nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1113/1/nanang...

of 105 /105
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) OLEH NANANG SUGIONO NIM: 11111182 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2016

Author: vuongliem

Post on 15-Jul-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

    BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF

    K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM

    ASYARI KARYA M. SANUSI

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

    OLEH

    NANANG SUGIONO

    NIM: 11111182

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

    SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Jadikanlah karakter layaknya air,

    siapapun, apapun, dan sampai kapanpun

    akan terus dibutuhkan

    .

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    1. Orang tuaku tercinta bapak Nasrodin dan ibu Ngadiyem, yang senantiasa

    mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan doa

    yang tak pernah putus untuk putra-putranya.

    2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi

    semangat dan membantuku yaitu adikku Muhammad Muchlisun.

    3. Bapak Imam Mas Arum M.Pd yang telah sabar membimbing dan

    mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Teman-temanku PAI E dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan

    belajar di IAIN Salatiga (khususnya temen-temen Chrysophyllum

    Cainito).

    5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

    Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

    SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

    diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

    semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut

    setianya.

    Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

    gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

    kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

    3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    (PAI).

    4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

    dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

    waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

    5. Ibu Dra.Urifatun Anis, selaku pembimbing akademik.

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  • ix

    7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

    mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan

    penuh kasih sayang dan kesabaran.

    8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung

    dalam penyelesaian skripsi ini

    Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

    setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

    bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Salatiga, 24 Februari 2016

    Penulis,

    Nanang Sugiono

    111 11 182

  • x

    ABSTRAK

    Sugiono, Nanang. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku

    Kebiasaan-Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari

    karya M. Sansusi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

    Tarbiyah dan IlmuKeguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

    Kata kunci: Nilai Pendidikan Karakter

    Perilaku anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik,

    misalnya saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan

    narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa. Buku ini mengandung

    nilai pendidikan karakter yang bisa digunakan acuan untuk mengatasi masalah

    merosotnya karakter. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan

    Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya M. Sanusi?.

    Bagaimanakah implementasi nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya M.

    Sanusi ke dalam kehidupan sehari-hari?.

    Penelitian ini adalah literature (kepustakaan), dan ditambah dengan

    metode wawancara dengan penulis buku melalui email. Penelitian ini dilakukan

    dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-

    buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta wawancara

    dengan penulis buku mengenai informasi buku yang diteliti. Pengumpulan data

    dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.

    Hasil penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Karakter dalam buku

    Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asyari

    karya M. Sanusi yaitu disiplin dan taat dalam melakukan ibadah, menghargai

    perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat

    islam), senang mendendangkan shalawat dan membaca al-quran, tanggung jawab

    terhadap perintah allah swt, tidak membedakan antar sesama, memiliki jiwa

    kepemimpinan, dermawan, senang melakukan diskusi atau musyawarah, senang

    bersilaturahim kepada orang lain,senang berorganisasi. Buku tentang Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asyari karya M.

    Sanusi bisa dijadikan semacam acuan bagi peserta didik dalam melakukan

    kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya seperti yang dicontohkan

    oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari sehingga karakter peserta

    didik akan terbentuk ke arah yang lebih baik. Adapun metode yang bisa

    digunakan oleh orang tua maupun guru dalam mendidik peserta didik adalah

    metode bercerita, metode teladan, metode mendengarkan ayat-ayat al-Quran,

    mengajari berdoa langsung mengajar dengan biola, mengajar dengan metode

    murid bertanya, mengajar secara sorogan dan bandongan.

  • xi

    DAFTAR ISI

    JUDUL ......................................................................................................... i

    LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

    PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

    ABSTRAK ................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

    D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 9

    E. Metode Penelitian .......................................................................... 11

    F. Penegasan Istilah ............................................................................ 14

    G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

    BAB II MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.

    AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASYARI KARYA M. SANUSI

    A. Biografi M. Sanusi ........................................................................ 17

    B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

  • xii

    Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari .................................................. 20

    C. Sistematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif

    K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari ............................. 23

    D. Karya dari M. Sanusi ..................................................................... 24

    BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

    A. Nilai Pendidikan Karakter ............................................................. 32

    B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari .............................................................................. 37

    C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

    Asyari karya M. Sanusi ................................................................ 48

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan

    Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya

    M. Sanusi ....................................................................................... 53

    B. Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam buku

    Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari karya M. Sanusi ................................................... 58

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 65

    B. Saran .............................................................................................. 67

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Daftar SKK

    2. Riwayat Hidup Penulis

    3. Lembar Konsultasi

    4. Daftar wawancara dengan penulis buku melalui email

    5. Fotokopi sampul buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

    Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya M. Sanusi

  • 14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena

    dengan pendidikan kita menjadi memiliki wawasan yang luas serta bisa

    membuat kita mempertanyakan suatu hal. Hal ini yang nantinya membuat

    kita menjadi sadar tentang pentingnya pendidikan. Di dalam pendidikan

    banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan, baik itu ilmu sains, ekonomi, sosial,

    agama, budaya dan sebagainya.

    Pendidikan bisa juga memiliki makna yang sempit, yaitu

    pengajaran-pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai

    pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan

    sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar

    mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap

    tugas-tugas sosial mereka. (Mudyahardjo, 2001:6).

    Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah

    kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh

    danberkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik,

    ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah

    psikomotorik akan bermuara pada ketrampilan dan perilaku (Damayanti,

    2014:9).

  • 15

    Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar yang

    terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di

    sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

    optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu/peserta didik,

    agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

    (Mudyahardjo, 2001:11).

    Pada era sekarang ini, di mana informasi dan teknologi berkembang

    sangat cepat sekali memberikan dampak positif bagi kita terutama di

    bidang pendidikan, karena memudahkan kita semua untuk lebih mudah

    dalam menambah wawasan, mempelajari ilmu pengetahuan guna untuk

    menghadapi tantangan zaman. Namun, disatu sisi perkembangan informasi

    dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan memberikan dampak

    negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa.. Di samping itu, perilaku

    anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya

    saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan

    narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa.

    Di sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para

    pejabat Negara sehingga korupsi semakin merajalela hampir disetiap

    instansi pemerintah. Perilaku-perilaku seperti itu telah menunjukan bangsa

    ini telah terbelit oleh rendahnya moral, karakter. Sebagai alternatif yang

    bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas

    generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan

    mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.

  • 16

    Melihat kondisi tersebut, pendidikan karakter menjadi begitu penting

    karena dapat mengurangi bahkan mengatasi permasalahan karakter yang

    tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun para koruptor.

    Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu

    melakukan perbaikan karakter bangsa kita, karena itu di dalam proses

    pendidikan harus ditanamkan pendidikan karakter sehingga mampu

    mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta didik dapat

    berpartisipasi dalam menghadapi tantangan kehiduapan di masa

    mendatang. Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang

    benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu

    pendidikan karakter ini menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga

    peserta didik paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik.

    Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan

    akhlak atau pendidikan moral. (Zuchdi, 2012:17).

    Islam adalah agama yang memberikan pembelajaran yang tegas

    tentang karakter, seperti yang dicontohkan oleh suri teladan kita yaitu

    beliau Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membangun karakter

    umat islam menjadi lebih baik. Dalam konsep Islam, karakter mulia

    merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan islam (syariah) yang

    didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (aqidah).Di dalam Al-

    Quran pun telah dijelaskan mengenai pendidikan karakter yang terdapat

    dalam QS Luqman ayat 12-19:

  • 17

    Artinya:

    12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,

    Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur

    (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;

    dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha

    Kaya lagi Maha Terpuji".

    13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

    waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

    mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

    benar-benar kezaliman yang besar".

    14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

    dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan

  • 18

    lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua

    tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,

    hanya kepada-Kulah kembalimu.

    15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

    aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah

    kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan

    baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya

    kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah

    kamu kerjakan.

    16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada

    (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di

    langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

    (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha

    mengetahui.

    17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

    mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

    mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

    Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

    Allah).

    18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

    (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

    angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

    lagi membanggakan diri.

    19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah

    suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

    Terdapat nilai pendidikan karakter dalam QS Luqman ayat 12-19

    yaitu tentang pandai syukur, iman kepada Allah, berbakti kepada kedua

    orang tua, ibadah kepada Allah Swt, tidak boleh sombong, tidak boleh

    berbicara keras.

    Suri tauladan bagi umat Islam yang utama ialah beliau Nabi

    Muhammad SAW, beliau adalah manusia yang memiliki karakter yang

    sangat baik tidak ada manusia yang mampu menyamai karakter beliau

    karena beliaulah suri teladan seluruh umat Islam di dunia. Namun, di

    Indonesia ini kita memiliki dua orang tokoh yang mempunyai karakter

    yang baik yang bisa juga dijadikan panutan bagi umat Islam di Indonesia,

  • 19

    mereka juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan islam,

    yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari. Mereka berdua

    adalah tokoh agama Islam yang sangat terkemuka di Indonesia, sampai

    mereka mendirikan organisasi Islam yaitu Muhammadiyah oleh K.H.

