MODEL KEPEMIMPINAN KARISMATIK
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DALAM PARTAI DEMOKRAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Eli Murtiana
1113112000038
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Partai Demokrat terbilang partai baru pada era reformasi yang berdiri pada 9
September 2001 tetapi kesuksesannya menandingi partai-partai besar di Indonesia.
Partai yang menjadi kendaraaan politik dari presiden terpilih tahun 2004 yaitu
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sekaligus presiden pertama pilihan rakyat.
Kemerosotan pamor partai-partai besar kala itu menjadi momentum partai yang
berideologikan nasionalis-religius, humanisme dan pluralisme ini hadir menjadi
alternatif pilihan masyarakat. Berbekal sosok SBY yang santun, cerdas, dan
visioner mampu memesona hati masyarakat dan dianggap memenuhi impian
masyarakat akan pemimpin ideal. Dalam internal Partai Demokrat meyakini
popularitas Partai Demokrat yaitu berkat popularitas SBY.
Teori yang digunakan penulis antara lain; Kepemimpinan, Kepemimpinan
Karismatik dan Partai Politik. Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan memperoleh data dari hasil pengumpulan data primer yaitu studi
pustaka yang berkaitan dengan teori. Sementara data sekunder diperoleh dengan
melakukan wawancara yang mendalam pada narasumber dari kalangan internal
partai yang langsung mengalami pengaruh dari model kepemimpinan karismatik
SBY dan pengamat politik yang dianggap netral.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model kepemimpinan karismatik
SBY di Partai Demokrat adalah kepemimpinan demokratis. Kemudian Kader
Partai Demokrat yang mengagumi dan meniru sosok SBY karena percaya akan
visinya dan terbukti saat terjadi konflik internal, kesolidan partai tetap terjaga.
Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan SBY menjadi pemimpin karismatik
di Partai Demokrat ialah SBY memiliki kualitas personal yang cerdas, pesona
fisik yang baik, berasal dari latar belakang keluarga militer, serta memiliki
prestasi kepemimpinan sebagai Jenderal Kehormatan ketika di militer dan menjadi
Presiden RI selama dua periode berturut-turut. Walaupun SBY tidak menjabat
sebagai presiden lagi, karisma SBY tetap ada melalui pemikiran dan sikap Partai
Demokrat saat ini. Akan tetapi menjadi tantangan ke depan untuk Partai Demokrat
mencari pengganti dari sosok SBY yang begitu kuat.
Kata kunci: Karismatik, SBY, Partai Demokrat.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Sempurna. Sumber ilmu dari segala ilmu. Maha Pencipta dari segala pencipta.
Maha Pengasih dari segala pengasih. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabat yang
menjadi panutan, dan pemimpin yang menjadi teladan bagi semua pengikutnya
hingga akhir zaman nanti.
Penulis menyadari jika penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ini merupaka salah satu capaian yang
penulis hasilkan selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih penulis haturkan kepada segenap sivitas akademika UIN Jakarta,
kepada Prof. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta seluruh staff dan jajarannya.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan FISIP UIN
Jakarta, beserta seluruh staff dan jajarannya. Kemudian ucapan terima kasih
selanjutnya ditujukan kepada Dr. Iding Rasyidin, M.Si selaku Kepala Program
Studi Ilmu Politik sekaligus Dosen Penasehat Akademik dan Suryani, M.Si selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Politik.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada A.
Bakir Ihsan, M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu
iii
untuk memberikan arahan dan bimbingan terhadap penulisan skripsi ini. Juga
kepada Dr. Agus Nugraha, M.A yang telah memberikan kritik, masukan, dan
dorongan untuk segera menyelesaikan penulisan ini. Ucapan terima kasih kepada
seluruh dosen FISIP UIN Jakarta terutama di Program Studi Ilmu Politik, yang
tidak bisa disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada
beliau semua yang telah memberikan ilmu bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Ibu
Maryati, seorang mama sekaligus ayah, sahabat, penyemangat, pemberi obat alias
nasehat dalam tiga kali sehari, dan doa serta semangatnya dalam menghidupi
keempat orang anak seorang diri yang menyadarkan penulis untuk segera dan
harus membahagiakannya. Tak luput, terimakasih tak terhingga penulis haturkan
kepadanya, Almarhum Mamik Siswoko, ayah yang akan selalu dirindukan
keberadaan dan kasih sayangnya, Ayu Mega Sari, Retno Yulianti, Ririn Suci
Amalina, kakak dan adik yang menjadi pelengkap kebahagiaan penulis.
Kepada narasumber Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat,
Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat, serta
Djayadi Hanan, Direktur SMRC yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
ditemui dan diwawancarai oleh penulis sehingga memudahkan pengerjaan skripsi
ini.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada segenap rekan, sahabat,
adik yang sudah dianggap sebagai saudara bagi penulis: Kepada Lukman Hadi,
NFR. Jamil, Ahmad Hamdani, Riski Amalia, Enung Khoeriyah Pengurus Forum
iv
Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI), Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
INSTITUT UIN Jakarta, rekan-rekan Persma Seluruh Indonesia. Baca, Tulis,
Lawan.
Penulis sampaikan terima kasih pula untuk ilmu, semangat, motivasi,
penyejuk hati dari Dr. Tubagus Wahyudi, S.T,M.Si,MCHt,CHI, Dwi Andiani
Widiastuti, alumni, dosen, asisten dosen serta mahasiswa Angkatan 16 Kampus
Kahfi BBC Motivator School.
Kepada teman, kaka dan orang terkasih; Masayu Fitria, Nabilla Ilmidini, Nur
Azizah, Dian Pratiwi, Erika Sita Prasasti, dan rekan-rekan seangkatan Jurusan
Ilmu Politik tahun 2013, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fidikom tahun 2014, Ka Hendra, Ka Zahir, Iqbal, Oji, Suci, Ka Rega, Bowo,
Marky, dan Ikhwanuddin serta teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu per satu, yang telah memberikan masukan, dialog, pengalaman, semangat,
sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.
Sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
saran dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya
dan membalas kebaikan mereka atas bantuan yang telah diberikan. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Walaupun besar
harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi para pembaca.
Tangerang, 5 Desember 2017
Eli Murtiana
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ..............................................................1
B. Pertanyaan Masalah ..............................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................8
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................9
E. Metode Penelitian ...............................................................13
F. Sistematika Penulisan .........................................................15
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori Kepemimpinan ..........................................................17
Tipe Kepemimpinan ...........................................................19
B. Teori Kepemimpinan Karismatik .......................................20
Role Model Kepemimpinan Karismatik di Indonesia ........25
1. Soekarno.....................................................................25
2. Gus Dur ......................................................................26
3. Megawati Soekarnoputri ............................................27
C. Teori Partai Politik ..............................................................29
Mekanisme Kaderisasi Partai .............................................31
Sumber-sumber Rekrutmen ................................................32
BAB III BIOGRAFI SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
A. Karir militer Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono ...........34
1. Taruna Bergelimang Prestasi ..........................................35
2. Menempuh Pendidikan Militer Di Amerika ...................36
vi
3. Posisi SBY dan Militer Saat Orde Baru .........................37
B. Terjun ke Dunia Politik ......................................................38
1. Mantan Jenderal Jadi Menteri .........................................39
2. Momentum Kelahiran Pemimpin Baru ...........................41
3. Perang Dingin Presiden dengan Menterinya ..................43
4. Fokus Berkampanye .......................................................46
5. Hasil Gemilang di Pentas Pemilu ...................................47
6. Presiden Pertama Pilihan Rakyat ....................................50
7. Presiden Pertama Pilihan Rakyat Jilid II ........................52
BAB IV DESKRIPSI MODEL KEPEMIMPINAN KARISMATIK SUSILO
BAMBANG YUDHOYONO DI PARTAI DEMOKRAT
A. Model Kepemimpinan Karismatik SBY di Partai Demokrat ....
...............................................................................................55
B. Faktor-faktor Penyebab SBY di Partai Demokrat Dikategorikan
Sebagai Pemimpin Karismatik ...................................................67
C. Pandangan Kepemimpinan Partai Demokrat di Masa Mendatang
............................................................................................75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................81
B. Saran ....................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................84
LAMPIRAN ............................................................................................88
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Faktor Kepemimpinan Karismatik .....................................24
Tabel IV.A.1 Hasil Pemilu Anggota DPR Tahun 2004 ............................66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Tahun 2000-an terdapat fenomena yang mengegerkan sejarah perpolitikan
di Indonesia yaitu sebuah partai politik yang baru berdiri pada tahun 2001 mampu
meraih suara terbanyak urutan kelima pada keikutsertaan pemilihan umum
(Pemilu) pertamanya tahun 2004. Tidak berhenti sampai disitu, partai tersebut
mampu menghantarkan kadernya menjadi seorang Presiden Republik Indonesia
(RI). Oleh sebab itu, tak berlebihan jika disebut-sebut bahwa era 2004-2009
adalah milik Partai Demokrat.1
Partai yang berideologi nasionalis-religius, humanisme dan pluralisme ini
hadir menjawab kegelisahan masyarakat terhadap kepemimpinan di Indonesia.
Partai-partai besar yang pamornya kian merosot, perlu memunculkan wadah
politik alternatif dengan figur politik yang baru. Di tengah wacana pesimistis
tersebut, muncullah sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dianggap
memenuhi impian masyarakat akan pemimpin ideal.2
Popularitas Partai Demokrat yang mampu keluar menjadi partai kelima
pemenang Pemilu 2004 berkat popularitas SBY. Hampir semua kalangan, kader
dan pengurus Partai Demokrat sendiri meyakini, tanpa nama SBY Partai
Demokrat sulit menjadi partai papan atas Indonesia.3 Bahkan kemenangan Partai
Demokrat dan SBY berlanjut ketika memenangkan Pemilu Tahun 2009, sekaligus
1 Akbar Faisal, Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1. 2 Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 17.
3 Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 30.
2
memenangkan kontestasi Pemilu Presiden hanya dengan satu putaran saja.
Sehingga sosok SBY dinilai sangat berpengaruh dalam Partai Demokrat, dan
keberhasilan kepemimpinannya dalam memimpin RI ini membuat sosoknya
semakin mantap di tubuh partai yang lahirnya bertepatan dengan hari ulang
tahunnya yakni 9 September.
Berbicara mengenai partai politik di Indonesia, adalah alat yang paling
ampuh bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya.4 Partai sebagai
institusi yang menjadi alat untuk mendapatkan kekuasaan di suatu negara. Partai
politik, memiliki peran dalam memunculkan pemimpin yang berkualitas dan
berwawasan nasional.5 Akan tetapi, pemimpin yang berkualitas ini bukan hanya
memfokuskan diri pada kepentingan partai politik saja. Karena nantinya, ia
didapuk menjadi pemimpin nasional dan otomatis menjadi pemimpin semua
orang.
Pemimpin yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya. Perlu adanya
sebuah proses pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal yang
mampu membentuk jiwa dan karakter pemimpin. Mulai dari sistem rekrutmen,
seleksi, dan kaderisasi politik yang mengiringi proses lahirnya seorang pemimpin
yang berkualitas.6
Berkaitan dengan sistem rekrutmen, dalam seleksi diperlukan kesesuaian
antara karakteristik kandidat dengan sistem nilai dan ideologi partai politiknya.
Baiknya orang-orang yang memiliki nilai dan ideologi sama dengan partai
4 Muhammad Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang
Surut, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. 1. 5 Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi Dan Positioning Ideologi Politik Di Era
Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 71. 6 Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 71.
3
sekaligus memiliki potensi untuk berkembang patut untuk direkrut. Kemungkinan
persaingan dengan partai politik lain mungkin terjadi dalam proses
memperebutkan orang-orang terbaik ini, diharapkan orang-orang tersebut mampu
memperkuat dan mengembangkan organisasi partai politiknya.
Selain itu partai politik baiknya tidak hanya berfokus pada sistem rekrutmen
saja, perlu mengembangkan sistem pendidikan dan kaderisasi kader-kader
politiknya. Sistem pendidikan dalam kaderisasi ini penting dalam proses transfer
pengetahuan politik, tidak hanya yang berkaitan dengan partai politik itu sendiri
akan tetapi yang berkaitan dengan permasalahan bangsa dan negara. Sekaligus
memberikan keterampilan dan keahlian berpolitik juga bisa diperoleh dalam
pendidikan politik ini.
Dalam hal ini, tugas utama partai politik ialah menghasilkan calon-calon
pemimpin berkualitas untuk diadu dengan calon dari partai lain melalui
mekanisme pemilu. Calon pemimpin yang mampu menarik simpati dan perhatian
masyarakat luaslah yang merupakan aset berharga partai politik.7 Selanjutnya,
perlu memberdayakan orang-orang yang terlihat memiliki potensi dan
kemampuan dalam menarik simpati masyarakat.
Selain itu, sistem kaderisasi perlu dibarengi dengan sistem transparan yang
menjamin akses kepada semua kader yang berpotensi dalam partai politik. Bila
perlu, kader dan calon pemimpin terbiasa dalam atmosfer persaingan yang sehat
dan transparan di dalam tubuh partai politik itu sendiri. Karena, dengan sistem
7 Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 71.
4
persaingan yang terbebas dari kolusi dan nepotisme inilah kaderisasi akan dapat
melahirkan calon-calon pemimpin yang berkulitas tinggi.8
Berkaitan dengan pemimpin yang pada umumnya memiliki sifat-sifat sama
dengan yang dimiliki oleh siapa pun, tetapi memadukan sifat-sifat ini dalam suatu
sindrom kepemimpinan yang membedakannya dari orang lain.9 Perlu diingat
bahwa pemimpin harus memerhatikan sifat dan juga emosinya untuk bisa menjadi
panutan bagi orang banyak.
Selanjutnya tentang pemimpin yang bisa memikat bawahan ataupun
pengikutnya, terselip kata karisma dalam diri pemimpin. Karisma berasal dari
bahasa Yunani “charis”10
yang berarti anugerah. “Charis” merujuk kepada
kepribadian menarik seseorang umumnya mempunyai daya pikat, serta mampu
berkomunikasi. Tak heran sebagian orang menyukainya.11
Karisma dianggap
sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik yang berfungsi bagi dirinya
ditambah kemampuan luar biasa untuk membuat orang lain mau mendukung visi
bahkan mau memengaruhi orang-orang yang ada didekatnya agar ikut mendukung
visi yang sama.
Dalam hal ini berkaitan dengan Max Weber dalam buku Sosiologi Suatu
Pengantar, membagi kepemimpinan dan wewenangnya menjadi tiga yaitu
8 Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 71.
9 Zuanita Maharani Putri, “Fungsi Kepemimpinan SBY dalam Koran Tempo (Analisis
Framing Fungsi Kepemimpinan Presiden SBY dalam Koran Tempo Periode 4 Februari-3 April
2013),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
2014), h. 15. 10
Ensiklopedia Wikipedia, Karisma, https://id.wikipedia.org/wiki/Karunia, diakses pada 5
Desember 2017, pukul 8.58 WIB. 11
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009),
h. 140.
5
tradisional, rasional dan karismatik.12
Pemimpin tradisional lebih berkaitan
dengan tradisi atau ketentuan yang berlaku di masyarakat. Contohnya tradisi
seperti turun temurun atau warisan dari leluhur yaitu kerajaan.
Selanjutnya adalah pemimpin rasional di mana menjadi pemimpin
diakibatkan pada hal-hal yang bersifat rasional. Seperti hukum dan aturan-aturan
yang membuat masyarakat mengakui pemimpin tersebut. Adanya jaminan
masyarakat yang mengakui kekuasaan pemimpin dalam mengambil kebijakan.
Seperti halnya dengan presiden yang mendapatkan kekuasaan melalui Pemilu.
Kemudian pemimpin karismatik, lebih berdasar pada seseorang yang
memiliki karunia. Otomatis memiliki kekuasaan akan tetapi tidak diatur oleh
hukum yang berlaku misalnya. Orang-orang seketika mematuhi perintah
pemimpin karismatik. Namun, tidak selamanya pengaruh ini berlaku pada
masyarakat, bisa luntur dan hilang atau bahkan berlangsung lama ataupun
bertambah. Seperti di awal, itu semua berkaitan dengan sifat dari pemimpin
karismatik yang menjadi panutan ataupun kebijakan yang disukai oleh
masyarakat.
Penulis melihat adanya hal menarik dalam diri SBY bahwa di awal karir
politiknya ia mampu menjadi orang nomor satu di Indonesia hingga sepuluh tahun
atau selama dua periode berturut-turut. Dugaan ini beralasan karena sosok SBY
ketika itu menjadi begitu dicintai dan dikagumi oleh masyarakat bahkan dipercaya
mampu menjadi pemimpin nasional.
12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006),
h. 288.
6
Dalam hal tersebut yang menjadi perhatian adalah menyadari bahwa sosok
SBY merupakan pemimpin yang berkualitas dari mampu memimpin dalam krisis
dan perubahan, menghadapi tantangan dan membuat keputusan, sampai
memimpin rakyat hingga kepemimpinannya terkenal hingga di pentas dunia.
Bahwa SBY adalah sosok pemimpin yang mempunyai leadership type yang
kokoh dan memiliki kualitas mapan.
Kualitas itu bisa dilihat saat ia menjabat sebagai presiden. Dalam
menyelesaikan masalah tsunami di Aceh, ia menanganinya dengan tepat dan
cepat. Dia meninjau langsung ke lapangan saat ada bencana. Pada saat terjadi
bencana tsunami tersebut, SBY berada di Nabire, Papua yang tertimpa gempa
lebih dulu. SBY langsung terbang ke Aceh setelah mendengar berita bencana
yang meluluhlantakkan Aceh tersebut.13
Dia tidak hanya menyelesaikan persolan akibat tsunami tersebut, tetapi dia
juga menyelesaikan persoalan konflik Aceh yang telah bergolak selama berpuluh-
puluh tahun sebelum bencana tsunami. Hasilnya, Indonesia bisa berdamai dengan
kelompok Gerakan Aceh Merdeka melalui proses perundingan.14
Kelebihan SBY juga adalah kemampuannya dalam berpikir di luar
kelaziman, yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Seorang pemimpin harus
membaca keadaan untuk segera mengambil keputusan kreatif dengan
memperhitungkan segala kemungkinan masalah. SBY mampu melakukan itu pada
saat terjadi bencana tsunami. Karena parahnya keadaan Aceh akibat tsunami, dia
langsung membuat kebijakan untuk membebaskan para relawan luar negeri pergi
13
Dino Patti Djalal, Harus Bisa! Seni Memimpin a la SBY, (Indonesia: Red & White
Publishing, 2008), h. 1. 14
Djalal, Harus Bisa!, h. 19.
7
keluar masuk Aceh. Kebijakan ini disebut sebagai kebijakan ’open sky policy’,15
yang terbukti sangat membantu mempercepat proses rekonstruksi Aceh.
Berlanjut kepada pendirian Partai Demokrat yang merupakan jawaban dari
wacana akan kebutuhan wadah politik alternatif yang baru. Gagasan yang ada di
benak tokoh seperti A Yani Wahid, Vence Rumangkang16
kemudian bersambut
dengan kemunculan sosok SBY yang dianggap oleh sebagian elemen masyarakat
sebagai tokoh yang memenuhi impian masyarakat akan pemimpin ideal.
Kemudian pada saaat yang sama, SBY pribadi mempunyai kepentingan yang
sama dalam menggagas sebuah kendaraan politik yang mampu mengusung
dirinya dalam pertarungan kepemimpinan nasional pada kemudian hari.17
SBY
menyadari hal ini dari kekalahan terhormatnya pada pemilihan calon wakil
presiden dalam Sidang Istimewa MPR tahun 2001.18
Akhirnya dua kepentingan ini pun bersatu, terjadilah kesepakatan antara
sejumlah tokoh dan SBY untuk mendirikan partai baru bernama Partai Demokrat.
Dalam tahap pertama setidaknya ada sembilan orang yang terlibat. Mereka yang
tercatat sebagai tim pendiri, yakni A. Yani Wahid, Ahmed Kurnia, Adhyaksa
Dault, Bahauddin Thonti, Shirato Syafei, Irzan Tanjung, Wisnu H Krestowo,
Subur Budhisantoso (Ketua Umum I Periode 2001-2005), dan Vence
Rumangkang.19
Lalu terjaring pula nama Sys NS yang selanjutnya menggandeng
kawan-kawannya khususnya dari kalangan artis seperti Dwi Yan, Deddy Mizwar,
15
Djalal, Harus Bisa!, h. 33. 16
Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 16. 17
Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 17. 18
Partai Demokrat, Sejarah Partai Demokrat, http://www.demokrat.or.id/sejarah/, diakses
pada 28 Oktober 2016, pukul 12.28 WIB. 19
Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 20.
8
Angelina Sondakh, dan Pong Harjatmo.20
Selama hampir dua bulan, 99 nama pun
terkumpul. Alasan jumlah 99 orang ini agar ada sambungan makna dengan SBY,
yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9.21
Memunculkan sebuah pertanyaan tentang seperti apakah model dari
kepemimpinan karismatik SBY dalam Partai Demokrat? Dan faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan SBY di Partai Demokrat masuk kategori sebagai
pemimpin karismatik?. Maka penulis tertarik untuk mengetahui model dari
kepemimpinan karismatik SBY dalam Partai Demokrat dan faktor-faktor yang
membuat SBY dapat dikategorikan sebagai pemimpin karismatik.
B. Pertanyaan Masalah
1. Seperti apakah model kepemimpinan karismatik SBY di Partai Demokrat?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan SBY di Partai Demokrat masuk
kategori sebagai pemimpin karismatik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a. Untuk memberi gambaran tentang model kepemimpinan karismatik
SBY dalam Partai Demokrat.
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan SBY di
Partai Demokrat masuk kategori sebagai pemimpin karismatik.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
20
Faisal, Partai Demokrat & SBY, h. 21. 21
“Sejarah Partai Demokrat”, 28 Oktober 2016, http://www.demokrat.or.id/sejarah/.
