NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF
K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM
ASY’ARI KARYA M. SANUSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
OLEH
NANANG SUGIONO
NIM: 11111182
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Jadikanlah karakter layaknya air,
siapapun, apapun, dan sampai kapanpun
akan terus dibutuhkan
.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Nasrodin dan ibu Ngadiyem, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a
yang tak pernah putus untuk putra-putranya.
2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi
semangat dan membantuku yaitu adikku Muhammad Muchlisun.
3. Bapak Imam Mas Arum M.Pd yang telah sabar membimbing dan
mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Teman-temanku PAI E dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan
belajar di IAIN Salatiga (khususnya temen-temen Chrysophyllum
Cainito).
5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Ibu Dra.Urifatun Anis, selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 24 Februari 2016
Penulis,
Nanang Sugiono
111 11 182
x
ABSTRAK
Sugiono, Nanang. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku
“Kebiasaan-Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari”
karya M. Sansusi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan IlmuKeguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Nilai Pendidikan Karakter
Perilaku anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik,
misalnya saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan
narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa. Buku ini mengandung
nilai pendidikan karakter yang bisa digunakan acuan untuk mengatasi masalah
merosotnya karakter. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?.
Bagaimanakah implementasi nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi ke dalam kehidupan sehari-hari?.
Penelitian ini adalah literature (kepustakaan), dan ditambah dengan
metode wawancara dengan penulis buku melalui email. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-
buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta wawancara
dengan penulis buku mengenai informasi buku yang diteliti. Pengumpulan data
dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.
Hasil penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Karakter dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari
karya M. Sanusi yaitu disiplin dan taat dalam melakukan ibadah, menghargai
perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat
islam), senang mendendangkan shalawat dan membaca al-qur’an, tanggung jawab
terhadap perintah allah swt, tidak membedakan antar sesama, memiliki jiwa
kepemimpinan, dermawan, senang melakukan diskusi atau musyawarah, senang
bersilaturahim kepada orang lain,senang berorganisasi. Buku tentang Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi bisa dijadikan semacam acuan bagi peserta didik dalam melakukan
kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya seperti yang dicontohkan
oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sehingga karakter peserta
didik akan terbentuk ke arah yang lebih baik. Adapun metode yang bisa
digunakan oleh orang tua maupun guru dalam mendidik peserta didik adalah
metode bercerita, metode teladan, metode mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an,
mengajari berdoa langsung mengajar dengan biola, mengajar dengan metode
murid bertanya, mengajar secara sorogan dan bandongan.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 9
E. Metode Penelitian .......................................................................... 11
F. Penegasan Istilah ............................................................................ 14
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.
AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI
A. Biografi M. Sanusi ........................................................................ 17
B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
xii
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari .................................................. 20
C. Sistematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ............................. 23
D. Karya dari M. Sanusi ..................................................................... 24
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Pendidikan Karakter ............................................................. 32
B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari .............................................................................. 37
C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari karya M. Sanusi ................................................................ 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya
M. Sanusi ....................................................................................... 53
B. Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 65
B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Lembar Konsultasi
4. Daftar wawancara dengan penulis buku melalui email
5. Fotokopi sampul buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena
dengan pendidikan kita menjadi memiliki wawasan yang luas serta bisa
membuat kita mempertanyakan suatu hal. Hal ini yang nantinya membuat
kita menjadi sadar tentang pentingnya pendidikan. Di dalam pendidikan
banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan, baik itu ilmu sains, ekonomi, sosial,
agama, budaya dan sebagainya.
Pendidikan bisa juga memiliki makna yang sempit, yaitu
pengajaran-pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
tugas-tugas sosial mereka. (Mudyahardjo, 2001:6).
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh
danberkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik,
ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah
psikomotorik akan bermuara pada ketrampilan dan perilaku (Damayanti,
2014:9).
15
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar yang
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di
sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu/peserta didik,
agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
(Mudyahardjo, 2001:11).
Pada era sekarang ini, di mana informasi dan teknologi berkembang
sangat cepat sekali memberikan dampak positif bagi kita terutama di
bidang pendidikan, karena memudahkan kita semua untuk lebih mudah
dalam menambah wawasan, mempelajari ilmu pengetahuan guna untuk
menghadapi tantangan zaman. Namun, disatu sisi perkembangan informasi
dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan memberikan dampak
negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa.. Di samping itu, perilaku
anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya
saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan
narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa.
Di sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para
pejabat Negara sehingga korupsi semakin merajalela hampir disetiap
instansi pemerintah. Perilaku-perilaku seperti itu telah menunjukan bangsa
ini telah terbelit oleh rendahnya moral, karakter. Sebagai alternatif yang
bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas
generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan
mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
16
Melihat kondisi tersebut, pendidikan karakter menjadi begitu penting
karena dapat mengurangi bahkan mengatasi permasalahan karakter yang
tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun para koruptor.
Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu
melakukan perbaikan karakter bangsa kita, karena itu di dalam proses
pendidikan harus ditanamkan pendidikan karakter sehingga mampu
mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta didik dapat
berpartisipasi dalam menghadapi tantangan kehiduapan di masa
mendatang. Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu
pendidikan karakter ini menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga
peserta didik paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik.
Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan
akhlak atau pendidikan moral. (Zuchdi, 2012:17).
Islam adalah agama yang memberikan pembelajaran yang tegas
tentang karakter, seperti yang dicontohkan oleh suri teladan kita yaitu
beliau Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membangun karakter
umat islam menjadi lebih baik. Dalam konsep Islam, karakter mulia
merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan islam (syariah) yang
didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (aqidah).Di dalam Al-
Qur’an pun telah dijelaskan mengenai pendidikan karakter yang terdapat
dalam QS Luqman ayat 12-19:
17
Artinya:
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
18
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha
mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Terdapat nilai pendidikan karakter dalam QS Luqman ayat 12-19
yaitu tentang pandai syukur, iman kepada Allah, berbakti kepada kedua
orang tua, ibadah kepada Allah Swt, tidak boleh sombong, tidak boleh
berbicara keras.
Suri tauladan bagi umat Islam yang utama ialah beliau Nabi
Muhammad SAW, beliau adalah manusia yang memiliki karakter yang
sangat baik tidak ada manusia yang mampu menyamai karakter beliau
karena beliaulah suri teladan seluruh umat Islam di dunia. Namun, di
Indonesia ini kita memiliki dua orang tokoh yang mempunyai karakter
yang baik yang bisa juga dijadikan panutan bagi umat Islam di Indonesia,
19
mereka juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan islam,
yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Mereka berdua
adalah tokoh agama Islam yang sangat terkemuka di Indonesia, sampai
mereka mendirikan organisasi Islam yaitu Muhammadiyah oleh K.H.
Ahmad Dahlan dan Nahdlatul Ulama (N.U) oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Mereka berdua mempunyai ilmu pengetahuan yang luas serta
memiliki karakter yang baik dan mulia. Melalui buku yang yang berjudul
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Penulis buku tersebut hendak
memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan kedua tokoh agama
tersebut, bukan sekadar biografi seperti buku-buku lainnya, namun penulis
buku tersebut menjelaskan tetang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
kedua tokoh tersebut dari sejak kecil hingga menjadi besar dan menjadi
seorang ulama yang terkemuka serta membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan Islam di Indonesia ini khususnya.
Sekilas tentang sosok keduanya, yaitu K.H. Ahmad Dahlan lahir di
kampung Kauman (sebelah barat alun-alun utara) Yogyakarta, pada
tanggal 1 Agustus 1868. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara
(semua saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya) dari seorang aah
yang bernama K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang ulama dan
khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,
dan seorang ibu yang bernama Siti Aminah puteri dari H. Ibrahim yang
20
juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan semasa
kecil dikenal dengan nama Muhammad Darwis (Sucipto, 2010: 49).
Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh
teladan bagi individu maupun peserta didik, misalnya K.H. Ahmad Dahlan
adalah sosok orang yang dalam kesehariannya tidak meninggalkan shalat
dan selalu melakukan shalat berjma’ah, senang bersedekah, hormat dan
patuh kepada kedua orang tuanya, sayang terhadap anak yatim, senang
berdiskusi, senang berorganisasi, gemar mengucap salam, senang
bersilaturahim, tidak membedakan antar sesama, kritis, menghargai
perbedaan.
Kemudian sekilas tentang sosok K.H. Hasyim Asy’ari. Nama
Muhammad Hasyim adalah pemberian orang tuanya, ia lahir dari keluarga
kyai di Jawa pada tanggal 14 Februari 1871 atau 24 Dhul Qi da 1287 di
desa gedang, sekitar dua kilometer jombang timur. Ayahnya Asy'ari adalah
pendiri pesantren Keras di jombang, sementara itu, kakeknya Kyai Usman,
adalah kyai terkenal dan pendiri pesantren Gedangan, yang didirikan pada
kuartal ketiga abad kesembilan belas (Khuluq, 2000:14).
Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh
teladan bagi individu maupun peserta didik, yaitu suka melerai teman yang
bertengkar, tidak membedakan antar sesama, selalu taat kepada kedua
orang tua, taat kepada guru atau Kiai, sering berpuasa, suka menulis buku,
21
senang berdiskusi atau musyawarah, senang berorganisasi, suka berdagang,
senang bersilaturahim.
Melalui penjelasan mengenai kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tersebur tercermin karakter yang sangat
baik, sehingga dapat dijadikan contoh teladan dalam membentuk karakter
yang baik bagi peserta didik. Peserta didik dapat meneladani kebiasaan-
kebiasaan kedua tokoh tersebut dan menerapkannya ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat fokus pembahasan tentang pendidikan karakter dengan judul
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN
K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?
2. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan
sehari-hari?
22
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi
2. Mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan
K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan sehari-hari
D. Kegunaan Penelitan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teroritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat ini memberikan sumbangan pemikiran dan konsep baru
mengenai pendidikan karakter di kalangan praktisi pendidikan maupun
akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan. Bisa juga sebagai pijakan
atau acuan para peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut
terkait nilai-nilai pendidikan karakter. Manfaat lainnya yaitu hasil
laporan penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan
mengenai konsep baru tentang pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,
terutama para pelaku atau pembimbing peserta didik. Secara umum
23
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi masalah-
masalah pendidikan karakter.
a. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama
1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi
masalah kenakalan siswa didik melalui perbaikan karakter
siswa.
2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.
b. Manfaat Bagi Para Orang Tua
Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua
siswa diantaranya sebagai berikut:
1) Menjadi pedoman teoritis bagi orang tua untuk menangani
permasalahan kenakalan anak di rumah.
2) Menjadi sumber atau pedoman perilaku orang tua sehingga
mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
c. Manfaat bagi peserta didik
Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh peserta didik,
sebagai contoh teladan, kemudian diterapkan ke dalam kehidupan
sehari-hari dengan melakukan berbagai kebiasaan baik seperti yang
dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam buku yang diteliti oleh penulis.
24
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library
research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah
buku. Data-data yang terkait dengan analisis pembahasan penelitian
berkaitan dengan biografi, latar belakang pendidikan penulis, dan
berbagai hal yang mungkin berpengaruh pada kondisi penulis, baik
secara langsung atau tidak langsung.
Penelitian Pustaka (library research), yaitu jenis penelitian
yang dilakukan degan menelaah dan menggunakan bahan-bahan
pustaka berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber
pustaka lainya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang
dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).
2. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan yakni pengumpulan data-data dengan cara
mempelajari, mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah
literature baik buku, artikel ataupun karya tulis lainnya yang relevan
dengan topik penelitian. Data primernya adalah buku yang berjudul
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Data sekundernya berupa
buku-buku yang relevan dengan bahan penelitian misalnya Pendidikan
Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi,
25
Konsep dan Model dan Pendidikan Karakter, Ilmu Pendidikan dan
masih banyak buku yang lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca buku-
buku sumber, baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan
mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku
sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan
mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam
bentuk per bab.
b. Selain melalui buku-buku sumber baik primer dan sekunder,
penulis dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara atau
interview dengan penulis buku (M. Sanusi) melalui email. Metode
interview atau wawancara yaitu metode yang digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit
atau kecil. (Sugiono, 2011:137). Penggunaan metode interview
dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh informasi
tentang penulis buku (M. Sanusi).
c. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan
beberapa metode, antara lain:
26
a. Metode Deduktif
Metode deduktif digunakan untuk menganalisis pada bab II
tentang biografi karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari, serta sistematika penulisan buku tersebut. Pada bab III
peneliti membahas tentang teori yang berkaitan dengan
pendidikan karakter serta nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari yang berada dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.
b. Metode Induktif
Berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-
fakta/peristiwa khusus itu ditarik ke fakta yang bersifat umum
(Sutrisno, 2002:42). Metode induktif digunakan untuk
menganalisis pada bab IV tentang permasalahan yang akan diteliti
yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan
pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Pada bab IV
peneliti membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter ada
dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi, kemudian
penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter
27
dalam buku yang diteliti oleh penulis dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu
atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena
sesuatu hal itu meyenangkan, memuaskan, menarik, berguna,
menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan (Daroeso,
1986:20).
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis,
karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah,
baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil psikologis. Termasuk ke
dalam wilayah ini seperti hasyrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan
motif (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:44).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang
diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik
(Ahmadi, 1991:71).
Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk
28
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).
3. Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah sesuatu yang rutin kita jalankan. Kebiasaan bisa
berupa sesuatu yang riil dan nyata seperti pergi ke tempat
tertentu,duduk di daerah tertentu atau makan jenis maknan tertentu.
Bisa juga berupa pandangan, pola pikir atau perasaan kejiwaan seperti
menghormati orang lain, perasaan terhadap harga harga diri,
kehormatan, memuliakan tamu dan lain sebagainya (Ibrahim,
2006:23).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materi–materi skripsi ini
secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi inike dalam
beberapa bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Fokus
29
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika
Penulisan Skripsi.
BAB II : Biografi, karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari,
sistematika penulisan buku.
BAB III : Deskripsi tentang gambaran umum buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam buku yang berjudul Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.
BAB IV : Pembahasan berisi tentang analisis nilai- nilai pendidikan
karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh
M. Sanusi.
BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
30
BAB II
MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.
AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI
KARYA M. SANUSI
A. Biografi M. Sanusi
M. Sanusi lahir pada tanggal 28 Januari 1986 di Sumenep,
Madura. M. Sanusi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayah
beliau bernama H. Asy’ari, ibunya bernama Sumadiyah, sedang nama
adik-adiknya adalah Siti Faiqoturrahimah, Insiyah, Jurjis Ardias. M.
Sanusi menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di MI dan
MTS Al-Huda, Desa Gapura Timur, Gapura, Sumenep dan pendidikan
menengah atasnya diselesaikan di MA 1 Annuqayah, Guluk-guluk,
Sumenep, Madura.
Saat ini, penulis berdomisili di Yogyakarta, tepatnya jalan Paris
Km.7, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan saat ini penulis belum
menikah.Awal mulai menulis ketika menjadi mahasiswa semester 1
ketika masih kuliah di Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mulai menulis ke media berupa
artikel dan resensi buku sejak 2005, yang telah dipublikasikan di harian
lokal maupun nasional, seperti Kompas, Seputar Indoneseia, Tempo,
Jawa Pos, Republika, Bisnis Indonesia, Suara Merdeka, Suara Karya,
Joglosemar, Solopos, Bernas Jogja, Kompas Jogja, Pikiran Rakyat,
31
Kontan, Koran Jakarta, Balipost, lampung Post, Merapi, Minggu Pagi,
Kedaulatan Rakyat, Surabayapost, Surya, dll.
Buku yang pertama kali ia tulis adalah buku yang berjudul tentang
Nabi Khidir. Buku tersebut ditulis oleh M. Sanusi dan temannya yaitu M.
Ali Faki AR. Penulis merasa senang dan bangga, bahkan tidak
menyangka ketika mengetahui bahwa bukunya telah terbit di pasaran baik
itu di toko-toko buku, atau di tempat yang lain. Telah banyak pula karya-
karya yang telah dihasilkan oleh penulis, misalnya Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, Tuntunan
Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan wanita, Orang Miskin
(Boleh) Sukses Sekolah, Jasad-Jasad yang Harum, Tempatkan Orang
Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu dan masih banyak yang
lainnya. Walau sudah banyak karya dari penulis belum ada buku atau
karya penulis yang menjadi best seller, namun ada buku yang pernah
beberapa kali ada yaitu buku tentang Abu Bakar.
Dalam menulis sebuah buku tidak serta merta penulis dengan
mudah menulis menjadi sebuah buku, akan tetapi penulis juga mengalami
hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah persoalan
membagi waktu untuk menulis dan mengatur mood. Penulis kesulitan
membagi waktu, karena pada saat mulai menulis beliau sedang kuliah di
UIN Yogyakarta dan mengatur kegiatan lainnya, seperti kegiatan
keorganisasian di kampus tersebut, aktif di pesantren dan Yayasan
Hasyim Asy’ari di Yogyakarta. Walaupun begitu, penulis tetap berusaha
32
meluangkan waktunya untuk menulis disela-sela kegiatannya. Penulis
biasanya menulis pada waktu malam hari setelah kegiatannya selesai.
Selain kesulitan mengatur waktu untuk menulis, penulis juga
mengalami kesulitan dalam mengatur mood. Mengatur mood sangatlah
penting dalam menulis sebuah buku, karena mood yang baik akan
memberikan pikiran positif pada penulis. Dengan pikiran positif penulis
dapat memperoleh banyak inspirasi sehingga dapat berpikir dengan lebih
baik dan menghasilkan karya yang baik pula. M. Sanusi tidak punya cara
khusus dalam mengatur mood, ia hanya memaksakan dirinya untuk
menulis walaupun misal moodnya sedang kurang baik. Penulis tetap
berusaha memaksa pikiran dan fisiknya guna melawan moodnya yang
kurang baik itu untuk tetap menulis sampai akhirnya tulisan selesai.
Latar belakang agama penulis adalah agama Islam dan ia
mengikuti organisasi Islam Nahdlatul Ulama (N.U). Selain aktif di
pesantren dan Yayasan Hasyim Asy’ari di Yogyakarta, penulis juga aktif
di lembaga Media Literacy Circle (MLC), Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penulis (M. Sanusi) masih mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun untuk
saat ini ia fokus untuk mencari pengalaman kerja terlebih dahulu dan
sambil mengusahakan beasiswa. Saat ini selain menulis, M. Sanusi
bekerja sebagai editor freelance dan kadang menjadi surveyor di beberapa
lembaga pendidikan.
33
B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari Karya M. Sanusi
Buku ini berisi tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat inspiratif sehingga bisa
mengispirasi orang-orang yang membaca buku ini. Dalam hal ini, buku
ini tidak lagi menghadirkan tentang biografi-biografi kedua tokoh dan
sejarah perjuangannya. Buku ini lebih mengulas sisi lain dari kedua tokoh
tersebut. Sisi lain di sini adalah perspektif penulis yang berbeda dari
penulis-penulis lain yaitu penulis buku ini (M. Sanusi) menulis tentang
kehidupan sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam menjalani hidup.
Latar belakang yang menginspirasi penulis dalam menulis buku
tentang Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari adalah karena selain menarik bagi penulis buku, kedua
tokoh tersebut adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu
Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Selain itu,
penulis juga berkeinginan untuk mengangkat inti dari pokok-pokok
pemikiran kedua tokoh tersebut, tentang bagaimana mereka sebenarnya,
pandangan mereka tentang agama, sosial, dan keilmuan. Mengingat
beliau berdua adalah pendiri dua organisasi keagamaan terbesar di negeri
dan tampaknya semakin jauh dispartitasnya ditangan para penerusnya.
34
Buku ini tidak lagi menyorot tentang biografi-biografi seperti
kebanyakan buku lainnya, tetapi menyorot kebiasaan sehari-hari K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang jarang diekspose dan
diketahui orang banyak. Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
bagian pertama membahas tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad
Dahlan. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dalam buku ini
misalnya, di mana pada masa kanak- kanak K.H. Ahmad Dahlan dengan
nama panggilan waktu kecil yaitu Darwis, senang bermain dengan teman
sebayanya, bermain bola, layang-layang, dan lain sebagainya. Selain itu
Darwis juga anak yang patuh kepada kedua orang tuanya dan juga pada
agamanya. Misalnya, ketika mau keluar rumah Darwis selalu meminta
izin kepada kedua orang tuanya, suka mengaji pada waktu sore, senang
solat berjama’ah, pergi lebih awal untuk solat jum’at, senang bersekah.
Kebiasaan K.H. Ahamad Dahlan yang lainnya adalah senang berdiskusi,
bersahabat dengan orang besar, gemar mengucap salam, mendendangkan
solawat, senang berorganisasi, senang bersilaturahim, menghargai
perbedaan dan lain sebaginya.
Bagian kedua membahas tentang kebiasaan- kebiasaan K.H.
Hasyim Asy’ari. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu
pada masa kanak- kanak K.H. Hasyim Asy’ari selain suka bermain petak
umpet, K.H. Hasyim Asy’ari sudah mulai mengajar di pesantren ayahnya.
K.H. Hasyim Asy’ari suka melerai temannya yang berkelahi, haus ilmu
dan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain, taat pada Kiai,
35
senang berpuasa dan sedikit makan, suka membaca dan membeli buku
kemudian menuliskannya kembali, menulis kitab di pagi hari,
membangun silaturahim dengan tetangga, para tokoh agama dan
Negarawan. Selain itu K.H. Hasyim Asy’ari tidak meninggalkan
pekerjaannya sebagai seorang petani, K.H. Hasyim Asy’ari sering pergi
ke sawah dan ladang, sering berdagang kuda setiap pon, melakukan ronda
setiap malam, selain itu juga mengajar para santrinya dengan metode
sorogan dan bandongan dan masih banyak yang lainnya.
Semua tahapan kedua tokoh yang karismatik ini dihadirkan oleh
penulis tanpa terkecuali, mulai dari masa kanak-kanak yang
menyenagkan, menginjak usia dewasa yang penuh semangat hingga
menjadi pribadi yang matang di masa-masa puncak kehidupan keduanya.
Di sisi lain, buku ini juga penting diketahui oleh publik agar bisa
dipelajari, dijadikan panutan atau contoh bagi semua orang. Harapan dari
penulis buku ini adalah buku ini mampu memberikan tambahan wawasan
tentang kebiasaan kedua tokoh karismatik tersebut, serta bisa
menginspirasi pembaca sehingga mampu mencontoh kebiasaan kedua
tokoh karismatik tersebut dan mampu menerapkan kebiasaan baik dalam
kehidupan sehari-hari.
36
C. Sitematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari Karya M. Sanusi
Sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sama seperti sistematika buku
pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman
selanjuntya pengantar penulis di mana dalam pengantar tersebut
dijelaskan latar belakang penulis yang mendorong dalam menulis buku
tersebut. Halaman berikutnya adalah daftar isi yang di bagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian satu berisi tentang kebiasaan sehari-hari K.H. Ahmad
Dahlan dan bagian kedua berisi tentang kebiasaan sehari- hari K.H.
Hasyim Asy’ari.
Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu:
1. Halaman Judul
2. Pengantar Penulis
3. Daftar Isi
4. Pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
a. Kebiasaan Sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan
b. Kebiasaan Sehari- hari K.H. Hasyim Asy’ari
c. Daftar pustaka
d. Biografi Penulis
37
D. Karya dari M. Sanusi
Beberapa karya dari M. Sanusi yaitu
1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari
Sekilas tentang buku “Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari” yang ditulis oleh M.
