Download - Pikp modul09 pikp ss sosial budaya
P a g e | 1
Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
A. Pokok Bahasan : SubSistem SosialBudaya Perikanan
B. Diskripsi Singkat : Interaksi sebagai bagian sentral dari sistem sosial, pola awal manusia berinteraksi secara umum ada tiga, yaitu resiprositas, redistribusi dan exchange, interaksi mampu menimbulkan integrasi maupun disintegrasi sistem sosial. Manusia mengalami evolusi sosiobudaya dari food gather sampai ke industrial, model analogi dapat menjelaskan dinamika interaksi sosial..
C. Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan unsur dan mekanisme interaksi sosial
2. Mahasiswa mampu menjelaskan adanya ketiga pola dan ciri-ciri pokok dari ketiga
pola.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa redistribusi dan resiprositas mampu
menahan laju disintegrasi dalam masyarakat.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan evolusi linier dalam masyarakat perikanan. 5. Mahasiswa dapat secara sederhana menjelaskan model analogi dalam hubungan
sosial patrón-client dalam masyarakat.
D. Isi Pokok Bahasan:
1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Sebagai pengingat tentang sistem, sebagaimana disampaikan sebelumnya: “satu set
yang terdiri dari berbagai komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi/
saling tergantung (inter relationship)”. Komponen = subsistem, ia juga sebagai
sebuah system juga.
Perhatikan kedua gambar berikut:
Gamar 1. Motor dan tubuh manusia sebagai sebuah sistem.
Page 2 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
Sepeda motor adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem: rem, mesin, lampu dan sebagainya. Tubuh manusia juga terdiri dari berbagai subsistem: pancaindera, pencernaan, pernafasaan, dan sebagainya. Semua subsistem yang ada merupakan sebuah sistem juga. Demikian juga yang ada dalam sebuah sistem sosial. Kemudian apa itu sosial? Sosial berarti ada hubungan sosial antara manusia yang satu
dengan manusia lainnya. Sebuah kata yang dapat mewakili kata sosial adalah interaksi.
Perhatikan Kotak 1. berikut ini
Social system is a central term in sociological systems theory. The term draws a line to
ecosystem, biological organisms, psychical systems and technical systems. They all
form the environment of social systems. Minimum requirements for a social system is
interaction of at least two personal systems or two persons acting in their roles. The
first who formulated a systematic theory of social systems was Talcott Parsons where it
was a part of his AGIL paradigm yet the social system is only a segment (or a
"subsystem") of what Parsons calls action theory; however, Vilfredo Pareto had used the
term, "social system," earlier but only as a sketch and not as an overall analytical
scheme in the sense of Parsons (www. Wikipedia, dl 2012).
Konsep AGIL Parsons menjelaskan bahwa sistem dapat berjalan jika keseleuruhan subsistem
juga berjalan dengan baik. AGIL adalah kepanjangan dari hal-hal berikut ini (Ritzer dan
Goodman, 2010)
Adaptation (Adaptasi):
Sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya.
Goal Attainment: (Pencapaian Tujuan):
Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuannya.
Integration (Integrasi):
Sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi lainnya (A, G, L)
Latency (latensi atau pemeliharaan pola)
Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, memperbaiki, baik motivasi individual
maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Sebuah masyarakat akan mampu bertahan jika mampu mempertahankan eksistensi dari
masing-masing subsistem.
Page 3 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
Interaksi sosial itu terjadi jika ada dua unsur utama, yaitu adanya kontak dan
komunikasi Perhatikan gambar 2 berikut:
Gambar 2. Interaksi sosial terjadi karena ada aksi, ada pemaknaan dan ada sebuah reaksi sesuai dengan pemaknaan suatu aksi.
1.2. Tujuan:
Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa masyarakat adalah sebuah sistem yang
sangat luas dan kompleks.
Mahasiswa mampu menjelaskan adanya subsistem dalam masyarakat dan
keterkaitan antar sistem yang ada, sehingga perubahan dalam sebuah subsistem
akan berdampak pada subsistem lain dan keseluruhan sistem sosial yang ada.