9
1) Dengan skripsi ini akan menjadi sumber tambahan literatur dan
referensi tentang studi ilmu politik mengenai masalah kepemimpinan
terutama kepemimpinan karismatik di Indonesia.
2) Memberikan bahan rujukan dan bahan kajian untuk akademis,
mahasiswa, serta politisi dalam mengetahui permasalahan
kepemimpinan di Indonesia yang berkaitan tentang karisma dari
seorang tokoh.
3) Melatih penulis membuat karya analisis penelitian ilmiah yang
dituangkan dalam bentuk hasil tulisan.
b. Manfaat Praktis
Penulis mengharapkan sebagai karya ilmiah yang menjadi acuan dari
terciptanya praktik kepemimpinan karismatik yang terjadi di dalam partai politik.
Sehingga dapat diketahui penyebab dari seorang pemimpin begitu dihormati dan
dikagumi oleh kader partainya bahkan masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk memastikan urgensitas skripsi ini tentang kepemimpinan karismatik
SBY dalam Partai Demokrat, maka berikut dipaparkan beberapa hasil penelitian
yang memiliki keterkaitan dengan skripsi ini. Pertama penelitian dari Achmad
Zubaidi, “Kepemimpinan dalam Partai Demokrat Perspektif Politik Islam”,
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Syariah Jurusan
Siyasah Jinayah tahun 2009. Penelitian ini menjabarkan tentang kepemimpinan
Partai Demokrat dalam pandangan Islam.
10
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model kepemimpinan dalam
Partai Demokrat menganut Demokrasi Pancasila. Pada dasarnya, demokrasi
menempatkan kedaulatan di tangan rakyat. Oleh sebab itu, demokrasi yang
dipahami partai Demokrat, sebagai upaya sebesar-besarnya menghargai dan
memperjuangkan aspirasi-aspirasi rakyat yang plural ini, dalam upaya terciptanya
masyarakat adil dan makmur.
Selain itu model kepemimpinan demokrasi pancasila yang dianut Partai
Demokrat dalam praktiknya terdapat perbedaan dengan kepemimpinan dalam
sejarah pemerintahan Islam yang dipraktikkan Nabi Muhammad dan khulafa' al
rasyidin. Akan tetapi, dari tujuan dan substansinya tidak bertentangan, yaitu,
untuk memperjuangkan keadilan dan hak-hak rakyat. Sehingga persamaan dari
skripsi ini dengan penelitian tersebut adalah kepemimpinan Partai Demokrat.
Serta perbedaan skripsi ini dengan penelitian tersebut adalah kepemimpinan Partai
Demokrat yang dimaksud lebih menyoroti dasar pemikiran dan ideologi partai
sedangkan penulis membahas kepemimpinan Partai Demokrat menyangkut
seorang tokoh atau pemimpinnya.
Kedua adalah penelitian dari Sandi Lasmana, “Pemikiran dan Peran Politik
SBY dalam memantapkan demokrasi di Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP), Jurusan Ilmu Politik tahun
2016 yang memaparkan tentang pemikiran politik SBY semasa menjadi Presiden
RI. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah SBY menerapkan
konsep self power yang lebih mengutamakan dialog dan rekonsiliasi untuk semua
pihak didalamnya. Dialog dan rekonsiliasi membuka jalan yang efektif bagi
11
perdamaian dalam penyelesaian konflik. Membangun dialog antara umat
beragama dan antar keyakinan bertujuan untuk mendorong para pemuka agama
dan kaum akademis untuk mengambil posisi terdepan dalam mendorong
perdamaian dan keadilan menuju demokrasi di Indonesia.
Bahwa persamaan dari skripsi dengan penelitian tersebut adalah praktik
kepemimpinan SBY. Akan tetapi terdapat perbedaan dari skripsi ini dengan
penelitian penulis yang membahas praktik kepemimpinan SBY di Partai
Demokrat.
Ketiga, penelitian dari Eko Dwi Satriyono, “Demokratisasi dalam Partai
Demokrat, Studi Kasus tentang Keterpilihan Anas Urbaningrum sebagai Ketua
Umum dalam Kongres Ke ll Partai Demokrat 2010”, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, FISIP, Jurusan Ilmu Politik tahun 2011. Penelitian ini menjelaskan
tentang besarnya pengaruh ketokohan di tubuh Partai Demokrat.
Berdasarkan penelitian ini bahwa Partai Demokrat harus meregenerasi
kepemimpinan sehingga siap dalam perpolitikan nasional dan tidak harus
bergantung terhadap sosok SBY yang tidak akan bisa lagi mencalonkan diri
sebagai Presiden RI. Partai Demokrat harus bersikap mandiri dan harus
menghindari sistem politik dinasti. Persamaan dari skripsi ini dengan penelitian
tersebut adalah suksesi kepemimpinan di tubuh Partai Demokrat. Serta perbedaan
skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan penulis lebih kepada kepemimpinan
spesifik dari SBY dalam Partai Demokrat.
Keempat, penelitian dari Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik: Studi
Tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarno Putri dalam Partai Demokrasi
12
Indonesia Perjuangan (PDIP)”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, FISIP, Jurusan
Ilmu Politik tahun 2011, yang menjabarkan tentang perbandingan kepemimpinan
karismatik yang ada di PDIP yaitu Megawati Soekarno Putri.
Penelitian ini menjabarkan bahwa Megawati Soekarnoputri merupakan
pemimpin yang karismatik, bukan karena faktor keturunan semata tetapi juga
karena kepribadiannya yang teguh dalam berprinsip. Sampai ia berada pada posisi
puncak kekuasaan yang menahkodai sebuah partai, ia tetap mempunyai karakter
yang teguh berpendirian. Hal ini dibuktikan ketika Megawati memproklamirkan
partainya memilih jalan sebagai oposisi terhadap pemerintah.
Para kader dan simpatisan sangat nyaman di bawah kepemimpinan
karismatiknya, dengan sikap keibuannya, Megawati selalu berusaha mengayomi
bawahannya. Ia selalu berusaha menjaga kekompakan dalam partai dan terbukti
hingga kongres, PDIP menjadi partai yang cukup solid. Karena itu dari kongres ke
kongres, posisi Megawati sebagai ketua umum tak tergoyahkan dan selalu
menjadi yang terkuat. Bahkan adanya kongres partai hanya menjadi semacam
seremonial pengukuhan kembali posisinya itu. Figur Megawati masih belum
tergantikan dalam partai, karena menurut penuturan beberapa pengurus partai
sosoknya masih menjadi magnet penarik massa. Persamaan dari skripsi ini adalah
kepemimpinan karismatik di partai politik. Akan tetapi perbedaannya skripsi ini
dengan penelitian penulis adalah Kepemimpinan Karismatik Megawati
Soekarnoputri di PDIP sedangkan penulis membahas Kepemimpinan Karismatik
SBY dalam Partai Demokrat.
13
Kelima, penelitian dari Zuanita Maharani Putri, “Fungsi Kepemimpinan
SBY dalam Koran Tempo (Analisis Framing Fungsi Kepemimpinan Presiden
SBY dalam Koran Tempo Periode 4 Februari-3 April 2013),” Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, FISIP tahun 2014. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Koran
Tempo tidak pro, kontra, atau netral terhadap setiap langkah SBY tetapi
memposisikan dirinya sebagai pengkritik.
Fungsi kepemimpinan SBY pada periode 4 Februari-3 April 2013 yang
berbarengan dengan kisruh Partai Demokrat menjadi sorotan Koran Tempo
sebagai media yang mengkiblatkan kepentingan publik dan Indonesia yang lebih
baik dalam setiap pemberitaannya. Kesamaan dari skripsi ini adalah
penggambaran kepemimpinan SBY. Tetapi perbedaannya dengan penelitian yang
dilakukan penulis ialah penggambaran kepemimpinan SBY dalam Partai
Demokrat.
Setelah penjabaran dari lima penelitian di atas bahwa sosok SBY sangat
patut untuk diteliti baik dari sikap politik, peran politik, komunikasi politik dan
sebagainya baik itu di tubuh partai ataupun kepemimpinan di Indonesia.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat analisis
deskriptif dengan cara menelaah beberapa pustaka (library research) secara
historis, artinya melalui metode ini penulis mencoba untuk menguji dan
menganalisis secara kritis mengenai kepemimpinan SBY dalam Partai Demokrat.
14
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan mencakup studi pustaka dan
wawacara atau interview. Dalam studi pustaka, pengumpulan data dilakukan
dengan mengambil data-data yang mendukung atau berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Serta data tersebut bersumber dari media cetak maupun elektronik,
seperti jurnal, buku, artikel, skripsi dan sumber-sumber media elektronik lainnya.
Sedangkan dalam wawancara atau interview, pengumpulan datanya dilakukan
dengan melakukan wawancara dari kalangan internal Partai Demokrat yaitu Faisal
Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat dan Jemmy Setiawan, Kepala
Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat serta pengamat politik Djayadi
Hanan, Direktur SMRC.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data diperoleh dari beberapa dokumen yang telah didapatkan oleh
peneliti. Selain itu terdapat pula hasil dari observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti. Kemudian data tersebut akan dikelompokkan terlebih
dahulu menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
berupa berbagai tulisan ilmiah dari perpustakaan. Selain itu penulis memanfaatkan
sumber internet sebagai fasilitas penunjang yang memudahkan mencari beberapa
data tambahan yang dibutuhkan. Kemudian data sekunder diperoleh melalui riset
lapangan yaitu dengan mewawancarai anggota Partai Demokrat dan seorang
pengamat politik.
4. Teknik Analisis Data
15
Teknik dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik. Proses analisis data dimulai dengan
membaca, mempelajari, dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber. Kemudian data yang diperoleh tersebut disusun dan dikategorikan
berdasarkan teori-teori yang dipilih dalam penelitian ini yaitu teori kepemimpinan
karismatik dan teori partai politik. Sehingga diharapkan dapat mengeksplorasi dan
menjelaskan fenomena kepemimpinan karismatik di dalam tubuh Partai
Demokrat.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini peneliti menyusun pembahasan menjadi beberapa
bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pada bab ini penulis menerangkan permasalahan yang melatar
belakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan dan manfaat, tinjauan
pustaka, dan ulasan teori yang terkait dalam penelitian model kepemimpinan
karismatik SBY dalam Partai Demokrat.
Bab II: Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendasari
penelitian ini, seperti teori kepemimpinan karismatik dan teori partai politik.
Keduanya dijadikan alat analisis untuk menjawab pertanyaan masalah dari
penelitian ini.
Bab III: Pada bab ini dipaparkan mengenai biografi SBY, sebagai tokoh
yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Biografi tersebut meliputi pemikiran dan
perjalanan politiknya, termasuk kiprahnya mulai dari masa pemerintahan Gus Dur
sampai ia mampu terpilih menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.
16
Selanjutnya, penulis memaparkan kesuksesan SBY sebagai pemenang dalam
Pemilihan Presiden pada 20 September 2004, hingga memenangkan Pemilihan
Presiden kedua kalinya pada tahun 2009. Adapun, kepemimpinan SBY sebagai
kepala negara juga menjadi bagian dari pemaparan dalam bab ini.
Bab IV: Pada bab ini merupakan pembahasan inti dari pertanyaan penelitian
ini. Penulis menyajikan temuan-temuan penelitian yang didapat dari beberapa
sumber data, yaitu berupa dokumen serta wawancara yang menjadi dasar analisis
model kepemimpinan karismatik SBY dalam Partai Demokrat dan faktor-faktor
apa saja yang membuat SBY di Partai Demokrat dapat dikategorikan sebagai
pemimpin karismatik.
Bab V: Pada bab ini peneliti berusaha untuk menyimpulkan pembahasan
mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan praktik
kepemimpinan karismatik SBY dalam Partai Demokrat. Mengkategorikan SBY
sebagai pemimpin karismatik dari beberapa faktor yaitu memiliki kualitas
personal yang cerdas, pesona fisik yang baik, berasal dari latar belakang keluarga
militer, serta memiliki prestasi kepemimpinan sebagai Presiden RI selama dua
periode berturut-turut. Selanjutnya di bab penutup ini terdapat pula saran dan
kritik bagi para pembaca.
17
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Kepemimpinan
Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan
seseorang dalam memimpin, membimbing, memengaruhi atau mengontrol,
pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain.1
Kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi dan melakukan
interaksi saling memengaruhi dengan para pengikutnya untuk merealisasi visi.2
Dalam hal ini proses yaitu terdapat pemimpin, pengikut, visi kemudian adanya
interaksi antara pemimpin dengan para pengikut yang saling memengaruhi
kemudian terdapat upaya untuk merealisasi visi tersebut.
Kemudian inti daripada kepemimpinan adalah adanya pemimpin. Menjadi
pemimpin, seseorang harus mempunyai visi mengenai sistem yang dipimpinnya.3
Visi inilah yang digunakan untuk memandu keputusan dan tindakan yang
diperlukan dalam suatu sistem. Selain itu pemimpin juga harus memiliki
kemampuan dalam memengaruhi, agar pengikut mau bergerak ke arah pencapaian
visi.4
Berefek tidaknya arahan, kebijakan yang diberlakukan tergantung cara si
pemimpin ini berkomunikasi. Akan tetapi, ini yang membedakan pemimpin
1 Zuanita Maharani Putri, “Fungsi Kepemimpinan SBY dalam Koran Tempo (Analisis
Framing Fungsi Kepemimpinan Presiden SBY dalam Koran Tempo Periode 4 Februari-3 April
2013),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
2014), h. 15 2 Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 7. 3 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 8.
4 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 8
18
dengan masyarakat biasa bahwa ia akan selalu menemukan cara ataupun ciri
untuk dipatuhi.
Pada umumnya, pemimpin memiliki sifat-sifat sama dengan yang dimiliki
oleh siapa pun, tetapi memadukan sifat-sifat ini dalam suatu sindrom
kepemimpinan yang membedakannya dari orang lain.5 Perlu diingat bahwa
pemimpin harus memerhatikan sifat dan juga emosinya untuk bisa menjadi
panutan bagi orang banyak.
Pemimpin berlaku di semua bidang yang berfungsi memberikan arahan
kepada bawahan demi mewujudkan suatu tujuan. Tujuan utama kepemimpinan
adalah merealisasi visi dari pemimpin dan pengikutnya.6 Tolak ukur keberhasilan
dari kepemimpinan dapat dilihat dari tercapainya atau tidak visi tersebut.
Sehingga pada dasarnya pemimpin merupakan orang istimewa yang ketika
dilahirkan telah membawa kualitas dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.7
Seorang pemimpin ketika dilahirkan memang sudah ditakdirkan bahwa dirinya
akan menjadi pemimpin. Selanjutnya pemimpin tersebut juga didukung dengan
sifat-sifat yang dimilikinya untuk menjadi pemimpin. Sifat dari pemimpin tersebut
bisa dibawa ketika dilahirkan ataupun diperoleh dari lingkungan bisa melalui
pendidikan ataupun pengalaman.8 Adapun poin-poin penting dalam
kepemimpinan seperti fungsi kepemimpinan, gaya kepemimpinan, tipe
kepemimpinan dan etika kepemimpinan. Poin yang akan dibahas dalam kajian
5 Putri, “Fungsi Kepemimpinan SBY”, h. 15.
6 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 8.
7 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 111.
8 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 112.
19
teori kepemimpinan untuk penelitian adalah poin tipe kepemimpinan yang
didalamnnya terdapat tipe pemimpin karismatik.
Tipe Kepemimpinan
Selanjutnya, ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan
sebagai berikut:9
1. Tipe karismatis,
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan
pembawa yang luar biasa untuk memengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai
pengikut yang sangat besar jumlahnya. Sampai sekarang pun orang tidak
mengetahui benar sebab-sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma
begitu besar.
2. Tipe paternalistis, tipe pemimpin ini menganggap bawahannya belum
matang yang artinya perlu dikembangkan. Ia bersikap bahwa dirinya serba tahu
dan paling benar sehingga membuatnya jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Tipe Militeristis, tipe pemimpin ini yang menginginkan bawahan untuk
mematuhinya secara mutlak. Menjunjung tinggi formalitas serta memberlakukan
sistem perintah. Sehingga komunikasi yang dibangun ialah komunikasi searah.
4. Tipe Otokratis/otoritatif, tipe pemimpin sebagai penguasa absolut.
Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi oleh
bawahan. Ini berarti pemimpin sama dengan pemain tunggal.
9 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal itu?,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 69.
20
5. Tipe Laisser faire, kebalikan dari tipe paternalis yang tidak memercayai
bawahan. Bahwa sang pemimpin membiarkan bawahan untuk berbuat sesuai
kehendak masing-masing. Secara praktis pemimpin tidak memimpin, ia hanya
dijadikan simbol dan biasanya pemimpin ini tidak memiliki keterampilan teknis.
6. Tipe Populistis, pemimpin ini cenderung menjunjung tinggi nilai-nilai
masyarakat tradisional. Percaya akan kemampuan sendiri dan tidak membutuhkan
bantuan orang asing. Ia mengutamakan nasionalisme dalam kepemimpinannya.
7. Tipe Administratif, pemimpin yang efektif dalam menyelenggarakan
tugas-tugas administratif.
8. Tipe demokratis (group developer), pemimpin yang secara aktif
memberikan bimbingan kepada pengikutnya. Ia percaya bahwa kekuatan suatu
kepemimpinan terletak pada partisipasi aktif dari para pengikut bukan hanya
mengandalkan kemampuan dari pemimpinnya saja.10
Berkaitan dengan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan tipe
pemimpin karismatik karena dirinya mampu menjadi Presiden Republik Indonesia
pada tahun 2004. Bisa dibilang cukup mencengangkan karena dirinya merupakan
sosok baru di dunia politik tetapi mampu memengaruhi masyarakat Indonesia
untuk percaya bahwa dirinya merupakan alternatif kepemimpinan kala itu.
B. Teori Kepemimpinan Karismatik
Dalam hal ini menurut Max Weber, kepemimpinan karismatik mempunyai
kapasitas untuk mengubah sistem sosial yang ada, para pengikut percaya bahwa ia
hadir dan memiliki kemampuan spesial. Selain itu kemunculan pemimpin
10
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, h. 69.
21
karismatik biasanya ketika terjadi krisis. Kemudian pemimpin karismatik tidak
mendasarkan kepada otoritas formal atau kekuasaan posisional, akan tetapi pada
kekuasaan personal.11
Pemimpin karismatik memiliki kekuatan atau kualitas supranatural,
supramanusia atau sekurang-kurangnya kekuatan tidak lazim yang tidak dapat
dimiliki oleh orang biasa.12
Kemampuan dan kualitasnya ini diperoleh sebagai
karunia Yang Maha Kuasa.
Pemimpin yang berkarisma cenderung menciptakan efek mitologis dan
berbagai kejadian ajaib sehingga menarik orang awam untuk mengkultuskan dan
bahkan sampai memujanya.13
Ada beberapa alasan irasional didalamnya yang
memaksa masyarakat untuk terpikat dan berkeinginan untuk memenuhi segala
permintaan pemimpin karismatik.
Akan tetapi, pemimpin karismatik memiliki ciri yang bisa diperhatikan yaitu
peka terhadap suatu masalah. Masyarakat menganggap bahwa pemimpin ini
mampu untuk menyelesaikan permasalahan di mana mereka tidak mampu untuk
menyelesaikannya. Apalagi pemimpin karismatik dipercaya selalu memiliki jalan
keluar dari suatu permasalahan yang sebagian orang akan menyerah. Ia cenderung
memahami situasi serta percaya diri sehingga mampu memengaruhi orang lain
sebaliknya ia tidak mudah terpengaruh orang lain.14
11
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 164. 12
George ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2008), h. 145. 13
Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik
Megawati Soekarno Putri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 18. 14
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009),
h. 142.
22
Pemimpin karismatik didukung kualitas seperti keterampilan komunikasi
yang kuat serta intelegensi tinggi. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.15
Selain itu perlu
ditekankan bahwa hadirnya seorang pemimpin yang berkarisma ketika orang lain
dapat menerima dan mengakuinya. Kemudian pemimpin karismatik dapat
dijadikan idola oleh masyarakat yang nantinya dijadikan contoh untuk ditiru oleh
mereka.
Menurut Stanislavski dalam buku Menjadi Pemimpin Politik karangan
Alfan Alfian, juga menyebut pentingnya perspektif. Dalam kaitan ini, ada tiga hal
penting: menyampaikan pemikiran secara runtut dan logis, perasaan yang serumit
apa pun bisa tersampaikan, dan estetika yang terjaga. Artinya, tokoh harus logis,
etis, dan estetis.16
Misalnya tokoh politik, tentu diharapkan mampu menjelaskan segala
kebijakan politik yang telah diambilnya tidak hanya secara logis, tetapi juga etis
sekaligus estetis. Logis berarti tidak asal bicara saja, tidah mudah omong saja,
pembicaraannya berisi dan jelas alur nalarnya. Etis terkait dengan simpati dan
empati yang dirasakan para pendengar. Di mana pembicara dan pendengar
mengerti apa yang sedang dibicarakan. Sedangkan estetis terkait dengan
penampilan yang tampak dari luar dan mencerminkan kesan baik dari tokoh
tersebut.
15
Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, h. 69. 16
Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, h. 142.
23
Tampaknya senada dengan Pengamat Politik Djayadi Hanan yang
menyebutkan bahwa pemimpin karismatik bisa terlihat dari kualitas personal, bisa
dibilang pesona fisiknya mumpuni yang membuat ketertarikan bagi para pengikut.
Lalu memiliki prestasi dalam hal pendidikan maupun kepemimpinan, serta pintar
berkomunikasi. Kemudian latar belakang kehidupan dari pemimpin karismatik
yang biasanya masyarakat percaya akan kualitas dari tokoh tersebut.17
Berdasarkan penjabaran definisi di atas, definisi kepemimpinan karismatik
dalam penelitian ini adalah seorang pemimpin yang memiliki pesona karena
kualitas diri yang mumpuni dalam hal kepemimpinan. Ia didukung oleh
kemampuannya yang baik dalam berkomunikasi, menjadi problem solver,
visioner, memiliki kecerdasan, keberanian, percaya diri yang tinggi, dan berasal
dari latar belakang keluarga yang baik. Pada dasarnya ia muncul pada waktu
krisis, sehingga dengan kualitas diri tersebut dapat memengaruhi orang banyak
bahkan cenderung menyukai dan mengakuinya sebagai pemimpin.