Sanusi menjelaskan bagaimana sosok kedua yang begitu santun,
sopan, taat pada orang tua dan agama, membantu sesama,
memakmurkan masjid dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa
sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dari kecil
sudah ditanamkan karakter yang baik oleh orang tua mereka,
sehingga bisa juga dijadikan contoh teladan yang baik khususnya
para pengikutnya umumnya untuk semua umat Islam khususnya di
Indonesia. Buku ini mengungkap perjalanan hidup dan kebiasaan-
kebiasaan kedua tokoh yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari
2. Tuntunan Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan
wanita
Buku ini mencoba menghadirkan tuntunan cara seseorang
mencari jodoh, melamar, dan menikah secara Islam. Termasuk
dalam hal ini, aspek-aspek yang hendaknya dimiliki oleh setiap
laki-laki dan perempuan saat mencari jodoh, khitbah atau melamar,
serta menuju ke pernikahan. Islam tidak sekadar memberikan dalil,
38
akan tetapi juga mencoba memahami perasaan cita kasih saying di
antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Melalui Al-Qur’an
dan Hadits serta para ulama, Islam menganggap penting
memberikan panduan tentang cara mencari jodoh, tuntunan
melamar, hingga tata cara melangsungkan pernikahan dengan
detail kepada pemeluknya. Tujuannya adalah untuk memberikan
pengajaran kepada mereka tentang cara yang baik dan tidak baik.
Sedikit contoh dari buku ini mengenai mencari pasangan
dalam Islam, yaitu teguh dalam beragama, penyayang dan subur,
memilih perempuan yang perawan, mengutamakan laki-laki yang
mampu memberi nafkah, mengutamakan yang jauh dari
kekerabatan, dan yang menyenangkan jika dipandang. Serta
kafa’ah (sebanding dalam hal kedudukannya).
3. Orang Miskin (Boleh) Sukses Sekolah
Buku ini mencoba menghadirkan beberapa orang sukses dan
terkenal, yang dulunya orang-orang ini berasal dari keluarga
miskin dengan sarana dan fasilitas terbatas. Mereka orang-orang
sukses yang lebih didahului oleh kegagalan demi kegagalan dalam
misi mereka. Mereka meraih kesuksesan bukan dengan sekejap
mata, akan tetapi dengan rajin belajar dan berusaha dengan keras.
Mereka menyadari proses situ wajib adanya, dan hasil sebagai
imbalannya.
39
Sebagai contoh, dalam buku menghadirkan sosok Harsisto
yang seorang anak petani bisa memperoleh gelar Profesor Riset
dari Tokyo University. Dia yang yang menjelma menjadi anak
kuliah di ITB, dengan keadaan ekonomi yang sangat kurang, tidak
membuatnya patah semangat dan berusaha dengan susah payah
sampai lulus dan wisuda. Setelah wisuda dia masih mau
melanjutkan kuliahnya sambil bekerja di Lembaga Metalurgi
Nasional (LMN-LIPI) sebagai tenaga honorer, akhirnya mampu
memperoleh gelar Profesor Riset dari Tokyo University.
4. Jasad-Jasad yang Harum
Beberpa fenomena orang menignggal jasadnya harum dan
bahkan utuh sering terjadi. Biasanya orang yang sudah meninggal
apalagi sampai bertahun-tahun tentu saja jasadnya akan terurai
bahkan hancur dan hanya tulang belulang. Akan tetapi ada
beberapa orang khusus yang diberi rahmat oleh Allah swt,
sehingga jasadnya tetap utuh meskipun sudah dikubur selama
bertahun-tahun.
Di dalam buku disebutkan bahwa Kiai Abdullah jasadnya
harum dan utuh setelah 26 tahun dikuburkan. Kiai Abdullah adalah
ulama dan pembimbing masyarakat di wilayah Batu, Ceper,
Tangerang. Sepanjang hidupnya, Kiai Abdullah menghabiskan
waktunya untuk belajar dan mengajar agama. Materi yang
diajarkan oleh Kiai Abdullah berupa ilmu fiqih maupun tafsir Al-
40
Quran, serta kitab-kitab lain seperti Jurmiyah, Nahwu, Sharraf,
Fathul Kharib, Fathul Mu’in serta tafsir Jalalain karya Imam
Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyiti. Soal jasad
Kiai Abdullah yang utuh dan mengeluarkan bau ketika jenazah
hendak dipindah dari tempat asalnya, banyak kejadian yang aneh,
alat yang digunakan untuk menghancurkan Mushola di mana
beliau dimakamkan tiba-tiba tidak berfungsi, dan masih banyak
kejadian lainnya.
5. Tempatkan Orang Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu
Buku ini menjelaskan berbagai macam cara berbakti kepada
kedua orang tuan, serta keutamaan dan manfaat bagi seorang anak
yang selalu memuliakan kedua orang tuanya. Selain buku ini
mengetengahkan keutamaan memuliakan dan berbakti kepada
kedua orang tua, buku ini juga menjelaskan mengapa kita harus
berbakti kepada kedua orang tua dan dengan cara apa kita
melakukannya. Buku ini berusaha menekankan kepada pembaca
khususnya begitu pentingnya orang tua dalam kehidupan kita dan
bagaimana kita harus memuliakan dan memperlakukan mereka
dengan cara yang paling baik.
6. Aku Terpaksa Membunuh
Sekilas tentang buku ini, perang adalah alternatif terburuk
dari yang paling buruk. Setiap penentangan terhadap peperangan
bisa dibetulkan, kapan pun dan di mana pun. Terlebih, apabila
41
peperangan itu berlatar belakang kepentingan politik dan ekonomi
belaka. Perang selalu menyisakan kehancuran, luka, dan derita
berkepanjangan.
Buku ini menghadirkan kisah-kisah inspirasional para tokoh
prajurit militer pemberani, tidak saja untuk berperang, yang
menentang peperangan itu sendiri dan perintah komandan mereka.
Dengan cara mereka sendiri, para prajurit ini berjuang untuk
sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperjuangkan oleh prajurit
lainnya. Keberanian tindakan dan keputusan mereka membuka
mata dunia tentang arti kemanusiaan. Mereka bukanlah para
pengecut, yang lari dari medan perang!
Justru merekalah para pahlawan kemanusiaan yang
sesungguhnya, yang berjuang untuk kepentingan dan perdamaian
seluruh tentara di dunia. Kisah-kisah mereka tersaji di sini dengan
amat menggetarkan, penuh ketulusan, pendalaman makna
kemanusiaan.
7. Berbagai Terapi Kesehatan Melalui Amalan
Sekilas tentang buku ini, sehat alami sekaligus mendapat
pahala besar, solusinya hanya satu, ibadahlah dengan benar sesuai
yang diperintahkan Allah Swt, dan sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Apabila semua ibadah
tersebut dilakukan dengan benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad
42
Saw, dijamin tubuh Anda akan sehat secara alami dan tidak
membutuhkan biaya.
Dengan gamblang, buku ini memaparkan bagaimana
mekanisme ibadah-ibadah tersebut dalam menjamin kesehatan
pelakunya. Terapi Kesehatan itu yaitu,
a) Terapi Kesehatan dengan Wudhu
b) Terapi Kesehatan dengan Shalat
c) Terapi Kesehatan dengan Puasa
d) Terapi Kesehatan dengan Doa dan Dzikir
e) Terapi Kesehatan dengan Membaca al-Qur’an
f) Terapi Kesehatan dengan Siwak
8. Dzikir Itu Ajib Bukti Bukti Dzikir dapat Menyempu
Buku ini memuat beragam doa keterhindaran dari berbagai
masalah yang acap kali mendera hidup kita, mulai dari berbagai
musibah, penyakit, kegelisahan jiwa, kejahatan, hingga persoalan-
persoalan yang mengganggu dunia usaha, karier, dan rumah
tangga. Bersama buku ini, anda akan dibimbing bagaimana cara
memohon kepada Allah Swt agar segera dapat keluar dari segala
masalah itu. Amalan doa-doa dalam buku ini, insya Allah, akan
mengantarkan anda pada pintu penyelesaian segala permasalahan.
Buku ini menjadi semakin istimewa sebab dilengkapi dengan cara
baca doa dalam tulisan Latin, sehingga akan memudahkan bagi
anda yang belum begitu lancar membaca teks Arab. Selain itu,
43
buku ini pun dilengkapi dengan terjemah di setiap doanya,
sehingga akan membuat anda semakin khusyuk dalam berdoa
sebab memahami makna setiap kalimatnya.
9. Jalan Jalan Tikus Bisa Umrah Haji
Sekilas tentang buku ini, di mana ada banyak cara menuju
Makkah untuk dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah, mulai
dari yang resmi, semi resmi, haji plus, haji turis, hingga jalan tikus.
Jalan tikus? Ya, sebuah cara berangkat haji tanpa modal. Tapi
mungkinkah? Kementerian agama menyatakan tidak boleh.
Pemerintah Arab Saudi juga mengatakan tidak bisa.Tapi, bagi
Anda yang minim modal, jalan tikus menjadi sangat mungkin dan
sangat bisa untuk dilakukan.
Buku ini juga dilengkapi dengan tips mendapatkan tiket
pesawat yang sangat murah, memilih pesawat yang aman,
menghemat biaya di perjalanan, serta dilengkapi dengan doa-doa
seputar haji dan umrah. Buku ini berisi tentang Mengenal Jalan
Tikus; Berangkat Haji dan Umrah Supermurah, Persiapan untuk
Berangkat Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Tips Mendapatkan
Paspor dan Dokumen Penting dalam Perjalanan, Tips Mudah
Mendapatkan Tiket Pesawat yang Sangat Murah, Tips Aman
Menunaikan Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Doa-Doa
Makbul seputar Haji dan Umrah.
44
10. Panduan Lengkap Membagi Harta Waris
Sekilas tentang buku ini, pembagian harta waris perlu
diatur, sebab dengan aturan tersebut, tercipta keadilan dan
kesetaraan di antara para ahli waris. Selain itu, persoalan
pembagian harta waris kerap kali menuai konflik dan pertikaian
antar keluarga yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Itu
tak lain karena waris bersinggungan dengan persoalan materi dan
hak kepemilikan, yang meniscayakan keadilan dan kesetaraan.
Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat yang merasa
kesulitan membagi harta waris bagi orang-orang yang berhak
menerimanya. Bahkan, hanya kalangan tertentu yang bisa
menangani masalah pembagian harta warisan.
Selain itu, sangat jarang bahkan belum ada buku panduan
mudah tentang pembagian harta warisan. Nah, atas dasar itulah,
buku ini hadir di hadapan anda. Di dalamnya, berisi panduan super
mudah dalam membagi harta waris sesuai dengan ketentuan di
dalam syariat Islam. Sehingga, pertikaian dan perselisihan di
lingkungan keluarga dan kerabat dapat dihindari. Bersama buku
ini, anda mampu memahami secara mudah tentang sebab-sebab
terjadinya waris, tentang orang-orang yang berhak menerima harta
warisan, hal-hal yang menggugurkan warisan, dan lain sebagainya.
45
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Pendidikan Karakter
1. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang yang dinilai positif, dihargai,
dipelihara, diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas
bersyukur (kepuasan rohani). Kalau seseorang mengambil pilihan dan
ternyata setelah mengalami pilihannya itu ia menjadi gembira, kiranya
ia menemukan nilai bagi dirinya, tetapi sebaliknya kalau seseorang
lalu menjadi murung, sedih, karena pilihannya kiranya ia membuat
suatu pilihan yang keliru (Kaswardi, 1993:8).
Rokeach memberikan batasan (pengertian) tentang nilai, yaitu
keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir
eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau social
dibandingkan modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi kebalikan
atau lawannya. Dalam pengertian itu, lebih jauh dijelaskan bahwa
nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa
yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atrribut isi dan
intensitas (Budiyono, 2007:71).
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti bagi kehidupan manusia. Kebermaknaan esensi tersebut
46
semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan
pemaknaan manusia sendiri (Thoha, 1996: 62).
2. Pendidikan
Menurut Jhon Dewey dalam buku Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia (Muslich, 2011:67).
Suhartono (2008:43) mengatakan bahwa pendidikan memiliki
arti secara luas dan sempit. Menurut sudut pandang luas, pendidikan
adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya
minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan
sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti itu berlangsung
di dalam jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan.
Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu mempengaruhi
pertumbuhan individu dalam hal potensi-potensi fisis, spiritual,
individual, sosial, dan religius sehingga menjadi manusia seutuhnya,
manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan
setempat.
