETAHUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR AGAMA ISLAM
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BATUSANGKAR
TESIS
Oleh
AFRIANTO KORGA
NIM 1103939
Ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2
ABSTRACT
AFRIANTO KORGA 2013. The Effect of Jigsaw Cooperative Learning
Strategies and Students‟ Prior Knowledge toward Their Learning Outcomes of
Islamic Subject In Seventh Grade Junior High School Students 5 Batusangkar.
Islamic subject (Islamic religious education) is one of the important
subjects in the school, especially for public school students which the majority are
Muslim. It also becomes important because the students‟ learning mastery of
Islamic subjects is one determinant for the class increasing. To assist the students
in receiving information and knowledge presented by the Islamic teacher, it is
hoped they can use the appropriate learning strategies in teaching and learning
process. Various learning strategies can be implemented, including jigsaw strategy
as a kind of cooperative strategy that is an alternative strategy in reality which is
able to construct students‟ understanding in the learning process in order to
improve their learning outcomes in Islamic subject.
This study specifically analyzed the effect of jigsaw cooperative learning
strategies and students‟ prior knowledge toward their learning outcomes of
Islamic subject in seventh grade junior high school students 5 Batusangkar. This
study is experimental research which used quasi-experimental design.
Experiments conducted on the VII grade students of SMPN 5 Batusangkar as the
sample which consisted of 36 people. Each class consists of 18 people as the
experiment class and 18 others as a control class. The data were collected through
the pre test of student‟s prior knowledge and post test that was started from
September 18 up to October 18, 2012.
The results of statistical analysis showed; (1) regardless the prior
knowledge variable, the students‟ learning outcomes who were taught using
jigsaw cooperative strategies similar to the students‟ learning outcomes who are
taught using a conventional strategy by the t test calculation, t count 0.75, <
(smaller than) t table 2:03. (2) by considering variables of learning strategies, the
learning outcomes of students who had high prior knowledge which was taught by
jigsaw cooperative learning strategies is higher than the learning outcomes of
students who had high prior knowledge taught by conventional teaching strategies
with the t test calculation, t count 5,2 > t table 2.03. (3) by considering variables
of learning strategies, learning outcomes of the students whose low prior
knowledge that was taught by jigsaw cooperative learning strategies similar with
learning outcomes of students whose lower prior knowledge that was taught by
conventional teaching strategies with the results of the t test calculation, t count
0.7 <t table 2.03. (4) after considering the results of both learning strategies, there
is no interaction between learning strategies and prior knowledge toward learning
outcomes of Islamic religious education by using two-ways ANOVA calculation
that have Fcount 1.66> 4.15 Ftable.
i
3
ABSTRAK
AFRIANTO KORGA 2013. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas
VII SMP Negeri 5 Batusangkar.
Mata pelajaran Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran
yang penting di sekolah, terutama bagi sekolah umum yang mayoritas siswanya
beragama Islam. Karena ketuntasan belajar siswa dalam pelajaran Agama Islam
menjadi salah satu penentu untuk kenaikan kelas. Untuk membantu siswa dalam
menerima informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru
diperlukan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Beragam strategi
pembelajaran dapat diterapkan, diantaranya strategi kooperatif tipe jigsaw yang
merupakan strategi alternatif secara realitas mampu mengkonstruksi pemahaman
siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar
PAI.
Penelitian ini secara spesifik menganalisis Pengaruh Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil
Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Batusangkar. Penelitian ini
adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian menggunakan model
quasi experiment. Eksperimen dilaksanakan pada siswa kelas VII di SMP Negeri
5 Batusangkar dengan sampel 36 orang. Masing-masing terdiri dari 18 orang kelas
eksperimen dan 18 orang lagi sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan melalui tes
pengetahuan awal dan tes akhir dimulai dari tanggal 18 September sampai 18
Oktober 2012.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa: (1) tanpa memperhatikan
variabel pengetahuan awal, hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan strategi konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung 0.75,
< t tabel 2.03. (2) dengan memperhatikan variabel strategi pembelajaran, hasil
belajar kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil belajar siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar
dengan strategi pembelajaran konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung
5,2 > t tabel 2,03. (3) dengan memperhatikan variabel strategi pembelajaran, hasil
belajar kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar
siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional dengan hasil perhitungan uji t, t hitung 0,7 < t tabel
2,03. (4) setelah memperhatikan hasil belajar kedua strategi pembelajaran, tidak
terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal terhadap
hasil belajar PAI dengan hasil perhitungan anova F tabel 4,15 > F hitung 1,66.
ii
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis
yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII
SMP Negeri 5 Batusangkar”.
Tesis ini disusun dalam rangka penyelesaian studi dan memenuhi
pesyaratan guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan, penulis mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abizar selaku pembimbing I
2. Bapak DR. Jasrial, M.Pd selaku pembimbing II, sekaligus selaku ketua
Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
Negeri Padang.
3. Bapak Prof. DR. H. Mukhaiyar selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang
4. Bapak Prof. DR. Ungsi A.O. Marmai, M.Ed selaku dosen penguji
5. Bapak DR. Ramalis Hakim, M.Pd selaku dosen penguji
6. Bapak Prof. DR. Sufyarma Marsidin, M.Pd selaku dosen penguji
7. Bapak dan Ibu dosen program pascasarjana Universitas Negeri Padang
vi
8
8. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati program pascasarjana Universitas
Negeri Padang
9. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Batusangkar dan Ibu Guru bidang studi
Agama Islam di SMP Negeri 5 Batusangkar.
10. Rekan- rekan seperjuangan mahasiswa program studi Teknologi Pendidikan
dan mahasiswa program pascasarjana Universitas Negeri Padang.
11. Istimewa ibunda tercinta Nurbaya atas do‟a, ridha dan semua keikhlasannya,
Istriku tercinta Eka Jumiati, S.Pd.I atas segenap ketulusannya memberi
dukungan, anak-anakku tersayang Maharaja Korga dan Maharatu Korga atas
pengertiannya, adinda Riri Angriani atas pengorbanan waktu dan tenaganya,
serta pihak terkait lainnya yang karena keterbatasan tidak bisa disebutkan
satu- persatu namun turut membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga
Allah membalas segenap kebaikan yang diberikan dengan pahala yang
setimpal.
Penulis menyadari adanya kelemahan dan keterbatasan dalam tesis ini.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis bermohon kepada Allah SWT,
semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya dan bagi penulis
khususnya, amin.
Batusangkar, 14 Februari 2013
Penulis,
AFRIANTO KORGA
NIM. 1103939
vii
9
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT.......................................................................................................i
ABSTRAK.........................................................................................................ii
PERSETUJUAN AKHIR TESIS...................................................................iii
PERSETUJUAN KOMISI..............................................................................iv
SURAT PERNYATAAN.................................................................................v
KATA PENGANTAR .,..................................................................................vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………..…1
B. Identifikasi Masalah…………………..…………..……….…..10
C. Pembatasan Masalah.………….……………....……….......….10
D. Perumusan Masalah…………………………………………...11
E. Tujuan Penelitian……………………………………….…......11
F. Manfaat Penelitian………………..……………………..….…12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...…………………………...….….…………. 14
1. Hasil Belajar Agama Islam........................….……..……14
2. Pengetahuan Awal Siswa...................................................17
3. Strategi Pembelajaran Kooperatif..............…..……..……20
4. Strategi Pembelajaran Konvensional.....……............,…...43
B. Penelitian yang Relevan…………………….…….……...……47
C. Kerangka Pemikiran..……………………….……………...…49
D. Hipotesis…………………………….……….………..………52
viii
10
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………….………………….…53
B. Tempat dan Waktu Penelitian………….………..……………53
C. Populasi dan Sampel……………….…………………………54
D. Variabel Penelitian .……...………..............……………….…55
E. Defenisi Operasional……………….…………………………55
F. Pengembangan Instrumen…………...………………………..56
G. Rancangan Penelitian…………….…………………...………61
H. Prosedur Penelitian……………….………………….………..63
I. Teknik Pengumpulan Data…….…………………….………..63
J. Teknik Analisis Data…………….….……………….………..64
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data….…………..………………….………......… 66
B. Pengujian Persyaratan Hipotesis............................................. .73
C. Pengujian Hipotesis..................................................................76
D. Pembahasan……………………………………….………..…79
E. Keterbatasan Penelitian.............................................................88
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………….………………….…….…92
B. Implikasi……………………………………………….……...94
C. Saran…………………………………………………….…….95
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………......................97
LAMPIRAN……………………………………………....................................100
ix
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester 1 Kelas VII SMPN 5
Batusangkar Tahun Pelajaran 2011/2012 .......................................... 5
Tabel 2 Langkah- Langkah Strategi pembelajaran kooperatif ..........................22
Tabel 3 Langkah-langkah Pembelajaran strategi kooperatif tipe Jigsaw ......... 46
Tabel 4 Langkah-langkah pembelajaran Strategi pembelajaran konvensional. 40
Tabel 6 Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMPN 5 Batusangkar................ 54
Tabel 7 Rancangan PenelitianHal .....................................................................62
Tabel 8 Hasil tes pengetahuan awal dan hasil PAI siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol ........................................................................................ 61
Tabel 9 Hasil Tes Pengetahuan Awal Siswa Kelas Eksperimen .......................67
Tabel 10 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ............................................... 68
Tabel 11 Tabel distribusi frekuensi pengetahuan awal siswa kelas kontrol .......70
Tabel 12 Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ......................................................71
Tabel 13 Uji Normalitas pengetahuan awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
..............................................................................................................73
Tabel 14 Uji Normalitas hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol..... 73
Tabel 15 Uji Normalitas Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .................................................................................................74
Tabel 16 Uji Normalitas Pengetahuan Awal Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ................................................................................................ 74
Tabel 17 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................... 75
Tabel 18 Uji Homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................... 76
Tabel 19 Uji Hipotesis Pertama ......................................................................... 76
Tabel 20 Uji Hipotesis Kedua ............................................................................ 77
Tabel 21 Uji Hipotesis Ketiga ............................................................................ 78
Tabel 22 Uji Hipotesis Keempat (ANOVA) ...................................................... 78
x
12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 Data Base Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil Belajar
Siswa................................................................................. 100
2. Lampiran 2 Data Rangking Pengetahuan Awal Siswa ......................... 102
3. Lampiran 3 Data Pengelompokan Siswa .............................................. 104
4. Lampiran 4 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil
Belajar Siswa ................................................................. 105
5. Lampiran 5 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil
Belajar Dengan Pengetahuan Awal Tinggi...................... 109
6. Lampiran 6 Analisis Deskriptif Hasil Tes Pengetahuan Awal dan Hasil
Belajar Dengan Pengetahuan Awal Rendah
....................................................................................... 112
7. Lampiran 7 Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Liliefors............... 115
8. Lampiran 8 Uji Homogenitas Menggunakan Uji Varian (Uji F) .......... 125
9. Lampiran 9 Pengujian Hipotesis.......................................................... 127
10. Lampiran 10 Tabel Hitung Frekuensi Pengetahuan Awal Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ...................................... 137
11. Lampiran 11 Tabel hitung frekuensi hasil belajar siswa Kelas eksperimen
dan kelas kontrol............................................................. 138
12. Lampiran 12 Penghitungan nilai korelasi hasil belajar siswa Kelas
eksperimen dan kelas kontrol........................................... 139
13. Lampiran 13 Soal tes kemampuan awal............................................... 142
14. Lampiran 14 Kisi-kisi soal................................................................... 146
15. Lampiran 15 Tes Berdasarkan Indikator ............................................... 148
16. Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Jigsaw......... 156
17. Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional.165
18. Lampiran 18 Foto-foto Penelitian.........................................................174
19. Lampiran 18 Surat izin Penelitian.........................................................179
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat dan perubahan yang dinamis perlu disiapkan warga negara termasuk
siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, potensi serta kecakapan
hidup. Semua itu dapat dicapai melalui pendidikan yang merupakan tumpuan
dan harapan karena pendidikan berusaha membekali siswa sehingga
menghasilkan lulusan yang terampil dan ahli di bidangnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan diantaranya dengan menyempurnakan kurikulum, menambah
sarana dan prasarana pendidikan serta meningkatkan mutu guru melalui
proyek pengembangan guru. Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional.
Berhasil tidaknya program pemerintah tersebut sangat didukung oleh
peranan dari berbagai pihak yang terkait dalam dunia pendidikan itu sendiri
termasuk guru. Para guru sebaiknya sudah mulai merubah sistem pengajaran
mereka ke arah yang lebih baik lagi agar dapat mengimbangi program yang
telah diterapkan pemerintah. Di samping, itu guru harus lebih kreatif dalam
memilih strategi dalam pengajaran agar tujuan untuk mendapatkan siswa yang
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas secara berangsur-angsur
dapat terwujud. Suyono (1996: 16) menjelaskan lima hal yang kurang baik
yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Pertama, guru kurang
1
2
merefleksikan apa yang pernah dilakukan. Kedua, dalam
melaksanakan tugas guru terpancing untuk memenuhi target maksimal yaitu
agar siswa mampu menjawab soal-soal ujian. Ketiga, guru enggan melakukan
peralihan strategi dari apa yang mereka yakini tepat. Keempat, guru selalu
mengeluh tentang kurang lengkap dan banyaknya buku panduan (paket).
Mereka kawatir bila yang diajarkan tidak sesuai dengan soal-soal yang akan
muncul dalam UAS dan UN. Kelima, kecenderungan guru dalam
melaksanakan tugas “hanya” memindahkan informasi dan ilmu pengetahuan
saja dari apa yang mereka dapat saat membaca buku paket sehingga untuk
dapat mewujudkan siswa agar dapat berfikir logis, kritis dan kreatif kurang
dapat berkembang.
Penguasaan siswa terhadap suatu materi tergantung pada kemampuan
guru dalam memilih strategi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Surahman (1981) menyatakan bahwa strategi
pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana
teknisnya suatu bahan pelajaran kepada siswa-siswa di sekolah.
Dalam proses belajar mengajar penggunaan strategi atau teknik dalam
mengajar tidaklah sama untuk setiap materi pelajaran. Penggunaan strategi
yang tidak tepat dalam proses belajar mengajar akan menyebabkan siswa sulit
untuk menerima informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru
yang disebabkan kurang termotivasinya siswa dalam belajar.
Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan
3
ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Syariat Islam tidak akan dihayati
dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui
proses pendidikan sesuai ajaran Islam dengan berbagai strategi dan
pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak
ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi
lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu,
pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan
juga karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para
ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka
(Drajat, 1992: 25-28). Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses
bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal
peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Kesimpulan penulis tentang pendidikan agama Islam adalah usaha
sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus
mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan
kamil) berdasarkan nilai-nilai etika Islam dengan tetap memelihara hubungan
baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah) sesama manusia
(hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
4
Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan-perbedaan antara
pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang
paling menonjol adalah bahwa pendidikan Islam bukan hanya mementingkan
pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga kepentingan orang
lain dan untuk kebahagiaan akhirat. Hal ini sejalan dengan strategi
pembelajaran tipe jigsaw, dimana siswa bukan saja bisa untuk
mengembangkan kemampuan individu siswa dalam mengungkapkan ide atau
gagasan dalam memecahkan masalah, namun sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan sosial dalam mengembangkan rasa harga diri dan hubungan
interpersonal, yang lambat laun kebiasaan ini akan membentuk sikap dan
perilaku yang baik pada anak, baik terhadap dirinya dan juga orang lain di
sekitarnya.
Berdasarkan observasi dan keterangan dari guru Agama Islam di
SMPN 5 Batusangkar pada hari selasa tanggal 20 Maret 2012 terungkap
bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
masih secara konvensional, antara lain berupa ekspositori, ceramah dan
pemberian tugas, serta kurangnya penggunaan media, karena terlihat pada
umumnya penyampaian materi dengan ceramah. Kurang efektifnya strategi
pembelajaran agama Islam yang diterapkan oleh guru dengan strategi
pembelajaran konvensional dikarenakan kurangnya melibatkan siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber bacaan yang masih
kurang, lebih dititik beratkan pada buku paket, kurangnya interaksi belajar,
5
baik diantara sesama siswa maupun siswa dengan guru dikelas,
kecenderungan pengajaran dengan ceramah, penggunaan media yang terbatas.
Walaupun demikian dari hasil rata-rata belajar siswa kelas VII SMP
negeri 5 Batusangkar diatas KKM, dimana KKM untuk bidang studi agama
Islam SMP negeri 5 Batusangkar adalah 7,7, sedangkan rata-rata hasil belajar
agama Islam kelas VII dapat dilihat dari data ulangan harian semester 1 Kelas
VII SMPN 5 Batusangkar yang terdapat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1.
Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester 1 Kelas VII
SMPN 5 Batusangkar Tahun Pelajaran 2011/2012
Kelas Rata-rata Ulangan Harian Semester 1
VII 1 83
VII 2 84
VII 3 84
Sumber: Guru Agama SMPN 5 Batusangkar
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian
siswa tergolong tinggi melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM),
namun jika dihubungkan dengan kekuarangan diatas tentu hasil belajar
belajar yang tinggi ini perlu menjadi perhatian tersendiri.
Strategi pembelajaran yang digunakan masih kurang melibatkan
seluruh siswa dalam pembelajaran, hal terlihat dari proses pembelajaran yang
berpusat kepada guru (teacher centered) dimana guru masih mendominasi
peran dalam pembelajaran di kelas. Hal ini tentu tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, dimana
6
sangat menuntut adanya keterlibatan dan keaktifan seluruh siswa dalam
pembelajaran.
Untuk meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suatu iklim belajar
yang efektif dan efesien guna meningkatkan hasil belajar siswa, yang dapat
membantu para siswa untuk mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks
kehidupan nyata yang mereka hadapi. Membuat kaitan erat antara akademis
dengan konteks kehidupan nyata membuat siswa dapat merasakan makna dari
belajar di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat disaat siswa menemukan suatu
permasalahan yang menarik, juga saat mereka membuat pilihan, menerima
tanggung jawab, dan mencari informasi, dimana mereka bisa mengaitkan isi
akademis dengan konteks kehidupan nyata dan mencari kesimpulan sehingga
dengan cara ini diharapkan mereka dapat menemukan makna didalam belajar
yang sesungguhnya.
Selain itu ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada
pemikiran bahwa “ anak akan belajar dengan baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah” (Tim Depdiknas, 2002). Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami sendiri hal-hal yang dipelajarinya, dapat mengkonstruksikan
pengetahuan serta mampu memberi makna pada pengetahuan yang mereka
peroleh, tidak hanya sekedar mengetahuinya saja. Dengan demikian siswa
diharapkan mempunyai kemampuan memecahkan masalah.
Strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan strategi kontekstual
adalah : CBSA, metode proses, life skill education, authentic instruction,
7
inquiry-based learning, cooperative learning dan service learning (Nurhadi,
2002: 6). Jika dilihat lebih jauh, kooperatif learning sangat relevan dengan
tujuan yang ingin dicapai Kurikulum Berbasis Kompetensi, apalagi kalau
dikaitkan dengan berbagai life skill yang harus dikuasai siswa, misalnya dalam
kecakapan berfikir rasional (thinking skill), siswa dituntut memiliki kecakapan
menggali dan menemukan informasi dan mengambil keputusan serta
kecakapan dalam memecahkan masalah. Selain itu siswapun dituntut untuk
memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan berkomunikasi dan
bekerjasama.
Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam pembelajaran agama Islam
sangat dituntut keaktifan dan interaksi sesama komponen dalam pembelajaran
itu sendiri. Untuk meningkatkan aktivitas serta interaksi tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pelaksanaan strategi
pembelajaran kooperatif (Cooperative) sebagaimana yang dikemukakan oleh
Slavin (1994:287) bahwa strategi pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran secara kelompok dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari empat sampai lima orang yang saling bekerja sama, saling
membantu dan memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif tidak hanya mementingkan penguasaan materi tetapi lebih dari itu
strategi pembelajaran kooperatif juga melatih siswa tentang hubungan sosial
karena strategi pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil
yang saling membantu.
8
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama. Suasana
kelas dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain. Dalam pembelajaran yang menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok
yang terdiri dari siswa yang heterogen, baik dari segi ras, agama Islam, jenis
kelamin, maupun intelegensi. Dengan keadaan anggota yang heterogen,
masing- masing anggota kelompok mempelajari sesuatu yang belum diketahui
dengan saling melengkapi satu sama lain dan seluruh siswa memberi
sumbangan untuk mencapai tujuan.
Keberhasilan kelompok pada penerapan strategi pembelajaran
kooperatif sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Pada penilaian,
setiap siswa selain memperoleh nilai sendiri juga memperoleh nilai kelompok.
Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan jawaban setiap anggotanya. Dengan
cara ini siswa yang kurang pandai diharapkan dapat terpicu untuk
meningkatkan usahanya dalam belajar, karena mereka diwajibkan memberi
sumbangan nilai pada kelompok, artinya dengan cara ini siswa dituntut untuk
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Salah satu tipe Strategi Pembelajaran Kooperatif adalah Jigsaw,
dimana dalam Strategi Pembelajaran tipe Jigsaw guru melakukan
pembelajaran dengan terlebih dahulu membuat kelompok siswa yang masing-
masingnya terdiri dari 4-5 siswa, kemudian masing-masing siswa dalam satu
kelompok diberikan bagian bahan pelajaran yang berbeda-beda. Anggota
9
kelompok yang memiliki tugas untuk mempelajari bahan pelajaran yang sama
dengan anggota kelompok lain, diperintahkan untuk belajar bersama. Setelah
selesai mempelajari bahan pelajaran dengan temannya yang memiliki tugas
sama, selanjutnya siswa kembali kekelompok masing- masing untuk saling
berbagi mengenai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Dalam hal ini
siswa saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain.
Dari uraian diatas terlihat bahwa penerapan strategi kooperatif tipe
Jigsaw dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat cocok sekali,
selain dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas, juga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Sehingga siswa mampu memahami dan menghayati agama
Islam dengan baik, dimana pada akhirnya siswa dapat menjadikan ajaran-ajaran
agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga
dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.
