Download - presentasi kasus jiwa
GANGGU AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI RINGAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Ayu Lidya Rahmah
20070310047
Dokter Penguji :
dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2013
HALAMAN PENGESAHAN
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI RINGAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Ayu Lidya Rahmah
20070310047
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 26 Maret 2013
Oleh :
Dokter Penguji
dr. Vista Nurasti P, Sp.KJ
STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdri. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : tidak tama SLTP
Pekerjaan : Penjaga toko kelontong
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat : Sendang Sari Pajangan Bantul
No. RM : 34.xx.xx
Tanggal masuk rumah sakit : 14 Maret 2013
2. ANAMNESIS
2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien datang ke rumah sakit karena ingin meneruskan pengobatan rutin setiap
bulannya. Saat ini OS masih merasakan malas untuk bekerja dan sedikit sulit untuk
tertidur sehingga sering mengantuk, OS juga masih merasa malu dan tidak percaya
diri untuk bertemu dengan orang dan merasa banyak yang dipikirkan dan jika sedang
banyak pikiran pasien merasa menjadi bingung dan sedih.
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
sumber 1 2
Nama Ny.P Bp.S
Umur 53 tahun 65 tahun
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Alamat Sama dengan pasien Sebelah rumah pasien
Pekerjaan Pegawai toko kelontong Tukang kayu
pendidikan SLTP SLTA
Hubungan Kakak kandung ibu Tetangga
Lama kenal Sejak lahir ± 1 tahun
Sifat perkenalan Dekat jauh
Autoanamnesis
Pasien datang ke poli jiwa RS Panembahan Senopati karena ingin meminta
obat rutin. Pasien berobat rutin di poli jiwa sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu.
Awalnya pasien sering melamun sejak SLTP kemudian saat berada di kelas 3
pasien tidak mau meneruskan sekolah lagi, kemudian pasien menjadi sering
mengamuk, jika diberi tahu oleh ibunya pasien selalu marah-marah. Pasien sering
berbicara sendiri, terlebih lagi jika sedang mendengarkan lagu india pasien kemudian
membayang-bayangkan menjadi seperti artis tersebut kemudian merasa tidak sadar
dan merasa namanya dipanggil-panggil. Pasien sering kumat-kumatan, terlebih lagi
sejak tidak bersekolah pasien menganggur dari tahun 2003 sampai 2008, selama 5
tahun ini pasien mengaku kumat beberapa kali. Kemudian ditahun 2007 pasien
bekerja di pabrik garment, Pasien merasa senang karena banyak teman di tempat
bekerja dan karena jam kerja yang dimulai dari pukul 8 pagi sampai 4 sore pasien
menjadi jarang melamun lagi. Kemudian di tahun 2008 setelah 8 bulan bekerja pasien
terkena PHK. Kemudian Pasien hanya menganggur dirumah saja, Pasien sering
bermain dirumah temannya yang sudah memiliki keluarga, namun jika bermain sering
tidak ingat waktu sampai temannya tersebut memarahinya. Pasien juga sering merasa
sakit hati karena pernah dikatai oleh temannya berlebihan sejak saat itu pasien sering
melamun dan mendengarkan lagu india lagi, pasien menjadi sering bicara sendiri dan
sering senyum-senyum sendiri. Jika pasien sedang kumat pasien merasa menjadi
berani dan percaya diri.
Pada tahun 2008 pasien sempat dibawa ke RSUD P.Senopati Bantul namun
setelah 4 kali berobat pasien menolak berobat lagi, jika diberitahu oleh ibu nya pasien
akan mengamuk dan marah-marah pasien juga tidak mau meminum obatnya karena
merasa tidak sakit. Pada tahun 2011 pasien sempat mondok di bangsal jiwa RSUP Dr.
