Download - Pendarahan Dan Trauma Jaringan Lunak
BAB I
PENDAHULUAN
Pendarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah ke dalam ruang extra
vaskuler, karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah. Pendarahan ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan banyaknya jumlah darah yang hilang, WHO, dan asal pendarahannya.
Dalam kedokteran gigi apabila, pendarahan ini dapat terjadi pada saat setelah dilakukan
ekstraksi. Darah keluar setelah ekstraksi merupakan suatu hal yang wajar, namun apabila
sangat banyak darah yang keluar dan terjadi dalam waktu lama maka hal ini merupakan suatu
komplikasi. Bisa juga terjadi pendarahan akibat infeksi ataupun trauma pada rongga mulut.
Komplikasi pendarahan ini apabila terjadi, hendaknya seorang dokter gigi tetap tenang dan
cekatan dalam mengatasinya. Kemudian melakukan penanganan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Trauma jaringan lunak adalah hilang atau rusaknya jaringan lunak yang meliputi kulit,
otot, saraf, atau pembuluh darah akibat trauma. Trauma jaringan lunak dapat disebabkan oleh
benda tumpul atau tajam, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan.
Cedera jaringan lunak biasanya dibagi beberapa kelompok dan karakteristiknya pun
beragam. Cedera ini bisa dilihat di luar (kulit) dan di dalam mulut (gingival dan mukosa oral).
Trauma jaringan lunak atau luka secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu luka terbuka dan
luka tertutup. Luka terbuka terbagi atas luka lecet / abrasion, luka robek / laceration, dan luka
avulsi / avulsion. Sedangkan luka tertutup tebagi atas luka memar dan hematoma.
Dalam perawatan trauma jaringan lunak harus diperhatikan golden rule: “Examine from
outside toward inside—treat from inside toward outside”. Empat langkah utama pada
manajemen gawat darurat trauma jaringan lunak adalah cleansing, debridement, hemostasis,
dan closure.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDARAHAN
Pendarahan adalah hilangnya darah dari sistem sirkulasi.
Klasifikasi perdarahan
a. Berdasar banyaknya jumlah darah yang hilang
Perdarahan dikelompokkan menjadi empat macam oleh American College of Surgeons'
Advanced Trauma Life Support
1. Kelas 1
Jumlah darah yang hilang mencapai 15% dari volume darah dalam tubuh. Dalam hal
ini tidak ada perubahan pada tanda vital dan resusitasi cairan tidak diperlukan.
2. Kelas 2
Jumlah darah yang hilang mencapai 15-30% dari volume darah dalam tubuh. Dapat
diberikan resusitasi cairan kristaloid (larutan saline). Transfusi darah tidak diperlukan.
3. Kelas 3
Jumlah darah yang hilang mencapai 30-40% dari volume darah dalam tubuh. Tekanan
darah pasien menurun, denyut jantung menigkat, syok peripheral hipoperfusi.
Resusitasi cairan dan transfuse darah perlu diberikan.
4. Kelas 4
Jumlah darah yang hilang mencapai >40 % dari volume darah dalam tubuh. Tubuh
memerlukan kompensasi transfuse dan resusitasi cairan yang tinggi untuk menghindari
kolaps system kardiovaskular.
2
Respon fisiologis terhadap perdarahan
Hilangnya darah Respon vascular Tanda dan Gejala
15% (ringan) Kontraksi vena besar Biasanya sementara
30% (sedang) Kontraksi arteriole, dengan
menurunnya aliran darah
ke kulit dan otot.
Menurunnya keluaran
jantung, denyut nadi
meningkat, takikardi.
Haus, hipotensi, ortostatik,
takut, lemah, pucat, kulit
dingin, hiperventilasi
45% (parah) Semua yang terjadi pada
kelas 3. Keluaran jantung
kurang dari 50% normal.
hipotensi
Sesak napas, tidak sadar.
