i
i
PENGARUH KOMBINASI KETEBALAN MULSA JERAMI
PADI DENGAN AIR CUCIAN BERAS TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN TERUNG UNGU
(Solanum melongena L.)
GUIDO EDWARDUS AMAN
1602406106
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
ii
PENGARUH KOMBINASI KETEBALAN MULSA JERAMI PADI
DENGAN AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG UNGU
(Solanum melongena L.)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
GUIDO EDWARDUS AMAN
1602406106
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
iii
iii
iv
iv
v
v
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Jalan Latammacelling No. 19 Kota Palopo 91913 - Sulawesi Selatan
Telepon (0471) 22111, Fax. (0471) 325055. Website http://www.uncp.ac.id
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN NASKAH SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Guido Edwardus Aman
NIM : 1602406106
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
menyatakan bahwa naskah Skripsi Saya dengan
Judul : Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami
Padi Dengan Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terung
Ungu (Solanum melongena L.).
adalah benar merupakan karya asli saya yang dibuat berdasarkan serangkaian
gagasan, rumusan, metode, dan penelitian yang telah saya laksanakan sendiri.
Sumber informasi dalam karya ini telah dituliskan sesuai dengan kaidah
pengutipan yang berlaku dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka dan belum
pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebaik-baiknya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun dan apabila dikemudian hari ditemukan keterangan yang tidak
benar maka saya bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan.
Palopo, 01 September 2020
Yang Membuat Pernyataan
Guido Edwardus Aman
1602406106
vi
vi
ABSTRAK
Guido Edwardus Aman. 2020. Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami
Padi Dengan Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Terung Ungu (Solanum melongena L.) (dibimbing oleh Rahman Hairuddin dan
Suhaeni).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi ketebalan
mulsa jerami padi dan air cucian beras terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman terung ungu dan untuk mengetahui ketebalan mulsa jerami padi dan air
cucian beras yang efektif meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
terung ungu. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Kampus 2 Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo pada bulan Januari sampai April
2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak
Kelompok dengan 6 perlakuan 4 ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan.
Taraf yang digunakan yaitu P0= tanpa perlakuan (kontrol), P1= mulsa jerami padi
1 kg dan air cucian beras 300 ml, P2= mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras
250 ml, P3= mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200 ml/, P4= mulsa
jerami padi 4 kg dan air cucian beras 150 ml, P5= mulsa jerami padi 5 kg dan air
cucian beras 100 ml. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata
terdapat pada parameter jumlah buah, namun pada parameter tinggi tanaman,
jumlah daun, umur berbunga, berat buah dan diameter buah menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata. Hal ini diduga pemberian bahan organik berperan
penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, sehingga tanaman dapat menyerap
unsur hara dengan baik seperti kandungan fosfor yang berperan dalam
pembentukan bunga dan buah.
Kata Kunci : Air cucian beras, mulsa jerami padi, terong ungu
v
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas berkat dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air
Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terong Ungu
(Solanum melongena L.)”.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan
kesulitan. Namun, berkat ketekunan dan kerja keras yang disertai dengan
dukungan doa dari kedua orang tua segenap keluarga, sehingga semua hambatan
dan kesulitan dapat penulis atasi dengan baik. Selain itu, skripsi ini dapat
terselesaikan berkat kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang
telah memotivasi dan membimbing penulis, baik tenaga maupun ide atau
pemikiran. Semoga amal bakti yang telah diberikan mendapat ganjaran pahala
disisi Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkah bagi kita. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika., M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Rahman Hairuddin., S.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo sekaligus sebagai dosen pembimbing I.
3. I Nyoman Arnama, S.P., M.Si., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
4. Suhaeni, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi serta segenap civitas akademik
Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo yang tak kenal lelah
memberi nasihat, bimbingan, dan bantuan lainnya yang sifatnya membangun.
6. Keluarga penulis, Ibu, Ayah, dan Adik yang telah mendukung, memberikan
semangat, dan do᾿a kepada penulis.
7. Seluruh mahasiswa Program Studi Agroteknologi Angkatan 2016 yang telah
memberikan bantuan dan kerja sama serta semangat yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Senantiasa melindungi, memberkati, dan
memberikan yang terbaik untuk kita semua.
vi
viii
viii
Walaupun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi segala
kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan skripsi ini, namun sebagai manusia
biasa tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan. Dan penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
dengan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif dari
pembaca demi menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak demi kelancaran perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga
skripsi ini memberikan manfaat kepada kita semua, rahmat dan berkat dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Palopo, September 2020
Guido Edwardus Aman
vii
ix
ix
RIWAYAT HIDUP
GUIDO EDWARDUS AMAN, lahir di Weli pada tanggal
31 Maret 1997 di Desa Beamese Kecamatan Cibal. Anak
pertama dari 4 Bersaudara lahir dari pasangan, Bapak Kletus
Jeno dan Ibu Klara Ibun. Pendidikan formal yang telah
dilalui adalah di Sekolah Dasar Katolik Ri᾿i pada tahun
2004 sampai 2010, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 3 Cibal dan lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Cibal,
lulus pada tahun 2016. Dari SMA kemudian melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi dikota Palopo dan diterima sebagai mahasiswa pada Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo Tahun
2016. Penulis menyelesaikan skripsi yang Berjudul “Pengaruh Kombinasi
Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)”.
viii
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KETERANGAN HASIL SIMILARITY CHECK SKRIPSI ............................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ........................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR DAFTAR GAMBAR....................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .................................................................................... 5
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 13
2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 14
2.4 Hipotesis ......................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu .......................................................................... 16
3.2 Bahan dan Alat .............................................................................. 16
3.3 Metode Percobaan ......................................................................... 16
3.4 Metode Pelaksanaan ...................................................................... 16
3.5 Parameter Pengamatan .................................................................... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 20
4.2 Pembahasan .................................................................................... 27
ix
xi
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 30
5.2 Saran ............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31
LAMPIRAN 1 .................................................................................................. 36
LAMPIRAN 2 .................................................................................................. 38
LAMPIRAN 3 .................................................................................................. 39
LAMPIRAN 4 .................................................................................................. 43
LAMPIRAN 5 .................................................................................................. 51
x
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Skema Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ 15
2. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras ............... 20
3. Diagram Rata-rata Jumlah Daun Terung Ungu Pada Pengaruh Kombinasi
Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras.................................. 21
4. Diagram Rata-rata Umur Berbunga Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras ............... 22
5. Diagram Rata-rata Jumlah Buah Terung Ungu Pada Pengaruh Kombinasi
Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras.................................. 23
6. Diagram Rata-rata Berat Buah Terung Ungu Pada Pengaruh Kombinasi
Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras.................................. 24
7. Diagram Rata-rata Diameter Buah Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dan Air Cucian Beras ............... 25
8. Diagram Rata-rata Jumlah Gulma pada Tanaman Terung Ungu Pada
Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian
Beras ............................................................................................................ 26
xi
xiii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Deskripsi Terung Varietas SM 2405 ........................................................ 36
2. Denah Penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) ............................. 38
3. Jenis Gulma dan Jumlah Gulma ............................................................... 39
4. Data Primer yang Telah Diolah ................................................................ 43
5. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 51
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terung (Solanum melongena L.) adalah salah satu tanaman hortikultura
yang sudah banyak tersebar di Indonesia, dan komoditas tanaman sayuran yang
banyak diusahakan oleh petani. Pada umumnya tanaman terung berasal dari Sri
Lanka dan India. Buahnya mempunyai beragam warna yakni ungu, putih, dan
hijau. Terung merupakan tanaman sayur-sayuran yang termasuk famili
Solanaceae. Terung juga salah satu kebutuhan setiap hari oleh masyaraakat, dan
menjadi bagian penting dari usaha peningkatan produksi hasil pertanian yang
bermanfaat, sebagai sumber gizi dalam menunjang kesehatan masyarakat dan
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya bagi para petani (Karim Fahri
dkk, 2013).
Tanaman Terung merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Terung banyak digemari oleh masyarakat karena selain memiliki
cita rasa yang enak, juga memiliki sumber gizi untuk kesehatan Masyarakat.
Dalam dunia kesehatan produk hortikultura ini memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan tubuh karena dengan mengkonsumsi terung dapat berguna sebagai
penurun kolesterol darah, alat kontrasepsi, serta mengandung zat anti kanker.
Setiap 100 g buah terong segar terdapat 24 kalori; 37,0 mg fosfor; 15,0 mg
kalsium; 1,1 g protein; 5,5 g karbohidrat; 0,2 g lemak; 0,4 mg besi; 4,0 SI Vitamin
A; 0,04 vitamin B1; 5 mg vitamin C; dan 92,7 g air kadar kalium yang tinggi dan
natrium yang rendah sangat menguntungkan bagi kesehatan khususnya dalam
pencegahan penyakit hipertensi (Sakri, 2012 dalam Muhammad Safei ddk, 2014).
Beragamnya manfaat terung tentu dapat memberikan peluang besar bagi
para petani untuk membudidayakan tanaman terung sebagai sumber penghasilan
yang tidak hanya dikonsumsi sendiri tetapi juga dapat dikomersialkan sebagai
sumber penghasilan bagi petani itu sendiri. Tanaman terung telah lama diusahakan
oleh petani sebagai tanaman yang bersifat komersial, yaitu dicirikan sebagian
besar hasil produknya ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar. Produksi
buah terung di Sulawesi Selatan dari tahun 2015-2017 mengalami penurunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), produksi terung di Sulawesi
2
Selatan pada tahun 2015 sebesar 12.910 ton, pada tahun 2016 mencapai 10.343
dan pada tahun 2017 menurun menjadi 8.441 ton. Hasil tanaman terung yang
rendah salah satunya disebabkan kurangnya ketersediaan unsur hara di dalam
tanah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berbagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman terung yaitu diantaranya melalui
pemupukan dengan menggunakan jenis pupuk air cucian beras dan penggunaan
mulsa jerami padi sebagai bahan penutup tanah/mulsa.
Pemberian bahan organik mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan unsur hara dalam tanah. Fungsi kimia bahan organik yang penting
adalah pupuk organik dapat menyediakan hara makro dalam tanah (N, P, K, Ca,
Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Mn, B, Fe, Cu, Mo, dan Co meskipun dalam
jumlah yang sedikit, serta dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah, dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Al, Mn,
dan Fe, sehingga logam sel. Dengan demikian, penambahan bahan organik dalam
tanah sangat diperlukan agar kemampuan tanah dapat dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman melalui
efisiensi penggunaan pupuk anorganik/kimia (Damanik 2014).