Sardjito karena geleng-geleng dan bicara sendiri. Kemudian pengobatan diteruskan
lagi di RSUD P.Senopati Bantul. Pasien merasa sedih, tidak stabil sering sulit tidur
karena memikirkan banyak dosa, merasa ingin mati saja karena merasa tidak berguna.
Pasien ingin bekerja kembali di pabrik garment tempatnya bekerja dulu karena sering
dipermasalahkan oleh pacarnya yang ingin pasien bekerja di pabrik garmen namun
ibu pasien melarang, Kemudian sejak tahun 2011 akhir pasien diajak oleh budhe nya
untuk bekerja di toko kelontong tempatnya bekerja sampai saat ini. Saat ini pasien
merasa sedih, tidak berguna, malu dengan orang-orang. Terkadang sering melamun
tentang masa depan, Pasien merasa takut masa depannya akan buruk, takut jika suatu
saat nanti tidak mendapatkan pekerjaan pasien juga takut menjadi miskin. Pasien juga
merasa takut untuk menikah karena merasa takut tidak dapat berbuat apa-apa untuk
suaminya. Pasien bermimpi ingin bahagia sukses dan dapat memiliki pikiran normal
dan bisa sembuh dari sakitnya ini.
Alloanamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan budhe nya yang sehari-hari tinggal bersama
pasien sejak kurang lebih 1 tahun terakhir. Dari anamnesis, diketahui pasien memang
sering melamun dan menjadi pendiam sejak masuk di bangku SLTP. Kemudian saat
tidak mau meneruskan sekolah, pasien hanya menganggur saja dirumah, pasien
menjadi mudah marah dan mengamuk, terlebih lagi bila diperingatkan oleh ibu
pasien, pasien akan marah dan mengamuk. Budhe pasien juga mengatakan pasien
sempat di PHK dari tempat kerjanya di pabrik garment karena teman-temannya
mengadukan sakitnya kepada bos pasien di pabrik. Menurut budhe pasien, Pasien
pernah sampai melempari rumah tetangganya dengan batu hingga kaca jendela pecah.
Pasien juga sering berkeliaran di kampungnya, pasien sering berbicara sendiri dan
senyum-senyum sendiri. Menurut budhe pasien, pasien pernah dirawat di RSUP DR.
Sardjito selama 13 hari. Selama tinggal dengan budhe pasien sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu, pasien terlihat sedih dan murung. Pasien juga tampak tidak begitu
bersemangat dan sangat pemalu jika bertemu dengan orang baru.
Alloanamnesis kedua dilakukan oleh tetangga pasien, menurut bapak S, pasien tidak
pernah keluar dan bersosialisasi, bpk S dan tetangga lain hanya mengetahui bahwa
pasien adalah keponakan dari Ny.P yang mulai tinggal dengan Ny. P sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu dan ikut bekerja ditempat kerja Ny. P.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)
Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)
Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)
Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan
(-), Sakit perut (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), keringat (-), biru-biru (-)
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), nyeri otot
(+) , kelemahan otot (-).
Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Pada pasien terdapat sedikit
hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial yang disebabkan oleh gangguan
dari aspek kejiwaan.
Secara sosial, OS menarik diri dari lingkungan karena merasa malu, sulit
bergaul seperti biasa terlebih dengan orang baru, namun OS biasa melakukan
aktivitas ringan sehari-hari tanpa harus di bantu maupun disuruh oleh orang lain.
2.4. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.4.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Tidak ada
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien berhenti bekerja sebagai buruh pabrik garment
Faktor Predisposisi
Penyakit keturunan disangkal oleh narasumber.
Faktor Presipitasi
Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber tidak
mengetahui apa yang menjadi masalah. Pasien juga mengaku tidak
memiliki masalah.
2.4.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Tidak ada
Riwayat Sakit Berat/Opname
Mondok di RSUP DR. Sardjito tahun 2011 karena sering geleng-
geleng dan bicara sendiri.