Terkait pengaruh dari kepemimpinan karismatik yang tergantung pada
pengikut dan pemimpin adanya reaksi dari para pengikut.18
Pengikut merasa
kagum, hormat, dan mengabdi kepada pemimpin sebaliknya pemimpin terus
memberikan sentuhan kepada pengikut agar terus percaya dan mengaguminya.
Berkaitan dengan situasi yang menumbuhkan karisma,19
bahwa adanya krisis
yang datang sehingga pemimpin karismatik ini begitu dibutuhkan keberadaannya.
17
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta. 18
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 167. 19
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 168.
24
Sehingga melahirkan adanya hubungan karismatik,20
pengikut begitu
mengagumi, menginginkan, dan meniru pemimpin karismatik. Sedangkan
pemimpin menunjukkan upayanya kepada pengikut melalui visi yang menarik.
Kemudian daya tahan karisma,21
walaupun pemimpin karismatik tidak menjabat
lagi atau meninggal, sifat dari karisma tetap ada.
Tabel II.A.1. Faktor Kepemimpinan Karismatik
No Faktor-Faktor
1. Memiliki karunia, kekuatan energi, daya tarik, supranatural, menciptakan
efek mitologis dan alasan irasional lainnya yang membuat masyarakat
terpikat dan memenuhi segala permintaannya
2. Pemimpin yang diterima dan diakui
3. Kebijakannya disukai oleh masyarakat
4. Pengikutnya banyak
5. Memiliki kemampuan berkomunikasi untuk memengaruhi orang lain
6. Berani, percaya diri, berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri
7. Cenderung memahami situasi
8. Problem solver, peka terhadap masalah dan mampu untuk
menyelesaikannya
9. Logis bicaranya, tidak asal bicara, pembicaraannya berisi, jelas alur nalarnya
10. Tokoh etis, menimbulkan rasa simpati dan empati yang dirasakan para
pendengar
11. Estetis, pesona fisik, penampilan yang tampak baik
12. Memiliki inteligensi tinggi, berprestasi sehingga menginspirasi
13. Latar belakang kehidupan yang baik
14. Kemunculannya pada waktu yang tepat, saat krisis
Sumber : Diolah dari buku Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi,
Aplikasi dan Penelitian, PT. RajaGrafindo Persada, 2013, M. Alfan Alfian, Menjadi
20
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 168. 21
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 168.
25
Pemimpin Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009, dan buku Kartini Kartono,
Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal itu?, PT. RajaGrafindo
Persada, 2001.
Role Model Kepemimpinan Karismatik di Indonesia
Kepemimpinan karismatik bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Bahkan
di umur Indonesia yang menginjak 72 tahun terdapat beberapa tokoh yang
dipercaya merupakan pemimpin karismatik.
1. Soekarno
Bukan menjadi rahasia umum bahkan telah diakui karismanya baik dalam
dan luar negeri yaitu sosok Soekarno. Terkenal dengan sapaan akrabnya Bung
Karno merupakan pemimpin, orator ulung, pemikir sekaligus ideolog yang
dipunyai oleh Bangsa Indonesia. Bung Karno menciptakan Ideologi Marhaenisme
yaitu konsep perjuangan petani kecil Marhaen yang mempunyai alat produksi tapi
tetap miskin karena penjajahan Belanda. Untuk memperjuangkan Marhaenisme, ia
mendirikan Partai Nasional Indonesia.22
Sebelum menjadi proklamator Indonesia, ia telah berulang kali keluar
masuk penjara bahkan sempat hidup di pengasingan Bengkulu dan Ende. Ketika
menjadi tokoh dari persiapan kemerdekaan Negara Indonesia yang disebut Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, ia pun mengajukan konsep Pancasila dan
diterima menjadi falsafah atau dasar Negara Indonesia. Kemudian Ia dan Bung
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, sekaligus menetapkan Presiden dan Wakil Presiden Pertama
Republik Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta. Ia berhasil mempersatukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ikut memperjuangkan kemerdekaan
22
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 11.
26
bangsa-bangsa yang terjajah dengan menyelenggarakan Konferensi Asia dan
Afrika di Bandung yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Negara-negara
Nonblok.23
2. Gus Dur
Dalam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merupakan partai berbasis
massa Islam terbesar di Indonesia memiliki figur utama yaitu Gus Dur. Bahkan
figur Gus Dur dinilai mampu mengalahkan kebesaran nama PKB itu sendiri.
Meskipun Gus Dur telah tiada, sosoknya masihlah sangat berpengaruh di PKB.
Memang terlihat dari latar belakang keluarganya yaitu Gus Dur merupakan
keturunan dari K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Bukan
hanya itu kiprah politiknya bisa ditelusuri sejak ia menjabat sebagai Ketua Umum
PBNU selama dua periode.24
Gus Dur bersama K.H. Munasir Ali, K.H. Ilyas
Ruchiyat, K.H. Muhit Muzadi dan K.H. Mustofa Bisri masuk dalam jajaran
deklarator dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tidak berhenti sampai
di situ, Gus Dur didaulat sebagai Ketua Umum Dewan Syuro dalam struktural
PKB selama delapan tahun.25
Gus Dur selain seorang pendiri, ia pun sosok penting di PKB. Tanpa
keikutsertaan dan nama besar Gus Dur, PKB tidak akan mampu menduduki posisi
ketiga pada Pemilu tahun 1999 setelah Partai Demorasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar). Hingga ia meraih jabatan politik
tertinggi sebagai Presiden Keempat Republik Indonesia (RI) pada tahun 1999.
23
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 11. 24
M.Ridoi, “Kekuatan Figur dalam Partai Politik: Studi Terhadap Gus Dur Di Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 20. 25
Ridoi, “Kekuatan Figur dalam Partai Politik”, h. 38.
27
Walaupun kekuasaannya sebagai presiden tidak berlangsung lama yaitu kurang
lebih selama 20 bulan.26
Kemunculan pertama kali PKB pada tahun 1998, telah empat kali mengikuti
kontestasi pemilihan umum yakni pada pemilu tahun 1999, 2004 dan 2009,
2014.27
Hasilnya suara PKB berturut-turut menempati posisi tiga besar pemilu
tahun 1999 dan 2004 ketika Gus Dur aktif di PKB. Lain halnya ketika ia tidak lagi
aktif di PKB pada pemilu tahun 2009 dan 2014, perolehan suara PKB tidak
pernah mencapai posisi tiga besar.28
Apalagi pemikiran-pemikiran Gus Dur tentang pluralisme, sekularisme dan
humanisme yang terus diingat masyarakat Indonesia. Tak urung, PKB kerap
memberikan janji-janji kampanye berdasarkan konsep pemikiran ini. Membuat
sosok Gus Dur sebagai daya tarik utama di PKB sejak berdirinya partai hingga
saat ini.
Maka tak berlebihan jika Gus Dur termasuk ke dalam pemimpin yang
berkarisma di Indonesia, selain pemikiran serta pengaruhnya bahkan pengaruh
karismanya sangat terasa bagi para pengikutnya di Nahdhatul Ulama. Terbukti
makamnya setelah ia meninggal dijadikan tujuan ziarah para pengikutnya.29
3. Megawati Soekarnoputri
Sosok yang satu ini ialah putri dari Presiden Pertama RI, Soekarno yaitu
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan
26
Ridoi, “Kekuatan Figur dalam Partai Politik”, h. 34. 27
Ridoi, “Kekuatan Figur dalam Partai Politik”, h. 55. 28
Ridoi, “Kekuatan Figur dalam Partai Politik”, h. 55. 29
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 171.
28
Megawati Soekarnoputri. Ia dilahirkan oleh Fatmawati pada 23 Januari 1947 di
Yogyakarta.
Sosoknya menjadi sangat fenomenal ketika ia disandingkan dengan PDIP.
Merupakan pendiri sekaligus Ketua Umum PDIP ini tak ubahnya seperti Ratu
Adil,30
bagi para simpatisan pendukungnya. Kala itu keadaan rakyat Indonesia
sedang terpuruk dari runtuhnya Orde Baru, memimpikan pemimpin yang pro akan
rakyat kecil.
Pribadi Megawati Soekarnoputri muncul karena putri dari sang proklamator
selain itu kemunculannya merupakan dukungan dari kalangan grassroot partai31
yang kala itu tergusur oleh campur tangan pemerintah penguasa. Melahirkan
dualisme kepemimpinan partai yang nantinya pada kepemimpinan Presiden B. J.
Habibie, tepatnya pada 14 Februari 1999 di Jakarta, PDIP resmi berdiri.32
Dengan kegigihan dan semangat para simpatisan partai yang terus
mendukungnya akhirnya Megawati mencalonkan diri sebagai Calon Presiden
pada Pemilu 1999. Walaupun pada Pemilu 1999, ia kalah suara dengan Gus Dur.
Akan tetapi, Megawati Soekarnoputri berhasil menjadi Presiden Kelima RI
periode 2001-2004 menggantikan Presiden Gus Dur yang dimakzulkan melalui
Sidang Istimewa MPR Tahun 2001. Ini membuktikan bahwa perempuan sekaligus
ibu rumah tangga33
mampu menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.
Megawati Soekarnoputri merupakan pemimpin yang karismatik, bukan
hanya karena faktor keturunan semata yang selama ini diyakini sejumlah orang.
30
Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik”, h. 19. 31
Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik”, h. 29. 32
Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik”, h. 33. 33
Hadi Mustafa, “Kepemimpinan Karismatik”, h. 43.
29
Akan tetapi, ia memiliki kepribadian yang teguh dalam berprinsip. Terlihat dari
pilihan partai politiknya yang menjadi oposisi terhadap pemerintah, bahkan sejak
dari zaman orde baru. Ia juga memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ketika
Megawati memilih untuk terjun ke dunia politik dan melanggar kesepakatan yang
dibuat antara keturunan Bung Karno lainnya. Berkat sifatnya inilah, Megawati
menjadi presiden di Indonesia mengikuti jejak ayahnya.
C. Teori Partai Politik
Partai politik sebagai organisasi publik yang bertujuan membawa kadernya
untuk memimpin dan berkuasa serta memungkinkan para pendukungnya (politisi)
untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. Tujuan utama
dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dan melakukan kontrol
terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan sekaligus kebijakannya.34
Partai politik sangat identik dengan kekuasaan, baik untuk membentuk dan
mengontrol kebijakan publik. Akan tetapi partai politik diharapkan independen
dari segala hal yang berhubungan dengan pemerintah. Hal ini mengasumsikan
bahwa tujuan partai politik sebenarnya agar bisa mengkritisi setiap kebijakan dan
tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah yang dikritisi ini.
Menurut La Palombara dan Weiner dalam buku Mengelola Partai Politik
Komunikasi Dan Positioning Ideologi Politik Di Era Demokrasi karangan
Firmanzah, mengidentifikasi empat syarat yang menjadi ciri khas organisasi yang
34
Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi Dan Positioning Ideologi Politik Di
Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 68.
30
dikategorikan sebagai partai politik. Keempat syarat dari partai politik adalah
sebagai berikut:35
1. Organisasi jangka panjang. Organisasi partai politik harus bersifat jangka
panjang, diharapkan dapat terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak
ada lagi. Partai politik identik dengan gabungan dari loyalis partai dengan
pemimpin karismatis. Tidak berhenti sampai di situ, bahwa partai politik
akan terus ada jika memiliki sistem kaderisasi yang baik.
2. Struktur organisasi. Disebut partai politik jika memiliki struktur organisasi
yang jelas baik dari tingkat daerah hingga provinsi bahkan melembaga
hingga nasional.
3. Tujuan berkuasa. Salah satu tujuan didirikannya partai politik ialah untuk
mendapatkan kekuasaan baik level daerah hingga nasional. Bila perlu
mendapatkan jabatan presiden menjadi tujuan akhir dari berdirinya sebuah
partai.
4. Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan.
Dukungan ini yang menjadi sumber legitimasi untuk berkuasa. Penting
mendapatkan hati masyarakat guna memobilisasi massa agar mencapai
tujuan berkuasa di sebanyak mungkin kursi kepemimpinan.
Berkaitan dengan fungsi partai politik yaitu sarana rekrutmen politik, dengan
seleksi kepemimpinan baik internal partai maupun nasional.36
Mencari dan
membentuk kader partai politik menjadi sebuah keharusan guna keberlangsungan
partai itu sendiri. Apabila sebuah partai yang didalamnya terdapat kader-kader
35
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 68. 36
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2009), h. 408.
31
yang berkualitas maka tidak akan sulit sebuah partai politik berpeluang untuk
memenangkan kepemimpinan nasional.
Mekanisme Kaderisasi Partai
Sangat penting mengemukakan personalitas aktivis-aktivis partai saat ini.
Sebab dari merekalah kebijakan mengenai masa depan bangsa akan terwujud.
Mereka akan menjadi pengambil kebijakan mengenai konstitusi dan undang-
undang. Oleh karena itu penting ditekankan sebuah prasyarat bagi setiap aktivis
partai. Mereka yang dicalonkan oleh partai untuk menduduki jabatan-jabatan
publik harus melalui serangkaian tes kapabilitas tertentu yang akan menentukan
kualitas elite politik itu sendiri.
Mereka harus mampu membuat undang-undang atau setidaknya memiliki
gagasan masa depan yang mencerahkan.37
Semakin kuat kapabilitas anggota
partai secara langsung akan mengangkat citra partai. Jika citra partai terus
membaik otomatis partisipasi politik bertambah.
Terkait kepentingan negara dan rakyat itu sendiri, diperlukan sebuah
mekanisme kaderisasi yang baik di tubuh partai politik itu sendiri. Mekanisme
kaderisasi yang baik dimaksudkan untuk mencari elite-elite kapabel dan
mempunyai integritas dalam hal moral dan kebangsaan yang mumpuni. Tanpa itu,
bukan saja arah perkembangan partai yang tergadaikan, namun arah
perkembangan bangsa ikut sirna oleh elite yang tidak mempunyai kapabilitas dan
integritas dalam hal moral dan kebangsaan.
37
Firma Subagyo, Menata Partai Politik: Dalam Arus Demokratisasi Indonesia, (Jakarta:
RMBOOKS, 2009), h. 107.
32
Tentu tidak mudah mengukur kapabilitas dan integritas tersebut, tetapi
jaringan informasi dan perangkat ilmiah sudah memberikan semacam rekam jejak
(track record) terhadap calon-calon kader partai yang ada.38
Mereka yang terbukti
belum mampu memberikan sumbangan kemajuan bagi partai khususnya harus
diberi sanksi tegas seperti dikeluarkan dari pengkaderan partai. Sehingga, yang
terjaring hanya kader yang benar-benar mampu mengemban tugas dalam
memajukan bangsa dan negara.
Dalam banyak kasus, mekanisme kaderisasi dengan prioritas sifat
kebangsaan ini kerap kali ditiadakan. Kaderisasi partai hanya didasarkan pada
jenjang karir yang yang tidak memiliki rasionalisasi yang jelas. Akibatnya, partai
dipenuhi oleh kader-kader yang tidak kapabel. Partai dipenuhi oleh orang-orang
yang lebih banyak mengejar posisi dan menjadikan partai sebagai sarana “cari
uang” ketimbang sebagai wahana untuk menyalurkan idealisme kebangsaan.39
Sumber-Sumber Rekrutmen
Secara garis besar penentuan sumber kader dapat dilakukan dengan dua
sumber, yakni perekrutan dari dalam parpol dan perekrutan dari luar parpol.
Keunggulan atas kebijakan penentuan sumber kader dari dalam parpol antara
lain40
:
a. Kenaikan posisi yang lebih tinggi dari posisi sebelumnya akan mendorong
kader untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kerjanya.
38
Subagyo, Menata Partai Politik, h. 108. 39
Subagyo, Menata Partai Politik, h. 108. 40
Firmanzah, Mengelola Partai Politik, h. 73.
33
b. Pemindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain dalam suatu tingkatan dapat
menghindarkan kejenuhan dan kebosanan terhadap jabatan lama yang
sifatnya monoton.
c. Promosi dan mutasi akan menimbulkan semangat dan gairah kerja lebih
tinggi lagi bagi kader.
d. Alokasi dana dalam promosi dan mutasi dapat lebih rendah dari pada
pencarian kader dari luar parpol.
e. Alokasi waktu relatif singkat sehingga kekosongan posisi dapat segera
diduduki oleh kader dalam parpol.
f. Karakteristik pribadi, kecakapan dan kepiawaian kader dari dalam parpol
yang akan menempati suatu posisi telah diketahui dengan nyata.
Terkait rekrutmen dari luar parpol, hal itu menjadi mungkin selama orang
yang direkrut merupakan orang yang baik di lingkungan selain itu pemikirannya
sejalan dengan ideologi partai.
Melihat penjabaran di atas terkait kepemimpinan karismatik agaknya sosok
SBY masuk sebagai salah satu pemimpin karismatik di Indonesia. Selain
ketokohan SBY yang berpengaruh dan berhasilnya suatu partai yang terbilang
baru dalam memenangkan pemilu. Partai ini terbukti mampu mengantarkan
seorang tokoh untuk memenangi kontestasi pemilihan presiden hingga dua kali.
Selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa sosok SBY sangat melekat dengan diri
Partai Demokrat ini.
34
BAB III
BIOGRAFI SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
A. Karir Militer Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono
Siang itu pada 9 September 1949 lahirlah seorang putra dari pasangan Siti
Habibah dan Sukotjo yaitu Komandan Komando Rayon Militer (Danramil) 1
di
Desa Tremas Kota Pacitan. Sukotjo memberikan nama anaknya yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono yang berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan, ksatria,
dan berhasil memenangkan setiap peperangan.2 Benar adanya nama adalah sebuah
doa yang nantinya anak tersebut mampu memenangi setiap cobaan dalam hidup
apalagi menang dalam Pemilihan Presiden Republik Indonesia (RI).
Akrab dipanggil Susilo atau Sus mendapat pelajaran kehidupan dari sang
ayah tentara berupa kedisiplinan, belajar dan bekerja keras dalam menghadapi
masalah dan meraih cita-cita yang dinginkan. Ia bersekolah di Sekolah Rakyat
(SR) di Desa Purwoasri, lantaran pekerjaan ayahnya sebagai tentara yang sering
berpindah tugas, saat kelas lima pindah di SR Gajahmada (Kini Sekolah Dasar
Negeri Baleharjo 1).3
Akhirnya ia lulus SR pada tahun 19624 dan melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Pacitan,5 kemudian lulus pada Juli
1964. Sejak kecil, Susilo aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di sekolah
terutama dalam bidang olahraga bahkan seni dan budaya. Bahkan di bangku SMP
1 Bahrudin Supardi, Jalan Panjang Menuju Istana, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 2. 2 Supardi, Jalan Panjang, h. 5.
3 Supardi, Jalan Panjang, h. 10.
4 Supardi, Jalan Panjang, h. 18.
5 Supardi, Jalan Panjang, h. 20.
35
inilah ia gemar menulis puisi.6 Selepas lulus SMP, bakat seninya pun berlanjut
tepatnya ketika ia diterima di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Pacitan
yang sering juga disebut SMA 271. Saat itu ia membentuk sebuah grup band di
SMA 271, saat itu Susilo memegang bass gitar. Pada tahun 1968, Yudhoyono
lulus SMA.
1. Taruna Bergelimang Prestasi
Memiliki impian menjadi seperti ayahnya yang seorang tentara, ia pun
melanjutkan pendidikan ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Umum-Darat (Akabri Udarat), Magelang saat itu bernama Akademi Militer
Nasional (AMN). Dan telah memiliki pangkat yaitu Sersan Mayor Satu Taruna
(Sermatatur) di korps infantri.7
Dari sinilah Susilo memulai karir militer
terbaiknya, ia pun menjelma sebagai taruna teladan, paling pandai, serta
berprestasi8 dan membuatnya menjadi Komandan Divisi Korps Taruna merupakan
jabatan tertinggi di lingkungan korps taruna yang membawahi sekitar 3.000 orang
taruna.9
Selama menjadi taruna banyak penghargaan yang ia dapatkan mulai dari
Pedang Tri Sakti Wiratama yang didapat saat tingkat empat dan merupakan
prestasi tertinggi dalam bidang mental, fisik, dan intelektual. Tidak berhenti
sampai di situ, ia juga mendapatkan Bintang Kepribadian Kartika Tangon Kosala
dan Bintang Intelek Kartika Ati Tanggap. Itu semua beberapa torehan prestasi
6 Arwan Tuti Artha, Dunia Religius SBY, (Yogyakarta: Best Publisher, 2009) h. 15.
7 Supardi, Jalan Panjang, h. 56
8 Supardi, Jalan Panjang, h. 83.
9 Susilo Bambang Yudhoyono, Selalu Ada Pilihan, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara,
2014), h. 156.
36
semasa Susilo menjadi taruna.10
Ternyata, jalan ini pun membuatnya menemui
jodoh hidupnya Kristiani Herrawati, anak ketiga dari Gubernur Akabri, Mayjen
Sarwo Edhi Wibowo, yang kala itu ia harus berkunjung ke rumah Jenderal dan
bertemu dengan sosok Kristiani akrab disapa Ani.11
Nantinya, pada 30 Juli 1976,
Susilo dan Ani resmi menjadi pasangan suami istri.