Page 4 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
2. INTERAKSI YANG MEMBENTUK SISTEM
2.1 Pola awal interaksi sosial.
Dasar interaksi itu menurut pada ahli sosiologi dan antropologi adalah adanya perhitungan
ekonomi dan psikologi dasar. Para ahli sosiologi menyatakan bahwa interaksi itu selalu
didorong oleh adanya perhitungan cost dan reward. Orang akan selalu menghitung berapa
cost yang telah dikeluarkan untuk memperoleh reward. Atau disebutkan oleh Malinoski
bahwa keseluruhan kehidupan manusia itu didasarkan pada take dan give.
2.1.1 Resiprositas.
Secara umum ada tiga pola interkasi sosial yaitu resiprositas, redistribsi dan exchange. Ada
yang menyatakan bahwa resiprositas merupakan hubungan sosial yang terjadi atas orang-
orang yang memiliki status yang sama. Namun dalam kajian ini digunakan sebah
pernyataan Service (1966) bahwa resiprositas adalah bentuk umum dari seluruh pertukaran
sosial.
Resirporitas dibagi dalam tiga bentuk, yaitu : (1) umum/sama rata atau Generelized
Reciprocity, (2) Balance atau seimbang, dan (3) Negatif.
Resiprositas umum cenderung bersifat altruistik dengan arus searah dari pihak yang
memiliki sumberdaya mengarah pada pihak yang kurang memiliki. Sebagai contoh dari
orangtua kepada anak-anaknya, dari orang-orang yang kaya ke pihak orang-orang yang
miskin. (lihat Gambar 3)
Gambar 3. Visualisasi dari resiprositas sama rata/umum.
Resiprositas seimbang merupakan pertukaran bersifat langsung, pengembalian segera
dilakukan dan senilai dengan barang atau jasa yang diterima. Resiprositas ini kurang
bersifat mempribadi dan bersifat ekonomis. Sebagai contoh ketika dua orang
melakukan transaksi ekonomi yang sebelumnya tidak saling mengenal. Ketika anda
sedang membeli barang di super market atau di pasar maka anda telah melakukan
resiprositas seimbang. Gambar 4 memberikan visual tentang bentuk resiprositas
seimbang.
Page 5 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
Gambar 4. Visualisasi dari Resiprositas Seimbang
Resiprositas negatif berprinsip pada sebuah ungkapan “mendapat sesuatu tanpa
kehilangan sesuatu”; atau berusaha memperoleh keuntungan berlipat ganda. Misalnya
pada sebuah jual beli dengan penawaran rendah antara pedagang ikan yang
memberikan pinjaman uang kepada nelayan. Sebuah perjanjian paksa yang terjadi
antara dua pihak dalam sebuah transaksi, juga merupakan sebuah resiprositas negative.
Kegiatan-kegiatan mencuri, menipu, korupsi adalah contoh dari bentuk-bentuk
resiprositas negatif (Lihat Gambar 5)
Gambar 5. bentuk-bentuk resiprositas negatif
2.1.2 Redistribusi
Dinyatakan oleh Service (1966) bahwa redistribusi merupakan sebuah pola
pengumpulan barang dan jasa pada suatu titik pusat tertentu (raja, kepala suku,
organisasi tertentu), dan kemudian barang dan jasa tersebut dikembalikan secara
merata kepada masyarakat luas. Di pedesaan di Indonesia pada masa lalu ada dalam
bentuk “lumbung padi”. Ketika panen para petani mengumpulkan sebagian dari hasil
panen dan kemudian di musim paceklik dibagikan kepada seluruh petani. (Gambar 6)
Gambar 6. Visualisasi dari redistribusi.
Page 6 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
2.1.3. Exchange : Pertukaran Pasar
Menurut Service (1966) exchange adalah hubungan timbal-balik antara orang-orang
yang mana aturan hubungan itu dibentuk oleh kekuatan pasar yang menciptakan
terbentuknya suatu harga. Bentuk ini mirip dengan balance reciprocity. Perlu
diperhatikan bahwa dalam sosiologi dikenal juga dengan teori pertukaran (exchange
theory), yang dikembangkan oleh Homans, dan Blau (Ritzer dan Goodman, 2010).