2.5. Riwayat Keluarga
2.5.1. Pola Asuh Keluarga
Autoanamnesis
Pasien adalah ke 4 dari 5 bersaudara, sejak 1 tahun terakhir tinggal
bersama budhe nya, sebelumnya pasien tinggal bersama ibu ayah tiri dan
adiknya, pasien mengatakan dia hidup dikeluarga yang tidak begitu
harmonis, Ayah kandung pasien meninggal saat TK, kemudian ibu pasien
menikah lagi. Ayah tiri dan Ibu pasien sering cek-cok dan sejak 8 bulan
terakhir pisah ranjang dan berencana untuk bercerai karena ibu pasien
dipukul oleh ayah tiri pasien.
2.5.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil autoanamnesis didapatkan keluarga tidak ada yang
memiliki kelainan serupa dengan pasien.
2.5.3. Silsilah Keluarga
Dari hasil autoanamnesis, didapat informasi silsilah keluarga pasien
adalah :
GENOGRAM KELUARGA
Tn W dan Ny. S (14 maret 2013)
Keterangan :
: pasien
: tinggal satu rumah
: meninggal
Grafik Perjalanan Penyakit
Gejala klinis
2001 2004 2005 2008 2011 2012
Fungsi peran
2.6. Riwayat Pribadi
2.6.1. Riwayat Kelahiran
Pasien tidak tahu bagaimana proses kelahirannya, namun menurut budhe
pasien, pasien lahir di bidan dan sehat.
2.6.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan budhe pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka
2.6.3. Perkembangan Awal
Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.
2.6.4. Riwayat Pendidikan
SD : lulus dengan baik
SMP : tidak lulus
SMA : tidak sekolah
2.6.5 Riwayat Pekerjaan :
Pada tahun 2007 pasien bekerja sebagai buruh di pabrik garment,
kemudian setelah 8 bulan bekerja pasien di PHK, kemudian menganggur
sampai tahun 2011 akhir pasien bekerja di toko kelontong sebagai pelayan
bersama budhe nya.
2.6.5. Riwayat Perkembangan Seksual
Tidak ada deviasi seksual.
2.6.6. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Sholat kadang-kadang
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal
2.6.7. Riwayat Perkawinan :
Pasien belum pernah menikah
2.6.8. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Ramah
Jarang menceritakan masalah pribadinya
2.6.9. Hubungan Sosial
Menurut autoanamnesis, pasien tidak memiliki masalah dalam
hubungan dengan tetangga namun pasien tidak pernah ber sosialisasi lagi
dengan tetangga karena malu dan takut jika teringat saat pasien kumat dan
mengamuk dan ditempat tinggalnya saat ini pasien malu untuk bersosialisasi
dengan orang-orang dilingkungannya.
2.6.10. Kebiasaan
Os senang menggambar dan mendengarkan musik india maupun musik
dangdut.
2.6.11. Status Sosial Ekonomi :
Keluarga OS merupakan keluarga yang berkecukupan. Bangunan
rumahnya adalah bangunan permanen dan milik sendiri. Keadaan rumah
bersih dan nyaman. Terdapat halaman kecil di depan rumah.
2.6.12. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.6.13. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Dapat dipercaya
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Praesens
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
- Nadi : 78x/menit.
- Respirasi : 20 x/menit.
- Suhu : afebris
Kepala :
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher :
- Inspeksi : leher tampak bersih.
- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
Abdomen
Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)
Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan (-)
Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan, keringat (-)
Kelainan Khusus: (-)
Kesan Status Internus : dalam batas normal
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher : Dalam batas normal
Tanda Meningeal : (-)
Nervi Kranialis : tidak dilakukan.
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas
normal.
3.2. Status Psikiatri
Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013
3.2.1. Kesan Umum
Tampak sedih, malu-malu jika bercerita
No Status Psikiatri Hasil Keterangan1 Kesadaran Kuantitatif : GCS = E4V5M6
Kualitatif : Compos mentisOS sadar penuh tanpa rangsang apapun dapat diajak berkomunikasi dengan baik.