    Ahmad Dahlan dan Nahdlatul Ulama (N.U) oleh K.H. Hasyim Asyari.

    Mereka berdua mempunyai ilmu pengetahuan yang luas serta

    memiliki karakter yang baik dan mulia. Melalui buku yang yang berjudul

    Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

    Asyari yang ditulis oleh M. Sanusi. Penulis buku tersebut hendak

    memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan kedua tokoh agama

    tersebut, bukan sekadar biografi seperti buku-buku lainnya, namun penulis

    buku tersebut menjelaskan tetang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

    kedua tokoh tersebut dari sejak kecil hingga menjadi besar dan menjadi

    seorang ulama yang terkemuka serta membawa pengaruh besar terhadap

    perkembangan Islam di Indonesia ini khususnya.

    Sekilas tentang sosok keduanya, yaitu K.H. Ahmad Dahlan lahir di

    kampung Kauman (sebelah barat alun-alun utara) Yogyakarta, pada

    tanggal 1 Agustus 1868. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara

    (semua saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya) dari seorang aah

    yang bernama K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang ulama dan

    khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,

    dan seorang ibu yang bernama Siti Aminah puteri dari H. Ibrahim yang

  • 20

    juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan semasa

    kecil dikenal dengan nama Muhammad Darwis (Sucipto, 2010: 49).

    Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.

    Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh

    teladan bagi individu maupun peserta didik, misalnya K.H. Ahmad Dahlan

    adalah sosok orang yang dalam kesehariannya tidak meninggalkan shalat

    dan selalu melakukan shalat berjmaah, senang bersedekah, hormat dan

    patuh kepada kedua orang tuanya, sayang terhadap anak yatim, senang

    berdiskusi, senang berorganisasi, gemar mengucap salam, senang

    bersilaturahim, tidak membedakan antar sesama, kritis, menghargai

    perbedaan.

    Kemudian sekilas tentang sosok K.H. Hasyim Asyari. Nama

    Muhammad Hasyim adalah pemberian orang tuanya, ia lahir dari keluarga

    kyai di Jawa pada tanggal 14 Februari 1871 atau 24 Dhul Qi da 1287 di

    desa gedang, sekitar dua kilometer jombang timur. Ayahnya Asy'ari adalah

    pendiri pesantren Keras di jombang, sementara itu, kakeknya Kyai Usman,

    adalah kyai terkenal dan pendiri pesantren Gedangan, yang didirikan pada

    kuartal ketiga abad kesembilan belas (Khuluq, 2000:14).

    Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.

    Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh

    teladan bagi individu maupun peserta didik, yaitu suka melerai teman yang

    bertengkar, tidak membedakan antar sesama, selalu taat kepada kedua

    orang tua, taat kepada guru atau Kiai, sering berpuasa, suka menulis buku,

  • 21

    senang berdiskusi atau musyawarah, senang berorganisasi, suka berdagang,

    senang bersilaturahim.

    Melalui penjelasan mengenai kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad

    Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari tersebur tercermin karakter yang sangat

    baik, sehingga dapat dijadikan contoh teladan dalam membentuk karakter

    yang baik bagi peserta didik. Peserta didik dapat meneladani kebiasaan-

    kebiasaan kedua tokoh tersebut dan menerapkannya ke dalam kehidupan

    sehari-hari.

    Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

    mengangkat fokus pembahasan tentang pendidikan karakter dengan judul

    NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

    KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN

    K.H. HASYIM ASYARI KARYA M. SANUSI.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

    buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari karya M. Sanusi?

    2. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang

    terkandung dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

    Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya M. Sanusi dalam kehidupan

    sehari-hari?

  • 22

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

    buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H

    Hasyim Asyari karya M. Sanusi

    2. Mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

    dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan

    K.H. Hasyim Asyari karya M. Sanusi dalam kehidupan sehari-hari

    D. Kegunaan Penelitan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara

    teroritis maupun secara praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    Manfaat ini memberikan sumbangan pemikiran dan konsep baru

    mengenai pendidikan karakter di kalangan praktisi pendidikan maupun

    akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan. Bisa juga sebagai pijakan

    atau acuan para peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut

    terkait nilai-nilai pendidikan karakter. Manfaat lainnya yaitu hasil

    laporan penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan

    mengenai konsep baru tentang pendidikan karakter.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

    langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,

    terutama para pelaku atau pembimbing peserta didik. Secara umum

  • 23

    penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi masalah-

    masalah pendidikan karakter.

    a. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama

    1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi

    masalah kenakalan siswa didik melalui perbaikan karakter

    siswa.

    2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar

    sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.

    b. Manfaat Bagi Para Orang Tua

    Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua

    siswa diantaranya sebagai berikut:

    1) Menjadi pedoman teoritis bagi orang tua untuk menangani

    permasalahan kenakalan anak di rumah.

    2) Menjadi sumber atau pedoman perilaku orang tua sehingga

    mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.

    c. Manfaat bagi peserta didik

    Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh peserta didik,

    sebagai contoh teladan, kemudian diterapkan ke dalam kehidupan

    sehari-hari dengan melakukan berbagai kebiasaan baik seperti yang

    dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari

    dalam buku yang diteliti oleh penulis.

  • 24

    E. Metode Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library

    research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah

    buku. Data-data yang terkait dengan analisis pembahasan penelitian

    berkaitan dengan biografi, latar belakang pendidikan penulis, dan

    berbagai hal yang mungkin berpengaruh pada kondisi penulis, baik

    secara langsung atau tidak langsung.

    Penelitian Pustaka (library research), yaitu jenis penelitian

    yang dilakukan degan menelaah dan menggunakan bahan-bahan

    pustaka berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber

    pustaka lainya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang

    dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).

    2. Sumber Data

    Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

    studi kepustakaan yakni pengumpulan data-data dengan cara

    mempelajari, mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah

    literature baik buku, artikel ataupun karya tulis lainnya yang relevan

    dengan topik penelitian. Data primernya adalah buku yang berjudul

    Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari yang ditulis oleh M. Sanusi. Data sekundernya berupa

    buku-buku yang relevan dengan bahan penelitian misalnya Pendidikan

    Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi,

  • 25

    Konsep dan Model dan Pendidikan Karakter, Ilmu Pendidikan dan

    masih banyak buku yang lainnya.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca buku-

    buku sumber, baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan

    mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku

    sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan

    mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam

    bentuk per bab.

    b. Selain melalui buku-buku sumber baik primer dan sekunder,

    penulis dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara atau

    interview dengan penulis buku (M. Sanusi) melalui email. Metode

    interview atau wawancara yaitu metode yang digunakan sebagai

    teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

    pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

    dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari

    responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit

    atau kecil. (Sugiono, 2011:137). Penggunaan metode interview

    dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh informasi

    tentang penulis buku (M. Sanusi).

    c. Teknik Analisis Data

    Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan

    beberapa metode, antara lain:

  • 26

    a. Metode Deduktif

    Metode deduktif digunakan untuk menganalisis pada bab II

    tentang biografi karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

    Asyari, serta sistematika penulisan buku tersebut. Pada bab III

    peneliti membahas tentang teori yang berkaitan dengan

    pendidikan karakter serta nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan K.H.

    Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari yang berada dalam buku

    Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H

    Hasyim Asyari yang ditulis oleh M. Sanusi.

    b. Metode Induktif

    Berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

    peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-

    fakta/peristiwa khusus itu ditarik ke fakta yang bersifat umum

    (Sutrisno, 2002:42). Metode induktif digunakan untuk

    menganalisis pada bab IV tentang permasalahan yang akan diteliti

    yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan

    pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Pada bab IV

    peneliti membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter ada

    dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

    dan K.H. Hasyim Asyari yang ditulis oleh M. Sanusi, kemudian

    penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter

  • 27

    dalam buku yang diteliti oleh penulis dapat diterapkan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    F. Penegasan Istilah

    1. Nilai

    Nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu

    atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena

    sesuatu hal itu meyenangkan, memuaskan, menarik, berguna,

    menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan (Daroeso,

    1986:20).

    Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas

    dasar pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis,

    karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah,

    baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil psikologis. Termasuk ke

    dalam wilayah ini seperti hasyrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan

    motif (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:44).

    2. Pendidikan

    Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang

    diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik

    (Ahmadi, 1991:71).

    Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan

    penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.

    Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk

  • 28

    membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

    yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).

    3. Karakter

    Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

    khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

    keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).

    Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

    berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,

    pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

    4. Kebiasaan

    Kebiasaan adalah sesuatu yang rutin kita jalankan. Kebiasaan bisa

    berupa sesuatu yang riil dan nyata seperti pergi ke tempat

    tertentu,duduk di daerah tertentu atau makan jenis maknan tertentu.