Suhartono (2008:46) menurut pendekatan dari sudut pandang
sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan
serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan
sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal
ini, pendidikan merupakan suatu usaha dasar dan terencana yang
47
diselenggarakan oleh institusi persekolahan (shcool education) untuk
membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran
tentang esksitentsi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap
persoalan kehidupan yang selalu muncul.
Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).
3. Karakter
Helen G. Douglas mengatakan bahwa karakter tidak
diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,
tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak
sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa
Jawa dikenal istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohon kacang
panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu temaptnya
melilit dan menjalar) (Samani, 2011:43).
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).
48
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
4. Pendidikan Karakter
Dalam buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
Praktik, Pitchard mendefinisikan karakter adalah sesuatu yang
berkaitan dengan kebiasaan hidup individu yang bersifat menetap dan
cenderung positif (Zuchdi, 2011:27).
Menurut Ratna Megawangi dalam buku “Pendidikan
Karakter”, mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat berkontribusai yang positif kepada
lingkungannya. Definisi lain dari Fakry, pendidikan karakter adalah
sebuah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada
tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses tranformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, 3) menjadi satu dalam
perilaku (Kesuma, 2012:5).
Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan
kognitif, afektif, dan perilaku dan perilaku manusia yang lebih
bermoral. Jadi pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap
49
yang lahir didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan
karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur.
Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya,
pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus
diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari (Endraswara, 2013:3).
Pendidikan karakter juga dapat didefiniskan sebagai
pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan
nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam
hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya
dengan Tuhannya (Samani, 2013:44).
5. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-niali yang
baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan, karena itu
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2008:37).
Kesuma (2012:9) tujuan pertama pendidikan karakter adalah
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan
kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik
yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
50
sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan seting sekolah adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan ahklaq mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang (Muslich, 2011:81).
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No.20
tahun 2003 Bab 2 Pasal 3: pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab
(Kesuma, 2011:6).
B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari
Merujuk pada buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ini dijelaskan bahwa
sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mempunyai karakter
yang baik sejak mereka masih kecil, yang tercermin melalui kebiasaan-
51
kebiasaan mereka berdua. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter dalam
kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
a. Tidak membedakan antar sesama
Kebiasaan Dahlan berkawan dengan orang-orang biasa dan dari
kalangan keluarga miskin sejak kecil menjadikan dirinya selalu
mawas diri. Lebih dari itu, kebiasaan pergaulan yang melampaui
srata social ketika itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang
diidolakan dan dibanggakan. Tidak hanya bagi keluarganya, bahkan
bagi teman-teman sepermainan dan masyaratakat sekitarnya.
Kebiasaan Dahlan bergaul dengan kalangan sastra bawah menjadi
modal utama dikemudian hari dalam berperilaku lebih bijak dan
menghargai orang-orang tidak mampu (Sanusi, 2013;81).
b. Berpikir Kritis
K.H. Ahmad Dahlan mempunyai kebiasaan memandang maksura.
Maksura ialah tempat khusus untuk sujud yang terkenal. Menurut
masyarakat itu hal yang biasa, namun menurut K.H. Ahmad Dahlan
hal itu sangat aneh. Secara tidak langsung ini sama saja dengan
adanya sistem kastanisasi dalam beragama. Tidak hanya tentang
maksura, Darwis (K.H. Ahmad Dahlan), pemuda Kauman itu juga
pernah bertanya tentang slametan, ruwatan, nyadran, dan padusan.
Kebiasaan mengamati yang ‘aneh-aneh’ dan berpikir kritis ini
berlanjut hingga Darwis dewasa (Sanusi, 2013:3).
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sejak
kecil adalah suka merenungi tradisi masyarakat. Bagi K.H. Ahmad
Dahlan, tradisi sosial yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat Kauman sudah melampaui sosial-keagamaan tidak serta
merta dapat diubah begitu saja. Butuh perenungan dan ajakan yang
pelan-pelan (Sanusi, 2013:47)
.
c. Suka mengaji setiap sore di Masjid
Darwis kecil, seperti halnya saudara-saudaranya yang lain,
diarahkan berdisiplin dalam belajar agama. Awal mula ia belajar
mengaji kepada ayahnya. Ia belajar membaca al-Quran dan
pengetahuan agama Islam pertama kali dari ayahnya sendiri. Pada
usia 6 tahun, ia sudah lancar membaca al-Qur’an. Karena itu, tidak
52
terlalu mengherankan ketika ia mengaji di Masjid Gedhe
Kaumanmenjadi satu-satunya anak yang paling pintar (Sanusi,
2013:34).
d. Senang shalat berjama’ah
Shalat berjama’ah merupakan hal yang paling disenangi K.H.
Ahmad Dahlan. Kalau tidak ada halangan yang memang berat, ia
selalu melaksanakan shalat berjma’ah. Kebiasaan tersebut tidak
dating begitu saja. Kiranya sudah dipupuk semenjak ia masih
kanak-kanak. Kebiasaan ayahnya mengajak Darwis kecil (K.H.
Ahmad Dahlan) ke masjid untuk shalat berjama’ah secara tidak
langsung telah mendarah daging bagi pembentukan karisma dan
sufisme K.H. Ahmad Dahlan di masa-masa selanjuntya.
Kesenganan shalat berjma’ah bagi K.H. Ahmad Dahlan lebih besar
dibandingkan kesenangan seseorang terhadap barang berharganya
(Sanusi, 2013:37).
e. Pergi lebih awal untuk shalat Jum’at
Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal
untuk awal untuk shalat jum’at telah dipraktikkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya
pergi ke masjid, begitu pula ketika hari jum’at. Kebiasaan yang
diajarkan kepada Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja.
Sebagaimna halnya anak kecil pada umumnya, kadang malas untuk
melakukan apa yang menjadi “kewajiban” seseorang yang sudah
baligh (Sanusi, 2013:42).
f. Selalu meminta izin ketika keluar rumah
Praktik meminta izin keluar rumah biasanya Dahlan lakukan pada
saat keluar rumah, baik untuk mengaji, bermain, atau sekadar pergi
ke rumah sanak familinya di sekitar Kauman (Sanusi, 2013:57).
g. Senang bersedekah
Untk kebiasaan bersedekah kepada lingkungan tidak mampu sudah
Dahlan lakukan sejak kecil. Ia mencontoh para gurunya, yang
senang bersedekah. Di samping itu, ia memahami bahwa praktik
keagamaan dapat ditransformasikan pada kehidupan sosial di mana
seseorang peduli terhadap sesamanya (Sanusi, 2013:60).
53
h. Belajar pada lingkungan keluarga
Kebiasaan lain K.H. Ahmad Dahlan ketika masih kecil ialah senang
belajar pada orang-orang hebat di lingkungan keluarganya. Di
samping mengaji kepada Kiai Kamaludiningrat, Dahlan kecil juga
belajar pada banyak tokoh di kampong Kauman yang juga masih
ada hubungan kekeluargaan dengannya. Pendidikan merupakanhal
yang tak dapat dipisahkan dari keluarga Dahlan (Sanusi, 2013:66).
i. Senang berdiskusi
Kebiasaan berdiskusi telah dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan
sejak dirinya masih belia, karena ayahnya orang terpandang tidak
sulit bagi Dahlan kecil untuk mengikuti rangkaian rapat atau
musyawarah. Dari kebiasaan tersebut, Dahlan secara tidak langsung
dapat mengamati bagaimana orang lain mengemukakan
pendapatnya. Inilah yang menjadi landasan sosiologis ketika
menjadi Kiai besar dan bertemu dengan orang-orang besar (Sanusi,
2013:72).
j. Bersahabat dengan orang besar
Muhammad Darwis memliki kebiasaan selalu bersahabat dengan
orang-orang besar dan orang-orang baik di lingkungannya.
Walaupun ia tidak pilih kasih dalam berinteraksi dengan siapa pun,
namun bagi Darwis bershabat akrab dengan orang-orang besar akan
menjadikan dirinya besar dan terus bersemangat menjadi orang
besar dengan ilmunya. Kebiasaan bersahabat dengan orang besar
Darwis lakukan hingga dirinya menjadi Ahmad Dahlan (Sanusi,
2013:77).
k. Sayang terhadap anak yatim
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan yang lain ialah selalu memberikan
seseuatu yang berguna untuk anak yatim. Tidak hanya berupa
barang, tapi juga ilmu. Bagi K.H. Ahmad Dahlan memperlakukan
dengan baik dan bijak adalah cara terbaik. Kasih sayang K.H.
Ahmad Dahlan terhadap anak yatim tidak hanya ketika ia sudah
menjadi Kiai besar. Pada saat masih anak-anak, Dahlan selalu ingin
berbagi rezeki dengan mereka. K.H. Ahmad Dahlan, menyayangi
anak yatim dan memperlakukannya dengan baik tidak hanya dapat
bermanfaat bagi si anak, pun dapat bermanfaat bagi dirinya di dunia
hingga di akhirat nanti (Sanusi, 2013:102).
54
l. Gemar mengucap salam
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan ketika berpapasan dengan orang
lain di jalan ialah mengucapkan salam. Assalamu’alaikum (aku
berdoa semoga keselamatan selalu menyertaimu), begitulah kata
salam yang acap kali diucapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan kepada
masyarakat atau orang lain yang berpapasan dengannya. Kebiasaan
baik tersebut dibawa ke mana-mana dan dalam kondisi apa pun
(Sanusi, 2013:114).
m. Mendendangkan shalawat
Inilah yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sehari-hari. Ia
sangat senang mendendangkan shalawat atau mengirimkan
shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam keadaan
apa pun, K.H. Ahmad Dahlan biasanya tak pernah lupa untuk
bershalawat. Kebiasaan tersebut ia lakukan ketika ia membuka
pengajian, baik di langgarnya sendiri atau di luar Yogyakarta
(Sanusi, 2013:122).
n. Terbiasa bermuhasabah
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam
kehiduapan sehari-harinya. Kebiasaan sehari-hari yang K.H.
Ahmad Dahlan lakukan serba berdasarkan pemikiran matang.
Walaupun bertindak tegas dan praktis, K.H. Ahmad Dahlan
biasanya terlebih dahulu berpikir dampak positif dan negatifnya
dari sebuah persoalan. Kebiasaan muhasabah (intropeksi)
merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Apalagi, sehabis shalat tahajjud, biasanya ia akana
menyempatkan beberapa saat untuk melakukan intropeksi (Sanusi,
2013:125).
o. Senang bersilaturahim
Kepribadian K.H. Ahmad Dahlan yang supel, ramah, aktif,
dermawan dan suka menolong semakin mendrong kebiasaan dalam
dirinya untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain. Tidak salah
kiranya bila silaturahim menjadi arena mempererat tali
persaudaraan sangat disukai oleh K.H. Ahmad Dahlan. Sebagai
seorang ulama dan organisatoris, K.H. Ahmad Dahlan tidak
canggung untuk menyapa dan mengunjungi orang lain. Sebagai
seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai
gagasan-gagasan cemerlang, ia juga dengan mudah diterima dan
dihormati di tengah kalangan masyarakat (Sanusi, 2013:133).
55
p. Senang berorganisasi
Semangat K.H. Ahmad Dahlan adalah semangat berorganisasi.
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sebagai seorang yang berilmu dan
aktif adalah mengikuti berbagai organisasi kepemudaan. Bahkan,
sebelum ia sepenuhnya berjhidmat membangun Muhammadiyah, ia
aktif dibeberapa organisasi elite pribumi. Senang berorganisasi
barangkali menjadi salah satu napas dakwah K.H. Ahmad Dahlan
dalam membangun perubahan social ke arah yang lebih baik
(Sanusi, 2013:140).
q. Tidak pernah gamang
Rasa gamang dapat saja dimiliki siapa pun, namun tidak bagi
orang-orang besar dengan jiwa yang juga besar. Seperti halnya
K.H. Ahmad Dahlan, ia mempunyai kebiasaan yang tak pernah
merasa takut terhapdap apa pun dan siapa pun, kecuali terhadap
Allah Swt. Ia pun dikenal sebagai tokoh yang tak pernah
mempunyai rasa gamang atau getir menghadapi segala sesuatu
(Sanusi, 2013:147).
r. Menghargai perbedaan
Menghargai perbedaan menjadi cara pandang K.H. Ahmad Dahlan
dalam kehidupan sehari-hari pada masa-masa awal perjuangannya
mendirikan gerakan tajdid, ia sangat menghargai keputusan Kiai
Kamaludiningrat yang tidak menghendaki perubahan arah kiblat.
