PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP ANAK
DI YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT
TANGERANG SELATAN
Skripsi
DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh
GelarSarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ZULKIFLI
108052000020
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP ANAK
DI YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ZULKIFLI
108052000020
Di bawah bimbingan,
Drs. M. Lutfi Jamal, M.Ag
NIP: 19671006 199403 1 006
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Januari 2014
Zulkifli
i
ABSTRAK
ZULKIFLI
Pembinaan Akhlak Terhadap Anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara
Ciputat Tangerang Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara
mendalam tentang proses pembinaan akhlak anak di Yayasan Nanda Dian
Nusantara (YNDN) Ciputat untuk mengetahui metode-metode yang digunakan,
serta mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pembinaan akhlak terhadap
anak.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan pengambilan
latar belakang YNDN Ciputat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan memberikan makna
terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan dan dari makna tersebut
terbentuknya kesimpulan. Pemeriksaan uji keabsahan data dilakukan dengan
menggunakan triangulasi data yaitu membandingkan data hasil pengamatan
langsung (observasi) dengan data hasil wawancara dan hasil yang berkaitan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Penerapan metode dalam
pelaksanaan pembinaan akhlak anak bertujuan agar anak mampu mengubah sikap
dan prilaku menjadi lebih baik sesuai dengan aturan Islam serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah
metode ceramah, keteladanan, tanya jawab, pengawasan, pembiasaan, dan metode
teguran atau hukuman. 2) Materi yang disampaikan yaitu pelajaran Al-Quran dan
fiqih. 3) Waktu pelaksanaannya adalah setiap malam selasa s/d kamis pukul
18.30-20.00 WIB dan malam sabtu pukul 18.30-20.00 WIB. 4) Kegiatan yang
dilakukan yaitu program dakwah kolong jembatan dan program pesantren kilat.
Faktor penghambat dalam peroses pembinaan akhlak terjadi dua aspek
yaitu: aspek internal dan eksternal. Aspek internal adalah terjadi dalam diri anak
sendiri karena masih banyak anak-anak malas untuk mengikuti pengajian.
Sedangkan aspek eksternal adalah lingkungan, yaitu lingkungan keluarga,
masyarakat, dan teknologi. Selain itu sumber dana dan tenaga pengajar.
Sedangkan Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak terhadap anak di
Yayasan Nanda Dian Nusantara ciputat adalah: a) adanya kerjasama antara pihak
sekolah SDN 3 Cirendeu dan pihak Yayasan dalam memantau perkembangan
akhlak anak. b) adanya donatur-donatur yang bersedia memberikan bantuan untuk
yayasan baik berupa makanan, buku, atau menyelenggarakan kegiatan sekitar
yayasan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun
manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang PEMBINAAN
AKHLAK ANAK DI BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN
NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG SELATAN. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Rini Lili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Bapak Drs.
Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam, yang telah banyak memberikan motivasi, petunjuk, informasi, atas
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. M. Lutfi Jamal, MA. Selaku dosen pembimbing, yang dengan
penuh kesabaran dan ketelitiannya telah memberikan bimbingan dan
arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam rangka penulisan
skripsi ini sampai selesai.
iii
4. Seluruh dosen serta staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi.
5. Ayahanda Marhazi dan Ibunda Umi Kalsum tercinta, atas segala kasih
sayang dan cintanya yang tak pernah putus. Sehingga ananda sudah dapat
memenuhi salah satu harapan kalian, Semoga harapan-harapan yang lain
dapat ananda memenuhinya. Atas segala pengorbanan, bimbingan, dan
kesabarannya ananda ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga
mereka senantiasa dalam lindungan Rahmat Allah swt.
6. Kakanda Rudi Marhazi dan Adinda Nilawati Marhazi yang begitu besar
mendukung, memotivasi, serta membantu penulis dalam menyelesaikan
sekripsi ini.
7. Seluruh rekan seperjuangan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan dan
menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Desi Handayani. Selaku Ketua Yayasan Nanda Dian Nusantara
Ciputat, yang telah mengizinkan, memberikan kesempatan serta dukungan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Teman-teman Persatuan Mahasiswa Melayu Kepulauan Bangka Belitung
(PAMALAYU BABEL) Ciputat.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsungbanyak membantu penulis baik dari sisi
materi maupun non materi dalam penyusunan skripsi ini.
iv
Atas semua bantuan, arahan dan bimbingan serta dukungan yang telah
diberikan tersebut, semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang berlipat
ganda. Mudah-mudahan segala amal baik yang telah diberikan akan
bermanfaat bagi semua pihak.Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menjadi
bagian dari sumbangan penulis dalam pengembangan ilmu yang bermanfaat.
Amin yaa Rabbal’alamin.
Jakarta, 14 Januari 2014
ZULKIFLI
108052000020
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 18
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 20
A. Pembinaan Akhlak ................................................................... 20
1. Pengertian Pembinaan ........................................................ 20
2. Pengertian Akhlak ............................................................. 22
3. Faktor Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ................... 31
B. Anak ......................................................................................... 37
1. Pengertian Anak ................................................................ 37
2. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak Anak ........................ 40
3. Perkembangan Agama pada Anak ..................................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN NANDA DIAN
NUSANTARA ................................................................................ 46
A. Sejarah dan Latar Belakang Yayasan ....................................... 46
B. Visi, Misi, dan Tujuan .............................................................. 51
C. Struktur Organisasi .................................................................. 51
D. Program Yayasan Nanda Dian Nusantara ............................... 54
E. Sumber Dana ............................................................................. 59
F. Sarana dan Prasarana................................................................. 59
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ......................... 61
A. Deskripsi Subyek Penelitian .................................................... 61
B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak terhadap Anak ....................... 62
C. Faktor Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak terhadap Anak 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedikit pun
Islam tidak pernah mengotak-ngotakkan sisi-sisi manusia, siapa pun ia. Sisi
negatif manusia, Islam mendekati dengan cara memberi larangan dan ancaman,
sementara sisi positif Islam mendorong dengan beragam anjuran dan dorongan.
Oleh karena itu, di dalam Islam terdapat ajaran al-Khauf (rasa takut akan
ancaman) dan al-Raja‟ (berharap mendapat semua kebaikan), juga konsep surga
(sebagai balasan apabila manusia mau melakukan setiap anjuran ajaran Islam) dan
neraka (sebagai balasan apabila manusia terjerumus kepada setiap larangan ajaran
Islam).
Kehidupan beragama tidak akan terwujud dan tidak akan pula mengalami
keabadian, kecuali jika tersedia hukum-hukum dan berbagai ketetapan. Sebab,
keyakinan manusia akan semakin kuat manakala kehidupan keruhaniannya juga
diperkuat. Ketika ruhaninya kuat, ia akan selalu berpegang teguh kepada hukum-
hukum Allah SWT., sehingga akan selalu dapat menjaga sikap istiqamah-nya,
serta menjaga kredibilitas dirinya dari berbagai kesalahan maupun kesesatan
secara maksimal.1
Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita menghargai hukum-hukum
Islam, terutama yang berkaitan dengan moral (akhlak) yang telah ditentukan oleh
1 Muhammad Fethullah Gulen, Dakwah. (Jakarta: Republika, 2011), h. 16
2
Allah SWT. yaitu, aturan akhlak yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Sebab, tujuan utama Islam adalah memperbaiki moral manusia, hingga mencapai
kedudukan tertinggi berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Sesungguhnya hukum-hukum yang terkandung di dalam ajaran Islam bisa
menyatukan dua perkara yang menurut anggapan manusia sangat krusial, yaitu:
hukum-hukum anfusiyyah (sisi kemanusiaan), dan affaqiyyah (sisi lahiriah).
Adapun hukum-hukum anfusiyyah adalah berbagai peraturan yang wajib untuk
dilakukan oleh seorang hamba untuk membina ruhani maupun jiwanya.
Sedangkan hukum-hukum affaqiyyah adalah segala kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh seorang hamba untuk memperbaiki sisi lahiriahnya.2
Kajian akhlak tentu tidak akan bermanfaat kalau tidak diimplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki akhlak terpuji pasti akan
memiliki kemudahan dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain itu, akhlak tersebut juga akan membantunya dalam meningkatkan kualitas
hubungannya dengan sesama manusia.
Untuk konteks modern akhlak memiliki urgensi teramat penting, terutama
dalam kehidupan zaman global seperti sekarang ini. Simbol-simbol zaman
modern seperti yang ditampakkan oleh peradaban kota tumbuh sangat cepat, jauh
melampaui kemajuan manusianya, sehingga kesenjangan antara manusia dan
tempat dimana mereka hidup menjadi sangat lebar.
Seiring dengan perkembangan zaman, dimana setiap manusia kini tengah
disibukkan dalam urusan duniawi, sehingga melalaikan kehidupan yang lebih
2Ibid., h.19.
3
kekal, yaitu akhirat.3 Oleh karena itu, dunia Islam tengah mengalami krisis luar
biasa yang menyerang hampir seluruh sendi kehidupan kaum muslimin. Mulai
dari akidah, akhlak, pola pikir, pendidikan, produktivitas, tradisi, budaya, bahkan
hingga ranah sosial-politik, tak ada yang luput dari krisis ini.4
Menurut Said Agil Husein menghadapi krisis akhlak, dunia pendidikan
sedang menghadapi ujian berat sekaligus tantangan karena pendidikan merupakan
faktor penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
bermoral. Para pemikir pendidik menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan
kecerdasan moral.5
Hilangnya akhlak terpuji dalam masyarakat modern biasanya diawali
dengan terjadinya pergeseran nilai baik dan buruk dalam masyarakat. Nilai-nilai
kebaikan yang selama ini dianut oleh masyarakat yang bersumber dari nilai-nilai
agama sedikit demi sedikit mengalami deviasi (penyimpangan). Dikwhatirkan,
penyimpangan ini akan menyebabkan berubahnya standar etika dan akhlak yang
dianut manusia.
Beberapa contoh penyimpangan akhlak yang dapat ditemui dalam
masyarakat modern, misalnya:
1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang selama ini dianggap
menyalahi nilai agama dan budaya dianggap merupakan sebuah gaya
hidup.
3 Achmad Mubarok. Psikologi Qur‟ani. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet. Ke-1, h.
134. 4 Muhammad Fethullah Gulen. Bangkitnya Spiritualitas Islam. (Jakarta: Republika,
2012), Cet. Ke- 1, h. 1. 5 Said Agil Husein Al-Munawar. Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani. (Ciputat: PT Ciputat
Press, 2005), Cet. Ke-2, h. 7-8.
4
2. Budaya membuka aurat yang tidak lagi menjadi sebuah aib.
3. Sikap individualistis dan egoisme.
4. Tidak memperdulikan halal dan haram.
5. Jauh dari ajaran agama karena dianggap ketinggalan zaman.6
Dari semua bentuk kesenjangan ini dibutuhkan suatu usaha yang serius
untuk mengatasinya. Salah satu usaha untuk menanggulanginya yaitu melalui
pendidikan Agama. Dalam hal ini penanganan dan penanaman aqidah dan akhlak
merupakan salah satu alat untuk mengatasinya, khususnya melalui pendidikan
agama Islam yang merupakan tuntutan dan kebutuhan mutlak bagi manusia
muslim.
Penanganan melalui pendidikan ini diharapkan agar anak memiliki
kepribadian yang mencerminkan pribadi muslim sebenarnya, sehingga menjadi
filter bagi nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.7 Oleh
karena itu, menjadi tanggung jawab semua pihak, ulama, dan pemimpin serta para
orang tua untuk memperbaiki penurunan moral dan akhlak tersebut dengan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Selanjutnya perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula
dijumpai dalam misi risalah Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad Saw.
Misi risalah tersebut adalah menyampaikan kepada dunia tentang keesaan Allah
Swt. dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai Islam.
Sebagaimana terlihat dalam ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad Saw. yang
mengandung akhlak. Di dalam hadisnya bahwa beliau diutus ke muka bumi ini
6Jamil. Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Referensi, 2013), h. 24.
7 Abidin Ibnu Rusn. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h. 135.
5
untuk mengemban misi memperbaiki akhlak manusia. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits beliau:
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. ”(HR. Ahmad).8
Artinya: “Tidak ada yang paling memberatkan timbangan amal kebajikan pada
hari kiamat selain akhlak yang mulia”.(HR. Bukhari Muslim).
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
paling baik akhlaknya”. (HR. Ahmad).9
Dari hadits di atas menegaskan bahwa akhlak dalam ajaran Islam
merupakan perbuatan manusia sebagai ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa.
Untuk meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih dan membiasakan
diri untuk berfikir dan berbuat baik. Oleh karena itu, pendidikan agama yang
berlangsung dengan baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan
unsur yang penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian anak didik.
Hal ini merupakan pengalaman pada keagamaan yang sesuai dengan nilai-nilai
agama akan membuahkan akhlak yang baik.10
8 Jamil,. Akhlak Tasawuf, h. 1.
9 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Ed. 1. Cet.