    Bisa juga berupa pandangan, pola pikir atau perasaan kejiwaan seperti

    menghormati orang lain, perasaan terhadap harga harga diri,

    kehormatan, memuliakan tamu dan lain sebagainya (Ibrahim,

    2006:23).

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materimateri skripsi ini

    secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi inike dalam

    beberapa bab, yaitu:

    BAB I : Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Fokus

  • 29

    Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode

    Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika

    Penulisan Skripsi.

    BAB II : Biografi, karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-

    Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari,

    sistematika penulisan buku.

    BAB III : Deskripsi tentang gambaran umum buku Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari karya M. Sanusi dan nilai-nilai

    pendidikan karakter dalam buku yang berjudul Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari yang ditulis oleh M. Sanusi.

    BAB IV : Pembahasan berisi tentang analisis nilai- nilai pendidikan

    karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

    Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari yang ditulis oleh

    M. Sanusi.

    BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

  • 30

    BAB II

    MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.

    AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASYARI

    KARYA M. SANUSI

    A. Biografi M. Sanusi

    M. Sanusi lahir pada tanggal 28 Januari 1986 di Sumenep,

    Madura. M. Sanusi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayah

    beliau bernama H. Asyari, ibunya bernama Sumadiyah, sedang nama

    adik-adiknya adalah Siti Faiqoturrahimah, Insiyah, Jurjis Ardias. M.

    Sanusi menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di MI dan

    MTS Al-Huda, Desa Gapura Timur, Gapura, Sumenep dan pendidikan

    menengah atasnya diselesaikan di MA 1 Annuqayah, Guluk-guluk,

    Sumenep, Madura.

    Saat ini, penulis berdomisili di Yogyakarta, tepatnya jalan Paris

    Km.7, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan saat ini penulis belum

    menikah.Awal mulai menulis ketika menjadi mahasiswa semester 1

    ketika masih kuliah di Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

    Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mulai menulis ke media berupa

    artikel dan resensi buku sejak 2005, yang telah dipublikasikan di harian

    lokal maupun nasional, seperti Kompas, Seputar Indoneseia, Tempo,

    Jawa Pos, Republika, Bisnis Indonesia, Suara Merdeka, Suara Karya,

    Joglosemar, Solopos, Bernas Jogja, Kompas Jogja, Pikiran Rakyat,

  • 31

    Kontan, Koran Jakarta, Balipost, lampung Post, Merapi, Minggu Pagi,

    Kedaulatan Rakyat, Surabayapost, Surya, dll.

    Buku yang pertama kali ia tulis adalah buku yang berjudul tentang

    Nabi Khidir. Buku tersebut ditulis oleh M. Sanusi dan temannya yaitu M.

    Ali Faki AR. Penulis merasa senang dan bangga, bahkan tidak

    menyangka ketika mengetahui bahwa bukunya telah terbit di pasaran baik

    itu di toko-toko buku, atau di tempat yang lain. Telah banyak pula karya-

    karya yang telah dihasilkan oleh penulis, misalnya Kebiasaan-Kebiasaan

    Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari, Tuntunan

    Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan wanita, Orang Miskin

    (Boleh) Sukses Sekolah, Jasad-Jasad yang Harum, Tempatkan Orang

    Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu dan masih banyak yang

    lainnya. Walau sudah banyak karya dari penulis belum ada buku atau

    karya penulis yang menjadi best seller, namun ada buku yang pernah

    beberapa kali ada yaitu buku tentang Abu Bakar.

    Dalam menulis sebuah buku tidak serta merta penulis dengan

    mudah menulis menjadi sebuah buku, akan tetapi penulis juga mengalami

    hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah persoalan

    membagi waktu untuk menulis dan mengatur mood. Penulis kesulitan

    membagi waktu, karena pada saat mulai menulis beliau sedang kuliah di

    UIN Yogyakarta dan mengatur kegiatan lainnya, seperti kegiatan

    keorganisasian di kampus tersebut, aktif di pesantren dan Yayasan

    Hasyim Asyari di Yogyakarta. Walaupun begitu, penulis tetap berusaha

  • 32

    meluangkan waktunya untuk menulis disela-sela kegiatannya. Penulis

    biasanya menulis pada waktu malam hari setelah kegiatannya selesai.

    Selain kesulitan mengatur waktu untuk menulis, penulis juga

    mengalami kesulitan dalam mengatur mood. Mengatur mood sangatlah

    penting dalam menulis sebuah buku, karena mood yang baik akan

    memberikan pikiran positif pada penulis. Dengan pikiran positif penulis

    dapat memperoleh banyak inspirasi sehingga dapat berpikir dengan lebih

    baik dan menghasilkan karya yang baik pula. M. Sanusi tidak punya cara

    khusus dalam mengatur mood, ia hanya memaksakan dirinya untuk

    menulis walaupun misal moodnya sedang kurang baik. Penulis tetap

    berusaha memaksa pikiran dan fisiknya guna melawan moodnya yang

    kurang baik itu untuk tetap menulis sampai akhirnya tulisan selesai.

    Latar belakang agama penulis adalah agama Islam dan ia

    mengikuti organisasi Islam Nahdlatul Ulama (N.U). Selain aktif di

    pesantren dan Yayasan Hasyim Asyari di Yogyakarta, penulis juga aktif

    di lembaga Media Literacy Circle (MLC), Fakultas Ilmu Sosial dan

    Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    Penulis (M. Sanusi) masih mempunyai keinginan untuk

    melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun untuk

    saat ini ia fokus untuk mencari pengalaman kerja terlebih dahulu dan

    sambil mengusahakan beasiswa. Saat ini selain menulis, M. Sanusi

    bekerja sebagai editor freelance dan kadang menjadi surveyor di beberapa

    lembaga pendidikan.

  • 33

    B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

    dan K.H. Hasyim Asyari Karya M. Sanusi

    Buku ini berisi tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan

    dan K.H. Hasyim Asyari yang sangat inspiratif sehingga bisa

    mengispirasi orang-orang yang membaca buku ini. Dalam hal ini, buku

    ini tidak lagi menghadirkan tentang biografi-biografi kedua tokoh dan

    sejarah perjuangannya. Buku ini lebih mengulas sisi lain dari kedua tokoh

    tersebut. Sisi lain di sini adalah perspektif penulis yang berbeda dari

    penulis-penulis lain yaitu penulis buku ini (M. Sanusi) menulis tentang

    kehidupan sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari

    dalam menjalani hidup.

    Latar belakang yang menginspirasi penulis dalam menulis buku

    tentang Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari adalah karena selain menarik bagi penulis buku, kedua

    tokoh tersebut adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu

    Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asyari dan

    Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Selain itu,

    penulis juga berkeinginan untuk mengangkat inti dari pokok-pokok

    pemikiran kedua tokoh tersebut, tentang bagaimana mereka sebenarnya,

    pandangan mereka tentang agama, sosial, dan keilmuan. Mengingat

    beliau berdua adalah pendiri dua organisasi keagamaan terbesar di negeri

    dan tampaknya semakin jauh dispartitasnya ditangan para penerusnya.

  • 34

    Buku ini tidak lagi menyorot tentang biografi-biografi seperti

    kebanyakan buku lainnya, tetapi menyorot kebiasaan sehari-hari K.H.

    Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari yang jarang diekspose dan

    diketahui orang banyak. Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

    bagian pertama membahas tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad

    Dahlan. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dalam buku ini

    misalnya, di mana pada masa kanak- kanak K.H. Ahmad Dahlan dengan

    nama panggilan waktu kecil yaitu Darwis, senang bermain dengan teman

    sebayanya, bermain bola, layang-layang, dan lain sebagainya. Selain itu

    Darwis juga anak yang patuh kepada kedua orang tuanya dan juga pada

    agamanya. Misalnya, ketika mau keluar rumah Darwis selalu meminta

    izin kepada kedua orang tuanya, suka mengaji pada waktu sore, senang

    solat berjamaah, pergi lebih awal untuk solat jumat, senang bersekah.

    Kebiasaan K.H. Ahamad Dahlan yang lainnya adalah senang berdiskusi,

    bersahabat dengan orang besar, gemar mengucap salam, mendendangkan

    solawat, senang berorganisasi, senang bersilaturahim, menghargai

    perbedaan dan lain sebaginya.

    Bagian kedua membahas tentang kebiasaan- kebiasaan K.H.

    Hasyim Asyari. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Hasyim Asyari, yaitu

    pada masa kanak- kanak K.H. Hasyim Asyari selain suka bermain petak

    umpet, K.H. Hasyim Asyari sudah mulai mengajar di pesantren ayahnya.

    K.H. Hasyim Asyari suka melerai temannya yang berkelahi, haus ilmu

    dan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain, taat pada Kiai,

  • 35

    senang berpuasa dan sedikit makan, suka membaca dan membeli buku

    kemudian menuliskannya kembali, menulis kitab di pagi hari,

    membangun silaturahim dengan tetangga, para tokoh agama dan

    Negarawan. Selain itu K.H. Hasyim Asyari tidak meninggalkan

    pekerjaannya sebagai seorang petani, K.H. Hasyim Asyari sering pergi

    ke sawah dan ladang, sering berdagang kuda setiap pon, melakukan ronda

    setiap malam, selain itu juga mengajar para santrinya dengan metode

    sorogan dan bandongan dan masih banyak yang lainnya.