Mengakhiri masa pendidikannya sebagai taruna, Susilo kembali
mendapatkan penghargaan yaitu Bintang Adhimakayasa merupakan penghargaan
tertinggi yang diberikan kepada taruna dengan nilai terbaik. Bahkan diberikan
langsung oleh Presiden Soeharto selaku panglima Tertinggi ABRI pada 11
Desember 1973 di Akabri Laut, Surabaya saat pengambilan sumpah perwira
(prasetya perwira), dan dilantik menjadi letnan dua infantri mewakili Akabri
Darat.12
2. Menempuh Pendidikan Militer Di Amerika
Dalam meniti karir, tak melulu mulus dan secemerlang yang terlihat, Susilo
yang tergabung di pasukan baret hijau, Komando Cadangan Strategis TNI-AD
(Kostrad), memegang jabatan komandan peleton.13
Perlahan tapi pasti, ia bekerja
keras menjadi perwira terbaik. Ia pun terpilih mengikuti pendidikan di pusat
militer angkatan darat, Rangers School di Amerika Serikat sekaligus Pendidikan
Lintas Udara di Airbone School, Fort Benning. Berbekal pengalamannya tersebut,
ia pun bergabung dengan pasukan peletonnya yang berada di Timor Timur untuk
Operasi Seroja dengan pangkat Letnan Satu (Lettu).
10
Supardi, Jalan Panjang, h. 89. 11
Supardi, Jalan Panjang, h. 82. 12
Garda Maeswara, Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono, (Jakarta: Narasi, 2009),
h. 23. 13
Maeswara, Biografi Politik, h. 29.
37
Susilo yang menyakini dirinya untuk berbakti kepada negara melalui
abdinya sebagai tentara telah melalui berbagai jenjang militer mulai dari jenjang
perwira pertama, letnan dua, letnan satu, dan kapten. Lanjut lagi, jenjang perwira
menengah, ia pun dengan serius mengikuti pendidikan setingkat Kursus Lanjutan
Perwira (Suslapa) di Fort Benning, Amerika Serikat.14
Akhirnya, ia menjabat
sebagai Chief Military Observer/UNMO di Bosnia-Herzegovina yang bertugas
mengawasi gencatan senjata di bekas negara Yugoslavia sekaligus diangkat
menjadi jenderal bintang satu.15
3. Posisi SBY dan Militer Saat Orde Baru
Salah satu peristiwa penting di negeri ini ialah kerusuhan yang terjadi di
Jakarta tepatnya pada 13 dan 14 Mei 1998. Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono
menjabat sebagai Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI).16
Dalam hal ini, Yudhoyono mempertanyakan posisi
ABRI dalam dinamika politik saat itu, ia berharap Jenderal Wiranto sebagai
Panglima ABRI, tegas dalam mengambil sikap untuk tidak mengambil alih
kekuasaan penguasa. Posisi militer jelasnya hanya untuk penyelamatan dan
penjagaan negara.
Yudhoyono merasa dirinya perlu untuk menangani masalah sosial dan
politik yang terus bergejolak di negeri ini, untuk itu ia terus meningkatkan dialog
dengan para tokoh dan ahli. Seperti pertemuannya dengan cendekiawan
Nurcholish Madjid yang meminta pendapat perihal masalah negara. 17
Tepatnya
14
Supardi, Jalan Panjang, h. 114. 15
Maeswara, Biografi Politik, h. 33. 16
Supardi, Jalan Panjang, h. 155. 17
Supardi, Jalan Panjang, h. 157.
38
pada 12 Mei 1998 bertepatan dengan peristiwa penembakan mahasiswa di
Trisakti.
Walaupun sebenarnya itu bukan wewenang Yudhoyono, tetapi tidak
membuatnya patah arang untuk berdiskusi mencari jalan tengah dalam menangani
kasus Trisakti. Apalagi peristiwa kerusuhan dan penjarahan besar-besaran di
Jakarta dan sekitarnya pada 13, 14 Mei 1998.18
Sampai pada titik di mana ABRI
diisukan akan mengkudeta kekuasaan negara. 19
Hal ini mambuat posisi ABRI
semakin sulit di mata masyarakat yang menganggap ABRI memiliki maksud
tersendiri dalam agenda politik.
Perkembangan politik berubah, pada 20 Mei 1998 Yudhoyono mendengar
rencana pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagai Kasospol ABRI, ia harus
memikirkan rencana sikap ABRI terhadap pergantian kepemimpinan nasional
tersebut.20
Kemudian pergantian kekuasaan pun terjadi, tepatnya pukul 9 pagi
tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya dan digantikan
oleh Wakil Presiden Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie di Istana
Merdeka.21
Sikap ABRI pada saat itu dipaparkan oleh Panglima ABRI Jenderal
Wiranto yaitu mendukung pergantian kepemimpinan nasional yaitu Presiden
Habibie serta tetap melindungi keluarga Presiden Soeharto.
B. Terjun ke Dunia Politik
Setelah suasana dunia politik mulai tenang, lain halnya dengan dunia militer
di mana ABRI mulai kehilangan wibawanya. Masyarakat menyakini bahwa ABRI
18
Supardi, Jalan Panjang, h. 158. 19
Supardi, Jalan Panjang, h. 164. 20
Supardi, Jalan Panjang, h. 168. 21
Supardi, Jalan Panjang, h. 169.
39
merupakan kaki tangan pemerintahan yang lalu. Tak sedikit berbagai fasilitas
dirusak kala itu, dan mampu membahayakan para anggota ABRI yang sedang
bertugas di daerah-daerah. Hal ini memerlukan adanya pembenahan di lingkungan
ABRI yang berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Yudhoyono
yang masih menjabat sebagai Kasospol juga ikut berganti nama menjadi Kepala
Staf Teritorial (Kaster).22
Langkah politik Presiden berlanjut yaitu adanya Sidang
Istimewa MPR untuk mempercepat pemilihan umum (pemilu). Betul saja, partai
politik baru bermunculan dan mengaku siap untuk ikut kontestasi Pemilihan
Presiden (Pilpres). Pada Pilpres 1999 terpilihlah Presiden Abdurrahman Wahid
menggantikan Presiden B.J. Habibie.
1. Mantan Jenderal Jadi Menteri
Militer yang sempat diragukan masyarakat terbukti kembali mendapatkan
kepercayaan mereka, dan Jenderal Wiranto mengisyaratkan akan adanya
pergantian kepemimpinan di tubuh militer. Yudhoyono yang digadang-gadang
akan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) merasa bangga, karena
kepuasaan seorang prajurit selain mengabdi kepada negara tentunya bisa menjadi
Kepala Staf Angkatan adalah sebuah anugerah.
Takdir berkata lain, rencana ini berubah 180 derajat, Yudhoyono yang
harusnya menjadi KSAD justru diminta oleh presiden untuk bergabung di kursi
kabinet. Dengan kata lain, seperti yang diucapkannya tentang mereposisi TNI dari
dalam yaitu meninggalkan politik praktis.23
Ia terpaksa harus pensiun lima tahun
22
Supardi, Jalan Panjang, h. 171. 23
Maeswara, Biografi Politik, h. 41.
40
lebih cepat dari karir militernya, ketika pensiun mendapat pangkat terakhir
jenderal kehormatan.24
Menduduki jabatan sebagai Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben)
menjadi suatu tantangan tersendiri. Pasalnya, dunia pertambangan adalah sesuatu
yang baru bagi Yudhoyono.25
Penyesuaian ritme kerja yang berbeda ketika di
dunia militer juga menjadi salah satu tantangannya. Sikap patuh, keras dan
disiplin seperti dunia militer tidak mungkin dipraktekkan dalam dunia
kementerian.
Tugas dan tantangan menjadi Mentambem memanggil, yaitu menuntas
praktik penyelundupan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memasuki tahapan
serius. Diketahui harga BBM dalam negeri rendah sehingga dimanfaatkan oleh
sejumlah oknum untuk menjual ke luar negeri dengan harga lebih tinggi.
Yudhoyono pun tidak bisa tinggal diam dan mendengar laporan dari stafnya, ia
pun kerap kali melakukan inspeksi.26
Belum lama menjabat sebagai Mentamben, Presiden Abdurrahman Wahid
melakukan perombakan kabiner dan mengganti jabatan Yudhoyono menjadi
Menteri Koordinasi Politik Sosial dan Keamanan (Menkopolsoskam) pada 26
Agustus 2000.27
Dengan lapang dada, Yudhoyono menerima keputusan tersebut
walaupun ia belum sempat menyelesaikan tugasnya di Departemen Pertambangan
dan Energi.
24
Maeswara, Biografi Politik, h. 47. 25
Supardi, Jalan Panjang, h. 182. 26
Supardi, Jalan Panjang, h. 185. 27
Maeswara, Biografi Politik, h. 50.
41
Pernah menjadi Kasospol saat di dunia militer menjadi bekal baginya
menjadi Menkopolsoskam. Walaupun tugas ini menjadi lebih kompleks lagi
ketika berhadapan dengan stabilitas nasional. Apalagi adanya perseteruan antara
Presiden dengan DPR. Sebagai Menkopolsoskam, Yudhoyono ditunjuk Presiden
Gus Dur menjadi ketua Tim Tujuh dan memberikan mandat Maklumat 28 Mei
2001.28
Di mana Yudhoyono harus mencari jalan tengah untuk mengakhiri
permasalahan tersebut. Patut digarisbawahi, walaupun Yudhoyono adalah bagian
dari pemerintah saat itu, ia tidak ingin berpihak. Yudhoyono pun tidak
melaksanakan Maklumat Presiden,29
sehingga ketegangan antara dirinya dengan
Presiden Gus Dur tak terelakkan. Yudhoyono pun harus menerima ketika Presiden
Gus Dur memintanya mengundurkan diri dari jabatan Menkopolsoskam.
Ketika Presiden Gus Dur menawarinya menjadi Menteri Dalam Negeri atau
Menteri Perhubungan, Yudhoyono menolak. Ia memilih untuk mundur secara
total dari kabinet Gus Dur.30
Walaupun diberhentikan sebagai menterinya,
Yudhoyono tetap menjaga hubungan baik dengan Presiden Gus Dur. Ia tidak
memposisikan diri sebagai oposisi pemerintah.
2. Momentum Kelahiran Pemimpin Baru
Pada bulan Juli 2001, digelarlah Sidang Istimewa MPR.31
Pembacaan pidato
pertanggungjawaban Presiden Gus Dur ditolak oleh MPR. Sehingga Presiden Gus
Dur pun harus lengser dari jabatannya. Akhirnya kursi presiden digantikan oleh
28
Maeswara, Biografi Politik, h. 52. 29
Maeswara, Biografi Politik, h. 53. 30
Maeswara, Biografi Politik, h. 54. 31
Supardi, Jalan Panjang, h. 192.
42
Megawati Soekarnoputri yang semula adalah wakil presiden. Hal ini pun
membuat kursi wakil presiden menjadi kosong.
Oleh karena itu, beberapa tokoh dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDI
Perjuangan, Fraksi Utusan Golongan, dan Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia
(FKKI) mendatangi Yudhoyono dan memintanya untuk maju dalam pencalonan
Wakil Presiden.32
Dengan dorongan kuat dari beberapa pihak, mampu membuat
Yudhoyono mengiyakan tawaran tersebut yang semula tidak tertarik sama sekali.
Sehingga pada Selasa, 24 Juli 2001 secara resmi Fraksi Kesatuan
Kebangsaan Indonesia (FKKI) mengajukan Yudhoyono sebagai calon wakil
presiden.33
Yudhoyono harus bersaing dengan calon lain untuk bisa menduduki
kursi wakil presiden. Di antaranya Hamzah Haz, Akbar Tanjung, Agum Gumelar,
dan Siswono Yudhosono. Pemilihan pun dilaksanakan, putaran pertama
Yudhoyono berhasil menempati urutan ketiga di bawah Hamzah Haz dan Akbar
Tanjung.
Hasil yang sama pun terjadi pada pemilihan putaran kedua. Akhirnya
dilakukanlah pemilihan putaran ketiga. Hasil akhir pun diperoleh dengan Hamzah
Haz sebagai pemenang dengan memperoleh 340 suara. Disusul Akbar Tanjung
dengan 237 suara. Walaupun sempat diunggulkan oleh sejumlah pihak,
Yudhoyono tidak memperoleh kemenangan dalam pemilihan Kursi Wakil
Presiden.
Yudhoyono menyakini kekalahannya dalam pemilihan wakil presiden telah
mengecewakan sejumlah pihak apalagi para pendukungnya. Tetapi dalam hal ini,
32
Arif Supriyono, Adil Tanpa Pandang Bulu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.
188. 33
Supriyono, Adil Tanpa, h. 188.
43
Yudhoyono yakin bahwa ia telah memberikan pelajaran politik kepada
masyarakat. Bahwa dalam politik, menang dan kalah dalam pencalonan adalah hal
yang wajar akan tetapi jangan sampai kekalahan yang didapat tidak ditangani
dengan rasa legowo. Apalagi berulah dengan mencari kesalahan dan kekurangan
lawan bahkan cenderung berbuat anarki.
Selain itu, Yudhoyono menyadari bahwa untuk bisa duduk di kursi
kepemimpinan memerlukan kendaraan politik berupa partai politik. Di awal
kemunculan Partai Demokrat, partai ini telah dinyatakan lolos dalam verifikasi
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan memperoleh nomor urut 9 dalam pemilu
tahun 2004.
Di tengah kesibukan dalam mengurus partai yang baru seumur jagung ini,
Yudhoyono ditawari oleh Presiden Megawati Soekarnoputri untuk bergabung
dalam kabinetnya.34
Yudhoyono dilantik menjadi Menteri Koordinator Politik dan
Keamanan (Menkopolkam) dulu Menkopolsoskam, posisi yang pernah ia jabat
semasa pemerintahan Presiden Gus Dur.
3. Perang Dingin Presiden dengan Menterinya
Menyadari dirinya telah duduk di kursi pemerintahan, estafet kepemimpinan
partai harus segera dilaksanakan. Yudhoyono meyakini bahwa tidak tepat sebagai
menteri juga menjabat sebagai ketua partai. Maka dari itu, dengan pertimbangan
etika politik, ia menyerahkan kepemimpinan Partai Demokrat kepada Prof. Dr. S.
Budhisantoso, Guru Besar Antropologi UI sebagai Ketua Umum Partai Demokrat
34
Maeswara, Biografi Politik, h. 57.
44
terpilih. Dengan kata lain, Yudhoyono hanya sebagai anggota biasa dalam partai
yang didirikannya itu.35
Kembali berkantor di Kementerian Politik dan Keamanan tidak
membuatnya asing karena belum lama ini ia meninggalkan posisi tersebut.
Yudhoyono mendapatkan tantangan pertamanya sebagai Menkopolkam yaitu
adanya kelompok separatisme yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk
memisahkan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).36
Dalam hal ini, Yudhoyono dengan tegas tidak menghendaki adanya
tindakan kekerasan37
dalam menangani kasus ini. Ia memilih dengan
menyelesaikannya secara damai melalui meja perundingan. Bahkan perundingan
antara kedua pihak sampai dilakukan di Tokyo, Jepang dengan hasil nihil.
Yudhoyono menyarankan untuk pemerintah menetapkan keadaan bahaya untuk
Aceh. Rekomendasi Yudhoyono itu kemudian melahirkan kebijakan pemerintah
untuk memberlakukan Darurat Militer dan Operasi Terpadu Pemulihan Berbasis
Kemanusiaan Aceh.38
Tak berhenti sampai di situ, tantangan baru muncul tepatnya pada 12
Oktober 2002, Yudhoyono dikontak bahwa telah terjadi ledakan bom di Bali. Ia
pun meminta koordinasi dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)
agar segera dilakukan tindakan pengamanan dan investigasi di Bali.39
Peristiwa
ini mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia. Sehingga Yudhoyono sebagai
35
Supardi, Jalan Panjang, h. 194. 36
Supardi, Jalan Panjang, h. 196. 37
Supardi, Jalan Panjang, h. 197. 38
Supardi, Jalan Panjang, h. 197. 39
Supriyono, Adil Tanpa, h. 91.
45
Menkopolkam didesak oleh lingkungan Kabinet Gotong Royong untuk bertindak
tegas terhadap orang yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut dalam hal
ini kelompok radikal. 40
Perbedaan pendapat pun tak terelakkan, Yudhoyono menyakini bahwa hal
utama yang harus dilakukan adalah perlunya peraturan yang tegas dalam
mengatur kelompok radikal sehingga kelompok ini tidak akan berbuat ulah di
kemudian hari. Hubungan Yudhoyono dengan Presiden pun menegang. Apalagi
lagi, pada 17 Oktober 2002 Partai Demokrat mendeklarasikan nama Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon presiden dalam Pemilu Presiden tahun
2004.41
Perang dingin antara SBY dan Presiden Megawati pun berlanjut. Di tambah
ketika SBY menjabat sebagai Menkopolkam yang memungkinkan dirinya muncul
di stasiun televisi dalam rangka iklan damai menjelang pemilu. Iklan damai yang
ditayangkan pada 28 Februari 2004 di delapan stasiun televisi nasional dan baru
berakhir ketika SBY mengumumkan dirinya mundur sebagai Menkopolkam pada
11 Maret 2004.42
Saat itu muncul kecurigaan bagi para politisi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) yang menganggap SBY telah melakukan kampanye
terselubung menjelang Pemilu Presiden 2014.43
Padahal tujuan utama SBY murni
untuk mensukseskaan pemilu yang akan diselenggarakan oleh pemerintah.
40
Supriyono, Adil Tanpa, h. 96. 41
Hikmat Kusumaningrat, Menata Kembali Kehidupan Bangsa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 10. 42
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 10. 43
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 11.
46
Menurutnya hal tersebut lumrah dilakukan oleh seorang Menkopolkam yang
menjadi tugasnya untuk menciptakan keadaan damai pada waktu pemilu.
Pada hari Kamis, 11 Maret 2004 pukul 14.35 SBY membacakan
permohonan mundur dari posisi Menkopolkam didampingi sejumlah rekan
pendukungnya.44
Walaupun SBY telah mundur dari Kabinet Gotong Royong, ia
tetap mendapatkan komentar miring dari kubu partai presiden. Hal tersebut dinilai
dapat memberikan citra jelek di mata masyarakat akan tetapi SBY enggan
berkomentar dan tetap menjalin hubungan baik dengan Megawati.45
Meski bukan lagi sebagai pejabat negara, Yudhoyono tetap serius untuk
membangun negara Indonesia menjadi lebih baik. Melalui Partai Demokrat yang
didirikannya, ia kembali berfokus pada kegiatan politik praktis.
4. Fokus Berkampanye
Partai Demokrat terbilang masih sangat baru dibanding partai-partai politik
yang lain. Akan tetapi tidak bisa disepelekan, terbukti kepopulerannya mampu
bersanding dengan partai-partai besar lainnya. Nama SBY digadang-gadang
mampu mendongkrak nama Partai Demokrat. Masyarakat menilai sosok SBY
yang patut dikagumi melalui sikap tegas, rendah hati, wibawa dan teguh dalam
memegang prinsip dan peristiwa SBY mundur dari jabatan menteri mampu
memunculkan rasa simpati masyarakat. Sehingga masyarakat pun berbondong-
bondong mendaftarkan diri untuk menjadi anggota Partai Demokrat.46
SBY merasa bertanggung jawab besar terhadap banyaknya dukungan
masyarakat tersebut, ia pun bertekad agar meluruskan ajaran demokrasi yang
44
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 15. 45
Supardi, Jalan Panjang, h. 208. 46
Supardi, Jalan Panjang, h. 209.
47
selama ini dipercaya oleh masyarakat. Bahwa dalam demokrasi ada yang namanya
etika berpolitik bahwa tidak melulu suara masyarakat bisa dibeli dengan uang,
melainkan kepercayaan yang tulus tanpa paksaan.47
Kampanye Partai Demokrat semakin ramai dengan hadirnya masyarakat,
sesekali diwarnai dengan suara merdu SBY unjuk kemampuan bernyanyi.
Bernyanyi bersama rakyat di tengah panggung membuat pribadinya dikenal
dengan pemimpin yang membumi. Sosoknya yang tenang, kata-katanya yang
santun, senyumnya menyejukkan hati membuatnya begitu dekat dengan semua
lapisan masyarakat. SBY dinilai menawarkan demokrasi yang baru,
kepemimpinan yang baru. Sehingga kepopuleran SBY ketika mengkampanyekan
jauh lebih populer ketimbang SBY sebagai pejabat negara.48
5. Hasil Gemilang di Pentas Pemilu
Pemilu anggota legislatif berlangsung pada 5 April 2004. Terbukti usaha
keras SBY dan anggota Partai Demokrat tidak sia-sia. Perolehan suara Partai
Demokrat menduduki urutan kelima yaitu 7,45 persen pemilih.49
Termasuk ke
dalam jajaran empat partai besar lainnya yaitu Partai Golkar, PDI Perjuangan,
PKB, dan Partai Persatuan Pembangunan. Hasil tersebut dinilai sangat
memuaskan bahkan jauh dari ekspektasi untuk ukuran partai yang baru berusia
tiga tahun. Selanjutnya bagi parpol yang memperoleh suara lebih dari tiga persen
dapat mengusung calon presiden sendiri dalam Pemilu Presiden pada 5 Juli 2004.
47
Supardi, Jalan Panjang, h. 209. 48
Supardi, Jalan Panjang, h. 210. 49
KPU, Bab V Hasil Pemilu, kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf, diunduh pada 23 Juli
2017, pukul 15.53 WIB.
48
Pemilu Presiden ini adalah pemilihan presiden secara langsung yang pertama
diselenggarakan di Indonesia.50
Kemudian pada 10 Mei 2004, dua partai politik, yaitu Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia serta Partai Bulan Bintang secara resmi mendukung SBY
sebagai presiden berpasangan dengan kandidat wakil presiden, Jusuf Kalla (JK).51
Akhirnya terdapat lima pasang yang akan bertarung memperebutkan kursi
presiden dan wakil presiden pada 5 Juli 2004, yaitu Megawati Soekarnoputri-KH
Hasyim Muzadi, SBY-JK, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Wiranto-
Salahuddin Wahid, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.52
Hasil pemilu anggota legislatif pada 5 April tampaknya telah melahirkan
sosok pemimpin baru untuk memimpin Indonesia lima tahun mendatang. Adanya
calon baru yaitu SBY dinilai mampu menggantikan presiden kala itu yaitu
Presiden Megawati Soekarnoputri dilihat dari besarnya simpati masyarakat.