Bahasan tentang teori ini ada dalam mata kuliah Sosiologi Perikanan.
2.2. Pola interkasi dan integrasi sistem sosial
Resiprositas (terutama yang umum/sama rata) dan redistribusi mampu menjadi system
itu tetap terintegrasi. Resiprositas seimbang dan negative, dan exchange cenderung
menjadikan system sosial mengalami disintegrasi. Perhatikan gambar berikut ini
(Gambar 7)
Gambar 7. Pola interaksi dan Integrasi Sistem Sosial
Pembangunan yang dilaksanaka pemerintah dapat mendorong sistem untuk mengalami
integrasi maupun disintegrasi. Pembangunan yang berorientasi kepada ekonomi
konvensional sering menjadikan masyarakat terpolarisasi, yang miskin menjadi semakin
miskin.
Page 7 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
3. EVOLUSI DAN ANALOGI
3.1. Evolusi sosiobudaya
Masyarakat nelayan secara umum di Indonesia dalam tataran evolusi sosio-budaya
berada pada perkembangan awal. Sukadana (1983), menyampaikan bahwa perubahan
antroposere dalam kehidupan manusia ada enam tingkatan, mulai dari: food gather,
hunting and fishing, pastoral nomad, agriculture, industry dan terakhir urban.
Koentjaraningrat (1985) juga menggunakan pendekatan evolusi ini, yang dimulai dari:
meramu, perikanan, dan kemudian pertanian (dari perladangan berpindah sampai ke
pertanian menetap). Dengan demikian, perspektif evolusioner masih relevan digunakan
sebagai dasar memahami dinamika masyarakat nelayan, apalagi dalam kehidupan
masyarakat nelayan yang terikat habitat (Susilo, 2010).
Evolusi sosiobudaya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Visualisasi dari Evolusi sosiobudaya menurut Sukadana (1983)
3.2. Model analogi untuk mendeskripsikan pola interaksi
Interaksi dalam sistem patron-client dapat dijelaskan dengan model analogi, seperti
Gambar 9 di bawah ini. Kehidupan nelayan itu identik dengan pitoplankton yang siap
dimangsa oleh zooplankton (pedagang) dalam sistem jua-beli hasil tangkapan. Pada musim
paceklik kebutuhan hidup nelayan semakin meningkat dan diikuti oleh meningkatnya
kesemapatan pedagang untuk memberikan pinjaman. Pada musim ikan ketika hasil
tangkapan mulai diperoleh, maka secara bertahap pinjaman mereka juga akan menurun.
Namun di akhir musim ikan jumlah penghasilan nelayan tidak mampu untuk membayar
semua hutang. Fase-fase hubungan sosial adalah sebagai berikut (Susilo, 1986).
Page 8 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
Gambar 9. Model analogi interaksi dalam hubungan patron-client (Susilo,1986).
Fase I : Kondisi kehidupan nelayan yang penuh “ketidaktentuan”, mengidentikkan mereka pada suatu posisi siap untuk “dimangsa”. Dengan analogi dinamika populasi zooplankton dari Davis (1956) maka populasi nelayan dapat digambarkan sebagai berikut (Lihat Gambar 10)
Pada fase ini dimungkinkannya terjadi suatu hubungan antara orang-orang yang ingin mempertahankan hidupnya (hak atas subsistensi) dengan bantuan dan orang-orang yang menarik keuntungan atas bantuan yang diberikan. Sebuah tata hubungan atas dasar mutualisme. Keuntungan pinjaman oleh nelayan semakin meningkat dimusim paceklik dan diikuti oleh kesempatan tengkulak untuk memberikan pinjaman. Kebutuhan pinjaman nelayan menurun dimusim ikan, begitu juga diikuti oleh menurunya tingkat kesempatan tengkulak. Tetapi pada periode waktu berikut kebutuhan pinjaman nelayan tidak kembali pada titi B1, tetapi berada pada titik A1 demikian pula yang terjadi pada tingkat kesempatan tengkulak. Garis AB adalah suatu keadaan atau peningkatan ketergantungan nelayan pada tengkulak.
