Download - PerMR6
JENIS PENELITIAN BIDANGKESEHATAN
Secara garis besar dapat digolongkan menjadi :
A.Penelitian Intervensional
B.Penelitian Observasional
Disebut juga sebagai Intervention Study karena peneliti melakukan (intervensi) terhadap subyek penelitiannya, yaitu memberikan perlakuan yang berbeda kepada tiap kelompok subyek selama periode tertentu, kemudian mengamati hasil dengan membandingkan kelompok subyek yang tidak diberi perlakuan (subyek kontrol)
Disebut juga dengan Observation Study, di mana peneliti mengamati suatu fenomena yang telah atau sedang terjadi dalam suatu waktu tertentu, kemudian menuliskan hasil apa adanya.
??
A. PENELITIAN INTERVENSI
Intervensi untuk
mengubah pola perilaku/
aktifitas
UJI KLINIS
BER TUJUAN
Mengetahui efek toksikologi dan farmakologi zat atau obat pada hewan percobaan. Disebut juga Uji Pra-klinis
Mengetahui keamanan dan toleransi pengobatan
Menilai efektifitas obat, mengetahui dosis yang tepat
evaluasi obat baru
efek samping obat yang telah beredar di masyarakat
DIAGRAM PENELITIAN INTERVENSI PARALEL
PENELITIAN
KELOMPOK
PERLAKUAN
KELOMPOK
PERLAKUAN
KELOMPOK
KONTROL
KELOMPOK
KONTROL
PERLAKUAN“A”
PERLAKUAN
“B”
HASIL“A”
HASIL“A”
HASIL“B”
HASIL“B”
KESIMPULAN
PENELITIAN INTERVENSI DILIHAT DARICARA MEMBANDINGKAN
KELOMPOK SUBYEK
Penelitian Intervensi Paralel, sering digunakan, yaitu dengan membandingkan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
Penelitian Intervensi Silang (cross-over), yaitu menukarkan perlakuan yang diberikan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol..
DIAGRAM PENELITIAN INTERVENSI CROSS OVER
P E N E L I T I A N
PERLAKUAN “A”
PERLAKUAN “B”
HASIL“A”
HASIL“A”
HASIL“B”
HASIL“B”
KESIMPULAN
FINAL
KELOMPOK PERLAKUAN
KELOMPOK KONTROL
KELOMPOK
KONTROL
HASIL“A-A”
HASIL“A-A”
HASIL“B-B”
HASIL“B-B”
KESIMPULANAWAL 2KESIMPULAN
AWAL 1
WASHOUT
PENELITIAN TAHAP 1 PENELITIA
N TAHAP 2
KELOMPOK
PERLAKUAN
Penelitian yang menggunakan desain Cross-over atau menyilang, biasanya diterapkan pada penyakit kronik yang cukup stabil seperti hipertensi, asma atau hiperlipidemia.
Bila melakukan desain penelitian ini, peneliti harus memperhitungkan pengaruh obat yang diberikan dalam Tahap Pertama apakah sudah hilang atau belum, setelah hal itu dapat dipastikan, barulah kedua kelompok bertukar perlakuan.
Oleh karena itu, ada masa jeda antara Penelitian Tahap Pertama dan Tahap Kedua, yang disebut sebagai Wash-out Periode.
PERHATIAN…..!
Dalam melaksanakan Penelitian Intervensi adalah mengupayakan agar semua variabel dalam kedua kelompok sama atau sebanding, AGAR
agar pada hasil penilitian tidak menimbulkan perbedaan efek. Perbedaan efek hanya timbul akibat perubahan variabel perlakuan.
Kesebandingan variabel diperoleh dengan tahapan :
1.Mengumpulkan subyek yang sesuai dengan kriteria pemilihan,
2.Melakukan randomisasi, sehingga terbentuk dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
.3…..