Ke-5, h. 76. 10
Zakiah Daradjat, Reorientasi Sekolah, (Jakarta: Seminar Fakultas Tarbiah IAIN Syahid,
2000), h. 23.
6
Penanaman nilai-nilai keIslaman dilakukan sejak usia dini yang harus
diterapkan oleh keluarga karena merupakan penanaman utama dasar-dasar akhlak
bagi anak, biasanya tercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sebagai teladan
yang dapat dicontohkan oleh anak. Dengan teladan ini, akan melahirkan gejala
identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang dicontohkan, dan hal
ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian anak.
Kewajiban orang tua kepada anaknya termasuk mendidiknya dengan budi
pekerti yang baik, dengan adab sopan santun menurut tuntutan akhlak kulkarimah
yang sesuai diajarkan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana telah disebutkan oleh
Allah SWT. Di dalam firman-Nya berikut ini,
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 21). 11
Sebagaimana kita ketahui Anak merupakan titipan Allah SWT yang harus
dijaga, dibina, dipelihara, dididik, dibimbing, dan diarahkan menjadi sosok
manusia yang bermanfaat dan berdaya guna bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan agama.
Oleh karena itu, orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar
terhadap keberhasilan anak menjadi figur manusia yang baik dan bermartabat,
11
Departeman Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan, (Bandung: CV. Diponegoro,
2006), h. 420.
7
disamping itu orang tua akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Allah
SWT nanti. Kita sering mendengar ungkapan bahwa keberadaan anak kecil di
ibaratkan kertas putih, maka tergantung orang tuanya untuk melukis atau menulis
isi kertas tersebut. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw. dalam sebuah
haditsnya:
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya kedua orang
tuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.(HR.
Bukhari). 12
Hadits tersebut menunjukan bahwa peran orang tua sangat penting dalam
membentuk karakter, akhlak, moral yang baik, sopan, agamis dan memiliki masa
depan yang prospektif bagi seorang anak. Betapa besar peran orang tua dalam
mengatur anak-anaknya yang diimplikasikan ke dalam bentuk bimbingan,
pembinaan dan pendidikan terhadap mereka agar tidak mudah terjerumus ke
dalam jurang kehinaan.
Membimbing anak berarti memelihara kehidupanya serta mendidiknya
dalam penuh ketulusan dan cinta kasih. Oleh karena itu, sebagai orang tua
sebagaimana diperintahkan Allah SWT harus selalu memberi perhatian terhadap
keluarga dan pendidikan anak. Orang tua harus mendidik anak sejak dini dengan
cara membiasakan mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan
terpuji, memelihara mereka dari segala sesuatu yang dapat mendatangkan
kemurkaan Allah SWT. dan Rasul-Nya.
12
Sayyid Ahmad Al-Hasyim. Sejarah Mukhtarul Al-Hadits: Hadits-hadits Pilihan.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 148.
8
Dengan demikian peran orang tua menjadi penting untuk mendidik anak
baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan, maupun tinjauan
individu. Namun, masalah sekarang bukan lagi pentingnya pendidikan orang tua,
melainkan bagaimana orang tua membimbing dan mengasuh anak-anaknya.
Sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kpribadian anak menjadi manusia
dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan
mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara
optimal.13
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud melakukan
penelitian pada anak binaan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Ciputat
yang beralokasi di Jalan Jambu II, RT 001/RW 011 Ciputat Tangerang Selatan.
Oleh karena itu penulis dapat mengamati peroses pelaksanaan bimbingan agama
Islam yang akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan
judul “Pembinaan Akhlak Anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat cukup luasnya permasalahan di atas, maka perlu
kiranya penulis membatasi masalah pembinaan akhlak anak di YNDN
Ciputat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
13
Fuadudin TM, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam. (Jakarta: Lembaga Kajian
Agama Dan Islam), h. 110.
9
a. Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak anak di YNDN Ciputat?
b. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan
akhlak anak di YNDN Ciputat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peroses dalam pembinaan akhlak anak di YNDN
Ciputat.
b. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang penghambat dalam peroses
pembinaan akhlak anak di YNDN Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini
adalah:
a. Manfaat Teoritis
Untuk dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pengetahuan dalam
bidang Bimbingan Penyuluhan Islam terutama dalam membimbing
dan mendidik anak secara Islami dengan baik
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat membantu lembaga-lembaga pendidikan anak dalam
mengembangkan spiritual anak didiknya secara Islami agar dapat
menjadi anak yang berkpribadian baik sesuai yang diharapkan
pembina, orang tua, dan masyarakat.
10
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul sekripsi ini, Penulis melakukan tinjauan
pustaka terdahulu yang relevan, yaitu di Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul
skripsi yang menjadi inspirasi penulis, yaitu:
1. Metode Bimbingan Agama Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Pada Keluarga Di
Perumahan Villa Indah Permai Bekasi Utara. Ditulis oleh saudari Nonik
Muzayanah Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2010. Dalam
skripsi ini lebih ditekankan bagaimana metode yang digunakan orang tua
dalam membina agama bagi anak usia 7-12 tahun. Skripsi saudari Nonik
Mazayanah ini memfokuskan pola metode yang digunakan orang tua
dalam bimbingan Agama. Sedangkan skripsi penulis adalah lebih
menekankan pembinaan akhlak terhadap anak.
2. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa
SMP MUTHMAINNATUL QULUB CIBINONG-BOGOR. Ditulis oleh
saudari Elsa Farida Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Tahun
2008. Dalam skripsi ini lebih ditekankan Bagaimana pelaksanaan
Bimbingan Rohani Islam di SMP Muthmainnahatul Qulub Cibinong-
Bogor. Yang membedakan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
skripsi ini lebih ke non formal. Sedangkan saudari Elisa farida adalah
bersifat formal yang telah ditentukan kegiatannya dalam bentuk ekstra
kurikuler, yaitu Rohis.
11
3. Metode Bimbingan Islam dalam pembinaan Akhlak Anak Yatim Di Panti
Asuhan Yakin Larangan Tangerang. Yang ditulis oleh saudari Fitriyani
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2008. Dalam skripsi ini
lebih menekankan metode bimbingan Islam dalam membina akhlak anak
yatim di panti asuhan yakin larangan Tangerang. Yang membedakan
dengan skripsi penulis bahwasanya adalah penulis lebih memfokuskan
pelaksaanaan pembinaan akhlak terhadap anak, serta faktor penghambat
dalam pelaksanaan. Sedangkan skripsi milik Fitriyani lebih ditekankan
dalam metode bimbingan Islam.
4. Pola Komunikasi Guru Agama Dalam Pembinaan Ahklak Siswa SMK
Negeri 1 Pasuruan. Yang ditulis oleh saudara Shochibul Hajja Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Tahun 2011. Rumusan masalah dalam
skripsi ini adalah Bagaimana Pola Komunikasi yang digunakan guru
Agama dalam pembinaan Akhlak siswa di SMK Negeri 1 Pasuruan. Yang
membedakan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya penulis
menekankan pada pembinaan akhlak anak, baik akhlak terhadap guru,
orang tua, masyarakat, dan alam semesta. Sedangkan skripsi milik
Sochibul Hajja ini lebih ditekankan kepada pola komunikasi guru agama.
E. Metodologi Penelitian
Agar penelitian berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka penelitian ini memerlukan suatu metode, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen dan alat bantu
diantaranya pendekatan historis. Pendekatan ini digunakan untuk melacak konteks
12
sosio-kultural YNDN yang melingkupi hubungan dan peranan YNDN dalam
konteks pembinaan akhlak di masyarakat pemulung Ciputat. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih maksimal peneliti juga menggunakan alat bantu yang lain seperti,
observasi langsung dan wawancara dengan pihak yang diteliti (YNDN). Adapun
metode yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut
Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu, sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.14
Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Jadi, dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, akan tetapi memandangnya sebagai dari suatu keutuhan. Sedangkan
menurut Anselm Strauss dalam teknik dan teori Gruonded, H. M. Djunady
Ghoni adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan
cara lain dari pengukuran.15
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada bulan september 2013 hingga
Januari 2014. Adapun tempat penelitian ini beralokasi di Bengkel Krativitas
Yayasan Nanda Dian Nusantara Jl. Jambu II Rt 001 / Rw 11 Ciputat Timur
Tangerang Selatan.
14
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000), Cet. Ke-11, h. 3. 15
H. M. Djunady Ghony. Dasar-dasar penelitian Kualitatif: prosedur, teknik dan teori
Grounded, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), Cet. ke-1, h. 11.
13
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis dapat mengambil beberapa orang yang
akan dijadikan informan yang diharapkan dapat mewakili secara keseluruhan
mengenai proses pembinaan akhlak terhadap anak. Karena informan dalam
penelitian ini telah lama mengikuti dalam kegiatan yang ada di Yayasan
Nanda Dian Nusantara Ciputat. Sehingga penulis memilih lima orang
informan yang terlibat langsung dalam proses pembinaan akhlak tersebut,
yaitu dua pembina dan tiga anak binaan.
Sedangkan yang menjadi obyek penelitian ini adalah proses pembinaan
akhlak yang diberikan terhadap anak binaan di Bengkel Kreativitas YNDN
Ciputat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.16
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan maka teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi atau pengamatan.
Observasi merupakan suatu konsepsi pengumpulan data yang
mengilustrasikan seperti apa yang ada di lapangan (Patton,2002:23).
Dalam hal ini penelitian mengadakan pengamatan langsung terhadap
sarana dan prasarana dan kegiatan bimbingan agama yayasan tersebut.
Dalam data observasi ini peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa di
lihat oleh mata, di dengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian
16
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005), h. 230.
14
peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
b. Wawancara
Penulis melakukan dengan cara tanya jawab dan tatap muka
antara peneliti dengan pengelola yayasan agar diperoleh data tentang
diskripsi profil yayasan, wawancara kedua penulis lakukan terhadap
pembina untuk mendapatkan data tentang pembinaan akhlak anak,
sedangkan wawancara terhadap anak binaan dilakukan guna memperoleh
informasi tentang proses yang dilakukan dalam pembinaan akhlak serta
hambatan yang dialami anak. Dalam hal ini penulis juga menggunakan
tape recorder sebagai sarana untuk merekam hasil wawancara yang
diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan dari informan.
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian,
yaitu:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan
yang ada di yayasan pada waktu penelitian. Data primer ini drperoleh
melalui pengamatan dan wawancara.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-
sumber informasi secara tidak langung, seperti dokumen-dokumen yang
ada di perpustakaan, pusat penelitian. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi
kepustakaan.
15
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif, yaitu: data kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan
yang bertujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep,
dan pembangunan suatu teori baru.17
Dalam hal ini, dapat disesuaikan dengan Lexy J. Moleong mengutip
Bogdan dan Biklen (1982) yang mengatakan bahwa analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.18
Analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasarkan analisis
deskriptif. Sebagaimana yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
Analisis tersebut terdiri dari tiga kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan
akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
b. Model Data (Data Display)
17
Milles Matthew B dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press,
2007), h. 47. 18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 248.
16
Model data merupakan sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Model data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh
informasi tentang apa yang mendasari pembinaan akhlak terhadap anak,
metodenya, serta hambatan dalam proses pembinaan akhlak terhadap anak
di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat.
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Dari permulaan pengumpulan data awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.19
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu.
Kriteria itu sendiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan,
kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan
teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan
datanya dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecekan atau diskusi sejawat, kecukupan
referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota. Kriteria
kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan teknik
auditing.20
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan kriteria kredibilitas dengan
teknik pemeriksaan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
19
Emzir. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.
129. 20
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, h. 188
17
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang bermanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan
teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987:331). Hal itu dapat
dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi; (5) membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua
strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data; (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307)
berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
18
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Selain itu, Patton (1987:327)
berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu
dinamakannya penjelasan banding (rival explanations).21
Dalam penelitian ini
triangulasi dilakukan dengan membandingkan data antara hasil wawancara,
hasil observasi, serta data yang diperoleh melalui dokumen.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengacu berdasarkan buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah “Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang disusun
oleh Hamid Nasuhi dkk, dan yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Ansurrance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tahun 2007, cetakan ke-1.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan yang bersifat ilmiah terdapat suatu sistematika, jadi
diuraikan dalam penulisan secara terperinci dalam tahapan-tahapan yang akan
memberikan gambaran yang jelas tentang bahan yang ditulis. Dalam penulisan
skripsi ini terbagi 5 (lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi
sub-sub bab yang sifatnya saling mendukung dan menjelaskan bab-bab itu sendiri,
yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan meliputi yaitu: Latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
21
Ibid., h. 178
19
BAB II Landasan Teori yaitu: pengertian pembinaan dan akhlak, faktor
yang mempengaruhi pembentukan akhlak, pengertian anak, ruang lingkup
pembinaan akhlak anak, dan perkembangan agama pada anak.