Walaupun begitu, hal itu tidak lepas dari genggamannya K.H.
Ahmad Dahlan. Ia tetap berusaha memberikan pemahaman yag
baik kepada masyarakat, perihal beragama yang benar. Atas usaha
kesabarannya tersebut akhirnya masyarakat Kauman, bahkan di
seluruh Nusantara, dapat menerimnya dengan tangan lapang
(Sanusi, 2013:158).
g. Tidak mengkultuskan makam
Pada saat itu, masih banyak tradisi yang mengkultuskan kburan
sebagai benda keramat. Sebagian masyarakat yang belum
memaknai Islam secara benar menganggap kuburan adalah tempat
yang baik untuk berdoa. Melalui sikap dan pengajarannaya, K.H.
Ahmad Dahlan kemudian mengajak seluruh umat Islam untuk tidak
lagi kembali pada kuburan, apalagi mengkultuskannya sebagai
tempat keramat dan berpetuah.
56
2. Kebiasaan-Kebiasaan Inpsiratif K.H. Hasyim Asy’ari
a. Sering mendengarkan senandung aya-ayat suci al-Qura’an
Sejak Hasyim Asy’ari bisa tengkurap, merangkak, duduk dan
berjalan, telinga mungilnya sudah terbiasa mendengar suara-suara
yang mengeja huruf hijaiah;alif, ba, ta, tsa, atau senandung indah
bait-bait syair dari kitab Aqidatul Awam yang disenandungkan para
santri. Hasyim Asy’ari juga terbiasa menyimak bacaan-bacaan al-
Qur’an dengan merdu, baik dari ayah, ibu, dan kakek atau
neneknya, Kiai Usman dan Nyai Layyinah (Sanusi, 2013:177).
b. Suka melerai teman yang bertengkar
Ketika ada temannya bertengkar, ia cepat-cepat melerai, meski
terkadang ia terkena juga akibat usaha peleraian itu. sampai-sampai
pernah kepalanya berdarah karena terkena pukulan dari salah satu
temannya yang sedang bertengkar. Tetapi ia tidak marah, juga tidak
membalas. Karena sikapnya yang baik ini, keduanya akhirnya
berhenti bertengkar dan justru merawat kepala Hasyim yang terluka
itu (Sanusi, 2013:183).
c. Terbiasa memberikan barang-barang miliknya
Sudah bukan rahasia lagi kalau sejak kecil Hasyim Asy’ari sudah
dikenal sebagai anak yang pemurah. Ia sering memberikan mainan
atau benda miliknya, berupa baju atau sarung kepada teman-
temannya tanpa sepengetahuan ayahnya, Kiai Asy’ari (Sanusi,
2013:185).
d. Haus ilmu dan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain
Seperti lazimnya anak seorang Kiai di masa itu, Hasyim Asy’ari tak
puas hanya dengan blajar kepada ayahnya sendiri. Didorong oleh
tingginya cita-cita, maka setelah cukup memliki bekal, Hasyim
mengemukakan maksudnya untuk merantau. Kedua orang tuanya
memahami maksud Hasyim yang ingin mennambah pengetahuan
dan meluaskan ilmunya (Sanusi:2013:188).
e. Tanpa lelah taat pada Kiai
Ketika Kiai Hasyim menjadi santri di sebuah pesantren, Kiai
Hasyim amat sangat taat terhadap Kiainya. Hal ini sudah menjadi
cirri khasnya, bahkan lebih taat dan paling taat di antara santri-
santri lainnya. Ia memperlakukan sang Kiai sebagai guru yang
harus dipatuhi dan dihormati. Itulah salah satu kebiasaan dan cirri
57
khas Kiai Hasyim Asy’ari sewaktu menjadi di beberapa pondok
pesantren (Sanusi, 2013:198).
f. Sering berpuasa dan sedikit makan
Sejak remaja, Kiai Hasyim dikenal sebagai anak muda yang
berpandangan religius dan berorientasi ukhrawi. Ia terbiasa
melakukan olah batin dengan berpuasa guna mencegah godaan
hawa nafsu. Kebiasaan itu ia warisi dari ibundanya, Nyai Halimah.
Sekalipun tak berpuasa, ia jarang makan. Paling banyak dua kali
sehari, yakni sarapan dengan secangkir kopi susu serta makan
malam usai mengajar (Sanusi, 2013:218).
g. Kebiasaan sebelum membaca dan menulis buku’
K.H. Hasyim Asy’ari ketika membaca atau hendak menulis buku
tentang syariah, biasanya selalu bersuci atau memliki wudhu’ dan
mengawalinya dengan basmalah. Sedangkan bila ilmu retorika atau
semacamnya, maka K.H. Hasyim Asy’ari biasanya membaca
shalawat dan alhamdulillah (Sanusi, 2013:229).
h. Memberi kredit untuk membeli kitab (Dermawan)
Ketika santri berminat membeli kitab tidak memiliki cukup uang,
mereka langsung bisa bilang dan menemui K.H. Hasyim Asy’ari
memohon pertolongan. Tak banyak tanya, diberilah pinjaman
sebesar Rp. 10 (sepuluh rupiah) untuk membeli kitab babon (Hadits
Bukhori-Muslim, Ihya’ Ulumidin dab Fathul Wahab) tersebut.
Kemudian, pinjaman itu dicicil setiap bulan minimal seringgit.
Tidak sampai satu tahun, utang sudah dilunasi sementara kitab
langsung bisa dimiliki dan dikaji (Sanusi, 2013:242).
i. Membangun silaturahim dengan tetangga
Salah satu kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari selama menjadi
pengasuh adalah silaturahim dengan tetangga dekat pesantren.
Kebiasaan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap berdirinya pesantren, serta misi utama dakwah
Islamiah yang memang menjadi tanggung jawab yang ia ambil
sejak mula-mula mendirikan pesantren di Tebuireng (Sanusi,
2013:261).
j. Membangun silaturahim denga para tokoh dan negarawan
Sudah menjadi kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari untuk secara intens
berteman, bersahabat, dan berdialog tentang persoalan-persoalan
58
umat selama berada di Makkah. Melalui dialog-dialog, diskusi
kecil, persahabatan, dan canda ringan mereka setiap hari selama di
Makkah, jadilah mereka itu teman baik K.H. Hasyim Asy’ari. Di
antara para sahabatnya adalah Sayyid Sholeh Syatha, Syekh
Thoyyib al-Sasi dan lain sebagainya (Sanusi, 2013:264).
k. Bertamu dan mengingkatkan mereka yang keliru
K.H. Hasyim Asy’ari adalah seorang yang cukup moderat. Artinya,
ia cukup terbuka terhadap hal-hal baru yang inovatif seperti
pembelajaran bahasa Belanda di pesantren. Akan tetapi, jika
menyangkut aqidah, kekeliruan sikap yang dapat memperburuk
citra Islam, K.H. Hasyim Asy’ari sama sekali tidak tinggal diam
(Sanusi, 2013:267).
l. Musyawarah saat akan memutuskan hal penting
Sudah menjadi watak dan kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari bahwa ia
akan selalu bermusyawarah setiap akan memutuskan hal penting
dalam hidupnya. K.H. Hasyim Asy’ari tidak pernah memutuskan
sesuatu secara grusa-grusu, dalam artian tidak mau mendengarkan
nasihat dan saran dari orang lain. Atau, minimalnya ia
memberitahukan rencana-renacana hidupmya hidupnya kepada
orang-orang terdekatnya, dalam hal ini kakek dan kedua orang
tuanya (Sanusi, 2013:277).
m. Menjadi imam shalat sekalipun sakit atau demam
Pada tahun 1943, K.H. Hasyim Asy’ari diserang demam yang
sangat hebat. Ketika telah masuk waktu zuhur, ia memaksakan diri
bangkit dari tempat tidur menuju kolam untuk mengambil air
wudhu. Ia berjalan sambil dipapah oleh kedua putranya. Setelah
mengambil air wudhu, K.H. Hasyim Asy’ari memakai baju rapi
disertai serban untuk menuju masjid. Melihat hal ini, salah seorang
putranya, Abdul Karim, berkata, “Ayah, demam ayah sangat parah.
Sebaiknya ayah shalat di rumah saja!”. K.H. Hasyim Asy’ari
menjawab, “Ketahuilah, Anakku. Api neraka itu lebih panas
daripada demamku ini !” kemudian, ia bangkit dari duduknya dan
berjalan menuju masjid dengan diapapah (Sanusi, 2013:287).
n. Istikharah saat akan dihadapkan pada pilihan sulit
Salah satu kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari ketika dihadapkan pada
pilihannya yang sulit selain bermusyawarah adalah dengan
melaksanakan shalat istikharah. Sebagai pemimpin umat, pengasuh,
pendidikan, dan Kiai K.H. Hasyim Asy’ari sering dihadapkan pada
59
pilihan sulit yang terkadang tidak cukup diputuskan saat itu juga.
Saat itulah K.H. Hasyim Asy’ari melakukan istikharah (Sanusi,
2013:279).
Selain itu Allah juga mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan
yang baik, yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anaknya, seperti
yang tercantum dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19,
Artinya:
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barang siapa yang bersyukur
60
(kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Dari Q.S Luqman ayat 12-19 terdapat anjuran dari Allah yang
tentang bagaimana orang tua hendaknya mendidik anak, kemudian tentang
anjuran untuk beribadah kepada Allah, serta tentang bersikap yang kepada
orang lain (tidak boeh sombong). Ayat tersebut juga bisa dijadikan
semacam pedoman bagi peserta didik. Peserta didik nantinya akan lebih
61
baik dalam berperilaku, baik berperilaku dalam beribadah, berperilaku
terhadap orang tua, dan berperilaku terhadap orang lain.
C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
karya M. Sanusi
Selain kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari, adapula beberapa metode pembelajaran dalam membentuk
karakter anak yang terdapat dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.
1. Metode-metode yang digunakan oleh ayah K.H. Ahmad Dahlan ketika
mendidik K.H. ketika masih kecil adalah
a. Pembelajaran melalui metode bercerita
“Kamu adalah keturunan salah seorang penyebar agama Islam terbesar
di tanah Jawa ini, Darwis (nama kecil K.H. Ahmad Dahlan). Itu adalah
sesuatu yang harus kamu syukuri. Tetapi, hal itu juga bukanlah hal
yang mudah, karena kamu harus menjaga nama harum Syekh (Maulana
Malik Ibrahim). Itu sebabnya, sejak kecil bapak juga sudah
memutuskan untuk membaktikan diri di bidang penyebaran dan
pengajaran agama, melanjutkan kerja besar yang dilakukan oleh leluhur
kita, Darwis,” ungkap ayahnya suatu ketika (Sanusi, 2013:16).
Artinya:
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat
ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Huud (11):120).
62
b. Pembelajaran melalui metode teladan
Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal
untuk shalat jum’at telah dipraktikkan oleh K.H. Ahmad Dahlan
semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya pergi ke masjid,
begitu pula ketika hari jum’at. Kebiasaan yang diajarkan kepada
Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja. Sebagaimana halnya
anakn kecil pada umumnya, kadan malas untuk melakukan apa yang
menjadi “kewajiban” seseorang yang sudah baligh (Sanusi, 2013:42).