Jerami padi adalah sumber bahan organik yang tersedia setelah proses
panen padi dengan jumlah yang cukup banyak, akan tetapi pemanfaatan jerami
padi selama ini hanya digunakan pada tanah sawah saja. Sedangkan beberapa
tanah dilahan budidaya tanaman lainnya masih sangat membutuhkan penambahan
unsur hara yang cukup dari hasil bahan organik untuk meningkatkan hasil
prosuksinya.
Mulsa jerami berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma,
mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, mencegah penguapan air,
memperkecil erosi permukaan tanah, dan melindungi tanah dari terpaan sinar
matahari langsung (Handayani, 2015). Dengan terpeliharanya kelembaban tanah
maka penyerapan unsur hara serta pertumbuhan tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik.
Air cucian beras berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman dan
jumlah daun terung dan tomat. Salah satu kandungan air cucian beras adalah
fosfor yang berperan dalam pembentukan bunga dan buah, bahan pembentuk inti
3
sel dan dinding sel, mendorong pertumbuhan akar muda dan pemasakan biji
pembentukan klorofil, penting untuk enzim-enzim pernapasan, pembentukan
klorofil, dan berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam
tanaman (Yulianingsih, 2017).
Air cucian beras putih memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor,
sulfur, dan magnesium yang lebih tinggi dibanding air cucian beras merah. Air
cucian beras putih mengandung banyak nutrisi yang terlarut didalamnya
diantaranya yaitu fosfor 50%, mangan 80%, zat besi 60% (Nurhasanah, 2011
dalam Bahar, 2016). Mengandung Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe
0,0427% dan B1 0,043%. Sedangkan menurut hasil penelitian (Wulandari et.al,
2011 dalam Lalla, 2017) hasil analisis kandungan air cucian beras putih adalah
Nitrogen 0,015%, Phospor 16,306%, Kalium 0,02%, Calsium 2,944%,
Magnesium 14,252%, Sulfur 0,027%, Fe 0,0427% dan B1 0,043%. Pemberian air
cucian beras juga memberikan efek positif pada bobot kering tanaman (Wardiah,
et.al. 2014). Dalam air cucian beras mengandung zat pengatur tumbuh. ZPT pada
tanaman yang berperan untuk merangsang pembentukan akar dan batang serta
pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominasi apical dan
pembentukan daun muda (Bahar, 2016).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka akan dilakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian
Beras terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terung Ungu (Solanum
melongena L.)”,
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dan air cucian
beras terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu?
2. Kombinasi apa yang memberikan pengaruh yang efektif terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman terung ungu?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dan air
cucian beras terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu.
2. Untuk mengetahui ketebalan mulsa jerami padi dan air cucian beras yang efektif
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan mengenai manfaat berbagai jenis mulsa organik untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu.
2. Sebagai upaya untuk menerapkan pertanian organik dengan memanfaatkan
mulsa jerami padi dan air cucian beras untuk tanaman terung ungu.
3. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para petani agar dapat
menggunakan bahan yang ramah lingkungan selain mulsa anorganik yang
digunakan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Tanaman Terung
Terung merupakan salah satu tanaman sayuran dalam bentuk buah dan juga
tanaman daerah tropis yang berasal dari benua Asia, terutama Indonsia, Myanmar,
dan India (Mashudi, 2007). Selanjutnya dalam perkembangan tanaman ini tersebar
dibanyak Negara, misalnya Uni Soviet, Afrika Tengah, Malaysia dan beberapa
Negara lainnya. Karena daerah penyebarannya sangat luas, sebutan untuk terung
sangat beraneka ragam, yaitu eggplant, gardenegg, aubergine (Cahyono, 2016).
Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah dataran tinggi
maupun di dataran rendah. Tanaman terung memerlukan air yang cukup untuk
menopang dalam pertumbuhannya. Selama pertumbuhannya, terung menghendaki
cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau.
Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembuangan
serta pembuahan. Namun, bila suhu udara tinggi pembungaan dan pembuahan
terung akan terganggu yakni bunga dan buah akan berguguran, (Firmanto, 2011
dalam Indriyani, 2017).
Terung merupakan komoditas sayuran buah penting yang memiliki banyak
varietas. sekarang kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi buah akan
kesehatan semakin meningkat. Semakin banyak konsumen mengetahui manfaat lain
dari terung. Konsumen mulai mengetahui bahwa terung bukan hanya sekedar
sayuran yang diolah sebagai santapan keluarga. Buah terung mengandung serat
yang tinggi sehingga bagus untuk pencernaan, kulit terung bagus untuk kesehatan
kulit, kandungan fitonutriennya bagus untuk kinerja otak. Terung juga diketahui
bagus untuk kesehatan jantung, diabetes dan menekan kolesterol. Menurut Iritani
(2012) bahwa terung diketahui memiliki zat antikanker, kandungan tripsin
(protease) yang terkandung pada terung merupakan inhibitor yang dapat melawan
zat pemicu kanker. Jus terung yang dikonsumsi secara rutin dapat membantu
mengatasi kerusakan yang yang terjadi pada sel yang mengalami kerusakan
kromosom (terkena kanker).
6
2. Klasifikasi Tanaman Terong Ungu
Klasifikasi tanaman terung (Solanum melongena L.) menurut Prahasta (2009),
yaitu :
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
3. Morfologi Tanaman Terung
a. Akar
Tanaman terung memiliki akar tungang (radix primaria) yang dapat
menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm, pada akar tunggang akan tumbuh
akar-akar serabut dan akar cabang. Akar-akar menyebar pada radius 40-80 cm dari
pangkal batang, tergantung pada umur tanaman dan keseburan tanah (Rukman,
2003 dalam Indriyani, 2017).
b. Batang
Batang terung ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi batang
tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada jenis varietasnya. Permukaan
kulit batang, cabang, ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus. Batang tanamn
terong membentuk percabangan yang menggarpu (dikotom) dan tidak beraturan.
Percabangan ini merupakan bagian dari batang yang akan menghasilkan buah.
Batang utama tanaman terong memiliki ukuran cukup besar dan agak keras,
sedangkan percabangannya (batang sekunder) memiliki ukuran yang lebih kecil.
Fungsi batang selain sebagai tempat tumbuhnya daun dan organ-organ lainnya,
adalah untuk jalan pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai
jalan menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian (Bambang, 2003 dalam
Indriyani, 2017).
c. Daun
Bentuk daun terong terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai
daun berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal,
7
panjangnya berkisar antara 5–8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun,
tulang cabang, dan urat-urat daun. Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari
tangkai daun yang makin mengecil kearah pucuk daun. Lebar helaian daun 7–9 cm
atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12-20 cm. Bagun daun berupa
belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan
sisi bertoreh (Soetasad dan Muryati, 1999 dalam Indriyani, 2017).
d. Bunga
Bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga
berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang
sari dan Putik), bunga seperti ini sering dinamakan bunga sempurna, perhiasan
bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga.
Mahkota bunga berjumlah 5-8 buah dan akan digugurkan sewaktu buah
berkembang. Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun bintang. Benang
sari berjumlah 5–6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak dalam satu lingkaran
bunga yang letaknya menonjol di dasar bunga (Soetasad dan Muryanti, 1999 dalam
Indriyani, 2017).
e. Buah
Buah terung memilik ukuran, bentuk dan warna kulit yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis varietasnya. Bentuk buah terung yaitu bulat, bulat panjang, dan
setengah bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang dan besar. Sedangkan warna
kulit buah umumnya ungu tua, ungu muda, hijau, hijau keputihan, putih dan putih
keunguan. Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak
dan berair, buah tergantung pada tangkai buah. Daun kelopak melekat pada dasar
buah, berwarna hijau atau keunguan. Buah menggantung pada bagian tangkai.
Dalam satu tangkai terdapat satu buah terung, namun ada pula yang lebih dari satu
(Samadi, 2001 dalam Indriyani, 2017).
4. Syarat Tumbuh
1. Cahaya
Untuk memperoleh produksi yang tinggi, tempat penanaman terung harus
terbuka (mendapat sinar matahari). Cahaya matahari yang cukup sangat dibutuhkan
dalam proses fisiologi tanaman terung untuk membentuk bagian batang, cabang,
dan daun (vegetatif) serta bagian bunga, buah, dan biji (generatif). Intensitas cahaya
8
matahari yang diperlukan oleh tanaman tergantung pada fase atau tingkatan
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan cahaya matahari sebagai sumber energi
fotosintesis juga tergantung lamanya penyinaran. Penyinaran matahari untuk hasil
yang baik adalah sepanjang hari di tempat terbuka. Oleh karena itu, pembudidayaan
tanaman terong harus dilakukan di tempat yang terbuka (Ratule, 1999 dalam
Makbul, 2014).
2. Suhu
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman terung adalah 20ᵒC-30ᵒC.
Suhu yang tinggi diikuti dengan kelembaban yang relatif tinggi, dapat
menyebabkan penyakit daun dan banyak bunga rontok. Sedang suhu yang rendah
dapat mengganggu pembentukan buah. Suhu dibawah 10 derajat menyebabkan
lemahnya tepung sari dan bahkan banyak tepung sari yang mati. Hal tersebut
menyebabkan gagalnya pembuahan. Pada kisaran suhu udara yang sesuai 20ᵒC-
30ᵒC proses fotosintesis dapat berjalan dengan sempurna sehingga pembentukan
karbohidrat dalam jumlah yang besar (optimal) dapat recapai. Dengan demikian,
sumber energi lebih tersedia untuk pernafasan (respirasi), pertumbuhan tanaman
dan pembentukan sel-sel baru, serta pembentukan buah (Muhamad taufik, 1999
dalam Makbul, 2014).
3. Curah hujan
Tanaman terung pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya, pada vase generatif yang buahnya biasanya dijadikan sayur-sayuran
yang bernilai gizi tinggi. Ada biasa berduri, warna bunganya antara memerlukan
curah hujan yang sedikit. Jika curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah
dapat menyebabkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman terong adalah 750 mm/tahun (Ratule, 1999 dalam Makbul,
2014).
4. Ketinggian tempat
Tanaman terung dapat tumbuh dan berproduksi di dataran tinggi lebih baik
dari pada di dataran rendah, karena tanaman terong dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-1200 mdpl. Dengan demikian tanaman terong dapat dibudidayakan
(Muhammad taufik, 1999 dalam Makbul, 2014).
9
5. Tanah
Tanaman terung dapat tumbuh di segala jenis tanah, seperti latosol, regosol,
andosol, dan grumosol. Pertumbuhan terung yang baik, membutuhkan tanah
lempung berpasir gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik serta
unsur hara, kadar keasaman pH tanah antara lain 6,0-7,0 dan draenase yang baik
(Lestari, 1994 dalam Makbul, 2014). Pertumbuhan tanaman terung tidak tahan
genangan sehingga memperluas draenase yang baik. Warna kulit buah kurang
menarik apabila terjadi kekurangan air (Ashari, 1995 dalam Makbul, 2014).