2 Orientasi
Orang : Baik OS dapat mengenal orang dengan baik
Waktu : Baik OS dapat membedakan waktu dan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya
Tempat : Baik OS mengetahui dimana sekarang ia berada, dimana tempat tinggal anak keduanya, dimana cucu keduanya berada.
Situasi : Baik OS dapat membedakan suasana saat di rumahnya atau saat bekerja di pasar
34
Sikap/Tingkah lakuPenampilan/rawat diri
KooperatifCukup
Kooperatif : Dapat diajak bicara dengan baikPasien terlihat rapi dan bersih
5 Mood Disforik OS terlihat sedih dan murung saat bercerita mengenai masalahnya.
6 Afek Appropriate Os menunjukkan ekspresi sesuai
7
Pikiran
a. Bentuk pikiran : realistikApa yang diucapkan pasien sesuai dengan kenyataan
b. Isi Pikir: Tidak terdapat wahamc. Progresi pikir
Kuantitatif: berbicara cukup OS menjawab dan bercerita jika ditanya tentang
riwayat dan masalahnya
Kualitatif : relevan dan koheren
OS dapat dipahami bicaranya
8 Hubungan Jiwa Baik Mudah dibina hubunganya dengan pemeriksa
9 Perhatian Mudah ditarik mudah dicantum
OS mau menjawab bila ditanya dan mudah dalam memfokuskan diri pada pemeriksa
10
Persepsi
Halusinasi :- Halusinasi auditorik (-)- Halusinasi visual (-)
OS tidak memiliki halusinasi auditorik maupun halusinasi visual
11 Insight Derajat 5 OS menyadari bahwa dirinya sakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
3.2.2. Mood dan Interest
Depresi
ada
Kecemasan
o Merasa cemas dan khawatir akan masa depannya
Iritabilitas/Sensitivitas
o Tidak mudah tersinggung
3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan
Tidak ada
3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan
- Tidak ada.
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian
Tidak dinilai
3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes.
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada.
3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak tampak seperti orang sakit.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Kualitas : koheren, relevan
Kuantitas : bicara cukup
4.2. Gejala (Simtom)
a. Afek depresi
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan sehingga mudah
lelah
c. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
d. Pesimistis
4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan dapat bercerita tentang
dirinya, berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan pasien:
a. Perasaan depresi, berkurangnya energi yaang menuju meningkatnya keadaan
sehingga pasien mudah lelah dan mengantuk.
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, Rasa bersalah dan tak berguna,
membuat terkadang jadi pesimis.
c. Riwayat pasien dengan episode manik sebelumnya yang ditandai dengan
adanya rasa percaya diri berlebihan, berkurangnya kebutuhan tidur dan
peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita gangguan Afektif bipolar
episode kini depresi ringan atau sedang menurut PPDGJ III.
5. DIAGNOSIS BANDING
- Episode depresi ringan (F32)
- Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
6. PEMBAHASAN
Ganguan afektif bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang
menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan
gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasan perasaan (mood) serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang
khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada
kedua jenis kelamin kurang lenbih sama dibandingkan dengan suasana perasaan (mood)
lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasen yang menderita hanya episode mania
yang berulang-ulang, dan karena pasien pasien tersebut menyerupai (dalam riwatat keluarga,
kepribadian pre morbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai
juga episode depresi sekali-kali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar (F31.8)
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2minggu
sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-
rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang usia lanjut usia.
Kedua macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma
mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis. Episode
pertama bisa timbul pasa setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.Frekuensi episode
dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi
cenderung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi lebih
sering dan lebih lama berlangsung setelah usia pertengahan.
Sekali pun konsep psikosis manik depresif semula meliputi juga pasien-pasien yang
menderita hanya depresi, sekarang istila gangguan atau psikosis manik-depresif digunakan
terutama sebagai sinonim untuk gangguan bipolar.
Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll
Untuk menegakkan diagnosa gangguan afektid bipolar, episode kini depresis ringan
atau sedang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi rngan (F32.0) atau pun sedang
(f32.1). Pedoman diagnosis depresi adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta
lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim,
2001). Sebagaimana tersebut berikut ini :
1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala penyerta lainnya:
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga.
Kemudian setelah dipenuhinya kriteria episode depresi harus ada sekurang-kurangnya
satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran dimasa lalu.
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1. Pemeriksaan Psikologi
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
Tidak perlu dilakukan karena pada pasien ini tidak terdapat gejala-gejala patologik
pada organ.
8. DIAGNOSIS
Aksis I : Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang (F31.3)
Aksis II : tidak terdapat gambaran gangguan kepribadian
Aksis III : tidak terdapat gangguan organik
Aksis IV : occupational problem
Aksis V : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
biasa.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Antidepresan
Golongan SSRIs (Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors)
Depresi terjadi karena rendahnya seroronin di pasea sinap. Secara umum
bekerja pada sistem neurotransmiter serotonin dengan cara meningkatkan
jumlah serotonin di pasea sinap. Golongan SSRI bekerja dengan hambatan
bersifat selektif hanya terhadap neurottransmitter serotonin (5HT2) sehingga
dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan dibandingkan dengan
golongan trisiklik dan tetrasiklik. Oleh karena itu dapat dianjurkan
penggunaannya untuk semua pasien dari semua golongan usia dan untuk
berbagai macam tipe-tipe depresi. Namun pada pasien ini lebih baik
diberikan golongan trisiklik karena pasien mengalami sulit tidur, dan pasien
berusia relative muda dan tidak memiliki penyakit berat sehingga efek
samping yang ditakutkan pada golongan trisiklik dapat dikesampingkan
pada pasien ini
Amitriptilin
- Antipsikotik
Pilihan terapi yang pertama adalah APG II (SDA = Serotonin dopamin
Antagonis)
Risperidone merupakan turunan benzioxazole, risperidone merupakan
antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadapa reseptor
serotonergi 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan
reseptor alpha1-adrenergik. Pemilihan antipsikotik ini yang memiliki titik
tangakp pada keempat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya
efek samping ekstrapiramidal sindrom dan sangat efektif mengusir gejala
negatif.
Persidal (risperidone) 2mg 2x ½ rab
- Anti parkinsonism
Pada kasus ini diberikan juga anti parkinsonism karena diberikannya anti
psikotik.
Trihexyphenidyl 2 mg 2x ½ tab
Psikoterapi
o Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
o Konselling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai
realitas, penerimaan terhadap pekerjaannya saat ini.
o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan
orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana
kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
10. PROGNOSIS
FA
KT
OR
PR
EM
OR
BID
Indikator Pada Pasien Prognosis
1. Faktor kepribadian
2. Faktor genetik
3. Pola asuh
4. Faktor organik
5. Dukungan keluarga
6. Sosioekonomi
7. Faktor pencetus
8. status perkawinan
9. Kegiatan spiritual
ramah
Tidak ada
Kurang terbuka
tidak ada
Ada
cukup
Tidak diketahui
Tidak menikah
Kurang
Baik
Baik
Buruk
Baik
Baik
Baik
Buruk
Buruk
Buruk
FA
KT
OR
MO
RB
ID
10. Perjalanan penyakit
11. Jenis penyakit
12. Respon terhadap terapi
13. Riwayat disiplin minum
obat
14. Riwayat disiplin kontrol
15. Riwayat peningkatan
gejala
16. Beraktivitas
Kronik
Depresi
Baik
Baik
Baik
Tidak
Baik
baik
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
11. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,
dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.
Pastikan pasien mendapat psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.
Buku ajar psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :
2010.
Maramis W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga university press
2005