BAB III tentang Gambaran Umum Yayasan Nanda Dian Nusantara yang
berisi latar belakangnya, visi, misi, dan tujuan, struktur organisasi, program
kerjanya, sarana dan prasarana, dan sumber dana.
BAB IV tentang Hasil Penelitian yang meliputi yaitu: deskripsi subjek,
pelaksanaan pembinaan akhlak terhadap anak, faktor-faktor penghambat dalam
proses pembinaan akhlak anak.
BAB V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
Penanaman nilai-nilai keagamaan yang berkaitan dengan pola pembinaan
akhlak anak-anak, seorang pendidik khususnya orang tua dan pembina yayasan
serta peran pembimbing lainnya mempunyai peran penting dalam memberikan
keteladanan, pemahaman dan bimbingan yang sesuai dengan perkembangan usia
anak. Oleh karena itu, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari terhadap
pengembangan kepribadian islaminya sangatlah dibutuhkan. Akan tetapi, hal itu
tidak lepas dari metode dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak. Dengan
demikian dapat pula penulis menjabarkan pokok-pokok teori yang mendasari
pembahasan tersebut:
A. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan kata dasarnya adalah “bina” yang mempunyai arti bangun
(membina, membangun) dan dapat juga berarti bentuk (membentuk).22
Dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pembinaan berarti “ pembaharuan atau
penyempurnaan” dan “usaha” tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.23
Pembinaan
merupakan suatu proses yang membantu individu melalui usaha sendiri dalam
rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
22
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Penasehat
Pustaka Amami, 1993), Cet. Ke-3, h. 41. 23
Aat Syafaat ed/al, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 59.
21
kebahagiaan peribadi dan kemanfaatan sosial.24
Arti kata pembinaan dari segi
terminologis yaitu; suatu upaya, usaha kegiatan yang terus-menerus untuk
memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan
untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat.25
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto, pembinaan adalah
menunjukan kepada suatu kegiatan yang mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang telah ada.26
Menurut Zakiah Daradjat, pembinaan
yaitu upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan
secara sadar, terencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang,
utuh dan selaras. 27
Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
perakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah
tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.28
Sedangkan pembinaan jika dikaitkan dengan
perkembangan manusia merupakan bagian dari pendidikan, pelaksanaan
pembinaan adanya dari sisi praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan
24
Jumhur dan Muh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu
1987), h. 25. 25
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama,Pembinaan Rohani Islam pada Darma
Wanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), h. 8. 26
Aat Syafaat, Peranan Pendidikan ..... h. 153. 27
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. Ke-15, h. 36. 28
Ibid.
22
kecakapan.29
Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh hasil yang lebih baik30
.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu
usaha yang dilakukan pembina secara sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kpribadian yang mulia (akhlak), serta dapat memperoleh kebahagiaan dalam
pribadi khususnya dan kemanfaatan sosial umumnya.
2. Pengertian Akhlak
Di dalam “Ensiklopedi Pendidikan” dikatakan bahwa akhlak adalah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliqnya dan
terhadap sesama manusia. Di dalam kamus “Al-Kautsar”, ilmu akhlak
diartikan sebagai ilmu tatakrama.31
Akhlak menurut bahasa (etimologi) merupakan bentuk jamak dari kata
(khuluq) yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi’at,
watak), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik),
al-din (agama).32
Disamping itu akhlak dalam “Kamus Ilmiah Populer“
diartikan sebagai budi pekerti, tingkah laku, perangai.33
29
Mangun Harjana, Pembinaan; Arti dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h.
11. 30
Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka 1988), h.117. 31
Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h 2. 32
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). Cet. Ke-5,
h. 1. 33
Pius Partanto, M. Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Arkola
Surabaya, 2001), h. 14.
23
Sementara itu “Kamus al-Munjid” menyebutkan bahwa, kata (akhlaq)
dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, adat dan kebiasaan.
Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia
secara universal, perangai, watak, kebiasaan, dan keteraturan, baik sifat yang
terpuji maupun sifat tercela. Menurut Ibnu Manzur, akhlak pada hakikatnya
adalah dimensi esoteris manusia yang berkenaan dengan jiwa, sifat, dan
karakteristiknya secara khusus yang hasanah (baik) maupun yang qabihah
(buruk).34
Ditinjau dari segi rangkaian pemakaian istilahnya, nampak sekali
bahwa “akhlaq” memiliki dua segi kehidupan manusia, yakni: segi vertikal
dan horizontal. Dr. H. Hamzah, Ya’Qub menegaskan bahwa perumusan
pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya
hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan
makhluk.35
Menurut istilah ada beberapa pengertian akhlak yang dikemukakan
para ahli ilmu:
a. Menurut Dr. M. Abdullah Daraz, perbuatan-perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut:
pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulangkali sehingga
perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan; kedua, perbuatan-perbuatan
itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-
34
Tafsir Al-Qur’an Tematik, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), h. 1. 35
Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),
h. 125.
24
tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau
sebaliknya melalui bujukan dan rayuan.36
b. Ahmad Amin dalam bukunya menyebutkan bahwa: “Setengah dari mereka
mengartikan akhlak ialah kebiasaan kehendak. Berarti bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.37
c. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang
benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
d. Hamzah Ya’qub mengemukan pengertian akhlak sebagai berikut:
1) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia
lahir dan batin.
2) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang
baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan
menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan
pekerjaan mereka38
e. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.39
36
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 42. 37
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), Cet ke-8, h. 62. 38
M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an. (Jakarta: Amzah,
2007), Cet. Ke-1, h 2. 39
Ibid, h. 4.
25
f. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sikap seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan (terlebih dahulu)
g. Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah ungkapan suatu daya yang telah
bersemi dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan penuh
dan tidak memerlukan pertimbangan/pemikiran (terlebih dahulu).
Akhlak berarti pula suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa seseorang
hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan
direnungkan kembali.40
Dengan demikan dapat pula disimpulkan bahwa akhlak
adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang pertama dalam jiwanya
yang selalu ada padanya, bersifat konstan, tidak temporer, tidak memerlukan
pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sifat yang lahir dalam
perbuatan baik yang disebut akhlak mulia, sedangkan perbuatan buruk di sebut
akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.41
Definisi-definisi akhlak tersebut secara sub stansial tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu: pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
40
Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Agama Islam, h. 59. 41
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, h. 1.
26
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah,
bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.42
Istilah akhlak memiliki kesepadanan arti dengan beberapa istilah seperti
etika dan budi pekerti, dan moral;
a. Etika
Secara etimologi (bahasa) “etika”berasal dari kata bahasa yunani ethos.
Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat etika berarti
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak. 43
b. Budi Pekerti
Dari sudut etimologi “budi” bahasa sansekerta dari akar “Buddh”
artinya nalar, pikiran. Pekerti dari kata “kr” yang berarti bekerja, perbuatan,
akhlak, watak dan tindakan yang sudah menjadi kebiasaan. Budi pekerti
merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan karsa yang diaktualisasikan ke
dalam sikap, kata-kata, dan tingkah laku. Budi pekerti menggambarkan sikap
batin dalam keagamaan dikenal dengan sebutan akhlak karimah (budi pekerti
mulia).44
42
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. h. 4-6. 43
Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet, Ke-
1,h. 173. 44
Din Zainuddin, Pendidikan Budi Pekerti Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Al-
Mawardi,2004), h. 1-2.
27
c. Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores, jamak kata mos yang berarti
adat kebiasaan. Dalam “Kamus Bahasa Indonesia”, moral berarti ajaran
tentang baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, budi pekerti, akhlak. Moral adalah istilah yang di gunakan untuk
menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk.45
Perbedaan akhlak islami yang telah diuraikan diatas, berbeda dengan etika,
budi pekerti, dan moral. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Sesuatu yang baik menurut
akhlak adalah segala yang berguna, sesuai dengan nilai dan norma agama; serta
nilai norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.
Sedangkan sesuatu yang buruk adalah segala yang tidak berguna, tidak
sesuai dengan nilai dan norma agama; serta nilai dan norma masyarakat,
merugikan masyarakat dan diri sendiri. Penentuan baik dan buruk suatu sikap
(akhlak) yang melahirkan perilaku atau perbuatan manusia. Sehingga yang
menentukan perbuatan baik dan buruk dalam moral dan etika adalah adat-istiadat
dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa. Apabila
moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedangkan etika
bersifat teoretis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.46
45
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), h. 353. 46
Ibid., h. 355.
28
Dilaihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral,
budi pekerti, dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang
baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya.
Perbedaan antara etika, budi pekerti, moral, dan akhlak adalah terletak
pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika
dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada
moral dan budi pekerti berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada
moral dan budi pekerti lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah
laku manusia secara umum, sedangkan moral dan budi pekerti bersifat lokal dan
individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan budi
pekerti menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, budi pekerti, dan akhlak tetap saling
berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas
bahwa etika, moral, dan budi pekerti berasal dari produk rasio dan budaya
masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi
29
kelangsungan hidup manusia.47
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata lain jika
etika, moral, dan budi pekerti berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari
Tuhan. Dengan demikian akhlak sifatnya mutlak, absolut dan tidak dapat diubah.
Sementara etika, moral, dan budi pekerti sifatnya terbatas dan dapat diubah.48
Dengan demikian akhlak merupakan sikap atau perbuatan yang muncul
dari dalam diri seseorang, maka akhlak tersebut dapat dimanifestasikan ke dalam
pembahasan akhlak seperti:
1. Akhlak terhadap Allah SWT
Akhlak dalam lingkup ini diartikan sebagai sikap yang ditunjukan
oleh manusia kepada pencipta alam semesta termasuk diri sendiri. Sikap ini
dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya.
a. Beribadah kepada Allah Swt.
Hubungan manusia dengan Allah SWT diwujudkan dalam bentuk
ritualitas peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Beribadah
kepada Allah SWT harus dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah
swt, tidak menduakan-Nya baik dalam hati, melalui perkataan, dan
perbuatan.
b. Mencintai Allah SWT di atas segalanya.
Mencintai Allah SWT melebihi cintanya kepada apa dan siapa pun
dengan jalan melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan-
47
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, h. 97. 48
Ibid., h. 98.
30
Nya, mengharapkan ridha-Nya, mensyukuri nikmat dan karunia-Nya,
menerima dengan ikhlas semua qadha dan qadar-Nya setelah berikhtiar,
meminta pertolong, memohon ampun, bertawakal, dan berserah diri hanya
kepada-Nya merupakan salah satu bentuk mencintai Allah SWT.
c. Berdzikir kepada Allah SWT
Mengingat Allah SWT dalam berbagai situasi (lapang, sempit,
senang, susah) merupakan salah satu wujud akhlak manusia kepada-Nya.
Berzikir kepada-Nya dianjurkan dalam kitab-Nya. Dia menyuruh orang
mukmin untuk berdzikir manusia akan mendpat ketenangan.
d. Berdoa, tawaddu’, dan tawakal
Berdoa atau memohon kepada Allah SWT sesuai dengan hajat
harus dilakukan dengan cara sebaik mungkin, penuh keikhlasan, penuh
keyakinan bahwa doanya akan dikabulkan Allah SWT. Dalam berdoa,
manusia dianjurkan untuk bersikap tawaddu’ yaitu sikap rendah hati
dihadapan-Nya, bersimpuh mengakui kelemahan dan keterbatasan diri
serta memohon pertolongan dan perlindungannya dengan penuh harap.
Selain berdoa manusia dianjurkan untuk berusaha semaksimal
mungkin sehingga hajatnya dapat tercapai. Apabila usaha dan doa telah
dilakukan secara maksimal, maka tugas manusia selanjutnya adalah
menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT, lazimnya disebut dengan
tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT apa pun hasil
dari usahanya. Ia sadar bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya
segala sesuatu akan kembali.49
49
Mahfud, Rois. Al-Islam: Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 99.
31
2. Akhlak terhadap Makhluk
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri; manusia
perlu berinteraksi dengan sesamanya dengan akhlak yang baik diantara akhlak
terhadap sesama itu ialah:
a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW
Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua
sunahnya. Menjadikannya sebagai panutan, suri teladdan dalam hidup dan
kehidupan. Menjalankan apa yang disuruhnya dan meninggalkan segala
apa yang dilarangnya.
b. Akhlak terhadap kedua orang tua
Mencintai mereka melebihi cintanya kepada kerabat lainnya.
Menyayangi mereka dengan kasih sayang yang tulus. Berbicara secara
ramah, dengan kata-kata yang lemah lembut. Mendoakan mereka untuk
keselamatan dan ampunan kendati pun mereka telah meninggal dunia.
c. Akhlak terhadaap diri sendiri
Memelihara kesucian diri, menutup aurat, adil, jujur dalam
perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, pemaaf, rendah hati, dan menjauhi
sifat dengki serta dendam.
d. Akhlak terhadap keluarga, karib, dan kerabat. Saling membina rasa cinta
daan kasih sayang, mencintai dan membenci karena Allah SWT.
e. Akhlak terhadap tetangga. Saling mengunjungi, membantu saat senang
maupun susah, dan hormat-menghormati.