Pendapat tersebut terlihat dari hasil jajak pendapat yang diselenggarakan
Lembaga Survei Indonesia menunjukkan Menkopolkam SBY paling banyak
dipilih koresponden. Kemudian disusul oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.53
Adanya peningkatan popularitas dari sosok SBY dibandingkan hasil pengkajian
data yang dilakukan sebelumnya selama kurang lebih satu tahun terakhir.
50
“Bab V Hasil Pemilu”, 23 Juli 2017, kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf. 51
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 15. 52
Tempo, Lima Pasangan Capres-Cawapres Jadi Peserta Pemilu 2004,
https://m.tempo.co/read/news/2004/05/22/05542842/lima-pasangan-capres-cawapres-jadi-peserta-
pemilu-2004, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 16.31 WIB. 53
Liputan 6, Susilo Bambang Yudhoyono, Capres 2004 Unggulan,
http://news.liputan6.com/read/63169/susilo-bambang-yudhoyono-capres-2004-unggulan, diakses
pada 23 Juli 2017, pukul 16.48 WIB.
49
Hasil ini juga bertambah ketika Partai Demokrat mencalonkan JK yang
merupakan mantan Menko Kesra dari Partai Golkar ini. Walaupun JK tidak
diusung oleh partainya yang telah lebih dulu mendukung Wiranto-Salahuddin
Wahid.54
Akan tetapi, dukungan kepada pasangan SBY-JK ini tetap solid.
Benar adanya, pada Pemilu Presiden 5 Juli 2004, SBY-JK menempati
urutan pertama. Di bawahnya ada pasangan Megawati dan Hasyim Muzadi.55
Dilanjutkan Pemilu Presiden Putaran Kedua pada 20 September 2004 diikuti oleh
dua pasang calon, SBY-JK dan Megawati-Hasyim Muzadi.
Sebelum pelaksanaan pemilu, SBY dihadapkan dengan peristiwa penting
yaitu ujian disertasi untuk mendapatkan gelar doktor di Institut Pertanian Bogor
pada 18 September 2004.56
Jika ia dinyatakan lulus, gelar doktor ini akan
melengkapi kemenangan Pemilu Presiden. Benar saja SBY-JK unggul dalam
Pemilu Presiden Putaran Kedua sekaligus ditetapkan sebagai doktor oleh
perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia.
Selanjutnya, pada 20 Oktober 2004, SBY dilantik menjadi Presiden RI ke-6
dan didampingi oleh M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI. Keduanya
dilantik dan sekaligus diambil sumpahnya oleh Ketua MPR, Dr. Hidayat Nur
Wahid.57
Dilanjutkan dengan pidato singkat dirinya dengan mengucapkan terima
kasih kepada masyarakat yang mengikuti Pemilu Presiden dan kepada Presiden RI
ke-5 Megawati Soekarnoputri serta Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden.
54
Supardi, Jalan Panjang, h. 214. 55
“Bab V Hasil Pemilu”, 23 Juli 2017, kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf. 56
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 138. 57
Supardi, Jalan Panjang, h. 217.
50
6. Presiden Pertama Pilihan Rakyat
Babak baru pun dimulai, Presiden SBY terlebih dahulu ia harus membentuk
kabinet dan dihadapkan dengan Koalisi Kebangsaan buatan Megawati yang
nyatanya lebih kuat daripada kubu pendukung SBY.58
Akhirnya format kabinet
yang dibentuk seperti zaken kabinet meskipun bentuknya seperti kabinet koalisi.
Yaitu dari jumlah total 34 menteri terdiri dari 17 menteri berasal dari partai dan 17
menteri nonpartai.59
Kesemuanya dinilai terbaik baik dari partai dan nonpartai
yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang kementerian yang dipegangnya.
Kemudian dinamakan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB).
Gebrakan SBY selanjutnya ialah program 100 hari pertama untuk
menghadapi pekerjaan besar dalam lima tahun ke depan. Menghadapi warisan
masalah seperti utang negara mencapai 2000 triliun rupiah, Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) yang merajalela, angka pengangguran dan kemiskinan yang
cukup tinggi, dan subsidi BBM yang membumbung tinggi, penyelesaian masalah
Aceh, Papua dan terorisme, pembangunan infrastruktur, investasi perdagangan
serta kebijakan luar negeri.
Tahun pertama pemerintahannya pada 2005, SBY telah memangkas subsidi
BBM karena dinilai tidak tepat sasaran dialihkan untuk Subsidi Langsung Tunai
(SLT) dan program-program kompensasi lainnya yang pro rakyat kecil.60
Presiden
SBY pun harus menaikkan harga BBM sampai tiga kali dari tahun 2005 (Maret,
Oktober) sampai dengan 2008 (Juli). Itu semua dilakukan demi menyehatkan
58
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 67. 59
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 69. 60
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 92.
51
ekonomi bangsa karena anggaran subsidi BBM yang tidak tepat sasaran.61
Selain
itu keberhasilan negosiasi Blok Cepu di Jawa Tengah antara investor Exxon
Mobil dengan perusahaan plat merah Pertamina yang menguntungkan negara
Indonesia.
Kebijakan open sky policy62
yang dilakukan pemerintah untuk Aceh dan
Nias sebagai daerah yang perlu dibantu karena usai bencana tsunami pada 26
Desember 2004 yang memporak-porandakan seluruh wilayah. Lalu upaya ini
dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan semangat GAM kelompok separatisme
yang telah sekian lama ingin memisahkan diri dari NKRI.
Selain berbagai kebijakan yang menuai kritik dan tekanan ini, terdapat
capain yang mencenangkan di antaranya, besaran Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) mencapai 1.000 triliun rupiah yang tentu saja bisa dipotimalkan
penggunaannya. Lalu menyusutkan angka kemiskinan dari 16,7 persen tahun
2004 menjadi 15,42 persen tahun 2008 dengan pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan.63
Akhir tahun kepemimpinan tahun 2009,
pemerintahan Presiden SBY berhasil menetapkan anggran pendidikan sebesar
20% dari keseluruhan APBN sesuai dengan amanat konstitusi.64
Dalam urusan politik luar negeri, menyebut diplomasinya sebagai soft
power diplomacy berlandaskan politik bebas aktif yang menggiring Indonesia
menjadi anggota 6 badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB); Dewan Keamanan
PBB, Komisi Perdamaian, Dewan Hak-Hak Asasi Manusia, dan Dewan Ekonomi
61
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 104. 62
Dino Patti Djalal, Harus Bisa! Seni Memimpin a la SBY, (Indonesia: Red & White
Publishing, 2008), h. 33. 63
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 159. 64
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 164.
52
dan Sosial dan lainnya pada akhir tahun 2006-2007.65
Lalu tercapainya perjanjian
perdamaian Helsinski dengan GAM pada 15 Agustus 2005 membuat Presiden
SBY nyaris meraih Nobel Perdamaian.
7. Presiden Pertama Pilihan Rakyat Jilid II
Berbagai kebijakan baik dalam dan luar negeri membuat SBY masuk dalam
kelompok 100 tokoh paling berpengaruh di dunia versi majalah TIME edisi 1 Mei
2009 dan pengakuan atas kinerja kepemimpinannya diakui dunia internasional.
SBY diakui memiliki magnet besar baik di mata rakyat maupun dalam pandangan
partai-partai lain dalam kehidupan politik di Indonesia. Hingga ketika SBY
meminang Boediono yang bukan kader parpol sebagai cawapres untuk Pemilu
Presiden 2009 dan semua partai koalisi mengaku tidak keberatan dengan
pilihannya.66
Benar saja, Pemilu Presiden 2009, SBY kembali maju sebagai calon
presiden. Dengan pasangan yang berbeda yaitu Boediono, karena mantan
wakilnya Jusuf Kalla menjadi lawannya sebagai calon presiden. Kala itu, Jusuf
Kalla menggandeng Wiranto sebagai Calon Wakil Presiden dengan partai
pengusungnya yaitu Partai Golkar. Selanjutnya, dari PDI Perjuangan mengusung
pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Alhasil, Pemilu
Presiden 2009 diramaikan dengan 3 pasang calon.67
Pemilu Presiden pun dilaksanakan pada 8 Juli 2009 dan dilakukan hanya
satu putaran saja. Karena salah satu pasangan calon memperoleh suara lebih dari
65
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 173. 66
Kusumaningrat, Menata Kembali, h. 179. 67
Detik.com, Melihat Perbandingan Pilpres 2004, 2009 dan 2014,
https://news.detik.com/berita/2645367/melihat-perbandingan-pilpres-2004-2009-dan-2014,
diakses pada 23 Juli 2017, pukul 18.34 WIB.
53
50%.68
Pemilu Presiden ini dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono-Boediono dengan memperoleh 60% lebih suara. Diikuti pasangan
Megawati-Prabowo 26% suara dan posisi terakhir pasangan Jusuf Kalla-Wiranto
12% lebih suara.69
Ini membuktikan bahwa kinerja Presiden SBY diakui oleh
masyarakat Indonesia dengan mempercayakannya kembali menjabat sebagai
Presiden RI ke-7.
Kemudian hasil tersebut ditetapkan oleh KPU pada 18 Agustus 2009 bahwa
SBY-Boediono sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2009-2014.70
Hasil
ini sesuai dengan yang diharapkan oleh tim pemenangan SBY-Boediono, bahwa
Pemilu Presiden 2009 cukup satu putaran saja. Pelantikan pun dilaksanakan pada
20 Oktober 2009 di Gedung Nusantara yang disaksikan oleh Anggota MPR-RI.
Keesokan harinya 21 Oktober 2009, Presiden SBY mengumumkan susunan
kabinet yang diberi nama Kabinet Indonesia Bersatu II.71
Sebagian susunan
menteri tidak banyak mengalami perubahan, hanya saja ada beberapa yang
digantikan. Susunan ini berdasarkan usulan parpol pengusung yaitu Partai
Demokrat, PKS, PAN, PPP dan PKB serta Partai Golkar yang bergabung
setelahnya. Itulah puncak karir politik SBY yang telah menjadi bagian dari sejarah
perpolitikan di Indonesia. Kiranya atas capaian yang telah ditorehkannya agaknya
telah memberikan dampak positik bagi kemajuan bangsa. Tugas kita sebagai
68
“Bab V Hasil Pemilu”, 23 Juli 2017, kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf. 69
“Bab V Hasil Pemilu”, 23 Juli 2017, kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf. 70
Antara News, SBY-Boediono Presiden-Wapres Terpilih 2009,
http://www.antaranews.com/berita/151347/sby-boediono-presiden-wapres-terpilih-2009, diakses
pada 23 Juli 2017, pukul 18.49 WIB. 71
Kompas, Inilah Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II,
http://nasional.kompas.com/read/2009/10/21/22185589/Inilah.Susunan.Kabinet.Indonesia.Bersatu.
II, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 19.20 WIB.
54
generasi penerus bangsa ialah melanjutkan demi sejahtera seluruh rakyat
Indonesia.
55
BAB IV
DESKRIPSI MODEL KEPEMIMPINAN KARISMATIK
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI PARTAI DEMOKRAT
Bab ini merupakan inti dari penelitian mengenai model kepemimpinan
karismatik yang dipraktikkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Selanjutnya penulis juga akan menganalisis faktor-faktor penyebab SBY dapat
dikategorikan sebagai pemimpin karismatik di Partai Demokrat. Lalu di akhir
terdapat penjelasan mengenai pandangan tentang kepemimpinan Partai Demokrat
yang juga berkaitan dengan sosok SBY saat ini dan kemungkinannya di masa
mendatang.
A. Model Kepemimpinan Karismatik SBY di Partai Demokrat
Partai Demokrat yang lahir pada 9 September 2001 juga memiliki kesamaan
tanggal dengan kelahiran SBY. Otomatis setiap tahun pada tanggal tersebut para
kader Partai Demokrat juga ikut merayakan ulang tahun pemimpinnya. Itu salah
satu bentuk pengakuan bagi partai kepada sosok SBY yang masih dan akan terus
menjadi tauladan dan sosok kebanggaan partai, tidak lupa tentunya mengabdi
kepada Partai Demokrat.
Kader Partai Demokrat dan SBY diibaratkan sebagai dua sisi mata uang.
Bisa dikatakan seperti itu karena menurut kader partai, sosok SBY ibarat matahari
dengan berbagai kilauan seperti prestasi, latar belakang kehidupan keluarganya,
pengalaman kepemimpinannya, visi dan misi untuk Partai Demokrat sekaligus
bangsa ini dan kilauan lainnya. Sisi yang lain yaitu SBY, sosoknya tanpa sadar
telah menjadi dominan di partai. Visinya tentang Indonesia, semangatnya untuk
56
mereposisi kepemimpinan yang baru di Indonesia, serta gagasan lain yang
mengilhami Partai Demokrat hingga kini, menjadi sentuhan baginya untuk terus
menjadi sosok pemimpin karisma.
Walaupun para kader percaya bahwa sosok pemimpin karismatik SBY
bukanlah suatu bentuk upaya langsung SBY untuk dikagumi, karena hal-hal yang
mendasari kekaguman mereka bukanlah sebuah skenario yang dibuatnya. Mereka
percaya bahwa pemimpin karismatik adalah suatu bawaan dari si pemimpin,
terlepas dia menjadi pemimpin di suatu negara atau bukan, jika dia ditakdirkan
sebagai pemimpin karismatik, ia akan tetap menjadi pemimpin yang memiliki
basis massanya sendiri. Menurut Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai
Demokrat Jemmy Setiawan, beliau mengatakan bahwa:
SBY adalah manusia terbaik di zamannya, yang lulus dengan prestasi, baik ketika
di dunia militer, menjadi menteri, hingga menjadi presiden. SBY memiliki visi
yang saya kira terus dipercaya oleh seluruh kader yang semangatnya masih terus
dirasakan. Saya kira karismatik itu tidak bisa dibuat-buat, ibarat suatu DNA
bawaan dari dirinya langsung, yang sudah teruji jauh sebelum dia memimpin
negeri ini, artinya dia akan menjadi pemimpin di kelompoknya, di lingkungannya.
Dia lahir begitu saja, dan SBY sadar akan proses dan memercayai proses. 1
Mengamini pernyataan Jemmy Setiawan, Kepala Biro Diklat DPP Partai
Demokrat Faisal Salim, mengatakan bahwa:
SBY adalah sosok yang karismatik di Partai Demokrat. Dia adalah sosok yang
sangat penting di Partai Demokrat. Pemikiran dan gagasan briliannya akan terus
dijadikan pedoman partai. Kapabilitasnya di bidang kepemimpinan tidak bisa
diragukan lagi sehingga di partai sendiri terus terasa sosoknya. Kepemimpinannya
di Partai Demokrat yang demokratis, selalu terbuka akan hal yang terus update dan
juga pemikiran para kadernya.2
1 Wawancara pribadi dengan Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP
Partai Demokrat, 25 Oktober 2017, di Universitas Sahid Tebet, Jakarta. 2 Wawancara pribadi dengan Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat, 13
September 2017, di Fraksi Partai Demokrat, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.
57
Dari dua pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang
coba dipraktikkan oleh SBY di Partai Demokrat adalah kepemimpinan
demokratis, sehingga berbagai arahan dan masukannya bukan sesuatu yang
terpaksa jika dilakukan oleh para kader Partai Demokrat.
Selanjutnya, dikatakan karisma tergantung pada pengikut dan pemimpin.
Bahwa karisma merupakan reaksi dari para pengikut kepada pemimpin yang
mempunyai karakter khusus, kepahlawanan, kesucian dan patut untuk dicontoh
sehingga timbullah pengabdian. Sedangkan pemimpin memberikan sentuhan atau
bumbu-bumbu kepada para pengikut yang melebihi penghargaan ataupun
pemujaan serta kepercayaan.3
Kemudian diibaratkan tentang seorang pemimpin karismatik merupakan
seorang idola, seorang pahlawan atau mungkin seorang Imam Mahdi, menjadi
juru selamat yang muncul pada waktu terjadi keadaan yang sulit dan berbahaya.4
Dari penyelamatan yang bersumber “keadaan bahaya” kemudian menyebabkan
munculnya rasa emosi yang berbeda dari para pengikut. Bentuk respons bukan
hanya ditunjukkan melalui rasa emosional melainkan muwujudkan dalam bentuk
loyalitas karena penyelamatan tadi atau janji-janji yang terucap dari si pemimpin
karismatik tersebut. Mereka memercayai bahwa dari janji tersebut bisa memenuhi
kebutuhan yang selama ini belum terpenuhi atau terpuaskan.
Sebenarnya krisis atau keadaan bahaya diperlukan untuk menguji adanya
karisma dalam diri pemimpin. Karena ketika sebuah organisasi mengalami konflik
3 Wirawan, Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 165. 4 Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 166.
58
maka terujilah segala hal yang dimiliki oleh si pemimpin karismatik tadi. Adanya
krisis yanng datang dalam kepemimpinan tokoh karismatik, itulah situasi yang
menumbuhkan rasa ingin tahu bagi para pengikut untuk melihat kualitas yang ada
pada pemimpin yang ia kagumi.
Seperti halnya dalam Partai Demokrat, di umur yang masih belia, ia
tersangkut konflik yang bisa dibilang tidak mudah untuk dilalui oleh partai baru
tersebut. Yaitu kasus tindak pidana korupsi yang menyeret sejumlah nama kader
utama Partai Demokrat. Sontak pukulan tersebut begitu mengguncang Partai
Demokrat bahkan sempat menurunkan angka elektabilitas partai menurut survei
Lembaga Survei Indonesia tahun 2011.
Hasil survei LSI yang dilakukan pada bulan Juni 2011, elektabilitas
Demokrat merosot ke angka 15,7 persen padahal hasil Pemilu Legislatif tahun
2009 berada pada kisaran 20 persen. Saat itu, kasus mantan Bendahara Umum
Partai Demokrat, Nazaruddin, yang diungkap oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tengah gencar dibicarakan di media dan publik rakyat Indonesia.5
Kader-kader Partai Demokrat yang tengah menjadi sorotan kala itu, bukan
karena prestasinya melainkan perbuatan korupsi uang rakyat. Berawal dari
kicauan Nazaruddin di muka persidangan kemudian menyeret kader partai lainnya
hingga Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat ikut terseret. Sebelum
dirinya menyatakan mundur dari jabatannya, Anas kemudian divonis sebagai
tersangka kasus korupsi. Tak berhenti sampai di situ, kicauan Nazarudin pun
berlanjut dan kembali mengucapkan nama-nama penikmat uang haram kasus
5 Kompas, LSI: Elektabilitas Terus Turun, Demokrat Bakal Jadi Parpol Papan Tengah,
http://amp.kompas.com/nasional, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.45 WIB.
59
pembangunan gedung Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga
Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat tersebut.
Seperti Artis Angelina Sondakh dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga
Andi Malarangeng juga ikut menikmatinya. Dalam kasus lain, I Putu Sudiartana,
dan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, juga
ikut tersangkut kasus korupsi.
Deretan panjang nama-nama koruptor yang ada di tubuh Partai Demokrat
memberikan guncangan baik internal partai dan juga masyarakat Indonesia yang
kala itu memercayakan partai berlambang segitiga merah putih dalam spirit anti
korupsinya. Walaupun terdapat pakta integritas yang disetujui oleh seluruh kader
agar siapapun yang terlibat kasus korupsi harus segera menyatakan diri keluar dari
Partai Demokrat.6
Sejumlah persoalan yang menimpa para kader demokrat kemudian menjadi
guncangan tersendiri bagi internal partai. Karena sebagai partai pemenang pemilu
dua kali, dan waktu pemilu selanjutnya yang sudah tidak lama lagi, membuat
kalang-kabut keadaan saat itu. Presiden SBY diminta harus tetap teguh,
memegang prinsip keadilan tanpa pandang bulu, sekaligus membuktikan jargon
politiknya yang menyatakan perang terhadap korupsi. Sehingga SBY kala itu
harus segera mengambil langkah taktis untuk mengisi kekosongan kepemimpinan
Partai Demokrat, sehingga SBY sebagai Presiden RI juga sebagai Ketua Umum
Partai Demokrat, dan menyaksikan pencopotan kader-kader terbaik partainya.7
6 Detik, Inilah Kisah 8 Politisi Partai Demokrat Yang Terbelenggu Hukum Dijerat KPK!,
http://detik.com/nasional, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.52 WIB. 7 Tempo, SBY Bersedia Jadi Ketua Umum Partai Demokrat, http://nasional.tempo.co/,
diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.50 WIB.
60
Menurut Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat Jemmy
Setiawan, beliau mengatakan bahwa:
SBY mampu menjadi magnet, mampu menjadi pemersatu, pemersatunya bukan
soal dia ditakuti, tapi gagasan dia melampaui, ini yang membuat SBY menjadi
epicentrum di internal partai, dinamika konflik di internal partai itu biasa, dan itu
dianggap tidak menjadi ancaman, karena dengan dinamika tersebut lah
pendewasaan partai menjadi lebih matang. 8
Sesungguhnya konflik ini kemudian dipandang sesuatu yang biasa, sesuatu
yang justru dapat mendewasakan partai politik. Walaupun memang, sosok SBY
sangat berperan penting kala itu untuk tetap menjaga kesolidan dan kepercayaan
bukan saja bagi internal partai tapi juga masyarakat Indonesia.
Ternyata kekhawatiran ini bukan saja dirasakan oleh internal partai.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pengamat Politik, Djayadi Hanan yang
mengatakan bahwa:
Kemudian pada tahun 2012-2013, demokrat mengalami masalah kan internal, nah
jika itu terjadi di partai lain, golkar misalnya, mungkin sudah pecah. Ketika ada
faktor SBY maka semuanya masih utuh, kalo engga ada SBY, ya mungkin
Demokrat sudah pecah. 9
Pernyataan tersebut memberikan pandangan bahwa Partai Demokrat
beruntung memiliki sosok SBY. Sosoknya dinilai masih menjadi penentu utama
kesolidan dari Partai Demokrat. Terkait dengan hubungan antara SBY dengan
kader Partai Demokrat seperti kekaguman terhadap pemimpin karismatik dan
munculnya keinginan untuk mengidentifikasi diri sebisa mungkin meniru
8 Wawancara pribadi dengan Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP
Partai Demokrat, 25 Oktober 2017, di Universitas Sahid Tebet, Jakarta. 9 Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.