Salah satu aspek yang turut mempengaruhi hasil belajar adalah
pengetahuan awal, setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda,
dengan mengetahui pengetahuan awal guru dapat menetapkan darimana harus
memulai pelajaran. Pada dasarnya pengetahuan awal merupakan keadaan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh siswa
sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru, dengan perbedaan
tersebut siswa berpeluang untuk mencapai kempetensi secara maksimal
sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini
pengetahuan awal nantinya berfungsi sebagai kontrol.
10
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Agama Islam Siswa Kelas VII
SMP Negeri 5 Batusangkar ”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Kurang efektifnya strategi pembelajaran agama Islam yang diterapkan oleh
guru dengan strategi pembelajaran konvensional, karena kurang
melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penggunaan sumber bacaan guru yang masih kurang, lebih dititik beratkan
pada buku paket.
3. Kurangnya interaksi belajar, baik diantara sesama siswa maupun siswa
dengan guru dikelas
4. Kecenderungan pengajaran dengan ceramah
5. Penggunaan media yang terbatas
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengusahakan kebaikan dengan prestasi akan ada berbagai hal
yang saling terkait. Hal tersebut misalnya prosedur, media, strategi
pembelajaran, dan lain sebagainya. Mengingat karakteristik sasaran maka
peneliti memperkirakan khusus untuk strategi pembelajaran, maka strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan efektif untuk mengatasinya.
11
D. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil
belajar agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional ?
2. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki
pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam
kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar
dengan strategi pembelajaran konvensional ?
3. Apakah hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki
pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada kelompok siswa yang
memiliki pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional ?
4. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
awal terhadap hasil belajar agama Islam ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam
siswa .
11
12
2. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam
kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi.
3. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam
kelompok siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah.
4. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal
siswa terhadap hasil belajar agama Islam siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
PAI, terutama dalam penggunaan strategi pembelajaran di kelas.
2. Siswa
Untuk dapat membantu peningkatan semangat belajar, sekaligus dalam
peningkatan hasil belajar.
3. Bagi kepala sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, terutama
dalam mengarahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang
efektif dan efesien.
13
4. Penulis
Sebagai karya ilmiah untuk pengembangan kompetensi dan pemenuhan
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program pasca sarjana (S2)
jurusan dan program studi teknologi pendidikan (TP)
5. Peneliti selanjutnya
Sebagai acuan dalam penelitian maupun pengembangan lebih lanjut
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Agama Islam
Belajar dan hasil belajar Agama Islam adalah dua hal yang
memiliki keterkaitan yang kuat. Sudjana (1989: 5) menjelaskan belajar
adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain
kemampuan. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1989 : 22)
Tengku (2001: 82) mengungkapkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh dalam proses belajar. Sebelumnya
Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dengan
evaluasi . Selanjutnya Kemp (1995) menyatakan bahwa hasil belajar akan
terlihat dengan adanya tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berfikir
atau kemampuan jasmaniah
Menurut Gagne dkk, hasil belajar merupakan pengalaman-
pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk pengetahuan –
pengetahuan tertentu. Lebih lanjut Sardiman (1992: 25) menjelaskan
bahwa hasil belajar yang dikembangkan menurut taksonomi Bloom dapat
dibagi tiga ranah, yaitu 1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar
14
15
intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan (ingatan),
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) Ranah afektif,
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah
Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak yang terdiri dari lima aspek yaitu gerak refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, dan ketepatan serta
gerakan keterampilan kompleks. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan
daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil
belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, sikap, dan lain-lain. Menurut
Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. (Oemar,
2004)
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
16
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley dalam (Sudjana, 2005:22) membagi 3 macam
hasil belajar yakni 1) Keterampilan dan kebiasaan, 2) Pengetahuan dan
pengertian dan 3) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini
menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini
akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam
kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang
telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu
lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Sedangkan yang dimaksud dengan hasil belajar Agama Islam
dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku siswa yang dinyatakan
dengan skor yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses
17
pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar Agama
Islam pada ranah kognitif yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka
atau skor pada tes akhir setelah diterapkannya strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw .
2. Pengetahuan Awal Siswa
Pengetahuan awal antara masing- masing siswa mempunyai
perbedaan, hal ini disesabkan setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan
yang berbeda. Mulyadi (2004) menjelaskan bahwa pengetahuan awal
siswa mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Pengetahuan awal
siswa sebelum mulai belajar sesuatu banyak membawa pengaruh terhadap
hasil belajar yang akan dicapai. Dengan mengetahui pengetahuan awal
guru dapat menetapkan darimana harus memulai pelajaran. Pengetahuan
awal dimaksud adalah tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah
dimiliki, yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari (Ali , 1996: 74)
Ali (1996) menyatakan bahwa pengetahuan awal siswa sebelum
mulai mempelajari sesuatu bahan atau materi dikenal dengan istilah entry
behavior. Muhammad Ali menjelaskan bahwa entry behavior pada
dasarnya merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki terlebih dahulu oleh siswa sebelum mempelajari pengetahuan atau
18
keterampilan baru, pengetahuan awal yang didemondtrasikan siswa
sebagai entry behavior adalah bersifat individual.
Ausubel (dalam Ali, 1996) menyatakan bahwa entry behavior bisa
diartikan dengan readines (kesiapan). Readines tersebut adalah keadaan
kapasitas siswa secara memadai dalam hubungannya dengan tujuan
pembelajaran.
Fajar (2002: 14) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar
perlu penyediaan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan
awal siswa sambil memperluas dan menunjukan keterbukaan pada cara
pandang. Setiap siswa pasti memiliki prakonsep/ konsep awal tentang
segala sesuatu yang akan dipelajari. Siswa berpeluang untuk mencapai
kempetensi secara maksimal sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki (Masnur, 2008: 74)
Piaget (dalam Paul, 1997: 33 dan Suparno) mengatakan :
Dalam Pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal
(skemata). Setiap skemata berperan sebagai suatu filter dan
fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman yang baru. Skema
mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip
dasar melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat
dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi. Bila
pengalaman baru itu masih berkesesuaian dengan skema yang
dipunyai seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan
melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru sungguh
berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang alam
tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman, skema yang
lama diubah sampai ada keseimbangan lagi.
19
Pengetahuan awal siswa sebelum mulai mempelajari suatu bahan,
banyak membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Dengan
mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menetapkan dariman
harus memulai pelajaran. Pengetahuan awal dimaksudkan adalah tingkat
pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki, yang lebih rendah dari
apa yang akan dipelajari.
Pengetahuan awal yang didemonstrasikan siswa sebagai entry
behavior bersifat individual, sehingga untuk mengenalnya guru dapat
menetapkan darimana harus memulai pelajaran. Ada tiga dimensi dari
entry behavior yang perlu diketahui oleh guru sebagaimana yang
dinyatakan Djamarah (2004: 13) yakni :1) Batas-batas ruang lingkup
materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai oleh siswa, 2)
Tingkatan tahapan materi pengetahuan, terutama kemampuan yang telah
dimiliki siswa, dan 3) Kesiapan dan kematangan fungsi psikofisik.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti simpulkan bahwa
pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa
ini diperoleh dari penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya yang
relevan dengan materi Pelajaran Agama Islam yang diajarkan.
20
3. Strategi Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif atau cooperative learning
merupakan pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya untuk
menguasai akademik semata, prosesnya mengajarkan siswa untuk
saling bekerja sama dan saling membantu dalam kelompoknya serta
saling memahami sehingga terciptanya hubungan sosial. Ibrahim
(2000 : 2) menyatakan bahwa: “Strategi pembelajaran kooperatif tidak
hanya membantu siswa dalam belajar isi akademik dan keterampilan
semata namun juga melatih siswa untuk tujuan-tujuan hubungan sosial
dan manusia”.
Anita Lie (2005: 5) juga menyatakan bahwa “strategi
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam
kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama untuk sampai pula
pengalaman individu dan pengalaman kelompok”. Dalam strategi
pembelajaran kooperatif selain untuk menguasai akademik siswa juga
akan terlatih untuk dapat saling bekerja sama dalam belajar serta dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman baru berupa pengalaman
individu dan pengalaman kelompok.
Menurut Tim Depdiknas (2005: 14) strategi pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
21
adanya kerjasama siswa dalam belajar maka diharapkan dapat saling
bertukar pikiran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Ciri-ciri strategi pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6)
adalah:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya siswa belajar
dalam kelompok secara kooperatif.
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda
maka diusahakan agar dalam setia kelompok juga terdiri
dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari
pada perorangan.
Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting
menurut Tim Depdiknas (2005 : 15) yaitu:
1) Hasil belajar akademik strategi pembelajaran kooperatif
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap keragama Islamn model kooperatif
bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang memiliki berbagai macam perbedaan latar
belakang.
3) Pengembangan keterampilan sosial, model kooperatif
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam strategi
pembelajaran kooperatif antara lain: 1) berbagi tugas, 2)
aktif bertanya, 3) menghargai pendapat orang lain, 4)
memancing teman untuk bertanya, 4) mau menjelaskan
ide atau pendapat, 5) bekerja dalam kelompok 6) dan
sebagainya.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
bertujuan agar kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akademik
dapat meningkat. Disamping itu strategi pembelajaran kooperatif juga
22
melatih siswa untuk bekerja sama dengan kelompok serta saling
membantu sehingga siswa juga akan terlatih dalam berhubungan sosial.
Pada model strategi pembelajaran kooperatif terdapat enam
langkah utama, dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri
dengan memberi penghargaan terhadap usaha kelompok maupun
individu. Langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif dari awal
sampai akhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.
Langkah- Langkah Strategi pembelajaran kooperatif
Fase Ke Indikator Aktivitas/ Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan motivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok untuk
belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
dan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru memberi cara-cara untuk
menghargai usaha atau hasil belajar
individu maupun kelompok
Sumber: Muslim Ibrahim (2000: 8)
23
b. Unsur dan Karakteristik Strategi pembelajaran kooperatif
Pada strategi pembelajaran kooperatif terdapat beberapa
unsur-unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, seperti: adanya
kerja sama, anggota kelompok heterogen, keterampilan kolaboratif,
saling ketergantungan. Johnson & Johnson (Lie,2005) menyatakan
bahwa ada lima unsur dasar yang terdapat dalam struktur strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan positif, kegagalan dan keberhasilan
kelompok merupakan tanggung jawab setiap anggota
kelompok. Oleh karena itu sesama anggota kelompok
harus merasa terikat dan saling tergantung positif.
2) Tanggung jawab perseorangan ,setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran
karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari
seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.
3) Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan
memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok
karena memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan
masing-masing anggota kelompok.
4) Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap
muka terjadi diskusi,maka keterampilan berkomunikasi
antar anggota kelompok sangatlah penting.
5) Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam
kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok . Untuk
mengetahui keberhasilan kerja kelompok dilakukan
melalui evaluasi proses kelompok.
Sedangkan Arends (1997:115) berpendapat bahwa unsur-unsur dasar
belajar kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
24
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.
7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.
Lebih lanjut Bennet (1991) dan Jacobs (1999) menjelaskan unsur-
unsur yang terdapat dalam strategi pembelajaran kooperatif, sebagai
berikut:
1) Saling ketergantungan secara positif
Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan
antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam
kelompok tersebut. Saling ketergantungan secara positif berarti
bahwa anggota-anggota kelompok merasakan bahwa mereka
”tenggelam atau berenang bersama” (Bennet, 1991; Jacobs, 1999).
Cara-cara mempromosikan saling ketergantungan secara positif
dalam kelompok meliputi: tujuan, penghargaan, peranan, sumber,
dan identitas. Secara ringkas, masing-masing dijelaskan sebagai
berikut
Saling ketergantungan tujuan akan muncul secara positif
apabila kelompok membagi tujuan bersama. Demikian juga, saling
ketergantungan penghargaan akan muncul secara positif apabila
masing-masing penghargaan anggota kelompok digunakan oleh
anggota kelompok yang lain. Contoh saling ketergantungan ini
25
misalnya, masing-masing siswa dapat memperoleh bonus jika
setiap orang dalam suatu kelompok mereka memperoleh skor
diatas 80% pada suatu tes, atau setiap orang dalam kelompok dapat
memperoleh waktu istirahat ekstra jika proyek kelompok mereka
dikerjakan secara memuaskan. Penghargaan tersebut bergantung
pada apakah ada motivasi kelas secara khusus dan flosof guru pada
penghargaan.
Saling ketergantungan peranan secara positif berarti
bahwa anggota-anggota ditugasi secara komplementer dan saling
berbagi tanggung jawab dalam melengkapi suatu tugas. Peranan ini
akan bergilir, apakah untuk sebuah aktivitas atau untuk aktivitas-
aktivitas berbeda. Contoh, dalam suatu kelompok tiga yang
membaca sebuah unit buku, satu orang dapat berfungsi sebagai
peringkas masing-masing seksi dari unit tersebut, yang lain dapat
berfungsi sebagai elaborator yang memberikan contoh-contoh atau
mengaitkan materi untuk apa anggota kelompok mengetahui.
Saling ketergantungan sumber secara positif berarti
bahwa anggota hanya memiliki suatu porsi informasi, materi, atau
alat-alat yang diperlukan untuk melengkapi suatu tugas. Aktivitas-
aktivitas Jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan
sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team
tidak seorangpun dapat memperoleh semua informasi secara
lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan
26
informasi dengan persepsi berbeda. Jadi, siswa perlu membagi
sumber agar berhasil memecahkan masalah. Contoh lain, suatu
eksperimen fisika di laboratorium anggota kelompok berbeda
memiliki perangkat-perangkat peralatan yang berbeda.
Saling ketergantungan identitas secara positif berarti
bahwa kelompok tersebut membagi identitas umum. Hal ini dapat
mendorong siswa untuk memilih nama kelompok, bendera, motto,
jabat tangan, dan sebagainya. Negara, perkumpulan kelompok
olahraga dan sekolah-sekolah menggunakan ini, dan cara lain untuk
mencoba menciptakan suatu pembagian identitas antar negara,
anggota, siswa, dan staf mereka.
2) Tanggung Jawab Individu
a) Satu hal yang sering terjadi pada saat siswa bekerja dalam
kelompok adalah adanya beberapa anggota kelompok yang
mengakhiri semua pekerjaannya, hal ini dapat terjadi karena
beberapa siswa mencoba menghindari bekerja atau karena
yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi,
mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi
dan belajar adalah suatu unsur yang sangat realistis (Jacob,
1999). Untuk melakukan hal ini kita memerlukan setiap orang
merasakan bertanggung jawab secara individual untuk
keberhasilan kelompok mereka.
27
b) Terdapat banyak cara menstrukturisasi kegiatan kelompok
untuk memajukan rasa tanggung jawab individual tersebut
(Jacob, 1999), antara lain:
1. Masing-masing siswa secara individual mengerjakan
kuis, melengkapi tugas, atau membuat ringkasan
tentang materi yang dipelajari.
2. Anggota-anggota kelompok dipanggil secara
random untuk menjawab pertanyaan dan atau untuk
menjelaskan jawabannya.
3. Masing-masing anggota kelompok memiliki suatu
peranan yang telah dirancang untuk mereka
tampilkan. Peranan ini bisa bergilir. Contoh, suatu
pelajaran dapat dibagi-bagi menjadi bagian kecil.
Anggota pasangan masing-masing membaca bagian
pertama secara diam. Kemudian, satu orang
meringkas bagian tersebut dan yang lain menyusun
pertalian antara bagian yang satu dengan materi lain
yang dipelajari di kelas atau dengan aspek-aspek
kehidupan mereka. Peranan ini bergilir pada bagian
materi selanjutnya untuk bacaan tersebut.
4. Masing-masing anggota utamanya
bertanggungjawab untuk satu bagian proyek
kelompok mereka. Contoh, jika kelompok membuat
laporan tentang Korea, satu anggota menulis
sejarahnya, yang lain menulis struktur geografnya,
yang lain menelusuri bidang seninya, dan anggota
keempat menulis latar belakang agamanya.
3) Pengelompokan Secara heterogen
Beberapa pakar strategi pembelajaran kooperatif
merekomendasikan bahva pengelompokkan para siswa secara
heterogen menurut prestasi, kecerdasan, etnik, dan jenis kelamin
dapat dilakukan oleh guru (Jacobs, I999). Mencampurkan siswa
berdasarkan prestasi didorong untuk mempromosikan sistem tutur
teman sebaya, mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah
28
dengan model kebiasaan yang baik, dan memperbaiki huhungan
antar para siswa.
Memperbaiki hubungan juga alasan untuk mencampur
para siswa berdasarkan etnik yang berbeda dalam kelompok yang
sama. Bekerja bersarma dalam mencapai tujuan bersama dapat
membantu rnenghapus rintangan dan membangun persahabatan.
Tambahan lagi hahwa siswa dan kelompok etnik yang berbeda
sering membawa perspektif yang unik dalarn diskusi kelompok.
Pengkombinasian perspektif ini juga merupakan suatu rasional
untuk mencampur para siswa herdasarkan jenis kelamin. Hasil
keanekaragama Islamn perspektif tersebut dapat memperkaya
pemikiran para siswa.
Biasanya, pengelompokan siswa secara heterogen yang
paling baik ditentukan atau dipilih oleh guru, siapa yang akan
masuk ke kelompok atas atau kelompok bawah. Apabila para siswa
memilih teman kelompok mereka, mereka sering memilih orang
yang paling mereka senangi. hal ini dapat mengarahkan cliques
(kelompok- kelompok yang tidak sehat) dan faktor lain yang
bekerja menentang kohesivitas hubungan kelas.
29
4) Keterampilan-Keterampilan Kolaboratif
Kebanyakan para guru di sekolah menyarankan para
siswanya untuk belajar dalarn kelompok, karena guru sangat
mengetahui bahwa para siswanya kurang memiliki keterampilan-
keterampilan untuk bekerjasama dalam belajar secara efektif
berkaitan dengan konten akademik. Guru hendaknya menyadani
pentingnya keterampilan keterampilan kolaboratif untuk dirniliki
oleh setiap siswa, tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan
mencapai prestasi maksimal di sekolah, tetapi juga untuk mencapai
sukses dalarn karir di luar sekolah bersama ternan dan keluarga
mereka maupun dengan orang lain.
Para guru dalam memilih suatu keterampilan kolaboratif
hendaknya lebih menekankan pada kesesuaian dengan karakteristik
masing-masing pelajaran. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk beberapa
pelajaran. Terdapat enam langkah (Jacobs, 1999) dalam mengajar
keterampilan kolaboratif.
a) Para siswa melihat kebutuhan akan keterampilan tersebut. ini
dapat dilakukan dengan menanyakan siswa bagaimana
keterampilan tersebut muncul dalam pengalaman mereka
sendiri, dengan menjelaskan mengapa ketrampilan kolaboratif
30
penting di dalam dan di luar sekolah (sekarang dan yang akan
datang), dan melalui penayangan kesempatan.
b) Para siswa perlu pemahaman yang jelas mengenai apa
keterampilan kolaboratif tersebut. Satu cara untuk mencapai
pemahaman ini adalah kelas tersebut mengembangkan daftar
rnengenai suatu keterampilan kolaboratif seperti melihat dan
mendengar. Contoh, ada seorang pendengar yang baik dapat
seperti melihat orang ketika mereka bercakap-cakap dengan
kita. Dia dapat seperti bunyi menggunakan ekspresi seperti
“uh-huh” dan “benar” sementara orang bercakap-cakap kepada
kita untuk menunjukkan kita apakah mereka berkata.
c) Para siswa mungkin memerlukan praktek keterampilan
kolaboratif. ini dapat dilakukan melalui aktivitas-aktivitas
seperti demonstrasi oleh guru, sandiwara peranan, dan
permainan. Di sini dapat digunakan baik contoh positif
maupun contoh negatif.
d) Keterampilan tersebut hendaknya dipadukan dalam aktivitas-
aktivitas pembelajaran. Contoh, jika kelompok mengerjakan
proyek bersama, mereka dapat ditanyakan menggunakan
keterampilan tersebut untuk mendorong yang lain
berpartisipasi. Cara lain, adalah anggota kelompok diberikan
peranan secara bergiliran berdasarkan keterampilan
31
keterampilan kolaboratif. Misalnya, seorang siswa berperan
sebagai pemuji, yang lain sebagai paraphaser (yang dipuji),
yang ketiga sebagai fasilitator, dan siswa yang kempat sebagai
penanya. Guru dapat berkeliling-keliling antar kelompok dan
mengamati penggunaan keterampilan kolaboratif yang
dirancang, dan para siswa dapat pula mengamati diri sendiri
dan anggota kelompok mereka dalam menggunakan
keterampilan kolaboratif tersebut .
e) Pemrosesan interaksi kelompok adalah penting. Satu dan
anggota lainnya dan home team siswa akan memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. Keenam, sekali keterampilan
tersebut dipikirkan, para guru perlu mendorong para siswa
untuk tekun dalam penggunaannva. Pada mulanya,
menggunakan keterampilan tersebut mungkin kelihatan aneh/
canggung dan artifciel. Memang memerlukan waktu untuk
menjadi terbiasa dalam suatu keterampilan.
Cara-cara untuk tekun tersebut, termasuk tekun untuk
memberitahukan orang tua tentang keterampilan mana yang
dipraktekkan dan menanyakan kesediaan mereka untuk membantu,
memperlakukan keseluruhan sekolah mengerjakan keterampilan
yang sama, menggunakan isyarat, dan menggunakan keterampilan
tersebut pada pembelajaran sekarang dan pada tahun berikutnya.
32
5) Pemrosesan Interaksi Kelompok
Sebagai bagian dan masing-masing unit, di mana strategi
pembelajaran kooperatif digunakan, waktu hendaknya
direncanakan paling tidak satu kali untuk para siswa mendiskusikan
bagairnana sebaiknya kelompok mereka bekerja bersama.
