Download - Makalah HZ Kel 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tn.S (37 thn) dirawat dengan kanker paru mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan dan
pasien mengatakan seperti ada cacar air, setelah dilakukan pemeriksaan fisik tampak
adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah
kanan. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada penderita
dan timbul 2 hari sebelum terjadi erupsi.
Bagaimana pasien kanker paru dapat terjadi Herpes Zooster? Dan jelaskan Asuhan
Keperawatan pada pasien Herpes Zooster?
1.2 Keyword
1. Kanker Paru
2. Nyeri Dada Sebelah Kanan
3. Cacar Air
4. Adanya Vesikula
5. Erupsi Herpetik Unilateral
6. Konstitusi ( sakit kepala, malaise, dan demam )
7. Herpes Zooster
1.3 Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker ?
2. Sebutkan penyebab kanker ?
3. Apa hubungannya kanker paru dengan herpes zooster ?
4. Apa perbedaannya herpes zooster dengan cacar air ?
5. Bagaimana pencegahan pada herpes zooster dan cacar air ?
6. Bagaimana proses terjadinya gejala konstitusi ?
7. Apa yang dimaksud dengan vesikula ?
8. Apa yang dimaksud dengan erupsi herpetic unilateral ?
9. Jelaskan Asuhan Keperawatan Herpes Zooster ?
1 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mngetahui konsep dasar dari
asuhan keperawatan untuk penyakit pada system integumen, khususnya untuk kelompok
kami membahas asuhan keperawatan pada Pioderma.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Herpes Zooster
Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi Herpes Zooster
Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana patofisiologi dan manisfestasi Herpes
Zooster
Mahasiswa mampu menangani kasus dengan Herpes Zooster
1.5 Pembatasan Masalah
Penulis membatasi dalam pembahasan makalah ini hanya membahas tentang Herpes
Zooster dan Pembahasan yang ada didalamnya.
2 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pertanyaan Dan Jawaban1. Apa yang dimaksud dengan kanker ?
Jawaban : Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya. bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis, dan dapat menyebabkan imunitas menurun.
2. Sebutkan penyebab kanker ?Jawaban : Penyebab kanker dicetuskan oleh beberapa faktor :a. Faktor Genetik atau keturunan
Faktor generic menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker bila dibandingkan dengan keluarga lainnya.
b. Faktor LingkunganMenyumbangang 90 - 95 % dari keseluruhan penyebab penyakit kanker diantaranya :
Gaya hidup Gaya hidup yang tidak sehat sepeerti merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung pemanis, pewarna dan pemanis buatan,juga mengkonsumsi alcohol. Berdasarkan penilitian rokok menyumbang 90% dalam penyebaran kanker paru.
Makanan Dalam hal makanan misalnya, masyarakat sudah terbiasa mengkonsumsi makan yang cepat saji dan instan tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan oleh makanan yang dikonsumsi.
Virus dan bakteriBeberapa penyakit kanker terjadi karena infeksi virus dan bakteri bahkan virus diyakini berperan hingga 20% terhadap proses terjadinya kanker misalnya virus papiloma pada kanker serviks virus papiloma. Virus polioma pada kanker otak virus hepatitis B dan C pada kanker hati dan sebagainya.
Polusi dan radikal bebasRadikal bebas adalah suatu atom dari suatu molekul yang mempuyai electron bebas yang tidak berpasangan pada lingkaran atau orbit luarnya sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil.
Ketidakseimbangan hormonalTerjadinya kelebihan hormone esterogen akan merangsang pertumbuhan sel yang cenderung meningkatkan terjadinya sel kanker. sedangkan hormone progesterone malah sebailiknya yaitu melindungi dan memperlambat terjadinya sel yang berlebih.
Kejiwaan dan emosional
3 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Kondisi stress berat dan keadaan tegang yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka panjang juga bisa mempengaruhi sel-sel menjadi ganas sehingga rentan menjadi kanker.
Gelombang elektromagnetik dan radiasiSumber-sumber radiasi, iionisasi, sepertiga radon, bisa menyebabkan kanker keterpaparan tersu-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya.
3. Apa hubungannya kanker paru dengan herpes zooster ?Jawaban : Kanker adalah salah satu penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan dalam tubuh menjadi lemah dan menurun, ketika sistem kekebalan tubuh sedang menurun tubuh akan sangat mudah terserang oleh berbagai penyakit salah satunya virus varisela zoozter yang menyebabkan penyakit Herpes Zooster.