B. PENELITIAN OBSERVASIONAL
Disebut juga dengan Observation Study, di mana peneliti mengamati suatu fenomena yang telah atau sedang terjadi dalam suatu waktu tertentu, kemudian menuliskan hasil apa adanya
?
.3.Melakukan Uji x2 (chi kuadrat) untuk variabel efek berskala nominal, atau Uji t untuk variabel efek berskala numerik
a.Studi Cross-Sectional
b. Studi Kasus-kontrol c. Studi Kohort
A. STUDI CROSS-SECTIONAL
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan melakukan pengukuran terhadap tiap-tiap subyek sebanyak satu kali saja pada suatu saat.
Paling sering dilakukan dalam dunia kedokteran dan kesehatan untuk mengetahui Rasio Prevalensi,
yaitu perbandingan antara prevalensi suatu penyakit dengan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebabnya
Oleh karena itu, studi cross-sectional disebut juga studi prevalensi.
FAKTOR RESIKO
EFEKYA TIDAK JUMLAH
YA a b a + b
TIDAK c d c + d
Jumlaha + c b + d a+b+c+d
Dalam perkembangannya, bukan mustahil bila peneliti ingin mengetahui pengaruh beberapa faktor resiko secara bersamaan, atau dari data-data yang dikumpulkan terdapat beberapa yang diduga sebagai faktor perancu (confounding factor), sedangkan hal ini tidak dapat dihindarkan atau dihilangkan begitu saja.
Menghadapi peristiwa tersebut di atas, peneliti dapat menempuh analisis multivariat dengan menggunakan regresi multipel dan regresi logistik.Desain penelitian cross-sectional juga mempunyai beberapa kelebihan maupun kekurangan, sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut
KELEBIHAN KEKURANGAN1. Relatif mudah, murah,
hasilnya cepat diperoleh.2. Dapat dipakai untuk
meneliti banyak variabel sekaligus.
3. Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien saja, sehingga lebih general.
4. Jarang terancam loss to follow-up (drop-out).
5. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang lebih konklusif
6. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang lebih
konklusif.
1. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan data efek yang dilakukan bersamaan.
2. Membutuhkan jumlah subyek yang banyak, terutama bila variabelnya banyak.
3. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang telah mengidap penyakit cukup lama.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens maupun prognosis.
5…….
5.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang terjadi. Untuk mengurangi hal ini, dilakukan dengan mengambil sampel dari daerah endemik daripada populasi umum 6. Dapat terjadi bias prevalens ataubias insidens karena efek suatu faktor resiko selama selang waktu tertentu dapat diterjemahkan sebagai efek penyakit
B. STUDI KASUS KONTROL
Disebut juga Case comparison (compeer) Study, Case-referent Study, atau Retrospective study.
DISEBUT KASUS –KONTROL
identifikasi terhadap
penderita penyakit tertentu/fenomena
gangguan kesehatan
tertentu, sebagai kasus
kelompok tanpa efek
atau penyakit sebagai
kelompok kontrolnya
MEMBANDINGKAN
TUJUANNYA
untuk mengetahui berapa besar peranan faktor resiko dalam menimbulkan penyakit.
Contoh : Mengetahui hubungan perilaku pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan penyakit HIV-AIDS pada pengguna narkoba.