Pemrosesan interaksi kelompok ini membantu kelompok belajar
untuk berkolaborasi dengan lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan
selama atau di akhir kegiatan.
Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek
(Jacob, 1999). Pertama, menjelaskan tentang keberfungsian
kelompok. Contoh, anggota khusus dapat dipuji dalam waktu
tertentu saat mereka membantu menjelaskan poin yang sulit untuk
teman kelompok mereka. Kedua, kelompok akan mendiskusikan
apakah interaksi mereka perlu diperbaiki.
Kadang-kadang, guru akan meminta bahwa keterampilan
keterampilan kolaboratif khusus didiskusikan selama pemerosesan
interaksi kelompok. Guru dapat menanyakan siswa untuk
berkosentrasi bagaimana sebaiknya kelompok mereka yang tidak
membuat seseorang berhasil memahami suatu poin sebelum
melanjutkan. Pemrosesan interaksi kelompok adalah suatu unsur
kunci strategi pembelajaran kooperatif, karena dia memberikan
siswa manfaat balikan mengenai keterampilan kelompok mereka
33
dan dia memperkenalkan kepada para siswa bahwa suatu hal yang
penting adalah bagaimana sebaiknya mereka bekerja secara
bersama.
6) Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction)
Para siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu
dengan yang lain sementara mereka bekerja. Mereka mungkin
berkomunikasi secara verbal dan/ atau nonverbal. Interaksi akan
terjadi antar siswa. Ketika para siswa ditanyakan untuk bekerja
secara independen untuk seperangkat masalah, mereka secara reel
mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan kemudian
berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jawaban
tersebut. Teknik ini mencirikan interaksi tatap muka, yang
sekaligus membedakannya dengan iklim pembelajaran
individualistic.
Pertanyaan sering diajukan oleh kelompok strategi
pembelajaran kooperatif yang harus mengerjakan dengan jadwal
waktu untuk interaksi tatap muka. Kapan dan seberapa sering
kelompok itu berjumpa? Berapa banyak waktu, selama atau di luar
jam sekolah, akankah kelompok dapat menghadiri pertemuan?
Dukungan unsur-unsur lain misal, pendidikan khusus, pathologist,
bahasa percakapan, pengajaran asisten? Yang akan diregulasi
anggota kelompok? Kapan seharusnya orang yang mendukung para
34
siswa berada di dalam kelas (misalnya, guidance concelors, health
professional, konsultan luar, therapists) mengikuti pertemuan? Apa
arti anggota kelompok menyiarkan informasi secara cepat antar
mereka ketika perencanaan pertemuan formal tidak dijadwal
(misalnya, log komunikasi, sebuah papan buletin elektrik di kelas
komputer, catatan; “post-il”).
Pertanyaan tentang interaksi tatap muka akan dijawab
melalui diskusi anggota kelompok dan kesepakatan secara
kolaboratif. Waktu harus ditata untuk anggota-anggota kelompok
untuk tidak hanya merencanakan pelajaran kooperatif, tetapi juga
untuk mengevaluasi keefektifan pelajaran tersebut. Kebutuhan
untuk interaksi tatap muka juga mempengaruhi ukuran kelompok.
Literatur pada penataan strategi pembelajaran kooperatif
menganjurkan bahwa hendaknya tidak Iebih lima atau enam
anggota dalam suatu kelompok (Johnson, 1984). Keterbatasan
ukuran tersebut juga herlaku untuk kelompok-kelompok dewasa
jika masing-masing anggota memiliki cukup waktu selama
pertemuan.
Secara ringkas dapat disimpulkan hahwa suatu kerangka
teoritik dan empirik yang kuat untuk belajar kooperatif mencerminkan
pandangan bahwa manusia belajar dan pengalaman mereka dan
partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar
35
keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan
rnengembangkan sikap demokratis dan keterampilan berpikir logis.
Lundgren (1994) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim,
dkk (2000:7-8) yaitu: 1) untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa strategi ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2) memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan,
3) mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi.
c. Strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson's
(Anita Lie, 2005). Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
36
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik
kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa padat berkembang.
Pembelajaran tipe ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa
dimana kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri
dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan
kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok
diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik
kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen
beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan
dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut
kepada anggota tim lain. Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman
lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu
permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang
heterogen sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi,
dua atau tiga siswa berkemampuan sedang, dan seorang siswa
berkemampuan kurang.
Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji
cobakan oleh Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin.
37
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan empat
sampai enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu
bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota
kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan
dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas
mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik
tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim
ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah
dipelajarinya dan didiskusikan didalam kelompok ahlinya untuk
diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.
Dalam model pembelajaran ini, siswa bekerja dalam tim-tim
yang bersifat heterogen. Siswa diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk
dibaca, dan diberi “expert sheets” (lembar pakar) yang berisi topik-
topik yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan
fokus ketika membaca. Bila setiap anggota telah selesai membaca,
siswa dan tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
dalam “kelompok pakar” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar
tiga puluh menit. Para pakar tersebut kemudian kembali ke tim
mereka masing-masing dan bergiliran mengajar teman-teman dalam
tim tentang topik mereka. Akhirnya, para siswa membuat asesmen
yang mencakup semua topik, dan skor kuis menjadi skor tim. Skor
38
yang dikontribusikan para siswa kepada tim-tim mereka didasarkan
pada sistem skor perbaikan individu, dan para siswa pada tim-tim
yang mendapatkan skor tinggi bisa menerima sertifkat atau tanda
penghargaan lainnya.
Dengan demikian, siswa dapat termotivasi untuk mempelajari
materi tersebut dengan baik dan bekerja keras dalam kelompok-
kelompok pakar sehingga mereka dapat membantu tim mereka bekerja
dengan baik. Kunci bagi keberhasilan Model Jigsaw adalah saling
ketergantungan: setiap siswa tergantung pada teman-teman dalam tim
untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mendapatkan
penilaian yang baik atas pekerjaan mereka.
Dalam proses pembelajaran, menurut Slavin (1994:2) ada
beberapa tahap yang harus dilakukan untuk menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :
1. Guru harus mempersiapkan materi yang akan dipelajari siswa
2. Guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari 4-5 orang
yang heterogen
3. Guru membagikan tugas kepada tiap-tiap siswa
4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan tugas yang telah
diberikan dengan kelompok lain yang memiliki tugas yang sama.
Jika guru ingin agar siswa mendiskusikan materi itu disekolah,
maka guru harus memperhatikan/ mempertimbangkan alokasi
waktunya.
39
5. Setelah belajar bersama dengan anggota kelompok lain yang
memiliki tugas sama, siswa kembali ke kelompok masing-masing
untuk mengerjakan kuis
6. Guru memberikan penguatan kepada kelompok yang berhasil
menyelesaikan kuis dengan baik.
Persoalan yang sering muncul adalah menyangkut
akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota
kelompok lainnya hanya "mendompleng" keberhasilan "pemborong".
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok
dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman
memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelolah
konflik secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus
melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi
jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
40
Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru
memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak
hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Bila dibandingkan
dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
Menurut Ibrahim dkk (2001), keuntungan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu dapat mengembangkan
tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan
dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar
lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada
dari guru. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa.
Strategi pembelajaran tipe jigsaw memiliki beberapa
keunggulan dalam memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan
potensi diri (Tri: 2012), diantaranya:
1. Dapat menambah kepercayaan siswa akan kemampuan berpikir
kritis.
2. Setiap siswa akan memiliki tanggung jawab akan tugasnya.
41
3. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau
gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
4. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa
harga diri dan hubungan interpersonal yang positif.
5. Waktu pelajaran lebih efisien dan efektif.
6. Dapat berlatih berkomunikasi dengan baik.
Sedangkan yang menjadi kelemahan strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw (Bachtiar Toto, 2011) adalah:
1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah "peer teaching",
pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di
diskusiskan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan
guru menjadi hal mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi
"missconception".
2. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi
menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa
percaya diri. Pendidik harus mampu memainkan perannya dalam
menfasislitasi strategi ini.
3. Penilaian siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus
sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas
tersebut.
42
4. Awal penggunaan strategi ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya
butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi strategi ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa)
sangatlah sulit.
Berdasarkan pendapat diatas, yang peneliti maksudkan
dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah rancangan
pembelajaran berupa perangkat pembelajaran untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi juga harus memberikan materi tersebut kepada
kelompoknya. Peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran tipe
Jigsaw adalah bahan (materi) untuk masing-masing siswa, soal-soal
kuis dan lembar pemberian skor.
Tabel 3.
Langkah-langkah Pembelajaran strategi kooperatif tipe Jigsaw
No Tahapan Kegiatan Pembelajaran
1 Pendahuluan 1. Guru memotivasi siswa
2. Guru memberi informasi latar belakang
pelajaran dan pentingnya pelajaran
2 Persiapan 1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang
disebut kelompok inti, beranggotakan 4-5
orang. Setiap siswa diberi nomor kepala
misalnya A, B, C, D.
2. Guru membagi wacana/ tugas sesuai
dengan materi yang diajarkan. Masing-
masing siswa dalam kelompok inti
mendapat wacana/ tugas yang berbeda,
nomor kepala yang sama mendapat tugas
yang sama pada masing-masing
kelompok.
43
3. Guru mengumpulkan masing-masing
siswa yang memiliki wacana/ tugas yang
sama dalam satu kelompok yang disebut
kelompok ahli, sehingga jumlah
kelompok ahli sama dengan jumlah
wacana atau tugas yang telah
dipersiapkan oleh guru.
3 Kegiatan Inti 1. Dalam kelompok ahli ini guru
menugaskan agar siswa belajar bersama
untuk menjadi ahli sesuai dengan
wacana/ tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
2. Guru menugaskan bagi semua anggota
kelompok ahli untuk memahami dan
dapat menyampaikan informasi tentang
hasil dari wacana / tugas yang telah
dipahaminya kepada kelompok ahli.
3. Apabila tugas telah selesai dikerjakan
dalam kelompok ahli, masing-masing
siswa kembali ke kelompok kooperatif
asal/ kelompok inti.
4. Beri kesempatan secara bergiliran
masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil dari tugas di
kelompok inti.
5. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan
tugasnya secara keseluruhan, masing-
masing kelompok menyampaikan
hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi/ penguatan.
4 Penutup 1. Guru memberi informasi kepada siswa
tentang materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya
2. Guru memberikan PR
4. Strategi Pembelajaran Konvensional
Strategi pembelajaran konvensional merupakan strategi
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered), yang
mana seluruh kegiatan pembelajaran yang dikendalikan oleh guru. Wina
44
(2005) menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional meliputi aspek
guru, siswa dan buku teks.
Penjelasan yang dikemukakan wina, tidak jauh berbeda dengan
yang dijelaskan Nana Sudjana (2002) yang menyatakan bahwa dalam
pembelajaran konvensional guru cenderung mengorganisasikan
pengajarannya mengikuti urutan topik/bab yang ada dalam buku teks.
Dalam hal ini guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
kreatif dan mengembangakan kemampuan pengembangan konsep-
konsep yang ada dalam kognisi siswa, dalam membelajarkan siswa guru
cenderung guru cenderung menyukai strategi ceramah.
Sri (2004) dalam Mulyatisala 2013) menjelaskan kegiatan guru
dalam pembelajaran konvensional dilihat dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran sebagai berikut:
1. Perencanaan dibuat oleh guru berupa persiapan mengajar mencakup
tujuan, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. Tujuan
pembelajaran tidak disampaikan kepada siswa, tetapi hanya dimiliki
oleh guru. Materi yang disampaikan berdasarkan buku teks dan
tanpa diorganisir terlebih dahulu. Perancangan pembelajaran lebih
mengarah pada suatu topik , satu konsep atau prosedur yang
terpisah-pisah.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional kegiatan disesuaikan
dengan persiapan mengajar yang telah disusun guru. Dalam
pemberian materi guru tidak menjelaskan tujuan yang ingin dicapai,
45
untuk menghubungkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari dg
yang baru, guru memberikan apersepsi dg cara guru melakukan
tanya jawab dengan siswa , selanjutnya materi dijelaskan dengan
buku teks yang digunakan diselingi dengan tanya jawab
3. Dalam pelaksanaan evaluasi guru memberikan tes tertulis dan tidak
adanya umpan balik dari guru terhadap hasil evaluasi tersebut
Namun menurut Ahmadi (2005) strategi pembelajaran seperti ini
dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama dalam hal:
1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
2. Menyampaikan informasi dengan cepat
3. Membangkitkan minat akan informasi
4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan
mendengarkan
2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik
dengan apa yang dipelajari
3. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
4. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
46
Strategi pembelajaran konvensional pada dasarnya dilakukan
dengan ceramah , dimana metode ini menuntut guru untuk menguasai
materi secara mendalam. Kelemahan strategi pembelajaran konvensional
adalah dalam proses pembelajaran, dimana guru dalam mengajar
cenderung hanya memenuhi tuntutan pencapaian target kurikulum,
kecenderungan ini berakibat pada pembelajaran siswa yang tidak
dibiasakan untuk mencoba menemukan pengetahuan atau informasi itu.
Akibatnya pengetahuan yang dimiliki siswa cepat terlupakan dan tidak
bermakna dalam kehidupan sehari-hari, sebab dalam hal ini guru seolah
memindahkan sebagian pengetahuannya kapada siswa, dengan harapan
siswa memiliki kemampuan yang sama dengannya.
Tabel 4.
Langkah-langkah pembelajaran
Strategi pembelajaran konvensional
No Tahapan Kegiatan Pembelajaran
1 Pendahuluan
6. Guru memotivasi siswa
7. Guru memberi informasi latar belakang
pelajaran dan pentingnya pelajaran
2 Persiapan 1. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa
2. Siswa membuka buku paket dan
membacanya
3 Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi secara klasikal
2. Siswa mengerjakan soal dan latihan
3. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
mengerjakan soal latihan di papan tulis
4. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi
yang kurang jelas
4 Penutup 1. Guru bersama siswa mengambil
kesimpulan dari materi yang dipelajari
2. Guru memberikan PR
47
Berdasarkan uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
pembelajaran konvensional merupakan cara yang biasa dipakai oleh guru
dalam pemberian materi. Dari bagian-bagian materi yang ada guru
memilih materi yang akan diajarkan dan menuangkan dalam persiapan
mengajar tanpa mengorganisasikan dan memperhatikan struktur isi
bidang studi secara keseluruhan, hal ini menyebabkan siswa tidak
menerima bagian yang utuh dari kesatuan, bukan yang seharusnya
dipelajari, karena pembelajaran lebih berorientasi kepada guru.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian Johnson (1984) mengungkapkan bahwa situasi belajar
kooperatif cenderung meningkatkan perolehan hasil balajar yang lebih
tinggi daripada belajar secara konvensional, perseorangan atau tradisional.
2. Hasil penelitian Yuniarti Suarti (2003) dalam penelitiannya tentang upaya
peningkatan krativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi
Cooperative Learning Model Jigsaw, menyimpulkan :
a. Pada siklus pertama kreativitas siswa dalam bertanya dan memberikan
penjelasan telah berada pada tahap instruksional
b. Pada siklus kedua terjadi peningkatan proporsi siswa yang bertanya
dan memberikan penjelasan
48
c. Pada siklus ketiga terjadi pada peningkatan yang luar biasa, baik dari
jumlah yang bertanya, memberikan penjelasan, kerjasama diantara
siswa, pembagian tugas dan kepemimpinan.
3. Hasil penelitian Rani Gusti (2001) mengungkapkan, bahwa siswa yang
diajar melalui strategi pembelajaran kooperatif memperoleh hasil belajar
fisika lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa yang
diajar melaui pembelajaran konvensional.. Baik ditinjau dari keseluruhan,
dari kemampuan awal siswa tinggi, maupun dari kemampuan awal siswa
rendah.
4. Hasil penelitian Desiwarni (2004), mengungkapkan bahwa Strategi
pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal dan
Pengetahuan Awal terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS Siswa,
dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.
5. Hasil penelitian Sukarno (2006), membandingkan penerapan Strategi
pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan Pengetahuan Awal dan
Pengetahuan Awal dan konvensional pada mata kuliah statistik. Hasil
yang diperoleh membuktikan bahwa strategi pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar.
6. Hasil penelitian Fanhayus (2006), membandingkan penerapan metode
tartil dan minat belajar terhadap hasil belajar membaca al- Qur‟an. Hasil
yang diperoleh membuktikan bahwa metode tartil dapat meningkatkan
hasil belajar.
49
C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil
belajar agama Islam siswa berpengetahuan awal tinggi dan siswa
yang berpengetahuan awal rendah
Dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, suasana kelas dirancang dan dibangun sedemikian
rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya. Rancangan pembelajaran ini barupa perangkat
pembelajaran untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus memberikan
dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Interaksi yang terjadi antar siswa dalam pembelajaran akan dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dinamis sehingga
siswa semakin termotivasi untuk belajar, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar.
2. Pengaruh Strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar
agama Islam siswa berpengetahuan awal tinggi dan siswa yang
berpengetahuan awal rendah
Pada pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
konvensional, guru menggunakan komunikasi satu arah dimana guru
memberikan penjelasan kepada sejumlah siswa secara lisan, sementara
50
siswa mendengarkan dan mencatat. Dalam strataegi pembelajaran
konvensional guru dapat menghemat waktu, menyampaikan konsep dalam
jumlah yang diinginkan, dan menguraikan sekali saja suatu masalah untuk
sampai kepada siswa.
Strategi yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional
antara lain adalah ekspositori. Dimana dalam hal ini terpusatnya kegiatan
pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada saat
ini dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus
berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan
contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan
dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa
pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara
individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat
bertanya pada temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis.
Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada
guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.
Dengan keterbatasan ruang dan tenaga pengajar, strategi ini cukup
efektif dalam menyelesaikan kurikulum, sehingga siswa menerima seluruh
materi sesuai pokok bahasan yang pada akhirnya dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar.
51
3. Pengaruh strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar agama Islam siswa
berpengetahuan awal tinggi dan siswa yang berpengetahuan awal
rendah
Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran konvensional dirancang
untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan. Kedua strataegi tersebut masing-masing akan memberikan
pengaruh yang cukup signifikan kepada masing-masing siswa, sehingga
baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil
belajar.
Kalau variabel terikat dipengaruhi variabel bebas maka interaksi
bisa terjadi antara variabel tersebut yaitu terjadi pengaruh berbeda dari
salah satu diantara kedua variabel itu pada tingkat yang berbeda dari
variaabel lainnya. Kalau interaksi itu ada, maka perlakuan perlakuan
terhadap hasil bagi kedua tingkat pengetahuan awal tinggi dan
pengetahuan awal rendah akan berbeda. Apabila interaksi itu tidak ada
maka pengaruh perlakuan akan sama bagi kedua pengetahuan awal.
4. Interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal siswa
terhadap hasil belajar siswa.
Dalam interaksi antara strategi pembelajaran dengan pengetahuan
awal terhadap hasil belajar akan terlihat, apakah siswa yang memiliki
52
pengetahuan awal tinggi akan lebih baik diajar dengan strategi kooperatif
tipe jigsaw atau diajar dengan strategi konvensional. Hal itu juga diihat
pada siswa yang memiliki pengetahuan awal rendah, apakah siswa yang
memiliki pengetahuan awal rendah akan lebih baik diajar dengan strategi
kooperatif tipe jigsaw atau diajar dengan strategi konvensional.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar agama Islam
siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan awal tinggi yang
diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi
daripada hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional.
3. Hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan awal rendah yang
diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi
daripada hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional.
4. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan pengetahuan awal
siswa dengan hasil belajar siswa.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen, dengan rancangan penelitian menggunakan model
quasi experiment, karena dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk
mengontrol atau memodifikasi semua variabel yang relevan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Batusangkar, dimana
selama ini guru melaksanakan pembelajaran PAI dengan strategi konvensioanl
namun menunjukan rata-rata hasil belajar siswa tinggi dan mencapai rata-rata
83,6 (lihat tabel 1). Sehingga hal tersebut menjadi alasan kuat penulis untuk
menjadikan sekolah ini menjadi tempat penelitian, karena bisa sebagai
perbandingan hasil, dimana dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw di sekolah ini apakah akan lebih meningkatkan hasil belajar siswa atau
tidak jauh berbeda dengan penerapan konvensional.
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan dimulai dari tanggal 18
September sampai 18 Oktober 2012, yang dilakukan pada kelas VII pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
54
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
5 Batusangkar tahun pelajaran 2011/2012. Dimana Menurut Arikunto
(2002 : 108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jumlah siswa
orang yang terdristribusi dalam tiga kelas seperti terlihat pada tabel
berikut:
Tabel 6.
Distribusi Populasi Siswa Kelas VII SMPN 5 Batusangkar
Kelas Jumlah Siswa
VII 1 20
VII 2 19
VII 3 20
Jumlah 118
Sumber: Tata Usaha SMPN 5 Batusangkar
2. Sampel
Dari populasi yang ada diambil dua kelompok sampel yang
homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah tekhnik randoom sampling.
Tekhnik randoom sampling adalah “pengambilan sampel secara acak
dengan menggunakan hal-hal tertentu sesuai dengan tujuan penelitian”.
(Sudjana, 2002:168) dan kelompok sampel yang diambil berpedoman pada
hasil ulangan harian semester 1 yang mendekati sama dan diajarkan oleh
guru yang sama maka yang dijadikan kelas eksperimen adalah Kelas VII 2
55
untuk pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dan kelas VII 3 sebagai kelas kontrol.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas yaitu strategi pembelajaran yang terdiri dari strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi pembelajaran
Konvensional.
2. Variabel kontrol adalah pengetahuan awal siswa yang terdiri dari
pengetahuan Awal Tinggi dan pengetahuan awal rendah.