4. Apa perbedaannya herpes zooster dengan cacar air ?Jawaban :
Cacar air atau yang disebut dengan Varicella adalah penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Herpes zoster ditularkan antar manusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu. Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan kulit menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu. Penyebab terjadinya rasa sakit yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah pada kulit) belum muncul. Ruam shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari. Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum tulang belakang dan membentuk pola seperti pita pada area kulit. Penyebaran bintil-bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal. Bintil akan muncul di seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait. Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat. Bintil atau lepuh akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan
4 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
mengeras dan mulai sembuh. Gejala tersebut akan terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, ruam tidak muncul tetapi hanya ada rasa sakit
Herpes-Zoster dan cacar air itu disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster, bedanya hanya saat virus menginfeksi pertama kali maka terjadilah varicella ( Cacar Air ) yang ditandai dengan adanya vesikel berisi cairan jernih, Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior.[2] Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster.[2] Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut.[2] Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.
5. Bagaimana pencegahan pada herpes zooster dan cacar air ?Jawaban : Pencegahan herpes zooster untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupres.Pencegahan cacar air
Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman.
6. Bagaimana proses terjadinya gejala konstitusi ?Jawaban : gejala konstitusi terjadi akibat adanya perubahan metabolisme seiring terjadinya peradangan local yang terjadi pada kasus herpes zooster.
7. Apa yang dimaksud dengan vesikula dan Erupsi Herpetic Unilateral ?Jawaban : secara harfiah adalah tas atau kantong kecil didalam sel, vesikula adalah sebuah organel yang kecil yang dikelilingi oleh membaran sendiri. Pada kasus ini ditandai dengan erupsi herpetic lateral adalah lepuhan kulit yang berasal dari vesikula.
5 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
BAB IITINJAUAN TEORI
3.1 Penyakit Herpes Zooster
3.1.1 Definisi
- Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
- Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
3.1.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi Virus Varisela Zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,
penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3
subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat
khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya
akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang
pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik
DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis
di dalam sel yang terinfeksi.
3.1.3 Gejala Klinis
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi.
Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita
(terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas
pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular, Dua belas hingga dua puluh
empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada
6 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi
pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat
menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap,
walaupun krustanya sudah menghilang. Frekuensi herpes zoster menurut dermatom
yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan
sakral (5%).
a. Gejala prodomal
- Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama
1 – 4 hari.
- Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
- Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
- Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
- Kadang terjadi limfadenopati regional
- Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
- Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul
dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga
berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari.
Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang
- Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari
ke 7
- Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
- Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.
7 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus
merupakan infeksi virus herpes
zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima
serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
8 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.
3.1.4 Patofisiologi
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini
virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan
yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke
9 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu
atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
3.1.5 Pathway
10 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Mukosa Nasal
Faktor Infeksi Primer VVZFaktor Sekunder
Adanya penyakit lain, yang
menyebabkan imunitas menurun
Mukosa Kulit
Faktor Predisposisi
Penularan melalui kontak langsung
Invasi Bakteri
Virus berdiam diganglion posterior susunan saraf tepi
Replikasi virus melalui jaringan sensori dan
pembulu darah
Virus Aktif
Infeksi Kulit Herpes Zoster
Perubahan Fisik dan Jaringan kulit
Munculnya vesikula kelainan kulit sesuai dengan lokasi
daerah persyarafan ganglion
HZ Oftalmikus
HZ Fasialis
HZ Brakialis
HZ Lumbalis
HZ SakralisKerusakan jaringan kulit ( Erupsi kulit )
Mudah terserang penyakit
3.1.6 Diangnosis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia
beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.3
Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam,
pusing dan malaise. 9 Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian
berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu
sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi
keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat
menjadi krusta.
Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab
rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik
renal, dan sebagainya.4 Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah
ditegakkan. Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-
vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu
dermatom.
Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu
menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula
pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes
serologik.4,9 Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang
mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil,
hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan
mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara
imunofluoresensi.
Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan
tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain :
Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan
mikroskop elektron.
11 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Nyeri Kerusakan Integritas Kulit
Hambatan Mobilitas Fisik
Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
3.1.7 Komplikasi
1. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas,
vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
3.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:
1. Mengatasi infeksi virus akut
2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
12 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.
