Download - NASKAH AKADEMIK - UNUD
i
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
PROVINSI BALI
TENTANG
PENGUMPULAN UANG DAN BARANG (PUB) DAN UNDIAN GRATIS BERHADIAH (UGB)
Disusun Oleh Tim :
1. Dr. Gde Made Swardhana., SH., MH. 2. Ni Luh Gede Astariyani., SH., MH.
3. A.A Istri Ari Atu Dewi., SH., MH. 4. Cokorde Dalem Dahana., SH., M.Kn.
5. I Nyoman Bagiastra, S.H.,M.H.
PROVINSI BALI
TAHUN 2016
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kehadapan Ida Sanghyang Widi Waca
yang telah memberikan kesehatan kepada kami (Tim Penyusun),
sehingga penyusunan naskah akademik ini dapat kami selesaikan
dalam batas waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya juga kami
sampaikan, naskah akademik ini dapat tersusun sedemikian rupa,
tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, baik
masyarakat, maupun masyarakat yang secara langsung seperti
Dinas Sosial Provinsi Bali. Sehingga Naskah Akademik ini
nantinya merupakan landasan dasar dalam upaya membuat
norma dalam Perda tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB)
dan Undian Gratis Berhadiah (UGB).
Demikian yang dapat kami sampaikan, dengan mengharap
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , semoga naskah akademik ini
memenuhi syarat pembuatannya sehingga dapat bermanfaat
dalam penelitian dan pengkajian selanjutnya. Sekian dan terima
kasih.
Denpasar, 27 Juni 2016
Tim Penyusun,
i
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………….. ii 1
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………….. 8
C. Kegunaan dan Tujuan …………………………………………….. 9
D. Metode Penelitian …………………………………………….. 10
BAB II KEJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
A.Kajian Teoritis …………………………………………….. 14
B.Praktek Empiris …………………………………………….. 16
BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT………………………………………… 18
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN SOSIOLOGIS DAN LANDASAN YURIDIS……………………………………… 21
BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
A.Jangkauan…………………………………………………………………… 35
B. Arah Pengaturan Raperda tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB) ……………. .35
C.Ruang Lingkup ……………………………………………………………. 35
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………. 37
B. Rekomendasi……………………………………………….….39
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..41
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kewenangan …………………………………………………. 1
Tabel 2 Keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang lain………………………………………………………..
3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai permasalahan kesejahteraan sosial yang
berkembang dewasa ini menunjukkan tingginya perkembangan
masyarakat. Dalam perkembangannya di Provinsi Bali terkait
dengan permasalah social juga mengalami perkembanan terutama
terkait dengan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian
Gratis Berhadiah (UGB). Provinsi Bali sebagai provinsi yang selalu
ingin memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan warga
masyarakat baik dalam bentuk pengaturan dan pelaksanaan
berbagai kegiatan social lainnya. Adanya berbaai pihak yang akan
menyumbangkan dan di lain pihak juga ada masyaraat yang
masih memerlukan bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 ingin menyumbangkan sesuatu dalam
kegiatan sosial yang berguna bagi pembangunan masyarakat
adildan makmur, dengan jalan antara lain bersama-sama
mengumpulkan uang atau barang.
Mengenai otonomi dan tugas pembantuan ditentukan dalam
Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, bahwa pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
2
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5)
UUD 1945). Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587). UU 23/2004 merupakan dasar
hukum pembentukan peraturan daerah. Pasal 236 menentukan:
Pasal 236
(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan TugasPembantuan, Daerah membentuk Perda.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh
DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:
a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas
Pembantuan; dan b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. (4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan produk hukum daerah juga diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 80 Tahun 2015 tentang
Produk Hukum Daerah
Urusan sosial dalam Pasal 12 ayat (1) huruf f mengatur
bahwa Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
3
Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
meliputi urusan social.Pada bagian Lampiran F UU No 23 Tahun
2014 mengatur tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Sosial sebaimana dibawah ini :
Tabel 1 : Kewenangan SUB BIDANG DAERAH PROVINSI
Pemberdaya an social
a. Penerbitan izin pengumpulan sumbangan lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah
provinsi.
b. Pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan sosial provinsi.
Dalam lampiran F tersebut jelas menunjukan adanya kewenangan
Daerah Provinsi mengatur tentang pengumpulan sumbangan dan
pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1961
merupakan dasar hukum tentang Pengumpulan Uang / Barang (
PUB). Dapat dijelaskan bahwa Undang-undang ini bermaksud
menampung kehendak baik dari masyarakat yang secara gotong-
royong ingin menyumbangkan sesuatu dalam kegiatan sosial yang
berguna bagi pembangunan masyarakat adil dan makmur, dengan
jalan antara lain bersama-sama mengumpulkan uang atau
barang. Apalagi pada waktu bangsa Indonesia memasuki periode
pembangunan seperti sekarang ini, perlu semua usaha
menghimpun dan mengerahkan segala funds and forces bagi
pembangunan semesta ini diatur dan diawasi sebaik-baiknya.