3. Variabel terikat adalah Hasil Belajar siswa dalam mata pelajaran agama
Islam yang diperoleh setelah mengikuti tes yang dilaksanakan setelah
adanya perlakuan (postest).
E. Defenisi Operasional
Adapun secara operasional variabel-variabel diatas dapat
didefenisikan sebagai berikut :
1. Strategi Pembelajaran konvensional
Strategi belajar yang biasanya dilaksanakan oleh guru agama SMPN 5
Batusangkar berupa ceramah, kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran, menitik beratkan sumber bacaan pada buku paket,
umumnya menggunakan media papan tulis.
56
2. Strategi Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Strategi belajar yang diterapkan peneliti dengan melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang siswa perkelompok, dimana siswa tersebut bekerja
dalam tim dalam mendiskusikan topik materi pelajaran agama Islam.
3. Pengetahuan Awal
Pengetahuan dasar siswa kelas VII SMPN 5 Batusangkar dalam materi
pelajaran agama Islam sebelum dikenai perlakuan, yang terlihat dari hasil
tes kemampuan awal yang diberikan sebelum pembelajaran.
4. Hasil Belajar Agama Islam
Adalah Hasil belajar dari materi pelajaran agama Islam siswa kelas VII
SMPN 5 Batusangkar pada semester ganjil dalam bentuk nilai yang
diperoleh melalui tes yang dilakukan setelah dikenai perlakuan selama
proses penelitian lapangan..
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen merupakan alat untuk pengumpulan data, dan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan tiga
instrumen. Instrumen utama berupa rencana pembelajaran dan dua instrumen
lain berupa tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan awal siswa dan hasil belajar agama Islam (postest). Soal
berbentuk objektif yang terdiri dari pernyataan yang dilengkapi lima alternatif
jawaban. Langkah penyusunan tes dilakukan menggunakan prosedur yang
dikembangkan oleh Ali (1993 : 84) yaitu :
57
1. Merumuskan tujuan pengukuran
2. Mengembangkan kisi-kisi soal
3. Menulis butir-butir soal dengan mengacu kapada kisi-kisi soal
4. Menyusun urutan nomor butir-butir dengan urutan yang dipandang
rasional
5. Menguji coba tes kepada sampel yang berbeda dengan sampel penelitian.
Untuk hal ini digunakan kelas VII 1 yang tidak menjadi sampel
berdasarkan pertimbangan agar tidak terjadi kebocoran soal/ bias
6. Menganalisis data hasil tes uji coba yaitu untuk melihat validitas,
releabilitas, indeks kesukaran, daya pembeda dan efektivitas alternatif
jawaban butir soal yang telah disusun.
1. Uji validitas instrumen
Menurut Arikunto (2005:170) validitas adalah tingkat suatu tes
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas data penelitian
ditentukan oleh proses pengukuran yang kuat. Suatu instrumen
pengukuran dikatakan validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk pengujian validitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan penilaian dan empirik (Ali, 1993: 88). Selanjutnya agar desain
penelitian ini memadai uji hipotesis, maka perlu dikontrol validitasnya
dalam pelaksanaan perlakuan.
58
Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara menyusun butir soal
berdasarkan ruang lingkup materi yang dipelajari. Hasil pengujian
validitas secara empirik dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product momen sebagai berikut :
rxy = koefesien korelasi
X = Jumlah siswa yang menjawab betul untuk soal nomor x
Y = Jumlah siswa yang menjawab betul untuk soal nomor y
N = Jumlah subjek
Kriterianya adalah :
0,80 < rxy ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60< rxy ≤ 0,80 tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 sedang
0,20 < rxy ≤ 0,40 rendah
0,00< rxy ≤ 1,20 sangat rendah (Suharsimi : 1999)
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten walaupun diberikan pada orang yang berbeda deangan
pertanyaan yang sama. Reliabilitas soal ditentukan dengan menggunakan
rumus KR-20 seperti dikemukakan Suharsimi (1986:98) sebagai berikut :
r11= ( n ) (S2 - ∑pq)
Keterangan:
59
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
S = standar deviasi
P = proporsi subjek yang menjawab benar
q = proporsi subjek yang menjawab salah
= 1-p
∑pq = Jumlah hasil kali antara p dan q
Kriterianya adalah :
0,8 < r11 ≤ 1,0 sangat tinggi
0,6 < r11 ≤ 0,8 tinggi
0,4 < r11 ≤ 0,6 sedang
0,2 < r11 ≤ 0,4 rendah
0,0 < r11 ≤ 1,2 sangat rendah
3. Indeks Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dilakukan dengan menganalisis
tes hasil uji coba dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = ∑B
N
Keterangan :
P = indeks kesukaran soal
∑B = jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar pada suatu butir
soal
60
N = jumlah siswa yang memberikan jawaban
Penafsiran terhadap indeks p adalah , P≥ 0,80 : soal dianggap terlalu
mudah, p < 0,20 : soal terlalu sulit dan 0,20 < P < 0‟80 : soal dianggap
baik untuk kepentingan penelitian (Ali, 1993: 86).
4. Daya Pembeda
Daya pembeda (D) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa (berkemampuan
rendah). Angka menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi
(D).
Klasifikasi daya pembeda
0,00 – 0,20 = Jelek (poor)
0,20 - 0,40 = Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 = Baik (good)
0,70 – 1,00 = Lebih Baik (Excellent)
Negatif : semuanya tidak, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai
D negatif, sebaiknya dibuang
RUMUS :
D = BA – BB = PA – PB
JA JB
Keterangan :
J = Jumlah peserta terbatas
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
61
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
5. Keefektifan Alternatif Jawaban
Keefektifan alternatif jawaban (option) dilihat pada alternatif
jawaban yang dipilih oleh kelompok lamban. Distribusi alternatif jawaban
dianggap efektif jika kelompok lamban memilih jawaban yang menyebar
pada semua jawaban (Maryunis, 1989)
Setelah melakukan analisis terhadap data hasil tes uji coba, Ali
(1993 : 87) melakukan aturan umum dalam melakukan revisi sebagai
berikut :
a. Butir soal sepenuhnya harus direvisi atau diganti, bila memiliki indeks
P < 0,30 dan atau D < 0,40
b. Butir soal direvisi ringan, bila memiliki P < 0,80 dan atau 0,40 < D <
0,70
c. Kemungkinan jawaban sepenuhnya harus direvisi atau diganti bila
terjadi salah kunci dan atau salah kecoh.
G. Rancangan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa, dilakukan
dengan mengadakan tes kemampuan awal yang dimaksudkan untuk
62
membedakan siswa yang berkemampuan awal tinggi dan siswa yang
berkemampuan awal rendah dengan analisis data penelitian. Peneliti
memberi perlakuan pada kelas eksperimen dan tidak ada perlakuan pada
kelas kontrol, berikutnya diadakan postest untuk memperoleh data yang
akan dianalisis.
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini
menggunakan desain faktorian 2x2 dengan visualisasi rancangan tabel
penelitian sebagai berikut :
Tabel 7.
Rancangan Penelitian
Variabel
Strategi Mengajar
Jigsaw
(B1)
Konvensional
(B2)
Pengetahuan
Awal
Tinggi (A1) A1B1 A1B2
Rendah (A2) A2B1 A2B2
Keterangan :
A1B1 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang
diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
A2B1 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang
diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
A1B2 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang
diberikan perlakuan pembelajaran konvensional
A2B2 : Kompetensi kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang
diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
63
H. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah eksperimen dalam penelitian ini menggunakan
prosedur yang dikembangkan oleh Ali (1993:143) sebagai berikut :
1. Memilih sampel penelitian yang memiliki latar belakang sama
(homogen)
2. Menentukan kelas yang akan diberi perlakuan dan kelas kontrol
3. Mengadakan tes kemampuan awal siswa
4. Memberi perlakuan terhadap kelas eksperimen, dan melakukan
pembelajaran seperti biasa pada kelas kontrol.
5. Mengadakan postest untuk memperoleh hasil belajar
6. Menganalisis data hasil postest dengan menggunakan metode statistika
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dari instrumen berupa tes
yang dikenakan kepada siswa SMPN 5 Batusangkar yang menjadi sampel
penelitian. Untuk menghindari terjadinya bias, hasil yang diperoleh dari
instrumen berupa tes, dengan melakukan beberapa hal yaitu :
1. Tes dilaksanakan secara serentak, hal ini dilakukan untuk menghindari
kebocoran soal
2. Tes disusun berbentuk objektif, hal ini guna menghindari penilaian
bersifat subjektif
64
J. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan
data dengan komputer yang memakai program SPSS versi 18, lalu
melakukan analisis statistik atau melakukan hipotesis. Sebelum dilakukan
uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang
meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas. Setelah dilakukan uji
persyaratan analisis selanjutnya data penelitian dianalisis dengan
menggunakan analisis variansi dwifaktor (Walpole ; 1986: 445) pada taraf
signifikansi 0,05, dari hasil pengumpulan data setelah dilakukan perlakuan
terhadap kedua strategi mengajar. Penggunaan angka tersebut didasarkan
pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh
peneliti, jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan
adalah sebesar 95%.
Sesuai hipotesis yang diuji, maka analisis data dilakukan dengan
dua pengujian yaitu :
1. Uji T untuk melihat perbedaan hasil belajar agama Islam yaitu :
a. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar
agama Islam siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
konvensional.
b. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan
awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif Tipe
65
Jigsaw dengan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan
awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional.
c. Perbedaan hasil belajar agama Islam siswa yang berkemampuan
awal rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif
Tipe Jigsaw dengan hasil belajar agama Islam siswa yang
berkemampuan awal rendah yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional.
2. Analisis varians (ANOVA) dua arah untuk menguji hipotesis tentang
interaksi strategi pembelajaran dan pengetahuan awal siswa terhadap
hasil belajar.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Hasil nilai dari perlakuan kelas eksperimen dan kelas kontrol
sehubungan dengan hasil belajar Agama Islam siswa SMPN 5 Batusangkar
yang di laksanakan 4 x pertemuan akan diuraikan sebagai berikut:
Tabel 8.
Hasil tes pengetahuan awal dan hasil PAI siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol
statistik
kelas eksperimen kelas kontrol
p. awal hasil
belajar p. awal
hasil
belajar
N 18 18 18 18
rata-rata 76,48 82,41 79,2556 81,48
Median 76,7 83,3 80,0 81,65
modus 83,3 86,7 80,0 80.00
Std. Deviasi 5,98 5,93 4,66 3,99
Variance 35,73 35,13 21,7 15,99
Range 16,6 20, 16,7 13,4
nilai terendah 66,7 73,3 70,0 73,3
nilai tertinggi 83,3 93,3 86,7 86,7
total 1376,6 1483,3 1426,6 1466,7
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil belajar PAI siswa di kelas kontrol
dan di kelas eksperimen untuk kelas kontrol pelaksanaan proses belajar
mengajarnya berlangsung seperti biasa, sedangkan untuk kelas eksperimen
proses pembelajarannya dilakukan dengan strategi kooperatif tipe jigsaw.
66
67
1. Kelas eksperimen (pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)
1.1. Hasil tes pengetahuan awal siswa
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelas eksperimen
adalah sebagai berikut : nilai rata-rata 76,48, nilai tertinggi 83,3, nilai
terendah 66.70, standar deviasi 5,98, dan variansinya 35,73. Distribusi
frekuensinya dapat dilihat pada tabel 9 dan histogram di bawah ini :
Tabel 9.
Hasil Tes Pengetahuan Awal Siswa Kelas Eksperimen
No. kelas kelas interval frekuensi persentase
1 66.7-69.7 2 11%
2 70.7-73.7 5 28%
3 74.7-77.7 3 17%
4 78.7-81.7 3 17%
5 82.7-85.7 5 28%
total 18 100%
Gambar 1 : Histogram batang dan kurva normal hasil tes
pengetahuan awal kelas eksperimen
68
a. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
pengetahuan awal tinggi kelas eksperimen sebagai berikut: nilai
rata-rata 81.47, nilai tertinggi 83.3, nilai terendah 76.7, standar
deviasi 2.40, dan variansinya 5.75.
b. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok rendah
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
pengetahuan awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai
rata-rata 71.47, nilai tertinggi 76.7, nilai terendah 66.70, standar
deviasi 3.76, dan variansinya 14,17.
1.2. Hasil Belajar Siswa
Data hasil tes akhir siswa kelas eksperimen adalah sebagai
berikut : nilai rata-rata 81.47, nilai tertinggi 93.3, nilai terendah 73.3,
standar deviasi 2.4 dan variansinya 35.73. Distribusi frekuensinya
dapat dilihat pada tabel 10 dan histogram di bawah ini :
Tabel 10:
Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
No. kelas kelas interval frekuensi persentase
1 73.3 – 77.3 5 28%
2 78.3 – 82.3 2 11%
3 83.3 – 87.3 9 50%
4 88.3 – 92.3 1 6%
5 93.3 – 97.3 1 6%
total 18 100%
69
Gambar 2 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil
Belajar Kelas Eksperimen
a. Hasil Belajar siswa kelompok tinggi
Data tes hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
pengetahuan awal tinggi kelas eksperimen sebagai berikut: nilai
rata-rata 86.3, nilai tertinggi 93.3, nilai terendah 80.0, standar
deviasi 3.89, dan variansinya 15.13.
b. Hasil Belajar siswa kelompok rendah
Data tes hasil belajar siswa kelompok pengetahuan
awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 78.5,
nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3, standar deviasi 5.04 dan
variansinya 25.40.
70
2. Kelas Kontrol
2.1. Hasil tes pengetahuan awal siswa
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelas kontrol adalah sebagai
berikut : nilai rata-rata 79.26, nilai tertinggi 86.7, nilai terendah
70.0, standar deviasi 4.66, dan variansinya 21.7, distribusi
frekuensinya dapat dilihat pada tabel 11 dan histogram di bawah ini :
Tabel 11 :
Tabel distribusi frekuensi pengetahuan awal siswa kelas kontrol
No. kelas kelas interval frekuensi persentase
1 70.0 - 73.0 4 22%
2 74.0-77.0 2 11%
3 78.0-81.0 7 39%
4 82.0-85.7 3 17%
5 86.7-89.7 2 11%
total 18 100%
Gambar 3 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil Tes
Pengetahuan Awal Kelas Kontrol
71
a. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
pengetahuan awal tinggi kelas kontrol sebagai berikut : nilai rata-
rata 82,59 nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 80.0, standar deviasi
2.79, dan variansinya 7.77.
b. Hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok rendah
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
pengetahuan awal rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai
rata-rata 75.92, nilai tertinggi 80.0, nilai terendah 70.00, standar
deviasi 3.65, dan variansinya 13.35.
2.2. Hasil belajar siswa
Data tes hasil belajar siswa kelas kontrol adalah sebagai
berikut : nilai rata-rata 81.48, nilai tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3,
standar deviasi 3.99, dan variansinya 15.99. Distribusi frekuensinya
dapat dilihat pada tabel 12 dan histogram di bawah ini :
Tabel 12.
Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
No. kelas kelas interval frekuensi persentase
1 73.3 – 75.3 1 5%
2 76.3 – 78.3 3 16%
3 79.3 – 81.3 5 26%
4 82.3 – 84.3 6 32%
5 85.3 – 87.3 4 21%
total 19 100%
72
Gambar 4 : Histogram Batang dan Kurva Normal Hasil Belajar
Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil pengelompokkan nilai siswa kelompok tinggi, dan
rendah, maka diperoleh:
a. Hasil tes hasil belajar siswa kelompok tinggi
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok tinggi
kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 83.7, nilai tertinggi
86.7, nilai terendah 80.0, standar deviasi 2.62, dan variansinya
6.88.
b. Hasil tes hasil belajar siswa kelompok rendah
Data hasil tes pengetahuan awal siswa kelompok
rendah kelas kontrol sebagai berikut: nilai rata-rata 79.27, nilai
tertinggi 86.7, nilai terendah 73.3, standar deviasi 4.01, dan
variansinya 16.06.
73
B. Pengujian Persyaratan Hipotesis
Berdasarkan pada metodologi penelitian bahwa sebelum uji hipotesis
dilakukan persyaratan pengujian hipotetesis yaitu uji normalitas dan
homogenitas data. Untuk uji normalitas dengan uji f. Hasil dari pengujian
sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors pada taraf
signifikansi α=0,05. Hasil uji normalitas dari masing-masing variabel
penelitian, baik siswa yang belajar dengan strategi konvensional maupun
yang belajar dengan strategi kooperatif tipe jigsaw yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 13.
Uji Normalitas pengetahuan awal
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Pengetahuan awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan
1 Kelas Kontrol 0.175 0.207 Data Normal
2 Kelas Eksperimen 0.1113 0.207 Data Normal
Hasil pengujian dari kedua kelompok kelas perlakuan tersebut
menunjukan bahwa data dari kedua kelas lebih kecil dari F tabel
(Ftabel>Fhitung), maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 14.
Uji Normalitas hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Hasil Belajar F. Hitung F. Tabel Kesimpulan
1 Kelas Kontrol 0.1152 0.207 Data Normal
2 Kelas Eksperimen 0.1180 0.207 Data Normal
74
Hasil dari pengujian normalitas kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilihat dari hasil belajar siswa yaitu data berdistribusi normal
karena F tabel lebih besar dari F hitung.
Tabel 15.
Uji Normalitas Pengetahuan Awal Tinggi
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Pengetahuan awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan
1 Kelas Kontrol 0.1071 0.2875 Data Normal
2 Kelas Eksperimen 0.0954 0.2875 Data Normal
Tabel 16.
Uji Normalitas Pengetahuan Awal Rendah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Pengetahuan Awal F. Hitung F. Tabel Kesimpulan
1 Kelas Kontrol 0.0389 0.2875 Data Normal
2 Kelas Eksperimen 0.0511 0.2875 Data Normal
Hasil dari pengujian normalitas kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilihat dari pengetahuan siswa yaitu siswa yang mempunyai
pengetahuan awal tinggi dan siswa yang mempunyai pengetahuan awal
rendah menunjukan bahwa data berdistribusi normal karena F tabel lebih
besar dari F hitung.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji F, karena dalam hal ini
peneliti hanya membandingkan dua kelompok perlakuan yaitu antara
siswa yang belajar PAI dengan strategi kooperatif tipe jigsaw dengan
75
siswa yang belajar seperti biasa (strategi konvensional). Hasil dari
perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut:
a. Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 17.
Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No eksperimen dan kontrol F. Hitung F. Tabel Kesimpulan
1 Pengetahuan awal 1.65 3.27 Data Normal
2 Hasil belajar 2.2 3.27 Data Normal
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari pengujian
persyaratan analisis uji normalitas dan homogenitas data berdistribusi
normal karena F tabel lebih besar dari F hitung pada taraf signifikan α
0,05. Karena data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian
hipotesis dapat dilakukan.
b. Uji homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Hasil uji homogenitas varian untuk siswa dengan pengetahuan
pengetahuan tinggi dan rendah pada kedua strategi diperoleh F hitung
= 2,46 dan dengan dk (8.8) diperoleh F tabel = 3,44. Dengan demikian
F hitung < dari F tabel sehingga dapat disimpulkan varian data kedua
sampel homogen. Kelengkapan data dapat dilihat pada tabel berikut :
76
Tabel 18.
Uji Homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah
pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data
Strategi pembelajaran
jigsaw konvensional
9 9
Pengetahuan
awal
Tinggi 5,75 7,77
Rendah 13,35 14,17
Rata-rata 9,55 10.97
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pertama
Hasil belajar PAI siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran konvensional. Hal tersebut tergambar dalam tabel
berikut :
Tabel 19.
Uji Hipotesis Pertama
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
Kelompok data
N 1= 18
X = 82,41
S2
= 35,13
N 1= 18
X = 81,48
S2
= 15,99
t hitung 0,75
t table 2,03
kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho dirima, H1
ditolak
Ini berarti thitung < ttable. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima
selanjutnya hipotesis penelitian (HI) ditolak. artinya hasil belajar PAI siswa
77
yang diajar dengan strategi kooperatif tipe jigsaw tidaklah signifikan terhadap
hasil belajar siswa.
Hipotesis Kedua
Hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal tinggi yang diajar
dengan strategi kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
yang berpengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.
Hal tersebut tergambar dalam tabel berikut :
Tabel 20.
Uji Hipotesis Kedua
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
Kelompok data
N 1= 9
X = 86,70
S2
= 15,13
N 1= 9
X = 83,70
S2
= 6,88
t hitung 5,2
t table 2,12
Kesimpulan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, H1
diterima
Ini berarti thitung > ttabel.. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak
dan (HI) diterima. artinya hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal tinggi
yang diajar dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada siswa
berpengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.
Hipotesis Ketiga
Hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal rendah yang diajar
dengan strategi kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang
78
berpengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi konvensional. Hal
tersebut tergambar dalam tabel berikut :
Tabel 21.
Uji Hipotesis Ketiga
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
Kelompok data
N 1= 9
X = 78.51
S2
= 25.4
N 1= 9
X = 79.27
S2
=16.06
t hitung -0.70
t tabel 2.03
kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho diterima, H1
ditolak
t hitung < ttable.. Dengan demikian hipotesis nol (H0) diterima dan (HI)
ditolak artinya hasil belajar PAI siswa berpengetahuan awal rendah yang
diajar dengan strategi kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih tinggi daripada siswa
berpengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi konvensional.
Hipotesis keempat
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan ANOVA dua arah,
data pengujian hipotesis dapat diketahui dan dilihat sesuai dengan tabel di
bawah ini:
Tabel 22.
Uji Hipotesis Keempat (ANOVA)
Sumber varians DK SS MS F hitung F tabel
Baris (A) 1 336.11 336.11 21.18
4.15
Baris (B) 1 7.65 7.65 0.5
Interaksi AB 1 25.36 25.35 1.66
Dalam sel 32 507.7 15.87
Total 35 876.82
79
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa:
F hitung = 1,66
F tabel = 4,15
Untuk interaksi AxB, hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung. artinya
efek faktor strategi pembelajaran terhadap hasil belajar tidak tergantung pada
faktor pengetahuan awal.
