Download - Makalah Chapter 3.docx
L.O 1: Teori Regulasi yang Relevan terhadap Akuntansi dan Audit ( The
Theories of Regulation Relevant to Accounting and Auditing )
Terdapat beberapa teori yang relevan untuk memahami peraturan dari laporan
keuangan, yaitu:
Teori Efisiensi Pasar (Theory of Efficient Market)
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori Regulasi (Theories of Regulation)
A. Teori Efisiensi Pasar (Theory of Efficient Market)
Teori ini berpendapat bahwa pasar akan berfungsi dengan sangat baik ketika
tidak terdapat campur tangan dari pemerintah. Hal ini mencerminkan sejauh mana
informasi mampu memengaruhi perusahaan dan memengaruhi pasar. Efisiensi
pasar juga akan terbentuk ketika kekuatan permintaan (demand) dan penawaran
(supply) saling bertemu. Hal inilah yang akan membentuk perilaku pasar (market
behavior), sehingga berpengaruh terhadap arus informasi dan modal.
Informasi yang beredar di pasar sejatinya merupakan barang publik,
termasuk pula informasi akuntansi. Informasi tersedia secara luas bagi siapa saja
yang membutuhkannya dan tidak diperlukan biaya yang besar untuk
mendapatkannya. Informasi bersifat acak dan tidak terikat, dimana setiap
informasi yang ada di pasar tidak terpengaruh oleh informasi lainnya, setiap
pelaku dapat memperolehnya pada rentang waktu yang tidak jauh berbeda.
Konsep informasi ini sedikit berbeda dengan praktiknya terhadap informasi
akuntansi. Terdapat kecenderungan bahwa perusahaan akan memonopoli
informasi akuntansi miliknya sendiri, sehingga pasar tidak dapat mengetahui
informasi akuntansi terkait. Dalam kondisi ini, pasar tidak dapat dibiarkan
membentuk perilakunya sendiri, pemerintah tetap harus turut campur dalam hal
memberikan batasan dan aturan yang bertujuan demi kepentingan pengembangan
pasar dan pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab itu, sebuah pasar dapat dikatakan efisien ketika memenuhi
kondisi berikut:
1
Tidak diperlukan biaya atas perolehan informasi dan transaksi,
Informasi tersedia bebas bagi setiap pelaku pasar yang
membutuhkan,
Pelaku pasar memiliki hak yang sama atas implikasi informasi yang
tersedia.
B. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini menjelaskan hubungan antara beberapa pihak dalam perusahaan,
yaitu principal dan agent. Principal merupakan pihak yang memberikan mandat
kepada pihak lain untuk bertindak atas nama principal, biasanya merupakan pihak
yang memiliki kedudukan lebih tinggi di dalam perusahaan. Sementara agent
merupakan pihak yang diberikan mandat untuk berlaku atas nama principal
dengan batasan-batasan yang ditentukan. Agent memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan tugasnya kepada principal, apakah sesuai dengan yang
diamanahkan atau tidak.
Perkembangan dan penerapan agency theory mengacu pada konsep
maximizing wealth bagi principal yang dilakukan oleh agent. Sehingga dapat
dikatakan bahwa teori ini menekankan pada hubungan principal dan agent terkait
pada pemberian jasa dan delegasi wewenang pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh agent. Adapun proporsi wewenang yang dialihkan tetap
memperhitungkan cost and benefit secara keseluruhan.
Namun, dengan asumsi bahwa individu bertindak memaksimalkan
kepentingannya sendiri akan menimbulkan adanya agency problem, salah satunya
adalah ketidakseimbangan informasi (assymetrical information). Hal ini
dikarenakan agent sebagai pihak yang diberi amanah berada pada posisi yang
memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan principal. Sekalipun pada
awalnya telah terbentuk kesepakatan terkait hak dan kewajiban, agent akan
terdorong untuk menyembunyikan informasi dari principal.
Permasalahan yang mungkin muncul antara lain:
Agent mencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri melalui
minimalisasi biaya. Minimalisasi biaya ini tidak berarti bahwa agent
2
berusaha untuk memaksimalkan value of the firm. Sehingga, agent
diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang memaksimalkan
kesejahteraan pribadinya.
Agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi perilaku oportunis
tersebut adalah melalui corporate governance yang menerapkan: transparansi
(transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan
responsibilitas (responsibility). Selanjutnya, hasil audit yang wajar dapat dijadikan
sebagai alat untuk meyakinkan pihak luar perusahaan, pemilik, serta kreditur.
Bahwasannya kegiatan perusahaan dan pencatatan yang dilakukan telah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
C. Teori Regulasi (Theories of Regulation)
1) Public Interest Theory
Public interest theory merupakan regulasi yang terjadi karena tuntutan
publik dan muncul sebagai koreksi atas kegagalan pasar (market failure).
Contoh dari kegagalan pasar antara lain: (1) rendahnya persaingan pasar, (2)
adanya informasi yang tidak sempurna, (3) halangan untuk memasuki pasar,
serta (4) yang termasuk barang publik hanya beberapa produk tertentu.
Kegagalan pasar dapat juga disebabkan oleh arus informasi yang belum
optimal, disebabkan oleh:
Perusahaan yang belum sepenuhnya mengungkapkan informasi,
Adanya penyelewengan informasi,
Penyajian informasi yang tidak semestinya.