61
pemimpin.10
Ini kemudian menjadi pengaruh kuat pemimpin terhadap para
pengikut.
Selanjutnya yang membuat pemimpin karismatik terus disegani adalah
karena memiliki visi. Sehingga pengaruh pemimpin karismatik akan terus
dirasakan oleh para pengikutnya. Sebagaimana misalnya SBY yang terus aktif
menyuarakan aspirasi atas nama Partai Demokrat akan kebijakan partai bukanlah
sebagai oposisi ataupun koalisi, tetapi partai tengah. Memberikan arti bahwa
Partai Demokrat akan terus mendukung pemerintahan Jokowi, tetapi juga aktif
menjadi pengawas bersama masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
saat ini.
Kemudian, SBY yang menyambut baik keinginan KPK untuk bekerja sama
dengan partai politik dalam membangun sistem integritas.11
Semangat yang ingin
memerangi penyakit demokrasi adalah pengaruh nyata dari SBY dalam hal ini
Partai Demokrat, kepada komitmen pemerintah untuk memberantas korupsi.
Walaupun sangat disayangkan sikap Partai Demokrat ini tidak diikuti oleh partai-
partai lain.
Tidak berhenti sampai di situ, SBY yang memiliki visi yaitu visi
Indonesianya yang lebih baik, Indonesia yang lebih bermartabat, seperti yang
dikatakan oleh Kepala Departemen Bidang KPK DPP Partai Demokrat Jemmy
Setiawan:
10
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 166. 11
Ian, “KPK Bantu Integritas Parpol,” Kompas, 14 September 2017.
62
Terlepas Ia tak lagi menjabat sebagai Presiden RI, pikiran-pikirannya masih
dominan, sangat berpengaruh. SBY disegani karena visinya, visinya Indonesia
lebih baik, Indonesia bermartabat. Pada akhirnya, membuat semua murid-muridnya
meniru.12
Perlu digarisbawahi bahwa terlepas SBY tidak lagi menjabat sebagai
Presiden RI, gagasan-gagasannya terus hidup dan berpengaruh penting dalam
setiap kebijakan organisasi partai. Hal ini berkaitan langsung dengan pengaruh
pemimpin karismatik juga bisa dilihat melalui seberapa lama atau daya tahan dari
karisma yang dimiliki oleh si pemimpin karismatik. Terlepas pemimpin
karismatik tidak lagi menjabat, namun karismanya akan tetap bertahan. Dengan
kata lain walaupun pengaruh pemimpin karismatik tergantung pada situasi, sifat
karisma tetap ada.13
Sementara itu Partai Demokrat terbilang berhasil karena mampu memiliki
seorang pemimpin karismatik di dalamnya. Tak bisa dipungkiri bahwa ke depan
Partai Demokrat membutuhkan sosok SBY-SBY lain yang berpengaruh baik di
internal partai ataupun bangsa. Maka dari itu, Partai Demokrat memerlukan
kaderisasi yang baik, memerlukan konsolidasi kepemimpinan yang nantinya dapat
menggantikan sosok SBY, walaupun sosoknya memang tidak tergantikan.
Dalam hal ini upaya Partai Demokrat tentang mekanisme kaderisasi terus
dilakukan, melalui program pelatihan kepemimpinan rutin tiap enam bulan sekali.
Setiap kader yang mengikuti program tersebut akan mendapatkan merit sistem
(catatan prestasi). Kemudian catatan prestasi inilah yang memungkinkan
digunakan para kader untuk bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi.
12
Wawancara pribadi dengan Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP
Partai Demokrat, 25 Oktober 2017, di Universitas Sahid Tebet, Jakarta. 13
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 168.
63
Dalam Partai Demokrat, jenjang yang dimaksud adalah sistem dari
penggolongan kader. Golongan yang pertama bernama Pratama yang dilakukan
kader di tingkat Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Tahapan selanjutnya yaitu
Madya yang berada di tingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Terakhir kader
tersebut akan berproses sebagai Utama di tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Perihal lama waktu di tiap masing-masing tahapan yang harus diselesaikan
oleh kader yaitu kader Pratama menjadi anggota aktif di DPC kurang lebih satu
tahun. Teruntuk kader Madya, anggota aktif dalam kepengurusan di DPD selama
dua tahun. Dan untuk kader tertinggi yaitu kader Utama, anggota sudah tercatat
sebagai pengurus dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun lamanya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Biro Diklat DPP Partai
Demokrat Faisal Salim:
Rangkaian proses yang dilalui oleh para kader untuk melihat kematangan sekaligus
loyalitas kader kepada Partai Demokrat. Bahwa, dalam organisasi jangan pernah
lupakan prosesnya, karena proses tidak akan membohongi hasil. 14
Sehingga tahapan-tahapan yang ditempuh oleh para kader berguna untuk
melihat kematangan dari para kader dan dalam setiap prosesnya akan terlihat
orang-orang yang memiliki loyalitas kepada Partai Demokrat.
B. Faktor-faktor Penyebab SBY di Partai Demokrat Dikategorikan
Sebagai Pemimpin Karismatik
Kekalahan SBY dalam memperebutkan kursi Wakil Presiden pada tahun
2001 menjadi tonggak sejarah berdirinya Partai Demokrat. Pemakzulan Presiden
Gus Dur pada Sidang Istimewa MPR yang membuat Megawati Soekarnoputri
14
Wawancara pribadi dengan Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat, 13
September 2017, di Fraksi Partai Demokrat, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.
64
duduk sebagai Presiden Republik Indonesia (RI) yang semula adalah wakil
presiden. Hal ini menyebabkan kursi Wakil Presiden (Wapres) RI pun menjadi
kosong.
Menteri Koordinasi Politik Sosial dan Keamanan (Menkopolsoskam) di era
Presiden Gus Dur ini didorong untuk maju dalam pencalonan Wapres RI. Secara
resmi Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia (FKKI) mengajukan SBY sebagai
calon wakil presiden, bersama dengan itu muncul empat nama lain yang kemudian
bersaing dalam perebutan kursi Wapres RI.
Diantaranya Hamzah Haz diajukan oleh Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Akbar Tanjung dari Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar),
Agum Gumelar dari Fraksi Perserikatan Daulatul Ummah, dan Siswono
Yudhosono yang diajukan oleh anggota MPR secara perseorangan. Akhirnya,
hasil pemilihan pun menempatkan SBY di posisi ketiga dengan posisi kedua
Akbar Tanjung dan posisi pertama yaitu Hamzah Haz, otomatis Hamzah Haz
keluar sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Megawati Soekarnoputri.
Peristiwa bersejarah ini yang menjadi ilham SBY bahwa untuk
mendapatkan kursi kepemimpinan di Indonesia memerlukan kendaraan politik
yang bisa mengantarkan seseorang untuk memimpin dan berkuasa. Kendaraan
politik yang dimaksud ialah Partai Demokrat yang digunakan SBY untuk maju
dalam Pemilihan Presiden Tahun 2004.
Partai yang memiliki ideologi Nasionalis-Religius ini menjadi jalan tengah
bagi pemilih kemudian dalam mewarnai kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu).
65
Semangat yang ditawarkan yaitu nasionalisme, humanisme, internasionalisme
berdasar pada ketakwaan untuk masyarakat yang demokratis dan sejahtera.15
Kemudian partai ini menjelma menjadi partai yang mengalami
personalisasi, di mana sosok SBY menjadi figur utamanya. Sosok SBY di tengah
masyarakat menjadi sangat dikenal dan amat dikagumi bahkan mengalahkan
pamor Partai Demokrat sendiri. Sebagaimana Pengamat Politik Djayadi Hanan
mengungkapkan:
Partai Demokrat merupakan partai yang personalized party (partai yang mengalami
personalisasi). Di Indonesia sendiri bukan hanya Partai Demokrat, tetapi ada PDIP
dengan Megawati, meskipun sekarang sudah sedikit berkurang, lebih ke Jokowi
misalnya. Ada juga Nasdem dengan Surya Paloh, kemudian Partai Gerindra , orang
bicara Gerindra ya Prabowo, kalo orang bicara Prabowo belum tentu Gerindra,
karena ketokohan Prabowo lebih besar dari pada partainya. Sama seperti SBY,
ketika orang ditanya Partai Demokrat maka orang yg diingat SBY, begitu ditanya
SBY belum tentu orang ingat Partai Demokrat. Karena karismanya itu. 16
Bahkan untuk ukuran partai yang baru berdiri, Partai Demokrat cukup
banyak mendulang suara ketika pertama kali mengikuti kontes Pemilu yang dalam
verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperoleh nomor urut 9. Dalam
Pemilu 2004, Partai Demokrat meraup suara sebesar 7,46 persen dan
mendapatkan 55 kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini menunjukkan
respon masyarakat yang positif terhadap partai yang dibentuk atas prakarsa SBY
ini. Berikut rincian hasil Pemilu Anggota DPR Tahun 2004.17
15
Partai Demokrat, Visi Misi Partai Demokrat, http://demokrat.id, diakses pada 18
Oktober 2017, pukul 17.00 WIB. 16
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta. 17
KPU, Modul Pemilih untuk Pemula, http://kpu.go.id/, diunduh pada 23 Juli 2017, pukul
16.23 WIB.
66
Tabel IV.A.1
Hasil Pemilu Anggota DPR Tahun 2004
No Nama Partai Jumlah
Suara
%suara Kursi
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 906,739 0,80 1
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 634,515 0,56 0
3 Partai Bulan Bintang 2.965.040 2,62 11
4 Partai Merdeka 839,705 0,74 0
5 Partai Persatuan Pembangunan 9.226.444 8,16 58
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1.310.207 1,16 4
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 669,835 0,59 0
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1.228.497 1,09 0
9 Partai Demokrat 8.437.868 7,46 55
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1.420.085 1,26 1
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 844,48 0,75 1
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah
Indonesia
890,98 0,79 0
13 Partai Amanat Nasional 7.255.331 6,41 53
14 Partai Karya Peduli Bangsa 2.394.651 2,12 2
15 Partai Kebangkitan Bangsa 12.002.885 10,61 52
16 Partai Keadilan Sejahtera 8.149..457 7,20 45
17 Partai Bintang Reformasi 2.944.529 2,60 14
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 20.710.006 18,31 109
19 Partai Damai Sejahtera 2.424.319 2,14 13
20 Partai Golongan Karya 24.461.104 21,62 128
21 Partai Patriot Pancasila 1.178.738 1,04 0
22 Partai Sarikat Indonesia 677,259 0,60 0
23 Partai Persatuan Daerah 656,473 0,58 0
24 Partai Pelopor 896,603 0,79 3
TOTAL 113.125.750 100,00 550
Sumber : KPU, Modul Pemilih untuk Pemula, diunduh dari http://kpu.go.id/.
Bukan tanpa alasan, di awal kemunculan Partai Demokrat yang sudah
mendapatkan tempat di hati publik masyarakat Indonesia. Sosok SBY begitu
melekat, karena dirinya dinilai mampu memberikan warna baru dalam kancah
perpolitikan Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa pengaruh yang ada pada diri
SBY, begitu digandrungi oleh masyarakat. Pengaruh ini kemudian dinamakan
oleh karisma.
67
Memiliki postur tubuh tinggi, besar, gagah, tegas menjadi salah satu modal,
yang baik di dunia politik dalam menarik simpati masyarakat. Selain itu sosoknya
yang tenang, bersih, santun dan cerdas mampu membuat Partai Demokrat, bisa
dikatakan menandingi partai-partai besar yang keberadaannya telah lebih dulu
dibanding partai berlambang bintang segitiga berwarna merah putih itu. Sebut
saja, Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan PPP.
Maka dari itu, Partai Demokrat dengan sosok SBY dibelakangnya walaupun
terbilang baru namun tidak bisa dianggap remeh.
Tentang karisma yang berasal dari pesona fisik tersebut, menurut Djayadi
Hanan yang mengiyakan bahwa faktor tersebut cukup menjadi magnet masyarakat
saat itu, selain faktor-faktor pendukung lainnya. Sebagaimana diungkapkan oleh
ahli dalam bidang perbandingan politik, dan partai politik tersebut:
Partai Demokrat itu fungsinya sebagai kendaraan politik SBY menjadi presiden.
Nah, kebetulan sebagai seorang pribadi yang memperoleh pasar sendiri di
masyarakat, kualitas personalnya pertama dilihat dari fisik, besar, tinggi, ganteng,
gagah. Itu kualitas personal yang disukai orang dalam politik. 18
SBY yang selalu terlihat perfeksionis dalam setiap kesempatan, seperti
mengenakan busana resmi, tatanan rambut yang tertata rapi, wajah dengan penuh
senyuman, menampilkan sosok yang apik. Dengan gaya penuturannya yang
santun, sosoknya yang tenang, senyumnya yang menyejukkan hati membuat
dirinya dekat dengan semua lapisan masyarakat.19
Serta dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa tubuh dan verbal yang sempurna dengan suara yang mantap,
sehingga setiap kata dan kalimat yang keluar terlihat lantang dan begitu
18
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta. 19
Bahrudin Supardi, Jalan Panjang Menuju Istana, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 210.
68
meyakinkan. Tak berhenti sampai di situ, sesekali dalam kampanyenya dengan
Partai Demokrat, SBY tak malu unjuk kebolehan bernyanyi di atas panggung
menunjukkan pribadinya sebagai pemimpin yang membumi.
Sosok seperti inilah yang dirindukan oleh masyarakat setelah kegemparan
peristiwa politik belakangan sebelum reformasi, dengan beberapa calon pemimpin
dinilai masih belum memuaskan hati rakyat. Kemunculan SBY seperti oase di
gurun pasir, terlihat bahwa dirinya ingin merangkul semua golongan, tanpa
maksud memunculkan musuh-musuh baru. Terlihat dari peristiwa ketika SBY
mundur dari jabatan menteri, yang justru memunculkan rasa simpati masyarakat.20
Sosoknya terlihat tetap rendah hati meskipun ia dicibir oleh partai pendukung
presiden kala itu.
Selain itu, SBY dengan Partai Demokrat saat itu hadir menawarkan
demokrasi yang baru, kepemimpinan yang baru dengan meyakini bahwa dalam
politik terdapat yang namanya etika berpolitik.21
Sehingga dalam meraih
kepercayaan masyarakat harus dengan tulus tanpa paksaan, tidak melulu diiming-
imingi dengan uang.
20
Supardi, Jalan Panjang, h. 209. 21
Supardi, Jalan Panjang, h. 208.
69
Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian bisa dikatakan bahwa bukan
sekadar pesona fisik yang ditawarkan melainkan ada variabel pendukung lainnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua
dalam buku Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian karangan Wirawan bahwa ada empat variabel penting yang harus ada
dalam perilaku pemimpin karisma: 22
Visi dari kepemimpinan karismatik itu berbeda dengan pemimpin
masa lalu.
Cenderung menolak status quo.
Tindakan terlihat heroisme berisiko mengorbankan diri untuk orang
banyak.
Sensitif akan kebutuhan emosional para pengikut.
SBY mempopulerkan dirinya sebagai wajah dari demokrasi dan
kepemimpinan yang baru, berpikir untuk berbeda dengan pemimpin masa lalu.
Dengan kemampuannya dalam membuat dan mengejawantahkan dalam bentuk
visi yang menginspirasi banyak orang. Sebagaimana yang diucapkan oleh SBY
melalui tulisan, bahwa rumusan visi yang baik bagi seorang pemimpin harus
menginspirasi, tak mengapa jika singkat karena mudah diingat tetapi jelas dan
pesan yang ingin disampaikan dalam visi haruslah kuat.23
Konsep kepemimpinan baru yang ditawarkan oleh SBY ini yang tidak
menginginkan hal yang monoton, seperti yang terjadi dalam kepemimpinan
22
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 165. 23
Susilo Bambang Yudhoyono, “Pemimpin Strategis Harus Punya Visi,” Strategi Politik,
Ekonomi & Keamanan, Agustus/September 2017, 110.
70
Presiden Gus Dur, di mana presiden bisa sewaktu-waktu dijatuhkan oleh parlemen
misalnya. Apalagi terlihat jelas bahwa presiden harus mengakomodir kepentingan
- kepentingan politik.
Selain itu peristiwa mundurnya SBY dalam jabatan menteri terlihat heroik,
bahwa seorang SBY yang baru dalam dunia perpolitikan rela mundur dari
kekuasaan, demi menghindari kegaduhan politik antara pembantu presiden
dengan presidennya. Dengan penyampaian gagasan politiknya yang lugas, tutur
bahasa santun dan sikap dewasa politik ini dinilai meredakan emosi rakyat akan
kebutuhan kepemimpinan Indonesia yang baru.
Keterpikatan publik dengan sosok SBY yang bukan siapa-siapa kala itu,
yaitu bukan sedang menjabat sebagai pemimpin di dunia militer ataupun
pemerintahan. Memberikan arti bahwa kepemimpinan karismatik tidak berdasar
pada otoritas formal atau kekuasaan posisional, melainkan ia hanya berpegang
pada kekuasaan personal.24
Namun bayang-bayang akan kepemimpinan lalu yang
pernah dicapai bisa berpengaruh kepada kualitas sosok SBY.
Sebelum memulai karir politik, SBY dikenal sebagai seorang jenderal
kehormatan di dunia militer. Memiliki darah militer dari sang ayah sekaligus
menimba ilmu pendidikan di lingkungan militer, sejak muda SBY terbiasa
menghadapi situasi yang menguras mental. Bahkan SBY muda sempat memimpin
3.000 orang ketika menjabat sebagai Komandan Divisi Korps Taruna saat
menimba ilmu di Akademi Militer Nasional.25
24
Wirawan, Kepemimpinan Teori, h. 164. 25
Susilo Bambang Yudhoyono, Selalu Ada Pilihan, (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2014), h. 156.
71
Selepas taruna, ia kembali dipercaya menjadi Komandan Peleton di
Komando Cadangan Strategis TNI-AD (Kostrad).26
Sempat mengenyam
pendidikan perwira di Amerika Serikat, ia pun dipercaya menjabat Chief Military
Observer/UNMO di Bosnia-Herzegovina. Kepemimpinan ini bertugas sebagai
pengawas di negara-negara yang sedang mengalami gencatan senjata.
Tak lama berselang, SBY didapuk sebagai Kepala Staf Sosial Politik
(Kasospol) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).27
Sebelum SBY
bergabung dengan Kabinet Presiden Gus Dur sebagai Menteri Pertambangan dan
Energi dan meninggalkan karir politiknya, ia menyelesaikan kepemimpinannya
sebagai Kepala Staf Teritorial sekaligus mendapatkan pangkat Jenderal
Kehormatan tersebut.
Wajar jika dikatakan SBY dianggap mumpuni dalam bidang kepemimpinan,
sebelum ia mendapatkan jabatan di pemerintahan, nyatanya Putra Pacitan ini
sudah melanglang buana menjadi pemimpin di militer. Modal inilah yang dilihat
dan diakui oleh masyarakat akan segi kepemimpinan yang dimiliki oleh SBY.
Selain itu latar belakang keluarga SBY dianggap mumpuni ketika
melihatnya sebagai menantu dari Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo,
Gubernur Akabri. Sosok Sarwo Edie Wibowo ini sangat menonjol dalam dunia
militer dan dikenal oleh publik Indonesia akan jasanya menumpas pemberontakan
Gerakan 30 September. Maka dari itu, praktis nama SBY begitu dipercaya ketika
dirinya akan didaulat memperebutkan kursi nomor satu di Indonesia dari partai
yang baru berdiri pada tanggal 9 September 2001 ini.
26
Garda Maeswara, Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono, (Jakarta: Narasi, 2009),
h. 29. 27
Supardi, Jalan Panjang, h. 155.
72
Dunia militer memang memiliki kualitas tersendiri bagi prajurit-prajuritnya.
Apalagi SBY telah menamatkan jenjang kepangkatannya di militer sebagai
Jenderal Kehormatan. Sehingga dalam hal kepemimpinan, SBY sudah tidak
diragukan lagi, justru menjadi daya pikat tersendiri di masyarakat. Seorang
mantan Jenderal mencalonkan diri menjadi pemimpin negara walaupun
pencalonannya tersebut dari Partai Demokrat, yang namanya belum sebesar Partai
Golkar, dan partai pendukung pemerintah yaitu PDIP.
Seperti yang disampaikan pula oleh Pengamat Politik, Djayadi Hanan
bahwa:
SBY kala itu selain dianugerahi oleh pesona fisik yang apik, ia juga seorang
Jenderal di militer. Orang militer dianggap sebagai personal yang punya kemampuan,
apalagi sekelas Jenderal.28
Sehingga latar belakang militer ini dianggap seseorang yang memiliki
kemampuan untuk memimpin, tegas sekaligus menunjukkan seorang figur yang
kuat.
Selain itu, SBY dikenal pula oleh internal partai sekaligus masyarakat
sebagai pemimpin yang cerdas. Tak sedikit capaian yang telah diraih olehnya,
baik ketika di dunia militer ataupun ketika ia menjadi orang nomor satu di
Indonesia selama sepuluh tahun, kemudian dipercaya menjadi pemimpin Partai
Demokrat yang belum lama ini merayakan hari jadinya ke-16 pada 9 September
2017. Bahkan momen bersejarah ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun SBY
ke 68.
28
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.
73
Raihan prestasi yang dianugerahkan kepada SBY ini pula menjadi bukti
bahwa sosoknya begitu pas dan sesuai untuk menahkodai partai berwarna biru
laut ini. Apalagi bentuk pengakuan akan kualitas diri SBY bukan saja didapat dari
dalam negeri melainkan luar negeri, yang mengakui kemampuan putra Indonesia
tersebut. Bahkan SBY sempat menjadi nominasi peraih penghargaan Nobel
Perdamaian pada 2006.