Walaupun telah ada beberapa peraturan yang berusaha mencegah
4
atau memberantas usaha pengumpulan uang atau barang dengan
cara yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan ketertiban
umum antara lain "Ordonnantie tot berijding van ongewenschte
geldinzamelingen en van ongeoorloofde praktijken bij
geldinzamelingen in het algemeen Staatsblad 1932 No. 469 jo. 559,
tetapi pelaksanaannya ternyata kurang memuaskan, karena tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dewasa ini serta tidak
dijiwai Manipol/Usdek. Sistem pengawasan represip yang termuat
dalam ordonnantie tersebut tidak dapat lagi dianggap mencukupi,
yaitu ternyata makin bertambah banyaknya pengumpulan uang
atau barang yang kurang berguna dan merugikan orang banyak
baik diselenggarakan oleh perseorangan maupun oleh beberapa
orang bersama-sama, bahkan kadangkadang dengan disertai
tindakan yang bersifat paksaan, penipuan atau pemerasan secara
halus, sehingga mengganggu dan menimbulkan kegelisahan
didalam masyarakat. Tidak jarang juga perizinan diberikan oleh
penguasa setempat atas permohonan seseorang sebelum ia
menyelenggarakan pengumpulan uang atau barang, akan tetapi
izin sebagai pengawasan yang bersifat preventip ini tidak
didasarkan pada sesuatu peraturan. Kenyataan-kenyataan
tersebut diantaranya menyebabkan pejabat-pejabat daerah
mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat lokal sekedar
untuk mengurangi dan membatasi banyaknya pengumpulan uang
5
atau barang yang menggelisahkan dan mengganggu ketenteraman
masyarakat itu. Maka dengan maksud membina kesadaran sosial
serta memelihara semangat gotong-royong yang hidup di dalam
masyarakat Sosialis Indonesia, peraturan-peraturan yang bersifat
lokal atau itu perlu diatur kembali secara keseluruhan dengan
mengutamakan segi-segi preventip dan repressip yang
diselenggarakan oleh pejabat-pejabat Pusat dan daerah sesuai
dengan Penetapan Presiden tahun 1959 Nomor 6. serta tidak
mengurangi berlakunya ketentuan-ketentuan hukum agama,
hukum adat serta adat kebiasaan yang ada didalam masyarakat. 1
Sedangkan terkait pengaturan mengenai Undian Gratis
Berhadiah (UGB) diatur didalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian (UU 22/1954) Jo.
Peraturan Menteri Sosial No. 14A/HUK/2006 tentang Izin Undian
(Permensos 14A/HUK/2006) Pasal 1 angka 1 mengatakan bahwa:2
Undian adalah tiap-tiap kesempatan yang diadakan oleh
suatu badan untuk mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh hadiah beruapa
uang atau benda, yang akan diberikan kepada peserta-peserta yang ditunjuk sebagai pemenang dengan jalan undi
atau dengan lain cara menentukan untung yang tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh peserta sendiri.
1 Lihat penjelasan Umum UU RI Nomor 9 Tahun 1961 tentang
Pengumpulan Uang / Barang (PUB). 2 Lihat Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang
Undian (UU 22/1954) Jo. Peraturan Menteri Sosial No. 14A/HUK/2006 tentang
Izin Undian (Permensos 14A/HUK/2006) Pasal 1 angka 1
6
Terkait dengan dasar kewenanan Provinsi juga diatur dalam Pasal
10 Peraturan Menteri tersebut diatas Permohonan izin
penyelenggaraan undian diajukan kepada Menteri Sosial secara
tcrtulis diatas kertas bermaterai cukup dengan dilampirkan :
a. syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal8; b. rekomendasi dari Pemerintah Daerah Propinsi setempat
melalui Dinas Sosial Propinsi.
Undian Gratis Berhadiah (UGB) adalah suatu undian yang
diselenggarakan secara Cuma-Cuma dan digabungkan/dikaitkan
dengan perbuatan lain. (Vide Pasal 1 angka 4 Permensos
14A/HUK/2006), UGB ini ada yang Langsung dan tidak langsung.
UGB langsung yaitu undiaan gratis berhadiah yang penentuan
pemenangnya dilakukan secara langsung tanpa diundi, dalam
waktu tertentu yang hadiahnya langsung dapat diketahui, sepeti
cara menggosok/mengerik. Sedangkan UGB tidak langsung adalah
undian gratis berhadiah yang penentuan pemenangnya dilakukan
dengan cara mengundi kupon atau lembar bukti kepesersetaan
undian dalam waktu tertentu misalnya karcis atau struk
pembayaran.
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (UGB) dilandasi
oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang undian yang
pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam rangka
penyelenggaraan kesejahteran social. Penyelenggaraan UGB ini
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, namun
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat
7
sebagai mitra pemerintah. Penyelenggaraan UGB ini perlu
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Direktorat pengumpulan dan Pengelolaan Sumber Dana
Bantuan Sosial (PPSDBS) sebagai lembaga pemerintah yang
menangani langsung UGB melakukan pelayanan kepada
penyelenggara yang akan mengajukan perizinan undian.
Harapannya penyelenggaraan undian dapat dilaksanakan secara
tertib dan perlindugan terhadap masyarakat dapat tetap terjaga.
Sesuai dengan perkembangan dan dinamika masyarakat
diperlukan upaya yang dapat mengakomodir terhadap perubahan
sekaligus dapat mengantisipasi serta menangani permasalahan
dalam penyelenggaraan UGB. Tahapan penyelenggaraan UGB
dimulai dari pengajuan permohonan, penyegelan
pelaksanaan/penarikan undian, pelaporan, dan penyerahan
hadiah tidak tertebak (HTT). Pada setiap tahapan tersebut harus
dapat dilakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan
penertiban oleh Kementrian Sosial RI dan Direktorat PPSDBS.
Berdasarkan paparan di atas, tim pembuat naskah
akademik akan mengkaji mengenai pengaturan lebih lanjut dari
UU terkait serta Peraturan Menteri Sosial RI khususnya ketentuan
yang mengatur mengenai penyelenggaraan UPB dan UGB yang
kiranya diperlukan adanya ketentuan yang lebih rinci dan jelas di
8
Pemerintah Provinsi Bali dalam bentuk Naskah Akademik yang
akan mengeluarkan dalam bentuk norma-norma aturan melalui
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB).