5. Teknik Budidaya Tanaman Terung Ungu
a. Penyemaian benih
Penyemaian adalah salah satu perlakuan benih sebelum ditanam di lahan.
Hal ini di lakukan untuk mendapatkan tanaman yang seragam dan memudahkan
perawatan pada saat penanaman masih kecil. Persemain benih terung dapat
dilakukan dikotak persemaian, benih terung disemai pada media tanah.
b. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara
merata. Selanjutnya, tanah dibiarkan sekitar 5-7 hari agar terangin-anginkan dan
terkena cahaya matahari, supaya kuman dan penyakit di dalam tanah mati. Agar
tanah mudah dibajak, tanah sebaiknya diairi terlebih dahulu hingga cukup basah
(Herdy F. B. 2011 dalam Fatmawati 2016).
c. Pemupukan Dasar
Untuk pupuk dasar diberikan pupuk alam, misalnya pupuk kandang atau
kompos. Pemberian dilakukan bersamaan pada pengolahan tanah tahap ketiga atau
satu minggu sebelum tanam. Pupuk kandang merupakan kotoran hewan ternak
yang tercampur dengan sisa-sisa pakan ternak serta campuran dari urin ternak, dan
sebagainya (Herdy F. B. 2011 dalam Fatmawati, 2016).
d. Pembuatan jarak tanam
Sistem tanam yang digunakan untuk terung adalah sistem single row,
dengan jarak tanaman 50 cm. Cara menentukan jarak tanam pada bedengan dapat
menggunakan mistar penggaris sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan,
(Herdy F. B. 2011 dalam Fatmawati, 2016).
10
e. Penanaman
Bibit yang sudah cukup umur dicabut dengan hati-hati sebelum dilakukan
pencabutan, bedeng persemaian harus dibasai dengan air untuk memudahkan
pencabutan dan tidak merusak akar. Selanjutnya, bibit ditanam pada lubang tanam
dengan akar serabutnya ditata secara menyebar dan akar tunggang diletakkan tegak
lurus, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah dan agak ditekan (Herdy F. B.
2011 dalam Fatmawati, 2016).
f. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti bibit yang pertumbuhannya
tidak baik atau mati dengan bibit tanaman yang baru atau bibit yang
pertumbuhannya sehat. Penyulaman dilakukan apabila ditemukan bibit yang rusak,
apabila bibit tanaman rusak, sebaiknya diganti dengan bibit yang baru, dan
pengolahan tanah dikerjakan dengan lebih baik lagi (Herdy F. B. 2011 dalam
Fatmawati, 2016).
Adapun beberapa cara dalam melakukan penyulaman. Cabut tanaman yang
telah mati, rusak atau pertumbuhannya tidak normal atau terserang hama dan
penyakit. Terdahulu buat kembali lubang tanam, serta dibersihkan. Setelah itu, bibit
disulam pada lubang tanam tersebut dengan posisi tanaman lurus keatas, kemudian
lubang ditutup kembali dengan tanah. Setelah penanaman, lakukan penyiraman
disekitar tanaman. Kerusakan/kematian/pertumbuhan tanaman yang tidak baik
dapat disebabkan karena adanya serangan cendawan, kutu, kerusakan akar,
penyakit rebah kecambah dan penyakit layu (Hendry F. B. 2011 dalam Fatmawati,
2016).
g. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan
tanaman pada saat tanaman membutuhkannya. Unsur-unsur hara yang diperlukan
tanaman yaitu unsur hara makro yang merupakan unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah relatif banyak diantaranta Nitrogen, fosfor, Kalium,
kalsium, Sulfur, dan Magnesium. Sedangkan unsur hara lain yang mutlak
diperlukan taanaman dalam jumlah relatif sedikit yaitu unsur hara mikro,
diantaranya CL, b, dan Mn (Prihmantoro, 2002).
11
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Hama utama yang menyerang tanaman terong yaitu Myzus persicae (kutu
daun), Bermisida tabaci (kutu kebul), Lirimyza sp. (pengorak daun), dan Epilachna
sp. (oteng-oteng). Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap
kuning yang sudah dioles lem fox sebanyak 40 buah/ha. Penyakit utama yang
menyerang tanaman layu bakteri, bercak daun, antraknose, busuk leher akar, busuk
buah dan rebah semai. Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas tahan
hama dan penyakit, atur jarak tanam, dan pengiliran tanaman, drainase yang baik,
atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, pemangkasan pada daun tua, cabut
dan buang tanaman sakit. Apabila harus menggunakan perstisida, gunakan pestisida
yang aman dan selektif seperti pestisida nabati, biologi atau pestisida piretroid
sintetik (BPTP Jambi, 2014).
7. Mulsa Jerami Padi
Jerami merupakan bagian vegetatif berupa batang, daun, dan tangkai dari
tanaman padi. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia
dengan ketersediaan sebanyak 55 juta ton/tahun yang sebagian besar ada di wilayah
Indonesia bagian Jawa Timur yaitu sebesar 17,2 juta ton jerami padi (31,27%),
Sulawesi Selatan sebesar 5,55 juta ton jerami padi (10,1%), Jawa Tengah sebesar
13.08 juta ton jerami padi (23,79%), Jawa Barat sebesar 8,35 juta ton jerami padi
(15,19%), dan di Nusa Tenggara Barat sebesar 2,53 juta ton jerami padi (4,6%)
(Setiarto, 2013). Karena jumlahnya yang melimpah jerami padi mudah diperoleh
dan harganya terjangkau (murah).
Mulsa adalah berbagai bahan organik ataupun bahan anorganik yang
digunakan untuk menutupi permukaan lahan pertanian, untuk mengendalikan
gulma, untuk melindungi akar tanaman (panas, dingin, atau kekeringan), dan
menjaga kebersihan buah tanaman (Fatemi, 2013).
Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi
untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan
gulma. Mulsa dapat berupa sisa tanaman yang masih basah atau kering dan mulsa
yang berasal dari bahan sintesis seperti mulsa plastik, mulsa dari bahan sintesis
adalah harga yang relatif mahal dan cara aplikasinya tidak sedehana. Sebagai
alternatif adalah pemanfaatan sisa tanaman seperti jerami padi (Handayani, 2015).
12
Menurut Tinambunan (2014), mulsa adalah bahan untuk menutup tanah
sehingga suhu dan kelembaban tanah sebagai media tanaman dapat terjaga
kestabilannya. Mulsa juga berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma sehingga
tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat
musim hujan dapat mencegah erosi permukaan tanah dan untuk memperbaiki sifat
kimia dan sifat fisik tanah. Ditambahkan oleh Sudjianto dan Kristina (2014), pada
musim kemarau mulsa sangat penting untuk menahan panas matahari pada bagian
atas permukaan tanah, mengurangi penguapan sehingga dapat menjaga kelembaban
tanah dan suhu tanah menjadi relatif rendah.
8. Air Cucian Beras
Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari. Saat
mencuci beras biasanya air cucian pertama akan berwarna keruh. Warna keruh
tersebut menunjukkan bahwa lapisan terluar dari beras ikut terkikis. Selama
pencucian beras, sekitar 50% fosfor (P), 70% vitamin B3, 80% vitamin B1, 90%
vitamin B6, 50% mangan (Mn), 60% zat besi (Fe), 100% serat dan asam lemak
esensial terlarut oleh air (Alip, 2010 dalam Rahmadsyah, 2016).
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi
aplikasi pupuk anorganik/kimia dikarenakan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen
pada tanaman. Salah satu pupuk organik yang bisa memperbaiki unsur hara tanah
dan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas panen adalah limbah air cucian beras.
Air cucian beras mempunyai banyak manfaat untuk tanaman, serta mudah
diperoleh petani dan ramah lingkungan, dan memiliki harga yang murah sehingga
dapat terjangkau oleh petani (Bahar, 2016).
Rosmarkam, 2002 dalam wardiah, 2014, juga menyatakan limbah air cucian
beras dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat mendukung proses
metabolisme tanaman dan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan
tanaman.
Pupuk organik cair limbah rumah tangga seperti limbah cucian beras dapat
dijadikan sebagai pupuk organik pada tanaman. Pupuk organik cair selain dapat
meningkatkan kesuburan tanah juga dapat meningkatkan kesehatan lingkungan.
Limbah air cucian beras merupakan hasil buangan yang berasal dari suatu
13
prosesproduksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang tidak memiliki
nilai ekonomis lagi. Air cucian beras mengandung banya nutrisi diantaranya adalah
karbohidrat, nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, sulfur, besi, Vitamin B1
(Wulandari, dkk. 2011 dalam Lalla, 2018).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Pemberian mulsa jerami padi di atas petak perlakuan mampu menahan
penguapan air yang disebabkan oleh sinar matahari dan pada saat hujan mulsa
jerami dapat mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan sehingga unsur hara dalam
tanah tetap tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadid, (2017) yang
menyatakan bahwa pemberian mulsa jerami diatas permukaan tanah dapat
mengurangi evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan kelembapan tanah. Selain
dapat mengurangi kehilangan air dan menurunkan suhu, jerami juga dapat
mempertahankan kondisi disekitar tanaman sehingga kelembaban tanah lebih
tinggi.
Perlakuan bobot mulsa jerami padi berpengaruh nyata terhadap rata-rata
tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 HST, jumlah daun trifoliate umur 14, 21, dan
28 HST, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per
tanaman, bobot biji kering per tanaman, bobot biji kering per petak, dan bobot 100
butir biji kering. Perlakuan bobot mulsa jerami padi 6 ton/ha memberikan hasil
yang lebih tinggi pada bobot biji kering per petak yaitu sebesar 1,16 kg atau setara
dengan 1,55 ton/ha dengan asumsi 80% lahan efektif, bila dibandingkan dengan
perlakuan tanpa mulsa jerami padi (Trisnaningsih, 2015).
Beberapa hasil penelitian air cucian beras yang telah dicobakan pada
berbagai jenis tanaman. Hasil penelitian Wardiah, et al. (2014), air cucian beras
berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman pakchoy (Brassica rapa L.)
pada 10 dan 20 hari setelah tanam. Namun tidak memberikan pengaruh yang nyata
pada jumlah daun. Air cucian beras berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman terung pada umur 20 dan 30 hari (Bukhari, 2013). Air cucian beras
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot
kering tanaman kangkung darat (Bahar, 2016). Air cucian beras berpengaruh secara
nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman adenium (Lalla, 2017). Hasil penelitian
14
ini menggambarkan bahwa pada dasarnya air cucian beras berpotensi untuk
pertumbuhan berbagai jenis tanaman.