D. Pembahasan
1. Hipotesis pertama
Menurut (Drajat, 1992), ajaran Islam tidak memisahkan antara
iman dan amal shaleh, oleh karena itu pendidikan Islam sekaligus
merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran
Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama.
Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang
dalam pemahaman pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba.
Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya
pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung
seumur hidup, di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat.
Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw suasana
belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara
sesama anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan
memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Proses pengembangan
80
kepribadian yang demikian, juga membantu mereka yang kurang berminat
menjadi lebih bergairah dalam belajar. Siswa yang kurang bergairah
dalam belajar akan dibantu oleh siswa lain yang mempunyai gairah lebih
tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah
dipelajarinya.
Aronson, dkk (Marning dan Lucking, 1991) dari penelitiannya
menyimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan strategi jigsaw menjadi
lebih menyukai teman-temannya dalam satu kelompok belajar. Dengan
belajar kooperatif mereka saling menghargai dan saling peduli satu sama
lain, sehingga mampu memperbaiki sikap dan perilaku kepada sesama
manusia serta meningkatkan hubungan interpersonal di antara mereka.
Chun-Yen dan Song-Ling (1999) menunjukkan bahwa kelompok belajar
jigsaw memiliki kinerja akademik yang lebih tinggi, berkurang
prasangkanya, dan meningkat hubungan sosialnya dibandingkan dengan
kelompok belajar konvensional.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa strategi
pembelajaran tipe jigsaw mewujudkan hakikat pembelajaran agama Islam
yakni berupa ajaran untuk perubahan sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama. Dimana
dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw saling menghargai dan
saling peduli satu sama lain, sehingga mampu meningkatkan hubungan
baik interpersonal.
81
Beranjak dari rumusan masalah pertama, apakah hasil belajar
agama Islam kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam
kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional ?
Dalam strategi kooperatif tipe Jigsaw siswa dituntut aktif terlibat
dalam proses pembelajaran, hal ini membuat siswa terbiasa mengaktifkan
pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk memperoleh
pengetahuan baru melalui penglihatan, analisis, sharing dengan teman dan
membangun kesadaran tentang proses yang dilakukan. Hal ini dapat
mendukung peningkatan hasil belajar siswa karena secara berangsur siswa
terbiasa membangun proses berfikir melalui kegiatan belajar kelompok
yang dirancang guru.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Lie (2004) yang
menyatakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat beberapa
karakteristik serta keunggulan antara lain :
a. Saling ketergantungan secara positif antara anggota kelompok,
karena keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Ketergantungan positif tercapai jika masing-masing
anggota kelompok merasa satu dengan yang lain, dan suatu
keberhasilan dirasakan apabila setiap anggota kelompoknya belum
berhasil.
b. Tanggung Jawab Individu dalam kelompok, sehingga setiap orang
perlu merasakan tanggung jawab secara individual untuk keberhasilan
82
kelompok mereka. Hal ini terlihat saat melaporkan hasil kerjanya
kepada kelompok yang membutuhkan pertolongan, dorongan dan
semangat kerja.
c. Interaksi Tatap Muka ( face to face interaction), dalam mewujudkan
kerjasama yang baik untuk mencapai keberhasilan bersama dalam
membagi permasalahan, saling membantu, saling menghargai,
mendukung untuk keberhasilan kelompoknya.
d. Adanya komunikasi antar kelompok yang didalamnya terdapat
musyawarah untuk mencapai tujuan serta keinginan untuk
mempertahankan efektivitas hubungan kerja sehingga senantiasa
muncul upaya perbaikan yang secara terus menerus dalam mencapai
keberhasilan.
e. Adanya keterampilan untuk kerjasama yang diperlukan untuk
memfungsikan kelompok yang efektif, dan melibatkan setiap anggota
untuk dilatih dan diajarkan sebelum kelompok tersebut mengerjakan
tugas pembelajaran.
Namun selama penelitian dengan penerapan strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa terbukti tidak berbeda dengan
strategi konvensional hal ini disebabkan karena siswa hanya fokus pada
kegiatan belajar kelompok yang menarik perhatian mereka, sehingga
kurang memperhatikan prestasi individu dirinya untuk meningkatkan
hasil belajarnya. Hal lain yang mendukung temuan tidak terdapat
perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajar dengan strategi
83
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hasil belajar siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran konvensional dikarenakan strategi
kooperatif tipe jigsaw merupakan hal baru bagi siswa, sehingga siswa
hanya merasakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran dan belum
fokus pada peningkatan hasil belajarnya.
Hasil pengujian hipotesis pertama mengungkapkan hasil belajar
PAI kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak berbeda dengan hasil belajar
kelompok siswa yang diajar dengan strategi konvensional
2. Hipotesis Kedua
Rumusan hipotesis kedua dalam peneletian ini adalah, apakah
hasil belajar agama Islam kelompok siswa yang memiliki pengetahuan
awal tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw lebih tinggi daripada hasil belajar agama Islam kelompok siswa
yang memiliki pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional ?
Informasi yang akan diserap oleh siswa sangat ditentukan oleh
pengetahuan awal yang sudah dimilikinya. Pengetahuan awal tersebut
berfungsi sebagai penentu kesiapan belajar siswa menuju tahap
berikutnya. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi tentunya akan
mudah mengikuti pelajaran selanjutnya sedangkan siswa yang memiliki
84
pengetahuan awalnya rendah akan menemui kesulitan dalam
pembelajaran.
Kemampuan awal masing-masing siswa sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa tersebut. Hasil penelitian Sukarno (2006),
membandingkan penerapan Strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
dan Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Awal dan konvensional pada
mata kuliah statistik. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar.
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan
dengan berorientasi kepada pencapaian hasil belajar berdasarkan prestasi
kelompok. Peran individu dalam kelompok terdapat saat individu sebagai
anggota kelompok ahli yang bertanggung jawab menyampaikan hasil
temuannya kepada teman kelompoknya. Akibatnya sebagian anggota
kelompok yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih terlatih
untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini terlihat dari temuan bahwa
hasil belajar siswa berkemampuan awal tinggi yang diajar dengan strategi
kooperatif tipe jigsaw lebih dari hasil belajar siswa yang berkemampuan
awal tinggi yang diajar dengan strategi konvensional.
3. Hipotesis Ketiga
Dalam rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini adalah,
apakah hasil belajar PAI siswa berkemampuan awal rendah yang diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi daripada
85
hasil belajar siswa berkemampuan awal rendah yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional ?
Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang pengetahuan awal,
pengetahuan awal rendah juga berfungsi sebagai penentu kesiapan
belajar siswa menuju tahap berikutnya. Namun bagi siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah akan menemui kesulitan dalam pembelajaran,
sehingga dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dianggap
siswa yang berkemampuan awal rendah akan dapat terbantu dalam
kelompok oleh siswa berkemampuan awal tinggi dalam meningkatkan
proses hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak terbukti siswa yang memiliki
kemampuan awal rendah dan belajar dengan strategi pembelajaran tipe
jigsaw hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa
berkemampuan awal rendah yang belajar dengan strategi konvensional.
hal ini disebabkan siswa hanya fokus pada kegiatan belajar kelompok
yang menarik perhatian mereka, sehingga kurang memperhatikan prestasi
individu dirinya untuk meningkatkan hasil belajarnya.
4. Hipotesis keempat
Untuk rumusan masalah dalam hipotesis keempat adalah, apakah
terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal
terhadap hasil belajar agama Islam ?
86
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi pengetahuan awalnya, dan sebaliknya strategi pembelajaran
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Artinya masing-masing
kombinasi kategori pengetahuan awal siswa dan strategi pembelajaran
rata-rata hasil belajarnya tidak mempunyai perbedaan secara signifikan.
Tidak ada kecenderungan suatu strategi pembelajaran yang ditetapkan
lebih meningkatkan hasil belajar PAI siswa.
Makna lain dari penelitian ini, tidak ada suatu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih cocok untuk siswa dengan perbedaan
pengetahuan awal, sehingga dalam memilih strategi pembelajaran yang
akan diterapkan dalam proses pembelajaran tidak perlu pertimbangan
pengetahuan awal.
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan anova pada lampiran
9 didapat F hitung pada kolom interaksi sebesar 1,66 dan F tabel sebesar
4,15. Hal ini berarti hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung..
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi secara signifikan
antara strategi pembelajaran dan pengetahuan awal dalam mempengaruhi
hasil belajar
Antara pengetahuan awal dan strategi pembelajaran tidak
membentuk interaksi secara signifikan terhadap hasil belajar PAI. Baik
kelompok belajar siswa dengan pengetahuan awal tinggi maupun
kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi pembelajaran
87
konvensional sama-sama memperoleh pengaruh. Tidak terlihat
peningkatan secara signifikan terhadap kelompok siswa yang memiliki
pengetahuan awal tinggi dan kelompok siswa yang memiliki pengetahuan
awal rendah.
Hasil analisis hipotesis ke empat menunjukan tidak terdapat
interaksi secara signifikan antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
awal terhadap hasil belajar PAI. Hal ini dapat dilihat pada gambar
interaksi :
Grafik tersebut menunjukan tidak adanya interaksi antara strategi
pembelajaran dan pengetahuan awal terhadap hasil belajar, karena kedua
garis sejajar dan tidak bersinggungan. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan Ary (982: 365) bahwa untuk menilai ada tidaknya interaksi
antara kedua variabel dapat ditunjukan dengan grafik, yaitu jika dalam
grafik diperoleh kedua garis berpotongan maka terdapat interaksi, akan
tetapi jika kedua garis saling sejajar maka tidak terdapat interaksi.
50
55
60
65
70
75
80
85
90
rendah tinggi
Nila
i Rat
a-ra
ta
Pengetahuan Awal
jigsaw
konvensional
88
Perbedaan tersebut terjadi disebabkan salah satu strategi tidak
teidak terlalu membawa peningkatan dan perbedaan hasil belajar baik
terhadap siswa dengan latar belakang pengetahuan awal rendah maupun
pengetahuan awal tinggi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses
pembelajaran bisa saja dipengaruhi banyak faktor selain faktor
pengetahuan awal.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai
keterbatasan penelitian, diantaranya:
1. Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan hal baru bagi
siswa yang biasa belajar aktif, sehingga butuh waktu untuk beradaptasi.
Kebiasaan menerima materi lengkap secara pasif dari guru
selama ini membuat siswa kesulitan dalam mengawali aktivitas
pembelajaran dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hal ini
terlihat saat mengawali pembagian kelompok awal, proses perpindahan
kelompok dan aktivitas kolompok juga menghabiskan waktu yang lama,
sehingga proses adaptasi tersebut cukup menganggu dalam pemahaman
materi siswa, baik dalam kelompok awal/inti maupun kelompok
kedua/kelompok pakar
.
2. Kesibukan kegiatan sekolah yang sering melibatkan siswa kelas
eksperimen dan proses remedial yang membuat siswa sering keluar masuk
89
turut menganggu proses pembelajaran kelompok dalam strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pada saat penelitian berlangsung, SMP Negeri 5 Batusangkar
sedang mengikuti berbagai lomba dan penilaian dari Dinas Pendidikan,
sehingga seringkali dalam prose belajar beberapa siswa dipanggil keluar
kelas untuk beberapa waktu, begitupun dengan proses remedial bagi
beberapa siswa yang tidak tuntas ulangan hariannya, sringkali
memanfaatkan waktu belajar efektif untuk melakukan remedial.
Walaupun tidak diberlakukan untuk keseluruhan siswa dalam
kelas, namun kegiatan tersebut sangat menganggu proses yang
berlangsung dalam kelompok jigsaw. Ketidak seimbangan kemampuan
masing-masing dalam penguasaan bahan sangat berpengaruh pada
penyerapan siswa terhadap materi yang disampaikan temannya dari
kelompok pakar.
3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 5 Batusangkar, sehingga
hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada populasi lain.
SMP Negeri 5 Batusangkar merupakan sekolah unggul dengan
input siswa berasal dari murid-murid berprestasi yang tersebar dari SD/MI
di Tanah Datar dan bahkan dengan juga menggunakan pendaftaran on line
maka input siswa juga dari daeerah lain se Sumatera Barat dan luar
provinsi dengan syarat minimil mendaftar juara 3 dikelas pada sekolah
90
sebelumnya (SD) dengan kemampuan siswa yang hampir diatas rata-rata
dibandingkan sekolah lain yang setingkat di Tanah Datar.
Hal ini tentu turut mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
tersebut, sehingga perlakuan pada siswa dengan kategori unggul tersebut
tidak bisa digeneralisir pada siswa di sekolah lain dengan latar belakang
kemampuan berbeda.
4. Penelitian ini dilakukan pada kelas VII sehingga belum dapat
digeneralisasikan pada sampel kelas lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan sampel penelitian.
Penelitian ini juga terbatas pada kelas VII dengan materi
semester satu, dimana siswa masih merupakan murid baru disekolah
tersebut dan masih terpengaruh suasana sekolah sebelumnya (SD) dengan
kebiasaan manja dan kurang kemandirian. Hal ini sangat berpengaruh
pada proses penerapan strategi kooperatif tipe jigsaw yang sangat
mengharapkan kemandirian dalam belajar dan kelompok, sehingga
masing-masing siswa bisa menjadi pakar/ahli dalam materi yang
dikuassainya, dan bisa membantu bagi kawan-kawan lainya dalam
kelompok awal.
„
91
5. Kontrol terhadap karkteristik sampel hanya pada perbedaan pengetahuan
awal.
Variabel penelitian yang menjadi kontrol hanya pada pengetahuan
awal siswa, sehingga variabel lain yang mungkin turut mempengaruhi
tidak bisa dintrol oleh penulis. Faktor lain seperti intelegensi, motivasi,
persepsi, jenis kelamin dan lain-lain yang mungkin turut mempengaruhi
bisa saja menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa,
sehingga hal ini menjadi pertimbangan penulis dalam keterbatasan
penelitian.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan melihat pengetahuan awal siswa, dan dilakukan terhadap mata
pelajaran PAI kelas VII di SMP Negeri 5 Batusangkar. Strategi pembelajaran
dikembangkan berdasarkan teori dan contoh yang telah dikembangkan yaitu
strategi pembelajaran konvensional dan strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw. Kedua pembelajaran ini mempunyai ciri dan kekhususan dalam tugas-
tugas dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan. Satu kelas sebagai kelas
kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional dan satu kelas lain kelas
eksperimen yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dalam menjawab rumusan masalah yang ada maka dapat dilihat
dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan instrumen yang
disusun peneliti lalu dilakukan pengujian hipotesis. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa:
1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional.
Kesimpulan pengujian hipotesis pertama ini berbeda dengan
hipotesis bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tiggi dari hasil belajar siswa
yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini
92
93
menunjukan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak
lebih baik daripada strategi pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil ini bisa saja dipengaruhi banyak faktor, di
antaranya penilaian yang objektif dalam aspek kognitif, dimana perlakuan
pada mata pelajaran PAI yang lebih menekankan pada perubahan sikap
dan perilaku (afektif), sehingga perlakuan kelas dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak efektif pada siswa tersebut,
disamping bisa juga karena pengaruh faktor lainya, yang telah diutarakan
sebelumnya pada keterbatasan penelitian.
2. Hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar
siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan dengan strategi
pembelajaran konvensional.
3. Hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sama dengan hasil belajar
siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar dengan strategi
pembelajaran konvensional
Dari kesimpulan pengujian hipotesis ketiga ini juga berbeda dari
hipotesis, bahwa hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah
yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih
tinggi dari hasil belajar siswa dengan pengetahuan awal rendah yang diajar
dengan strategi pembelajaran konvensional.
94
Dalam strategi pembelajaran tipe jigsaw siswa dituntut aktif
dengan rasa tangung jawab individu dan mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah. Semua itu
mungkin saja akan berlaku bagi siswa dengan kemampuan awal tinggi,
namun kenyataanya tidak demikian pada siswa dengan latar pengetahuan
awal rendah, sehingga bagi mereka strategi pembelajaran konvensional
menjadi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajarnya.
4. Tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan pengetahuan
awal dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
B. Implikasi Penelitian
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak menimbulkan
efek terhadap peningkatan hasil belajar PAI siswa dibandingkan strategi
pembelajaran konvensional di SMP Negeri 5 Batusangkar. Strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat efektif diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi,
namun tidak efektif diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang
memiliki pengetahuan awal rendah.
Hal ini bisa saja disebabkan faktor lain diluar jangkauan penulis,
yang mana faktor-faktor tersebut bisa saja motivasi siswa, situasi lingkungan
belajar, latar belakang, budaya dan lain-lain. Sehingga apa yang tergambar
95
dalam rumusan masalah dan hipotesis tidak sepenuhnya sesuai dengan hasil
penelitian.
Dengan demikian untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa
yang memiliki pengetahuan awal tinggi lebih baik dengan pendekatan strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan strategi pembelajaran
konvensional. Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menjadi
salah satu alternatif untuk diterapkan dalam memperbaiki kualitas proses dan
hasil pembelajaran di SMP negeri 5 Batusangkar, namun dapat juga
dikombinasikan dengan strategi pembelajaran lainnya.
Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan
guru mempersiapkan materi pembelajaran dengan matang agar proses
pembelajaran dapat terkondisi dengan baik, kelas menjadi hidup, siswa aktif,
siswa diberi kesempatan seluas-luasnya dalam mengikuti palajaran, tidak
menimbulkan kebosanan, sehingga kreasi siswa lebih meningkat.
C. Saran-saran
Untuk pemanfaatan penelitian ini dan penelitian lanjutan ada
beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, diantaranya kepada:
1. Guru
Hendaknya dapat menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw di kelas sebagai alternatif strategi pembelajaran, namun sebelum
96
penerapan, terlebih dahulu perlu meningkatkan pemahaman terhadap
strategi jigsaw ini.
2. Siswa
Untuk dapat menggunakan Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam belajar, baik di kelas maupun di rumah atau diluar kelas, karena
sangat membantu dalam peningkatan semangat belajar.
3. Kepala sekolah
Untuk dapat memfasilitasi kebutuhan guru dalam mengembangkan
proses pembelajaran strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di di
sekolah, termasuk dalam hal sarana prasarana penunjang.
4. Pengawas sekolah
Untuk dapat menfasilitasi penyebarluasan melalui kepala sekolah dan
pengurus MGMP tentang pemanfaatan strategi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw oleh guru di dalam kelas.
5. Peneliti selanjutnya
Agar lebih kritis melihat variabel lain yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, karena perlakuan yang sama pada
populasi berbeda sangat berpeluang melahirkan perbedaan hasil
penelitian.
97
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi. Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia.
Akhirmen. 2004. Buku Ajar Statistik 1.Jurusan Agama islam UNP
Anita Lie. 2005. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Kelas). Jakarta : Grasindo. Sanjaya .
------------2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Prose Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Dunia
--------------1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Aksara
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw
Hill Companies
Asma, Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperative. Padang: UNP Press
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri, Syaiful. 1997. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bennett, B., Bennett, C. R., & Stevahn, L. 1991. Cooperative Learning: Where
Heart Meets Mind. Washington: Professional Development Associates,
Bothell.
Chun-Yen Chang & Song-Ling Mao. 1999. The Effects on Students’Cognitive
Achievement When Using the Cooperative Learning Method in Earth
Science Classroom. School Science and Mathematics, Volume 99.
(Diakses dari Questia Media America. Inc. www.questia.com: diakses
pada 8 Februari 2013 )
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirjen Dikdasmen. 2003. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta.
Djamara. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Elismarni. 2005. Penggunaan Kooperatif Learning dalam Pembelajaran
Matematika Siswa kelas 11 SMPN 18 . Padang: STKIP.
Fajar, M., 2002, Guru Mengajar MIPA Sebagai Materi Hafalan, Kompas, 3
September
Gagne R, and Briggs, l.1986. Principles of Instructional Design. New York :
Holt, Rinehart and Wiston
Hasan, Chalidjah. 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-
Ikhlas.
98
Ibrahim, Muslim dkk. 2000. Strategi pembelajaran kooperatif. Surabaya.
UNESA: University Press.
Ibrahim, Nurdin. 2001. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari
Sumedang Jawa Barat. Jurnal: Departemen Pendidikan.
Irianto, Agus. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana
Pranada Media.
Jacob, G. M. 1999. Learning cooperative learning via cooperative learning. A
sourcebook of lesson plan for teacher education on cooperative learning.
Singapore: SEAMEO Regional Language Centre.
Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.
Edina, Minnesota: A publication Interaction Book Company.
Kemp. Jerold E. 1995. The Instruksional Design Process. New York : Harper and
Row Publishers
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe:
MacMillan/McGraw-Hill.
Marning, M. L. & Lucking, R. 1991. The What, Why and How of Cooperative
Learning. Social Studies, Volume 82. (Diakses dari Questia Media
America. Inc. www.questia.com pada 9 Februari 2013 )
Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas
Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Narbuko, Cholid, dkk. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.
Oemar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Program Pasca Sarjana, UNP.2011, Buku Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sardiman, AM. 2005. Interaksi dan Hasil BelajarMengajar. Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada
--------------- 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Persada Pers.
Slameto.1959. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, R.E. 1994. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
99
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Bandung : PT Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya
-------------------. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
------------------- 1996. Metode Statistik. Bandung. Tarsito.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Surahman, Winarno. 1981. Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam
Implementasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suyono. 1996. Penjajakan Profil Kebutuhan Profesional Guru . Hasil Penelitian.
Malang.
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajawali Press.
Taufik. 2003. Contextual Teaching and Learning. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Balai Penataran Guru. Padang.
Tengku Zahara. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar.
Padang: Universitas Negeri Padang
TIM Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual atau CTL. Jakarta: Depdiknas.