B. Identifikasi Masalah
Dalam rangka memberikan landasan ilmiah dalam
menyusun Rancangan Perda tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), maka dalam
menyusun Naskah Akademik ini dilakukan beberapa identifikasi
masalah terhadap penelitian ini sebagai berikut :
1. Permasalahan-permasalahan apa yang dihadapi dalam
pelaksanaan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan
Undian Gratis Berhadiah (UGB)?
2. Hal-hal apa saja yang dapat dijadikan rekomendasi dalam
rangka membentuk Racangan Perda tentang Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah
(UGB)?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis dan yuridis dalam pembentukan Rancangan
Perda tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan
Undian Gratis Berhadiah (UGB)?
9
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan pembentukan
Rancangan Perda tentang Pengumpulan Uang dan Barang
(PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB)?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Disusunnya naskah akademik untuk rancangan Perda
tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian
Gratis Berhadiah (UGB) ditujukan untuk:
a. Menggali dasar-dasar teoretik dan fakta empirik tentang
pelaksanaan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan
Undian Gratis Berhadiah (UGB).
b. Mengungkap landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
untuk memberikan argumentasi akademik tentang
urgensi pembentukan Perda Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB),
sehingga dapat menjadi landasan ilmiah bagi
penyusunan rancangan peraturan daerah tersebut.
c. Memberikan arah dan menetapkan ruang lingkup bagi
penyusunan Perda tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB) di
Provinsi Bali.
10
d. Menyerap aspirasi masyarakat tentang substansi norma
dalam rancangan Perda tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB) di
Provinsi Bali.
2. Kegunaan
Kegunaan naskah akademik Peraturan Daerah tentang
Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB), adalah menyusun landasann pengaturan
dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Pengumpulan Uang
dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB)
Sebagai bahan masukan bagi pembuatan rancangan yang
digunakan sebagai dasar hukum dalam melakukan
pelaksanaan dan pengawasan tentangPengumpulan Uang
dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB)
D. Metode Penelitian
Penyusunan Naskah Akademik ini yang pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian penyusunan Naskah
Akademik digunakan metode yang berbasiskan metode penelitian
hukum. Metode penelitian hukum yang digunakan dalam
penelitian penyusunan Naskah Akademik ini melalui cara-cara
sebagai berikut:
11
1. Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks hukum yaitu pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan
dan kebijakan publik (kebijakan negara) secara kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap subjek
hukum. 2. Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan
konteks saat peraturan perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan dalam rangka pembentukan Peraturan Daerah i.
Intinya, metode penelitian hukum yang digunakan dalam
penelitian penyusunan Naskah Akademik ini berada dalam
paradigma interpretivisme terkait dengan hermeneutika hukum.
Hermeneutika hukum pada intinya adalah metode interpretasi
atas teks hukum, yang menampilkan segi tersurat yakni bunyi
teks hukum dan segi tersirat yang merupakan gagasan yang ada
di belakang teks hukum itu. Oleh karena itu untuk mendapatkan
pemahaman yang utuh tentang makna teks hukum itu perlu
memahami gagasan yang melatari pembentukan teks hukum dan
wawasan konteks kekinian saat teks hukum itu diterapkan atau
ditafsirkan.
Kebenaran dalam ilmu hukum merupakan kebenaran
intersubjektivitas, oleh karena itu penting melakukan konfirmasi
dan konfrontasi dengan teori, konsep, serta pemikiran para
sarjana yang mempunyai otoritas di bidang keilmuannya
12
berkenaan dengan tematik penelitian penyusunan Naskah
Akademik ini3
Metode penelitian hukum normative (yuridis normative) atau
metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara
yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.4 Tahapan pertama
penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan
untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu
dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum.
Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan
kewajiban).5
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu
menggambarkan gejala-gejala di lingkungan masyarakat terhadap
suatu kasus yang diteliti, selain pendekatan normatif digunakan
juga pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
3 Diadaptasi dari Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme
Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan
Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, Malang, 2012, h. 17-18 4Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
hal. 13–14. 5Hardijan Rusli. Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?. Law
Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Volume V No. 3 Tahun
2006. hlm. 50.
13
deskriptif.6 Digunakan pendekatan kualitatif oleh penulis
bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti.7
Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menarik azas-
azas hukum (rechsbeginselen)yang dapat dilakukan terhadap
hukum positif tertulis maupun hukum positif tidak tertulis.8
Penyusunan Naskah Akademik untuk Rancangan Perda
tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB) pada hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan socio legal research. Melalui pendekatan ini,
pengkajian hukum ditujukan terhadap dua obyek, yaitu obyek
legal yang berupa peraturan perundang-undangan dan/atau
kebijakan dan obyek realitas sosial yang berupa kebutuhan dan
aspirasi masyarakat akan peraturan daerah terkait Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB) di
Provinsi Bali.
6Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.
hlm. 32.
7Ibid. 8Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta :
Universitas Indonesia. hlm. 252.
14
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
Sebelum memahami kalimat Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), penulis
uraikan terlebih dahulu pengertian kata per kata didahului
dengan membahas Pengumpulan Uang dan Barang (PUB)
kemudian selanjutnya dibahas mengenai Undian Gratis Berhadiah
( UGB).
Arti kata Pengumpulan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah Nomina (kata benda) proses, cara,
perbuatan mengumpulkan; perhimpunan; pengerahan. Sedangkan
Uang dalam KBBI adalah alat tukar atau standar pengukur nilai
(kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu
negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak
dengan bentuk dan gambar tertentu. Arti kata Barang menurut
KBBI adalah benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau
berjasad). Pasal 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang / Barang ( PUB),
dijelaskan bahwa; yang diartikan dengan pengumpulan uang atau
barang dalam undang-undang ini ialah setiap usaha mendapatkan
15
uang atau barang untuk pembangunan dalam bidang
kesejahteraan sosial, mental/agama/kerokhanian, kejasmanian
dan bidang kebudayaan.