b. WHO
Grade 0 Tidak ada perdarahan
Grade 1 Petechiae
Grade 2 Kehilangan darah ringan
Grade 3 Kehilangan darah banyak
Grade 4 Kehilangan darah fatal dikaitkan dengan perdarahan retinal atau cerebral
c. Berdasarkan asalnya
1. Mulut
- Hematemesis: muntah darah segar
- Hemoptysis: batuk darah yang berasal dari paru-paru3
2. Hematochezia: darah dari rectal
3. Hematuria: darah di urin
4. Kepala
- Hemoragi intracranial
- Hemoragi cerebral
- Hemoragi intracerebral
- Hemoragi subarachnoid
5. Paru-paru
6. Ginekologi
7. Gastro intestinal tract
Etiologi dari perdarahan
Etiologi perdarahan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Perdarahan karena kondisi medis
Perdarahan terjadi karena kerusakan pada :
1. Dinding sel darah
2. Trombosit, baik kualitas maupun kuantitas
3. Factor pembekuan
Tampilan klinis Gangguan factor koagulasi Gangguan system vaskuler
Petechiae Jarang Karakteristik
Hematom Karakteristik Jarang
Ekimosis Sering, besar, soliter Karakteristik, kecil,
multiple
Hemarthrosis Karakteristik Jarang
Perdarahan occult Sering Jarang
4
Gambar: Petechie pada mukosa oral
Gambar: Petechiae dan ekimosis
Kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan pasien rentan terhadap perdarahan.
Kondisi tersebut merupakan kondisi yang mengganngu fungsi “hemostatis” dari tubuh
yang terdiri dari system hemostasis termasuk platelet dan system koagulasi.
Platelet merupakan komponen yang bertanggung jawab pada pembekuan darah.
Platelet memproduksi substansi yang menstimulasi produksi dari bekuan darah. Klasifikasi
perdarahan akibat kelainan platelet dikelompokkan menjadi jumlah platelet normal yaitu
nontrombositopeni purpura dan tombositopeni purpura. Nontrombositopeni purpura dapat
disebabkan oleh perubahan pada dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi,
kimiawi, dan alergi. Penyebab lain adalah gangguan fungsi platelet akibat defek genetik
5
(Bernard-Soulier disease), obat-obatan (aspirin, NSAIDs, alkohol, antibiotik beta laktam,
penisilin, dan cephalosporin), alergi, penyakit autoimun, von Willebrand’s disease, dan
uremia.
Trombositopeni purpura terbagi menjadi primer/idiopatik dan sekunder. Penyebab
sekunder akibat faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit-penyakit sistemik, metastase kanker
pada tulang, splenomegali, obat-obatan (alkohol, obat diuretika, estrogen, dan gold salts),
vaskulitis, alat pacu jantung, infeksi virus dan bakteri.
Sedangkan faktor koagulasi merupakan faktor yang berinteraksi dengan proses yang
kompleks untuk membentuk bekuan darah. Gangguan koagulasi ini dapat menganggu
pembekuan darah. Kelainan faktor koagulasi dapat bersifat diturunkan seperti hemofili A
yaitu difisiensi faktor VIII, hemofili B defisiensi faktor IX atau Christmas’s disease dan
dapatan (penderita penyakit liver, defisiensi vitamin, obat-obat antikoagulasi,
disseminated intravascular coagulation, dan fibrinogenolisis primer).
b. Perdarahan surgical
Yaitu perdarahan karena trauma diantaranya abrasi, excoriasi, hematoma, laserasi, insisi,
kontusi, puncture, kecelakaan.
Penatalaksanaan di Bidang Kedokteran Gigi
Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi saat mengidentifikasi
pasien dengan kelainan perdarahan adalah membuat riwayat penyakit secara lengkap,
pemeriksaan fisik, skrining laboratoris, dan observasi terjadinya perdarahan yang luas setelah
tindakan pembedahan.
Riwayat penyakit pasien harus dibuat selengkap mungkin. Pertanyaan-pertanyaan
hendaknya disusun secara berurutan dimulai dari pengalaman-pengalaman pasien terdahulu.
Beberapa penyakit gangguan perdarahan dapat diturunkan, sehingga pertanyaan juga perlu
6
diarahkan ke anggota keluarga yang lain. Pengelompokan pertanyaan dilakukan sesuai
dengan jenis-jenis penyakit gangguan perdarahan yang mungkin dapat terjadi. Adapun
pertanyaan tersebut meliputi: apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
perdarahan, apakah pernah mengalami perdarahan yang cukup lama setelah dilakukan
tindakan pembedahan seperti operasi dan cabut gigi, apakah pernah terjadi perdarahan yang
cukup lama setelah mengalami trauma, apakah sedang meminum obat-obatan untuk
pencegahan gangguan koagulasi atau sakit kronis, riwayat penyakit terdahulu, dan apakah
pernah mengalami perdarahan spontan.