2.3 Kerangka Pikir
Tanaman terung sebagai objek dalam penelitia ini yang merupakan tanaman
sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Terung banyak digemari oleh
masyarakat karena selain memiliki cita rasa yang enak, juga memiliki sumber gizi
dalam menunjang kesehatan. Namun, kebutuhan akan buah terung tidak dapat
terpenuhi akibat produksi tanaman terung mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan oleh kebiasaan petani yang masih ketergantungan menggunakan pupuk
yang berbahan kimia sehingga tingkat kesuburan tanah mengalami penurunan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi yaitu dengan cara
menggunakan pupuk organik dan mulsa jerami padi. Pupuk yang dapat digunakan
adalah pupuk organik cair limbah air cucian beras karena kandungan hara pada air
cucian beras mampu meningkatkan kesuburan tanah juga dapat meningkatkan
kesehatan lingkungan. Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan
gulma yang tumbuh, mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air
dapat dikurangi sehingga kelembaban dan temperatur tanah relatif stabil.
Penggunaan mulsa merupakan salah satu upaya memodifikasi kondisi lingkungan
agar sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
15
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Terdapat pengaruh pemberian mulsa jerami padi dan air cucian beras terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman terung ungu.
2. Terdapat satu atau lebih kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dan air cucian
beras yang memberikan pengaruh efektif terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman terung ungu.
Tanaman Terung Ungu
(Solanum melongena L.)
Produksi Berfluktuatif
Belum Memenuhi Permintaan Pasar
Mudah Diperoleh Ramah Lingkungan
Mulsa Jerami Padi dan
Air Cucian Beras
P1 = mulsa
jerami padi
1 kg dan air
cucian beras
300
ml/tanaman
P2 = mulsa
jerami padi
2 kg dan air
cucian beras
250
ml/tanaman
P = 5 mulsa
jerami padi
5 kg dan air
cucian beras
100
ml/tanaman
P4 = mulsa
Jerami padi
4 kg dan air
cucian beras
150
ml/tanaman
P3 = mulsa
jerami padi
3 kg dan air
cucian beras
200
ml/tanaman
Meningkatkan Hasil dan Produksi
Tanaman Terung Ungu
Aplikasi Mulsa Organik
dan Pupuk Organik
P0 = Kontrol
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan II Fakultas Pertanian,
Universitas Cokroaminoto Palopo, Jln. Lamaranginang, Kelurahan Batupasi
Kecamatan Wara Utara Kota Palopo. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan
Januari sampai April 2020.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih terung ungu varietas
Bungo F1, mulsa jerami padi, air cucian beras, EM4, dan gula pasir.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah sekop, parang, cangkul,
mistar/meteran, buku, polpen, spidol permanen, papan penelitian, label perlakuan,
kamera, timbangan, gelas beaker, sendok, cerigen, toples plastik dan karung.
3.3 Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK), dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 24 unit
perlakuan yaitu:
P0 = Kontrol
P1 = 1 kg mulsa jerami padi dan 300 ml air cucian beras
P2 = 2 kg mulsa jerami padi dan 250 ml air cucian beras
P3 = 3 kg mulsa jerami padi dan 200 ml air cucian beras
P4 = 4 kg mulsa jerami padi dan 150 ml air cucian beras
P5 = 5 kg mulsa jerami padi dan 100 ml air cucian beras
Data pengamatan kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam. Jika
terdapat hasil analisis yang menunjukkan perbedaan yang nyata, maka akan
dilanjutkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
3.4 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanakan yang dilakuakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penyemaian
Benih terung ungu terlebih dahulu disemai sebelum ditanam dilahan.
Penyemaian benih terung ungu dilakukan didalam wadah persemaian yang berisi
17
media tanah, kemudian disimpan ditempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung dan hujan agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat. Adapun
penyiraman yang dilakukan yaitu tergantung dengan kondisi tanaman.
2. Pengolahan lahan
Sebelum melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu menyiapkan alat yang
akan digunakan seperti cangkul, parang dan meteran. Lahan dibersihkan dari sisa
tanaman atau gulma sampai kedalam 20-30 cm. Tujuan pengolahan dilakukan
untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah agar pertumbuhan akar dan
penyerapan unsur hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan baik. Bedengan
dibuat dengan panjang 90 cm dan lebar 50 cm.
3. Penanaman
Proses penanaman dilakukan setelah benih tanaman terong ungu sudah
berumur 30 hari setelah disemaikan. Pindahkan bibit tanaman terung ungu
kebedengan yang telah dibuat lubang dan ditanam dengan jarak tanaman 50 cm.
Setiap lubang tanam berisi 1 bibit tanaman terong ungu. Proses penanaman
dilakukan pada sore hari.
4. Penyiapan Jerami Padi
Prosedur penyiapan jerami padi yaitu menyiapakan alat dan bahan yang
akan digunakan. Pengambilan jerami padi tersebut diambil dari sisa-sisa padi yang
baru dipanen. Kemudian jerami padi yang sudah diambil ditimbang sesuai dengan
takaran yang telah ditetapkan pada setiap perlakuan. Selanjutnya, jerami padi yang
telah siap sudah dapat langsung diaplikasikan pada bedengan.
5. Pembuatan pupuk organik cair air cucian beras
Prosedur pembuatan pupuk organik cair air cucian beras yaitu pertama-tama
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, air cucian beras sebanyak 2 liter lalu
masukkan kedalam toples plastik yang sudah disediakan, kemudian masukkan 4
tutup botol cairan EM4 dan 2 sendok makan gula pasir ke dalam wadah yang sudah
diisi air cucian beras. Aduk semua bahan tersebut sampai rata dan jadi satu,
kemudian masukkan ke dalam cerigen dan ditutup rapat-rapat lalu di diamkan
selama sekitar 5-7 hari. Air cucian beras yang telah dimasukkan ke dalam cerigen
disimpan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Selanjutnya, poc
air cucian beras yang telah jadi sudah dapat langsung diaplikasikan pada tanaman
terong ungu.
18
6. Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucian Beras
Mulsa jerami padi yang sudah disiapkan langsung diaplikasikan dengan cara
diletakan di atas permukaan bedengan sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan
pada setiap perlakuan. Mulsa jerami padi diaplikasiakan 3 hari sebelum tananaman
terung ungu di tanam.
Pengaplikasian air cucian beras pertama dilakukan pada tanaman berumur 7
hari setelah tanam, aplikasi berikutnya dilakukan setiap minggu sampai tanaman
terung ungu sudah mulai memasuki fase generatif. Penyiraman air cucian beras
dilakukan pada waktu pagi dan sore hari. Apabila turun hujan penyiraman tidak
dilakukan. Konsentrasi air cucian beras diaplikasikan pada tanaman berdasarkan
konsentrasi setiap perlakuan yang telah ditentukan, P1 sebanyak 300 ml/tanaman,
P2 sebanyak 250 ml/tanaman, P3 sebanyak 200 ml/tanaman, P4 sebanyak 150
ml/tanaman, P5 sebanyak 100 ml/tanaman. Aplikasi dilakukan dengan cara
menyiramkan larutan air cucian beras disekitar perakaran tanaman dengan
menggunakan gelas ukur.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terung terdiri dari penyulaman, penyiraman,
penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7
hst, tujuan penyulaman untuk menggatikan tanaman yang mati, layu atau tidak
tumbuh. Penyiraman setiap pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi tanah pada
setiap bedengan dan curah hujan. Untuk penyianagan dilakukan setiap hari apabila
ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman/lahan penelitian, serta pembumbunan
seminggu sekali tujuan dari pembubunan agar tanah menjadi gembur serta
memberikan sirkulasi udara tanah.
8. Pengamatan
Pengamatan pada tanaman terung dilakukan dua minggu setelah tanam yaitu
pada sore hari. Proses pengamatan selanjutnya dilakuhkan satu minggu sekali
hingga akhir percobaan.
9. Panen
Panen terung dilakukan setelah tanaman ditandai dengan ciri buah yang
dapat dipanen adalah buah yang berukuran besar, atau tergantung pada jenis
varietasnya. Cara panen dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan
menggunakan gunting/pisau.
19
3.5 Parameter Pengamatan
Parameter penelitian yang akan diamati yaitu :
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun (helai)
3. Umur berbunga (hari)
4. Jumlah buah (buah)
5. Berat buah (gram)
6. Diameter buah (cm)
7. Jenis Gulma
8. Jumlah Gulma
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis sidik ragam terhadap tinggi tanaman terung ungu
menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air
cucian beras pada terung ungu tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Pertambahan tinggi tanaman dari berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air
cucian beras dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 : Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras.
Hasil rata-rata tinggi tanaman terung ungu tidak berpengaruh nyata pada
pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman terung ungu. Diagram di atas menunjukkan rata-rata tinggi
tanaman terung ungu terbaik ditujukan pada perlakuan P3 dengan nilai rata-rata
11,40 cm, terbaik kedua ditunjukkan pada P2 dengan rata-rata 11,27 cm, terbaik
ketiga P0 dengan rata-rata 10,71 cm, terbaik keempat P5 dengan rata-rata 10,35 cm,
kemudian terbaik kelima terdapat pada P4 dengan rata-rata 10,30 cm, sedangkan
10.71
9.95
11.27 11.40
10.30 10.35
9.00
9.50
10.00
10.50
11.00
11.50
12.00
1 2 3 4 5 6
Tin
ggi
Tan
am
an
(cm
)
Tinggi Tanaman(cm)
P0 P5 P4 P3 P2 P1
21
untuk hasil terendah dengan pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras
ditunjukkan pada perlakuan P1 dengan rata-rata 9,95 cm.
2. Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian beras pada
tanaman terung ungu tidak memberikan pengaruh yang nyata. Jumlah daun
tanaman terung ungu pada berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air cucian
beras dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 : Diagram Rata-rata Jumlah Daun Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras.
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan jumlah daun terbaik pada P0
(kontrol) sebanyak 7,7 helai, lalu diikuti P3 (mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian
beras 200 ml/tanaman) sebanyak 6,6 helai, kemudian selanjutnya terdapat dua
perlakuan yang memperlihatkan jumlah daun yang sama yaitu P2 (mulsa jerami
padi 2 kg dan air cucian beras 250 ml/tanaman) dan P4 (mulsa jerami padi 4 kg dan
air cucian beras 150 mm/tanaman) dengan jumlah 6,3 helai. Kemudian pada
tanaman P5 (mulsa jerami padi 5 kg dan air cucian beras 100 ml/tanaman)
memiliki jumlah daun terbaik ke-3 yaitu 6,0 cm. sedangkan diameter terendah
7.7
5.1
6.3 6.6 6.3
6.0
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
1 2 3 4 5 6
Ju
mla
h D
au
n (
Hela
i)
P0 P5 P4 P3 P2 P2
Perlakuan
22
terdapat pada P2 (mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras 250 ml/tanaman)
dengan jumlah daun yaitu 5,1 helai.