3.1.9 Faktor Resiko
Faktor Resiko Herpes zoster
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi
pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama
dari immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster
Trauma / luka
Kelelahan
Demam
Alkohol
Gangguan pencernaan
Obat – obatan
Sinar ultraviolet
Haid
Stress
3.1.10 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
13 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat
dilakukan secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear
inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat
menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon (ballooning) dan
ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau
Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90%
spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur
virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif
dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan
dengan kultur yang hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam
mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan secara reguler, kemungkinan
besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa digunakan untuk
mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat
dibandingkan kultur virus.
4. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV
adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding
dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika
tes ini (+), hampir 100% akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel
primer daripada vesikel rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan
dengan terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa
berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-).
Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang
lama dan biaya yang mahal.
b. Serologi
14 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan
gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual dari
orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang
mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis
infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini
diambil dari darah atau serum. Pemeriksaannya dapat berupa :
1. ELISA, Dasar dari pemeriksaan ELISA adalah adanya ikatan antara
antigen dan antibodi, dimana antigen berasal dari suatu konjugat igG
dan antibodi berasal dari serum spesimen. Setelah spesimen dicuci
untuk membersihkan sample dari material (HRP) kemudian diberi
label antibodi IgG konjugat. Konjugat ini dapat mengikat antibodi
spesifik HSV-II. komplek imun dibentuk oleh ikatan konjugat yang
ditambah dengan Tetramethylbenzidine (TMB) yang akan memberikan
reaksi berwarna biru. Asam sulfur ditambahkan untuk menghentikan
reaksi yang akan memberikan reaksi warna kuning. Pembacaan reaksi
dilakukan dengan mikrowell plate reader ELISA dengan panjang
gelombang 450 nm.
15 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
BAB IVASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kasus
Tn.S (37 thn) dirawat dengan kanker paru mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan dan pasien mengatakan seperti ada cacar air, setelah dilakukan pemeriksaan fisik tampak adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada penderita dan timbul 2 hari sebelum terjadi erupsi.
4.2 Pengkajian Fokus
Pengkajian
Identitas
Nama : Tn.S
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Keluhan Utama
DS :
- Pasien mengatakan seperti ada cacar air
- Pasien mengatakan mengeluh nyeri pada dada sebelah kanan
- Pasien mengatakan sakit kepala, malaise, demam,
- Klien mengatak nyeri seperti terbakar
- Sekala nyeri 7
DO :
- Tampak adanya vesikula
- Ditandai erupsi herpetic unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan.
- TTV meningkat
16 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
- Tonus otot lemah
Riwayat Penyakit Sekarang : Kanker Paru
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : CM,
Kondisi Kulit : tampak adanya vesikula yang ditandai erupsi herpetic
unilateral pada kulit dibagian dada sebelah kanan.
4.3 Analisa Data
Data Interprestasi data dan
kemungkinan penyebab
Masalah
Data Subjektif :
Pasien mengatakan mengeluh
nyeri pada dada sebelah kanan
Skala nyeri 7
Klien mengatakan nyeri seperti
terbakar
Data Objektif :
Tampak adanya vesikula
Adanya erupsi herpetic unilateral
pada kulit dibagian dada sebelah
kanan
TTV meningkat
kelainan kulit yang muncul
terjadi erupsi kulit
merangsang system
persarapan
merangsang pusat nyeri di
hipotalamus
respon nyeri
nyeri
Nyeri
Data Subjektif :
Klien mengatakan seperti ada
cacar air di dada
Data Objektif :
Tampak adanya vesikula
Adanya erupsi herpetic unilateral
pada kulit dibagian dada sebelah
Virus masuk ke dalam
tubuh
Replikasi virus melalui jaringan sensori dan
pembulu darah
Infeksi kulit oleh virus
Muncul vesikula dan terjadi erupsi kulit
Kerusakan Integritas
kulit
17 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
kanan Kerusakan integritas kulit
Data Subjektif :
Klien mengatakan pusing/sakit
kepala
Klien mengatakan lemas
Data Objektif :
Tonus otot lemah
TTV meningkat
ADL dibantu sebagian
Virus masuk ke dalam
tubuh
Menyerang system saraf
Merangsang pusat nyeri
Respon nyeri
Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobilitas
fisik
4.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuro muscular nyeri/tidak nyaman
18 | S i s t e m I n t e g u m e n “ H E R P E S Z O O S T E R “
4.5 Intervesni Keperawatan, Tujuan, Keriteria Hasil dan Rasional
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervesni dan Rasional
1. Gangguan rasa nyaman
nyeri b.d proses inflamasi
virus.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan criteria hasil :
Rasa nyeri berkurang/hilang
Klien bias istirahat dengan cukup
Ekspresi wajah tenang
1. Kaji penyebaba nyeri dan terasa gatal yang di rasakan oleh klien
R / Memperoleh data dasar dan memudahkan dalam menentukan intervensi lebih lanjut
2. Ajarkan klien tehnik relaksasi R / dapat mengurangi nyeri
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
R / kulit yang bersih dan kering akan mengurangi
penyebaran atau perkembang biakan dari baakteri
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
R / mengetahui perkembangan penyakit dan
keefektifan tindakan yang telah dilakukan
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical pada
klien
R / antibotik topical dapat memutuskan dan
menghambat dari pertumbuhan bakteri dan dapat
mempercepat proses pemulihan.