Fase II : Suatu ketergantungan tingkat awal, tengkulak mendapat kesempatan untuk melakukan perjanjian-perjanjian jual-beli yang tidak adil. Agar nelayan merasakan itu sebagai adil, perjanjianya memerlukan persetujuan nelayan sehingga pada fase ini, nelayan masih menganggap bahwa tengkulak perlu hadir.
Jika tidak terjadi persetujuan dari nelayan, nelayan akan memcari sumber pinjaman
lain. Sehingga perjanjian mengenai harga dan bunga atas pinjaman belum bersifat
eksploitatif. Harga ikan bisa berkurang, sama atau lebih dengan harga pasar dan bunga
pinjaman masih relatif rendah. Persetujuan nelayan pada tahap ini masih dapat disebut
sebagai persetujuan dalam arti yang sebenarnya (bukan sebagai keterpaksaan).
Karena masih memenuhi kritiria tentang keadilan, (lihat Scott, 1983; 244-249).
Perjanjian itu belum mengancam taraf hidupnya, sehingga nelayan belum atau tidak berpaling kepada sumber lain. Nelayan masih merasakan kesepadanan pertukaran itu sebagai harga yang adil sehingga nelayan menerima tata hubungan itu.
Fase III. : Karena nelayan tidak merasakan dieksploitasi maka tengkulak semakin leluasa untuk melakukan perjanjian-perjanjian jual-beli lebih tidak adil. Keadaan ini menyebabkan nelayan berada pada tingkat ketergantungan yang lebih tinggi. Justru
Page 9 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
pada fase ini nelayan enggan untuk memutuskan hubungan, suatu keadaan yang diciptakan oleh tengkulak untuk memperkokoh posisinya. Kedudukan tengkulak yang telah diperkokoh itu memungkinkan eksploitasi lebih mendalam. Walaupun nelayan sebenarnya merasakan ketidak adilan itu, tetapi ia sudah tidak kuasa untuk menghindari. Untuk mengatakan bahwa dalam fase ini lebih tidak adil dari fase II memang agak sulit. Tetapi yang jelas ada peningkatan perjanjian lebih tinggi dari fase II. Masalahnya, mengapa nelayan berharap memperkokoh hubungan ini ? Dalam fase ini ia terpaksa menerima juga walaupun pertukaran semakin tidak seimbang, nelayan tunduk kepada kekuasaan tengkulak. Sebagaimana disebut oleh Scott, 1983; 268) bahwa bila resiprositas membaik maka status elite diterima dengan ikhlas dan sikap hormat, kebalikan dari itu ia bukan hormat tetapi tunduk. Hak atas subsistensi adalah penentu kewajiban timbal balik yang utama, sebagai kewajiban yang minimal kaum elite (Scott, 1983; 278). Bagaiman kalau pertukaran semakin merugikan nelayan dan telah mengancam pada batas subsistensi ? Mungkin nelayan tidak dapat menuntut kewajiban kepada tengkulak kerena kewajiban atas itu (menurut nelayan) bukan sebagai tanggung jawab tengkulak, tetapi sebagai kewajiban alam (laut) untuk menyediakan ikan lebih banyak. Yang dapat nelayan tuntut (lebih tepat berharap) adalah penambahan pinjaman atau penundaan pembayaran. Walaupun mungkin, dengan bunga lebih tinggi itu, masih lebih baik bagi nelayan. Sehingga ia mengambil keputusan : lebih baik berada dalam ketergantungan tetapi terjamin dari pada bebas tampa jaminan. (Scott, 1983 : 283). Disini tidak berhenti bahwa tidak ada alternatif pinjaman dari sumber lain (bank, KUD). Tetapi, cukupan ia memiliki jaminan pinjaman (atau borg) untuk bahan kredit formal ? Prosedur peminjaman dan pembayaran sistem tengkulak laebih fleksibel bila dibanding dengan badan kredit formal (Partadiredja, 1982; Bailey. 1983).