32
f. Akhlak terhadap masyarakat. Memuliakan tamu, menghormati nilai dan
norma yang berlaku, menaati putusan/peraturan yang telah diambil,
bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan bersama.
g. Akhlak terhadap lingkungan hidup. Memelihara kelestarian lingkungan,
memanfaatkan dan menjaga alam terutama hewani, nabati, fauna dan
flora, yang kesemuanya diciptakan Allah SWT untuk kepentingan manusia
dan makhluk-makhluk lainnya.
3. Akhlak terhadap Alam
Islam sebagai agama universal mengajarkan tata cara peribadatan dan
interaksi tidak hanya dengan Allah SWT dan sesama manusia tetapi juga
dengan lingkungan alam sekitarnya. Hubungan segitiga ini sejalan dengan
misi Islam yang dikenal sebagai agama rahmatun lil “alamin. Hal ini juga
menjadi misi profetik diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai mana Firman
Allah SWT (QS. Al-Anbiya, [21]: 107).
Artinya:
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam hanya dapat
diwujudkan jika manusia secara sadar mengetahui, memahami, dan
melaksanakan misinya sebagai khalifah-Nya yang bertugas untuk
33
memakmurkan bumi dan segala isinya, menjalin relasi yang baik dengan
sesama manusia dan dengan-Nya (vertikal dan horizontal).50
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
Abudin Nata dalam bukunya “Akhlak Tasawuf” mengatakan bahwa
untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat
populer, yaitu Aliran Nativisme, Aliran Empirisme, dan Aliran Konvergensi.
Berikut akan kita uraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam
membentuk akhlak manusia.
a. Aliran Nativisme
Aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Aliran
ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri
manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan pendapat aliran
intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah
teruraikan di atas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang
memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.
b. Aliran empirisme
Aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah dari luar, yaitu lingkungan sosial,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
50
Ibid., h. 101.
34
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu.
Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada
peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Aliran konvergensi itu tampaknya
sesuai dengan ajaran Islam51
.
Dengan demikian, bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
dalam pembinaan akhlak pada anak adalah aliran Nativisme, Aliran
Empirisme, Aliran Konvergensi. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan dalam pembinaan akhlak pada anak diantaranya:
a. Faktor intern
Perkembangan jiwa keagamaan, selain ditentukan oleh faktor
ekstern, juga ditentukan oleh faktor intern seseorang. Seperti halnya aspek
kejiwaan lainnya, maka para ahli psikologi agama mengemukakan
berbagai teori berdasarkan pendekatan masing-masing. Tetapi secara garis
besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
keagamaan antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian,
dan kondisi kejiwaan seseorang.
51
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 166-168.
35
b. Faktor hereditas (bawaan)
1) Tingkat usia
2) Kepribadian
3) Kondisi kejiwaan.52
c. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup.
Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1) Lingkungan keluarga
Keluaraga merupakan satuan sosial yang paling sederhana
dalam kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah, ibu,
dan anak. Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial
pertama yang dikenal. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi
fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.
Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam
meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
2) Lingkungan institusional
Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa institusi formal seperti
sekolah atau pun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan
organisasi. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi
pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut
Singgih D. Gunarsa, berpengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga
52
Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Agama islam ..... h. 163.
36
kelompok, yaitu: a) kurikulum bagi anak, b) hubungan guru dan murid,
dan c) hubungan antar anak. Dilihat dari kaitannya dengan
perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut
ikut berpengaruh. Sebab, pada prinsipnya, perkembangan jiwa
keagamaan tak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk
kepribadian yang luhur.
3) Lingkungan masyarakat
Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan
yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan
unsur pengaruh belaka. Tetapi, norma dan tata nilai yang ada
terkadang lebih mengikat sifatnya, bahkan terkadang pengaruhnya
lebih besar dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk
positif maupun negatif.
Ketiga hal tersebut (keluarga, sekolah, masyarakat) sangat berpengaruh
terhadap jiwa keagamaan karena keluarga sebagai pembentukan sikap afektif
(moral), sekolah sebagai pembentukan sikap kognitif, dan masyarakat sebagai
pembentukan psikomotorik.53
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga,
lingkungan institusional, dan lingkungan masyarakat dapat saling berhubungan
dan saling membutuhkan dalam perkembangan kpribadian individu untuk
mengarahkan ke hal yang positif. Sehingga mampu mengenal makna
kehidupan yang sebenarnya.
53
Ibid., 164.
37
B. Anak
1. Pengertian Anak
Berbicara tentang anak saat ini seperti tidak ada habis-habisnya,
malahan penulis rasa semakin menarik karena di balik itu semua terdapat
fakta-fakta menarik tentang permasalahan anak. Secara umum dikatakan anak
adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara perempuan dengan
seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seorang yang dilahirkan
oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan
anak.
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi
pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa. Masa depan Bangsa dan
Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin
baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa
depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila keperibadian anak tersebut
buruk maka akan buruk pula kehidupan bangsa yang akan datang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak
merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan. Bagi kehidupan
anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga
mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari
masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa.54
54
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html.
38
Dalam “Ensiklopedi Islam” pengertian anak (Ar:Walad; jamak aulad)
diartikan sebagai: 1) keturunan kedua manusia; 2) manusia yang masih kecil.
Anak telah menjadi perhatian ajaran Islam sejak ia belum dilahirkan, bahkan
sejak ia belum berbentuk. Ini dapat dilihat pada prinsip-prinsip agama Islam
tentang perkawinan dan pentingnya memelihara kebersihan keturunan.
Memelihara kebersihan keturunan adalah salah satu dari lima prinsip (al-
qawa‟id al-khamsah) yang dirumuskan oleh ilmu ushul fiqih tentang tujuan
syariat dan hukum-hukum Islam, yaitu: 1) terpeliharanya jiwa, 2)
terpeliharanya agama, 3) terpeliharanya keturunan, 4) terpeliharanya akal, dan
5) terpeliharanya harta.55
Seperti dalam bukunya Hasan Langgulung, menurut pandangannya Al-
Ghazali mengatakan bahwa anak merupakan amanat dan tanggung jawab di
tangan orang tua. Jiwanya yang masih suci dan murni merupakan permata
mahal yang bersahaja yang bebas dari ukiran dan gambaran dan ia bisa
menerima setiap ukiran dan gambaran kepada siapa saja yang ia cenderungkan
kepadanya.56
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1947 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan anak, anak didefinisikan sebagai
seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Hal ini
berarti bahwa yang termasuk kategori anak adalah dimulai sejak lahir sampai
55
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Cet. Ke- 4, h. 141. 56
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1985), Cet. Ke-3, h. 19.
39
akhir 21 tahun. Namun rentang usia 0 sampai 21 tahun tersebut, apabila
seseorang telah menikah maka bukan lagi dikategorikan sebagai anak.57
Dalam konsep ilmu psikologi anak, yang dimaksudkan dengan anak
adalah mereka yang sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir,
bayi, atitama (anak tiga tahun pertama), alitama (anak lima tahun pertama),
dan anak tengah (usia 6-12 tahun). Secara khusus psikologi anak dapat pula
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama (psikologi atitama)
2. Psikologi perkembangan anak lima tahun pertama psikologi alitama)
3. Psikologi perkembangan anak (psikologi anak usia sekolah 6-12 tahun).58
Hakikat anak dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 adalah kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6
tahun. Namun, ada beberapa ahli yang mengelompokkannya hingga usia 8
tahun (Essa, 2003). Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar
dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa, dan
komunikasi. Karena keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya maka anak usia dini dibagi menjadi 3 tahapan
perkembangan (jurnal terpadu), yaitu:
a. Masa bayi, usia lahir 0-12 bulan
57
Undang-undang Negara: UU RI No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 97. 58
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 8.
40
b. Masa toddler (Batita) usia 1-3 tahun
c. Masa early childhood/ Pra Sekolah, Usia 3-6 Tahun
d. Masa kelas awal SD, usia 6-8 tahun.59
2. Ruang Lingkup Pembinaan Akhlak anak
a. Pembinaan Dalam keluarga
Islam mengajarkan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur
hidup dari buaian sampai ke liang lahat. Karena pembinaan dan
pendidikan anak dalam keluarga adalah awal dari suatu usaha untuk
mendidik anak menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas dan terampil.
Maka hal ini menempati posisi kunci yang sangat penting dan mendasar
serta menjadi pondasi penyangga anak selanjutnya.
Dalam hal ini hubungan di antara sesama anggota keluarga sangat
mempengaruhi jiwa anak. Sehingga dapat menimbulkan hubungan yang
serasi, penuh perhatian dan kasih sayang yang akan membawa kepada
kepribadian yang tenang, terbuka dan mudah dididik karena ia mendapat
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.60
Untuk membina keimanan
dan ke Islaman anak. Seharusnya meletakkan tanggung jawab pendidikan
anak pada orang tua atau ibu-bapaknya yang meliputi hal-hal berikut:
1) Memberikan petunjuk dan mengajari agar beriman kepada Allah
dengan jalan merenungkan dan memikirkan ciptaan-Nya berupa bumi,
langit, dan alam beserta isinya.
59
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana 2010), h. 6-7. 60
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h.
12
41
2) Menanamkan dalam jiwanya untuk bertaqwa dan beribadah kepada
Allah Swt melalui Shalat, puasa, dan melatihkan anak untuk berprilaku
yang baik dan merasa terharu ketika mendengar lantunan ayat suci Al-
Qur’an.
3) Melatih anak untuk selalu mendengarkan tausyah baik secara langsung
maupun tidak langsung. Agar anak nantinya dapat merasakan bahwa
Allah swt selalu mengawasi, melihat, dan mengetahui segala rahasia.61
Pendidikan akhlak anak dalam kelurga tidak hanya diberikan pada usia
dini. Akan tetapi, di masa dewasa pun harus selalu dinasehati , diawasi
oleh semua anggota keluarga.
b. Pembinaan di Sekolah
Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pembinaan akhlak
anak, yang didalamnya banyak hal melebihi pendidikan dalam keluarga,
terutama dari segi cakupan ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Karena
sekolah juga merupakan pelengkap dari pendidikan dalam keluarga.62
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan
pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan
keluarga, atau membentuk kepribadian diri anak.
c. Pembinaan dalam Masyarakat
Selain keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitarpun
turut andil dalam membina anak. Pembinaan keagamaan yang diberikan
oleh keluarga sebagai dasar utama, sedangkan sekolah menjadi sangat
61
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Dalam Persfektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 142. 62
Slamet Santoso, Teori-teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 95.
42
penting untuk memenuhi kekurangan keluarga dalam mendidik anak.63
Kebudayaan hidup yang semakin kompleks, mental anak untuk
mengetahui berbagai macam hal penemuan ilmiah dan agama. Maka perlu
kerjasama antar keluarga dan sekolah serta masyarakat untuk
mengarahkan ke hal yang positif. Sehingga mampu mengenal makna
kehidupan yang sebenarnya.64
Masyarakat merupakan lapangan
pendidikan yang ketiga.
Keserasian antara ketiga lapangan pembinaan ini akan memberi
dampak yang positif bagi perkembangan anak termasuk dalam
pembentukan jiwa keagamaan. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan
yang ideal, pertumbuhan seorang menjadi sosok yang memiliki
kepribadian yang terintegrasi berbagai aspek, mencakup pisik, psikis,
moral, dan spiritual.65
3. Perkembangan Agama pada Anak
Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT, adalah dia
dianugrahi fitrah, untuk mengenal Allah dan melakukan Ajaran-Nya. Karena
memiliki fitrah ini kemudian manusia diistilahkan sebagai ”Homo Devinans”
dan “Homo Relligious”, yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama.66
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
63
Ibid., h. 98. 64
Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 26. 65
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga, h. 142. 66
Heny Narendrany dan Andri yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h. 121.
43
pengalaman yang dilaluinya terutama pada masa pertumbuhannya yang
pertama dari usia 0-12 tahun.67
Perkembangan keagamaan mempunyai arti penting dalam kehidupan
keagamaan pada anak baik pada masanya maupun masa selanjutnya.
Seseorang yang pada masa anaknya tidak mendapat bimbingan agama dan
tidak mempunyai pengalaman beragama maka setelah dewasa ia mempunyai
kecenderungan sikap yang negatif terhadap agama. Oleh karena itu,
diperlukan pembinaan nilai-nilai pendidikan akhlak sekaligus pembiasaan
harus dimulai sejak dini dan direncanakan sebaik-baiknya untuk meletakkan
dasar dan pondasi pendidikan budi pekerti (moral) dalam diri anak.