Resiko relatif (RO, ratio odds) merupakan hal yang ingin diukur dalam penelitian kasus-kontrol studi. Pemodelannya juga menggunakan tabel 2 x 2 seperti berikut :
FAKTOR RESIKO KASUS KONTROL JUMLAH
YA a b a + b
TIDAK c d c + d
Jumlah a + c b + d a+b+c+d
Apabila studi kasus-kontrol dilakukan dengan matching individual, maka analisis dilakukan dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Pemodelannya menjadi :
KASUS
KONTROL RESIKO
+
RESIKO-
RESIKO +a b
RESIKO - c d
RO =
b
c
Hasil Perhitungan Hasil Perhitungan RORO dapat dipakai sebagai dapat dipakai sebagai indikator indikator adanya adanya kemungkinan sebab akibatkemungkinan sebab akibat antara antara faktor resikofaktor resiko dan dan efek.efek. RO dianggap mendekati resiko relatif bila : RO dianggap mendekati resiko relatif bila :• Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak
lebih dari 20% dari populasi terpajan.• Kelompok kontrol merupakan kelompok
representatif dari populasi, dalam hal peluang untuk terpajan faktor resiko
• Kelompok kasus harus representatif
Adapun kelebihan dan kekurangan penelitian yang dilakukan dengan studi Kasus
KELEBIHAN KEKURANGAN
3.Sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok yang diteliti sebanding dalam berbagai faktor eksternal karena baik kelompok kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti.
4.Tidak dapat memberikan incidence rate (rasio insidens)
5.Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
C. STUDI cohort/KOHORT
• Bila pada studi kasus kontrol dimulai dengan mengidentifikasi efek (penyakit) kemudian menelusuri (retrospektif) apa faktor resikonya,
• Pada studi kohort dimulai dengan mengidentifikasi kausa atau faktor resiko, kemudian secara prospektif selama periode tertentu diikuti dengan mencari ada atau tidaknya efek (penyakit).
Menggunakan studi kohort, peneliti akan dapat menentukan insidens efek atau penyakit yang timbul akibat pajanan faktor resiko.
Oleh sebab itu, studi kohort disebut juga studi insidens.
Penelitian Kohort dapat dikembangkan lagi rancangannya menjadi
a. Kohort retrospektif atau kohort historik
b. Kohort berganda (Double Cohort Study) c. Nested case-control study
a.Kohort retrospektif atau kohort historik
studi kohort prospektif, hanya faktor resiko dan efek telah terjadi pada waktu lampau.
B. KOHORT BERGANDA (Double Cohort Study)
DATA BERASAL DARI : MEDICAL RECORD ATAU DATA SEKUNDER LAINNYA
Disebut juga studi kohort dengan pembanding eksternal, C
Peneliti mengamati kelompok subyek dari populasi yang berbeda, yaitu kelompok dengan faktor resiko DAN kelompok lain tanpa faktor resiko
B
PROSPEKTIF RETROSPEKTIF
C. NESTED CASE –CONTROL STUDY.
Sebenarnya penelitian ini adalah penelitian kasus-kontrol atas data-data dari penelitian kohort yang telah dilakukan.
MENGAPA TERJADI…???
Karena ketika melakukan penelitian dengan menggunakan desain kohort, diperoleh dugaan adanya variabel tententu sebagai faktor resiko yang berpotensi menimbulkan penyakit.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDI KOHORT
KELEBIHAN KEKURANGAN1. Merupakan desain terbaik untuk
menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2. Baik untuk menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal.
3. Desain terbaik untuk kasus-kasus yang bersifat fatal dan progresif.
4. Dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu.
5. Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan waktu yang lama, studi kohort sesuai untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat.
1. Memerlukan waktu yang lama, sarana yang lengkap dan biaya yang mahal.
2. Seringkali rumit, sehingga kurang efisien untuk meneliti aksus yang ajrang terjadi.
3. Adanya ancaman drop-out atau terganggunya analisis hasil akibat perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko.
4. Pada keadaan tertentu dpat menimbulkan masalah etika, karena peneliti membiarkan subyek terkena pajanan.
Untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai desain cross-sectional, case-control dan cohort serta retrospektif
maupun prospektif, digambarkan dalam bagan berikut
CROSS SECTIONAL
CROSS SECTIONAL
CASE CONTROL
COHORT PROSPEKTIF
COHORT RETROSPEKTI
F
Masa lalu Masa Kini Masa datangCROSS
SECTIONAL
CROSS SECTIONA
L
CASE CONTROL
COHORT PROSPEKTI
F
COHORT RETROSPEKTI
F