Pengertian kata perkata dari Undian Gratis Berhadiah,
teridiri dari Undian, menurut KBBI sesuatu yang diundi; lotre;
berhadiah undian yang ada hadiahnya; lotre berhadiah.
Sedangkan Gratis menurut KBBI; cuma-cuma (tidak dipungut
bayaran). Kata Berhadiah menurut KBBI dijelaskan bahwa; ada
hadiahnya; disediakan hadiah.
Pengertian secara umum merujuk pada petunjuk teknis
tentang Undian Gratis Berhadiah adalah:9
a. Undian adalah tiap-tiap kesempatan yang diadakan oleh
suatu badan untuk mereka yang setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh
hadiah berupa uang atau benda yang akan diberikan
kepada peserta-peserta yang ditunjuk sebagai pemenang
dengan jalan undi atau dengan lain cara menentukan
untung yang tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh
peserta sendiri.10
9 Lihat Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah ( UGB)
Dan Pengumpulan Uang / Barang (PUB), Dinas Sosial Provinsi Bali, Hlm. 3. 10 Bab I angka 1 Ketentuan Umum Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 13/HUK/2005 tentang Izin Undian.
16
b. Undian Gratis adalah suatu undian yang diselenggarakan
secara Cuma-Cuma dan digabungkan / dikaitkan dengan
perbuatan lain.
c. Perbuatan lain adalah suatu kegiatan permainan atau
penjualan barang/jasa yang dijadikan sebagai syarat
utama untuk mengikuti undian yang bentuk kegiatannya
berupa promosi langsung atau promosi tidak langsung.
d. Undian Gratis Berhadiah Langsung (UGBL) adalah suatu
undian yang penentuan pemenangnya dilakukan secara
langsung dan pemenangnya dapat mengetahui langsung
hadiah yang dimenangkannya , misalnya dengan kupon,
lintingan/ gosok/ kerik.
e. Undian Gratis Berhadiah Tidak Langsung ( UGBTL)
adalah suatu undian yang penentuan pemenangnya
dilakukan dengan cara diundi pada waktu tertentu
setelah berakhirnya masa penyelenggaraan undian,
misalnya dengan mengundi amplop, kartu pos dan
kupon.
B. Praktik Empiris
Peraturan yang ada dan diberlakukan dalam bidang
Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB) sebenarnya sudah cukup, hanya masalahnya
17
ada pada pelaksanaan/penegakan hukum yang belum konsisten
serta perlunya perubahan peraturan perundang-undangan
mengingat UU nya sudah cukup lama diterbitkan sehingga kurang
mengikuti perkembangan dan perubahan social dalam masyarakat
terkait Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB). Pemerintah sepertinya kurang serius untuk law
making process menjadi produk hukum serta menegakkan hukum
dan melakukan revisi peraturan yang terkait. Oleh karena itu,
perlu dilakukan rekonstruksi peraturan perundang-undangan
tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB) .
18
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Guna menciptakan keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat, melalui pemerintah perlu sekiranya melakukan
pengawasan dengan membuat suatu Peraturan Daerah untuk
pelaksanaan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian
Gratis Berhadiah (UGB).
Kemajuan zaman yang diiringi kemajuan teknologi sangat
berpengaruh besar terhadap pola pikir dan pranata sosial
masyarakat. Paradigma masyarakat yang dahulu cenderung
komunal dan sangat minim akan pengetahuan, seiring dengan
kemajuan disegala bidang lama kelamaan tergerus secara
perlahan menjadi paradigma yang cenderung “brutal”. Bahkan hal
itu dengan sangat cepat menyebar keseluruh elemen masyarakat,
sehingga dampak dari kemajuan itu tidak bisa terkontrol dengan
baik karena meleset dari prediksi sebelumnya.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan itu, maka perlu adanya pembenahan dalam pranata
sosial dan pranata hukum yang mampu mengimbanginya.
Perubahan-perubahan itu tidak serta-merta terjadi begitu saja
19
dalam tempo yang singkat, melainkan secara bertahap dan butuh
proses waktu yang lama, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Dalam hal ekonomi, pengaruh revolusi industri juga sangat
dirasakan di seluruh penjuru tanah air, bahkan pelosok negeri.
Adanya kebijakan paket ekonomi, otonomi daerah, investasi, dan
program-program lain dari pemerintah pusat ataupun daerah
sangat memaksa untuk dibuatnya tata peraturan yang mampu
mengayomi kepentingan bersama.
Kedudukan Perda yang lain terhadap dibentuknya
rancangan Perda ini, perlu disinkronkan agar tidak terjadi
tumpang tindih peraturan, dan bahkan menjadi norma yang saling
bertentangan, sehingga kepastian hukum yang tadinya ada
menjadi sebuah kekaburan hukum. Meskipun ada asas Lex
posterior derogat legi priori yang menyatakan bahwa hukum yang
terbaru (posterior) mengesampingkan hukum yang lama (prior)
dalam tingkatan yang sama. Bukanlah sebagai alasan untuk
membuat norma Perda yang baru bertentangan dengan Perda yang
lama, apabila norma tersebut masih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan masih berlaku.
Namun, apabila norma tersebut bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi wajib lah di hapus dengan Perda terbaru ini,
dengan menyisipkan di salah satu norma pasal pada ketentuan
peralihan.
20
Tabel : 2 Keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang
lain
Undang-
Undang No.22
Tahun 1954
Undang-
Undang No.11
Tahun 2009
Undang-
Undang No.9 Tahun 1961
Peraturan
Menteri Sosial No.