    Semua tahapan kedua tokoh yang karismatik ini dihadirkan oleh

    penulis tanpa terkecuali, mulai dari masa kanak-kanak yang

    menyenagkan, menginjak usia dewasa yang penuh semangat hingga

    menjadi pribadi yang matang di masa-masa puncak kehidupan keduanya.

    Di sisi lain, buku ini juga penting diketahui oleh publik agar bisa

    dipelajari, dijadikan panutan atau contoh bagi semua orang. Harapan dari

    penulis buku ini adalah buku ini mampu memberikan tambahan wawasan

    tentang kebiasaan kedua tokoh karismatik tersebut, serta bisa

    menginspirasi pembaca sehingga mampu mencontoh kebiasaan kedua

    tokoh karismatik tersebut dan mampu menerapkan kebiasaan baik dalam

    kehidupan sehari-hari.

  • 36

    C. Sitematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

    Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari Karya M. Sanusi

    Sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

    Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari sama seperti sistematika buku

    pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman

    selanjuntya pengantar penulis di mana dalam pengantar tersebut

    dijelaskan latar belakang penulis yang mendorong dalam menulis buku

    tersebut. Halaman berikutnya adalah daftar isi yang di bagi menjadi dua

    bagian, yaitu bagian satu berisi tentang kebiasaan sehari-hari K.H. Ahmad

    Dahlan dan bagian kedua berisi tentang kebiasaan sehari- hari K.H.

    Hasyim Asyari.

    Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan

    Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari, yaitu:

    1. Halaman Judul

    2. Pengantar Penulis

    3. Daftar Isi

    4. Pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    a. Kebiasaan Sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan

    b. Kebiasaan Sehari- hari K.H. Hasyim Asyari

    c. Daftar pustaka

    d. Biografi Penulis

  • 37

    D. Karya dari M. Sanusi

    Beberapa karya dari M. Sanusi yaitu

    1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H Ahmad Dahlan dan K.H

    Hasyim Asyari

    Sekilas tentang buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

    Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari yang ditulis oleh M.

    Sanusi menjelaskan bagaimana sosok kedua yang begitu santun,

    sopan, taat pada orang tua dan agama, membantu sesama,

    memakmurkan masjid dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa

    sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari dari kecil

    sudah ditanamkan karakter yang baik oleh orang tua mereka,

    sehingga bisa juga dijadikan contoh teladan yang baik khususnya

    para pengikutnya umumnya untuk semua umat Islam khususnya di

    Indonesia. Buku ini mengungkap perjalanan hidup dan kebiasaan-

    kebiasaan kedua tokoh yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari

    2. Tuntunan Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan

    wanita

    Buku ini mencoba menghadirkan tuntunan cara seseorang

    mencari jodoh, melamar, dan menikah secara Islam. Termasuk

    dalam hal ini, aspek-aspek yang hendaknya dimiliki oleh setiap

    laki-laki dan perempuan saat mencari jodoh, khitbah atau melamar,

    serta menuju ke pernikahan. Islam tidak sekadar memberikan dalil,

  • 38

    akan tetapi juga mencoba memahami perasaan cita kasih saying di

    antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Melalui Al-Quran

    dan Hadits serta para ulama, Islam menganggap penting

    memberikan panduan tentang cara mencari jodoh, tuntunan

    melamar, hingga tata cara melangsungkan pernikahan dengan

    detail kepada pemeluknya. Tujuannya adalah untuk memberikan

    pengajaran kepada mereka tentang cara yang baik dan tidak baik.

    Sedikit contoh dari buku ini mengenai mencari pasangan

    dalam Islam, yaitu teguh dalam beragama, penyayang dan subur,

    memilih perempuan yang perawan, mengutamakan laki-laki yang

    mampu memberi nafkah, mengutamakan yang jauh dari

    kekerabatan, dan yang menyenangkan jika dipandang. Serta

    kafaah (sebanding dalam hal kedudukannya).

    3. Orang Miskin (Boleh) Sukses Sekolah

    Buku ini mencoba menghadirkan beberapa orang sukses dan

    terkenal, yang dulunya orang-orang ini berasal dari keluarga

    miskin dengan sarana dan fasilitas terbatas. Mereka orang-orang

    sukses yang lebih didahului oleh kegagalan demi kegagalan dalam

    misi mereka. Mereka meraih kesuksesan bukan dengan sekejap

    mata, akan tetapi dengan rajin belajar dan berusaha dengan keras.

    Mereka menyadari proses situ wajib adanya, dan hasil sebagai

    imbalannya.

  • 39

    Sebagai contoh, dalam buku menghadirkan sosok Harsisto

    yang seorang anak petani bisa memperoleh gelar Profesor Riset

    dari Tokyo University. Dia yang yang menjelma menjadi anak

    kuliah di ITB, dengan keadaan ekonomi yang sangat kurang, tidak

    membuatnya patah semangat dan berusaha dengan susah payah

    sampai lulus dan wisuda. Setelah wisuda dia masih mau

    melanjutkan kuliahnya sambil bekerja di Lembaga Metalurgi

    Nasional (LMN-LIPI) sebagai tenaga honorer, akhirnya mampu

    memperoleh gelar Profesor Riset dari Tokyo University.

    4. Jasad-Jasad yang Harum

    Beberpa fenomena orang menignggal jasadnya harum dan

    bahkan utuh sering terjadi. Biasanya orang yang sudah meninggal

    apalagi sampai bertahun-tahun tentu saja jasadnya akan terurai

    bahkan hancur dan hanya tulang belulang. Akan tetapi ada

    beberapa orang khusus yang diberi rahmat oleh Allah swt,

    sehingga jasadnya tetap utuh meskipun sudah dikubur selama

    bertahun-tahun.

    Di dalam buku disebutkan bahwa Kiai Abdullah jasadnya

    harum dan utuh setelah 26 tahun dikuburkan. Kiai Abdullah adalah

    ulama dan pembimbing masyarakat di wilayah Batu, Ceper,

    Tangerang. Sepanjang hidupnya, Kiai Abdullah menghabiskan

    waktunya untuk belajar dan mengajar agama. Materi yang

    diajarkan oleh Kiai Abdullah berupa ilmu fiqih maupun tafsir Al-

  • 40

    Quran, serta kitab-kitab lain seperti Jurmiyah, Nahwu, Sharraf,

    Fathul Kharib, Fathul Muin serta tafsir Jalalain karya Imam

    Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyiti. Soal jasad

    Kiai Abdullah yang utuh dan mengeluarkan bau ketika jenazah

    hendak dipindah dari tempat asalnya, banyak kejadian yang aneh,

    alat yang digunakan untuk menghancurkan Mushola di mana

    beliau dimakamkan tiba-tiba tidak berfungsi, dan masih banyak

    kejadian lainnya.

    5. Tempatkan Orang Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu

    Buku ini menjelaskan berbagai macam cara berbakti kepada

    kedua orang tuan, serta keutamaan dan manfaat bagi seorang anak

    yang selalu memuliakan kedua orang tuanya. Selain buku ini

    mengetengahkan keutamaan memuliakan dan berbakti kepada

    kedua orang tua, buku ini juga menjelaskan mengapa kita harus

    berbakti kepada kedua orang tua dan dengan cara apa kita

    melakukannya. Buku ini berusaha menekankan kepada pembaca

    khususnya begitu pentingnya orang tua dalam kehidupan kita dan

    bagaimana kita harus memuliakan dan memperlakukan mereka

    dengan cara yang paling baik.

    6. Aku Terpaksa Membunuh

    Sekilas tentang buku ini, perang adalah alternatif terburuk

    dari yang paling buruk. Setiap penentangan terhadap peperangan

    bisa dibetulkan, kapan pun dan di mana pun. Terlebih, apabila

    http://divapress-online.com/product/view/160/aku_terpaksa_membunuh.html
  • 41

    peperangan itu berlatar belakang kepentingan politik dan ekonomi

    belaka. Perang selalu menyisakan kehancuran, luka, dan derita

    berkepanjangan.

    Buku ini menghadirkan kisah-kisah inspirasional para tokoh

    prajurit militer pemberani, tidak saja untuk berperang, yang

    menentang peperangan itu sendiri dan perintah komandan mereka.

    Dengan cara mereka sendiri, para prajurit ini berjuang untuk

    sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperjuangkan oleh prajurit

    lainnya. Keberanian tindakan dan keputusan mereka membuka

    mata dunia tentang arti kemanusiaan. Mereka bukanlah para

    pengecut, yang lari dari medan perang!

    Justru merekalah para pahlawan kemanusiaan yang

    sesungguhnya, yang berjuang untuk kepentingan dan perdamaian

    seluruh tentara di dunia. Kisah-kisah mereka tersaji di sini dengan

    amat menggetarkan, penuh ketulusan, pendalaman makna

    kemanusiaan.