Bukan tanpa sebab, berkat semangat dan perhatiannya akan konflik
separatisme yang terjadi di ujung timur Indonesia, yaitu Aceh dan melahirkan
sebuah Kesepakatan Perdamaian Helsinki. Kesepakatan ini dinilai sebagai puncak
keberhasilan proses perdamaian di Aceh. Karena mengakhiri suatu konflik
bersenjata antara pemerintah Indonesia melalui TNI, dengan AGAM, sayap
militer GAM yang telah terjadi selama 30 tahun.29
Hal ini menjadikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia kembali kokoh dan menghilangkan ancaman
separatisme.
Bukan hanya itu, capaian sepuluh tahun pemerintahan SBY sebagai
Presiden RI. Diantaranya perolehan angka Produk Domestik Bruto (PDB) yang
terus meningkat, sekaligus membuat cadangan devisa negara ikut bertambah.
Bahkan menurunnya utang Indonesia dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) terus mengalami peningkatan. Angka kemiskinan menurun, serta terus
ditingkatkannya perlindungan sosial terhadap warga miskin melalui Raskin dan
29
Dino Patti Djalal, Harus Bisa! Seni Memimpin a la SBY, (Indonesia: Red & White
Publishing, 2008), h. 25.
74
Program BLT. Berbarengan dengan peningkatan anggaran pendidikan lebih dari
20 persen.30
Dari segi lain, capain prestasi dalam bidang kesehatan nasional dengan
peningkatan jumlah dokter. Sekaligus di bidang ketahanan negara SBY dalam
kabinetnya juga meningkatkan jumlah personel TNI sehingga anggaran untuk TNI
pun juga ikut bertambah.31
Fasilitas penunjang masyarakat seperti pasokan listrik juga mengalami
peningkatan demi menumbuhkan geliat dari sektor pembangunan. Sehingga dari
segi transportasi terus digenjot guna termobilisasinya daerah-daerah di Indonesia.
Masyarakat pun ikut merasakan program perumahan rakyat dari pemerintah.
Yaitu bertambahnya jumlah rumah layak huni secara signifikan.32
Selanjutnya di bidang pariwisata, Indonesia semakin dikenal oleh
masyarakat dunia dengan pertambahan wisatawan mancanegara sebesar 34
persen.33
Selain itu dalam bidang kerja sama internasional, hampir negara-negara
yang terbilang super power telah menjalin kerja sama di Indonesia. Posisi ini
menyebabkan Indonesia terbilang kuat di dunia Internasional.
Kerja sama ini tidak melulu di bidang ekonomi juga berhubungan langsung
tentang keamanan. Indonesia dikenal aktif mengirimkan Pasukan Garuda dalam
berkontribusi menjaga perdamaian dunia. Citra positif pun terus dibangun
Indonesia di mata dunia. Di dalam negeri sendiri, demi meningkatkan keamanan
30
Dewanto Samodro, SBY sampaikan capaian 10 tahun terakhir jadi bukti,
http://www.antaranews.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.05 WIB. 31
Elza Astari Retaduari, SBY Beberkan Keberhasilan Pimpin Indonesia 10 Tahun, ini
Detailnya, https://news.detik.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.03 WIB. 32
Didik Pambudi, Inilah Sejumlah Capaian Pemerintahan SBY Selama 10 Tahun,
http://www.demokrat.or.id/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.09 WIB. 33
Retaduari, “SBY Beberkan”, 5 Oktober 2017, https://news.detik.com/.
75
menyangkut aksi terorisme, di era kepemimpinan SBY setidaknya ada 549
tersangka terorisme telah ditangkap.34
Terkait dengan kebijakan pemberantasan korupsi di era SBY, prestasi juga
ikut ditorehkan. Bahwa adanya peningkatan indeks persepsi korupsi dari tahun
pertama kepemimpinan SBY tahun 2004 sebesar 2,0 menjadi 3,2 di 2014.35
Hasil
nyata tersebut membuktikan semangat anti korupsi sudah dipupuk sejak lama.
Tidak berhenti sampai di situ, SBY pun mengajak untuk melestarikan lingkungan
melalui program pemerintah menanam 1 miliar pohon.
Mungkin berkat ini pula SBY mendapatkan perhargaan tertinggi dari
partainya yaitu Partai Demokrat. Sempat menjabat sebagai Ketua Dewan
Pembina, dirinya mendapatkan anugerah Lifetime Achievement Award. Atas
pencapaian pemerintahan Presiden SBY selama dua periode berturut-turut dalam
bidang ekonomi, keamanan, kerja sama luar negeri, dan hukum.36
Penghargaan ini
pula membuktikan bahwa nama besar dari Partai Demokrat tidak terlepas dari
sosok SBY di belakangnya.
Anugerah tertinggi pula diraih SBY di luar negeri tepatnya dari Ratu Inggris
Elizabeth II. Ia mendapat penghargaan Knight Grand Cross in the Order of the
Bath. Penghargaan serupa pernah disematkan pula kepada mantan Presiden
Amerika Serikat Ronald Reagan, mantan Presiden Perancis Jacques Chirac, serta
Presiden Turki Abdullah.37
Kemudian beberapa gelar doktor honoris causa juga ia
34
Samodro, “SBY sampaikan”, 5 Oktober 2017, http://www.antaranews.com/. 35
Pambudi, “Inilah Sejumlah”, 5 Oktober 2017, http://www.demokrat.or.id/. 36
Sabrina Asril, Partai Demokrat Anugerahi SBY Lifetime Achievement Award,
http://regional.kompas.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.12 WIB. 37
Tomy Trinugroho, Presiden SBY Mendapat Penghargaan dari Ratu Inggris,
http://nasional.kompas.com/, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.25 WIB.
76
dapatkan dari berbagai kampus baik dalam dan luar negeri. Gelar doktor honoris
causa dalam bidang hukum, politik, pembangunan, pemerintahan serta
perdamaian ia dapat dari beberapa universitas yang ada di Thailand, Inggris,
Australias, Jepang, Tiongkok, Malaysia dan Singapura.
Selepas ia menjabat sebagai Presiden RI, seolah karisma dan pengaruhnya
masih diakui. Dunia meminta SBY menjadi Presiden Global Green Growth
Institute (GGGI) yang bermarkas di Seoul, Korea Selatan. Organisasi yang
bergerak dalam platform global tentang strategi negara-negara dalam
pertumbuhan hijau.38
Beralasan karena Sosok SBY merupakan pemimpin yang
memiliki kepribadian yang santun dan telah sukses mengubah Indonesia menjadi
negara yang sangat maju pesat dalam sistem demokratis.39
Kadang, dalam partai pun memang memerlukan sosok yang cemerlang
seperti SBY. Selain untuk membangun citra partai, masyarakat pun membutuhkan
sosok teladan untuk saat ini, bahkan masa depan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat Faisal Salim:
Bisa disebut sebagai tolak ukur bagi internal partai sekaligus penyemangat untuk
bisa mengharumkan nama partai bahkan negara seperti yang telah dilakukan SBY
hingga kini.40
Hal serupa juga turut disampaikan oleh Pengamat Politik Djayadi Hanan
bahwa:
Pemimpin yang cerdas juga merupakan hal penting yang menunjang kapabilitas si
pemimpin itu sendiri. Sama halnya dengan partai politik, ia dijadikan sebagai
38
Haikal, “Global Green Growth Week 2016, Korea Selatan”, Jendela Demokrat, Oktober
2017, 83. 39
Reza, “71 Tokoh Berpengaruh 2016: Tokoh Nasional”, Men’S Obsession, Agustus 2016,
32. 40
Wawancara pribadi dengan Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat, 13
September 2017, di Fraksi Partai Demokrat, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.
77
kendaraan si pemimpin untuk mendapatkan kekuasaan nantinya, akan tetapi si
penguasa pun juga harus memiliki kapabilitas untuk menjadi seorang pemimpin.41
Pemimpin haruslah sosok yang cerdas dan gemilang dalam prestasi, karena
hal tersebut sangat berguna bagi diri pemimpin dan juga partai politik dalam
menarik kepercayaan masyarakat sekaligus keberlangsungan partai.
Sehingga faktor-faktor seperti Partai Demokrat merupakan kendaraan
politik SBY, kualitas personal SBY yang cerdas dan pesona fisiknya yang baik,
berasal dari latar belakang keluarga militer, serta memiliki torehan prestasi baik
dalam yaitu menjadi Presiden RI selama dua periode berturut-turut dan luar
negeri, membuat dirinya menjadi seorang pemimpin yang berkarisma di Partai
Demokrat.
C. Pandangan Kepemimpinan Partai Demokrat di Masa Mendatang
Realitas tentang pentingnya sosok SBY dalam Partai Demokrat bahkan
cenderung menomorsatukannya menimbulkan kegelisahan perihal masa depan
partai ini. Sebagai partai politik yang memiliki fungsi sebagai sarana rekrutmen
politik, yang berkaitan dengan kaderisasi kepemimpinan nasional dan khususnya
internal partai di kemudian hari. Sebab kaderisasi ini menjadi penting guna
kelangsungan hidup partai, yang memungkinkan bagi partai untuk bisa
menawarkan kader-kader mumpuni untuk bisa dipilih oleh rakyat untuk dijadikan
pemimpin.
Apabila partai hanya bergantung dengan satu sosok saja, tanpa berusaha
untuk melahirkan kader sekelas ataupun mendekati sosok pemimpin yang
dikagumi dalam partai tersebut, bisa saja mengancam kontinuitas atau kelestarian
41
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.
78
partai.42
Selain itu terkait dengan konflik yang terjadi dalam internal partai seperti
yang sempat terjadi di Partai Demokrat dan memang sosok SBY lah menjadi
penentu kesolidan partai. Jika ini terjadi di kemudian hari dengan sosok SBY
tidak menemani, maka kader yang berkualitas dan mumpuni inilah menjadi
diperlukan. Aspek manajemen konflik dalam internal partai perlu
dipertimbangkan agar partai tersebut tetap solid dan diharapkan terus mampu
berkontribusi bagi negara baik pemikiran, penyalur aspirasi hingga melahirkan
pemimpin bangsa yang memiliki kapabilitas apik.
Memang terlihat usaha ketua umum Partai Demokrat ini dalam mencoba
menularkan karismanya melalui anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Bukan sebuah rahasia umum lagi, bahwa AHY menjadi diperhitungkan berkat
sosok SBY yaitu seorang putra mantan presiden, pernah berkiprah di dunia
militer, sehingga bayang-bayang ayahnya selalu menyertainya. Walhasil, orang
melihat bukan karena AHY-nya, tapi dia itu anak siapa.43
Hal serupa juga diungkapkan oleh Pengamat Politik Djayadi Hanan:
Sekarang tugas Partai Demokrat ialah melakukan transisi, dari partai yang
bergantung dari SBY, kepada partai yang bergantung kepada sistem. Sistemnya
harus dibangun, lalu nanti dimunculkan siapa calonnya. Walaupun calonnya itu
anaknya sendiri seperti AHY, tetapi Agus ini kan pemimpin generasi kedua, Ia
tidak sekarismatis SBY. Nantinya, mungkin yang memimpin AHY tapi dibarengi
dengan sistem yang sudah tertata di Partai Demokrat itu. Sehingga Partai Demokrat
itu akan berubah menjadi partai yang lebih modern dengan mengandalkan sistem. 44
Bahwa sosok AHY ini tidak sekuat atau sebanding dengan SBY.
Masyarakat pun akan terus melihat sosoknya sebagai anak SBY bukan prestasi
42
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu
Politik, h. 408. 43
Poskota, Karena AHY Putra SBY Blusukannya Jadi Rame, http://poskotanews.com/,
diakses pada 2 November 2017, pukul 13.50 WIB. 44
Wawancara pribadi dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), 17 Oktober 2017, di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.
79
ataupun sumbangsih pemikiran kepada bangsa. Walaupun benar kemunculannya
dalam dunia politik belumlah lama, dan bisa dikatakan AHY belum memiliki jam
terbang di dunia politik. Maka dari itu diharapkan Partai Demokrat untuk segera
membangun sistem pengkaderan yang baik guna melahirkan sosok-sosok yang
tidak sekarismatis SBY, namun diharapkan ada sosok pengganti SBY dalam
Partai Demokrat.
Peristiwa tentang suksesi kepemimpinan partai menjadi penggambaran
tentang realitas begitu kuatnya kecenderungan partai akan kepentingan
pemimpinnya. Dengan kata lain kepemimpinan partai politik sejalan dengan
kepentingan bagi yang menjadi pemimpinnya.45
Sehingga prinsip utama dalam
partai seperti ideologi menjadi kabur, tidak jelas dan sulit mengembangkan
identitas partai karena tertutup oleh kepentingan atau hanya berfokus pada
kepemimpinan partai saja.
Terlepas Partai Demokrat menjadi sebuah organisasi yang baik karena
memiliki SBY, sosok pemimpin bukan saja di level partai tetapi bangsa bahkan
dunia. Akan menjadi organisasi yang lebih baik lagi jika mampu melahirkan
pemimpin-pemimpin atau kader-kader partai berpengalaman untuk memimpin
bangsa nantinya. Sebagaimana disebutkan, partai politik merupakan organisasi
jangka panjang yang diharapkan dapat terus hadir meskipun pendirinya sudah
tidak ada lagi. Partai politik identik dengan gabungan dari loyalis partai dengan
pemimpin karismatis.46
Yang akan terus ada jika memiliki sistem kaderisasi yang
45
Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis,
(Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES), 2012), h. 22. 46
Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi Dan Positioning Ideologi Politik Di
Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 68.
80
baik, tak mengapa jika nantinya kadar karisma SBY berkurang. Tetapi menjadi
bukti bahwa Partai Demokrat tetap menjadi organisasi yang baik dan akan terus
bertahan.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika mendengar nama Partai Demokrat, ingatan pertama yang muncul
adalah sosok SBY. SBY menjadi pemimpin karismatik di Partai Demokrat
bukanlah tanpa sebab. Berkat sosok SBY, Partai Demokrat yang merupakan partai
baru setelah reformasi tersebut mampu memenangkan Pemilu Presiden di era
demokrasi yang dipilih langsung oleh rakyat hingga dua periode berturut-turut.
Sebagaimana hal tersebut model kepemimpinan di Partai Demokrat juga
kepemimpinan yang demokratis. Terlihat hubungan antara Kader Partai Demokrat
dengan SBY saling bersinergi. Bahwa kader-kader partai yang terus menjadikan
sosok SBY sebagai guru, panutan yang begitu dikagumi dan dihormati bahkan
cenderung ingin meniru sosok SBY tersebut. Lalu SBY sebagai pemimpin partai
walau tanpa sadar, bahwa visi serta pemikirannya yang dijadikan landasan partai
berlambang bintang segitiga merah putih tersebut, merupakan sebuah sentuhan
darinya untuk membuat kader-kader terus percaya dan kagum kepadanya.
Kemudian faktor-faktor yang menyebabkan SBY sebagai pemimpin
karismatik di Partai Demokrat adalah pesona fisiknya. Memiliki postur tubuh
tinggi, besar, gagah, tegas menjadi salah satu modal, yang baik di dunia politik
dalam menarik simpati masyarakat. Selain itu sosoknya yang tenang, bersih,
santun dan cerdas begitu digandrungi sekaligus menjadi magnet bagi masyarakat
dan otomatis mengangkat nama Partai Demokrat.
82
Kemudian capaian prestasi kepemimpinan SBY selama di militer dan di
pemerintahan. Dalam dunia militer terbukti ia menuntaskan karirnya sebagai
Jenderal Kehormatan, lalu di pemerintahan SBY menjadi Presiden Republik
Indonesia (RI) selama dua periode berturut-turut. Membuat kader Partai Demokrat
terus memercayai pemikiran dan manuver politik yang dilakukan olehnya. Tidak
heran SBY menjadi figur dan pemikir utama di Partai Demokrat.
Walaupun kini SBY tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI ataupun
jabatan publik lainnya, tidak serta-merta pengaruhnya itu luntur dan sirna di Partai
Demokrat. Karismanya tetap ada hingga kini walaupun perlu diperhatikan perihal
regenerasi kepemimpinan di Partai Demokrat.
Pasalnya, begitu kuatnya sosok SBY di Partai Demokrat menjadi pekerjaan
rumah tersendiri bagi partai untuk mampu melahirkan pemimpin terbaik versi
Partai Demokrat seperti SBY. Karena partai politik yang baik yaitu partai yang
didalamnya terdapat kader-kader mumpuni bukan hanya mengandalkan satu sosok
saja. Di masa yang akan datang, partai akan mengalami dilema kepemimpinan
bukan saja untuk internal partai melainkan bagi sumbangsih kepemimpinan bagi
Indonesia.
Oleh karena itu, ketergantungan akan nama besar dari pemimpin karismatik
juga harus dibarengi dengan sistem rekrutmen internal partai yang baik untuk
melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik. Selain menaikkan pamor partai di mata
masyarakat sebagai alternatif dari pemimpin-pemimpin yang ada, hal ini juga
83
berkaitan langsung dengan kelestarian dan kontinuitas keberadaan partai, dalam
hal ini Partai Demokrat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti adalah sebagai berikut:
Pertama, secara akademis bahwa penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih
memahami fenomena-fenomena kepemimpinan karismatik di Indonesia. Karena
fenomena ini tidak hanya terjadi di sebuah partai politik, melainkan bisa terjadi di
setiap lembaga pemerintahan di Indonesia. Selain itu bisa juga dimunculkan
perbandingan antara pemimpin karismatik satu dengan yang lain sehingga bisa
terlihat aspek-aspek lain yang terlihat dari seorang pemimpin karismatik.
Kedua, secara praktis, keinginan akan munculnya sosok-sosok SBY lain di
kemudian hari. Tidak hanya pemimpin-pemimpin terbaik ini lahir melalui
organisasi partai politik melainkan bisa muncul melalui jalur independen. Tak
terbayang akan banyaknya pemimpin-pemimpin Indonesia yang bukan saja
memiliki kapabilitas tetapi juga berkepribadian luhur sehingga rakyatnya dapat
mencontoh dan terus memperbaiki diri sepertinya. Dan rakyat pun dapat memilih
pemimpin terbaik berdasarkan kualitas bukan lagi seperti memilih kucing dalam
karung. Sehingga Negara Indonesia dapat dipimpin oleh orang paling terbaik dari
yang terbaik.
84
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alfian, M. Alfan. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Artha, Arwan Tuti. Dunia Religius SBY. Yogyakarta: Best Publisher, 2009.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Djalal, Dino Patti. HARUS BISA! Seni Memimpin a la SBY. Indonesia: Red &
White Publishing, 2008.
Faisal, Akbar. Partai Demokrat & SBY Mencari Jawab Sebuah Masa Depan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Firmanzah. Mengelola Partai Politik Komunikasi Dan Positioning Ideologi
Politik Di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2011.
Karim, Muhammad Rusli. Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret
Pasang Surut. Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
Kartono, Dr. Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal
itu?. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001.
Kusumaningrat, Hikmat. Menata Kembali Kehidupan Bangsa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009.
Maeswara, Garda. Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono. Jakarta: Narasi,
2009.
Meyer, Thomas. Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan
Tesis. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES), 2012.
Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. Teori sosiologi. Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2008.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2006.
Subagyo, Firma. Menata Partai Politik: Dalam Arus Demokratisasi Indonesia.
Jakarta: RMBOOKS, 2009.
Supardi, Bahrudin. Jalan Panjang Menuju Istana. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
85
Supriyono, Arif. Adil Tanpa Pandang Bulu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Wirawan. Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013.
Yudhoyono, Susilo Bambang. Selalu Ada Pilihan. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2014.
Karya Ilmiah
Lasmana, Sandi. “Pemikiran dan Peran Politik SBY dalam memantapkan
demokrasi di Indonesia”. Program Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (2016).
Mustafa, Hadi. “Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik
Megawati Soekarno Putri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP)”. Program Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (2011).
Putri, Zuanita Maharani. “Fungsi Kepemimpinan SBY dalam Koran Tempo
(Analisis Framing Fungsi Kepemimpinan Presiden SBY dalam Koran
Tempo Periode 4 Februari-3 April 2013)”. Program Sarjana, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
(2014).
Ridoi, M. “Kekuatan Figur dalam Partai Politik: Studi Terhadap Gus Dur Di
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)”. Program Sarjana, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. (2016).
Satriyono, Eko Dwi. “Demokratisasi dalam Partai Demokrat, Studi Kasus tentang
Keterpilihan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum dalam Kongres
Ke ll Partai Demokrat 2010”. Program Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(2011).
Zubaidi, Achmad. “Kepemimpinan dalam Partai Demokrat Perspektif Politik
Islam”. Program Sarjana, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. (2009).
Media Cetak
Haikal. “Global Green Growth Week 2016, Korea Selatan.” Jendela Demokrat,
Oktober 2017.
Ian. “KPK Bantu Integritas Parpol.” Kompas, 14 September 2017.
Reza. “71 Tokoh Berpengaruh 2016: Tokoh Nasional.” Men’S Obsession,
Agustus 2016.
86
Yudhoyono, Susilo Bambang. “Pemimpin Strategis Harus Punya Visi.” Strategi
Politik, Ekonomi & Keamanan, Agustus/September 2017.
Internet
Antara News. SBY-Boediono Presiden-Wapres Terpilih 2009.
http://www.antaranews.com/berita/151347/sby-boediono-presiden-wapres-
terpilih-2009, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 18.49 WIB.
Asril, Sabrina. Partai Demokrat Anugerahi SBY Lifetime Achievement Award.
http://regional.kompas.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.12
WIB.
Demokrat, Partai. Sejarah Partai Demokrat. http://www.demokrat.or.id/sejarah/,
diakses pada 28 Oktober 2016, pukul 12.28 WIB.
Demokrat, Partai. Visi Misi Partai Demokrat. http://demokrat.id, diakses pada 18
Oktober 2017, pukul 17.00 WIB.