Saleh (2012:47) Di dalam Islam, keteladanan bukanlah hanya
semata persoalan mempengaruhi orang lain dengan tindakan,
melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu yang
berhubungan langsung secara spiritual dengan Allah Swt. Karenanya,
tidak adanya contoh keteladanan akan mengakibatkan kemurkaan dari
Allah Swt sebagaiman firman-Nya Q.S Ash Shaff ayat 2-3:
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
2. Metode yang digunakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam meberikan
pembelajaran kepada murid-muridnya adalah
a. Mengajari berdoa langsung
Latar belakang masyarakat sekita tempat tinggal K.H. Ahmad
Dahlan masih kental dengan tradisi kejawen, slametan dan
63
sebagainya yang membuat orang yang hendak mengadakan acara
atau hajatan biasanya mengeluarkan banyak biaya. Dengan adanya
tradisi yang seperti itu kadang bisa membuat orang yang punya
hajat tersa berat karena harus mengeluarkan biaya banyak. Melihat
kondisi tersebut, K.H. Ahmad Dahlan yang kritis berpikirnya
mengajari para santrinya dan masyarakat sekitarnya untuk berdoa
secara langsung kepada Allah apabila mempunyai keinginan, tanpa
harus mengeluarkan banyak biaya. Seperti yang tercantum dalam
al-Qur’an surat Qaaf ayat 16 (Sanusi, 2013:92),
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf (50):16).
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku (Al-Mu’min (40):60).
b. Mengajar dengan biola
K.H. Ahmad Dahlan dalam mengajar para muridnya dengan biola
bukan tanpa suatu alasan. Selain punya inovasi baru dalam
64
mengajar, K.H. Ahmad Dahlan juga hendak mengajarkan kepada
para muridnya bahwa hidup adalah keselarasan. Apabila tidak
selaras sesuai dengan tuntunan agama, maka hidup akan
berantakan. Seperti halnya biola, bila tidak dipetik dengan piawai,
maka bunyi yang dihasilkan akan menjadi serak dan terdengar
mengerikan (Sanusi, 2013:94).
c. Mengajar dengan metode murid bertanya
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, metode murid bertanya yang
dipraktikkan kepada murid-muridnya tidak hanya dapat
memberikan pemahaman baru terhadap murid-muridnya. Akan
tetapi, pengajaran melalui cara tersebut juga dapat merangsang
K.H. Ahmad Dahlan untuk lebih baik daripada sebelumnya
(Sanusi, 2013:97).
3. Metode yang digunakan ayah K.H. Hasyim Asy’ari ketika mendidik
K.H. Hasyim Asy’ari adalah, memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an.
Sejak Hasyim Asy’ari bisa tengkurap, merangkak, duduk dan berjalan,
telinga mungilnya sudah terbiasa mendengar suara-suara yang mengeja
huruf hijaiah;alif, ba, ta, tsa, atau senandung indah bait-bait syair dari
kitab Aqidatul Awam yang disenandungkan para santri. Hasyim Asy’ari
juga terbiasa menyimak bacaan-bacaan al-Qur’an dengan merdu, baik
dari ayah, ibu, dan kakek atau neneknya, Kiai Usman dan Nyai
Layyinah (Sanusi, 2013:177).
65
4. Metode yang digunakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dalam mendidik
para santrinya di pesantren adalah metode
a. Metode teladan
K.H. Hasyim Asy’ari selalu membangunkan para santrinya pada
malam hari untuk melakukan shalat tahajjud berjama’ah. K.H.
Hasyim melakukan hal tersebut setiap hari, selama bertahun-tahun,
bahkan hingga sepuh. Saat menggunakan tongkat pun, ia masih
membangunkan santri untuk shalat tahajjud berjama’ah (Sanusi,
2013:22).
b. Metode sorogan dan bandongan. Metode sorogan merupakan
metode pembelajaran yang menggambarkan Kiai membacakan
penjelasan kitab kuning dan didengarkan semua muridnya. Metode
bandongan adalah kebalikan dari metode sorogan, yaitu santri
membacakan dan menjelaskan dari kitab dan Kiai hanya menjadi
pengawas atau penguji. Metode ini relatif cocok dengan
pertimbangan jumlah santri yang cukup banyak dan Kiai pengampu
yang relatif sedikit (Sanusi, 2013:239).
66
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi
Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan
K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi terdapat nilai-nilai pendidikan
karakter yang bisa dijadikan contoh teladan bagi peserta didik. Melalui
kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang
dijelaskan dalam buku tersebut, tercermin karakter yang baik yang bisa
dijadikan contoh teladan bagi peserta didik dalam dalam berperilaku yang
lebih baik sehingga tercipta karakter yang baik dari peserta didik. Di
dalam buku tersebut sudah dijelaskan tentang kebiasaan-kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Mereka berdua tentunya
mempunyai kebiasaan yang berbeda, dikarenakan lingkungan mereka
yang berbeda, cara orang mereka dalam mendidik mereka berdua, serta
pembelajaran yang mereka terima juga menggunakan cara yang berbeda
pula.
Meskipun K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
mempunyai kebiasaan yang berbeda seperti yang dijelaskan dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim
Asy’ari karya M. Sanusi, namun mereka berdua memiliki karakter yang
67
sama seperti yang dijelasakan dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi. Karakter yang sama dari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari adalah
1. Disiplin dan taat dalam melakukan ibadah
2. Menghargai perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak
sesuai dengan syariat Islam)
3. Senang mendendangkan shalawat dan membaca al-Qur’an
4. Tanggung jawab terhadap perintah Allah Swt
5. Tidak membedakan antar sesama
6. Memiliki jiwa kepemimpinan
7. Dermawan
8. Senang melakukan diskusi atau musyawarah
9. Senang bersilaturahim kepada orang lain
10. Senang berorganisasi
Dari karakter yang tercermin dari kebisaan keduanya dapat
disimpulkan bahwa K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah
sosok yang sangat displin dan taat dalam beribadah. Dalam kesehariannya
mereka berdua begitu displin dalam segala hal, terutama dalam belajar.
Mereka senantiasa belajar mengaji dan belajar ilmu agama serta ilmu-
ilmu yang lain dari mulai sejak kecil hingga tumbuh dewasa dan menjadi
sosok panutan bagi para pengikutnya. Selain itu, mereka berdua juga
sangat displin dalam beribadah. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
68
Asy’ari tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu dan bahkan mereka
selalu berjama’ah dalam menunaikan shalat lima waktu.
Selain K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sama-sama
disiplin dalam segala hal, mereka juga memiliki toleransi yang tinggi,
terutama terhadap pemikiran-pemikiran masyarakat yang masih
mengikuti tradisi nenek moyang pada zaman dahulu. Mereka berdua tetap
mengikuti tradisi yang berjalan di masyarakatnya masing-masing. Akan
tetapi, mereka tidak serta merta menerima dan mengikuti tradisi tersebut.
Mereka tetap berusaha berpikir tentang bagaimana memberikan
pemahaman kepada para masyarakatnya masing-masing agar tidak salah
mengartikan tradisi yang telah berjalan agar berjalannya tradisi tersebut
tidak melenceng dari syariat Islam.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah kedua sosok
yang sama-sama senang membaca al-Qur’an dan mendendangkan
shalawat. Bagi mereka, membaca al-Qur’an dan mendendangkan
shalawat mempunyai manfaat yang luar biasa yaitu membuat hati terbiasa
mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw. Dengan demikian,
mereka berdua senantiasa hati-hati dalam bertindak ataupun mengambil
keputusan, karena selalu mereka beranggapan bahwa Allah selalu
mengawasi tiap gerak manusia. Selain itu, dengan membaca al-Qur’an,
mereka menjadi tahu tentang isi kandungan dari dari al-Qur’an kemudian
mereka mengamanlkannya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
69
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah sosok yang
bertanggung jawab dan selalu menjalankan apa yang menjadi kewajiban
mereka. Di dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari disebutkan bahwa mereka berdua sama-
sama tetap melakukan shalat berjama’ah meskipun K.H. Ahmad Dahlan
sedang berdagang kain batik dan K.H. Hasyim Asy’ari sedang dalam
kondisi sakit, namun mereka tetap mengusahakan untuk shalat berjama’ah
dan bahkan menjadi imamnya.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari merupakan orang
yang mudah bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status orang
tersebut. Mereka tidak menyetujui sistem kastanisasi, karena bagi mereka
semua orang derajatnya sama. Hal tersbut dijelaskan dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari bahwa keduanya begitu senang bermain dengan teman sebayanya
meskipun dari kalangan keluarga yang berbeda.
Sejak kecil K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sudah
terlihat jiwa kepemimpinannya. Keduanya mampu memberikan arahan,
serta solusi bagi bagi teman-temannya. Hal tersebut dijelaskan dalam
buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari di mana keduan mampu mempimpin teman-temannya
dengan baik dalam suatu permainan.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah sosok yang
sangat dermawan. Keduanya sangat besar kepeduliannya terhadap
70
masyarakat yang kurang mampu. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari di mana sosok K.H. Ahmad
Dahlan adalah sosok yang senang bersedekah dan sayang terhadap anak
yatim, sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari memberikan kredit untuk para
santrinya dalam membayar kitab karena kebanyakan santrinya adalah
kalangan masyarakat yang kurang mampu.
Berdiskusi atau bermusyawarah adalah hal yang sering dilakukan
oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Menurut keduanya
diskusi atau musyawarah adalah hal yang penting dalam menentukan
suatu keputusan. Berdiskusi atau bermusyawarah akan memberikan suatu
keputusan yang paling baik, karena semuanya sama-sama saling
mengusulkan pendapat dan semuanya bisa menerima hasil keputusan
dalam musyawarah tersebut.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah orang yang
sama-sama senang bersilaturahim kepada orang lain. Bersilaturahim dapat
menambah rasa persaudaraan antar umat Islam khususnya, dapat
memperpanjang umur dan lain sebagainya.
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari merupakan seorang
yang sangat senang berorganisasi. Melalui organisasi, keduanya menjadi
kenal dengan orang-orang besar yang lebih pengalaman dari mereka.
Selain itu dengan organisasi keduanya sama-sama saling terbiasa
mengungkapkan pendapat atau pemikirannya dalam organisasi mereka
masing-masing. Melalui pergerakan mereka dalam berorganisasi
71
muncullah organisasi Islam yang sangat terkenal di Indonesia ini yaitu
Nahdlatul Ulama (N.U) yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan
organisasi Islam Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan.
B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku
“Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari” dalam Kehidupan Sehari-hari”
Terciptanya karakter yang baik itu bisa dimulai dengan melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang baik pula. Melalui kebiasaan-kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang baik, dapat dijadikan
contoh teladan bagi peserta didik tentunya, sehingga akan menjadi terbiasa
berperilaku baik dan cara berpikirnya akan berubah ke arah yang lebih baik
pula.
Karakter peserta didik akan lebih mudah dibentuk salah satunya
dengan cara mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan baik.
Kebiasaan ini dilakukan oleh peserta didik di dalam kehidupannya baik
dalam keluarga, di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Melakukan
kebiasaan baik dalam setiap harinya, akan membentuk karakter yang baik
pula bagi peserta didik.
Merujuk pada buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan
karakter yang bisa diambil dan kemudian diterapakan oleh peserta didik ke
72
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang
tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari adalah
1. Disiplin dan taat dalam melakukan ibadah
Disiplin adalah hal yang penting bagi peserta didik, karena dengan
displin cara berpikir dan gaya hidup peserta didik akan lebih terarah.
Ketika peserta didik terbiasa disiplin dalam kehidupannya, maka ia
akan lebih mudah mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya,
baik dalam lingkungan keluarganya, di sekolah maupun di
lingkungannya.
Selain displin, peserta didik juga harus taat dalam beribadah kepada
Allah Swt. Di dalam kehidupan sudah sepantasnya selain kita berusaha,
kita juga diwajibkan untuk berdoa kepada Allah, karena dengan begitu
peserta didik akan senantiasa taat dan menjalankan perintah Allah baik
dalam beribadah ataupun perintah Allah yang lainnya.
2. Menghargai perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak
sesuai dengan syariat Islam)
Di dalam bermasyarakat, peserta didik diharapakan mampu
menjunjung tinggi toleransi. Toleransi diperlukan karena dalam
bermasyarakat tentunya banyak pendapat, pemikiran dan bahkan
kegiatan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat tersebut. Peserta
didik diharapkan mampu menghargai perbedaan tersebut, dengan
mengikuti hal-hal yang ada di masyarakat tersebut. Namun, tidak
73
berhenti dengan mengikuti saja, melainkan peserta didik juga harus
berani membenarkan ketika ada yang keliru dari masyarakat tersebut.