14A/HUK/2006
Undang-
Undang No.23
Tahun 2014
Penyelengga
raan Undian Gratis
Berhadiah
(UGB) dilandasi
oleh
Undang-Undang
Nomor 22
Tahun 1954 tentang
undian yang
pada
hakikatnya merupakan
suatu upaya
dalam rangka
penyelengga
raan kesejahteran
social
Pasal 28
Wewenang pemerintah
provinsi
dalam penyelenggara
an
kesejahteraan sosial
meliputi:
a. penetapan kebijakan
penyelenggara
an
kesejahteraan sosial yang
bersifat lintas
kabupaten/kota selaras
dengan
kebijakan pembangunan
nasional di
bidang kesejahteraan
sosial;
b. penetapan
kebijakan kerja sama
dalam
penyelenggaraan
Pasal 4
(1) Pejabat yang berwenang
memberikan izin
pengumpulan uang atau
barang ialah:
a. Menteri Kesejahteraan
Sosial, …….
b.Gubernur, kepala
Daerah
tingkat I,
setelah mendengar
pendapat
Panitia Pertimbangan
yang
diangkat olehnya dan
terdiri dari
sekurang-kurangnya 5
orang
anggota,
apabila pengumpulan
itu
diselenggarakan di dalam
seluruh
wilayahnya yang
melampui
suatu daerah tingkat II
dalam wilayah
daerah
tingkat I yang bersangkutan
Pasal 10
Permohonan izin
penyelenggaraa
n undian diajukan
kepada Menteri
Sosial secara tcrtulis diatas
kertas
bermaterai cukup dengan
dilampirkan :
a. syarat-syarat
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal8;
b. rekomendasi dari Pemerintah
Daerah Propinsi
setempat melalui Dinas
Sosial
Propinsi
a.Penerbit
an izin pengum
pulan
sumbangan
lintas
Daerah kabupat
en/kota
dalam 1 (satu)
Daerah
provinsi
b. Pemberda
yaan
potensi sumber
kesejah
teraan sosial
provinsi
21
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Pemikiran akan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
merupakan aktualisasi dari teori Keberlakun Hukum (Gelding
Theory). Teori ini didasari pada pemahaman bahwa perundang-
undangan yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu
syarat filosofis, sosiologis dan yuridis. Implementasi dari teori
keberlakuan hukum ini, telah menjadi bagian dari salah satu asas
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang
diatur dalam Pasal 5 huruf d Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik,
yaitu asas dapat dilaksanakan.
Lebih lanjut beberapa asas lainnya yang diatur di dalam
Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan wajib mendasarkan pada :
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat c. Kesesuaian antara jenis,hirarkhi dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
f. Kejelasan rumusan g. Keterbukaan
Disamping asas-asas tersebut dalam Pasal 5, asas lainnya
yang juga harus terkandung pada peraturan perundang-undangan
22
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah :
a. Pengayoman b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan d. Kekeluargaan e. Kenusantaraan
f. Bhineka Tunggal Ika g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan i. Ketertiban dan Kepastian hukum dan/:
j. Keseimbangan,Keserasian dan keselarasan
Untuk mewujudkan materi muatan peraturan perundangan
di atas diperlukan dasar untuk menjadi pijakan tentang
dibentuknya sebuah peraturan perundangan. Asas-asas peraturan
perundangan di atas memberikan pemahaman bahwa setiap
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis,
maupun yuridis.
4.1 Landasan Filosofis
Joeniarto11, mengatakan nilai filosofis, suatu peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan nilai keadilan dan
kepastian. Disamping itu syarat filosofis berkaitan dengan cita
hukum “rechtsidee”. Esensi dari landasan filosofis ini juga dapat
11 Joeniarto, 1980, Selayang Pandang Tentang Sumber Sumber Hukum
Tata Negara Di Indonesia, Yogyakarta, Liberty, Jogyakarta, cet II, h.15.
23
ditemukan pada eksistensi Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang
menentukan “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum
negara. Hal ini dimaksudkan dengan adanya kebijakan semacam
itu, maka kehendak the founding fathers kita yang termaktub
dalam pembukaan bisa terwujud.
Adapun tujuan dari the founding fathers dalam membentuk
negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Upaya perlindungan dan
pemberdayaan petani merupakan wujud dari melindungi segenap
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Dengan demikian
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasar setiap orang dalam
rangka melindungi dan mensejahterakan kehidupan masyarakat,
pemerintah daerah wajib melakukan upaya perlindungan dan
pemberdayaan petani
24
4.2 Landasan Sosiologis
Berkaitan dengan syarat sosiologis, Robert Seidman dan
Ann Seidman,12 mengatakan kelemahan utama dalam suatu
peraturan perundang-undangan dewasa ini yaitu kegagalannya
mengungkap dengan jelas hubungan sebab akibat antara Undang-
Undang (norma-norma hukum) dengan kenyataan sosial dan
pembangunan. Dengan demikian syarat ini menekankan pada
adanya relasi antara kebijakan yang dibuat dan kenyataan di
masyarakat.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik IndonesiaTahun 1945 itu, Pemerintah mempunyai
kewajiban melaksanakan kebijakan untuk menciptakan lapangan
kerja dan meningkatkan jumlah usaha yang dapat membantu
masyarakat dalam menciptakan pekerjaan sendiri.
Proses penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
(Ranperda) tentang ranperda wajib memberikan keikutsertaan
masyarakat melalui partisipasi masyaraka. Roscoe Pound
mengemukakan pada fungsi hukum sebagai alat untuk merubah
masyarakat (law as atool of social engineering), menyatakan bahwa
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
12 Ann Seidman, Robert Seidman, 2002, Penyusunan RUU Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Penyunting, Yohanes Usfunan cs.,
Elips, Jakarta, h.30.
25
hidup di dalam masyarakat13. Pemikiran ini diawali oleh penelitian
untuk memberikan dasar ilmiah pada proses penentuan hukum
(legal policy making).