Padang
Whalpole, Ronald E, Myers, Raymond H. 1986. Ilmu Peluang dan Statistika
untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB (Terjemahan: R.K Sembiring)
Wina Wijaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana.
Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional
http://bachtiar-toto.blogspot.com/2011/03/teori-belajar-dan-pembelajaran-
jigsaw.html : diakses pada 6 Februari 2013
http://trilestari-sdkanisiusgowongan.blogspot.com/: diakses pada 6 Februari 2013
http://www.markosweb.com/www/mulyatisolo.blogspot.com/ : diakses pada 6
Februari 2013
100
Lampiran: 1
DATA BASE HASIL TES PENGETAHUAN AWAL
DAN HASIL BELAJAR SISWA
a. Data base kelas eksperimen
No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar
1 Baihaqi Muhammad Syani 83.30 86.7
2 Devry Purnawan 76.70 83.3
3 Elsa Syafira Ananta 76.70 80.0
4 Erallesa Putra Sandeni 66.7 73.3
5 Fadwa Muhammad 66.7 76.7
6 Farah Mahsa Jones 83.3 90.0
7 Farid Kanz Zaky 80.0 80.0
8 Gebby Febrilia Irwanda 80.0 86.7
9 Hatmi Halifi 70.0 73.3
10 M. Khairinif 70.0 73.3
11 Nurul Amalia Rendreana 76.7 86.7
12 Puti Aisyah 83.3 86.7
13 Puti Salsabil Az-Zahra 70.0 76.7
14 Raziq Bakti 83.3 93.3
15 Selvia Yatri 83.3 83.3
16 Silkvi Kheir Rahma 73.3 83.3
17 Ulya Fatharani 80.0 86.7
18 Zhahira Rhamadan 73.3 83.3
101
b. Data base kelas kontrol
No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar
1 Aidil Rizky 83.3 83.3
2 Annisa Camelia Fitri 76.7 80.0
3 Annisa Salsabilla 70.0 73.3
4 Arasy Anugerah Khaliq 83.3 86.7
5 Ardelvie Yoanda 80.0 80.0
6 Arif Aldika Putra 80.0 83.3
7 Arizal Fikri Firmana 76.7 76.7
8 Arwendy Melyndra 73.3 80.0
9 Deara Bima Suwarso 86.7 86.7
10 Dimas Dwicahyo Adrien 80.0 80.0
11 Frizka Aldilla Putri 80.0 83.3
12 Jody 80.0 76.7
13 M. Ihsanur Adib 86.7 86.7
14 Mella Putri Utami 73.3 80.0
15 Muhammad Hafizh Alfajri 80.0 83.3
16 Vinny Puti Belia 80.0 86.7
17 Wafda 83.3 83.3
18 Zahwa Alzeta Fahira 73.3 76.7
102
Lampiran: 2
DATA RANGKING PENGETAHUAN AWAL SISWA
a. Data rangking kelas eksperimen
No Nama Pengetahuan awal Hasil belajar
1 Baihaqi Muhammad Syani 83.3 86.7
2 Farah Mahsa Jones 83.3 90.0
3 Puti Aisyah 83.3 86.7
4 Raziq Bakti 83.3 93.3
5 Selvia Yatri 83.3 83.3
6 Farid Kanz Zaky 80.0 80.0
7 Gebby Febrilia Irwanda 80.0 86.7
8 Ulya Fatharani 80.0 86.7
9 Devry Purnawan 76.7 83.3
10 Elsa Syafira Ananta 76.7 80.0
11 Nurul Amalia Rendreana 76.7 86.7
12 Silkvi Kheir Rahma 73.3 83.3
13 Zhahira Rhamadan 73.3 83.3
14 Hatmi Halifi 70.0 73.3
15 M. Khairinif 70.0 73.3
16 Puti Salsabil Az-Zahra 70.0 76.7
17 Erallesa Putra Sandeni 66.7 73.3
18 Fadwa Muhammad 66.7 76.7
103
b. Data rangking kelas kontrol
No Nama Pengetahuan awal
Hasil belajar
1 Deara Bima Suwarso 86.7 86.7
2 M. Ihsanur Adib 86.7 86.7
3 Aidil Rizky 83.3 83.3
4 Arasy Anugerah Khaliq 83.3 86.7
5 Wafda 83.3 83.3
6 Ardelvie Yoanda 80.0 80.0
7 Arif Aldika Putra 80.0 83.3
8 Dimas Dwicahyo Adrien 80.0 80.0
9 Frizka Aldilla Putri 80.0 83.3
10 Jody 80.0 76.7
11 Muhammad Hafizh Alfajri 80.0 83.3
12 Vinny Puti Belia 80.0 86.7
13 Annisa Camelia Fitri 76.7 80.0
14 Arizal Fikri Firmana 76.7 76.7
15 Arwendy Melyndra 73.3 80.0
16 Mella Putri Utami 73.3 80.0
17 Zahwa Alzeta Fahira 73.3 76.7
18 Annisa Salsabilla 70.0 73.3
104
Lampiran: 3
DATA PENGELOMPOKAN SISWA
PENGETAHUAN AWAL TINGGI
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
No Pengetahuan
awal
Hasil
belajar
No Pengetahuan
awal
Hasil
belajar
1 83.3 86.7 1 86.7 86.7
2 83.3 90.0 2 86.7 86.7
3 83.3 86.7 3 83.3 83.3
4 83.3 93.3 4 83.3 86.7
5 83.3 83.3 5 83.3 83.3
6 80.0 80.0 6 80.0 80.0
7 80.0 86.7 7 80.0 83.3
8 80.0 86.7 8 80.0 80.0
9 76.7 83.3 9 80.0 83.3
81.47 86.3 82.59 83,70
SD 2.40 3.89 SD 2.79 2,62
PENGETAHUAN AWAL RENDAH
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL
No Pengetahuan
awal
Hasil
belajar
No Pengetahuan
awal
Hasil
belajar
1 76.70 80.00 1 80.00 76.70
2 76.70 86.70 2 80.00 83.30
3 73.30 83.30 3 80.00 86.70
4 73.30 83.30 4 76.70 80.00
5 70.00 73.30 5 76.70 76.70
6 70.00 73.30 6 73.30 80.00
7 70.00 76.70 7 73.30 80.00
8 66.70 73.30 8 73.30 76.70
9 66.70 76.70 9 70.00 73.30
71.49 78.51 75.92 79.27
SD 3.76 5.04 SD 3.65 4.01
Lampiran: 4
105
ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL
DAN HASIL BELAJAR SISWA
a. Analisis deskriptif hasil tes pengetahuan awal dan hasil belajar kelas
eksperimen
Tabel Distribusi Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil
belajar
(X2)
(X1)2 (X2)
2
1 83.3 86.7 6938.89 7516.89
2 83.3 90.0 6938.89 8100.00
3 83.3 86.7 6938.89 7516.89
4 83.3 93.3 6938.89 8704.89
5 83.3 83.3 6938.89 6938.89
6 80.0 80.0 6400.00 6400.00
7 80.0 86.7 6400.00 7516.89
8 80.0 86.7 6400.00 7516.89
9 76.7 83.3 5882.89 6938.89
10 76.7 80.0 5882.89 6400.00
11 76.7 86.7 5882.89 7516.89
12 73.3 83.3 5372.89 6938.89
13 73.3 83.3 5372.89 6938.89
14 70.0 73.3 4900.00 5372.89
15 70.0 73.3 4900.00 5372.89
16 70.0 76.7 4900.00 5882.89
17 66.7 73.3 4448.89 5372.89
18 66.7 76.7 4448.89 5882.89
∑N=18 ∑X1=1376.6 ∑X2=1483.3 ∑(X1)2=105886.68 ∑(X1)
2=122829.35
Pengetahuan Awal Hasil Belajar
106
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
Standar deviasi
Standar deviasi
b. Analisis deskriptif hasil tes pengetahuan awal dan hasil belajar kelas
kontrol
107
Tabel Data Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil belajar
(X2) (X1)
2 (X2)
2
1 86.70 86.70 6938.89 7516.89
2 86.70 86.70 6938.89 8100.00
3 83.30 83.30 6938.89 7516.89
4 83.30 86.70 6938.89 8704.89
5 83.30 83.30 6938.89 6938.89
6 80.00 80.00 6400.00 6400.00
7 80.00 83.30 6400.00 7516.89
8 80.00 80.00 6400.00 7516.89
9 80.00 83.30 5882.89 6938.89
10 80.00 76.70 5882.89 6400.00
11 80.00 83.30 5882.89 7516.89
12 80.00 86.70 5372.89 6938.89
13 76.70 80.00 5372.89 6938.89
14 76.70 76.70 4900.00 5372.89
15 73.30 80.00 4900.00 5372.89
16 73.30 80.00 4900.00 5882.89
17 73.30 76.70 4448.89 5372.89
18 70.00 73.30 4448.89 5882.89
∑N=18 ∑X1=1426.60 ∑X2=1466.70 ∑(X1)2=113434.90 ∑(X1)
2=119783.57
Pengetahuan Awal Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
108
Standar deviasi
Standar deviasi
Lampiran: 5
ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL
DAN HASIL BELAJAR DENGAN PENGETAHUAN AWAL TINGGI
109
a. Kelas eksperimen
Tabel Distribusi Kemampuan Awal Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil
belajar
(X2)
(X1)2 (X2)
2
1 83.30 86.70 6938.89 7516.89
2 83.30 90.00 6938.89 8100.00
3 83.30 86.70 6938.89 7516.89
4 83.30 93.30 6938.89 8704.89
5 83.30 83.30 6938.89 6938.89
6 80.00 80.00 6400.00 6400.00
7 80.00 86.70 6400.00 7516.89
8 80.00 86.70 6400.00 7516.89
9 76.70 83.30 5882.89 6938.89
∑N=9 ∑X1=733.20 ∑X2=776.70 ∑(X1)2=59777.34 ∑(X2)
2=67150.23
Pengetahuan Awal Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
Standar deviasi
Standar deviasi
b. Kelas Kontrol
110
Tabel Distribusi Kemampuan Awal Tinggi dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Kontrol
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil
belajar
(X2)
(X1)2 (X2)
2
1 86.70 86.70 7516.89 7516.89
2 86.70 86.70 7516.89 7516.89
3 83.30 83.30 6938.89 6938.89
4 83.30 86.70 6938.89 7516.89
5 83.30 83.30 6938.89 6938.89
6 80.00 80.00 6400.00 6400.00
7 80.00 83.30 6400.00 6938.89
8 80.00 80.00 6400.00 6400.00
9 80.00 83.30 6400.00 6938.89
∑N=9 ∑X1=743.30 ∑X2=753.30 ∑(X1)2=61450.45 ∑(X2)
2=63106.
Pengetahuan Awal
Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
111
Standar deviasi
Standar deviasi
Lampiran: 6
ANALISIS DESKRIPTIF HASIL TES PENGETAHUAN AWAL
DAN HASIL BELAJAR DENGAN PENGETAHUAN AWAL RENDAH
a. Kelas eksperimen
112
Tabel Distribusi Kemampuan Awal Rendah dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil
belajar
(X2)
(X1)2 (X2)
2
1 76.70 80.00 5882.89 6400.00
2 76.70 86.70 5882.89 7516.89
3 73.30 83.30 5372.89 6938.89
4 73.30 83.30 5372.89 6938.89
5 70.00 73.30 4900.00 5372.89
6 70.00 73.30 4900.00 5372.89
7 70.00 76.70 4900.00 5882.89
8 66.70 73.30 4448.89 5372.89
9 66.70 76.70 4448.89 5882.89
∑N=9 ∑X1=643.40 ∑X2=706.60 ∑(X1)2=46109.34 ∑(X2)
2=55679.12
Pengetahuan Awal Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
Standar deviasi
Standar deviasi
b. Kelas Kontrol
Tabel Distribusi Kemampuan Awal Rendah dan Hasil Belajar Siswa Kelas
Kontrol
113
No
Pengetahuan
awal
(X1)
Hasil
belajar
(X2)
(X1)2 (X2)
2
1 80.00 76.70 6400.00 5882.89
2 80.00 83.30 6400.00 6938.89
3 80.00 86.70 6400.00 7516.89
4 76.70 80.00 5882.89 6400.00
5 76.70 76.70 5882.89 5882.89
6 73.30 80.00 5372.89 6400.00
7 73.30 80.00 5372.89 6400.00
8 73.30 76.70 5372.89 5882.89
9 70.00 73.30 4900.00 5372.89
∑N=9 ∑X1=683.30 ∑X2=713.40 ∑(X1)2=51984.45 ∑(X2)
2=56677.34
Pengetahuan Awal Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
114
Standar deviasi
Standar deviasi
Lampiran: 7
UJI NORMALITAS DATA MENGGUNAKAN UJI LILIEFORS
1. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen
Diketahui : N= 18
SD = 5.98
115
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 66.70 -1.64 0.4495 0.0505 0.056 -0.0051
2 66.70 -1.64 0.4495 0.0505 0.111 -0.0606
3 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.167 -0.0266
4 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.222 -0.0821
5 70.00 -1.08 0.3599 0.1401 0.278 -0.1377
6 73.30 -0.53 0.2019 0.2981 0.333 -0.0352
7 73.30 -0.53 0.2019 0.2981 0.389 -0.0908
8 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.444 0.0716
9 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.500 0.0160
10 76.70 0.04 0.0160 0.5160 0.556 -0.0396
11 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.611 0.1113
12 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.667 0.0557
13 80.00 0.59 0.2224 0.7224 0.722 0.0002
14 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.778 0.0951
15 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.833 0.0396
16 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.889 -0.0160
17 83.30 1.14 0.3729 0.8729 0.944 -0.0715
18 83.30 1.14 0.3729 0.8729 1.000 -0.1271
Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1113 sebagai
Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05
didapat Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti
bahwa data pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
2. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Kelas Kontrol
Diketahui : N= 18
SD = 4.66
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors
N Xi Zi luas F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
116
kurva
normal
1 70.00 -1.99 0.4767 0.0233 0.056 -0.0323
2 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.111 -0.0108
3 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.167 -0.0664
4 73.30 -1.28 0.3997 0.1003 0.222 -0.1219
5 76.70 -0.55 0.2088 0.2912 0.278 0.0134
6 76.70 -0.55 0.2088 0.2912 0.333 -0.0421
7 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.389 0.1750
8 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.444 0.1195
9 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.500 0.0639
10 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.556 0.0083
11 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.611 -0.0472
12 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.667 -0.1028
13 80.00 0.16 0.0639 0.5639 0.722 -0.1583
14 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.778 0.0300
15 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.833 -0.0255
16 83.30 0.87 0.3078 0.8078 0.889 -0.0811
17 86.70 1.60 0.4452 0.9452 0.944 0.0008
18 86.70 1.60 0.4452 0.9452 1.000 -0.0548
Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1750 sebagai
Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas kontrol berdistribusi normal.
3. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Diketahui : N= 18
SD = 5.98
Tabel distribusi F Hasil Belajar Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
N Xi Zi luas
kurva F(Zi) S(Zi)
F(Zi) -
S(Zi)
117
normal
1 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.056 0.0062
2 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.111 -0.0493
3 73.30 -1.54 0.4382 0.0618 0.167 -0.1049
4 76.70 -0.96 0.3315 0.1685 0.222 -0.0537
5 76.70 -0.96 0.3315 0.1685 0.278 -0.1093
6 80.00 -0.41 0.1591 0.3409 0.333 0.0076
7 80.00 -0.41 0.1591 0.3409 0.389 -0.0480
8 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.444 0.1152
9 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.500 0.0596
10 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.556 0.0040
11 83.30 0.15 0.0596 0.5596 0.611 -0.0515
12 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.667 0.0975
13 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.722 0.0420
14 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.778 -0.0136
15 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.833 -0.0691
16 86.70 0.72 0.2642 0.7642 0.889 -0.1247
17 90.00 1.28 0.3997 0.8997 0.944 -0.0447
18 93.30 1.84 0.4671 0.9671 1.000 -0.0329
Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1152 sebagai
Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05
didapat Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti
bahwa data pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
4. Uji normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
Diketahui : N= 18
SD = 4.66
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontroldengan uji Liliefors
118
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 73.30 -2.05 0.4798 0.0202 0.056 -0.0354
2 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.111 0.0040
3 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.167 -0.0516
4 76.70 -1.20 0.3849 0.1151 0.222 -0.1071
5 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.278 0.0779
6 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.333 0.0224
7 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.389 -0.0332
8 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.444 -0.0887
9 80.00 -0.37 0.1443 0.3557 0.500 -0.1443
10 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.556 0.1180
11 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.611 0.0625
12 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.667 0.0069
13 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.722 -0.0486
14 83.30 0.45 0.1736 0.6736 0.778 -0.1042
15 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.833 0.0699
16 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.889 0.0143
17 86.70 1.30 0.4032 0.9032 0.944 -0.0412
18 86.70 1.30 0.4032 0.9032 1.000 -0.0968
Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1180 sebagai
Lhitung. Dengan n=18, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.207. jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas kontrol berdistribusi normal.
5. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen
Diketahui : N= 9
SD = 3.89
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
119
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 76.70 -1.99 0.4767 0.0233 0.111 -0.0878
2 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.222 0.0487
3 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.333 -0.0624
4 80.00 -0.61 0.2291 0.2709 0.444 -0.1735
5 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.556 0.2208
6 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.667 0.1097
7 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.778 -0.0014
8 83.30 0.76 0.2764 0.7764 0.889 -0.1125
9 83.30 0.76 0.2764 0.7764 1.000 -0.2236
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.2208 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
6. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan
Pengetahuan Awal Tinggi
Diketahui : N= 9
SD = 3.89
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 80.00 -1.62 0.4474 0.0526 0.111 -0.0585
2 83.30 -0.77 0.2794 0.2206 0.222 -0.0016
3 83.30 -0.77 0.2794 0.2206 0.333 -0.1127
120
4 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.444 0.0954
5 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.556 -0.0158
6 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.667 -0.1269
7 86.70 0.10 0.0398 0.5398 0.778 -0.2380
8 90.00 0.95 0.3289 0.8289 0.889 -0.0600
9 93.30 1.80 0.4641 0.9641 1.000 -0.0359
Dari table di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0954 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
7. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Tinggi Kelas Kontrol
Diketahui : N= 9
SD = 2.79
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 86.70 1.48 0.4306 0.0694 0.111 -0.0417
2 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.222 -0.0460
3 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.333 -0.1571
4 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.444 -0.2682
5 80.00 -0.93 0.3238 0.1762 0.556 -0.3794
6 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.667 -0.0641
7 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.778 -0.1752
8 83.30 0.26 0.1026 0.6026 0.889 -0.2863
9 86.70 1.48 0.4306 0.9306 1.000 -0.0694
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.2208 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
121
8. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol dengan Pengetahuan
Awal Tinggi
Diketahui : N= 9
SD = 2.62
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 80.00 -1.41 0.4207 0.0793 0.111 -0.0318
2 80.00 -1.41 0.4207 0.0793 0.222 -0.1429
3 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.333 0.1071
4 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.444 -0.0040
5 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.556 -0.1152
6 83.30 -0.15 0.0596 0.4404 0.667 -0.2263
7 86.70 1.14 0.0557 0.5557 0.778 -0.2221
8 86.70 1.14 0.0557 0.5557 0.889 -0.3332
9 86.70 1.14 0.0557 0.5557 1.000 -0.4443
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.1071 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
9. Uji Normalitas Data Pengetahuan Awal Rendah Kelas Eksperimen
Diketahui : N= 9
SD = 2.62
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
122
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 66.70 -1.27 0.398 0.102 0.111 -0.0091
2 66.70 -1.27 0.398 0.102 0.222 -0.1202
3 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.333 0.0113
4 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.444 -0.0998
5 70.00 -0.40 0.1554 0.3446 0.556 -0.2110
6 73.30 0.48 0.1844 0.6844 0.667 0.0177
7 73.30 0.48 0.1844 0.6844 0.778 -0.0934
8 76.70 1.38 0.4162 0.9162 0.889 0.0273
9 76.70 1.38 0.4162 0.9162 1.000 -0.0838
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0273 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
10. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Dengan
Pengetahuan Awal Rendah
Diketahui : N= 9
SD = 2.62
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.111 0.0404
2 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.222 -0.0707
3 73.30 -1.03 0.3485 0.1515 0.333 -0.1818
123
4 76.70 -0.36 0.1406 0.3594 0.444 -0.0850
5 76.70 -0.36 0.1406 0.3594 0.556 -0.1962
6 80.00 0.30 0.1179 0.6179 0.667 -0.0488
7 83.30 0.95 0.3289 0.8289 0.778 0.0511
8 83.30 0.95 0.3289 0.8289 0.889 -0.0600
9 86.70 1.62 0.4474 0.9474 1.000 -0.0526
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0511 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
11. Uji Normalitas Data pengetahuan Awal Rendah Kelas Kontrol
Diketahui : N= 9
SD = 3.65
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
normal
1 70.00 -1.62 0.4474 0.0526 0.111 -0.0585
2 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.222 0.0136
3 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.333 -0.0975
4 73.30 -0.72 0.2642 0.2358 0.444 -0.2086
5 76.70 0.21 0.0832 0.5832 0.556 0.0276
6 76.70 0.21 0.0832 0.5832 0.667 -0.0835
7 80.00 1.12 0.3686 0.8686 0.778 0.0908
8 80.00 1.12 0.3686 0.8686 0.889 -0.0203
9 80.00 1.12 0.3686 0.8686 1.000 -0.1314
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0908 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
124
12. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol dengan Pengetahuan
Awal Rendah
Diketahui : N= 9
SD = 4.01
Tabel distribusi F Pengetahuan Awal Kelas Kontrol dengan uji Liliefors
N Xi Zi
luas
kurva F(Zi) S(Zi) F(Zi) -
S(Zi) normal
1 73.30 -1.49 0.4319 0.0681 0.111 -0.0430
2 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.222 0.0389
3 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.333 -0.0722
4 76.70 -0.64 0.2389 0.2611 0.444 -0.1833
5 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.556 0.0158
6 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.667 -0.0953
7 80.00 0.18 0.0714 0.5714 0.778 -0.2064
8 83.30 1.01 0.3438 0.8438 0.889 -0.0451
9 86.70 1.85 0.4678 0.9678 1.000 -0.0322
Dari tabel di atas dapat diambil angka L yang paling besar = 0.0389 sebagai
Lhitung. Dengan n=9, maka dilihat pada Ltabel dengan α pada taraf 0.05 didapat
Ltabel = 0.2875 jadi terlihat bahwa Lhitung < Ltabel, maka itu berarti bahwa data
pengetahuan awal siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.