3. Umur Berbunga
Hasil analisis sidik ragam terhadap umur berbunga menunjukkan bahwa
parlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian beras pada
tanaman terung ungu tidak memberikan pengaruh yang nyata. Umur berbunga
tanaman terung ungu pada berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air cucian
beras dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 : Diagram Rata-rata Umur Berbunga Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras
Berdasarkan rata-rata umur berbunga tanaman terong ungu tidak
berpengaruh nyata pada pemberian mulsa jerami padi dengan air cuciam beras
terhadap pertumbuhan dan produksi tenaman terung ungu. Diagram diatas
menunjukkan P0 (kontrol) nilai rata-rata umur berbunga tanaman terong ungu yaitu
41,25 hari untuk hasil terbaik, terbaik kedua terdapata pada P3 yang menunjukkan
rata-rata umur berbunga 41,63 hari, terbaik ketiga P2 dengan nilai rata-rata 44,88
hari, selanjutnya terbaik keempat P5 dengan rata-rata 45,63 hari, kemudian diikuti
terbaik kelima P4 dengan nilai rata-rata 50,13 hari dan P1 merupakan hasil terendah
dengan nilai rata-rata 34,63 hari dengan pemberian mulsa jerami padi dengan air
cucian beras.
41.25
50.13
44.88 41.63
46.88 45.63
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1 2 3 4 5 6
Um
ur B
erb
un
ga
(Hari)
Umur Berbunga (Hari)
P0 P4 P3 P2 P1 P5
23
4. Jumlah Buah
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah buah menunjukkan bahwa
pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras pada tanaman terung ungu
memberikan pengaruh berbeda nyata. Jumlah buah tanaman terung ungu pada
berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air cucian beras dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5: Diagram Rata-rata Jumlah Buah Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras.
Hasil Rata-rata jumlah buah tanaman terung ungu yang ditampilkan pada
diagram memperlihatkan adanya perbedaan jumlah buah antara tanaman yang
diberikan kombinasi mulsa jerami padi dan air cucian beras dengan tanaman tanpa
mulsa jerami padi dan air cucian beras, dimana analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa tanaman yang diberikan mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200
ml/tanaman (P3) memiliki jumlah buah terbanyak yaitu 3,00 buah, selanjutnya pada
tanaman yang diberikan mulsa jerami padi 5 kg dan air cucian beras 100
ml/tanaman (P5) merupakan tanaman dengan jumlah buah terbanyak berikutnya
dengan jumlah buah yaitu 2,75 buah, jumlah buah terbanyak berikutnya juga
terlihat pada tanaman yang diberikan mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras
250 ml/tanaman (P2) dengan jumlah buah yaitu 2,63 buah, kemudian pada tanaman
yang diberikan mulsa jerami padi 4 kg dan air cucian beras 150 ml/tanaman (P4)
1.75 1.88
2.63
3.00
2.38
2.75
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
1 2 3 4 5 6
Ju
mla
h B
uah
(B
uah
)
Periakuan
P0 P1 P5
P2 P4 P3
24
dengan jumlah buah yaitu 2,38 buah, lalu selanjutnya pada tanaman yang diberikan
mulsa jerami padi 1 kg dan air cucian beras 300 ml/tanaman (P1) dengan jumlah
buah terbanyak ke-5 dengan julah buah 1,88 buah, sedangkan jumlah buah
terendah terlihat pada tanaman kontrol (P0) dengan jumlah buah yaitu 1,75 buah.
5. Berat Buah
Hasil analisis sidik ragam terhadap berat buah menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian beras pada
tanaman terung ungu tidak memberikan pegaruh yang nyata. Berat buah tanaman
terung ungu pada berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air cucian beras dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 : Diagram Rata-rata Berat Buah Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras.
Hasil diagram di atas rata-rata berat buah terung ungu tidak berpengaruh
nyata pada pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung ungu. Diagram diatas menunjukkan
bahwa P4 merupakan hasil terbaik dengan nilai rata-rata 124,64 gram dengan
pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras. Terbaik kedua P1 dengan
nilai rata-rata 134,85 gram, terbaik ketiga P2 dengan nilai rata-rata 134,85 gram,
terbaik keempat P5 dengan rata-rata 124,64 gram, kemudian terbaik kelima pada P0
(kontrol) dengan nilai rata-rata 115,02 gram, selanjutnya diikuti rata-rata berat buah
115.02
134.85 134.39
96.11
136.23 124.64
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 5 6
Ber
at
bu
ah
(gram
)
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P5 P4
25
terendah dengan pemberian mulsa jerami padi dengan air cucian beras terdapat
pada P3 dengan nilai rata-rata 96,11 gram.
6. Diameter Buah
Hasil analsis sidik ragam terhadap diameter bahwa menunjukkan bahwa
perlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian beras pada
tanaman terung ungu tidak memberikan pengaruh yang nyata. Diameter buah
tanaman terung ungu pada berbagai perlakuan mulsa jerami padi dan air cucian
beras dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7: Diagram Rata-rata Diameter Buah Terung Ungu Pada Pengaruh
Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian Beras.
Diagram di atas menunjukkan rata-rata diameter buah tanaman terung ungu
dengan perlakuan kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dan air cucian beras
memberikan hasil yang lebih baik dari pada tanaman terung ungu tanpa perlakuan
(kontrol), dimana P2 (mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras 250 ml/tanaman)
menunjukkan hasil tertinggi terhadap diameter buah tanaman terung ungu yaitu
7,96 cm. selanjutnya pada tanaman yang diberikan mulsa jerami padi 1 kg dan air
cucian beras 300 ml/tanaman (P1) menunjukkan hasil diameter buah terbesar ke-2
yaitu 7,28 cm, kemudian pada perlakuan mulsa jerami padi 4 kg dan air cucian
beras 150 ml/tanaman (P4) merupakan perlakuan dengan diameter buah terbaik ke-
3 dengan rata-rata diameter buah yaitu 7,13 cm. Pada diagram diatas terdapat dua
perlakuan yang menunjukkan hasil diameter buah yang tidak jauh berbeda yaitu
6.71
7.28
7.96
6.92 7.13
6.94
6.006.206.406.606.807.007.207.407.607.808.008.20
1 2 3 4 5 6
Dia
mete
r B
uah
(cm
)
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4 P5
26
pada P5 (mulsa jerami padi 5 kg dan air cucian beras 100 ml/tanaman) dengan rata-
rata diameter buah 6,94 cm, dan P3 (mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras
200 ml/tanaman) dengan rata-rata diameter buah 6,92 cm. Sedangkan diameter
buah terendah terlihat pada tanaman kontrol dengan rata-rata diameter buah yaitu
6,71 cm.
6. Jenis Gulma7
Berdasarkan hasil pengamatan jenis-jenis gulma yang tumbuh pada setiap
perlakuan tanaman terung ungu, dari minggu kedua setelah tanam sampai minggu
kelima setelah tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.
7. Jumlah Gulma
Hasil pengamatan jumlah gulma yang tumbuh pada lahan penelitian
tanaman terung ungu dari minggu kedua sampai minggu kelima dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 3.
Gambar 8 : Diagram Rata-rata Jumlah Gulma Pada Tanaman Terung Ungu Pada
Pengaruh Kombinasi Ketebalan Mulsa Jerami Padi Dengan Air Cucian
Beras.
Berdasarkan gambar diatas, rata-rata jumlah gulma yang terbanyak pada P0
(kontrol) dengan nilai rata-rata 48,3, selanjutnya pada P1 (mulsa jerami padi 1 kg
dan air cucian beras 300 ml/tanaman) dengan nilai rata-rata 4,1, Kemudian pada P2
(mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras 150 ml/tanaman) dengan nilai rata-rata
2,5, selanjutnya P3 (mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200 ml/tanaman)
48.3
4.1 2.5 1.6 0.6 0.8 0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
1 2 3 4 5 6
Ju
mla
h G
ulm
a
P0 P5 P4 P3 P2 P1
Perlakuan
27
dengan nilai rata rata 1,6, selanjutnya diikuti P5 (mulsa jerami padi 5 kg dan air
cucian beras 100 ml/tanaman) dengan nilai rata-rata 0,8, sedangkan untuk nilai
terendah terdapat pada P4 (mulsa jerami padi 4 kg dan air cucian beras 150
ml/tanaman) dengan nilai rata-rata 0,6.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil
berpengaruh berbeda nyata yakni pada jumlah buah, sedangkan yang tidak
berpengaruh nyaata terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, umur
berbunga, berat buah, dan diameter buah.
Pemberian kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dan air cucian beras
memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman, berat buah dan diameter
buah. Dimana pada parameter tinggi tanaman memperlihatkan hasil terbaik, pada
P3 (mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200 ml/tanaman) dengan nilai rata-
rata tertinggi 11,40 cm, kemudian pada parameter diameter buah hasil perlakuan
terbaik pada P2 (mulsa jerami padi 2 kg dan air cucian beras 150 ml/tanaman)
dengan nilai rata-rata 7,96 cm, hasil parameter terbaik selanjutnya terdapat pada
parameter berat buah, yaitu P4 (mulsa jerami padi 4 kg dan air cucian beras 150
ml/tanaman) dengan nilai rata-rata 136,23 gram. Hal ini diduga karena tanaman
dapat menyerap unsur nitrogen dan fosfor dengan baik, dan juga disebabkan karena
tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pembentukan buah serta
dipengaruhi oleh faktor genetik maupun fisiologi tanaman. Hal ini dijelaskan oleh
Zubachtirodindan Subandi (2008) dalam Yulianingsih, (2017) mengatakan bahwa
tinggi tanaman dipengaruhi oleh pemberian nitrogen yang dapat meningkatkan
tinggi tanaman. Dan juga oleh, Rinsema, (1986) dalam Yulianingsih, (2017) bahwa
fosfor mempunyai pengaruh yang positif dalam mendorong tanaman menjadi
masak dengan baik. Menurut Rostani et al., (2016) secara genotip dan fenotip,
semakin lebar mahkota semakin tinggi mahkota maka semakin besar diameter buah
dan panjang buah, karena mahkota memiliki kholorofil untuk melakukan proses
fotosintesis dari mahkota digunakan untuk perkembangan buah. Diameter buah
meningkat sesuai dengan peningkatan kosentrasi pupuk yang diberikan seperti
halnya pada berat buah. Adanya peningkatan suplai unsur hara yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan produksi tanaman yang optimal
28
(Roemayanti, 2014). Menurut Darjanto dan Satifah (1990) dalam Kurniawati,
(2018) disamping faktor luar, genetik juga menentukan apakah penyerbukan
mengakibatkan pembuahan dan apakah embrio yang terbentuk setelah pembuahan
mempunyai kemampuan berkebang terus.