Fase IV : Tengkulak dapat dengan mudah melakukan perjanjian-perjanjian tampa harus melalui persetujuan dengan nelayan. Ia harus tunduk pada kekuasaan itu, dan nelayan akan memenuhi hampir segala
permintaan tengkulak termasuk permintaan untuk tidak menjual ikan di TPI.
Memang tidak mudah untuk menarik kesimpulan apakah terjadi eskploitasi nelayan oleh tengkulak atau tidak ? Tetapi jika sampai pada fase IV sulit juga untuk tidak mengatakan bahwa keadaan itu eksploitatif. Agar ada suatu kreteria yang pasti tentang eksploitasi tengkulak pada nelayan, maka perlu ditambah ukuran-ukuran pelengkap. Ukuran itu adalah perbandingan antara aturan jual-beli antara nelayan dan tengkulak dan nelayan dengan bukan tengkulak. Misal ukuran itu adalah mengenai harga beli hasil tangkap, dibandingkan antara harga pasar dengan harga beli oleh tengkulak. Jika harga beli lebih rendah dengan harga pasar nelayan merasa keberatan, tetapi ia masih menerima hal itu, berarti ada eksploitasi. Tentang harga beli ini tentunya bulan satu-satunya ukuran, tetapi masih banyak lagi, misal tentang bunga pinjaman dan lain-lain.
Analisis teoretis di atas ternyata tidak sepenuhnya sesuai kondisi di lapang. Studi yang
dilakukan Qoid et al., (1993) dan Setiawan et al.,(1993) menunjukkan bahwa hubungan
sosial yang terjadi bukan sepenuhnya bersifat eksploitatif. Hubungan tersebut berada dalam
system sosial patron-client, yang lebih merupakan sebuah hubungan asuransi sosial.
Page 10 of 10 Pengantar Ilmu Kelautan & Perikanan- Subsistem SosialBudaya Perikanan
Susilo E - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN
REFERENSI
1. Abercrombie, N., S. Hill and B. S. Turner (2000), 'Social structure' in The Penguin
Dictionary of Sociology, 4th ed., Penguin, London, pp. 326-327. 2. Budiharjo, Miriam. 19… M Kuasa dan Wibawa. 3. Koentjaraningrat, 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Dian Rakyat. Jakarta 4. Ritzer, George dan Doglas J. Goodman (eds.). 2005. Teori Sosiologi Modern.
Prenada Media. Jakarta 5. Servcive, Elman. 1966. The Hunters. Prentice-Hall Inc., Engelwood, New Jersey. 6. Scott, James C, 1983. Moral Ekonomi Petani : Pergolakan Dan Subsistensi Di Asia
Tenggara, Cetakan Ke-2 Edesi Bahasa Indonesia. Jakarta. LP3ES. 7. Sukadana, A. Adi. 1983. Antropo-Ekologi. Airlangga University Press. Surabaya.
8. Susilo, Edi, 1986. “Nelayan di Antara Tengkulak dan Tempat Pelelangan Ikan: Suatu Kajian Teoretik”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Ilmu Sosial, 15-19 Desember 1986 di Ujung Pandang.
9. Qoid, Abdul et al. 1993. Analisis Sosial Ekonomi Pembiayaan dan Perkreditan Pola Pengamba‟ di Muncar dan Lekok. Jawa Timur. Jurnal Universitas Brawijaya Vol. 6. hal. 82-102. Universitas Brawijaya, Malang.
10. Setiawan, Edi Susilo dan Abdul Qoid. 1993. “Peranan Pedagang dan KUD/TPI dalam Usaha Penangkapan Ikan, Studi Kasus dengan Pendekatan „Ketergantungan‟ dan Inovasi di Pacitan. Buletin Ilmiah Perikanan. Edisi-2. Hal. 61-79. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.
PROPAGASI
Latihan dan Diskusi
1. Jika sistem sosial berubah, misalnya hubungan patron-client yang akan diganrikan oleh KUD/TPI, maka bagaimana dengan sistem secara keseluruhan di kawasan pesisir?
2. Selain model analogi, model apa lagi yang sering digunakan dalam analisis keilmuan?
A. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Mengapa sistem perikanan itu bersifat mendunia?