Berikut ini adalah cara mendeteksi pasien dengan riwayat perdarahan :
1. Riwayat Penyakit Lengkap
a. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan perdarahan
b. Gangguan perdarahan setelah dilakukan operasi dan pencabutan gigi
c. Gangguan perdarahan setelah mengalami trauma
d. Konsumsi obat-obatan yang menimbulkan masalah perdarahan seperti aspirin,
antikoagulan, pemakaian antibiotika jangka panjang, dan obat-obat herbal
e. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan perdarahan seperti leukemia,
penyakit liver, hemofilia, penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal
f. Perdarahan spontan dari hidung, mulut, telinga, dan lain-lain
2. Pemeriksaan Fisik
a. Jaundice dan pallor
b. Spider angiomas
c. Ecchymosis
d. Ptechiae
e. Oral ulcers
f. Hyperplastic gingival tissues
7
g. Hemarthrosis
3. Skrining laboratoris
a. PT
b. aPTT
c. TT
d. PFA-100
e. Jumlah Platelet
4. Tindakan pembedahan yang pernah dialami sehingga menimbulkan gangguan perdarahan
Skrining laboratoris perlu dilakukan terutama pemeriksaan PT, aPTT, TT, PFA-100 dan
platelet count. Jenis pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan pengelompokan
gangguan perdarahan.
Tindakan untuk mengontrol perdarahan yaitu:
a. Penekanan adalah tindakan segera, baik tekanan dengan tangan atau tekanan tidak
langsung dengan perban.
b. Menutupnya dengan spons kasa atau Gelfoam bertekanan.
c. Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol peradarahan dari pembuluh darah.
d. Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol perdarahan dari pembuluh yang sulit diikat.
e. Elektrokauterisasi, untuk perdarahan dari pembuluh darah kecil atau rembesan
Adapun bahan-bahan hemostatik yang dipakai untuk menghentikan perdarahan yaitu
a. Spons gelatin penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dengan aksi kapiler dan
menimbulkan beku darah.
8
b. Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepat pembentukan bekuan
darah.
c. Hemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat) yang memicu agregasi platelet.
d. Thrombin hewan topical (Thrombinar, Thrombostat) yang membekukan fibrinogen dengan
segera.
Pendarahan akibat Komplikasi Pencabutan Gigi
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah Mulut dan merupakan
tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter gigi. Walaupun merupakan tindakan
yang biasa dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat
terjadi setiap saat.
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah perdarahan.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi
karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut
untuk mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan
dan penatalaksanaannya.
Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :
a. trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
b. mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
c. tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
d. tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisap-hisap
e. kumur-kumur yang berlebihan
f. memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
9
Faktor lokal
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis
primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,
disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding
pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga
memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi
thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi kadang adanya
perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.
Pendarahan akibat kelainan sistemik
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan :
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca
ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena
juga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Hemofilli
10
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli
B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s
disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan
4. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan
luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan
kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang
memudahkan terjadinya perdarahan.
5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga
menyebabkan diabetes dan hipertensi.
6. Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT
dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk
mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi
perdarahan yang meliputi :
1. bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan
2. mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan hemostasis
(pembekuan darah)
3. pernah dirawat di RS karena perdarahan
4. spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab kecil
11
5. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas, dihubungkan
dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
7. Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter, misalnya von
Willebrand’s syndrome dan hemofilia
Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada
riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui
bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah
diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan
dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca
ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu
berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit
dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda
dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva,
petechiae.
Perawatan Perdarahan Pasca Ekstraksi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik.
Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir.
Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang
kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada
daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan
melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.
12
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan tampon
yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan
penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali
apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan
absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan
penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi yang
mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras
horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang
digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan
klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang
atau dengan kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan
segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara
intravena atau intra muskuler.
Pendarahan akibat Infeksi
Infeksi pascabedah maupun pascaekstraksi merupakan penyebab utama terhambatnya
penyembuhan luka. Infeksi merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada ekstraksi gigi
namun biasanya ditemukan pada pengambilan tulang.
Sebagai upaya kontrol infeksi pascabedah, teknik asepsis dan debridmen luka
pascaoperasi harus dilakukan sebaik mungkin dengan cara memberikan irigasi larutan saline
pada daerah operasi dan seluruh debris harus dihilangkan dengan menggunakan kuret.