Pada parameter umur berbunga dan jumlah daun memperlihatkan hasil
tertinggi pada P0 (kontrol) dengan masing-masing nilai rata-rata 41,25 hari, dan 7,7
helai, hal ini diduga karena umur berbunga dan umur panen lebih dipengaruhi oleh
faktor kelebihan air pada fase pertumbuhan awal. Hal ini dijelaskan Lakitan (2004)
dalam Khairiyah (2017), tanaman akan menghasilkan bunga jika mempunyai zat
cadangan dan varietas yang digunakan. Bila varietas yang digunakan berasal dari
varietas yang sama, maka umur berbunga tidak berbeda karena tanaman yang
berasal dari varietas yang sama akan cenderung mempunyai sifat-sifat yang sama
pula. Menurut Gardner et al., (1991) dalam Sasongko (2013) bahwa jumlah bakal
daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies.
Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan.
Parameter jumlah buah pada tanaman terung ungu dengan nilai tertinggi pada
perlakuan P3 (mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200 ml/tanaman) dengan
nilai rata-rata tertinggi 3,00 buah. Hal ini diduga mulsa jerami padi dapat
memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah sehingga zat hara didalam tanah
sebagai media tanam terjaga kesetabilannya. Dan dengan pemberian air cucian
beras, dapat mencakupi kebutuhan hara tanaman sehingga dapat mendukung proses
metabolisme tanaman dan memberikan pengaruh yang baik dalam memacu
tanaman untuk proses pembentukan dan pertumbuhan buah menjadi masak.
Darjanto dan Satifah (1990) dalam Zawani, (2015) mengatakan bahwa untuk
pertumbuhan buah diperlukan zat hara terutama nitrogen, fosfor, dan kaliaum.
Kekurangan zat tersebut dapat mengganggu pertumbuhan buah. Unsur nitrogen
diperlukan untuk pembentukan protein. Unsur fosfor untuk pembentukan protein
dan sel baru. Fosfor juga membantu dalam mempercepat pertumbuhan bunga, buah
dan biji. Sementara unsur kalium dapat memperlancar pengangkutan karbohidrat
dan memegang peranan penting dalam pembelahan sel, mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.
29
Pada parameter jenis gulma dan jumlah gulma pada tanaman terung ungu
memperlihatkan bahwa jenis gulma yang banyak tumbuh yaitu jenis gulma rumput
teki (Cyperus rotundus L.), sedangkan jumlah gulma yang tumbuh dengan nilai
tertinggi pada perlakuan P0 (kontrol) dengan nilai rata-rata 48,3, sedangkan jumlah
gulma yang tumbuh terendah pada P4 (mulsa jerami padi 4 kg dan air cucian beras
150 ml/tanaman) dengan nilai rata-rata 0,6. Hal ini diduga bahwa kombinasi
ketebalan mulsa jerami padi memberikan pengaruh berbeda pada penekan
pertumbuhan gulma yang dapat menjadi pesaing bagi tanaman terung ungu dalam
menyerap unsur hara. Hal ini dijelaskan Rosmawati, (2013) jenis mulsa yang
berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban,
kandungan air tanah, serta penekan gulma dan organisme pengganggu.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh kombinasi ketebalan
mulsa jerami padi dengan air cucian beras terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman terung ungu secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap berbagai
parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, berat
buah, dan diameter buah, namun terdapat satu parameter yang memberikan
pengaruh yang nyata yaitu pada jumlah buah. Dosisi pemberian mulsa jerami padi
dan air cucian beras yang efektif terhadap produksi tanaman terung ungu adalah
dosis pada perlakuan P3 = mulsa jerami padi 3 kg dan air cucian beras 200
ml/tanaman yaitu pada parameter tinggi tanaman dengan nilai rata-rata 11,40 cm,
dan jumlah buah dengan nilai rata-rata 3,00 buah. Sedangkan untuk parameter
diameter buah rata-rata 7,96 cm diperoleh pada perlakuan P2 = mulsa jerami padi 2
kg dan air cucian beras 250 ml/tanaman, dan berat buah hasil rata-rata 136,23. Hal
ini diduga karena pemberian bahan organik berperan penting dalam meningkatkan
kesuburan tanah, sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara dengan baik seperti
kandungan fosfor yang berperan dalam pembentukan bunga dan buah tanaman.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan perlu dilakukan lebih
lanjut terhadap pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian
beras pada tanaman lainnya dan menggunakan dosis yang berbeda dan lebih tinggi
dari penelitian sebelumnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Air Cucian beras
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena
L.). Jurnal Sains Riset Vol.3 No.1 tahun 2013. Diakses 16 juli 2020.
BPTP Jambi. 2014. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknik
Pertanian. Jambi.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2018. Statistik Produksi Hortikultura tahun 2018.
(Internet). (diunduh 6 November 2019). Tersedia pada:http//bps.go.id/
Bahar, A. E. 2016. Pengaruh Pemberian Limbah Air Cucian Beras Terhadap
Pertumbuhan kangkung darat (Ipomoea reptans L.). Artikel Ilmiah Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian, Riau.
Cahyono, B. 2016. Untung Besar Dari Terung Hibrida. Depok : Putaka Mina.
Damanik, M. M. B., dkk., 2014. Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi
dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta
Pertumbuhan Tanaman Jagung. USU Press, Medan.
Firmanto, B. 2011. Sukses Bertanaman terung Organik. Angkasa. Bandung.
Fatemi, H., Hossein, A., Majid A., dan Hossein N. 2013. Infuenced Of Quality Of
Light Reflected Of Colored Mulch On Cucurbita Pepo Var Rada Under
Field Condition. International Journal of Agriculture. 3 (2): 374-380.
Fatmawati. 2016. Respon Pemberian Ampas Tahu Dan Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terong Hijau. Skripsi. Palopo.
Fakultas Pertanian. UNCP.
Gustanti, Y, Chairul dan Syam, Z. 2014. Pemberian Mulsa Jerami Padi (Oryza
sativaL.) Terhadap Gulma dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine
max (L.) Merr). J. Bio. UA. 3(1) : 73-79.
Handayani, E. N., dkk., 2015. Pengaruh Bobot Mulsa Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Kultivar Kutilang. Jurnal AGROSWAGATI Volume 3 Nomor 1 Maret
2015.
Hadid, A., dkk., 2017. Pemanfaatan Mulsa Dan Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
J. Agroland 24 (1) : 64–72, April 2017.
Imdad, H. P. dan A. A. Nawangsih. 1995. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya.
Jakarta. 78 hlm.
Indriyani, Titis. 2017. Pengaruh Penyiangan Gulma. Agroteknologi, UMP 2017.
32
Iritani, Galuh. 2012. Vegetable Gardening. Indonesia Tera. Yogyakarta
Karim Fahri dkk, 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Terong
(Solanum melongena L.) Terhadap Perlakuan Pupuk Phonska.
Khairiyah., dkk., 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Jagug Manis (Zea
mays saccharata Sturt Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Organik Hayati
Pada Lahan Rawa Lebak. Program Studi Agroteknologi. Sekolah Tinggi
Ilmu Peranian Amuntai. Ziraa’ah, Volume 42. No. 3. Oktober 2017. Hlm.
230-240.
Kurniawati, A. dan Guritno, B. 2018. Pengaruh Pemangkasan Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.)
Varietas. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 6 No. 6, Juni 2018 : 1164-1170.
Lalla, M. 2017. Pertumbuhan Tanaman Adenium (Adenium obesum) Pada
Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Penyiraman Air Cucian Beras (Air
Leri). Jurnal Agropolitan Vol. 4 (1) Juli 217 49-57.
Lala, M. 2018. Potensi Air Cucian Beras Sebagai Pupuk Organik Pada Tanaman
Seledri (Apium graveolens L. Jurnal Agropolitan Vol. 5 No. 1 Juli 2018. 43
hlm.
Mashudi. 2007. Budidaya Terung. Azka Press. Jakarta.
Makbul. 2014. Pengaruh Pupuk Cair Limbah Nasi Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Terung. Skripsi. Palopo. Fakultas Pertanian. UNCP.
Muhammad safei, ddk, 2014. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong (Solanum melongena L.)
Varietas Mustang F-1. Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, ISSN :
1412–6885.
Novriani, dkk., 2018. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Mulsa Organik
Untuk Mendukung Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Daun
(Allium fistulosum L.). Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Baturaja. Karang Sari Baturaja.
Prihmantoro. 2002. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prahasta. 2009. Agribisnis Terung. CV. Pustaka Grafika. Bandung.
Parnata AS. 2010. Meningkatkan hasil panen dengan pupuk organik. Institut
Pertanian Bogor. hal 74-75.
Roemayanti, E. 2014. Pengaruh Kosenterasi Pupuk Pelengkap dan Asam Giberelat
(GA3) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Terung Jepang (Solanum
33
melongena L.) Secara Hidroponik. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Rosmawati, C. 2013. Pengaruh Mulsa Dan Dosis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
(Doctoral dissertation, Universitas Teuku Umar Meulaboh). Setiadi 2008.
Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukman, R. 2003. Bertanam Selada dan Sawi. Kanisius. Yokyakarta. 44 hlm.
Rahmadsyah. 2015. Pengaruh Air Leri, Air The Basi dan Air Kopi Sebagai Larutan
Nutrisi Alternatif Terhadap Budidaya Bayam Merah Dengan Metode
Nutrien Film Technique. Skripsi Program Studi Biologi Universias Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Soetasad, A. A. dan S. Muryanti. 2003. Budidaya Terung Lokal dan Terung
Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm.
Sudjianto, U dan Kristina, V. 2014. Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil
buah melon (Cucumis melo L.). Jurnal Sains dan Teknologi. 2 (2) : 1-7.
Sasongko, J. 2013. Pengaruh Macam Pupuk NPK Dan Macam Varietas Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanu melongena L.).
Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Setiarto, R. H. B., 2013. Prospek Dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa Jerami
Padi Menjadi Kompos, Silase Dan Biogas Melalui Fermentasi Mikroba.
Jurnal Selulosa, Vol. 3, No. 2, Desember 2013 : 51-66.
Tinambunan, E. 2014. Penggunaan beberapa jenis mulsa terhadap produksi baby
wortel verietas hibrida. jurnal produksi tanaman. Vol 2. No 1. Hal 25-30.
Trisnaningsih Umi, dkk. 2015. Pengaruh Bobot Mulsa Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.):
Kultivar Kutilang: Agrowagati. Vol 3 (1) : 274.