Lampiran: 8
UJI HOMOGENITAS MENGGUNAKAN UJI VARIAN (UJI F)
Dilakukan untuk keseluruhan data.
Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
1. Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol
a. H1 : terdapat perbedaan antara varian 1 dan varian 2
125
b. H0 : tidak terdapat perbedaan antara varian 1 dan varian 2
Rekapitulasi data
Data Pengetahuan awal Hasil belajar PAI
Eksperimen kontrol Eksperimen kontrol
N 18 18 18 18
S2 35.73 21.770 35.13 16.00
76.48 79.26 82.41 81.48
a. Uji homogenitas data pengetahuan awal kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Sedangkan F Ftabel = F α = 0.05 = (17.17) = 2.29 dan F α = 0.01 =
3.27
Kesimpulan: F hitung ≤ F tabel. maka data homogen.
b. Uji homogenitas hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Rumus
1)
Taraf signifikansi α = 0.05 dan α = 0.01
dk pembilang. V1= k - 1 = 3 - 1 = 2
dk penyebut. V2 = n – 1 = 36 – 1 =35
2) Ftabel = F α = 0.05 = (2.35) =3.27
i. F α = 0.01 = 5.25
Dari penghitungan terlihat bahwa F hitung= 2.20 dan F tabel= 3.27
pada taraf signifikansi 0.05. maka F hitung < F tabel
3) Kriteria pengujian jka. F hitung ≤ F tabel. maka data homogen
126
2. Uji homogenitas data pengetahuan awal tinggi dan rendah kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Tabel data
Data
Strategi pembelajaran
jigsaw konvensional
9 9
Pengetahuan
awal
Tinggi 5,75 7,77
Rendah 13,35 14,17
Rata-rata 9,55 10.97
a.
Taraf signifikansi α = 0.05 dan α = 0.01
dk pembilang. V1= k - 1 = 9 - 1 = 8
dk penyebut. V2 = n – 1 = 9 – 1 =8
b. Ftabel = F α = 0.05 = (8.8) = 3.44
F α = 0.01 = (8.8) = 6.03
Dari penghitungan terlihat bahwa F hitung= 1.06 dan F tabel= 3.44 pada
taraf signifikansi 0.05 maka F hitung < F tabel
c. Kesimpulan: F hitung < F tabel. sehingga varians homogen
Lampiran: 9
Pengujian Hipotesis
1. Uji t
Hipotesis pertama
Diketahui:
s1 = 5.93
s2 = 3.99
S1 = 35.13
127
S2 = 15.99
r = 0.77
Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=34 diketahui ttabel= 2.03. Kriteria
pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.03 dan +2.03.
Dan terima H1 jika t mempunyai harga lain.
Dari penelitian didapat thitung=0.75 < ttabel=2.03 sehingga H0 berada di
dalam batas penerimaan, maka H1 ditolak.
Kesimpulan: H0 diterima, artinya hasil belajar PAI kelompok siswa yang
diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe jigsaw tidak
berbeda dengan hasil belajar PAI kelompok siswa yang diajar
menggunakan strategi konvensional.
Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak lebih baik
dari strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh
yang sama dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil
belajar PAI siswa.
Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-1
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
128
Kelompok data
N 1= 18
X = 82,41
S2
= 35,13
N 1= 18
X = 81,48
S2
= 15,99
t hitung 0,75
t tabel 2,03
kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho dirima, H1
ditolak
Hipotesis kedua
Diketahui:
s1 = 3.89
s2 = 2.62
S1 = 15.13
S2 = 6.88
r = 0.701
Uji “t”
Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=16 diketahui ttabel= 2.12. Kriteria
pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.12 dan +2.12. Dan
terima H1 jika t mempunyai harga lain.
Dari penghitungan didapat thitung=5.2 > ttabel=2.12 sehingga thitung berada di
luar batas penerimaan, maka H1 diterima.
Kesimpulan: H1 diterima artinya, hasil belajar PAI kelompok siswa
dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar dengan menggunakan stategi
129
pembelajaran tipe jigsaw lebih tinggi dari hasil belajar PAI kelompok
siswa dengan pengetahuan awal tinggi yang diajar menggunakan strategi
pembelajaran konvensional.
Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari
strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh yang
berbeda dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar
PAI siswa dengan pengetahuan awal tinggi.
Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-2
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
Kelompok data
N 1= 9
X = 86,70
S2
= 15,13
N 1= 9
X = 83,70
S2
= 6,88
t hitung 5,2
t tabel 2,12
kesimpulan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, H1
diterima
Hipotesis ketiga
Diketahui:
s1 = 5.04
s2 = 4.01
S1 = 25.4
S2 = 16.06
r = 0.623
130
Harga ttabel dengan α=0.05 dan dk=34 diketahui ttabel= 2.03. Kriteria
pengujian adalah terima H0 jika t hitung terletak antara –2.03 dan +2.03.
Dan terima H1 jika t mempunyai harga lain.
Dari penelitian didapat thitung=-0.70 < ttabel=2.03 sehingga H0 berada di
dalam batas penerimaan, maka H1 ditolak.
Kesimpulan: H0 diterima, artinya hasil belajar PAI kelompok siswa yang
diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tipe jigsaw tidak
berbeda dengan hasil belajar PAI kelompok siswa yang diajar
menggunakan strategi konvensional dengan kemampuan awal rendah.
Hal ini berarti strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak lebih baik
dari strategi pembelajaran konvensional karena memberikan pengaruh
yang sama dengan strategi pembelajaran konvensional terhadap hasil
belajar PAI siswa.
Tabel ringkasan perhitungan pengujian hipotesis ke-3
Strategi pembelajaran
Jigsaw
(Kelas eksperimen)
Konvensional
(Kelas kontrol)
Kelompok data
N 1= 9
X = 78.51
S2
= 25.4
N 1= 9
X = 79.27
S2
=16.06
t hitung -0.70
t tabel 2.03
kesimpulan t hitung < t tabel, maka Ho diterima, H1
131
ditolak
Hipotesis keempat dengan ANOVA
H0 : tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan hasil belajar PAI siswa.
H1 : terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan hasil belajar PAI siswa
Hasil
belajar (B)
Strategi Pembelajaran
Jumlah baris Kooperatif
tipe jigsaw
(B1)
konvensional
(B2)
Tinggi
(A1)
86.70
90.00
86.70
93.30
83.30
80.00
86.70
86.70
83.30
86.70
86.70
83.30
86.70
83.30
80.00
83.30
80.00
83.30
∑A1B1=776.70
X=86.30
∑A2B1=753.30
X=83.70 ∑A1=1530
Rendah
(A2)
80.00
86.70
83.30
83.30
73.30
73.30
76.70
73.30
76.70
76.70
83.30
86.70
80.00
76.70
80.00
80.00
76.70
73.30
∑A1B2=706.60 ∑A2B2=713.40 ∑A2=1420
Jumlah
kolom ∑B1=1483.30
∑B2=1466.70
Total= 2950
terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan hasil belajar PAI siswa.
132
Rumus:
a. Inventarisasi hal yang diketahui:
A1 = 776.70 + 753.30 = 1530 A2 = 706.60 + 713.40 = 1420
B1 = 776.70 + 706.60 = 1483.30 B2 = 753.30 + 713.40 = 1466.70
G = 2950
∑X2 = 242612.92
p = 2
q = 2
n = 9
N = 36
b. Perhitungan derajat kebebasan
dk SSt = N – 1
= 36 – 1
= 35
dk SSb = pq– 1
= (2 x 2) -1
= 3
dk SSW = N – pq
= 36 – 4
= 32
dk SSA = p – 1
=2 – 1
= 1
dk SSB = q – 1
= 2 – 1
= 1
dk SSAB = dk SSA x dk SSB
= 1 x 1
= 1
c. Perhitungan sum squares:
134
e. Perhitungan mean squares
f. Perhitungan F ratio
1) Faktor tingkat hasil belajar
F tabel < FA, maka H0 ditolak.
2) Faktor metode mengajar (faktor B)
135
F tabel > F hitung, maka H0 diterima.
3) Interaksi faktor hasil belajar dan metode mengajar (interaksi A x B)
F tabel > F hitung, maka H0 diterima.
g. Tabel ANOVA
Sumber varians DK SS MS F hitung F tabel
Baris (A) 1 336.11 336.11 21.18
4.15
Baris (B) 1 7.65 7.65 0.5
Interaksi AB 1 25.36 25.35 1.66
Dalam sel 32 507.7 15.87
Total 35 876.82
Kesimpulan:
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa:
F hitung = 1,66
F tabel = 4,15
Untuk interaksi AxB, hipotesis nol (H0) diterima karena F tabel >F hitung.
artinya efek faktor strategi pembelajaran terhadap hasil belajar tidak
tergantung pada faktor pengetahuan awal.
136
lampiran: 10
Tabel Hitung Frekuensi Pengetahuan Awal Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Diketahui
N = 18
Nilai tertinggi (H) = 83.30
Nilai terendah (L) = 66.7
Diketahui
N = 18
Nilai tertinggi (H) = 86.70
Nilai terendah (L) = 70.00
Range (rentang data)
Range (rentang data)
Jumlah kelas interval
Jumlah kelas interval
Panjang kelas interval
Panjang kelas interval
137
Lampiran: 11
Tabel Hitung Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Diketahui
N = 18
Nilai tertinggi (H) = 93.30
Nilai terendah (L) = 73.30
Diketahui
N = 18
Nilai tertinggi (H) = 86.70
Nilai terendah (L) = 73.30
Range (rentang data)
R = H – L + 1
Range (rentang data)
Jumlah kelas interval
Jumlah kelas interval
Panjang kelas interval
Panjang kelas interval
138
Lampiran: 12
Penghitungan Nilai Korelasi Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol X
2 Y
2 XY
(X) (Y)
86.70 86.70 7516.89 7516.89 7516.89
90.00 86.70 8100 7516.89 7803
86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11
93.30 86.70 8704.89 7516.89 8089.11
83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89
80.00 80.00 6400 6400 6400
86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11
86.70 80.00 7516.89 6400 6936
83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89
80.00 76.70 6400 5882.89 6136
86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11
83.30 86.70 6938.89 7516.89 7222.11
83.30 80.00 6938.89 6400 6664
73.30 76.70 5372.89 5882.89 5622.11
73.30 80.00 5372.89 6400 5864
76.70 80.00 5882.89 6400 6136
73.30 76.70 5372.89 5882.89 5622.11
139
76.70 73.30 5882.89 5372.89 5622.11
1483.30 1466.70 122829.35 119783.57 121177.55
82.41 81.48 6823.85 6654.64 6732.09
Maka perhitungan korelasi Pearson adalah:
b. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol dengan Pengetahuan Awal Tinggi
No Eksperimen Kontrol
X2 Y
2 XY
(X) (Y)
1 86.70 86.70 7516.89 7516.89 7516.89
2 90.00 86.70 8100 7516.89 7803
3 86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11
4 93.30 86.70 8704.89 7516.89 8089.11
5 83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89
6 80.00 80.00 6400 6400 6400
7 86.70 83.30 7516.89 6938.89 7222.11
8 86.70 80.00 7516.89 6400 6936
9 83.30 83.30 6938.89 6938.89 6938.89
jumlah 776.70 753.30 67150.23 63106.23 65067.00
mean 86.30 83.70 7461.14 7011.80 7229.67
Maka perhitungankorelasi Pearson adalah:
140
c. Tabel distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol dengan Pengetahuan Awal Rendah
No Eksperimen Kontrol
X2 Y
2 XY
(X) (Y)
1 80,00 76,70 6400 5882,89 6136
2 86,70 83,30 7516,89 6938,89 7222,11
3 83,30 86,70 6938,89 7516,89 7222,11
4 83,30 80,00 6938,89 6400 6664
5 73,30 76,70 5372,89 5882,89 5622,11
6 73,30 80,00 5372,89 6400 5864
7 76,70 80,00 5882,89 6400 6136
8 73,30 76,70 5372,89 5882,89 5622,11
9 76,70 73,30 5882,89 5372,89 5622,11
jumlah 706,60 713,40 55679,12 56677,34 56110,55
mean 78,51 79,27 6186,57 6297,48 6234,51
Maka perhitungankorelasi Pearson adalah:
141
Lampiran: 13
TES KEMAMPUAN AWAL
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Semester : VII
Kelas : VII ....
Nama : ............................................
A. Petunjuk :
1. Tulislah Nama dan kelas di kolom yang disediakan!
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dan beri tanda silang (X) pada
salah satu jawaban yang disediakan !
B. Soal :
1. Tawadhu‟ merupakan salah satu akhlak yang terpuji yang artinya, kecuali…
a. rendah hati
b. tidak sombong
c. rendah diri
d. menghargai orang lain
2. Ibarat padi “makin berisi makin tunduk ”, Peribahasa diatas merupakan
aplikasi dari akhlak terpuji yaitu….
a. sabar c. tawadhu‟
b. qana‟ah d. taat
3. Potongan ayat di bawah ini merupakan, perintah Allah SWT kepada kita
sebagai umat Islam untuk selalu berakhlak….
a. sabar c. tawadhu‟
b. qana‟ah d. taat
4. Orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dipunyai, berarti ia
tidak memiliki sifat…
a. taat c.sabar
b. qana‟ah d. tawadhu‟
142
5. Ketika kita diajak oleh teman untuk mengucilkan teman sekelas karena dia
bermasalah dengan salah seorang teman kita yang lain. Namun kita tidak mau
melakukan perbuatan itu dan menahan diri dari hasutan teman kita itu. Sikap
tersebut merupakan sikap.…
a. jentelmen dan berhati-hati dalam bertindak
b. menyelamatkan diri dari hawa nafsu
c. dapat menghentikan kezaliman
d. sabar terhadap maksiat
6. Sikap seseorang yang rendah hati disebut dengan....
a. qanaah c. tawadhu
b. sabar d. taat
7.
Ayat di atas merupakan perintah agar
bersikap....
a. tawadhu c. sabar
b. taat d. qanaah
8. Asrul berhasil meraih prestasi sebagai pemain terbaik dalam tim sepak bola.
Namun demikian dia tidak sombong. Dengan demikian dia telah menerapkan
sifat....
a. sabar c. taat
b. qanaah d. tawadhu
9. Siswa yang rajin melaksanakan shalat berarti telah menerapkan sifat taat
kepada....
a. peraturan sekolah c. orang tua
b. Allah SWT d. guru agama
10. Rajin membayar pajak tepat pada waktunya berarti menerapkan taat kepada....
a. masyarakat c. pemerintah
b. keluarga d. orang tua
11.
Ayat di atas merupakan perintah agar
bersikap....
c. tawadhu c. sabar
d. taat d. qanaah
12. Berikut merupakan sikap dari orang yang memiliki sifat qonaah, yaitu ....
143
a. rela menerima apa yang dimilki
b. rela dijajah asalkan diberi pekerjaan yang layak
c. rela menerima apapun yang dituduhkan
d. rela dimadu demi kebahagiaan anak
13. Walaupun penghasilannya banyak, pak Masri tetap saja merasa kurang.
Dengan demikian dia tidak menerapkan sifat....
a. takabur c. taat
b. tamak d. qanaah
14. Salah satu bentuk penerapan sabar adalah ....
a. tidak mau dipuji jika mendapat penghargaan
b. semata pasrah kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang terjadi
c. sikap mampu menahan diri untuk tetap tenang ketika menghadapi cobaan
d. menjalankan shalat lima waktu
15. Sikap yang ditampakkan oleh orang yang bersifat sabar dalam perjuangan
adalah....
a. Siap memikul senjata menghadapi penjajahan asing
b. Waspada dan cermat dalam menghadapi segala tantangan
c. selalu was-was dalam menghadapi ujian
d. siap selalu jika diminta pemerintah untuk menjadi pejuang
16.
Ayat diatas menyuruh kita untuk bersifat...
a. tawadhu c. sabar
b. taat d. qanaah
17. Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan ciri-ciri sifat sabar adalah ....
a. selalu ikhlas berserah diri kepada Allah
b. tidak mudah menerima kenyataan
c. tidak mudah berputus asa dalam usaha
d. tahan ketika diuji dengan penderitaan
18. Contoh taat yang diperintahkan Allah dan Rasulnya adalah, kecuali ....
a. taat mengikuti sunnah Nabi
b. taat melaksanakan shalat setiap waktu
c. taat pada istri atasan
d. taat istri pada suami
19. Pernyataan berikut benar menurut sifat qanaah adalah ....
a. orang-orang qanaah itu kaya, walaupun ia pemulung
b. orang-orang qanaah itu kelaparan, walaupun ia kaya
c. orang-orang qanaah itu kaya, walaupun ia kelaparan
d. orang-orang qanaah itu miskin, walaupun ia kaya
20. Berikut yang dimaksud pengertian taat adalah ....
144
a. tunduk dan patuh
b. takut dan cemas
c. patuh dan waspada
d. tunduk dan prihatin
21. Yang mendirikan dan membangun Ka‟bah adalah....
a. Nabi Muhammad SAW c. Nabi Ibrahim AS
b. Nabi Isa AS d. Nabi Adam AS
22. Zaman sebelum datang ajaran Islam di kota Makkah disebut zaman
a. jahiliyah c. jami‟iyah
b. jaliliyah d. jabariyah
23. Perlakuan orang Makkah terhadap bayi perempuan sebelum datangnya Islam
adalah...
a. sangat mengagungkan martabatnya
b. biasa-biasa saja
c. sangat merendahkan martabatnya
d. sesuai dengan keturunan takut dan cemas
24. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun ....
a. 560 M c. 580 M
b. 570 M d. 590 M
25. Karena kejujurannya Nabi Muhammad diberi gelar al-amin yang berarti....
a. Dapat dipatuhi c. Dapat dipercaya
b. Dapat ditaati d. Dapat dimengerti
26. Diangkatnya Rasulullah saw. menjadi rasul adalah sejak beliau berumur....
a. 39 tahun c. 41 tahun
b. 40 tahun d. 35 tahun
27. Alasan masyarakat jahiliyah menolak dengan keras ajakan Nabi Muhammad
saw untuk menyembah hanya kepada Allah SWT adalah ....
a. Khawatir agama yang dibawa Nabi Muhammad saw mengancam
nyawanya
b. Khawatir kepercayaan yang sudah mereka yakini secara turun-temurun
akan hilang
c. Tidak senang dengan cara-cara Nabi Muhammad saw meyebarkan agama
Islam
d. Tidak senang dengan kebiasaan Nabi Muhammad saw yang sering
berdusta sebelumnya
28. Istri Nabi Muhammad saw yang disegani oleh orang-orang kafir pada
permulaan dakwah adalah..
a. Siti „Aisyah c. Siti Khadijah
b. Ummu Salamah d. Hafsah
29. Sebutan bagi orang-orang yang menunggu Nabi Muhammad hijrah di
Madinah adalah ....
145
a. ashabul kahfi
b. sahabat muhajirin
c. assabiqunal awwalun
d. sahabat anshar
30. Bagaimana cara dakwah Nabi Muhammad setelah di Madinah....
a. Membuat pengajian di goa-goa Madinah
b. Lebih terbuka dan terang-terangan
c. Menggunakan pesan berantai para sahabat
d. Lebih ditekankan pada aqidah
Lampiran: 14
KISI-KISI SOAL
No Pokok Bahasan Indikator
Aspek kognitif
dan nomor soal Jumlah
C1 C2 C3 C4
1 Sifat-sifat terpuji Menjelaskan
pengertian perilaku
tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar
1 2 20 3
Menyebutkan Dalil
Naqli yang
berhubungan dengan
perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan
sabar
3, 7,
11,
16
4
Menyebutkan contoh
perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan
sabar dalam
kehidupan
4, 6, 9,10,
17
18,
13
7
Menerangkan cara
membiasakan perilaku
tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar di
lingkungan keluarga
12,
14
2
Menerangkan cara
membiasakan perilaku
tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar di
lingkungan sekolah
5 1
146
Menerangkan cara
membiasakan perilaku
tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar di
lingkungan
masyarakat
8 19,
15
3
2 Sejarah Nabi
Muhammad 1
Menjelaskan keadaan
masyarakat Mekah
sebelum kenabian
Nabi Muhammad saw
21,
22
23 3
Menjelaskan masa
kelahiran sampai
kenabian Nabi
Muhammad saw.
24,
25,
26
3
Menjelaskan
penyiaran Islam
sebelum hijrah
28 27 2
Menjelaskan
penyiaran Islam
sesudah hijrah
29 30 2
Jumlah 14 6 8 2 30
Keterangan :
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Aplikasi
C4 : Analisis
147
Lampiran: 15
TES BERDASARKAN INDIKATOR
No Indikator Sub
Indikator
Item
Tes
Tes
1 Menjelask
an
pengertian
perilaku
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
1. Pengerti
an
tawadhu
‟
1 31. Tawadhu‟ merupakan salah satu akhlak
yang terpuji yang artinya, kecuali…
a. rendah hati
b. tidak sombong
c. rendah diri
d. menghargai orang lain
32. Perum
pamaan
orang
tawadhu
‟
2 2. Ibarat padi “makin berisi makin tunduk
”, Peribahasa diatas merupakan aplikasi
dari akhlak terpuji yaitu….
a. sabar
b. qana‟ah
c. tawadhu‟
d. d. taat
33. Penger
tian taat
20 3. Berikut yang dimaksud pengertian taat
adalah ....
a. tunduk dan patuh
b. takut dan cemas
c. patuh dan waspada
d. tunduk dan prihatin
2 Menyebut
kan Dalil
Naqli
yang
berhubun
gan
dengan
perilaku
1. Ayat
tentang
taat
3 34. Potongan ayat di bawah ini merupakan,
perintah Allah SWT kepada kita sebagai
umat Islam untuk selalu berakhlak….
a. sabar .