Disamping itu orang tua sebagai pendidik harus menyadari bahwa
dalam diri anak sangat diperlukan pembiasaan dan peneladanan serta latihan-
latihan yang disesuaikan denagn perkembangan jiwanya. Dalam konteks
pendidikan Islam Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menegaskan bahwa
pendidikan moral merupakan ruh pendidikan Islam. Pendidikan Islam
merupakan yang berjiwa budi pekerti dan akhlak yang bertujuan untuk
mencapai akhlak yang sempurna.68
Ada beberapa sifat agama pada anak yang dikemukakan oleh
Jalaluddin, yaitu:
a. Unreflektif (tidak mendalam)
Anggapan anak-anak terhadap ajaran agama mereka terima dengan
tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam
67
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 72. 68
Athiyah Al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam Terj. H. Bustani dan
Johar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang 1970), h. 1.
44
sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan
keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian
terdapat beberapa anak yang memiliki ketajaman pikiran untuk
menimbang pendapat yang mereka terima dari orang lain.
b. Egosentris
Semakin meningkat kesadaran anak akan diri sendiri akan semakin
meningkat pula sifat egoisnya. Sehubungan dengan hal ini maka dalam
masalah keagamaan anak telah menonjolkan kepentingan dirinya dan telah
menuntut konsep keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan
pribadinya.
c. Anthromorphis
Pada umumnya konsep mengenai ke Tuhanan pada anak berasal
dari pengalamannya berhubungan dengan orang lain. Tapi suatu kenyataan
bahwa konsep ke Tuhanan mereka tampak jelas menggambarkan aspek
kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dari dalam pikiran, mereka
menganggap bahwa keadaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang
berbuat jahat di saat orang itu berada dalam tempat yang gelap.
d. Verbalis dan Ritualis
Dari kenyataan yang kita alami ternyata kehidupan agama pada
anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka
menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula
dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut
tuntutan yang diajarkan kepada mereka.
45
e. Imitatif
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa tindak
keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari
meniru. Para ahli jiwa menganggap bahwa dalam segala hal anak
merupakan peniru yang ulung. Sifat peniru ini merupakan modal yang
positif dalam pendidikan keagamaan pada anak. Walaupun anak-anak
tidak mendapatkan ajaran agama tidak semata-mata berdasarkan yang
mereka peroleh sejak kecil namun pendidikan keagamaan sangat
mempengaruhi terwujudnya tingkah laku keagamaan melalui sifat meniru.
f. Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang
terakhir pada anak. Mereka kagum terhadap keindahan lahiriah saja. Hal
ini merupakan langkah pertama dari kenyataan kebutuhan anak akan
dorongan untuk mengenal sesuatu yang baru. Rasa kagum mereka dapat
disaurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub.69
69
Jalaluddin, Psikologi Agama Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
h. 70 .
46
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA
A. Sejarah dan Latar Belakang Yayasan Nanda Dian Nusantara
Roostien Ilyas adalah pendiri Yayasan Nanda Dian Nusantara, beliau anak
sulung dari pasangan Abdullah Husain dan Titiek Husain, ia lahir pada tanggal 22
Januari 1950 di Sumenep Madura. Yayasan Nanda Dian Nusantara merupakan
sebuah organisasi kemanusian yang sekaligus pengembang swadaya masyarakat
yang menaruh perhatian dalam pensejahteraan masyarakat. YNDN yang
beralokasi di Jl. Masjid No. 6 Cipayung Jakarta Timur ini adalah Yayasan non
profit yang didirikan pada tanggal 17 November 1990 oleh Roostien Ilyas.70
Pada awalnya Ibu Roostien Ilyas menangani para pelacur yang ada di
Kramat Tunggak, Tanjung Priuk Jakarta Utara. Pada saat itu, jumlahnya
sekitar1.800 orang. Rata-rata berpendidikan Sekolah Dasar (SD), mereka
umumnya berasal dari berbagai macam etnis dan perekonomian rendah dikawasan
Pantura (Pantai Utara Jawa). Padasaat itu belum ada penanganan pelacur secara
komprehensif, yang ada hanya sebatas penyediaan lokalisasi.71
Akhirnya Ibu Roostien Ilyas yang merupakan pengasuh Yayasan Nanda
Dian Nusantara menemukan suatu teknik pendekatan pemecahan masalah, yaitu
dengan memberikan masukan kepada para pelacur tersebut dan mengembangkan
wacana untuk mencari jawaban mengenai untung ruginya menjadi pelacur.
70
Irfan Dadi, “Upaya Program Usaha Keterampilan Kerja Yayasan Nanda Dian
Nusantara Dalam Mensejahterakan Masyarakat Kampung Rawa Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta
Barat,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta 2009), h.
24. 71
Rooestin Ilyas, Anak-anakku di Jalan, (Jakarta: Pensil 324, 2004), h. 5.
47
Selama satu tahun Ibu Roostien Ilyas kerja sosial di Kramat Tunggak,
beliau tidak menghasilkan apa-apa karena menangani masalah pelacur tidak
mudah, budaya mereka sudah berubah dari budaya kemiskinan menjadi budaya
konsumeristik. Para pelacur tersebut merupakan manusia dewasa yang sudah
terbentuk karakternya. Bila masalah perut sudah bicara, anak harus dihidupi dan
sebagainya, pada akhirnya melacur tetap menjadi satu-satunya pilihan bagi
mereka.
Setahun bergelut dengan kegiatan di Kramat Tunggak, Ibu Roostien
merasa gagal total, tidak berhasil sama sekali. Beliau hanya berhasil memberikan
tambahan keterampilan bagi para pelacur, tetapi tidak berhasil mengangkat
mereka kembali menjadi orang-orang yang secara normatif bisa diterima oleh
masyarakat.
Dari situlah akhirnya beliau berfikir, mengapa tidak menangani kasus-
kasus pelacur itu melalui cara-cara pencegahan, yang bersifat preventif dan
edukatif. Penanganan di lapangan menuntun beliau pada suatu renungan, bahwa
rehabilitas dan tindakan kuratif itu seolah-olah hanya menangani ekornya saja.
Pada hal inti masalah sesungguhnya masih dipertanyakan. Renungan tersebut
membawa beliau pada pemikiran, barangkali penanganan masalah-masalah sosial
harus dilakukan sedini mungkin. Itu berarti tindakan dini bisa dilakukan pada
anak-anak.72
Jadi, beliau merasa kegiatan sosial itu harus lebih spesifik, barangkali akan
lebih baik aktif di “hulu” dulu, yaitu penanganan masalah-masalah sosial
72
Ibid., h. 7.
48
dikalangan anak-anak.Semenjak itu lah, ia memutuskan untuk mendalami dunia
anak-anak, dan mendirikan Yayasan Nanda Dian Nusantara. Dengan didirikannya
Yayasan ini, Roostien Ilyas berupaya untuk menjadi manusia yang berakhlak
mulia dengan adanya dilakukan kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat yang
membutuhkan. Sebagaimana firman Allah “Hairun Naas Anfa’uLinnaas”, sebaik-
baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) adalah Yayasan non profit,
didirikan pada tanggal 17 November 1990. YNDN menangani masalah sosial
anak terutama usia wajib belajar seperti pekerja anak, perdagangan anak,
pelacuran anak, dan masalah-masalah sosial yang berdampak pada anak. Fokus
kegiatan Yayasan ini diantaranya melakukan advokasi anak di wilayah Jakarta,
Surabaya, Ambon, Pontianak, Attambua, Pasuruan, Medan, Manado, Bali,
Cirebon, Kuningan, Jawa Barat, Cileungsi, Makassar dengan menggunakan
pendekatan pencegahan dan pendidikan dengan motto “belajar dan bermain,
bermain dan belajar”, yaitu pendekatan yang menekankan penanganan masalah
sosial.
Masalah sosial bagi anak yang tinggal di perkotaan adalah akibat dari
kurangnya tindakan pencegahan yang ada di daerah tersebut, seperti melonjaknya
arus urbanisasi, semakin banyaknya anak jalanan dan tingginya tingkat
kriminalitas. YNDN selama ini telah melakukan tindakan pencegahan sampai
tingkat daerah dengan cara membangkitkan kembali kecintaan dan kebanggaan
anak terhadap kampung dan budayanya. Hal ini menjadi masalahmengenai
paradigma masyarakat (community based education) dalam lingkungan, sehingga
49
masalah sosial di perkotaan akan dapat diminimalisir. Daerah Jakarta YNDN
memprioritaskan program pembinaan pada anak-anak jalanan, pemulung, dan
pemukiman kumuh. Sedangkan untuk daerah-daerahnya, YNDN memprioritaskan
pada desa tertinggal dan daerah konflik. YNDN selama ini bekerja sama dengan
melibatkan berbagai pihak baik perorangan, instansi, masyarakat, dan mahasiswa
dari berbagai Perguruan Tinggi73
.
Di wilayah Ciputat Tangerang Selatan ini masih banyak anak pemulung
yang memerlukan perhatian khusus untuk diberdayakan sehingga yayasan ini
tergerak untuk memberdayakan anak-anak pemulung tersebut supaya menjadi
generasi yang lebih baik. Langkah ini kemudian disambut oleh teman-teman yang
memiliki kepedulian tinggi terhadap anak-anak tersebut dengan bergabung di
yayasan ini. Bermula dari mahasiswa yang bernama Mansur Al-Farisy yang
merupakan kader dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), beliau
melihat anak-anak pemulung yang sedang mencari barang-barang bekas di sekitar
kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Setelah itu Mahasiswa tersebut
berbicara dengan pemulung itu mengenai kehidupan dan tempat tinggalnya,
ternyata pemulung itu masih anak-anak. Kemudian anak tersebut ditawarkan
untuk bersekolah lagi. Akhirnya anak tersebut memberikan alamat tempat tinggal
para pemulung lainnya.
Pada tahun 1999, mahasiswa itu bertemu dengan salah satu rumah warga,
namanya Ibu Desi Handayani. Rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal anak-
anak pemulung tersebut. Setelah itu mereka diajarkan mengenai pelajaran di
73
Company Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara, (Jakarta: YNDN, 2011), h. 1-2.
50
sekolah, mereka sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh mahasiswa tersebut. Ibu Desi Handayani sangat prihatin melihat
anak-anak kecil yang sudah diajar mencari barang-barang bekas yang layak dijual
oleh orang tuanya. Padahal anak-anak itu belum pantas untuk bekerja mencari
barang-barang bekas itu. Dengan perjuangan Ibu Desi Handayani yang merupakan
ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang
Selatan, banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi Ibu Desi
Handayani74
.
Para pemulung harus bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Mereka
tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan
dana yang dimiliki, mereka tidak mampu membayar uang sekolah. Pada awalnya
anak-anak pemulung itu dilarang mengikuti pelajaran oleh orang tua mereka
masing-masing, karena akan mengganggu mereka untuk bekerja. Namun para
orang tua mereka diberikan pengarahan tentang pentingnya pendidikan. Memang
tidak mudah mengajak anak-anak pemulung itu untuk diajarkan pendidikan dan
beberapa latihan. Setelah bernegosiasi yang sangat lama, pada akhirnya para
orang tua tersebut mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, dan
membiarkan anak-anaknya untuk ikut kegiatan di Yayasan Nanda Dian
Nusantara.
Akhirnya Ibu Desi Handayani merasa menemukan suatu taknik
pendekatan pemecahan masalah, yaitu dengan memberikan masukan kepada para
pemulung tersebut dan mengembangkan wacana untuk mencari jawaban
74
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi handayani, pada hari Kamis, tanggal 20
September 2013, pukul 16.30 wib, di Sekretariat yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat –
Tangerang Selatan.
51
mengenai untung ruginya anak-anak mereka menjadi pemulung. Setelah satu
tahun Ibu Desi Handayani akhirnya mendirikan bengkel Kreativitas Yayasan
Nanda Dian Nusantara di Wilayah Ciputat Tangerang Selatan. Yayasan Nanda
Dian Nusantara ini menangani masalah sosial anak, utamanya usia wajib belajar
seperti pekerja anak perdagangan anak, pelacuran anak, dan masalah-masalah
sosial yang berdampak pada anak. Hanya saja tidak mungkin menangani semua
jenis anak-anak, harus ada fokus yang lebih spesifik lagi. Anak-anak pemulung
yang menjadi pilihan dalam penanganan pekerja anak sektor informal dalam usia
wajib belajar.75
B. Visi, Misi, dan Tujuan
Visidari Yayasan Nanda Dian Nusantara ialah sebagai lembaga yang
mampu membagikan kebahagiaan, keadilan dan kesejahteraan bagi anak.