Antibiotik dapat diberikan sebagai profilaksis pada pasien immunocompromised.
13
Pendarahan Trauma pada Rongga Mulut
Salah satu komplikasi pada proses ekstraksi gigi adalah terjadinya trauma jaringan
lunak rongga mulut. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh gaya yang tidak terkontrol dan
berlebihan pada saat proses ekstraksi gigi.
Beberapa jenis trauma jaringan lunak yang sering ditemukan pascaekstraksi adalah:
1. Flap mukosa yang tersobek akibat flap envelope yang tidak cukup lebar.
2. Trauma akibat instrumen yang selip (contoh: bein)
3. Luka abrasi atau terbakar pada bibir atau sudut mulut karena penggunaan bor.
Trauma jaringan lunak ini dapat diatasi dengan penjahitan, namun biasanya trauma jaringan
lunak ini memperlama waktu penyembuhan. Luka abrasi dapat ditangani dengan pemberian
salep antibiotik dengan waktu penyembuhan yang relatif lebih singkat.
II. TRAUMA JARINGAN LUNAK
Trauma jaringan lunak atau sering disebut luka, adalah hilang atau rusaknya jaringan
lunak yang meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh darah akibat trauma. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya
sesuai dengan penyebab dan beratnya trauma yang didapat.
Pada kedokteran gigi
Sejumlah besar dental trauma berhubungan dengan luka pada bibir, gingiva, dan
mukosa oral. Sepertiga dari semua pasien cedera oral dirawat pada keadaan dental emergensi
dan lebih dari setengah semua pasien yang dirawat di rumah sakit pada keadaan darurat
berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak.
Gigi geligi terlindung oleh bibir. Energi trauma akan diserap oleh jaringan lunak
sehingga cedera pada gigi tidak terlalu parah. Namun, hal ini akan mengakibatkan berbagai
14
jenis trauma pada jaringan lunak tergantung dari kekuatan, bentuk dan ukuran dari benda
yang menyebabkan trauma.
Apalagi, ketika seorang pasien mengalami trauma, gigi juga bisa menyebabkan cedera
pada jaringan lunak sekitarnya, yang paling sering ditemukan yaitu menembus ke bibir, tapi
terkadang juga tembus pada pipi dan lidah. Ketika gigi dislokasi, gingival sewaktu-waktu
akan robek. Pengobatan utama yang tidak benar akan menyebabkan bekas luka yang buruk.
Etiologi
Trauma jaringan lunak dapat disebabkan oleh benda tumpul atau tajam, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Trauma fisik
Luka ini biasanya disebabkan oleh benda-benda tumpul, tajam, kecelakaan lalu lintas,
tembakan olahraga dan tawuran/perkelahian. Biasanya lukanya berupa sobekan, sayatan dan
memar.
http://www.weltec.ac.nz/make-up-artistry-work/SE_album/slides/Bullet%20wound%20effect%20by%20Rebecca%20Henely%20%20(on%20Casey).jpgTrauma akibat zat kimia
Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka bakar. Ini dapat terjadi akibat
kelengahan, pertengkaran, kecelakaan kerja, dan kecelakaan di industri atau di laboratorium,
dan akibat penggunaan gas beracun dalam peperangan. Kerusakan yang terjadi sebanding
dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya kontak, serta sifat
15
dan cara kerja zat kimia tersebut. Zat kimia akan tetap merusak jaringan sampai bahan
tersebut habis bereaksi dengan jaringan tubuh.
Zat kimia seperti kaporit, kalium permanganate, dan asam kromat dapat bersifat
oksidator. Baham korosif seperti fenol dan fosfor putih, serta larutan basa, seperti kalium
hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat
penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat, fluorat, dan klorida. Asam
sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Gas yang dipakai dalam peperangan
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan anoksia sel bila berkontak dengan kulit atau
mukosa. Beberapa zat dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam fluoride dan oksalat
dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat, formiat, pikrat, dan fosfor dapat
merusak hati dan ginjal kalau diabsorbsi. Lisol menyebabkan methemoglobinemia.
http://www.burnsurgery.com/Betaweb/Modules/BurnWound/images/full_thick_admis.jpg
Luka radiasi dan ionisasi
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui ruang dari suatu sumber ke
tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Energi ini dapat berupa radiasi
electromagnet, seperti cahaya, sinar Rontgen, sinar gamma, dan radiasi partikel yang
merupakan sinar alfa, beta, proton, neuron atau positron.