Detik. Inilah Kisah 8 Politisi Partai Demokrat Yang Terbelenggu Hukum Dijerat
KPK!. http://detik.com/nasional, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul
16.52 WIB.
Detik.com, Melihat Perbandingan Pilpres 2004, 2009 dan 2014.
https://news.detik.com/berita/2645367/melihat-perbandingan-pilpres-
2004-2009-dan-2014, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 18.34 WIB.
Kompas. Inilah Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II.
http://nasional.kompas.com/read/2009/10/21/22185589/Inilah.Susunan.Ka
binet.Indonesia.Bersatu.II, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 19.20 WIB.
Kompas. LSI: Elektabilitas Terus Turun, Demokrat Bakal Jadi Parpol Papan
Tengah. http://amp.kompas.com/nasional, diakses pada 13 Oktober 2017,
pukul 16.45 WIB.
KPU. Bab V Hasil Pemilu. kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf, diunduh pada
23 Juli 2017, pukul 15.53 WIB.
Liputan 6. Susilo Bambang Yudhoyono, Capres 2004 Unggulan.
http://news.liputan6.com/read/63169/susilo-bambang-yudhoyono-capres-
2004-unggulan, diakses pada 23 Juli 2017, pukul 16.48 WIB.
Pambudi, Didik. Inilah Sejumlah Capaian Pemerintahan SBY Selama 10 Tahun.
http://www.demokrat.or.id/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.09
WIB.
Poskota. Karena AHY Putra SBY Blusukannya Jadi Rame.
http://poskotanews.com/, diakses pada 2 November 2017, pukul 13.50
WIB.
87
Retaduari, Elza Astari. SBY Beberkan Keberhasilan Pimpin Indonesia 10 Tahun,
ini Detailnya. https://news.detik.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul
16.03 WIB.
Samodro, Dewanto. SBY Sampaikan Capaian 10 tahun Terakhir Jadi Bukti.
http://www.antaranews.com/, diakses pada 5 Oktober 2017, pukul 16.05
WIB.
Tempo. Lima Pasangan Capres-Cawapres Jadi Peserta Pemilu 2004.
https://m.tempo.co/read/news/2004/05/22/05542842/lima-pasangan-
capres-cawapres-jadi-peserta-pemilu-2004, diakses pada 23 Juli 2017,
pukul 16.31 WIB.
Tempo. SBY Bersedia Jadi Ketua Umum Partai Demokrat.
http://nasional.tempo.co/, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.50
WIB.
Trinugroho, Tomy. Presiden SBY Mendapat Penghargaan dari Ratu Inggris.
http://nasional.kompas.com/, diakses pada 13 Oktober 2017, pukul 16.25
WIB.
Wikipedia, Ensiklopedia, Karisma, https://id.wikipedia.org/wiki/Karunia, diakses
pada 5 Desember 2017, pukul 8.58 WIB.
88
LAMPIRAN I
Wawancara, 25 Oktober 2017
Narasumber : Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP
Partai Demokrat, di Universitas Sahid Tebet, Jakarta.
A : SBY sebagai figur utama, apalagi awal munculnya Partai Demokrat, kalo
menurut bapak gimana?
B : Saya mau cerita tentang SBY dulu ya, SBY ini adalah manusia terbaik di
zamannya, yang lulus dengan prestasi baik, ketika dia lulus dari AKABRI dengan
prestasi Adhimakayasa, kemudian ketika dia menjabat jabatan penting di
Republik Indonesia, juga sederetan prestasi telah dia torehkan dengan baik,
kemudian saat reformasi kemaren, dia salah satu pelopor reformasi TNI. SBY ini
sosok yang punya visi, dia sudah selesai berdialog dengan dirinya, dia sudah
selesai berdialog dengan keinginannya, berdamai dengan keinginannya, yang ada
adalah Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih maju, Indonesia lebih
beradab, kemudian ada fase di mana ketika dia turun dari jabatan
Menkopolhukam zaman Megawati, dicopot dari jabatan Mentamben zaman Gus
Dur, dia menemukan momentum bahwa harus ada reposisi kepemimpinan baru di
negeri ini, kemudian dia mengikuti prosesi electoral terpilih di Pemilu 2004.
Tahun 2004 dia terpilih dengan kemenangan yang mutlak dari rakyat Indonesia,
dalam proses pemilu, pemilihan langsung yang pertama kali, proses demokrasi
yang pertama kali.
89
Nah, pada saat dia memimpin 10 tahun menjadi presiden, SBY ini tidak mengurus
partai, bahkan hanya sekali waktu saja, dia menanggalkan kepentingan kelompok,
kepentingan pribadi, dan kepentingan partainya tapi berpikir untuk bangsa. Proses
itu dia tunjukkan betul, pada saat para petinggi partai itu masuk dalam persoalan
tipikor, dia tidak mengintervensi walaupun secara kekuasaan dia berpeluang untuk
melakukan intervensi, namun tidak dia lakukan.
SBY punya visi, SBY punya misi, misinya terukur, visinya ada, kemudian satu hal
yang selalu saya pelajari dari SBY adalah SBY selalu mengatakan bahwa
perencanaan yang matang separuh dari kemenangan, itu yang selalu dia
sampaikan kepada saya.
Kemudian untuk bicara, bicara tentang bagaimana dia mempunyai karakteristik
kepemimpinan yang sempurna, yang karismatik, karismatik itu tidak bisa dibuat-
buat, karismatik itu suatu DNA bawaan dari badan dia yang sudah diuji jauh
sebelum dia memimpin negeri ini, artinya dia akan menjadi pemimpin di
kelompoknya, di lingkungannya, di iklimnya kemudian baru dia naik sampai pada
tahap dia menjadi pemimpin di republik ini, saya pikir itu sosok SBY secara
pribadi.
Pikiran-pikiran dia melampaui yang saya tau, dia orang yang tidak mudah puas,
dan kemudian dia orang yang tidak mudah larut, dia selalu belajar dan belajar, dia
memahami peta geopolitik Internasional yang baik, dia juga paham suasana
kebatinan masyarakat Indonesia, dan dia matang soal ekonomi, dan dia paham
soal politik kawasan, orang ini hampir lengkap di mata saya.
90
A : SBY sendiri di P.D begitu dikagumi begitu dihormati, SBY sendiri di P.D apa
sih bentuk upayanya dia sehingga dia selalu dikagumi begitu?
B : Engga ada, dia tidak menskenario dirinya, dia lahir begitu saja, dan dia paham
proses, dia sadar proses, ketika sejarah itu punya pemimpin, pemimpin akan
menorehkan catatannya sendiri, SBY sadar reposisi kepemimpinan itu tidak bisa
dibendung, suatu saat akan ada anak muda yang menggantikan posisi beliau,
lambat hari kita baru tau putranya juga tidak jauh berbeda dengan beliau
Kemudian pada lingkungan internalnya, dia juga sangat aware, sangat welcome
dengan banyak orang, saya sendiri adalah murid yang dia bina langsung, saya
bersyukur termasuk salah satu orang yang mendapat pelajaran langsung dari pak
SBY.
A : Perihal konflik internal yang terjadi di Partai Demokrat, peran SBY itu seperti
apa, apakah sangat berperan?
B : Iya dong, ini soal elemen, dia mampu menjadi magnet, mampu menjadi
pemersatu, pemersatunya bukan soal dia ditakuti, tapi gagasan dia melampaui, ini
yang membuat SBY menjadi epicentrum di internal partai, dinamika konflik di
internal partai itu biasa, dan itu dianggap tidak menjadi ancaman, karena dengan
dinamika tersebut lah pendewasaan partai menjadi lebih matang
A : Terlepas SBY tidak menjabat menjadi presiden, pengaruh karismanya apakah
berkurang dalam internal partai?
91
B : Engga, sangat berpengaruh, pikiran-pikiran masih dominan, berbeda dengan
gaya kepemimpinan demokratis dengan gaya kepemimpinan otoriter itu berbeda,
bisa saja, dia ditakuti karena orang takut, tapi SBY disegani karena visinya,
visinya Indonesia lebih baik, Indonesia bermartabat, semua murid-muridnya
akhirnya meniru.
A : P.D diketuai oleh Pak SBY langsung, nah hubungannya dia dengan kader itu
seperti apa pak?
B : Kadang kalo rapat tertutup di cikeas, kadang di kuningan, kalo rapatnya
terbuka dan meluas, di DPP, tapi kan ada namanya kebijakan-kebijakan taktis
yang diambil oleh partai, dia memanggil kader-kader yang berkompeten dan
berkepentingan untuk membahasnya
A : Untuk pengkaderan di P.D, adakah treatment khusus kepada kader?
B : Iya ada, treatmentnya seperti melatih kepemimpinan, kita itu punya program
pelatihan kepemimpinan itu rutin tiap 6 bulan sekali, kemudian ada penggolongan
kader, ada kader utama, intinya cluster dan klasifikasi kader itu dilakukan,
sehingga dia punya catatan seperti merit sistemnya (catatan prestasi yang
dilakukan kader sehingga dia bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi).
Saya contohnya bergabung pertama anggota biasa, kemudian di sayap pemuda,
naik menjadi anggota biro, naik lagi sekretaris biro, kemudian naik lagi menjadi
ketua biro bidang hukum dan ham, kemudian dalam kongres berikutnya saya naik
menjadi sekretaris bidang hukum dan advokasi, kemudian naik lagi menjadi ketua
departemen membidangi urusan KPK.
92
A : Kader-kader yang duduk di jabatan publik selektifkah? Fenomenanya adalah
artis misalnya...
B : Selektif, selagi dia tidak punya persoalan dengan publik, dan tidak punya PR
dengan masa lalunya, saya pikir kita harus menempatkan situasinya dengan
pemahaman praduga tidak bersalah, jadi selagi bersih, tidak ada catatan tentang
kriminal, tidak pernah dihukum di atas 5 tahun, hak politiknya tetap ada secara
hukum. Maka dipersilahkan melakukan kontestasi, kontestasi itu kan dilakukan di
daerah masing-masing untuk legislatif, kalo dia memang dianggap punya prestasi,
punya visi, tentu dia terpilih, jadi selekasinya dibiarkan dengan seleksi alam.
A : Faktor kepemimpinan karismatik SBY?
B : Karismatik ya artinya tidak apa yang menjadi perintah partai tetap akan
menjadi acuan, AD/ART itu menjadi pegangan, gejolak-gejolak itu mampu
diredam, hal-hal itu kan turunan dari sebuah implementasi kepemimpinan
karismatik, apa saja syarat orang menjadi pemimpin karismatik tentu itu kan teori,
kalo SBY tidak mendesain dirinya menjadi pemimpin karismatik, artinya tidak
membungkus badannya dengan citra, karismatik itu lahir dari inner beauty-nya,
apa suasana kebatinan yang paling dalam dari dia.
93
LAMPIRAN II
Wawancara, 13 September 2017
Narasumber : Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat di
Fraksi Partai Demokrat, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.
A : Berbicara tentang pemimpin yang berkarisma yang mana cirinya yaitu
memiliki pesona dan daya tarik yang membuat orang lain mau mendukung visi
pemimpin tersebut. Bisa dikatakan SBY memiliki ciri yang sama tentang
pemimpin yang berkarisma. Bagaimana bentuk kepemimpinan karismatik SBY di
Partai Demokrat? Dalam Partai Demokrat, kepemimpinan SBY itu seperti apa?
B : SBY adalah sosok yang karismatik di Partai Demokrat. Dia adalah sosok yang
sangat penting di Partai Demokrat. Pemikiran dan gagasan briliannya akan terus
dijadikan pedoman partai. Kapabilitasnya di bidang kepemimpinan tidak bisa
diragukan lagi sehingga di partai sendiri terus terasa sosoknya. Kepemimpinannya
di Partai Demokrat yang demokratis, selalu terbuka akan hal yang terus update
dan juga pemikiran para kadernya.
A : Sebegitu sentralnya kah sosok SBY di Partai Demokrat?
B : Kadang, dalam partai pun memang memerlukan sosok yang cemerlang seperti
SBY. Selain untuk membangun citra partai, masyarakat pun membutuhkan sosok
teladan unntuk saat ini, bahkan masa depan. Bisa disebut sebagai tolak ukur bagi
internal partai sekaligus penyemangat untuk bisa mengharumkan nama partai
bahkan negara seperti yang telah dilakukan SBY hingga kini.
A : Bagaimana pengaruh kepemimpinan karismatik SBY di Partai Demokrat
sampai saat ini?
94
B : Perlu ditambahkan bahwa kesetiaan para kader Partai Demokrat bukan berasal
dari jenis rasa takut seperti kepemimpinan otoriter. Melainkan rasa keikhlasan,
dan semangat yang timbul di tengah para kader karena kepemimpinan yang selalu
dipraktekkan SBY dalam partai yaitu kepemimpinan yang demokratis. Berkat
visinya yang menggugah tersebut mampu membuatnya begitu disegani di dalam
partai
A : Ternyata Partai Demokrat mampu melahirkan sosok pemimpin karismatik
seperti SBY. Apakah ada treatment khusus dalam Partai Demokrat sehingga
mampu melahirkan kader partai yang berkualitas?
B : Hal tersebut berguna untuk melihat kematangan dari para kader dan dalam
setiap prosesnya akan terlihat orang-orang yang memiliki loyalitas kepada Partai
Demokrat. Dalam organisasi jangan pernah lupakan prosesnya, karena proses
tidak akan membohongi hasil.
95
LAMPIRAN III
Wawancara, 17 Oktober 2017
Narasumber : Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.
A : Partai Demokrat terbilang sukses jika dikategorikan partai baru yang lahir
pasca reformasi. Terbukti mampu memenangkan pemilu presiden hingga dua
periode berturut-turut. Apakah bisa dikatakan momentum tersebut berkat SBY
yang menjadi figur utama partai kala itu?
B : Iya pasti, faktor utama kan SBY kalo di Demokrat, bukan hanya di demokrat
sebenarnya, di Indonesia itu ada yang partai yang personalized party (partai yang
mengalami personalisasi), yang mengalami personalized party itu misalnya PDIP
Mega, meskipun sekarang sudah sedikit berkurang, PDIP itu sudah ke Jokowi
misalnya ya, partai yang mengalami personalisasi itu misalnya Nasdem, Surya
Paloh, kemudian Partai Gerindra orang bicara Gerindra ya Prabowo, kalo orang
bicara Prabowo belum tentu Gerindra, karena ketokohan Prabowo lebih besar dari
pada partainya.
Sama SBY juga, ketika orang ditanya Demokrat maka orang yang diingat SBY,
begitu ditanya SBY orang ingatnya belum tentu Demokrat, seperti itu.
Partai Demokrat sampai saat ini memang tergolong Personalized Party, partai
yang mengalami personalisasi, personalisasinya ke SBY, karena memang dari
awal didirikan, partai Demokrat itu fungsinya sebagai kendaraan politik SBY
menjadi presiden, nah kebetulan sebagai seorang pribadi memperoleh pasar
96
sendiri di masyarakat, kualitas personalnya pertama diliat dari fisik, fisik dulu
kan, besar, tinggi, ganteng, gagah, itu kualitas personal yang disukai orang kalo
politik. Anak muda suka itu, anak-anak muda kan mengidolakan itu, ibu-ibu juga
suka.
Sudah itu dia militer, militer yang dianggap sebagai pemimpin yang punya
kemampuan ya militer, jenderal, punya kapasitas untuk memimpin, dan tegas,
figur yang kuat, SBY itu membentuk Partai Demokrat sehingga itu menjadi
magnet bagi para pemilih, itu untuk periode pertama sehingga itu kemudian dia
mendapat suara sekitar 7 persen, kenapa ko dia menang pemilu, bukan karena
partainya, ya itu tadi, yang bertarung dalam pemilu presiden itu adalah figur
lawan figur, bukan partai lawan partai, figur SBY tidak bisa dikalahkan oleh
Megawati, Amien Rais, Wiranto waktu itu.
Periode kedua, selama 2004-2009 itu kinerjanya dianggap positif dalam
masyarakat tingkat kepuasan publik di angka 70an %, dalam teori perilaku
pemilih, incumbent yang dianggap sukses pasti menang.
Ya, memang dia menjadi figur menjadi penentu dalam partai demokrat. Tahun
2004-2009 kepemimpinannya dianggap sukses, pertumbuhan ekonominya stabil
di angka 6-7%, keamanannya terjamin, orang miskin dibantu pake bantuan sosial,
BBM walaupun naik tapi tidak semuanya ditarik, kemudian ada program BLT,
jadi dia terpilih kembali.
A : Ketika ada konflik internal dalam partai sendiri, bagaimana peran dari
pemimpin yang berkarisma tersebut?
97
B : Sampai sekarang ya, kemudian pada tahun 2012-2013, Partai Demokrat
mengalami masalah kan internal, nah kalo itu terjadi di partai lain, P. Golkar
misalnya, mungkin Demokrat sudah pecah, ketika ada faktor SBY maka
semuanya masih bisa, kalo ngga ada SBY Demokrat sudah pecah.
A : Menurut narasumber di Partai Demokrat, Sosok SBY merupakan pemimpin
yang berkarisma. Yang berciri khas ialah memiliki pesona dan daya tarik yang
membuat orang lain mau mendukung visinya. Bagaimana menurut bapak?
B : Ya dia karismatik, di partai demokrat memang, dia sosok yang karismatik,
karismatik itu bisa dilihat dari pesonanya, pesona itu bisa muncul dari mana-
mana, dari fisik, dari prestasinya dari cara ngomongnya, dari latar belakangnya
yang militer misalnya, dari keluarganya, dia menikah dengan anak dari Sarwo
Edhie Wibowo, jadi semua yang ada di diri SBY itu mendukung dia menjadi
seorang pemimpin karismatik. Keluarganya, pribadinya, pendidikannya,
kemudian pengalamannya sebagai presiden itu mendukung untuk menjadikannya
sebagai orang yang punya pesona, sebagai orang yang punya karisma
A : Bagaimana pengaruh kepemimpinan karismatik SBY di Partai Demokrat
sampai saat ini?
B : Ya, Partai Demokrat memang masih memerlukan SBY saat ini untuk minimal
membuat transisi sampai adanya kepemimpinan baru, sebetulnya SBY itu sudah
mulai melakukannya, di periode ketika ia menjadi presiden, ketika Anas menjadi
ketua umum, itu Demokrat sudah melakukan konsolidasi jadi setiap partai itu
harus berpindah sebaiknya itu dari partai yang cenderung mengandalkan satu-
98
satunya pemimpin karismatik, menjadi partai yang mengalami namanya
pelembagaan, institusionalisasi, institusionalisasi itu artinya partai mengandalkan
sistem bukan mengandalkan figur orang, kalo figur orang itu kan bisa mati kan,
nah kalo sistem kan engga, SBY sebenarnya sudah melakukan itu menurut saya,
ketika tahun 2009 itu, ia menyerahkan Anas Urbaningrum, anas itu seorang
organisator, mantan ketua HMI, punya pengalaman sangat luas di bidang
organisasi sehingga dia melakukan konsolidasi, struktur partai demokrat itu mulai
terbentuk, tapi masalahnya ada perbedaan politik antara dia dengan SBY sehingga
anas kemudian dipotong, gerbongnya Anas sehingga semuanya pergi, gerbong
HMI.
Terjadi perbedaan, mungkin karena Anas terlalu cepat, menunjukkan ambisinya
mungkin, SBY juga kemudian curiga, karena SBY mungkin juga ada sejumlah
kader yang ingin dia orbitkan terutama anaknya, nah SBY terpaksa sekarang harus
turun lagi menyelamatkan Partai Demokrat, lalu sekarang tugas dia ialah
melakukan transisi, dari partai yang bergantung dari dirinya, kepada partai yang
bergantung kepada sistem, sistemnya harus dia bangun segala macam, lalu nanti
dia munculkan siapa calonnya, walaupun calonnya itu anaknya seperti AHY,
tetapi Agus kan pemimpin generasi kedua, dia tidak sekarismatis SBY, jadi nanti
mungkin yang memimpin AHY dengan sistem yang sudah tertata nanti di
demokrat itu, nanti Partai Demokrat itu akan berubah menjadi partai lebih modern
yang mengandalkan sistem.
A : Pemimpin karismatik itu idealnya seperti apa?
99
B : Idealnya, engga ada ideal, karisma itu ngga ada idealnya, ada macam-macam
sumber karisma itu bisa di masyarakat tradisional, misalnya Soekarno karena
keturunan raja mataram, bisa juga karena faktor-faktor seperti SBY tadi bisa
karena kepribadiannya, latar belakangnya suaminya militer, latar belakang
keluarganya, menjadi orang yang karisma, kalo Megawati kan satu sumber
karismanya, keturunan Soekarno, kalo yang lain kan engga ada, kalo karisma itu
tidak ada yang mana idealnya.
Pemimpin karismatik itu idealnya mengandalkan pesona dari seorang leader, nah
pesona itu bisa datang dari macam-macam tergantung situasi masyarakat.
A : Model kepemimpinan karismatik SBY itu apa?
B : Gabungan, dari macam-macam, gabungan pesona dari seorang yang berlatar
belakang militer, keluarganya tadi yang memang dari keluarga pemimpin,
kemudian pesona dia sebagai fisik pribadi, kan besar, tinggi, gagah, ganteng,
pintar, dia selama ini dijuluki sebagai orang pintar di militer, kemudian prestasi
dia sebagai seorang presiden.
Itu semua membantu, membentuk pesona dia, sehingga dia menjadi seorang
pemimpin yang karismatik minimal di partai demokrat. Ya demokrat memang
identik sebagai SBY.
A : Penanya
B : Narasumber
100
LAMPIRAN IV
Bukti Foto
Penulis dengan Jemmy Setiawan, Kepala Departemen Bidang KPK DPP
Partai Demokrat, di Universitas Sahid Tebet, Jakarta.
Penulis dengan Faisal Salim, Kepala Biro Diklat DPP Partai Demokrat di
Fraksi Partai Demokrat, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.
101
Penulis dengan Djayadi Hanan, Pengamat Politik, Direktur Saiful Mujani
Research And Consultant (SMRC), di Kantor SMRC Cikini, Jakarta.