Sedangkan misi dari Yayasan Nanda Dian Nusantara ialah menggenggam tangan-
tangan mungil anak dengan penuh kasih sayang dan persahabatan. Sedangkan
tujuan didirikan Yayasan Nanda Dian Nusantara adalah menjadikan Yayasan
Nanda Dian Nusantara sebagai lembaga yang memberikan hak anak-anak untuk
mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak.76
C. Struktur Organisasi
Segi bahasa, struktur dapat diartikan bagaimana cara sesuatu dibangun
atau disusun. Sedangkan organisasi dapat berarti susunan atau aturan dari berbagai
75
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi handayani, pada hari Kamis, tanggal 20
September 2013, pukul 16.30 wib, di Sekretariat yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat –
Tangerang Selatan. 76
Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara, (Jakarta: YNDN, 2011), h. 5.
52
bagian sehingga merupakan kesatuan yang teratur dan tersusun. Struktur
organisasi merupakan elemen yang penting untuk mencapai tujuan bersama.
Dimana dalam struktur itu ada sebuah mekanisme kepengurusan yang disusun
atau dibangun secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Karena aspek ini
akan menjadi dasar dari bagian dan mekanisme tugas dan tanggung jawab para
pengurus yang terlibat, selanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas program.
Dengan demikian struktur organisasi Yayasan Nanda Dian Nusantara
(YNDN) dapat diartikan sebagai suatu kerangka, susunan atau bangunan yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha yayasan dengan jalan membagi dan
mengelompokan pekerja sosial yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan
menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi dan petugas-
petugasnya.
Yayasan ini memiliki susunan organisasi yang terdiri dari beberapa
tingkatan, diantaranya adalah ketua, wakil ketua, Sekretaris, Bendahara, Kepala
Bimbingan Program (Kabimgram), Kepala Penelitian dan Pengembangan
(Kalitbang).Selain pengurus inti, di dalam Yayasan ini terdapat beberapa Kepala
Koordinator dari masing-masing rumah singgah se-Jakarta. Rumah singgah
tersebut diantaranya adalah Koordinator Pemulung Kemanggisan Jakarta Barat,
Koordinator Pemulung Kramatjati Jakarta Timur, Koordinator Pemulung Pasar
Minggu Jakarta Selatan, Koordinator Pemulung Ciputat Tangerang Selatan,
Koordinator Anak Jalanan Tomang, serta beberapa Koordinator perwakilan di luar
Jabotabek seperti: Koordinator Program Rumah Ceria di Provinsi Aceh,
53
Koordinator Program Rumah Ceria di Provinsi Yogyakarta, Koordinator Program
Rumah Ceria di Provinsi Polewali Makasar Provinsi Sulawesi Selatan, serta
Program Rumah Ceria di Sampit Sampang Madura.77
Adapun susunan organisasi Yayasan Nanda Dian Nusantara terdiri dari sebagai
berikut:
SUSUNAN KEPENGURUSAN
YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA
77
Kaledeoskop Program Kegiatan Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun 2006. 9 Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara 2011, h.6.
Ketua
RoostienIlyas
Wakil Ketua
R. Simanjuntak Sekretaris
EllvrinaDiyanti
Ka.Bimgram
Drs. Nusaputra
Anggota:
- Mansyur Al-farisy,S.Sos
- Suhendar Riwanda, S.Sos
Ka.Litbang
Drs. AndiAspar Anggota:
- Mieke Syafiun
- M. Firman Hidayat,
SH
- Novida Rahmaniah, SE
-
Koordinatot-koordinator
Lokasi Kemanggisan Jakbar
Indra Harsanto
Lokasi Kramatjati Jaktim
Hj. Slamet
Lokasi Pasar Minggu Jaksel
Teddy Setiawan
Lokasi Sumenep Jakarta Pusat
Adji
Lokasi Ciputat Tanggerang
Desi Handayani
Dibantu koordinator Tiap-tiap Provinsi.9
Bendahara
Ira Lubis
54
D. Program-Program Yayasan Nanda Dian Nusantara
1. Program Kampung Kota
a. Program Bengkel Kreativitas
Kegiatan ini telah dilaksanakansejak awal berdirinya YNDN
yang bertujuan untuk menjadi wadah belajar bagi pekerja anak agar
mendapatkan kehidupan yang layak. Kegiatan ini berisi baca, tulis dan
menghitung (CALISTUNG), life skills (keahlian hidup), pendidikan
agama dan umum. Bengkel kreativitas ini terdapat di PasarMinggu,
Ciputat, Tomang, Kramatjati dan Kebayoran. Penanganan dilakukan
dengan program humanisasi, yaitu program pengembangan individu.
b. Program BalaiWarga
Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi wadah atau tempat yang
bias mewadahi semua aktivitas masyarakat dalam kegiatan sosial,
bahkan aktivitas keagamaan (antar agama). Hal ini penting dilakukan
agar terwujud satu tatanan masyarakat kota yang dinamis, pluralis
dengan mengedepankan“social cultural” (pendekatan social budaya)
masyarakat setempat.
c. Program Koperasi Warga
Program koperasi warga yang digagas oleh YNDN untuk
menciptakan sikap saling tolong menolong antarwarga. Program
koperasi warga atau disebut program tanggung renteng dilaksanakan
dengan cara membuka koperasi untuk warga yang keanggotaannya di
koordinir oleh ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
55
Dalam kegiatan ini YNDN bertujuan menggerakkan warga untuk
aktif dalam koperasi. Sistem yang digunakan adalah “tanggungrenteng”
(dengan cara membuat kelompok diantara warga yang dipilih oleh warga
sendiri maksimal satu kelompok 10 orang dan diberikan pinjaman modal
usaha).
d. Program Rumah dan Lingkungan Sehat
Dalam penanganan masyarakat pinggiran, seperti: anak jalanan,
pemulung, masyarakat gelandangan, dan masyarakat pemukiman kumuh.
Faktor kesehatan merupakan titik permasalahan yang paling krusial, harus
diperhatikan selain faktor pendidikan (agama maupun formal).
YNDN membuat program rumah dan lingkungan sehat supaya
masyarakat di lingkungan masing-masing tergugah untuk bersama menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun kesadaran dan paradigma berpikir masyarakat kota, khususnya
perkampungan “kumuh” akan pentingnya rumah dan lingkungan yang
sehat. Contohnya melakukan penghijauan, membuat parit-parit, tempat
sampah dan lain-lain.78
2. Program Taman Pedesaan
a. Program Taman Bacaan Anak Pedesaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan minat baca pada
anak. YNDN tidak sekedar memfasilitasi buku-buku bacaan tapi juga
membimbing, mengajarkan pada anak-anak atau para remaja untuk
78
Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara, h. 2-3.
56
mempunyai minat baca serta bagaimana mengelola taman bacaan tersebut.
Program taman bacaan anak pedesaan dilaksanakan dengan cara
melakukan survei lokasi dengan kategori minim fasilitas pembelajaran bagi
anak-anak dan masyarakat sekitar.
Adanya taman ini diharapkan anak-anak di pedesaan terbuka
wawasannya tentang lingkungan sekitar dan lingkungan di luar kehidupan
keseharian mereka. Buku-buku yang disediakan tentang ragam budaya
yang ada di Indonesia. Seperti: sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
mengenal suku dan adat nusantara, kekayaan sumber daya alam masing-
masing daerah, sejarah tokoh-tokoh bangsa dan sebagainya.
Taman bacaan anak pedesaan juga bertujuan agar anak-anak setiap
daerah mengenal adat dan potensi kedaerahannya supaya dapat
dikembangkan potensi-potensi yang dimiliki mereka. Oleh karena itu,
urbanisassi masyarakat desa ke kota dapat terminimalisir karena
masyarakat desa tidak lagi menggantungkan hidupnya ke pusat Ibukota,
tetapi bisa mereka peroleh di daerah masing-masing.
b. Program Trauma Center
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir trauma
(dendam) pada anak di daerah konflik dengan mengadakan konseling
(bimbingan) pada anak dan keluarga serta taman bermain. Kegiatan ini
diadakan YNDN beberapa kali dalam melakukan penanganan anak-anak
dan masyarakat trauma pasca konflik dan bencana seperti yang telah
dilakukan di daerah Attambua- Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku,
Madura, dan Sampit Kalimantan.
57
Pelaksanaan program ini selalu melibatkan relawan dari berbagai
macam latar belakang seperti tenaga medis, relawan evakuasi, relawan
pekerja sosial, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah. Faktor
utama yang paling diperhatikan dalam programnya tokoh-tokoh setempat,
baik dari unsur pemerintahan seperti setingkat Rukun Tetangga. Selain itu
juga para tokoh agama dan tokoh masyarakat selalu dijadikan penasehat
dalam pelaksanaan program tersebut. Hal ini yang membuat program
YNDN selalu berjalan dengan lancar dan mendapat tanggapan baik dari
masyarakat.
c. Program Pasar Tradisional dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Kegiatan ini bertujuan untuk menampungkan serta menyalurkan hasil-hasil
sumber daya alam dan hasil karya masyarakat lokal yang belum
diberdayakan secara maksimal, seperti hasil pertanian, peternakan,
perikanan dan kerajinan tangan. Program ini dilaksanakan dengan cara
membuat pasar tradisional di daerah-daerah tertinggal atau pendalaman.
Tujuannya agar regulasi perekonomian masyarakat kecil (mikro) dapat
dilakukan di setiap daerah dan secara tidak langsung hal itu dapat
menggerakkan perekonomian makro Indonesia.
Program ini juga didasarkan dari kekayaan sumber daya alam
Indonesia seperti rempah-rempah atau bumbu-bumbu, sayur-sayuran, buah-
buahan maupun kebutuhan pokok masyarakat yang berasal dari daerah
dapat dengan mudah dijangkau dan disalurkan baik ke masyarakat sekitar
maupun ketempat yang pasokan sayur-sayurannya kurang.Program pasar
58
tradisional dan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini juga bertujuan untuk
memberi semangat sektor riil perekonomian masyarakat Indonesia, yaitu
pasar tradisional masyarakat.79
3. Program Pelatihan dan Seminar
a. Program Pelatihan bagi para pembina (Training of Trainer)
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
kualitas keilmuan para educator (pembina) disetiap tempat binaan YNDN,
seperti: latihan keterampilan, materi keagamaan, pengetahuan umum dan
sosial, teknik advokasi dan penyuluhan.Pada pelatihan training of trainer
ini, para pembina diberikan pelatihan tentang tata cara investasi dan
pemetaan lapangan, pendampingan atau advokasi, trauma healing,
negosiasi dan metode curah pendapat (brain stroming), menjadi pendidik
(educator), perencana sosial (social planners), advokat (advocate), tenaga
ahli, bahkan menjadi psikolog lapangan.
Adanya program training of trainer bagi para pembina ini maka
para koordinator lapangan atau pembina di masing-masing wilayah lebih
siap untuk menangani permasalahan yang berkembang di setiap wilayah.
b. Program Seminar
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan wacana keilmuan
dan menyikapi masalah sosial yang sedang terjadi, seperti: masalah
perdagangan anak, pelacuran anak, pendidikan, penggusuran dan konflik
sosial. Program seminar ini diadakan untuk mengajak masyarakat luas
79
Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara, 2011.
59
dalam menghadapi permasalahan sosial dari sudut pandang kemanusiaan.
Banyaknya masyarakat pinggiran kota atau anak jalananadalah akibat dari
proses urbanisasi (desa ke kota) yang setiap hari bertambah tanpa adanya
tindakan nyata pada permasalahan yang paling mendasar. Program
seminar seperti ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan sosial
ibukota secara bijak, bukan hanya melihat anak-anak jalanan atau
masyarakat pinggiran sebagai penyebab tapi mereka sebagai akibat
ketimpangan pembangunan antara kota dan desa.80
E. Sumber Dana
Dana yang menunjang pelaksanaan program kegiatan YNDN selain
berasal dari dana pribadi ketua yayasan, donatur, lembaga yang bekerja sama
dengan YNDN, serta berbagai Non Goverment Organisation (NGO) lainnya.
Pendanaan dalam pelaksanaan berbagai program yayasan dilakukan dengan cara
mengajukan ke Instansi Pemerintah atau individu untuk kelancaran
terselenggarakan dalam pelaksanaan program Yayasan Nanda Dian Nusantara.
F. Sarana dan Prasarana
Dalam implementasinya terdapat kerancuan pemahaman pengertian
mengenai pengertian sarana dan prasarana. Untuk itu terlebih dahulu diuraikan
pengertian sarana dan prasarana. Sarana adalah sesuatu yang dapat digunakan
sebagai peralatan dalam pencapaian maksud dan tujuan, sedangkan prasarana
80
Brosur Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun 2011, h. 4-5.