Pemindahan energi, selain menimbulkan panas yang tidak berarti, juga merangsang
molekul sel dan menimbulkan reaksi ionisasi yang bersifat destruktif bagi sel, terutama bagi
DNA.
16
Gejala dan tanda luka radiasi ini berupa luka bakar. Luka bakar ini dapat
menyebabkan eritem ringan sementara yang berlangsung 2-3 jam. Eritem ini menimbulkan
rasa hangat. Eritem yang menetap timbul setelah gejala ringan ini hilang, dan disebabkan oleh
radiasi kekuatan sedang. Kerusakan subkutan serupa dengan luka bakar derajat tiga. Ujung
saraf, folikel rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh kapiler hilang.
http://www.kenniederbaumer.com/fx/Thumbnails/19.jpg
Klasifikasi
Cedera jaringan lunak biasanya dibagi beberapa kelompok dan karakteristiknya pun
beragam. Cedera ini bisa dilihat di luar (kulit) dan di dalam mulut (gingival dan mukosa oral).
Trauma jaringan lunak atau luka secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Luka Terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan/terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit
dan bisa disertai jaringan bawah kulit. Luka terbuka dapat diklasifikasikan sesuai dengan
objek yang menyebabkan luka. Jenis luka terbuka adalah :
a. Luka lecet / abrasion
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata. Cedera ini biasanya
dilihat pada lutut dan siku pada anak-anak dan pada bibir, pipi, dagu atau ujung hidung.
Gesekan antara objek dan permukaan jaringan lunak menghilangkan lapisan epitel dan
17
papiler, dan juga lapisan retikuler. Abrasi superficial cukup menyakitkan karena
mengenai ujung saraf.
b. Luka robek / laceration
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan
dengan benda yang relatif tumpul dan tajam. Luka sobek melibatkan jaringan epitel dan
subepitel dan jika lebih dalam bisa mengganggu pembuluh darah, saraf, otot dan
kelenjar saliva. Luka robek yang banyak pada mulut disebabkan oleh trauma yang
terlihat pada bibir, mukosa oral dan gingival. Paling jarang terlibat yaitu lidah.
http://www.cnehomehealth.org/healthGate/images/si55551558.jpg
c. Luka avulsi / avulsion
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang
menempel. Cedera avulsi (hilangnya jaringan) jarang ditemukan, tapi terlihat karena
gigitan ataupun abrasi yang dalam. Cedera ini sangat kompleks dari cara pemilihan
18
perawatan pada fase darurat, apakah dipotong dan ditutup dengan cangkokan primer
(jika cacat yang besar) atau menunggu untuk sembuh dengan sendirinya (jika cacat
kecil).
http://www.orthosupersite.com/images/content/OT/200705/38_image1.jpg
2. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya
jaringan di bawah kulit. Jenis luka tertutup, yaitu:
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan
tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat
dari luar berupa warna merah kebiruan. Luka memar juga disebabkan oleh gangguan
tulang fraktur pada cedera maksilofasial. Luka memar bisa menunjukkan sebuah fraktur
tulang.
http://www.empowher.com/files/ebsco/images/si55550372.jpg
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
19
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di
bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak,
biasanya besar yang kemerahan.
http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/pulmonar/pdself/Lymphatics/
Hematoma.jpg
Manajemen Gawat Darurat
Manajemen gawat darurat terhadap trauma jaringan lunak membutuhkan pendekatan yang
sistematis. Perawatan intraoral dilakukan terlebih dahulu, kemudian penjahitan ekstraoral
(bibir) dilakukan setelah perawatan intraoral dilakukan. Hal ini kontras dengan prosedur
pemeriksaan dimana kita memulai dengan pemeriksaan ekstra oral sebelum kita melakukan
pemeriksaan intraoral. Terdapat suatu golden rule: “Examine from outside toward inside—
treat from inside toward outside”.
Sebaiknya menggunakan anastesi lokal untuk memanipulasi luka tanpa rasa sakit. Anastesi
topikal lebih sering digunakan. Laporan baru-baru ini menyatakan bahwa anastesi topikal
yang engandung kombinasi prilocaine/lidocaine efektif untuk mengurangi rasa sakit, jadi
mungkin untuk menutup laserasi minor tanpa menggunakan injeksi.