Secara faktual sektor pertanian selama ini dirugikan akibat
perubahan iklim, hama, dan sistem pasar yang tidak berpihak
kepada Petani serta masih minimnya pengetahuan petani dalam
penyelenggaraan pertanian. Dengan demikian diperlukan
pengaturan peraturan daerah tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani.
4.3 Landasan Yuridis
Persyaratan yuridis “juridische gelding” sangat penting
dalam pembuatan Undang-undang. Menurut, Bagir Manan14 hal-
hal penting yang harus diperhatikan :
Pertama, keharusan adanya pemberian wewenang dari
pembuat peraturan perundang-undangan. Setiap
peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
badan atau pejabat yang berwenang. Kalau tidak
peraturan perundang-undangan itu batal demi hukum
“van rechtwegeneitig”. Dianggap tidak pernah ada dan
segala akibatnya batal secara hukum.
Kedua, keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis
peraturan perundangundangan dengan materi yang
diatur, terutama kalau diperintahkan oleh perundang-
undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat.
13 Lili Rasjidi & Arief Sidharta ( 1988), Filsafat Hukum – Mashab dan Refleksinya, PT Remaja Rosda Karya, Bandung,h.8
14 Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar Perundangan Di Indonesia, Indo Hill,
Co. Jakarta, h.152.
26
Ketiga, keharusan mengikuti tata cara tertentu. Apabila tata
cara tersebut tidak diikuti, peraturan perundang-
undangan mungkin batal demi hukum. Misalnya
keharusan Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala
Daerah dengan persetujuan DPRD.
Keempat, keharusan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Dengan demikian dalam Pembentukan Rancangan
Peraturan Daerah ini, maka harus menyesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Berdasarkan
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, adapun yang
menjadi hirarki Peraturan perundang-undangan adalah Undang-
Undang Dasar, TAP MPR, Undang-Undang/Perppu, PP, Perpres,
Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.
Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten BADUNG maka
harus didasarkan pada aturan yang lebih tinggi. Untuk
mewujudkan tujuan hukum yang baik juga, diperlukan
penyesuaian dengan asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan dan asas materi muatan peraturan
perundang-undangan yang telah diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
27
tentang Pemerintahan Daerah menentukan bahwa DPRD
kabupaten/kota mempunyai tugas dan wewenang untuk
membentuk Perda kabupaten/kota bersama-sama dengan
bupati/wali kota berdasarkan ketentuan Pasal 154 ayat (1) butir a.
Ketentuan tersebut dapat menjadi rujukan untuk DPRD
membentuk Perda.
Disamping itu, Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan; Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani; Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
juga menjadi rujuan dalam rangka menjamin kepastian hukum.
a.Landasan Filosofis
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas maka landasan
filosofis dalam membuat peraturan daerah tentang Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB)
sebagai upaya dalam menyelenggarakan usaha keejahteraan social
28
dan melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan PUB dan UGB.
Keinginan pemerintah dalam menertibkan sekaligus
mengawasi serta memperhatikan Pengumpulan Uang dan Barang
(PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), haruslah diatur
dengan sebuah peraturan yang mengatur agar tidak terjadinya
kecurangan dengan alasan sengaja maupun ketidaktahuan.
Jaminan supaya pengusaha undian menepati janji-janjinya
terhadap peserta undian; Jaminan agar uang yang didapat dengan
mengadakan undian itu, dipakai sesuai maksud dan tujuan
penyelenggaraan yang telah ditetapkan; Mencegah banyaknya
surat-surat/pengumuman undian di masyarakat yang
menimbulkan keburukan/keresahan sosial. Begitu pula halnya
masyarakat dituntut untuk lebih selektif dan berhati-hati,
semuanya bermuara pada tugas Pemerintah sebagai lembaga yang
mengatur dan menghendaki masyarakat untuk tunduk kepada
apa yang diinginkannya, untuk kebahagiaan bersama.
B.Landasan Sosiologis
Bahwa kehidupan di dalam masyarakat sebetulnya
berpedoman pada suatu aturan yang oleh sebagian besar
masyarakat dipatuhi dan ditaati karena merupakan pegangan
baginya. Hubungan antar manusia serta antara manusia dan
29
masyarakat atau kelompoknya diatur oleh serangkaian nilai-nilai
dan kaidah dan perikelakuannya lama kelamaan melembaga
menjadi adat istiadat. Jadi sejak dilahirkan di dunia ini manusia
telah mulai sadar bahwa dia merupakan bagian dari kesatuan
manusia yang lebih besar dan lebih luas lagi dan bahwa kesatuan
manusia tadi memiliki kebudayaan. Selain itu, manusia
sebetulnya telah mengetahui bahwa kehidupan mereka dalam
masyarakat pada hakikatnya terikat oleh bermacam-macam, nilai
dan etika. Dengan demikian, seorang awam secara tidak sadar dan
dalam batas-batas tertentu dapat mengetahui apa yang
sebenarnya menjadi objek atau ruang lingkup dari sosiologi.
Meningkatkan penyelenggaraan kesejahteraan social oleh
masyarakat dan meningkatkan ketertiban penyelenggaraan
berdasarkan ketentuan yang berlaku diatur oleh peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan memberi kesempatan baginya
untuk menuntut dilaksanakan hak-hak yang dimilikinya dan
yakin ada aturan-aturan dan pola-pola yang mengatur interaksi
sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Analisa di pusatkan pada
struktur sosial, proses-proses sosial, perubahan sosial dan budaya
dalam masyarakat. Penelitian terhadap efek suatu peraturan
perundang-undangan di dalam masyarakat merupakan salah satu
usaha untuk mengetahui apakah peraturan tersebut berfungsi
atau tidak. Suatu peraturan perundang-undangan yang dikatakan
30
baik, belum cukup apabila hanya memenuhi persyaratan-
persyaratan filosofis dan yuridis saja, karena secara sosiologis
peraturan tadi juga harus berlaku. Hal ini bukan berarti setiap
peraturan perundang-undangan harus segera diganti apabila ada
gejala bahwa peraturan tadi tidak hidup. Peraturan perundang-
undangan tersebut harus diberi waktu agar meresap dalam diri
masyarakat. Apabila sering terjadi pelanggaran-pelanggaran
(tertentu) terhadap suatu peraturan perundang-undangan, maka
hal itu belum tentu berarti peraturan tersebut secara sosiologis
tidak berlaku dalam masyarakat.