60
adalah sesuatu yang merupakan faktor penunjang terlaksananya suatu proses
kegiatan sehingga dapat diklafikasikan hal-hal yang temasuk dalam sarana dan
prasarana.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, maka sarana yang
tersedia di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat sebagai berikut: gedung kelas,
musholla, sekretariat, meja belajar terdapat 20 buah, meja pembina terdapat 2
buah, almari arsip 1 buah, papan tulis 2 buah, sound system 1 buah. Kondisi
fasilitas sarana tersebut pada saat penelitian dilaksanakan masih dapat difungsikan
secara baik. Sedangkan prasarananya dalam hasil observasi peneliti bahwa
Yayasan Nanda Dian Nusantara telah melakukan yang terbaik untuk anak-anak
binaannya. Dalam hal ini, yayasan sudah bekerja sama dengan SDN 3 Cireundeu
untuk membantu anak-anak dalam mengembangkan potensinya. Sebagai upaya
pendukung tercapainya pelaksanaan dalam membina akhlak terhadap anak sering
kali adanya relawan-relawan dalam berbagi ilmu, seperti ilmu pengetahuan
umum, agama, kesehatan, dan lain-lain.81
81
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani, pada hari kamis, 20 September 2013,
Pukul 16.00 WIB.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Subyek
Dalam proses penelitian ini, peneliti menentukan beberapa informan
yang dapat memberikan informasi dalam pelaksanaan pembinaan akhlak terhadap
anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat. Diantaranya dua pembina dan
tiga terbina sebagai berikut:
1. Pembina
Informan yang pertama adalah Ibu Desi Handayani, atau yang akrab
dipanggil ibu Yani. Ia lahir di Tangerang, 27 Desember 1971. Perempuan
berumur 42 tahun ini adalah Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian
Nusantara Ciputat sekaligus sebagai pembina semenjak tahun 2000 sampai
sekarang. Sebelumnya, ia aktif di posyandu di Pisangan Ciputat. Kemudian
dia berubah arah menjadi seorang pembina bagi anak-anak pemulung.
Dengan ketulusan dan kepedulian yang sangat tinggi terhadap anak-anak
pemulung dalam menuntut ilmu sehingga ia menjadi sosok orang terhormat di
lingkungan pemulung tersebut.82
Informan Kedua adalah Ibu Hamilah atau lebih dikenal dengan nama
mpok milah dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1976 di Karawang. Masa kecil
mpok Milah sudah akrab dengan suasana Islami. Sehingga dia dapat lulusan
dari pesantren di Karawang. Pada tahun 1997 beliau sudah tinggal dalam
lingkungan pemulung beserta keluarganya. Disini ia sebagai pembeli barang-
82
Wawancara Pribadi dengan ibu Desi Handayani 20 September 2013.
62
barang bekas dari hasil pemungutan sampah. Di samping itu, ia juga mengajar
anak-anak pemulung di dalam rumahnya untuk ngaji sebelum ia jadi pembina
Yaysan Nanda Dian Nusantara. pada akhirnya, ia dipercayakan oleh ibu yani
untuk menjadi pembina pada tahun 2012 sampai sekarang.83
2. Terbina
Informan pertama, Satria Mubarok yang akrab dipanggil dengan
sebutan Satria. Ia dilahirkan pada tanggal 21 April 2001 di Tangerang, beliau
anak sulung dari pasangan bapak Muhdi dan ibu Komariyah, ia sudah tinggal
di komunitas pemulung sekitar tiga tahun. Pada saat ini satria sudah
menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan.84
Informan kedua, Salimah. Ia anak ketiga dari lima bersaudara dari
pasangan bapak Tasa dan ibu Nesi. Beliau dilahirkan di Jakarta pada Tanggal
8 April 2000. Ia tinggal di komunitas ini sudah hampir empat tahun, dan
sekarang berpendidikan SMP Islamiyah di Ciputat.85
Informan ketiga, Mustofa. Ia lahir di Purbalingga 14 Agustus 2001.
Pada usia dua tahun ia sudah menetap di komunitas pemulung beserta kedua
orang tuanya. Kini ia baru bisa bersekolah di SDN Cirendeu 03.86
B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak terhadap Anak di Yayasan Nanda Dian
Nusantara Ciputat Tangerang selatan.
Dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak terhadap anak, Ibnu
Miskawaih mengajukan konsepsinya yang sebagian besar terhimpun di dalam
83
Wawancara dengan ibu Hamilah. Ciputat, 5 Januari 2014. 84
Wawancara Pribadi dengan Satria Mubarok. Ciputat, 8 Januari 2014. 85
Wawancara Pribadi dengan Salimah. Ciputat, 8 Januari 2014. 86
Wawancara Pribadi dengan Mustofa. Ciputat, 8 Januari 2014.
63
kitabnya yang berjudul “tahdziibul akhlaq wa tath-hir al a‟raq” (mendidik akhlak
dan membersihkan jiwa/prilaku). Pendidikan/pembinaan akhlak yang diutarakan
oleh Ibnu Miskawaih diutamakan yang bersifat keIslaman, disamping itu tidak
menyisihkan dimensi kultural dan aspek tradisional yang tidak berlawanan secara
prinsipil dengan ajaran agama Islam.
Secara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk
membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti
yang luhur dan bersusila, berarti pula cara tersebut sangat tepat untuk membina
mental anak.87
Dalam proses ini tersimpul indikator bahwa pembinaan akhlak
merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memiliki sikap mental dan
kepribadian sebaik yang ditunjukan oleh Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad
SAW, pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlaqul karimah sangat
tepat bagi anak agar didalam perkembangan mentalnya tidak mengalami
hambatan dan penyimpangan ke arah negatif. Media yang digunakan yakni lewat
contoh-contoh, latihan-latihan dan praktek-praktek nyata yang dilakukan oleh
kedua orang tua di dalam kehidupan keluarga, oleh para guru (pembina)
dilingkungan sekolah, juga juru-juru didik selain kedua orang tua dan guru di
dalam kelas.
Konsepsi pendidik akhlak menurut Ibnu Miskawaih sangat tegas, bahwa
materi pendidikan tersebut adalah menanamkan nilai-nilai keutamaan dan dalam
konsepsi yang lebih disempurnakan dengan nilai-nilai akhlaqul karimah88
. Dari
uraian pendapat Ibn Miskawaih dapat pula di sesuaikan dalam UU pasal 1 ayat 1
mendefinisikan pembinaan sebagai:
87
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, h. 152 88
Ibid., h. 152.
64
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.89
Dalam hal ini, hemat penulis bahwa pengertian pembinaan akhlak
terhadap anak; merupakan suatu usaha yang dilakukan pembina secara sadar
dalam mengembangkan potensi anak serta mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik secara optimal melalui ajaran agama
Islam. Agar anak dapat memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran
Islam dan dapat dijadikan sebagai pandangan hidup sehingga dapat terbentuk
kpribadian muslim.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan pelaksanaan pembinaaan akhlak anak
yang dilakukan di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) berjalan pada jalur
pendidikan non formal. Berdasarkan data observasi, wawancara dilakukan kepada
empat orang pembina dan yaitu: ibu Desi Handayani, ibu Mintih, ibu Iin, dan ibu
Hamilah dengan jumlah anak sebanyak 142 orang.90
Secara kualitatif, pembina menanamkan ajaran agama dengan baik kepada
anak di YNDN. Namun, tidak cukup hanya sekadar pengetahuan keagamaan saja.
Hal ini dikarenakan dalam pembinaan dibutuhkan keseriuasan dan keikhlasan dari
yang dibina (anak-anak). Selain itu, pengetahuan tentang keilmuan yang lainnya
juga sangat diperlukan, dalam hal ini dapat dikatakan juga ilmu-ilmu yang
89
Muhammad, M. Basyuni. Manajemen Pembangunan Umat, (Jakarta: FDK Press,
2008), h. 18. 90
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani. Ciputat 20 September 2014.
65
menunjang pada bakat dan kemampuan anak, misalnya ilmu seni dan
keterampilan. Sehingga apabila anak-anak ketika selesai dari YNDN mempunyai
bekal yang mumpuni untuk turun di masyarakat nantinya. Sebagaimana telah
dikemukakan oleh Jalaluddin dalam teori sifat agama (unreflektif) bahwa
“anggapan anak-anak terhadap ajaran agama yang mereka terima cukup
sekedarnya saja”. Akan tetapi, ajaran agama tersebut perlu diperaktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, supaya apa yang diajarkan tentang pendidikan akhlak
terhadap anak tersebut langsung melakukan hal-hal yang positif, misalnya
bagaimana cara menghormati orang tua. Hal ini yang diharapkan para pembina
dalam mengajarkan pendidikan akhlak. Dengan demikian, untuk menunjang
prosesnya dapat penulis uraikan dalam pelaksanaan akhlak terhadap anak, sebagai
berikut:
1. Waktu Pelaksanaan
Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan di yayasan tersebut, ibu
Hamilah melakukan kegiatan pembinaan akhlak kepada anak-anak binaan
tersebut. Pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu setiap malam selasa s/d kamis
pukul 18.30-20.00 WIB. Sedangkan setiap malam sabtu pukul 18.30-20.00
WIB.91
Pelaksanaan dalam pembinaan akhlak terhadap anak di Yayasan
Nanda Dian Nusantara dapat diharapkan agar anak binaan dapat memahami
ajaran-ajaran Islam yang berupa syariat, aqidah, dan akhlak. Dalam hal ini,
dapat dilakukan agar anak-anak binaan mampu mengembangkan kpribadian
91
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani. Ciputat, 20 September 2014.
66
muslim melalui proses pembinaan akhlak. Agar mereka dapat merealisasikan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menimbulkan sifat-sifat yang mulia.
Sejumlah nilai yang harus ditanamkan pada anak-anak yang akan mudah dan
sangat berpengaruh besar terhadap prilaku atau perbuatan anak tersebut.
Dalam proses pembinaan akhlak ini, maka materi yang di sampaikan
kepada anak-anak yang berhubungan dengan akhlak antara lain:
a. Fiqih
Dengan belajar fiqih diharapkan kepada anak untuk dapat
melakukan thaharah, melakukuan shalat wajib lima waktu atau macam-
macam shalat sunnat, dan melakukan puasa di bulan ramadhan, tata cara
melakukan zakat, dan dapat memahami hukum Islam seperti makanan dan
minuman yang dihalal dan diharamkan. Hal ini diharapkan agar anak-anak
dapat mengaplikasikan fiqih tersebut dalam kegiatan sehari-hari, lebih jauh
lagi pelajaran fiqih di sini, selain memuat meteri tentang beibadah kepada
Tuhan (hablul min Allah) juga memuat pelajaran bagaimana semestinya
dan seharusnya merajut hubungan dengan sesama manusia (hablul min
nas). Dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia inilah, manusia di
ajarkan bagaimana berprilaku dan beretika.
b. Pelajaran Al-Qur’an
Kegiatan dalam pelajaran Al-Qur’an disini hampir sama dengan
kegiatan-kegiatan bimbingan lainnya, dimana dalam kegiatan ini anak-
anak diajarkan untuk membaca dan memahami huruf-huruf serta hukum-
hukum tajwid dalam membaca Al-qur’an. Anak-anak disini juga biasanya
membawa Iqra dan Al-Qur’an dari rumah mereka masing-masing. Namun,
67
ada juga anak-anak yang tidak membawa karena alasan mereka lupa atau
hilang. Di dalam yayasan ini juga menyediakan Iqra dan Al-Qur’an.
Dalam waktu pelaksanaannya setiap habis ba’da magrib. Sebelum
memasuki materi yang lain. Ini dilakukan setiap malam selasa sampai
malam kamis.92
c. Menanamkan Nilai-nilai keIslaman
Dalam hal ini, Yayasan juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan
Islami yang lain di antaranya:
1) Program Dakwah Kolong Jembatan
Program dakwah kolong jembatan bertujuan untuk
menyampaikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat pemulung, anak-anak jalanan, masyarakat
gelandangan, masyarakat bantaran kali, pemukiman kumuh, dan
bahkan masyarakat pekerja seks komersil seperti di daerah Kramat
Tunggak (sekarang menjadi Islamic Centre), Taman Lawang, Stasiun
Pasar Minggu, kolong jembatan Tomang Jakarta Barat, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan program dakwah kolong jembatan ini,
YNDN selalu mengikutsertakan para mahasiswa dari berbagai macam
latar belakang, seperti: UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri
Jakarta, Universitas Trisakti, Universitas Indonesia, dan beberapa
kampus lainya.
Program dakwah kolong jembatan ini dilaksanakan dengan cara
mengadakan acara-acara siraman rohani bagi para masyarakat
92
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hamilah. Ciputat, 5 Januari 2014.