20
Terdapat empat langkah utama pada manajemen gawat darurat trauma jaringan lunak:
cleansing, debridement, hemostasis, dan closure.
Pembersihan luka (cleansing &debridement)
Salah satu tujuan pembersihan luka adalah untuk membuang atau menetralisir
mikroorganisme, yang mengkontaminasi permukaan luka, agar supaya tidak terjadi infeksi.
Detergen luka membantu menghilangkan kotoran biologis.
Keberadaan benda asing dalam luka meningkatkan resiko infeksi dan menghambat
penyembuhan luka. Benda asing juga berpengaruh pada menimbulkan bekas luka. Hal ini
menunjukkan pentingnya pembersihan yang adekuat akan semua benda asing sebelum
penjahitan.
Penutupan Luka (closure)
Jahitan dan strip adalah metode tradisional untuk menutup luka pada kulit wajah.
Prinsip umum penutupan luka pada perawatan luka adalah mendekatkan tepi luka pada tepi
lainnya supaya jaraknya berkurang dan meningkatkan kecepatan penyembuhan. Pejahitan
dengan jumlah yang lebih sedikit dan diameter benang yang lebih kecil, dan terakhir,
pelepasan jahitan yang awal (3-4 hari untuk jaringan mulut)m biasanya dalam dua tahap, 3
dan 6 hari dianjurkan. Tape dan strips dapat digunakan untuk mengurangi tegangan atau
menjadi alternatif untuk menutup luka yang dangkal dan kecil.
Profilaksis antibiotik
Berdasarkan penemuan, profilaksis antibiotik digunakan untuk pada luka jaringan lunak pada
situasi sebagai berikut:
a. saat luka terkontaminasi berat dan pembersihan luka tidak optimal
21
b. saat pembersihan luka tertunda (lebih dari 24 jam)
c. luka tusuk yang mengenai jaringan bibir
d. ketika terdapat fraktur rahang pada dan reduksi terbuka dilakukan sebagai tahap
perawatan
e. ketika sistem pertahanan umum pasien terganggu (Compromised, penyakit sistemik)
f. gigitan manusia atau hewan
Antibiotik yang pertama diusulkan adalah penisilin, pada orang dewasa dianjurkan 2 juta unit
(1,2g) secara oral dalam sekali waktu, kemudian 2 juta unit(1,2g) secara oral 3 kali dalam 1
hari. Untuk anak-anak diberikan berdasarkan berat badan. Jika pasien memiliki alergi
penisilin, maka klindamisin dianjurkan sebagai alternatif. Dosisnya 600 mg secara oral dalam
sekali minum, kemudian 300 mg 3 kali satu hari. Pada anak-anak dosisnya 15mg/kg BB
diberikan 3 kali 1 hari.
Tetanus profilaksis
Profilaksis tetanus harus selalu diberikan pada kasus luka yang terkontaminasi. Pada pasien
yang telah diimunisasi (lebih dari 10 tahun sebelum terluka) dosis dari 0.5 ml tetanus toxoid
harus diberikan. Pada pasien yang sama sekali belum pernah diimunisasi, wajib diberi
imunisasi tetanus.
Prinsip Umum Perawatan
1. Luka memar tidak harus dirawat, namun mungkin menandakan adanya patah tulang
tertutup.
2. Luka abrasi dan laserasi harus dibersihkan sebaik-baiknya dan seluruh benda asing
dibuang.
22
3. Luka avulsi yang besar harus dirawat oleh spesialis.
Laserasi Gingiva
1. Basuh luka dan sekitarnya dengan detergent untuk luka.
2. Reposisi dari gingiva.
3. Menjahit dengan jumlah jahitan yang sedikit. (4.0 atau 5.0 Vircryl®, Dexon®, atau PDS®)
4. Menginstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut yang baik, termasuk kumur-kumur
dengan chlorhexidine 0.1%
5. Melepaskan jahitan setelah 4-5 hari
Laserasi Bibir
Menentukan apakah luka tersebut adalah luka penetrasi atau laserasi dengan batas merah
(split-lip wound)
Luka penetrasi pada bibir
1. Memberi antibiotik jika diperlukan
2. Mengambil radiografi pada bibir dengan mengurangi waktu eksposure.
3. Menggunakan anastesi lokal.
4. Membasuh luka dan sekitarnya dengan sabun pencuci luka.
5. Membuang benda asing dan otot serta kelenjar ludah yang memar.
6. Menjahit mukosa labial (4.0 atau 5.0 Vircryl®, Dexon®, atau PDS®)
7. Membasuh luka lagi dengan saline.
8. Menjahit luka kutaneus dengan jahitan yang baik (6.0 nylon atau Prolene®). Fokuskan
pada batas merah bibir.