Dalam tersebut, peserta didik harus menggunakan metode pendekatan
kepada masyarakat tersebut dan pelan-pelan memberikan pemahaman
yang sesuai dengan hukum Islam.
3. Senang mendendangkan shalawat dan membaca al-Qur’an
Mendendangkan shalawat dan membaca al-Qur’an mempunyai
manfaat bagi para umat Islam. Ketika peserta didik terbiasa
mendendangkan shalawat dan membaca al-Qur’an, maka peserta didik
akan lebih berhati-hati dalam berperilaku, karena hatinya akan
senantiasa diawasi oleh Allah. Selain itu, pemikiran dan tindakan
peserta didik akan lebih baik karena tidak melenceng dari ketentuan
hukum Islam.
4. Tanggung jawab terhadap perintah Allah Swt
Peserta didik diharapkan mampu memikul tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Peserta didik harus mampu menjalankan konsep
taqwa, yaitu dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangan Allah. Peserta didik yang terbiasa bertanggung jawab,
maka ia akan sepenuh hati dalam menjalani apa yang ditanggungkan
kepadanya.
5. Tidak membedakan antar sesama
Peserta didik dalam bergaul terhadap orang lain, baik itu teman sebaya,
maupun orang yang lebih tua hendaknya tidak memandang rendah
74
siapa mereka, dari keluraga berada apa tidak, karena pada hakikatnya
derajat setiap manusia itu sama dihadapan Allah Swt. Peserta didik
diharapakan mampu menjalin hubungan baik dengan sesama muslim
khususnya. Peserta didik yang tidak membedakan antar sesama akan
lebih diterima di lingkunga masyarakat dan akan belajar dengan baik
pula di lingkungan masyarakat.
6. Memiliki jiwa kepemimpinan
Peserta didik diharapkan mampu menjadi pemimpin di antara teman-
temannya yaitu dengan berusaha membantu mengatasi suatu
permasalahan, kemudian memberikan pemikiran ke arah yang maju
dan lebih baik dan mampu mengatur semua temannya. Bisa dimulai
dari kelompok belajarnya, atau organisasi yang diikuti oleh peserta
didik dan lainnya.
7. Dermawan
Peserta didik hendaknya juga memiliki sifat yang dermawan.
Dermawan adalah sifat di mana kita mau melihat orang di sekitar kita
yang kurang mampu, kemudian kita memberikan bantuan kepadanya,
baik berupa uang ataupun sumbangan yang lainnya. Terbiasa
dermawan akan lebih mudah melatih kepekaan hati peserta didik
terhadap orang di sekitarnya yang kurang mampu.
8. Senang melakukan diskusi atau musyawarah
Memutuskan suatu permasalahan adalah menggunakan cara yang baik,
yaitu dengan berdiskusi atau musyawarah. Ketika peserta didik terbiasa
75
berdiskusi atau musyawarah, ia akan terlatih untuk mengungkapkan
pendapatnya, kemudian menerima pendapat orang lain juga, dan
mampu memberikan keputusan yang baik untuk mengatasi suatu
permasalahan.
9. Senang bersilaturahim kepada orang lain
Terbiasa bersilaturahim sangat bermanfaat pula bagi peserta didik,
karena selain bisa mempererat tali persaudaraan antar sesama, dapat
pula menambah teman bagi peserta didik, dan mendapatkan beberapa
manfaatnya yaitu umur panjang, kesehatan dan sebagainya.
10. Senang berorganisasi
Berorganisasi akan memberikan dampak yang positif bagi peserta
didik, karena dalam berorganisasi tersebut, peserta didik dapat
mengenal orang yang lebih tua, lebih tinggi jabatannya, dapat pula
menjadi latihan berbicara mengungkapkan pendapat. Selain itu peserta
didik menjadi tahu tentang sistem keorganisasian, serta mendapat
relasi-relasi baru.
Selain nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
karya M. Sanusi, dalam buku ini juga terdapat metode-metode yang bisa
digunakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya serta guru dalam
mendidik muridnya di sekolah.
Adapun metode-metode yang bisa digunakan sebagai teladan bagi orang
tua dalam mendidik dan membentuk karakter anaknya adalah
76
1. Pembelajaran melalui metode bercerita
Metode cerita mempunyai manfaat yang baik bagi anak. Metode
teladan dapat dilakukan dengan mengajarkan anak melakukan kegiatan
yang bermanfaat, memberikan contoh sikap yang baik, apalagi cerita
tentang kebenaran dan kehebatan seseorang sehingga anak menjadi
terinspirasi, proaktif, kemudian akan mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan jiwa dan kreativitas anak.
2. Pembelajaran melalui metode teladan
Melalui metode teladan dapat dijadikan contoh serta bisa digunakan
oleh orang tua dalam mendidik anak, misalnya dengan menunjukkan
karakter yang baik, baik dalam beribadah maupun dalam bergaul
dengan masyarakat sekitar, sehingga dengan begitu anak akan melihat
dan mencontoh karakter dari orang tua. Dengan penanaman karakter
yang baik, maka akan membentuk karakter yang baik pula.
3. Pembelajaran melalui metode mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an
Pembelajaran melalui metode memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an
mempunyai pengaruh yang luar biasa pada anak. Anak yang masih
kecil kemudian sering diperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an akan
merangsang otak-otak bekerja lebih optimal dan bisa mencerdaskan
anak. Itulah yang dilakukan oleh ayah K.H. Hasyim Asy’ari dalam
mendidik K.H. Hasyim Asy’ari ketika masih kecil. Metode ini juga
dapat dijadikan acuan oleh para orang tua untuk mencerdaskan anak
serta membantu anak untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
77
Adapun metode yang digunakan oleh guru dalam mendidik para muridnya
adalah
1. Mengajari berdoa langsung
Berdoa secara langsung bisa disimpulkan bahwa berdoa secara
langsung kepada Allah dapat memudahkan individu dalam beribadah
dan meminta kepada Allah tanpa harus mengeluarkan banyak biaya
seperti yang dilakukan oleh masyarakat jawa pada umunya yaitu
berdoa dengan melakukan kegiatan slametan yang membutuhkan biaya
yang besar, serta kegiatan lainnya.
2. Mengajar dengan biola
Mengajar dengan biola dibaratkan bahwa hidup adalah keselarasan.
Apabila hidup tidak selaras sesuai dengan tuntunan agama, maka hidup
akan berantakan. Seperti halnya biola, bila tidak dipetik dengan
piawai, maka bunyi yang dihasilkan akan menjadi serak dan terdengar
mengerikan. Dengan begitu seorang guru mempunyai cara yang
menarik dalam memberikan materi pelajaran kepada peserta didiknya,
serta peserta didik akan menerima materi yang diberikan oleh gurunya.
Dari metode mengajar dengan biola dapat disimpulkan bahwa dalam
belajar, tidak hanya materi saja yang diterima oleh peserta didik,
namun materi tersebut harus dipakai dan diamalkan oleh peserta didik
dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
78
3. Mengajar dengan metode murid bertanya
Metode mengajar dengan murid bertanya adalah metode yang
membuat peserta didik cenderung lebih aktif dan atraktif dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta dapat
merangsang pikiran, keterlibatan, dan tanggung jawab intelektual.
Dalam metode ini, tidak ada tekanan dari sang guru, karena dalam
metode ini siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan sebanyak-
banyak sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru.
4. Mengajar secara sorogan dan bandongan
Metode sorogan ini adalah seperti metode ceramah, di mana dalam
guru memberikan materi pelajaran dengan menjelaskan materi tersebut
dan muridnya hanya mendengarkan materi yang disampaikan saja.
Metode ini bisa dikatakan peserta didik terlihat pasif dalam proses
pembelajaran.
Metode bandongan adalah metode yang membuat siswa aktif untuk
menjelaskan materi pembelajaran,karena metode ini guru hanya
sebagai pengawas dan penguji dalam berlangsungnya proses
pembelajaran.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif
K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi yaitu
disiplin dan taat dalam melakukan ibadah, menghargai perbedaan dan
kritis (membenarkan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat islam),
senang mendendangkan shalawat dan membaca al-qur’an, tanggung
jawab terhadap perintah allah swt, tidak membedakan antar sesama,
memiliki jiwa kepemimpinan, dermawan, senang melakukan diskusi
atau musyawarah, senang bersilaturahim kepada orang lain,senang
berorganisasi.
Dari uraian tersebut buku tentang Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif
K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi bisa
dijadikan semacam acuan bagi peserta didik dalam melakukan
kebiasaan yang baik seperti yang dicontohkan oleh K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sehingga karakter peserta didik akan
terbentuk ke arah yang lebih baik.
80
2. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
karya M. Sanusi
Karakter peserta didik akan lebih mudah dibentuk salah satunya
dengan cara mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan baik.
Kebiasaan ini dilakukan oleh peserta didik di dalam kehidupannya baik
dalam keluarga, di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya.
Melakukan kebiasaan baik dalam setiap harinya, akan membentuk
karakter yang baik pula bagi peserta didik. Meneladani kebiasaan-
kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah salah
satu cara untuk membentuk karakter peserta didik. Ketika peserta didik
mampu menerapkan apa yang dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari ke dalam kehidupan sehari-harinya, maka
dengan begitu akan mampu membentuk karakter peserta didik ke arah
yang lebih baik.
Adapun metode yang bisa digunakan oleh orang tua maupun guru
dalam mendidik peserta didik adalah metode bercerita, metode teladan,
metode mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an, mengajari berdoa langsung
mengajar dengan biola, mengajar dengan metode murid bertanya,
mengajar secara sorogan dan bandongan.
81
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, untuk
menindak lanjuti penelitian ini, penulis sampaikan beberapa saran, yaitu:
1. Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter baru
akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, atau tenaga
non-pendidik (orang tua, teman dan masyarakat sekitar) harus terlibat
dalam pendidikan karakter peserta didik.
2. Orang tua harus memperhatikan perkembangan anak, orang tua juga
harus mendidik anaknya dengan baik ketika berada di rumah. Dengan
cara didik dan pembelajaran yang baik maka akan membentuk karakter
anak yang baik pula.
3. Guru merupakan faktor sentral yang menjadi penentu terlaksananya
proses pendidikan karakter di sekolah dan menjadi sumber teladan
utama siswa di lingkungan sekolah.
4. Pergaulan antar sesama merupakan faktor yang bisa mempengaruhi
terhadap karakter anak, maka dari itu pilihlah pergaulan yang sebaik-
baiknya agar menjadi baik pula.
5. Kajian mengenai pendidikan karakter sangatlah luas dan kompleks,
bagi peneliti selanjutnya hendaknya mengkaji lebih dalam sehingga
ditemukan formula yang ampuh dan sesuai dengan kondisi dan
dinamika problematika sosial yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: P.T RINEKA CIPTA.
Amin Syukur. 2006. Tasawuf Bagi Orang Awam (Menjawab Problematika
Kehidupan). Yogyakarta: LPK-2 Suara Merdeka.
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa
Indonesia. Bandung: ALFABETA.
Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.
Endraswara, Suwardi. 2013. Pendidikan Karakter dalam Folflor: Konsep, Bentuk,
dan Model. Yogyakarta: Pustaka Rumah Suluh.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset
Halim Mahmud, Ali Abdul. 2004. Akhlaq Yang Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Ibrahim. 2006. 10 Kebiasaan Muslim yang Sukses. Surabaya: La Raiba Bima
Amanta (eLBA).
Kaswardi, EM. 1993. Pendidikan Memasuki Tahun 2000. Jakarta: P.T Grasindo.
Kesuma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian dan Praktik di Sekolah.
Bandung:P.T. Remaja Rosdakarya.
Khuluq, Latiful.2000. Hasyim Asy’ari Religius Thought and Political Activities
(1871-1947). Jakarta Selatan: Logos Wacana Ilmu.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi
dimensional. Jakarta:P.T Bumi Aksara.
Poerwodarmino. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.
Rokib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS
Saleh, Muwafik. 2012. Membangun Karakter dengan Hati Nurani: Pendidikan
Karakter Untuk Generasi Bangsa. Erlangga.
Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sanusi, M. 2013. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: DIVA Press.