6. Berikan pengetahuan pada klien agar jangan
19 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “
menggaruk lukanya
R / pengetahuan pasien pada proses pengobatan
daapat mempercepat keberhasilan proses
keperawatan.
2 Kerusakan integritas
kulit b.d vesikel yang
mudah pecah
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan klien tidak terjadi
penyebaran luka dengan criteria hasil :
a. Mempertahankan kulit tetap utuh
b. Klien mampu mendemonstrasikan tingkah
laku/tehnk untuk mencegah kerusakan
kulit.
1. Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien
R / kuku yang pendek akan mengurangi garukan
pada impetigo dan menghindari keparahan
terjadinya lesi
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering
R / kulit yang bersih dan kering akan
mengurangi penyebaran atau perkembang biakan
dari bakteri
3. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical
pada klien
R / antibotik topical dapat memutuskan dan
menghambat dari pertumbuhan bakteri dan dapat
mempercepat proses pemulihan
4. Berikan pengetahuan pada klien agar jangan
menggaruk lukanya
R / pengetahuan pasien pada proses pengobatan
20 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “
daapat mempercepat keberhasilan proses
keperawatan.
Hambatan mobilitas fisik
b.d gangguan neuro
muscular nyeri/tidak
nyaman
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan klien menunjukan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas dengan
kriteria hasil:
Menunjukan perilaku yang memampukan
melakukan aktivitas
1. Lakukan latihan rentang gerak secara
konsisten,diawali dari aktif ke fasif
R/mencegah secara pprogresif mengencangkan
jaringan perut,meningkatkan pemeliharaan
fungsi otot
2. Instruksikan dan bantu dalam mobilitas
R/meningkatkan keamanaan
3. Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang
terdekat pada latihan rentang gerak
R/memampukan keluarga/orang terdekat untuk
aktif dalam perawatan pasienn dan memberikan
terapi lebih konstan /konsisten
21 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “
4.6 Implementasi
Menurut doegoes (2000) implementasi aadalah peraawat menimplementasikan
intervensi-intervensi yang terdapat dalam rencana keperawatan. Menurut allen (1998)
komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatan mandiri, kolaboratif,
dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
4.7 Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang
ditetapkan yaitu meliputi : kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan. Ibu dan
keluarga akan mengembangkan koping yang efektif. Setiap anggota keluarga akan
melanjutkan pertumbuhan dan perkembanga yang sehat. Perawat dapat yakin bahwa
perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat dipertahankan,
ibu dan keluargaanya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan setiap anggota
keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan daan perkembangan yang sehat.
22 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “
BAB VPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai
kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh
varicella dalam bentuk cacar air).
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi Virus Varisela Zoster (VVZ) dan tergolong
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes
viridae
untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik
terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat
berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut
yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti
dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan,
yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupres.
.
4.2 Saran
Diharapkan pada makalah ini para pembaca dan penulis dapat mengetahui apa
penyakit pioderma, dapat membedakan klasifikasi atau bentuk-bentuk pioderma agar
mengetahui tanda dari tanda dan gejala penyakit pioderma untuk bisa melakukan
tindakan pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.
23 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI.
Marwali H. 2000. Impetigo Bulosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Hipokrates.
Price, A.S., Wilson L.M, 1995. Infeksi Kulit dalam Patofisiologi. Jakarta : EGC.
24 | S i s t e m I n t e g u m e n “ P I O D E R M A “