Dalam perspektif landasan sosiologi kenyataannya
bermanfaat dalam hal:
1. Berguna untuk memberi kemampuan-kemampuan bagi
pemahaman terhadap peraturan daerah dalam konteks
sosial.
2. Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan
kemampuan-kemampuan untuk mengadakan analisis
terhadap efektivitas peraturan daerah dalam masyarakat
baik sebagai sarana pengendali sosial, sarana untuk
mengubah masyarakat dan sarana untuk mengatur
interaksi sosial agar mencapai keadaan sosial tertentu.
31
3. Memberikan kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan
untuk mengadakan evaluasi terhadap efektivitas peraturan
daerah dalam masyarakat.
Landasan sosiologi, setiap norma hukum yang dinyatakan
dalam peraturan daerah haruslah mencerminkan tuntutan
kebutuhan masyarakat sendiri akan norma hukum yang sesuai
dengan realitas kesadaran hukum masyarakat. Karena itu, harus
dirumuskan dengan baik pertimbangan-pertimbangan yang
bersifat empiris sehingga sesuatu gagasan normatif yang
dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan benar-benar
didasarkan atas kenyataan yang hidup dalam kesadaran hukum
masyarakat.
Orientasi pemikiran sosiologis antara lain menunjukkan
perkembangan dinamika masyarakat, dan kecenderungan
penilaiannya terhadap pengalaman empiris. Suasana masyarakat
peneliti, perekayasa dan rekayasa yang pada dasarnya
menghendaki perbaikan-perbaikan dalam proses birokrasi untuk
mendapatkan Perda yang baik, tak terkecuali membuat Perda yang
mengatur tentang PUB dan UGB.
C.Landasan Yuridis
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut
diselenggarakanlah upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
32
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan
kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah
satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 sebagai konstitusi negara
kita.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk
meningkatkan derajat kesejahteraan social dalam masyarakat
yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan
yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa, serta pembangunan nasional. Semangat UU Nomor 9
Tahun 1961 tentang PUB dan UU Nomor 22 Tahun 1954 sebagai
pedoman dasar bagi terbentuknya Perda tentang Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB).
Keberadaannya adalah dalam rangka mengakomodasi norma-
norma yang terkandung didalamnya. Yaitu :
Pengumpulan Uang dan Barang (PUB):
a. bahwa pengumpulan sumbangan untuk pembangunan
dalam bidang kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang
atau Barang (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 214,
33
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2273), merupakan salah satu
unsur penunjang usaha kesejahteraan sosial yang dilandasi oleh
jiwa kegotong royongan;
b. bahwa pengumpulan sumbangan tersebut termasuk salah
satu usaha pengerahan dan penggunaan dana bagi kegiatan
kesejahteraan sosial di dalam masyarakat, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 53);
c. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan
yang menyangkut pengerahan dan penggunaan dana bagi
kesejahteraan sosial di dalam masyarakat.
Undian Gratis Berhadiah (UGB):
a. Terhimpunnya dana Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)
yang diperuntukkan bagi upaya peningkatan
kesejahteraan sosial.
b. Terselenggaranya undian gratis berhadiah secara tertib
dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
c. Terhimpunnya pajak atas hadiah sebagai kontribusi
negara.
d. Terlindunginya masyarakat dari dampak penipuan
berkedok UGB
34
Landasan yuridis dalam perumusan setiap peraturan
perundang-undangan haruslah ditempatkan pada bagian
Konsideran “Mengingat”. Dalam konsideran mengingat ini disusun
secara rinci dan tepat ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan
pasal dan ayat atau bagian tertentu harus ditentukan dan
peraturan perundang-undangan yang setara yang dijadikan
rujukan dalam membentuk Perda yang bersangkutan, yang harus
jelas disebutkan nomornya, judulnya, dan demikian pula dengan
nomor dan tahun Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran
Negara.
35
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
A. Jangkauan
5.1 Arah dan Jangkauan Pengaturan
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang
lingkup materi muatan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum
menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang
akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.Materi didasarkan
pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya.
Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
isi sesuai dengan materi muatan Arah dari pengaturan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Pengumpulan Uang dan Barang (PUB)
dan Undian Gratis Berhadiah (UGB) adalah memberikan dasar
pengaturan terkait dengan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB)
dan Undian Gratis Berhadiah (UGB).