. 2012. Tuntunan Melamar dan Menikah secara Islami untuk Pria dan
Wanita. Yogyakarta: DIVA Press.
. 2013. Jasad-Jasad yang Harum. Yogyakarta: DIVA Press.
Sucipto, Heri. 2010. K.H Ahmad Dahlan Sang Pencerah Pendidikan dan Pendiri
Muhammadiyah. Jakarta: Best Media.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian
3 Pendidikan Disiplin Ilmu. P.T Imperial Bhakti Utama.
Tirtaraharja, Umar dan Sulo La, S.L. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Zuchdi, Darmiyati. 2013. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi
di Perguruan Tinggi. Jogjakarta: UNY Press.
Daftar Wawancara dengan Penulis Buku (M. Sanusi) melalui email
ulqiora Kuciki <[email protected]>
Ke
Jan 19 pada 3:49 PM
assalamualaikum... maaf sebelumnya, ini saya nanang sugiono mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, saya sedang mengerjakan skripsi, dan skripisi saya meneliti tentang buku Kebiasaan-kebiasan Inspiratif K.H Ahmad Dahlan dan K.H Hasyim Asy'ari.... ini saya sedang menuju ke bab 2 dan membutuhkan informasi mengenai biografi bapak M. Sanusi sebagai penulis buku tersebut.. saya berharap bapak berkenan memberikan sedikit informasinya kepada saya...
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ke
Ulqiora Kuciki
Jan 19 pada 6:44 PM
Lha itu kan udah ada di bukunya...
Dikirim dari iPhone saya
Pada 19 Jan 2016, pukul 15.49, Ulqiora Kuciki <[email protected]> menulis:
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ulqiora Kuciki <[email protected]>
Ke
Jan 19 pada 8:27 PM
maaf pak sebelumnya, masih kurang lengkap. kalau panjenengan berkenan tolong tambahkan info tentang keluarga panjenengan, nama istri, anak, kemudian tentang profil pendidikan panjengan yang lebih detail dari buku, kemudian saat ini sedang menulis tentang apa.... terima kasih sebelumnya pak.
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ke
Ulqiora Kuciki
Jan 19 pada 8:37 PM
Untuk kperluan apa? Mnurut saya itu sudah cukup sbagai data, kan yg diteliti it tokoh
Mbah Hasyim, bukan pnulisnya kan...
Dikirim dari iPhone saya
Pada 19 Jan 2016, pukul 20.27, Ulqiora Kuciki <[email protected]> menulis:
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ulqiora Kuciki <[email protected]>
Ke
Jan 20 pada 6:43 AM
maaf pak sebelumnya, memang yang diteliti tentang buku yang panjenengan tulis, tapi biografi panjenengan juga diperlukan untuk melengkapi penelitian saya. lagipula info soal keluarga cuma sekedar nama saja pak tidak lebih. terima kasih sebelumnya pak.
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ke
Ulqiora Kuciki
Jan 20 pada 12:55 PM
Maaf, sy blum mnikah jd g bs kasih informasi kluarga...
Dikirim dari iPhone saya
Pada 20 Jan 2016, pukul 06.43, Ulqiora Kuciki <[email protected]> menulis:
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ulqiora Kuciki <[email protected]>
Ke
Jan 20 pada 9:51 PM
oh ya pak kalau begitu,kalau misal panjenengan berkenan, minta alamat panjenengan yang sekarang pak... sebelumnya terima kasih pak atas informasi yang njenengan berikan kepada saya.
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
Ke
Ulqiora Kuciki
Jan 20 pada 10:10 PM
Saya tinggal di Yogyakarta mas. Tepatnya jl. Paris Km.7, Sewon, Bantul, Yogyaarta...
Dikirim dari iPhone saya
Pada 20 Jan 2016, pukul 21.51, Ulqiora Kuciki <[email protected]> menulis:
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
ulqiora Kuciki <[email protected]>
Ke
Jan 20 pada 10:19 PM
iya pak, terima kasih banyak atas informasinya.
Tampilkan pesan asli
Balas Balas ke Semua Teruskan Lebih lanjut
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 4
to Sanusi
assalamualaikum...
maaf pak sebelumnya, saya nanang sugiono mahasiswa IAIN Salatiga, jurusan PAI Fakultas Tarbiyah. Saat ini saya sedang mengerjakan skripsi, dan yang saya teliti adalah buku karya panjenengan yang berjudul Kebiasaan- Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy'ari. Saya bermaksud meminta bantuan kepada panjenengan untuk memberikan informasi kepada saya. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada panjenengan
1. Sejak kapan mulai menulis, dan alasan mendasar mulai menulis?
2. Hambatan apa saja yang anda alami ketika proses menuis?
3.Terkait latar belakang panjenengan sendiri, apakah N.U atau Muhammadiyah?
4. Alasan mendasar kenapa penjenengan tertarik menulis buku tentang K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy'ari?
5.Apakah ada buku karya penjengan yang menjadi best seller?
mungkin itu saja yang mau saya tanyakan pak, sebelumnya minta maaf pak... saya berharap panjenengan berkenan memberikan informasi
seputar yang saya tanyakan, karena sangat berguna demi kelancara skripsi saya, saya ucapkan terima kasih pak sebelumnya
Feb 4
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Jawaban umum2 saja ya. Intinya, Sy NU, lahir dr keluarga NU, menulis sjak mahasiswa semester 1. Hambatan menulis banyak, diantaranya persoalan membagi waktu dan mood. Sy mau menulis K. Hasyim dan K. A. Dahlan karena sy pkir mnarik.
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 4
to Sanusi
terima kasih sebelumnya pak, terus alasan penjenengan tertarik dengan dunia menulis apa apak? mungkin terinspirasi oleh siapa atau karena apa? ketika menulis panjenengan menjadi mahasiswa di universitas mana pak? apakah hambatannya hanya itu pak? mungkin ada alasan yang mendasar yang lain selain panjenengan pikir menarik ketika mengangkat judul buku tersebut? [email protected]
Feb 4
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian
Ya hmbatanny itu, ya saya pikir menarik krna kedua tokoh itu pendiri organisasi keagamaan terbesar d Indonesia. Ga ada cuma itu, tpi gpp klo masny mau nambah jawaban sndiri demi kpntingan skripsi. Intinya itu saja. It kan ada dbiodata sy kuliah d mana
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 12
to Sanusi
Assalamualaikum Pak maaf mengganggu lagu, ini saya nanang sugiono, mahasiswa IAIN SALATIGA, saya bermaksud untuk bertemu dengan panjenengan kira-kira bisa apa tidak ? Saya diminta dosen saya , kalau bisa bertemu dengan panjenengan secara langsung, terkait dengan kelanjutan skripsi saya yang meneliti buku panjenengan yang berjudul kebiasaan-kebiasaan inspiratif k.h ahmad dahlan dan k.h hasyim asy'ari. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih
M. Sanusi Emsan
Feb 13
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Kalau lewat telepon aja gmn? It sama dengan brtemu lgsung... nanang mishugi <[email protected]>
Feb 15 (13 days ago)
to Sanusi
iya pak gak papa... hla nomor hp anda berapa pak? M. Sanusi Emsan
Feb 16 (12 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Saya agak sbuk akhir2 ini. Ok gni aja. Masny ajukan satu pertanyaan satu per satu saja, jangan skligus, biar sy gmpang jawabnya. InsyaAllah klo satu persatu sy akan cepet jawab... nanang mishugi <[email protected]>
Feb 16 (12 days ago)
to Sanusi
oh iya pak, maaf pak sebelumnya, dosen saya meminta informasi yang lebih detail lagi, saya mulai dari keluarga pak, dari nama kedua orang tua anda, kemudian anda anak dari ke berapa dan berapa bersaudara? M. Sanusi Emsan
Feb 16 (12 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Saya asli Sumenep, Madura, saya anak pertama, dari empat bersaudara... nanang mishugi <[email protected]>
Feb 16 (12 days ago)
to Sanusi
oya pak, soal hambatan menulis kemari, anda bilang waktu dan mood, hla bagaimana cara anda mengatasi hal tersebut pak? M. Sanusi Emsan
Feb 16 (12 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Sya paksain menulis, karena mood tkd bsa ditunggu. Toh klo dipksa mood
jg datang sndiri... nanang mishugi <[email protected]>
Feb 16 (12 days ago)
to Sanusi
maaf pak, pertanyaan yang pertama tadi soal keluarga belum terjawab semua, nama kedua orang tua dan saudara-saudara anda pak? M. Sanusi Emsan
Feb 16 (12 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Ayah: H. Asy'ari, Ibu: Sumadiyah, Adik 1: Siti Faiqoturrahimah, Adik 2: Insiyah, Adik 3: Jurjis Ardias
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 16 (12 days ago)
to Sanusi
nama lengkap anda sendiri pak, siapa ? kembali kehambata lagi, soal membagi waktu, apa kegaitan anda yang begitu sibuk atau mungkin ada kegiatan lain yang membuat anda kesulitan membagi waktu dalam menulis?
Ya kegiatan krna ada kgiatan lain, entah itu kuliah dan lain-lain. Intinya kgiatan diluar menulis.. nanang mishugi <[email protected]>
Feb 16 (12 days ago)
to Sanusi
Iya pak terimakasih. Kemudian kalau kegiatan anda skrg apa ya pak?
M. Sanusi Emsan
Feb 16 (12 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Saya editor freelance, kadang jd surveyor d bberapa lembaga penelitian...
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 17 (11 days ago)
to Sanusi
kemudian, apakah saat ini masih menempuh pendidikan pak atau tidak ? atau hanya bekerja sebagai editor freelance?
M. Sanusi Emsan
Feb 17 (11 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Rencana mlanjutkan ada, ttp skrg fokus untuk mncri pngalaman kerja dlu...sambil mengusahakan beasiswa
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 17 (11 days ago)
to Sanusi
Oo begitu. Lalu inti dari buku tersebut apa ya pak? Apa yg sebenarnya mau diangkat dr buku trsebut?
M. Sanusi Emsan
Feb 17 (11 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Saya ingin mengangkat inti da pokok2 pmkiran kedua tokoh tersebut, bagaimana mreka sbnanrnya pndangan merka ttg agama, sosial, dan keilmuan. Mengingat beliau berdua adalah pendiri 2 organisai keagamaan terbesar d negeri ni, yg tampaknya smakin jauh dispartitasny di tangan penerusnya
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 18 (10 days ago)
to Sanusi
Iya pak terimakasih. Kmudian buku apa yg pertama anda tulis? Bagaimana perasaan anda ketika tau buku pertama anda terbit? Diantara sekian banyak buku yg anda tulis, apakah ada yg menjadi best seller?
M. Sanusi Emsan
Feb 18 (10 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian Buku ttg Nabi Khidir, it sya tulis berdua. Awalnya sya menulis di koran sebelum nulis buku. Yg pasti saya seneng wktu buku prtama terbit... Kalau best seller sih belum...kalau hanya terbit berapa kali pernah. Buku tentang Abu Bakar...
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 18 (10 days ago)
to Sanusi
Kalau boleh tau, berdua itu sama siapa ya pak?
M. Sanusi Emsan
Feb 18 (10 days ago)
to me
Indonesian English Translate message
Turn off for: Indonesian M. Ali Faki AR. Tpi itu buku pertama sya, buku yg kamu teliti sy tulis sendiri.
nanang mishugi <[email protected]>
Feb 18 (10 days ago)
to Sanusi
Baik pak terimakasih, sementara itu dulu, mungkin kalau ada revisi bapak saya email lagi. Maaf karena sudah mengganggu waktu bapak, terimakasih.
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Nanang Sugiono
Tempat dan tanggal lahir : Kab. Semarang, 10 November 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Beji Krajan, RT 02/ RW 02, Kecamatan Ungaran,
Kabupaten
Semarang
Latar belakang pendidikan : 1. SD Beji 01 : 1998-2004
2. SMP Negeri 2 Ungaran : 2004-2007
3. SMA Negeri 1 Bergas : 2007-2010
4. IAIN Salatiga : 2011- sekarang
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat supaya dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Salatiga, 24 Februari 2016
Nanang Sugiono
111 11 182