Skenario 3 Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu.
Demam dirasakan sepanjang hari dan lebih tinggi menjelang sore hari. Keluhan disertai pusing,
nyeri perut, mual dan muntah. Os belum buang air besar sejak 4 hari yang lalu. Os memiliki
kebiasaan makan ditempat yang kurang bersih.
Mind map
RM
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
Pemeriksaan Penunjang Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi
Gambaran Klinik
penatalaksanaan Prognosis
Pencegahan
1. Bagaimana intensitas demamnya?
2. Demamnya saat kapan saja? Sepanjang hari dan memburuk pada sore-malam hari ?
3. Adakah nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual, muntah?
4. Kapan terakhir BAB? Fesesnya seperti apa?
5. Adakah perdarahan seperti mimisan, muntah darah, petekiae?
6. Adakah rasa kedinginan, menggigil?
7. Apakah pernah pergi ke daerah endemis tinggi malaria?
8. Apakah sebelumnya ada jajan sembarangan?
9. Bagaimana sanitasi lingkungan di sekitar tempat tinggal? Apakah bersih atau tidak?
10. Riwayat penggunaan obat-obatan?
11. Riwayat penyakit dahulu?
12. Riwayat penyakit keluarga?
Anamnesis
Anamnesis Pada kasus skenario 3, hasil anamnesa adalah sebagai berikut:
Keluhan utama : Keluhan demam sejak 7 hari yang lalu dan berlangsung sepanjang hari dan lebih tinggi pada sore hari.
Keluhan tambahan :Demam disertai nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual, dan muntah, serta belum BAB sejak 4 hari yang lalu.
Pemeriksan fisikTanda-tanda vital :
1. Suhu
2. Frekuensi pernapasan
3. Denyut nadi
4. Tekanan darah
5. Kesadaran (compos mentis, apatis, deliriun, somnolen, stupor, coma)
Pemeriksaan Fisik Pada kasus skenario 3, hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis keadaan umum tampak sakit sedang.
2. Tekanan darah 120/80 mmHg.
3. Frekuensi nadi 90 kali/menit teraba kuat.
4. suhu 37,80C
5. Frekuensi nafas 18 kali/ment.
6. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan ulu hati.
Uji widalMelacak kenaikan titer antibodi
Sensitivitas 53-89%, spesifisitas 89-98%
Uji Widal didasarkan pada :
- Antigen O ( somatic / badan )- Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak )
Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah:1. Negatif palsu : pemberian antibiotika
2. Positif Palsu : Salmonella serotipe lain yang memiliki antigen O dan H, reaksi silang epitop Enterobacteriacae lain
PENILAIAN : Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
Uji tubex Deteksi antibodi dan antigen
Prinsip : Immunoassay Magnetic Binding Inhibition (IMBI)
Mengukur kemampuan serum antibodi IgM / antigen O9 menghambat reaksi antara antigen berlabel lateks magnetik (reagen wrn coklat) dan monoklonal antibodi berlabel lateks warna (reagen wrn biru)
Tingkat inhibisi = konsentrasi antibodi IgM / antigen O9 Salmonella Typhi dalam sampel
Membandingkan warna akhir terhapad skala warna
Uji Typhidoto Deteksi antibodi IgM dan IgG spesifik S. Typhi terhapad antigen 50 kD OMP
o Sederhana, cepat, murah, diagnosis dini
o Sensitivitas 95%, spesifisitas 75%, nilai prediksi positif dan negatif tinggi
o IgM (+) menunjukkan infeksi fase awal
o IgG (+) dan IgM (+) : infeksi akut pada fase pertengahan infeksi
o Daerah endemik : IgG meningkat, tidak dapat membedakan kasus akut dan konvalesen
Pemeriksaan Laboratorium Pada kasus skenario 3, hasil pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut:
1. HB 14 g/dL
2. Ht 42%
3. Leukosit 4.000/uL
4. Trombosit 200.000/uL
5. Pemeriksaan Widal didapatkan S.typhi O : 1/320, S.typhi H : 1/320 , S.typhi AO : 1/80, S.paratyphi A H : -
Etiologi Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi.
Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies Salmonella enteriditis, yaitu S. enteriditis bioserotipa parafiti C.
Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. schottmuelleri dan S. hirchfeldi.
Penularan : makanan/minuman tercemar (oral-fekal)
Salmonella typhi (gram -, tidak berkapsul, mempunyai flagella)
EpidemiologioDemam tifoid dan paratifoid endemik di Indonesia
o Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemis, lebih bersifat
sporadic, berpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi
lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah.
o Di Indonesia penyakit ini dapat ditemukan sepanjang tahun,
insidens tertinggi pada penularan S. typhi, yaitu pasien dengan
demam tifoid dan lebih sering pasien karier.
o Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S.
typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan
sumber penularan tersering di daerah non endemik
Gambaran Klinik Minggu pertama
◦ Demam tinggi : 39-40°C◦ Sakit kepala, sakit, mual, muntah, batuk, kadang diare kadang sembelit, pernafasan meningkat.
Minggu kedua◦ Demam menurun pada siang dan tinggi saat malam hari, lidah kering dan mengkilat, nadi semakin
cepat, tekanan darah turun
Minggu ketiga◦ Jika diobati suhu tubuh turun, gejala berkurang◦ Jika tidak diobati otot bergerak terus, kesadaran berkurang
Minggu keempat◦ Stadium penyembuhan
Diagnosis Kerja Biakan darah:
- Jika (+) memastikan demam tifoid
- Jika (-) tidak menyingkirkan demam tifoid
Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid
Pemeriksaan widal:
- peningkatan titer widal empat kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid
- reaksi widal dengan titer antibodi O 1 : 320 atau titer antibodi H 1 : 640 meyokong diagnosis demam tifoid pada pasien
Diagnosis Banding Demam berdarah dengueo demam naik turun tidak teratur
Malariao Demam intermiten (Demam dengan variasi yang besar sehari-harinya. Suhu pernah mengalami normal)
Demam Chikungunyao Demam naik turun tidak teratur, sakit persendian, nyeri otot, kejang dan bercak kemerahan.
Komplikasi Komplikasi Intestinal
◦ Perdarahan Usus◦ Perforasi Usus◦ Ileus paralitik
Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
Komplikasi Komplikasi Ekstra –Intestinal
◦ Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
◦ Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia◦ Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis◦ Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis◦ Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis◦ Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
PenatalaksanaanMedis
◦ Kloramfenikol ◦ Tiamfenikol◦ Ko-trimoksazol (trimetoprim & sulfametoksazol)◦ Ampislin dan Amoksilin◦ Sefalosporin gen. 3◦ Fluorokinolon◦ Azitromisin
Prognosis Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah
dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak
2,6% dan pada orang dewasa 7,4% rata-rata 5,7%.
Kesimpulan Berdasarkan anamnesa dengan gejala – gejala umum seperti demam lebih
dari 7 hari, demam lebih tinggi pada sore hari, sulit buang air besar, rasa
nyeri di daerah perut. Dan dengan pemeriksaan fisik maupun penunjang yang
dilakukan maka penderita di diagnosa menderita penyakit demam thypoid.