5.2 Ruang Lingkup Materi Muatan
Secara umum, materi muatan yang akan dirumuskan dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), terdiri dari :
36
BAB MATERI MUATAN
I KETENTUAN UMUM
II IZIN PENGUMPULAN UANG DAN/ABARANG
III PENGUMPULAN UANG DAN BARANG
IV UNDIAN GRATIS BERHADIAH (UGB
V KEWAJIBAN PEMEGANG IJIN
VI BIAYA ADMINISTRASI
VII PENGAWASAN
VIII PEMBIAYAAN
IX PENGAWASAN
X SANKSI ADMINSTRASI
XI KETENTUAN PENYIDIKAN
XII KETENTUAN PIDANA
XIII KETENTUAN PENUTUP
37
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat
ditarik kesimpulan
Pertama, bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Bali memiliki
kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang Pengumpulan
Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB),
Kedua kewenangan tentang pembentukan Peraturan Daerah
tentang rumah Kos berdasarkan :
a. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945
b. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655);
c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang
Undian (Lembaran Negara RI Tahun 1954 No 75,
Tambahan Lembaran Negara RI No 623)
d. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang
Pengumpulan Uang atau Barang (Lembaran Negara
Tahun 1961 Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2273);
e. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2009
38
Nomor 214, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2273);
f. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234).
g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
h. Peraturan Menteri Sosial RI No 14 A/HUK/2006
tentang Izin Undian
Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar
Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian Gratis
Berhadiah (UGB), memiliki landasan dan kepastian dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Keempatma, arah, sasaran, dan jangkauan pengaturan, dan ruang
lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk
adalah:
1. Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan
dibentuk ini adalah memberikan landasan dan kepastian
39
hukum dalam Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan
Undian Gratis Berhadiah (UGB),
2. Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah
yang akan dibentuk ini adalah Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), yang
transparan, efektif dan memiliki kepastian hukum.
3. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan
dibentuk ini adalah memberikan pedoman bagi:
a. Pemerintah Provinsi dalam memfasilitasi dalam
Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian
Gratis Berhadiah (UGB),;
b. Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dan Undian
Gratis Berhadiah (UGB), dalam menetapkan pelaksaan
Pengelolaan dan pengaturan
4. Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang
akan dibentuk Pembinaan dan Pengawasan.
B. SARAN
Penyusunan Naskah Akademik ini berikut Konsep Awal
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengumpulan Uang dan
Barang (PUB) dan Undian Gratis Berhadiah (UGB), diadakan FGD
yang melibatkan SKPD terkait maupun para pengemban kepentingan
dengan tujuan mendapat saran dan kritik menuju penyempurnaan
naskah ini. sesuai dengan asas keterbukaan dan ketentuan tentang
partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat
(4) UU Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU
40
Pemerintahan Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat dalam bentuk
kegiatan :
a. konsultasi publik;
b. musyawarah; c. kemitraan;
d. penyampaian aspirasi; e. pengawasan; dan/atau
f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
41
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Joeniarto, 1980, Selayang Pandang Tentang Sumber Sumber Hukum Tata Negara Di Indonesia, Yogyakarta, Liberty, Jogyakarta, cet II
Wija Atmaja, Diadaptasi dari Gede Marhaendra “Politik Pluralisme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,
Malang, 2012. Manan,Bagir 1992, Dasar-Dasar Perundangan Di Indonesia, Indo
Hill, Co. Jakarta, h.152. Rasjidi Lili & Arief Sidharta ( 1988), Filsafat Hukum – Mashab dan
Refleksinya, PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Rusli.Hardijan Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?.
Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Volume V No. 3 Tahun 2006.
Seidman Ann, Robert Seidman, 2002, Penyusunan RUU Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Penyunting, Yohanes Usfunan cs., Elips, Jakarta.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada Soekanto.Soerjono 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI
Press. Soekanto. Soerjono 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta :
Universitas Indonesia.
PERATAURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958
42
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655);
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian (Lembaran
Negara RI Tahun 1954 No 75, Tambahan Lembaran Negara
RI No 623).
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang
atau Barang (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 214,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2273);
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 214,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2273);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 ,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
Peraturan Menteri Sosial RI No 14 A/HUK/2006 tentang Izin
Undian
43
DAFTAR PUSTAKA
UU No 28 Tahun 2004 tentang Yayasan
UU No 24 Tahun 2007 tenteng PenanggulanganBencana
UU No 11Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
UU No 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin
Peraturan Pemerintah RI No 29 Tahun 1980 Tentang
Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan
Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan
Soial Bagi Fakir Miskin
Keputusan Menteri Sosial RI No 1/ HUK/1995 tentang
Pengumpulan Sumbangan untuk Korban Bencana
Keputusan Menteri Sosial RI No 84/HUK/1997 Tentang
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial bagi Keluarga
Miskin
Keputusan Menteri Sosial RI No 56/HUK/1996 tentang
Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarakat
44
Peraturan Menteri Sosial No 86/HUK//2010 tentang
Organisasi Tata Kerja Kementrian Sosial
ketentuan UGB:
UU No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
UU No 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
Peraturan Pemerintah No 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian
Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementrian Sosial
Peraturan Presiden No 24 Tahun 2000 tentang Kedudukan,
Tugas dan Fungsi Kementrian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementrian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No 92
Tahun 2011
Keputusan Presiden RI No 48 Tahun 1973 tentang Penertiban
Penyelenggaraan Undian
Peraturan Menteri Sosial RI No 14 A/HUK/2006 tentang Izin
Undian
Peraturan Menteri Sosial RI No 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Sosial RI
Peraturan Menteri Sosial RI No 14 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Hibah Langsug Dalam Negeri dalam Bentuk Uang
Keputusan Menteri Sosial RI No 73/HUK/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin dan Penyelenggaraan Undian Gratis
Keputsan Menteri Sosial RI No 118/HUK/2011 tentang Pemberi Kuasa Untuk Menandatangani Keputusan Menteri Sosial RI tentang Pemberian Izin Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah
dan Pengumpulan Uang atau Barang
45
Keputusan Menteri Sosial No 187/HUK/2011 tentang Penunjukan Kuasa Penggunaan Anggaran, Pejabat
Penandatanganan SPM, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran di Lingkungan Kementrian Sosial Tahun Anggaran
2012
Buku :
Hardijan Rusli. Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?. Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Volume V No. 3 Tahun 2006.
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Undian Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang/Barang (PUB), Dinas Sosial Provinsi
Bali.
Peter Mahmud Marzuki. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta :
UI Press.
46