    7. Berbagai Terapi Kesehatan Melalui Amalan

    Sekilas tentang buku ini, sehat alami sekaligus mendapat

    pahala besar, solusinya hanya satu, ibadahlah dengan benar sesuai

    yang diperintahkan Allah Swt, dan sesuai dengan apa yang telah

    dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Apabila semua ibadah

    tersebut dilakukan dengan benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad

    http://divapress-online.com/product/view/1704/berbagai_terapi_kesehatan_melalui_amalan.html
  • 42

    Saw, dijamin tubuh Anda akan sehat secara alami dan tidak

    membutuhkan biaya.

    Dengan gamblang, buku ini memaparkan bagaimana

    mekanisme ibadah-ibadah tersebut dalam menjamin kesehatan

    pelakunya. Terapi Kesehatan itu yaitu,

    a) Terapi Kesehatan dengan Wudhu

    b) Terapi Kesehatan dengan Shalat

    c) Terapi Kesehatan dengan Puasa

    d) Terapi Kesehatan dengan Doa dan Dzikir

    e) Terapi Kesehatan dengan Membaca al-Quran

    f) Terapi Kesehatan dengan Siwak

    8. Dzikir Itu Ajib Bukti Bukti Dzikir dapat Menyempu

    Buku ini memuat beragam doa keterhindaran dari berbagai

    masalah yang acap kali mendera hidup kita, mulai dari berbagai

    musibah, penyakit, kegelisahan jiwa, kejahatan, hingga persoalan-

    persoalan yang mengganggu dunia usaha, karier, dan rumah

    tangga. Bersama buku ini, anda akan dibimbing bagaimana cara

    memohon kepada Allah Swt agar segera dapat keluar dari segala

    masalah itu. Amalan doa-doa dalam buku ini, insya Allah, akan

    mengantarkan anda pada pintu penyelesaian segala permasalahan.

    Buku ini menjadi semakin istimewa sebab dilengkapi dengan cara

    baca doa dalam tulisan Latin, sehingga akan memudahkan bagi

    anda yang belum begitu lancar membaca teks Arab. Selain itu,

    http://divapress-online.com/product/view/2891/dzikir_itu_ajib__bukti_bukti_dzikir_dapat_menyempu.html
  • 43

    buku ini pun dilengkapi dengan terjemah di setiap doanya,

    sehingga akan membuat anda semakin khusyuk dalam berdoa

    sebab memahami makna setiap kalimatnya.

    9. Jalan Jalan Tikus Bisa Umrah Haji

    Sekilas tentang buku ini, di mana ada banyak cara menuju

    Makkah untuk dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah, mulai

    dari yang resmi, semi resmi, haji plus, haji turis, hingga jalan tikus.

    Jalan tikus? Ya, sebuah cara berangkat haji tanpa modal. Tapi

    mungkinkah? Kementerian agama menyatakan tidak boleh.

    Pemerintah Arab Saudi juga mengatakan tidak bisa.Tapi, bagi

    Anda yang minim modal, jalan tikus menjadi sangat mungkin dan

    sangat bisa untuk dilakukan.

    Buku ini juga dilengkapi dengan tips mendapatkan tiket

    pesawat yang sangat murah, memilih pesawat yang aman,

    menghemat biaya di perjalanan, serta dilengkapi dengan doa-doa

    seputar haji dan umrah. Buku ini berisi tentang Mengenal Jalan

    Tikus; Berangkat Haji dan Umrah Supermurah, Persiapan untuk

    Berangkat Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Tips Mendapatkan

    Paspor dan Dokumen Penting dalam Perjalanan, Tips Mudah

    Mendapatkan Tiket Pesawat yang Sangat Murah, Tips Aman

    Menunaikan Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Doa-Doa

    Makbul seputar Haji dan Umrah.

    http://divapress-online.com/product/view/2131/jalan_jalan_tikus_bisa_umrah_haji.html
  • 44

    10. Panduan Lengkap Membagi Harta Waris

    Sekilas tentang buku ini, pembagian harta waris perlu

    diatur, sebab dengan aturan tersebut, tercipta keadilan dan

    kesetaraan di antara para ahli waris. Selain itu, persoalan

    pembagian harta waris kerap kali menuai konflik dan pertikaian

    antar keluarga yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Itu

    tak lain karena waris bersinggungan dengan persoalan materi dan

    hak kepemilikan, yang meniscayakan keadilan dan kesetaraan.

    Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat yang merasa

    kesulitan membagi harta waris bagi orang-orang yang berhak

    menerimanya. Bahkan, hanya kalangan tertentu yang bisa

    menangani masalah pembagian harta warisan.

    Selain itu, sangat jarang bahkan belum ada buku panduan

    mudah tentang pembagian harta warisan. Nah, atas dasar itulah,

    buku ini hadir di hadapan anda. Di dalamnya, berisi panduan super

    mudah dalam membagi harta waris sesuai dengan ketentuan di

    dalam syariat Islam. Sehingga, pertikaian dan perselisihan di

    lingkungan keluarga dan kerabat dapat dihindari. Bersama buku

    ini, anda mampu memahami secara mudah tentang sebab-sebab

    terjadinya waris, tentang orang-orang yang berhak menerima harta

    warisan, hal-hal yang menggugurkan warisan, dan lain sebagainya.

    http://divapress-online.com/product/view/1775/panduan_lengkap_membagi_harta_waris.html
  • 45

    BAB III

    DESKRIPSI PEMIKIRAN

    A. Nilai Pendidikan Karakter

    1. Nilai

    Nilai adalah sesuatu yang yang dinilai positif, dihargai,

    dipelihara, diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas

    bersyukur (kepuasan rohani). Kalau seseorang mengambil pilihan dan

    ternyata setelah mengalami pilihannya itu ia menjadi gembira, kiranya

    ia menemukan nilai bagi dirinya, tetapi sebaliknya kalau seseorang

    lalu menjadi murung, sedih, karena pilihannya kiranya ia membuat

    suatu pilihan yang keliru (Kaswardi, 1993:8).

    Rokeach memberikan batasan (pengertian) tentang nilai, yaitu

    keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir

    eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau social

    dibandingkan modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi kebalikan

    atau lawannya. Dalam pengertian itu, lebih jauh dijelaskan bahwa

    nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa

    yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atrribut isi dan

    intensitas (Budiyono, 2007:71).

    Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat

    berarti bagi kehidupan manusia. Kebermaknaan esensi tersebut

  • 46

    semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan

    pemaknaan manusia sendiri (Thoha, 1996: 62).

    2. Pendidikan

    Menurut Jhon Dewey dalam buku Pendidikan Karakter

    Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, pendidikan adalah

    proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan

    emosional ke arah alam dan sesama manusia (Muslich, 2011:67).

    Suhartono (2008:43) mengatakan bahwa pendidikan memiliki

    arti secara luas dan sempit. Menurut sudut pandang luas, pendidikan

    adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya

    minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan

    sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti itu berlangsung

    di dalam jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan.

    Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu mempengaruhi

    pertumbuhan individu dalam hal potensi-potensi fisis, spiritual,

    individual, sosial, dan religius sehingga menjadi manusia seutuhnya,

    manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan

    setempat.

    Suhartono (2008:46) menurut pendekatan dari sudut pandang

    sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan

    serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan

    sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal

    ini, pendidikan merupakan suatu usaha dasar dan terencana yang

  • 47

    diselenggarakan oleh institusi persekolahan (shcool education) untuk

    membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran

    tentang esksitentsi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap

    persoalan kehidupan yang selalu muncul.

    Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan

    penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.

    Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk

    membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

    yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).

    3. Karakter

    Helen G. Douglas mengatakan bahwa karakter tidak

    diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan

    hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,

    tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

    Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak

    sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa

    Jawa dikenal istilah Kacang ora ninggal lanjaran (Pohon kacang

    panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu temaptnya

    melilit dan menjalar) (Samani, 2011:43).

    Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

    khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

    keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).

  • 48

    Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

    berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,

    pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

    4. Pendidikan Karakter

    Dalam buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan

    Praktik, Pitchard mendefinisikan karakter adalah sesuatu yang

    berkaitan dengan kebiasaan hidup individu yang bersifat menetap dan

    cenderung positif (Zuchdi, 2011:27).

    Menurut Ratna Megawangi dalam buku Pendidikan

    Karakter, mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah

    usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

    dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,

    sehingga mereka dapat berkontribusai yang positif kepada

    lingkungannya. Definisi lain dari Fakry, pendidikan karakter adalah

    sebuah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk

    ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

    satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada

    tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses tranformasi nilai-nilai, 2)

    ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, 3) menjadi satu dalam

    perilaku (Kesuma, 2012:5).

    Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan

    kognitif, afektif, dan perilaku dan perilaku manusia yang lebih

    bermoral. Jadi pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap

  • 49

    yang lahir didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan

    karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur.

    Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya,

    pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus

    diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari (Endraswara, 2013:3).