9. Melepas jahitan setelah 4 sampai 5 hari.
23
Luka sobek pada bibir
Menggunakan prosedur yang sama dengan luka penetrasi. Namun pada kasus ini
diindikasikan digunakan jahitan yang dapat diserap (contoh Dexon® 4.0/5.0)
Laserasi Lidah
Memeriksa apakah luka merupakan luka penetrasi atau lesi pada tepi lidah lateral.
Luka penetrasi pada Lidah
1. Memberi antibiotik bila diperlukan
2. Mengambil radiograf pada lidah dengan mengurangi waktu eksposure
3. Menggunakan anastesi lokal atau general.
4. Membasuh luka dengan saline
5. Membuang benda asing
6. Membasuh luka lagi dengan saline.
7. Menjahit luka mukosa
8. Membuang jahitan setelah 4-5 hari.
Luka pada tepi lateral lidah
Setelah administrasi anastesi lokal, luka dibersihkan dan dijahit. Jahitan yang menyerap
terkadang diindikasikan supaya dapat mengira-ngira tepi luka dan menolong mengurangi
tegangan pada jahitan mukosa.
24
BAB III
HASIL DISKUSI
Pasien dengan riwayat penyakit hemofilia datang ke tempat praktek seorang dokter gigi
ingin dicabut giginya, langkah apa yang akan diambil oleh seorang dokter gigi?
(Natasha, 160110080006)
Jawaban :
25
Sebelumnya kita harus melakukann anamnesis terlebih dahulu dengan tepat. Seperti
menanyakan apakah kalau terjadi pendarahan yang kecil saja, sembuhnya lama atau tidak.
Dalam kasus ini, faktor koagulasi merupakan faktor yang berinteraksi dengan proses yang
kompleks untuk membentuk bekuan darah. Gangguan koagulasi ini dapat menganggu
pembekuan darah. Kelainan faktor koagulasi dapat bersifat diturunkan seperti hemofili A
yaitu difisiensi faktor VIII, hemofili B defisiensi faktor IX atau Christmas’s disease.
Apabila pada riwayat pendarahan sebelumnya terjadi dalam waktu lama, maka perlu
dilakukan skrining laboratories, terutama pemeriksaan PT, aPTT, TT, PFA-100 dan platelet
count. Dan sebaiknya tidak dilakukan prosedur pencabutan.
Pasien dengan riwayat penyakit diabetes melitus datang ke tempat praktek seorang
dokter gigi ingin dicabut giginya, langkah apa yang akan diambil oleh seorang dokter
gigi? (Meivy, 160110080005)
Jawaban :
Pasien dengan diabetes melitus tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer,
sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan
menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi
infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan. Untuk itu perlu dirujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam terlebih dahulu untuk dipantau bagaimana kondisi kadar gula darahnya.
Selama kadar gula darahnya masih normal, pasien masih bisa dicabut giginya.
Dalam kondisi medis diabetes melitus bisa terjadi hiperglikemia ataupun hipoglikemi. Namun
sangat perlu diwaspadai apabila terjadi hipoglikemia karena akan menjadikan pasien
mengalami syok. Maka sebelum dilakuakn tindakan sebaiknya kita melakukan tes gula darah
(maka hendaknya seorang dokter gigi memiliki alat pemeriksaan gula darah sederhana).
26
Apabila kadar glukosanya rendah dapat dilakukan pemberian glukosa per oral sebanyak 5-10
gram. Dan biasanya setelah itu kondisi gula darah pasien akan membaik.
Tolong diperjelas dan disertai contoh kasus mengenai tahap2 perawatan cleansing,
debridement, hemostatic, dan closure! (Evan, 160110080004)
Jawaban :
Cleansing : adalah tahapan membersihkan luka terbuka dengan menggunakan cairan
pembersih luka atau dengan larutan saline. Dilakukan dengan cara mengalirkan larutan
melewati luka setelah luka diberi anastesi lokal terlebih dahulu (bila diperlukan)
Debridement : tahapan membersihkan luka dari benda-benda asing atau jaringan mati.