Wulandari, Muhartini dan Trisnowati, 2011. Pengaruh Air Cucian Beras Merah
Dan Beras Putih Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca sativa
L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Jurnal Agropolitan Vol.5(1) Juli 2018, hal 42.
Wardiah, Linda dan Rahmatan, 2014. Potensi Limbah Air Cucian Beras
SebagaiPupuk Organik Cair pada Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa
L.). Jurnal Biologi Edukasi Edisi 12 Vol. 6 (1) Juni 2014, Hal 34-38.
Yulianingsih, R. 2017. Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Terung Ungu (Solanum melongena L.). jurnal PIPER Volume XIII
Nomor 24, (13) April 2017. hal : 62.
34
Zawani, K. dkk., 2015. Perbaikan Mutu Kompos Bio-Slurry Dengan Pupuk Hijau
Dan Suplemen Silikat Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Buah Tanaman
Blewah (Cucumis melo vaar contaloupensis). Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Agroteksos volume 25. Nomor 3. Desember 2015.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Deskripsi Terong Varietas SM 2405
DESKRIPSI TERONG VARIETAS SM 2405
NOMOR : 4717/Kpts/SR.120/11/2011
Asal : PT. Benih Citra Asia
Silsilah : SM 1754 x SM 1794
Golongan varietas : hibrida bungo F1
Tinggi tanaman : 145-150 cm
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 1,5-2,0 cm
Warna batang : hijau tua
Bentuk daun : menjari
Ukuran daun : panjang 19-22 cm, lebar 14-16 cm
Warna daun : hijau
Bentuk bunga : pentagonal
Warna kelopak bunga : hijau
Warna mahkota bunga : ungu
Warna kepala putik : hijau
Warna benangsari : kuning
Umur mulai berbunga : 30-35 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 45-50 hari setelah tanam
Bentuk buah : silindris
Ukuran buah : panjang 25-30 cm, lebar 5-6 cm
Warna kulit buah muda : ungu muda
Warna kulit buah tua : kuning
Warna daging buah : putih
Rasa daging buah : manis
Bentuk biji : bulat pipih
Warna biji : kuning kusam
Berat 1.000 biji : 3,86-4,52 g
Berat per buah : 200-300 g
Jumlah buah per tanaman : 18-22 buah
37
Berat buah per tanaman : 1.500-3.000 g
Daya simpan buah pada suhu kamar
(24-30 0C) : 5-7 hari setelah panen
Hasil buah per hektar : 50-60 ton
Populasi per hektar : 15.000-18.000 tanaman
Kebutuhan benih
per hektar : 120-150 g
Penciri utama : antosian pada tulang daun lemah, buah
konsumsi berwarna ungu mengkilap, ujung
buah runcing
Keunggulan varietas : daya hasil tinggi, tanaman kuat, buah lebih
menarik
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah
dengan ketinggian 100 300 mdpl
Pemohon : PT. Benih Citra Asia
Pemulia : Nurul Arifah, Aris Munandar (PT. Benih
Citra Asia)
Peneliti : Alfasyahri Pane, Supardi, Ahmad Husaini,
Hajar Nurpridian, Eko Prasetio Utomo (PT.
Benih Citra Asia)
38
Lampiran 2. Dena Penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK)
I II III IV
S
T B
U
Keterangan :
P0 = Mulsa Jerami Padi 0 kg + Air Cucian Beras 0 (kontrol)
P1 = 1 kg Mulsa Jerami Padi + 300 ml Air Cucian Beras/tanaman
P2 = 2 kg Mulsa Jerami Padi + 250 ml Air Cucian Beras/tanaman
P3 = 3 kg Mulsa Jerami Padi + 200 ml Air Cucian Beras/tanaman
P4 = 4 kg Mulsa Jerami Padi + 150 ml Air Cucian Beras/tanaman
P5 = 5 kg Mulsa Jerami Padi + 100 ml Air Cucian Beras/tanaman
P2U1
P3U2
P1U3
P4U4
P1U1
P0U2
P4U3
P2U4
P3U1
P2U2
P0U4
P2U3
P4U1
P4U2
P3U3
P5U4
P0U1
P5U2
P0U3
P3U4
P5U1
P1U2
P5U3
P1U4
39
Lampiran 3. Jenis Gulma dan Jumlah Gulma
Respon pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian
beras terhadap pertumbuhan jenis gulma dan jumlah gulma pada lahan penelitian
tanaman terung ungu (Solanum melongena L.), 2-5 MST (minggu setelah tanam)
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Jenis gulma dan jumlah gulma yang tumbuh pada Tanaman Terung Ungu
2 MST pada kombinasi ketebalan Mulsa Jerami Padi dan Air Cucian
Beras.
Perlakuan
Ulangan
Jenis Gulma
Jumlah
Gulma
P0 U1 Rumput teki, (Cyperus rotundus L.) Murdaninia
spirata, Borreria alata, Goosegrass (Elusine
indica), Bermuda gras, Krokot, Euphorbia, Putri
malu (Mimosa pudica
93
P1 U1 Crabgrass (Digitaria sp), Krokot, Rumput teki. 6
P2 U1 Crabgrass, Borreria alata. 4
P3 U1 Rumput teki. 3
P4 U1 Murdania spirata. 1
P5 U1 - -
P0 U2 Putri malu, Bermuda grass (Cynodon dactylon),
crabgrass, Krokot, Diuron, Meniran, Ageratum
conyzoides, Cyperus irea, Rumput teki,
Murdannia spirata.
82
P1 U2 Rumput teki (Cyperus rotundus L). 3
P2 U2 - -
P3 U2 - -
P4 U2 - -
P5 U2 - -
P0 U3 Crabgrass, Krokot, Meniran, Diuron. 32
P1 U3 Murdannia spirata, rumput teki. 5
P2 U3 Rumput teki. 3
P3 U3 - -
P4 U3 - -
P5 U3 - -
P0 U4 Rumput teki, Krokot, Meniran, Murdannia
spirata, putri malu, Borreria alata, crabgrass,
Bermuda grass.
73
P1 U4 Rumput teki. 6
P2 U4 Diuron, Crabgrass. 3
P3 U4 - -
P4 U4 - -
P5 U4 - -
40
Respon pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian
beras terhadap pertumbuhan jenis gulma dan jumlah gulma pada lahan penelitian
tanaman terung ungu (Solanum melongena L.), 3 MST (minggu setelah tanam)
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2. Jenis gulma dan jumlah gulma yang tumbuh pada Tanaman Terung Ungu
(Solanum melongena L.) 3 MST pada kombinasi ketebalan Mulsa Jerami
Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan
Ulangan
Jenis Gulma
Jumlah
Gulma
P0
U1
Rumput teki, Crabgrass, Meniran, Diuron.
43
P1 U1 Krokot, Rumput teki, Borreria alata. 5
P2 U1 Rumput teki. 3
P3 U1 - -
P4 U1 - -
P5 U1 Putri malu, rumput teki. 3
P0 U2 Bermuda grass (Cynodon dactylon),
Rumput teki, crabgrass, Diuron.
53
P1 U2 Rumput teki (Cyperus rotundus L). 4
P2 U2 - -
P3 U2 Diuron, Rumput teki. 2
P4 U2 Crabgrass. 2
P5 U2 Diuron. 1
P0 U3 Rumput teki, Crabgrass, Cyperus irea. 21
P1 U3 Rumput teki, Meniran. 5
P2 U3 - -
P3 U3 Rumput teki, Diuron. 6
P4 U3 Putri malu. 1
P5 U3 Bermudagrass, Goosegrass. 3
P0 U4 Goosegrass, Crabgrass, Diuron, Cyperus
irea, Krokot, Rumut teki, Meniran.
93
P1 U4 Krokot, Rumput teki, Putri malu, Meniran,
Borreria alata.
8
P2 U4 Putri malu. 1
P3 U4 - -
P4 U4 - -
P5 U4 Rumput teki. 3
41
Respon pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian
beras terhadap pertumbuhan jenis gulma dan jumlah gulma pada lahan penelitian
tanaman terung ungu (Solanum melongena L.), 4 MST (minggu setelah tanam)
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3. Jenis gulma dan jumlah gulma yang tumbuh pada Tanaman Terung Ungu
(Solanum melongena L.) 4 MST pada kombinasi ketebalan Mulsa Jerami
Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan
Ulangan
Jenis Gulma
Jumlah
Gulma
P0 U1 Cyperus irea, Crabgrass, Rumput teki,
Krokot.
36
P1 U1 Diuron, Crabgrass. 3
P2 U1 Borreria alata. 2
P3 U1 - -
P4 U1 - -
P5 U1 - -
P0 U2 Rumput teki, Meniran, Krokot, Cyperus
irea, Diuron, Crabgrass.
40
P1 U2 Putri malu. 4
P2 U2 Diuron, Rumput teki, Crabgrass. 7
P3 U2 - -
P4 U2 Rumput teki. 3
P5 U2 Diuron. 1
P0 U3 Crabgrass,Meniran, Diuron, Rumput teki. 24
P1 U3 - -
P2 U3 Diuron, Crabgrass,Krokot. 5
P3 U3 - -
P4 U3 Rumput teki. 1
P5 U3 Bermuda grass. 1
P0 U4 Rumput teki, Diuron, Bermuda gras,
Krokot.
32
P1 U4 - -
P2 U4 Crabgrass. 2
P3 U4 Rumput teki, Diuron. 4
P4 U4 - -
P5 U4 - -
42
Respon pengaruh kombinasi ketebalan mulsa jerami padi dengan air cucian
beras terhadap pertumbuhan jenis gulma dan jumlah gulma pada lahan penelitian
tanaman terung ungu (Solanum melongena L.), 5 MST (minggu setelah tanam)
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4. Jenis gulma dan jumlah gulma yang tumbuh pada Tanaman Terung Ungu
(Solanum melongena L.) 5 MST pada kombinasi ketebalan Mulsa Jerami
Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan
Ulangan
Jenis Gulma
Jumlah
Gulma
P0 U1 Meniran, Rumput teki, Crabgrass, Diuron,
Bermudagrass.
23
P1 U1 Rumput teki, Bermudagrass.. 3
P2 U1 Rumput teki, Diuron, Krokot. 6
P3 U1 Rumput teki. 2
P4 U1 - -
P5 U1 - -
P0 U2 Diuron, Crabgrass, Goosegrass, Krokot,
Rumput teki.
48
P1 U2 Rumput teki, Putri malu. 3
P2 U2 - -
P3 U2 Rumput teki. 3
P4 U2 - -
P5 U2 - -
P0 U3 Rumput teki, crabgrass, Cypirus irea,
Diuron.
17
P1 U3 Rumput teki, Diuron, Crabgrass 5
P2 U3 Putri malu. 1
P3 U3 Rumput teki, Krokot. 3
P4 U3 - -
P5 U3 - -
P0 U4 Meniran, Rumput teki, Crabgrass, Krokot,
Bermudagrass.