68
pemulung atau anak-anak jalanan di lokasi mereka beraktivitas sehari-
hari seperti di kolong jembatan, Pasar Induk, Pemukiman Penduduk,
dan lain-lain.93
2) Program Pesantren Kilat
Program ini bertujuan agar anak-anak jalanan dan masyarakat
pinggiran, seperti: pemulung, dan masyarakat gelandangan mendapat
pemahaman keagamaan atau dasar-dasar ajaran-ajaran Islam dalam
waktu yang singkat atau terbatas. Program ini biasanya hanya
dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan, pada pelaksanaannya
yayasan mengumpulkan anak-anak binaan di rumah masing-masing
(Rumah Singgah) untuk mendapatkan pembinaan mental dan
keagamaan selama satu minggu. Selain itu, bagi yang sudah dewasa
diberikan pelatihan singkat mengenai life skill (keahlian hidup) seperti
tata cara membuat kerajinan seperti sandal, melukis, menyemir,
memasak, menjahit, dan lain-lain.94
2. Metode yang digunakan dalam membina akhlak anak
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu.95
Jadi, metode dalam membina akhlak kepada anak
yang digunakan adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada anak
93
Majalah Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BKKS) 2006, h.15. 94
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani. Ciputat, 20 September 2013. 95
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar: Melalui
Penanaman Konsep Umum dan konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditma, 2007) cet ke 1, h.
61.
69
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu
keterampilan pembina dalam pengajaran untuk keterampilan memilih metode
yang akan digunakan.
Metode dalam pembinaan akhlak merupakan suatu usaha pemberian
bantuan secara berkesinambungan oleh pembina yang berdasarkan konsep Al-
Qur’an dan As-sunnah kepada anak dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga
mereka dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Metode yang diterapkan Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam
pembinaan akhlak, diantaranya: Pertama; metode ceramah. Metode ini
pembina menjelaskan secara singkat tentang sejarah Nabi Muhammad Saw
serta para sahabatnya untuk menggambarkan kpribadian seorang muslim
dalam berhubungan sesama makhluknya, agar anak-anak binaan dapat
mencontohkannya. Kedua; metode tanyak jawab. Metode ini sering kali
digunakan para pembimbing pada umumnya. Namun, di dalam lembaga
Yayasan Nanda Dian Nusantara metode ini tidak hanya diwaktu kelas untuk
bertanya, akan tetapi sering kali anak binaan bertanya diluar jam pelajaran.
Oleh karena itu, metode ini sangatlah efesien dalam menggali ilmu yang tidak
dapat dipahami dalam kelas.96
Ketiga; metode cerdas cermat. Metode ini
merupakan salah satu metode yang sering digunakan pembina. Sebab metode
ini dapat merangsang motivasi anak binaan dalam mempelajari agama Islam
serta dapat menguji kemampuan dalam memahami pelajaran yang
96
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani. Ciputat, 20 September 2013.
70
disampaikan. Hal ini dilakukan untuk tujuan agar anak binaan berani
mengungkapkan pendapat dan tentunya menimbulkan rasa percaya diri. Agar
kedepannya anak binaan tidak merasa kaku dalam berbicara depan umum.
Keempat; metode praktek. Metode ini dilakukan agar anak-anak binaan
mudah memahami materi yang disampaikan dan diharapkan dapat
mengaplikasi dalam kehidupan sehari-hari.97
Dengan pembinaan akhlak ini ingin dicapai terwujudnya manusia yang
ideal; anak yang bertakwa kepada Allah Swt dan cerdas. Dengan teori akhlak
yang dikemukakan Ibnu Maskawaih bertujuan untuk menyempurnakan nila-
nilai kemanusiaan sesuai dengan ajaran Islam yang taat beribadah dan
sanggup hidup bermasyarakat yang baik. Didunia pendidikan, pembinaan
akhlak tersebut dititikberatkan kepada pembentukan moral, mental anak atau
remaja agar tidak mengalami penyimpangan (sifat-sifat tercela). Perjalanan
ruhani ditempuh dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan tersebut.98
97
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hamilah, Ciputat, 5 Januari 2014. 98
Sudarsono, Etika Islam Tentang....., h. 152.
71
C. Faktor penghambat proses dalam pembinaan akhlak terhadap anak
Hambatan dalam pelaksanaan membina akhlak terhadap anak yang
dialami pembina adalah terdiri dari dua aspek yaitu: internal dan eksternal.
Adapun hambatan internal yang dihadapi pembina adalah dalam diri anak
sendiri, karena masih ada anak yang bermalasan untuk mengikuti pengajian.99
Kemudian dari aspek eksternal adalah lingkungan. Pertama,
lingkungan keluarga; setiap orang tua memiliki tugas yang sangat berat untuk
mananamkam kebiasaan dan nilai-nilai yang baik kepada putra-putri mereka,
karena pada saat yang sama mereka juga harus diberi kebebasan yang cukup
sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung
jawab. Namun, berdasarkan observasi dan wawancara dengan pembina,
seringkali orang tua di kawasan Yayasan ini kurang memperhatikan atau
mengarahkan anak-anaknya dalam kebaikan. Kedua, Lingkungan Masyarakat;
masyarakat mayoritas pekerja sebagai pemulung (pemungut sampah) sehingga
kurang adanya bekerja sama dengan pihak Yayasan dalam mengembangkan
pendidikan akhlak.
Ketiga, Teknologi; pada zaman sekarang ini banyak permasalahan
permasalahan yang timbul dalam jejaringan sosial. Seperti pornografi,
pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya. Ini salah satu faktor terbesar
yang mudah mempengaruhi pembentukan akhlak. 100
Selanjutnya, Ibu Desi Handayani menambahkan ada dua hambatan
yang relevan dalam pelaksanaan pembinaan akhlak terhadap anak, yaitu:
99
Wawancara Pribadi dengan Satria Mubarok. Ciputat. 8 Januari 2014. 100
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hamilah. Ciputat. 5 Januari 2014.
72
pertama; Sumber Dana, setiap program yang dilakukan yayasan membutuhkan
bantuan dari para donatur. Sumbangan yang diterima yayasan berasal dari
pusat dan donatur tidak tetap. Selain itu, ada juga sumbangan dari masyarakat
untuk menambahkan pendanaan dalam kegiatan yayasan. Akan tetapi, tetap
saja masih kekurangan pendanaan.
Karena selama ini dana didapatkan terfokus dari dana pusat. Dapat
dipahami kegiatan apapun yang dilakukan jika kekurangan dana ankan
mengalami hasil yang kurang maksimal. Selain itu, YNDN juga tidak ada
donatur yang tetap untuk kelancaran dalam peroses membina anak-anak di
Yayasan ini. Kedua; tenaga pengajar, jika kami mengambil pengajar
pengampu disini, maka kami tidak dapat memberikan honor terhadap
pengajar.101
101
Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani, Ciputat, 20 September 2013.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP
ANAK DI YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT” telah
membawa penulis pada bagian akhir dari skripsi ini. Untuk itu, penulis akan
berupaya menyimpulkan pembahasan mengenai proses pelaksananan dan faktor
penghambat dalam pembinaan akhlak tersebut, yaitu:
1. Penerapan metode dalam pelaksanaan pembinaan akhlak anak bertujuan
agar anak mampu mengubah sikap dan prilaku menjadi lebih baik sesuai
dengan aturan Islam serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, keteladanan, tanya
jawab, pengawasan, pembiasaan, dan metode teguran atau hukuman.
2. Materi yang disampaikan dalam pembinaan akhlak anak yaitu pelajaran
Al-Quran dan fiqih. Sedangkan waktu pelaksanaanya setiap malam selasa
s/d kamis pukul 18.30-20.00 WIB dan malam sabtu pukul 18.30-20.00
WIB.
3. Kegiatan yang dilakukan yaitu program dakwah kolong jembatan dan
program pesantren kilat. Tujuannya supaya penyampaian nilai-nilai ajaran
agama Islam dapat diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari.
74
4. Faktor penghambat dalam peroses pembinaan akhlak terjadi dua aspek
yaitu; aspek internal dan eksternal. Aspek internal adalah terjadi dalam
diri anak sendiri karena masih banyak anak-anak malas untuk mengikuti
pengajian. Sedangkan aspek eksternal adalah a) lingkungan kurang
kondusif karena masyarakat sekitar sebagai pemulung, b) kurang adanya
kerjasama antara pihak orang tua dan pihak yayasan, c) pergaulan anak
dalam kehidupan sehari-hari kerap kali membawa ke arah yang negatif, d)
ketika pembina menyampaikan materi terkadang tidak semuanya anak-
anak mendengarkan pelajaran.
5. Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak terhadap anak di Yayasan
Nanda Dian Nusantara ciputat adalah: a) adanya kerjasama antara pihak
sekolah SDN 3 Cirendeu dan pihak Yayasan dalam memantau
perkembangan akhlak anak. b) adanya donatur-donatur yang bersedia
memberikan bantuan untuk yayasan baik berupa makanan, buku, atau
menyelenggarakan kegiatan sekitar yayasan.
B. Saran
Saran yang hendak penulis ajukan, tidak lain hanya sekedar memberi
sedikit masukan yang tentunya dengan harapan agar pembinaan akhlak terhadap
anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat dapat berhasil dengan lebih baik
dan dapat berjalan dengan seoptimal mungkin.
75
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah:
1. Hendaknya dalam pelaksanaan pembinaan akhlak pembina lebih tegas
terhadap anak dalam membentukan kpribadian muslim, dan jika ada yang
melanggar peraturan maka pembina harus memberikan sanksi/hukuman
yang terkait dengan pembentukan akhlak
2. Agar akhlak anak mudah dibentuk hendaknya kerjasama antara orang tua
dan pihak yayasan
3. Hendaknya ketua yayasan sering mengadakan supervisi komunikasi
dengan para pembina agar dapat mengetahui perkembangan akhlak anak
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Diharapkan kepada pihak Yayasan dapat bekerjasama dengan para orang
tua anak untuk mengontrolkan perkembangan akhlak anak dilingkungan
tersebut.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an. Jakarta: Amzah,
2007.
Agama RI, Departemen. Al-Qur‟an dan Terjemahan. Bandung: CV. Diponegoro,
2006.
Ahid, Nur. Pendidikan Keluarga Dalam Persfektif Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Al-Abrasyi, Athiyah. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam Terj. H. Bustani
dan Johar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang 1970.
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Cet. Ke-3. Jakarta:
Penasehat Pustaka Amami, 1993.
Al-Munawar, Said Agil Husein. Aktualisasi Nilai-nilai Qur‟ani. Ciputat: PT.
Ciputat Press, 2005.
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Assegaf, Abd. Rachman. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Dadi, Irfan. “Upaya Program Usaha Keterampilan Kerja Yayasan Nanda Dian
Nusantara Dalam Mensejahterakan Masyarakat Kampung Rawa
Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
_____________. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
_____________. Reorientasi Sekolah. Jakarta: Seminar Fakultas Tarbiah IAIN
Syahid, 2000.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung:
Refika Aditama, 2007.
Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998.
77
Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka 1988.
Djalaluddin. Psikologi Agama Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996.
__________. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Ensiklopedi Islam, Cet. Ke-4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Emzir. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Fathurrohman, Pupuh. dan Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar:
Melalui Penanaman Konsep Umum dan konsep Islami. Bandung: PT.
Refika Aditma, 2007.
Fethullah Gulen, Muhammad. Dakwah. Jakarta: Republika Penerbit, 2011.
_____________, Muhammad. Bangkitnya Spiritualitas Islam. Jakarta: Republika,
2012.
Fuadudin TM. Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam. Jakarta: Lembaga
Kajian Agama Dan Islam, 1999.
Ghony, Djunady. Dasar-dasar penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Teori
Grounded. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997.
Harjana, Mangun. Pembinaan; Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius, 1986.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html.
Ibnu Rusn, Abidin. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Ilyas, Rooestin. Anak-anakku di Jalan. Jakarta: Pensil 324, 2004.
Jamil. Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi, 2013.
Jumhur dan Muh. Suryo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV.
Ilmu 1987.
Kaledeoskop Program Kegiatan Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun 2006.
Langgulung, Hasan. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1985.
M. Basyuni, Muhammad. Manajemen Pembangunan Umat. Jakarta: FDK Press,
2008.
78
Mahfud, Rois. Al-Islam: Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011.
Milles Matthew B dan Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI
Press, 2007.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mubarok, Achmad. Psikologi Qur‟ani. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2009.
Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana 2010.
Narendrany, Heny. dan Yudiantoro, Andri. Psikologi Agama. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Pius Partanto dan M. Dahlan Barry. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Arkola
Surabaya, 2001.
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam pada
Darma Wanita. Jakarta: Penerbit Depag, 1984.
Santoso, Slamet. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2010.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2013.
Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1991.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2005.
Syafaat, Aat. ed/al. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Tafsir Al-Qur’an Tematik. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik.
Jakarta:Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi.
Jakarta: CeQDA UIN Jakarta, 2007. Cet, ke-1.
Undang-Undang Negara: UU RI No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak.
Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Wawancara Pribadi dengan Desi Handayani. Ciputat, 20 September 2013.
79
Wawancara Pribadi dengan Hamilah. Ciputat, 5 Januari 2014.
Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN). Profil Yayasan Nanda Dian Nusantara.
Jakarta: YNDN, 2011.
Zainuddin, Din. Pendidikan Budi Pekerti Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Al-
Mawardi,2004.