148
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
b. qana‟ah
c. tawadhu‟
d. taat
2. Ayat
tentang
tawadh
u‟
7 35.
a. tawadhu
b. taat
c. sabar
d. qanaah
3. ayat
tentang
tawadhu
‟p
11 36.
Ayat diatas merupakan perintah agar
bersikap...
a. tawadhu
b. taat
c. sabar
d. qanaah
4. ayat
tentang
sabar
16 37.
Ayat diatas menyuruh kita untuk bersifat...
a. tawadhu
b. taat
c. sabar
d. qanaah
149
3 Menyebut
kan contoh
perilaku
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
dalam
kehidupan
1. contoh
orang
yang
tidak
bersifat
qana‟ah
4 38. Orang yang tidak pernah merasa cukup
dengan apa yang dipunyai, berarti ia
tidak memiliki sifat…
a. taat
b. qana‟ah
c. sabar
d. tawadhu‟
2. Contoh
orang
yang
tawadh
u‟
6 39. Sikap seseorang yang rendah hati
disebut dengan....
a. qanaah
b. sabar
c. tawadhu
d. taat
3. Contoh
orang
yang
bersifa
t ta‟at
pada
Allah
9 40. Siswa yang rajin melaksanakan shalat
berarti telah menerapkan sifat taat
kepada....
a. peraturan sekolah
b. Allah SWT
c. orang tua
d. guru agama
4. Contoh
orang
yang
bersifa
t ta‟at
pada
pemeri
ntah
10 41. Rajin membayar pajak tepat pada
waktunya berarti menerapkan taat
kepada....
a. masyarakat
b. keluarga
c. pemerintah
d. orang tua
5. contoh
pengec
ualian
sifat
sabar
17 42. Pernyataan berikut ini yang bukan
merupakan ciri-ciri sifat sabar adalah
....
a. selalu ikhlas berserah diri kepada
Allah
b. tidak mudah menerima kenyataan
c. tidak mudah berputus asa dalam
usaha
d. tahan ketika diuji dengan penderitaan
150
6. contoh
pengec
ualian
sifat
taat
18 43. Contoh taat yang diperintahkan Allah
dan Rasulnya adalah, kecuali ....
a. taat mengikuti sunnah Nabi
b. taat melaksanakan shalat setiap
waktu
c. taat pada istri atasan
d. taat istri pada suami
7. Contoh
orang
yang
tidak
qana‟a
h
13 44. Walaupun penghasilannya banyak, pak
Masri tetap saja merasa kurang. Dengan
demikian dia tidak menerapkan sifat....
a. takabur
b. tamak
c. taat
d. qanaah
4 Menerang
kan cara
membiasa
kan
perilaku
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
di
lingkunga
n keluarga
1. Cara
membi
asakan
sikap
qana‟a
h
12 45. Berikut merupakan sikap dari orang
yang memiliki sifat qonaah, yaitu ....
a. rela menerima apa yang dimilki
b. rela dijajah asalkan diberi pekerjaan
yang layak
c. rela menerima apapun yang
dituduhkan
d. rela dimadu demi kebahagiaan anak
2. Cara
membia
sakan
sabar
14 46. Salah satu bentuk penerapan sabar
adalah ....
a. tidak mau dipuji jika mendapat
penghargaan
b. semata pasrah kepada Allah SWT
atas segala sesuatu yang terjadi
c. sikap mampu menahan diri untuk
tetap tenang ketika menghadapi
cobaan
d. menjalankan shalat lima waktu
5 Menerang
kan cara
membiasa
kan
1. Cara
membia
sakan
sikap
5 47. Ketika kita diajak oleh teman untuk
mengucilkan teman sekelas karena dia
bermasalah dengan salah seorang teman
kita yang lain. Namun kita tidak mau
151
perilaku
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
di
lingkunga
n sekolah
sabar di
sekolah
melakukan perbuatan itu dan menahan
diri dari hasutan teman kita itu. Sikap
tersebut merupakan sikap.…
a. jentelmen dan berhati-hati dalam
bertindak
b. menyelamatkan diri dari hawa nafsu
c. dapat menghentikan kezaliman
d. sabar terhadap maksiat
6 Menerang
kan cara
membiasa
kan
perilaku
tawadhu‟,
ta‟at,
qana‟ah
dan sabar
di
lingkunga
n
masyaraka
t
1. cara
membia
sakan
sifat
tawadhu
‟ di
masyara
kat
8 48. Asrul berhasil meraih prestasi sebagai
pemain terbaik dalam tim sepak bola.
Namun demikian dia tidak sombong.
Dengan demikian dia telah menerapkan
sifat....
c. sabar
d. qanaah
e. taat
f. tawadh
2. Pembi
asaan
sifat
qana‟a
h
19 49. Pernyataan berikut benar menurut sifat
qanaah adalah ....
a. orang-orang qanaah itu kaya,
walaupun ia pemulung
b. orang-orang qanaah itu kelaparan,
walaupun ia kaya
c. orang-orang qanaah itu kaya,
walaupun ia kelaparan
d. orang-orang qanaah itu miskin,
walaupun ia kaya
3. Membi
asakan
sifat
sabar
15 50. Sikap yang ditampakkan oleh orang
yang bersifat sabar dalam perjuangan
adalah....
a. Siap memikul senjata menghadapi
penjajahan asing
b. Waspada dan cermat dalam
menghadapi segala tantangan
c. selalu was-was dalam menghadapi
ujian
152
d. siap selalu jika diminta pemerintah
untuk menjadi pejuang
7 Menjelask
an
keadaan
masyaraka
t Mekah
sebelum
kenabian
Nabi
Muhamma
d saw
1. Pendiri
ka‟bah
21 51. Yang mendirikan dan membangun
Ka‟bah adalah....
a. Nabi Muhammad SAW
b. Nabi Isa AS
c. Nabi Ibrahim AS
d. Nabi Adam AS
2. Nama
zaman
sebelu
m nabi
Muha
mmad
lahir
22 52. Zaman sebelum datang ajaran Islam di
kota Makkah disebut zaman
a. jahiliyah
b. jaliliyah
c. jami‟iyah
d. jabariyah
3. Perlak
uan
terhada
p bayi
perem
puan
23 53. Perlakuan orang Makkah terhadap bayi
perempuan sebelum datangnya Islam
adalah...
a. sangat mengagungkan martabatnya
b. biasa-biasa saja
c. sangat merendahkan martabatnya
d. sesuai dengan keturunan takut dan
cemas
8 Menjelask
an masa
kelahiran
sampai
kenabian
Nabi
Muhamma
d saw.
1. Tahun
kelahir
an nabi
Muha
mmad
24 54. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun
....
a. 560 M
b. 570 M
c. 580 M
d. 590 M
2. Gelar
nabi
Muha
mmad
25 55. Karena kejujurannya Nabi Muhammad
diberi gelar al-amin yang berarti....
a. Dapat dipatuhi
b. Dapat ditaati
c. Dapat dipercaya
153
d. Dapat dimengerti
3. Tahun
awal
kerasul
an nabi
Muha
mmad
26 56. Diangkatnya Rasulullah saw. menjadi
rasul adalah sejak beliau berumur....
b. 39 tahun
c. 40 tahun
d. 41 tahun
e. 35 tahun
9 Menjelask
an
penyiaran
Islam
sebelum
hijrah
1. Alasan
masyara
kat
jahiliyah
menolak
Islam
27 57. Alasan masyarakat jahiliyah menolak
dengan keras ajakan Nabi Muhammad
saw untuk menyembah hanya kepada
Allah SWT adalah ....
a Khawatir agama yang dibawa Nabi
Muhammad saw mengancam
nyawanya
b Khawatir kepercayaan yang sudah
mereka yakini secara turun-temurun
akan hilang
c Tidak senang dengan cara-cara Nabi
Muhammad saw meyebarkan agama
Islam
d Tidak senang dengan kebiasaan Nabi
Muhammad saw yang sering berdusta sebelumnya
2.Istri
Nabi
pertama
28 58. Istri Nabi Muhammad saw yang
disegani oleh orang-orang kafir pada
permulaan dakwah adalah..
a Siti „Aisyah
b Ummu Salamah
c Siti Khadijah
d Hafsah
10 Menjelask
an
penyiaran
Islam
sesudah
hijrah
1.Sebutan
bagi
pendudu
k
Madina
h
29 59. Sebutan bagi orang-orang yang
menunggu Nabi Muhammad hijrah di
Madinah adalah ....
a ashabul kahfi
b sahabat muhajirin
c assabiqunal awwalun
d sahabat anshar
154
e
2.Cara
dakwah
Nabi di
Madina
h
30 60. Bagaimana cara dakwah Nabi
Muhammad setelah di Madinah....
a. Membuat pengajian di goa-goa
Madinah
b. Lebih terbuka dan terang-terangan
c. Menggunakan pesan berantai para
sahabat
d. Lebih ditekankan pada aqidah
155
Lampiran: 16
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / Ip
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-1)
A. Standar Kompetensi
1. Membiasakan perilaku terpuji
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta
menunjukan dalil naqlinya
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
2. Menyebutkan dalil naqli yang berhubungan dengan perilaku
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar
2. Siswa dapat menyebutkan Ayat Qur‟an yang berhubungan dengan
perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
3. Siswa dapat menyebutkan Hadits yang berhubungan dengan
perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
156
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan pengertian sifat-sifat terpuji
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
2. Kegiatan Persiapan
a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing
4-5 orang perkelompok
b. Guru memberikan materi pengertian sifat-sifat terpuji
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari
c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok
inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam
satu kelompok ahli,
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca dan mendiskusikan sifat-sifat terpuji
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam kelompok
ahli.
b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli
untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi
tentang sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan
sabar yang telah dipahaminya kepada kelompok ahli.
c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam
kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke
kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.
d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari
tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di
kelompok inti.
e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya
secara keseluruhan, masing-masing kelompok
menyampaikan hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi/ penguatan.
60 Menit
4. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi
penguasaan materi siswa
b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
10 e
n
i
t
157
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe
Jigsaw
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII
2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII
3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI
H. Materi
1. Pengertian tawadhu‟
2. Pengertian ta‟at
3. Pengertian qana‟ah
4. Pengertian Sabar
5. Ayat al-Quran yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar
6. Hadits yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan
sabar
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menjelaskan sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok inti
c. Afektif : Keaktifan dan partisipasi dalam diskusi.
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, September 2012
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
Guru Mata Pelajaran
FITRA YENTI, S.Ag, MA
d. Guru memberikan PR
e. Guru menutup pertemuan dengan salam
158
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-2)
A. Standar Kompetensi
1. Membiasakan perilaku terpuji
B. Kompetensi Dasar
1. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan
sabar
2. Membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
C. Indikator
1. Menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
dalam kehidupan
2. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan keluarga
3. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan sekolah
4. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan masyarakat
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar dalam kehidupan
2. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan keluarga
3. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan sekolah
4. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan masyarakat
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
159
No.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya
dalam lingkungan
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
10 Menit
2. Kegiatan Persiapan
a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing
4-5 orang perkelompok
b. Guru memberikan materi contoh-contoh perilaku
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara
membiasakannya dalam lingkungan kepada masing-
masing kelompok untuk dipelajari
c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok
inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam
satu kelompok ahli,
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca dan mendiskusikan contoh-contoh
perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara
membiasakannya dalam lingkungan dalam kelompok
ahli.
b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli
untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi
tentang contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya dalam
lingkungan yang telah dipahaminya kepada kelompok
ahli.
c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam
kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke
kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.
d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari
tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di
kelompok inti.
e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya
secara keseluruhan, masing-masing kelompok
60 Menit
160
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe
Jigsaw
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII
2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII
3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI
H. Materi
1. Contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam
kehidupan
2. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan keluarga
3. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan sekolah
4. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan masyarakat
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara
membiasakannya dalam lingkungan
b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok inti
c. Afektif : Keaktifan dan partisipasi dalam diskusi.
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, September 2012
Mengetahui
menyampaikan hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi/ penguatan.
4. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi
penguasaan materi siswa
b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
d. Guru memberikan PR
e. Guru menutup pertemuan dengan salam
11 e
n
i
t
161
Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
Guru Mata Pelajaran
FITRA YENTI, S.Ag, MA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Jigsaw
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw.
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad saw.
C. Indikator
1. Menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi
Muhammad saw
2. Menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad
saw.
3. Menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah
4. Menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum
kenabian Nabi Muhammad saw
2. Siswa dapat menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi
Muhammad saw.
3. Siswa dapat menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah
4. Siswa dapat menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
162
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
2. Kegiatan Persiapan
a. Siswa dibagi kedalam kelompok inti, masing-masing
4-5 orang perkelompok
b. Guru memberikan materi sejarah nabi Muhammad
kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari
c. Guru mengumpulkan masing-masing siswa kelompok
inti yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam
satu kelompok ahli,
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca dan mendiskusikan sejarah nabi
Muhammad dalam kelompok ahli.
b. Guru menugaskan bagi semua anggota kelompok ahli
untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi
tentang sejarah nabi Muhammad yang telah
dipahaminya kepada kelompok ahli.
c. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam
kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke
kelompok kooperatif asal/ kelompok inti.
d. Masing-masing siswa menyampaikan hasil dari
tugasnya dikelompok ahli secara bergiliran di
kelompok inti.
e. Bila kelompok inti sudah menyelesaikan tugasnya
secara keseluruhan, masing-masing kelompok
menyampaikan hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi/ penguatan.
60 Menit
4. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan quiz untuk mengevaluasi
penguasaan materi siswa
b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
c. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
d. Guru memberikan PR
e. Guru menutup pertemuan dengan salam
10 e
n
i
t
163
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi kooperatif tipe
Jigsaw
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
Sumber dan alat yang digunakan adalah Buku PAI terbitan Armico
untuk kelas VII, Erlangga, 2009 Buku Pendidikan Agama Islam VII
yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, Jakarta., Al Qur‟an
terjemahan Departemen Agama RI, Maidir Harun dan Firdaus,
Sejarah Peradaban Islam Jilid I, Padang: IAIN-IB Pres, 2001,
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, Jakarta: Pustaka Al
Husna, 1990, Mahrus As‟ad dan A. Wahid, Ayo Mengenal Sejarah
Kebudayaan Islam untuk MTs/SMP Islam Kls VII, Buku Sirah
Nabawiyah karangan Ustadz Mubarakfury diterbitkan oleh Penerbit
Al Kautsar.
H. Materi Pembelajaran
1. Keadaan Kota Mekah sebelum Kadatangan Islam
2. Keadaan Kota Mekah setelah Kedatangan Islam
a. Kelahiran Muhammad
b. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul
c. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi
d. Dakwah secara Terang-terangan
3. Dakwah Islam di Madinah.
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW
b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil diskusi dikelompok inti
c. Afektif : keaktifan dan partisipasi dalam diskusi
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, Oktober 2012
Mengetahui Kepala
SMP Negeri 5 Batusangkar
Guru Mata Pelajaran
164
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
FITRA YENTI, S.Ag, MA
Lampiran: 17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Konvensional
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-1)
A. Standar Kompetensi
1. Membiasakan perilaku terpuji
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta‟at, qana‟ah dan sabar serta
menunjukan dalil naqlinya
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
2. Menyebutkan dalil naqli yang berhubungan dengan perilaku
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perilaku tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar
2. Siswa dapat menyebutkan Ayat Qur‟an yang berhubungan dengan
perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
3. Siswa dapat menyebutkan Hadits yang berhubungan dengan
perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan 10 Menit
165
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan pengertian sifat-sifat terpuji
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
2. Kegiatan Persiapan
a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa
b. Siswa membuka buku paket dan membacanya
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi pengertian sifat-sifat terpuji
tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
dengan ceramah
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang kurang jelas
c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan
soal latihan di papan tulis
d. Siswa mengerjakan soal dan latihan
60 Menit
4. Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
c. Guru memberikan PR
d. Guru menutup pertemuan dengan salam Guru
11 e
n
i
t
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Penugasan
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII
2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII
3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI
H. Materi
1. Pengertian tawadhu‟
166
2. Pengertian ta‟at
3. Pengertian qana‟ah
4. Pengertian Sabar
5. Ayat al-Quran yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar
6. Hadits yang berhubungan dengan tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan
sabar
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menjelaskan sifat-sifat terpuji tawadhu‟, ta‟at,
qana‟ah dan sabar beserta dalilnya
b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas
c. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi
aktif dalam pbm
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, September 2012
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
Guru Mata Pelajaran
FITRA YENTI, S.Ag, MA
167
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) - Konvensional
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-2)
A. Standar Kompetensi
1. Membiasakan perilaku terpuji
B. Kompetensi Dasar
1. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan
sabar
2. Membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
C. Indikator
1. Menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar
dalam kehidupan
2. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan keluarga
3. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan sekolah
4. Menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar di lingkungan masyarakat
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat menyebutkan contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah
dan sabar dalam kehidupan
2. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan keluarga
3. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan sekolah
4. Siswa dapat menerangkan cara membiasakan perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar di lingkungan masyarakat
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
168
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Penugasan
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya
dalam lingkungan
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
10 Menit
2. Kegiatan Persiapan
a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa
b. Siswa membuka buku paket dan membacanya
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara membiasakannya
dalam lingkungan dengan ceramah
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang kurang jelas
c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan
soal latihan di papan tulis
d. Siswa mengerjakan soal dan latihan
60 Menit
4. Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
c. Guru memberikan PR
d. Guru menutup pertemuan dengan salam Guru
12 e
n
i
t
169
1. Buku PAI terbitan Armico untuk kelas VII
2. Buku PAI terbitan Erlangga untuk kelas VII
3. Al Qur‟an terjemahan Departemen Agama RI
H. Materi
1. Contoh-contoh perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar dalam
kehidupan
2. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan keluarga
3. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan sekolah
4. Cara membiasakan perilaku tawadhu‟, ta‟at, qana‟ah dan sabar di
lingkungan masyarakat
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menjelaskan contoh-contoh perilaku tawadhu‟,
ta‟at, qana‟ah dan sabar serta cara
membiasakannya dalam lingkungan
a. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan disepan kelas
b. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi
aktif dalam pbm
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, September 2012
Mengetahui
Kepala SMP Negeri 5 Batusangkar
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
Guru Mata Pelajaran
FITRA YENTI, S.Ag, MA
170
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) – Konvensional
Sekolah : SMP Negeri 5 Batusangkar
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII / I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw.
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad saw.
C. Indikator
1. Menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi
Muhammad saw
2. Menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad
saw.
3. Menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah
4. Menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah
D. Tujuan Pembelajaran:
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa mampu menjelaskan keadaan masyarakat Mekah sebelum
kenabian Nabi Muhammad saw
2. Siswa mampu menjelaskan masa kelahiran sampai kenabian Nabi
Muhammad saw.
3. Siswa mampu menjelaskan penyiaran Islam sebelum hijrah
4. Siswa mampu menjelaskan penyiaran Islam sesudah hijrah
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Memberi salam dan memulai kegiatan dengan
berdo‟a.
b. Menjelaskan materi yang akan dipelajari serta
kemampuan dasar yang harus di miliki setelah
mempelajari materi ini.
10 Menit
171
c. Appersepsi yaitu menguji pengetahuan siswa
berkenaan dengan sejarah Nabi Muhammad SAW
d. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari materi yang akan diajarkan
2.
Kegiatan Persiapan
a. Guru memeriksa kesiapan belajar siswa
b. Siswa membuka buku paket dan membacanya
10 Menit
3. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi sejarah Nabi Muhammad
dengan ceramah
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai materi yang kurang jelas
c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan
soal latihan di papan tulis
d. Siswa mengerjakan soal dan latihan
60 Menit
4. Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan materi
b. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
c. Guru memberikan PR
d. Guru menutup pertemuan dengan salam
13 e
n
i
t
F. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Konvensioanal
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Penugasan
G. Sumber dan Alat Pembelajaran
Sumber dan alat yang digunakan adalah Buku PAI terbitan Armico
untuk kelas VII, Erlangga, 2009 Buku Pendidikan Agama Islam VII
yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, Jakarta., Al Qur‟an
terjemahan Departemen Agama RI, Maidir Harun dan Firdaus,
Sejarah Peradaban Islam Jilid I, Padang: IAIN-IB Pres, 2001,
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, Jakarta: Pustaka Al
Husna, 1990, Mahrus As‟ad dan A. Wahid, Ayo Mengenal Sejarah
Kebudayaan Islam untuk MTs/SMP Islam Kls VII, Buku Sirah
Nabawiyah karangan Ustadz Mubarakfury diterbitkan oleh Penerbit
Al Kautsar.
172
H. Materi Pembelajaran
1. Keadaan Kota Mekah sebelum Kadatangan Islam
2. Keadaan Kota Mekah setelah Kedatangan Islam
a. Kelahiran Muhammad
b. Muhammad Diangkat Menjadi Rasul
c. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi
d. Dakwah secara Terang-terangan
3. Dakwah Islam di Madinah.
I. Penilaian
1. Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kognitif : Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW
b. Psikomotor : Mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas
c. Afektif : Memperhatikan penjelasan guru dan partisipasi
aktif dalam pbm.
2. Jenis Tagihan : soal-soal
3. Bentuk instrumen : soal-soal uraian
Batusangkar, Oktober 2012
Mengetahui Kepala
SMP Negeri 5 Batusangkar
Drs. ASRUL
NIP.19641002 198903 1004
Guru Mata Pelajaran
FITRA YENTI, S.Ag, MA