63
P1 U4 Rumput teki, Krokot, Putri malu, Meniran. 6
P2 U4 Diuron, Rumput teki. 3
P3 U4 Rumput teki. 2
P4 U4 Putri malu. 1
P5 U4 - -
43
Lampiran 4. Tabel Hasil Prameter Pengamatan
Tabel 1a. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) (cm) 2
MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 6,00 4,10 4,15 5,05 19,30 4,83
P1 4,65 5,70 5,10 5,50 20,95 5,24
P2 6,60 5,15 7,45 4,75 23,95 5,99
P3 6,15 6,00 6,05 5,70 23,90 5,98
P4 4,75 5,45 5,15 5,20 20,55 5,14
P5 6,10 6,15 5,00 6,30 23,55 5,89
Total 34,25 32,55 32,9 32,5 132,20 33,1
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 1b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
(cm) 2 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 0,34 0,11 0,19tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 5,08 1,02 1,71tn
3,29 5,42
Acak 15 8,9 0,59
Total 23 14,3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 23,73%
Tabel 2a. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) (cm) 3
MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 9,50 9,10 7,50 9,30 35,40 8,85
P1 8,25 8,10 7,60 8,75 32,70 8,18
P2 8,55 9,25 11,00 8,85 37,65 9,41
P3 9,80 10,50 8,25 7,25 35,80 8,95
P4 8,35 9,50 8,60 7,90 34,35 8,59
P5 7,25 10,50 6,55 8,95 33,25 8,31
Total 51,7 56,95 49,5 51 209,15 52,3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
44
Tabel 2b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
(cm) 3 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 5,25 1,75 1,39tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 4,12 0,82 0,66tn
3,29 5,42
Acak 15 18,8 1,26
Total 23 28,2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 9,29%
Tabel 3a. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) (cm) 4
MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 10,25 13,35 10,60 9,50 43,70 10,93
P1 14,00 9,25 11,00 14,25 48,50 12,13
P2 12,00 11,30 17,45 10,40 51,15 12,79
P3 12,25 15,00 12,50 13,00 52,75 13,19
P4 9,75 12,10 14,00 12,75 48,60 12,15
P5 10,25 13,50 10,75 12,50 47,00 11,75
Total 68,5 74,5 76,3 72,4 291,7 72,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 3b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
(cm) 4 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 5,62 1,87 0,39tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 12,58 2,52 0,53tn
3,29 5,42
Acak 15 71,8 4,79
Total 23 90,0
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 5,96%
45
Tabel 4a. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) (cm) 4
MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
perlakuan ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 17,25 18,75 15,00 22,00 73,00 18,25
P1 15,00 11,00 14,00 17,00 57,00 14,25
P2 13,25 15,25 24,50 14,50 67,50 16,88
P3 16,50 23,50 15,50 14,50 70,00 17,50
P4 13,75 15,50 17,00 15,00 61,25 15,31
P5 12,00 18,75 15,00 16,00 61,75 15,44
Total 87,75 102,75 101 99 390,50 97,6
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 4b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
(cm) 4 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 22,84 7,61 0,63tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 45,96 9,19 0,77tn
3,29 5,42
Acak 15 180,1 12,00
Total 23 248,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : KK = 5,37%
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 5a. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
2 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 4,0 5,0 5,0 3,5 17,50 4,38
P1 4,0 3,5 4,5 5,0 17,00 4,25
P2 2,5 4,5 6,0 3,0 16,00 4,00
P3 5,0 3,5 4,0 4,0 16,50 4,13
P4 3,5 5,0 4,5 4,0 17,00 4,25
P5 4,0 3,5 4,5 4,5 16,50 4,13
Total 23 25 28,5 24 100,50 25,1
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
46
Tabel 5b. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 2 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 2,86 0,95 1,34tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 0,34 0,07 0,10tn
3,29 5,42
Acak 15 10,7 0,71
Total 23 13,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 7,41%
Tabel 6a. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
2 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 6,0 6,0 6,0 5,0 23,0 5,75
P1 5,0 4,0 5,0 5,5 19,5 4,88
P2 5,0 4,5 7,0 5,0 21,5 5,38
P3 5,0 6,0 4,0 5,0 20,0 5,00
P4 6,5 4,5 6,0 5,5 22,5 5,63
P5 6,0 5,0 3,5 6,0 20,5 5,13
Total 33,5 30 31,5 32 127 31,8
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 6b. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 2 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 1,04 0,35 1,05tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 2,46 0,49 2,25tn
3,29 5,42
Acak 15 13,0 0,86
Total 23 16,5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 28,34%
47
Tabel 7a. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
3 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 8,0 6,5 7,0 7,5 29,0 7,25
P1 5,0 4,5 5,0 7,0 21,5 5,38
P2 6,5 5,0 8,5 5,0 25,0 6,25
P3 5,0 8,5 5,0 6,5 25,0 6,25
P4 4,0 6,5 8,0 7,0 25,5 6,38
P5 7,5 6,0 4,5 7,5 25,5 6,38
Total 36 37 38 40,5 151,5 37,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 7b. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 3 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 1,86 0,62 1,05tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 7,09 1,42 2,25tn
3,29 5,42
Acak 15 34,4 2,30
Total 23 43,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 23,76%
Tabel 8a. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
4 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 13,0 12,0 8,0 21,0 54,00 13,50
P1 5,0 4,5 6,0 8,0 23,50 5,88
P2 8,8 6,0 16,0 7,0 37,80 9,45
P3 7,5 18,5 8,5 9,0 43,50 10,88
P4 4,5 13,5 9,0 9,5 36,50 9,13
P5 9,5 8,0 6,0 10,0 33,50 8,38
Total 48,3 62,5 53,5 64,5 228,80 57,2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
48
Tabel 8b. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 4 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 29,05 9,68 0,56tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 129,73 25,95 1,51tn
3,29 5,42
Acak 15 257,4 17,16
Total 23 416,2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 12,89%
Tabel 9a. Rata-rata Umur Berbunga Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 2 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata
1 2 3 4
P0 43,5 41,5 44,5 35,5 165,00 41,25
P1 49,5 58,5 52,0 40,5 200,50 50,13
P2 47,0 49,5 35,0 48,0 179,50 44,88
P3 45,5 35,0 39,5 46,5 166,50 41,63
P4 49,0 49,0 41,0 48,5 187,50 46,88
P5 48,5 42,5 54,0 37,5 182,50 45,63
Total 283 276 266 256,5 1081,50 270,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 7b. Sidik Ragam Umur Berbunga Terung Ungu (Solanum melongena L.) 2
MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
kelompok 3 67,11 22,37 0,59tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 222,47 44,49 1,17tn
3,29 5,42
Acak 15 569,1 37,94
Total 23 858,7
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 2,40%
49
Tabel 10a. Rata-rata Jumlah Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
14 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 2,00 1,00 1,50 2,50 7,00 1,75a
P1 1,50 1,00 2,50 2,50 7,50 1,88a
P2 2,00 3,00 3,00 2,50 10,50 2,63ab
P3 3,50 2,50 2,50 3,50 12,00 3,00b
P4 2,50 2,00 2,50 2,50 9,50 2,38ab
P5 2,50 2,00 2,50 4,00 11,00 2,75ab
Total 14 11,5 14,5 17,5 57,5 14,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 10b. Sidik Ragam Jumlah Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 14 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 3,03 1,01 3,76* 2,9 4,56
Perlakuan 5 4,93 0,99 3,67* 3,29 5,42
Acak 15 4,0 0,27
Total 23 12,0
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : KK = 79,92%
* = Berbeda Nyata
tn = Tidak Berbeda Nyata
Tabel 11a. Rata-rata Berat Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) 14
MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucisn Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 99,50 182,00 67,80 110,76 460,06 115,02
P1 150,87 147,00 96,98 144,53 539,38 134,85
P2 168,87 102,93 146,31 119,46 537,57 134,39
P3 109,81 137,42 45,38 91,82 384,43 96,11
P4 136,26 115,51 149,08 144,08 544,93 136,23
P5 119,60 135,43 143,59 99,92 498,54 124,64
Total 784,91 820,29 649,14 710,57 2964,91 741,2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
50
Tabel 11b. Sidik Ragam Berat Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) 14 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 2929,84 976,61 0,99tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 4932,38 986,48 1,00tn
3,29 5,42
Acak 15 14775,1 985,01
Total 23 22637,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 0,81%
Tabel 12a. Rata-rata Diameter Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena
L.) (cm) 14 MST pada Aplikasi Mulsa Jerami Padi dan Air Cucian
Beras.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 6,00 7,50 6,05 7,30 26,85 6,71
P1 7,70 7,60 6,31 7,51 29,12 7,28
P2 8,10 6,46 9,90 7,39 31,85 7,96
P3 6,79 7,44 6,50 6,96 27,69 6,92
P4 6,95 6,85 7,43 7,27 28,50 7,13
P5 7,16 6,91 7,11 6,57 27,75 6,94
Total 42,7 42,76 43,3 43 171,76 42,9
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 12b. Sidik Ragam Diameter Buah Tanaman Terung Ungu (Solanum
melongena L.) (cm) 14 MST.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 0,04 0,01 0,02tn
2,9 4,56
Perlakuan 5 3,86 0,77 1,11tn
3,29 5,42
Acak 15 10,4 0,69
Total 23 14,3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
KK = 14,74%
51
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Benih terung ungu varietas Bungo F1 yang digunakan dalam penelitian
Gambar 2. Proses pengadaan mulsa jerami padi yang digunakan dalam penelitian
Gambar 3. Proses pengolahan lahan dan pembentukan bedengan
52
Gambar 4. Proses pengaplikasian mulsa jerami padi
Gambar 5. Tempat persemaian tanaman terung ungu dan proses penanaman setelah
bibit tanaman terung ungu berumur 4 minggu setelah semai
Gambar 6. Proses fermentasi air cucian beras dan aplikasi air cucian beras pada
tanaman terung ungu
53
Gambar 7. Proses penyiangan gulma dan penyiraman tanaman terung ungu
Gambar 8. Proses pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun terung ungu
Gambar 9. Proses pengamatan berat buah dan diameter buah terung ungu
54
Gambar 10. Proses panen dan hasil panen pertama terung ungu dilahan penelitian
Gambar 11. Proses panen dan hasil panen kedua terung ungu dilahan penelitian
Gambar 12. Proses panen dan hasil panen ketiga terung ungu dilahan penelitian
55
Gambar 13. Tanaman terung ungu perlakuan P3U4 dan P2U3
Gambar 14. Tanaman terung ungu perlakuan P0U2 dan P1U4
Gambar 15. Tanaman terung ungu secara keseluruhan di lahan penelitian