Biasanya dilakukan dengan menggunakan curet.
Hemostatic : tahapan dimana luka tertutup oleh bekuan darah dan pendarahan terhenti. Hal ini
merupakan penutupan luka yang alami.
Closure : tahapan dimana luka ditutup dengan menggunakan jahitan atau strips yang
membantu pertumbuhan jaringan. Prinsip dari jahitan sendiri adalah untuk mendekatkan tepi
luka (terutama pada luka avulsi) dan mempercepat penyembuhan. Strips dapat digunakan
untuk membantu mengurangi tegangan pada luka jahitan, atau dapat digunakan pada luka
yang dangkal.
Contoh kasus :
Luka laserasi pada gingiva:
1. Basuh luka dan sekitarnya dengan detergent untuk luka.
2. Reposisi dari gingiva.
3. Menjahit dengan jumlah jahitan yang sedikit. (4.0 atau 5.0 Vircryl®, Dexon®, atau PDS®)
4. Menginstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut yang baik, termasuk kumur-kumur
dengan chlorhexidine 0.1%
27
5. Melepaskan jahitan setelah 4-5 hari
Teknik penjahitan itu ada apa saja? (Jesieca (160110086501)
Jawaban :
Luka baru yang belum memasuki waktu kontaminasi Frederich (6 – 8 jam post trauma) dapat
dirawat secara primer yaitu dengan melakukan pembersihan luka dan lapangan sekitarnya,
pembuangan debris dan kotoran serta penjahitan luka secara sempurna, sedangkan yang
melebihi waktu kontaminasi bisa dilakukan pembersihan luka dan daerah sekitar luka,
merapikan luka dan penjahitan sementara atau situasi. Penjahitan luka membutuhkan
pengetahuan tentang penyembuhan luka, serta alat dan bahan untuk menjahit dan yang
terpenting sekali menguasai teknik jahitan (suture techniques).
1. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik : – Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
2. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
28
3. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai
pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal
stitch.
29
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik
yang baik
Untuk kondisi luka tertentu, apakah teknik penjahitannya berbeda-beda? Kemudian
untuk benang jahit absorb kapan itu bisa digunakan dan yang non absorb kapan
benang dilepas/diangkat? (Dwi, 160110080007)
Jawaban :
Untuk teknik penjahitan terhadap suatu luka, pemilihannya berdasarkan tujuan dari penjahitan
itu sendiri, seperti yang sudah dijelaskan pada pertanyaan dari Jesieca. Namun pada
prinsipnya penjahitan ini adalah untuk mendekatkan tepi-tepi luka, sehingga luka tertutup dan
menghindari terjadinya infeksi.
Pemilihan benang absorb atau pun tidak dapat dilihat berdasarkan jenis lukanya. Berikut ini
adalah macam-macam benang jahit sekaligus tujuan penggunannya.
Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak
diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
30
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel
(kendali)
Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula
dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak
bergerak dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang.
Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih
keras dan diserap lebih lama 20-40 hari.
Warna : coklat dan kebiruan
Ukuran : 3,0-3
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk
menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera
dilakukan.
Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan
terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan
iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lain
Warna : biru dan hitam
31
Ukuran : 10,0-1,0
Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang
kecil digunakan pada bedah mata.
Ethibond
Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat,
reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hiaju dan putih
Ukuran : 7,0-2
Penggunaan : kardiovaskular dan urologi
Vitalene
Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatis
Warna : biru
Ukuran : 10,0-1
Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, plastic,
menjahit kulit
Vicryl
Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam
subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan
Warna : ungu
Ukuran : 10,0-1
32
Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic
Supramid
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap
Warna : hitam dan putih
Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis
Linen
Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum
Warna : putih
Ukuran : 4,0-0
Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah
Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif,
dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul
Warna : putih metalik
Kemasan atraumatuk
Ukuran : 6,0-2
Kegunaan : menjahit tendo
Untuk benang yang non absorb pelepasannya berbeda-beda waktunya bergantung pada tempat
jahitannya. Pada muka atau leher hari ke 5, perut hari ke7-10, telapak tangan hari ke-10, jari
tangan hari ke 10, tungkai atas hari ke 10, tungkai bawah 10-14, dada hari ke 7, pnggung hari
ke 10-14.
33