    Pendidikan karakter juga dapat didefiniskan sebagai

    pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good

    character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan

    nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam

    hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya

    dengan Tuhannya (Samani, 2013:44).

    5. Tujuan Pendidikan Karakter

    Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-niali yang

    baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan, karena itu

    tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada

    segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin

    dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2008:37).

    Kesuma (2012:9) tujuan pertama pendidikan karakter adalah

    memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

    sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah

    maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan

    kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik

    yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh

  • 50

    sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan seting sekolah adalah

    membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

    dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.

    Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu

    penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada

    pencapaian pembentukan karakter dan ahklaq mulia peserta didik

    secara utuh, terpadu, dan seimbang (Muslich, 2011:81).

    Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No.20

    tahun 2003 Bab 2 Pasal 3: pendidikan nasional adalah

    mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

    bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa, berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

    Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

    dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab

    (Kesuma, 2011:6).

    B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

    Hasyim Asyari

    Merujuk pada buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

    Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari karya M. Sanusi ini dijelaskan bahwa

    sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari mempunyai karakter

    yang baik sejak mereka masih kecil, yang tercermin melalui kebiasaan-

  • 51

    kebiasaan mereka berdua. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter dalam

    kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari

    sebagai berikut:

    1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

    a. Tidak membedakan antar sesama

    Kebiasaan Dahlan berkawan dengan orang-orang biasa dan dari

    kalangan keluarga miskin sejak kecil menjadikan dirinya selalu

    mawas diri. Lebih dari itu, kebiasaan pergaulan yang melampaui

    srata social ketika itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang

    diidolakan dan dibanggakan. Tidak hanya bagi keluarganya, bahkan

    bagi teman-teman sepermainan dan masyaratakat sekitarnya.

    Kebiasaan Dahlan bergaul dengan kalangan sastra bawah menjadi

    modal utama dikemudian hari dalam berperilaku lebih bijak dan

    menghargai orang-orang tidak mampu (Sanusi, 2013;81).

    b. Berpikir Kritis

    K.H. Ahmad Dahlan mempunyai kebiasaan memandang maksura.

    Maksura ialah tempat khusus untuk sujud yang terkenal. Menurut

    masyarakat itu hal yang biasa, namun menurut K.H. Ahmad Dahlan

    hal itu sangat aneh. Secara tidak langsung ini sama saja dengan

    adanya sistem kastanisasi dalam beragama. Tidak hanya tentang

    maksura, Darwis (K.H. Ahmad Dahlan), pemuda Kauman itu juga

    pernah bertanya tentang slametan, ruwatan, nyadran, dan padusan.

    Kebiasaan mengamati yang aneh-aneh dan berpikir kritis ini

    berlanjut hingga Darwis dewasa (Sanusi, 2013:3).

    Salah satu hal yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sejak

    kecil adalah suka merenungi tradisi masyarakat. Bagi K.H. Ahmad

    Dahlan, tradisi sosial yang berkembang di tengah-tengah

    masyarakat Kauman sudah melampaui sosial-keagamaan tidak serta

    merta dapat diubah begitu saja. Butuh perenungan dan ajakan yang

    pelan-pelan (Sanusi, 2013:47)

    .

    c. Suka mengaji setiap sore di Masjid

    Darwis kecil, seperti halnya saudara-saudaranya yang lain,

    diarahkan berdisiplin dalam belajar agama. Awal mula ia belajar

    mengaji kepada ayahnya. Ia belajar membaca al-Quran dan

    pengetahuan agama Islam pertama kali dari ayahnya sendiri. Pada

    usia 6 tahun, ia sudah lancar membaca al-Quran. Karena itu, tidak

  • 52

    terlalu mengherankan ketika ia mengaji di Masjid Gedhe

    Kaumanmenjadi satu-satunya anak yang paling pintar (Sanusi,

    2013:34).

    d. Senang shalat berjamaah

    Shalat berjamaah merupakan hal yang paling disenangi K.H.

    Ahmad Dahlan. Kalau tidak ada halangan yang memang berat, ia

    selalu melaksanakan shalat berjmaah. Kebiasaan tersebut tidak

    dating begitu saja. Kiranya sudah dipupuk semenjak ia masih

    kanak-kanak. Kebiasaan ayahnya mengajak Darwis kecil (K.H.

    Ahmad Dahlan) ke masjid untuk shalat berjamaah secara tidak

    langsung telah mendarah daging bagi pembentukan karisma dan

    sufisme K.H. Ahmad Dahlan di masa-masa selanjuntya.

    Kesenganan shalat berjmaah bagi K.H. Ahmad Dahlan lebih besar

    dibandingkan kesenangan seseorang terhadap barang berharganya

    (Sanusi, 2013:37).

    e. Pergi lebih awal untuk shalat Jumat

    Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal

    untuk awal untuk shalat jumat telah dipraktikkan oleh K.H.

    Ahmad Dahlan semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya

    pergi ke masjid, begitu pula ketika hari jumat. Kebiasaan yang

    diajarkan kepada Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja.

    Sebagaimna halnya anak kecil pada umumnya, kadang malas untuk

    melakukan apa yang menjadi kewajiban seseorang yang sudah

    baligh (Sanusi, 2013:42).

    f. Selalu meminta izin ketika keluar rumah

    Praktik meminta izin keluar rumah biasanya Dahlan lakukan pada

    saat keluar rumah, baik untuk mengaji, bermain, atau sekadar pergi

    ke rumah sanak familinya di sekitar Kauman (Sanusi, 2013:57).

    g. Senang bersedekah

    Untk kebiasaan bersedekah kepada lingkungan tidak mampu sudah

    Dahlan lakukan sejak kecil. Ia mencontoh para gurunya, yang

    senang bersedekah. Di samping itu, ia memahami bahwa praktik

    keagamaan dapat ditransformasikan pada kehidupan sosial di mana

    seseorang peduli terhadap sesamanya (Sanusi, 2013:60).

  • 53

    h. Belajar pada lingkungan keluarga

    Kebiasaan lain K.H. Ahmad Dahlan ketika masih kecil ialah senang

    belajar pada orang-orang hebat di lingkungan keluarganya. Di

    samping mengaji kepada Kiai Kamaludiningrat, Dahlan kecil juga

    belajar pada banyak tokoh di kampong Kauman yang juga masih

    ada hubungan kekeluargaan dengannya. Pendidikan merupakanhal

    yang tak dapat dipisahkan dari keluarga Dahlan (Sanusi, 2013:66).

    i. Senang berdiskusi

    Kebiasaan berdiskusi telah dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan

    sejak dirinya masih belia, karena ayahnya orang terpandang tidak

    sulit bagi Dahlan kecil untuk mengikuti rangkaian rapat atau

    musyawarah. Dari kebiasaan tersebut, Dahlan secara tidak langsung

    dapat mengamati bagaimana orang lain mengemukakan

    pendapatnya. Inilah yang menjadi landasan sosiologis ketika

    menjadi Kiai besar dan bertemu dengan orang-orang besar (Sanusi,

    2013:72).

    j. Bersahabat dengan orang besar

    Muhammad Darwis memliki kebiasaan selalu bersahabat dengan

    orang-orang besar dan orang-orang baik di lingkungannya.

    Walaupun ia tidak pilih kasih dalam berinteraksi dengan siapa pun,

    namun bagi Darwis bershabat akrab dengan orang-orang besar akan

    menjadikan dirinya besar dan terus bersemangat menjadi orang

    besar dengan ilmunya. Kebiasaan bersahabat dengan orang besar

    Darwis lakukan hingga dirinya menjadi Ahmad Dahlan (Sanusi,

    2013:77).

    k. Sayang terhadap anak yatim

    Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan yang lain ialah selalu memberikan

    seseuatu yang berguna untuk anak yatim. Tidak hanya berupa

    barang, tapi juga ilmu. Bagi K.H. Ahmad Dahlan memperlakukan

    dengan baik dan bijak adalah cara terbaik. Kasih sayang K.H.

    Ahmad Dahlan terhadap anak yatim tidak hanya ketika ia sudah

    menjadi Kiai besar. Pada saat masih anak-anak, Dahlan selalu ingin

    berbagi rezeki dengan mereka. K.H. Ahmad Dahlan, menyayangi

    anak yatim dan memperlakukannya dengan baik tidak hanya dapat

    bermanfaat bagi si anak, pun dapat bermanfaat bagi dirinya di dunia

    hingga di akhirat nanti (Sanusi, 2013:102).

  • 54

    l. Gemar mengucap salam

    Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan ketika berpapasan dengan orang

    lain di jalan ialah mengucapkan salam. Assalamualaikum (aku

    berdoa semoga keselamatan selalu menyertaimu), begitulah kata

    salam yang acap kali diucapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan kepada

    masyarakat atau orang lain yang berpapasan dengannya. Kebiasaan

    baik tersebut dibawa ke mana-mana dan dalam kondisi apa pun

    (Sanusi, 2013:114).

    m. Mendendangkan shalawat

    Inilah yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sehari-hari. Ia

    sangat senang mendendangkan shalawat atau mengirimkan

    shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam keadaan

    apa pun, K.H. Ahmad Dahlan biasanya tak pernah lupa untuk

    bershalawat. Kebiasaan tersebut ia lakukan ketika ia membuka

    pengajian, baik di langgarnya sendiri atau di luar Yogyakarta

    (Sanusi, 2013:122).

    n. Terbiasa bermuhasabah

    K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam

    kehiduapan sehari-harinya. Kebiasaan sehari-hari yang K.H.

    Ahmad Dahlan lakukan serba berdasarkan pemikiran matang.

    Walaupun bertindak tegas dan praktis, K.H. Ahmad Dahlan

    biasanya terlebih dahulu berpikir dampak positif dan negatifnya

    dari sebuah persoalan. Kebiasaan muhasabah (intropeksi)

    merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh K.H. Ahmad

    Dahlan. Apalagi, sehabis shalat tahajjud, biasanya ia akana

    menyempatkan beberapa saat untuk melakukan intropeksi (Sanusi,

    2013:125).

    o. Senang bersilaturahim

    Kepribadian K.H. Ahmad Dahlan yang supel, ramah, aktif,

    dermawan dan suka menolong semakin mendrong kebiasaan dalam

    dirinya untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain. Tidak salah

    kiranya bila silaturahim menjadi arena mempererat tali

    persaudaraan sangat disukai oleh K.H. Ahmad Dahlan. Sebagai

    seorang ulama dan organisatoris, K.H. Ahmad Dahlan tidak

    canggung untuk menyapa dan mengunjungi orang lain. Sebagai

    seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai

    gagasan-gagasan cemerlang, ia juga dengan mudah diterima dan

    dihormati di tengah kalangan masyarakat (Sanusi, 2013:133).

  • 55

    p. Senang berorganisasi

    Semangat K.H. Ahmad Dahlan adalah semangat berorganisasi.

    Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sebagai seorang yang berilmu dan

    aktif adalah mengikuti berbagai organisasi kepemudaan. Bahkan,

    sebelum ia sepenuhnya berjhidmat membangun Muhammadiyah, ia

    aktif dibeberapa organisasi elite pribumi. Senang berorganisasi

    barangkali menjadi salah satu napas dakwah K.H. Ahmad Dahlan

    dalam membangun perubahan social ke arah yang lebih baik

    (Sanusi, 2013:140).

    q. Tidak pernah gamang

    Rasa gamang dapat saja dimiliki siapa pun, namun tidak bagi

    orang-orang besar dengan jiwa yang juga besar. Seperti halnya

    K.H. Ahmad Dahlan, ia mempunyai kebiasaan yang tak pernah

    merasa takut terhapdap apa pun dan siapa pun, kecuali terhadap

    Allah Swt. Ia pun dikenal sebagai tokoh yang tak pernah

    mempunyai rasa gamang atau getir menghadapi segala sesuatu

    (Sanusi, 2013:147).

    r. Menghargai perbedaan

    Menghargai perbedaan menjadi cara pandang K.H. Ahmad Dahlan

    dalam kehidupan sehari-hari pada masa-masa awal perjuangannya

    mendirikan gerakan tajdid, ia sangat menghargai keputusan Kiai

    Kamaludiningrat yang tidak menghendaki perubahan arah kiblat.

    Walaupun begitu, hal itu tidak lepas dari genggamannya K.H.

    Ahmad Dahlan. Ia tetap berusaha memberikan pemahaman yag

    baik kepada masyarakat, perihal beragama yang benar. Atas usaha

    kesabarannya tersebut akhirnya masyarakat Kauman, bahkan di

    seluruh Nusantara, dapat menerimnya dengan tangan lapang

    (Sanusi, 2013:158).

    g. Tidak mengkultuskan makam

    Pada saat itu, masih banyak tradisi yang mengkultuskan kburan

    sebagai benda keramat. Sebagian masyarakat yang belum

    memaknai Islam secara benar menganggap kuburan adalah tempat

    yang baik untuk berdoa. Melalui sikap dan pengajarannaya, K.H.

    Ahmad Dahlan kemudian mengajak seluruh umat Islam untuk tidak

    lagi kembali pada kuburan, apalagi mengkultuskannya sebagai

    tempat keramat dan berpetuah.

  • 56

    2. Kebiasaan-Kebiasaan Inpsiratif K.H. Hasyim Asyari

    a. Sering mendengarkan senandung aya-ayat suci al-Quraan

    Sejak Hasyim Asyari bisa tengkurap, merangkak, duduk dan

    berjalan, telinga mungilnya sudah terbiasa mendengar suara-suara

    yang mengeja huruf hijaiah;alif, ba, ta, tsa, atau senandung indah

    bait-bait syair dari kitab Aqidatul Awam yang disenandungkan para

    santri. Hasyim Asyari juga terbiasa menyimak bacaan-bacaan al-

    Quran dengan merdu, baik dari ayah, ibu, dan kakek atau

    neneknya, Kiai Usman dan Nyai Layyinah (Sanusi, 2013:177).

    b. Suka melerai teman yang bertengkar

    Ketika ada temannya bertengkar, ia cepat-cepat melerai, meski

    terkadang ia terkena juga akibat usaha peleraian itu. sampai-sampai

    pernah kepalanya berdarah karena terkena pukulan dari salah satu

    temannya yang sedang bertengkar. Tetapi ia tidak marah, juga tidak

    membalas. Karena sikapnya yang baik ini, keduanya akhirnya

    berhenti bertengkar dan justru merawat kepala Hasyim yang terluka

    itu (Sanusi, 2013:183).

    c. Terbiasa memberikan barang-barang miliknya

    Sudah bukan rahasia lagi kalau sejak kecil Hasyim Asyari sudah

    dikenal sebagai anak yang pemurah. Ia sering memberikan mainan

    atau benda miliknya, berupa baju atau sarung kepada teman-

    temannya tanpa sepengetahuan ayahnya, Kiai Asyari (Sanusi,

    2013:185).

    d. Haus ilmu dan mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain

    Seperti lazimnya anak seorang Kiai di masa itu, Hasyim Asyari tak

    puas hanya dengan blajar kepada ayahnya sendiri. Didorong oleh

    tingginya cita-cita, maka setelah cukup memliki bekal, Hasyim

    mengemukakan maksudnya untuk merantau. Kedua orang tuanya

    memahami maksud Hasyim yang ingin mennambah pengetahuan

    dan meluaskan ilmunya (Sanusi:2013:188).

    e. Tanpa lelah taat pada Kiai

    Ketika Kiai Hasyim menjadi santri di sebuah pesantren, Kiai

    Hasyim amat sangat taat terhadap Kiainya. Hal ini sudah menjadi

    cirri khasnya, bahkan lebih taat dan paling taat di antara santri-

    santri lainnya. Ia memperlakukan sang Kiai sebagai guru yang

    harus dipatuhi dan dihormati. Itulah salah satu kebiasaan dan cirri

  • 57

    khas Kiai Hasyim Asyari sewaktu menjadi di beberapa pondok

    pesantren (Sanusi, 2013:198).

    f. Sering berpuasa dan sedikit makan

    Sejak remaja, Kiai Hasyim dikenal sebagai anak muda yang

    berpandangan religius dan berorientasi ukhrawi. Ia terbiasa

    melakukan olah batin dengan berpuasa guna mencegah godaan

    hawa nafsu. Kebiasaan itu ia warisi dari ibundanya, Nyai Halimah.

    Sekalipun tak berpuasa, ia jarang makan. Paling banyak dua kali

    sehari, yakni sarapan dengan secangkir kopi susu serta makan

    malam usai mengajar (Sanusi, 2013:218).

    g. Kebiasaan sebelum membaca dan menulis buku

    K.H. Hasyim Asyari ketika membaca atau hendak menulis buku

    tentang syariah, biasanya selalu bersuci atau memliki wudhu dan

    mengawalinya dengan basmalah. Sedangkan bila ilmu retorika atau

    semacamnya, maka K.H. Hasyim Asyari biasanya membaca

    shalawat dan alhamdulillah (Sanusi, 2013:229).

    h. Memberi kredit untuk membeli kitab (Dermawan)

    Ketika santri berminat membeli kitab tidak memiliki cukup uang,

    mereka langsung bisa bilang dan menemui K.H. Hasyim Asyari

    memohon pertolongan. Tak banyak tanya, diberilah pinjaman

    sebesar Rp. 10 (sepuluh rupiah) untuk membeli kitab babon (Hadits

    Bukhori-Muslim, Ihya Ulumidin dab Fathul Wahab) tersebut.

    Kemudian, pinjaman itu dicicil setiap bulan minimal seringgit.

    Tidak sampai satu tahun, utang sudah dilunasi sementara kitab

    langsung bisa dimiliki dan dikaji (Sanusi, 2013:242).

    i. Membangun silaturahim dengan tetangga

    Salah satu kebiasaan K.H. Hasyim Asyari selama menjadi

    pengasuh adalah silaturahim dengan tetangga dekat pesantren.

    Kebiasaan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan

    masyarakat terhadap berdirinya pesantren, serta misi utama dakwah

    Islamiah yang memang menjadi tanggung jawab yang ia ambil

    sejak mula-mula mendirikan pesantren di Tebuireng (Sanusi,

    2013:261).

    j. Membangun silaturahim denga para tokoh dan negarawan

    Sudah menjadi kebiasaan K.H. Hasyim Asyari untuk secara intens

    berteman, bersahabat, dan berdialog tentang persoalan-persoalan

  • 58

    umat selama berada di Makkah. Melalui dialog-dialog, diskusi

    kecil, persahabatan, dan canda ringan mereka setiap hari selama di

    Makkah, jadilah mereka itu teman baik K.H. Hasyim Asyari. Di

    antara para sahabatnya adalah Sayyid Sholeh Syatha, Syekh

    Thoyyib al-Sasi dan lain sebagainya (Sanusi, 2013:264).

    k. Bertamu dan mengingkatkan mereka yang keliru

    K.H. Hasyim Asyari adalah seorang yang cukup moderat. Artinya,

    ia cukup terbuka terhadap hal-hal baru yang inovatif seperti

    pembelajaran bahasa Belanda di pesantren. Akan tetapi, jika

    menyangkut aqidah, kekeliruan sikap yang dapat memperburuk

    citra Islam, K.H. Hasyim Asyari sama sekali tidak tinggal diam

    (Sanusi, 2013:267).

    l. Musyawarah saat akan memutuskan hal penting

    Sudah menjadi watak dan kebiasaan K.H. Hasyim Asyari bahwa ia

    akan selalu bermusyawarah setiap akan memutuskan hal penting

    dalam hidupnya. K.H. Hasyim Asyari tidak pernah memutuskan

    sesuatu secara grusa-grusu, dalam artian tidak mau mendengarkan

    nasihat dan saran dari orang lain. Atau, minimalnya ia

    memberitahukan rencana-renacana hidupmya hidupnya kepada

    orang-orang terdekatnya, dalam hal ini kakek dan kedua orang

    tuanya (Sanusi, 2013:277).

    m. Menjadi imam shalat sekalipun sakit atau demam

    Pada tahun 1943, K.H. Hasyim Asyari diserang demam yang

    sangat hebat. Ketika telah masuk waktu zuhur, ia memaksakan diri

    bangkit dari tempat tidur menuju kolam untuk mengambil air

    wudhu. Ia berjalan sambil dipapah oleh kedua putranya. Setelah

    mengambil air wudhu, K.H. Hasyim Asyari memakai baju rapi

    disertai serban untuk menuju masjid. Melihat hal ini, salah seorang

    putranya, Abdul Karim, berkata, Ayah, demam ayah sangat parah.

    Sebaiknya ayah shalat di rumah saja!. K.H. Hasyim Asyari

    menjawab, Ketahuilah, Anakku. Api neraka itu lebih panas

    daripada demamku ini ! kemudian, ia bangkit dari duduknya dan

    berjalan menuju masjid dengan diapapah (Sanusi, 2013:287).

    n. Istikharah saat akan dihadapkan pada pilihan sulit

    Salah satu kebiasaan K.H. Hasyim Asyari ketika dihadapkan pada

    pilihannya yang sulit selain bermusyawarah adalah dengan

    melaksanakan shalat istikharah. Sebagai pemimpin umat, pengasuh,

    pendidikan, dan Kiai K.H. Hasyim Asyari sering dihadapkan pada

  • 59

    pilihan sulit yang terkadang tidak cukup diputuskan saat itu juga.

    Saat itulah K.H. Hasyim Asyari melakukan istikharah (Sanusi,

    2013:279).

    Selain itu Allah juga mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan

    yang baik, yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anaknya, seperti

    yang tercantum dalam al-Quran surat Luqman ayat 12-19,

    Artinya:

    12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,

    Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barang siapa yang bersyukur

  • 60

    (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;

    dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha

    Kaya lagi Maha Terpuji".

    13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

    waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

    mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

    benar-benar kezaliman yang besar".

    14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

    dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan

    lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

    bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya

    kepada-Kulah kembalimu.

    15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

    aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah

    kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan

    baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya

    kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah

    kamu kerjakan.

    16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada

    (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di

    langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

    (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.

    17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

    mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

    mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

    Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

    Allah).

    18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

    (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

    angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

    lagi membanggakan diri.

    19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah

    suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

    Dari Q.S Luqman ayat 12-19 terdapat anjuran dari Allah yang

    tentang bagaimana orang tua hendaknya mendidik anak, kemudian tentang

    anjuran untuk beribadah kepada Allah, serta tentang bersikap yang kepada

    orang lain (tidak boeh sombong). Ayat tersebut juga bisa dijadikan

    semacam pedoman bagi peserta didik. Peserta didik nantinya akan lebih

  • 61

    baik dalam berperilaku, baik berperilaku dalam beribadah, berperilaku

    terhadap orang tua, dan berperilaku terhadap orang lain.

    C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku Kebiasaan-

    Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari

    karya M. Sanusi

    Selain kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

    Asyari, adapula beberapa metode pembelajaran dalam membentuk

    karakter anak yang terdapat dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif

    K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari.

    1. Metode-metode yang digunakan oleh ayah K.H. Ahmad Dahlan ketika

    mendidik K.H. ketika masih kecil adalah

    a. Pembelajaran melalui metode bercerita

    Kamu adalah keturunan salah seorang penyebar agama Islam terbesar

    di tanah Jawa ini, Darwis (nama kecil K.H. Ahmad Dahlan). Itu adalah

    sesuatu yang harus kamu syukuri. Tetapi, hal itu juga bukanlah hal

    yang mudah, karena kamu harus menjaga nama harum Syekh (Maulana

    Malik Ibrahim). Itu sebabnya, sejak kecil bapak juga sudah

    memutuskan untuk membaktikan diri di bidang penyebaran dan

    pengajaran agama, melanjutkan kerja besar yang dilakukan oleh leluhur

    kita, Darwis, ungkap ayahnya suatu ketika (Sanusi, 2013:16).

    Artinya:

    Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah

    kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat

    ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan

    bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Huud (11):120).

  • 62

    b. Pembelajaran melalui metode teladan

    Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal

    untuk shalat jumat telah dipraktikkan oleh K.H. Ahmad Dahlan

    semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya pergi ke masjid,

    begitu pula ketika hari jumat. Kebiasaan yang diajarkan kepada

    Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja. Sebagaimana halnya

    anakn kecil pada umumnya, kadan malas untuk melakukan apa yang

    menjadi kewajiban seseorang yang sudah baligh (Sanusi, 2013:42).

    Saleh (2012:47) Di dalam Islam, keteladanan bukanlah hanya

    semata persoalan mempengaruhi orang lain dengan tindakan,

    melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu yang

    berhubungan langsung secara spiritual dengan Allah Swt. Karenanya,

    tidak adanya contoh keteladanan akan mengakibatkan kemurkaan dari

    Allah Swt sebagaiman firman-Nya Q.S Ash Shaff ayat 2-3:

    Artinya:

    Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

    sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah

    bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

    2. Metode yang digunakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam meberikan

    pembelajaran kepada murid-muridnya adalah

    a. Mengajari berdoa langsung

    Latar belakang masyarakat sekita tempat tinggal K.H. Ahmad

    Dahlan masih kental dengan tradisi kejawen, slametan dan

  • 63

    sebagainya yang membuat orang yang hendak mengadakan acara

    atau hajatan biasanya mengeluarkan banyak biaya. Dengan adanya

    tradisi yang seperti itu kadang bisa membuat orang yang punya

    hajat tersa berat karena harus mengeluarkan biaya banyak. Melihat

    kondisi tersebut, K.H. Ahmad Dahlan yang kritis berpikirnya

    mengajari para santrinya dan masyarakat sekitarnya untuk berdoa

    secara langsung kepada Allah apabila mempunyai keinginan, tanpa

    harus mengeluarkan banyak biaya. Seperti yang tercantum dalam

    al-Quran surat Qaaf ayat 16 (Sanusi, 2013:92),

    Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan

    mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih

    dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaaf (50):16).

    Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya

    akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

    menyombongkan diri dari menyembah-Ku (Al-Mumin (40):60).

    b. Mengajar dengan biola

    K.H. Ahmad Dahlan dalam mengajar para muridnya dengan biola

    bukan tanpa suatu alasan. Selain punya inovasi baru dalam

  • 64

    mengajar, K.H. Ahmad Dahlan juga hendak mengajarkan kepada

    para muridnya bahwa hidup adalah keselarasan. Apabila tidak

    selaras sesuai dengan tuntunan agama, maka hidup akan

    berantakan. Seperti halnya biola, bila tidak dipetik dengan piawai,

    maka bunyi yang dihasilkan akan menjadi serak dan terdengar

    menge