Dalam teori ini, diasumsikan bahwa pemerintah pusat memiliki
perhatian terhadap masyarakatnya sehingga mendorong maksimalisasi
kesejahteraan sosial. Sehingga, pemerintah membuat aturan untuk
mengatasi market failure sebagai respon terhadap public demand. Meskipun
pada dasarnya, adalah sebuah ketidakmungkinan untuk menyenangkan
semua orang. Oleh sebab itu, konsep ini menimbulkan moral hazard:
regulator akan berlaku sebagai pemegang kendali secara umum ataukah
3
berlaku untuk mendahulukan kepentingan masyarakat, serta trade off atara
biaya regulasi dan manfaat sosial bagi masyarakat.
2) Regulatory Capture Theory
Regulatory capture theory disebut juga sebagai interest group theory,
dimana regulasi yang disajikan bertujuan untuk memenuhi kepentingan
kelompok tertentu agar memaksimalkan kesejahteraan anggotanya.
Regulatory capture theory mengasumsikan:
Masyarakat selalu rasional secara ekonomis; berupaya mencapai
kesejahteraan pribadi dari regulasi yang diterapkan pemerintah dan
regulasi yang memberikan keuntungan pada mereka,
Pemerintah sebagai regulator tidak selalu memiliki peran yang
independen untuk menentukan regulasi, akan muncul tekanan dari
kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan untuk menerima
distribusi kesejahteraan (wealth).
Dalam teori ini, dapat dikatakan bahwa pihak-pihak yang menjadi
subjek peraturan berusaha ‘mengendalikan’ pembuat aturan untuk memihak
pada kepentingan mereka. Sehingga, tidak jarang ditemukan realita bahwa
proses pembuatan peraturan banyak didominasi oleh banyak sudut pandang.
3) Private Interest Theory
Private interest theory menjelaskan bahwa terdapat peraturan yang
dibuat berdasarkan kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang memiliki
kekuasaan dalam membuat peraturan. Peraturan ini diperuntukkan bagi
kelompok-kelompok yang memiliki kuasa. Hal ini bukan berarti
kepentingan kelompok dapat selalu dinilai tidak baik, namun ada kalanya
ketika kepentingan suatu kelompok tidak terpenuhi, mereka akan membuat
peraturannya sendiri yang dapat mendukung terjaga dan tercapainya
kepentingan kelompok mereka tersebut. Dimana peraturan ini tidak akan
memberikan pengaruh apa-apa terhadap peraturan lainnya. Dalam teori ini,
pemerintah tetap memiliki power to coerce dan berusaha memaksimalkan
kesuksesan pemerintahannya.
4
LO 2: Pengaplikasian Teori Regulasi dalam Praktik Akuntansi dan Audit
A. Aplikasi Public Interest Theory
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan menerapkan public
interest theory, pemerintah mengintervensi regulasi pelaporan keuangan sebagai
respon atas terjadinya kegagalan pasar dan kepentingan publik.
Contoh pengaplikasiannya adalah dirilisnya Sarbanes-Oxley Act pada tahun
2002. Hal ini merupakan langkah yang dilakukan pemerintah pada saat itu akibat
adanya kasus Enron-Arthur Andersen. Dampak dari kasus tersebut yang
mematikan kepercayaan para investor terhadap auditor, dinilai sebagai suatu
kegagalan pasar. Dalam hal membenahi kegagalan pasar tersebut, pemerintah
memutuskan untuk mengeluarkan peraturan Sarbanex Oxley tersebut.
B. Aplikasi Capture Theory
Capture theory, sebagai pengembangan dari public interest theory,
menyatakan bahwa dalam kenyataannya terdapat pihak yang berusaha
memengaruhi pemerintah dalam melakukan intervensi. Hal tersebut dilakukan
oleh pihak tersebut untuk melindungi pihak-pihak yang akan terkena dampak dari
kebijakan yang akan dibuat.
Contohnya adalah keberadaan DSAK yang dalam praktiknya dapat
memengaruhi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan, seperti kebijakan untuk
mengadopsi IFRS yang ditetapkan bagi pihak tertentu. Hal ini dilakukan oleh
DSAK karena DSAK dianggap mengerti bagaimana keberlanjutan dari
terimplementasikannya kebijakan tersebut.
C. Aplikasi Private Interest Theory
Menurut Deegan (2004: 36), private interest theory menyatakan bahwa
masing-masing pihak memiliki kepentingannya sendiri. Bahkan, pemerintah pun
dalam hal ini dianggap sebagai pihak yang tidak netral karena memiliki
kepentingan, seperti kepentingan politik, dan sebagainya.
Untuk itu, Godfrey menyatakan bahwa dalam pemberlakuan regulasi harus
mengakui peran pihak lain, seperti peran kementerian. Hal ini dianggap penting
5
untuk mempertahankan kondisi netral yang dapat mengurangi kerugian yang
terlalu besar pada pihak tertentu.
D. Penentuan standar sebagai proses politik
Dalam bukunya, Godfrey menyebutkan bahwa pengaturan standar akuntansi
juga menjadi suatu proses politik. Dapat dikatakan demikian karena standar
akuntansi dapat menjadi keuntungan bagi suatu pihak tertentu yang di lain pihak
merasakan kerugiannya. Untuk itulah diperlukan regulasi akuntansi yang berbeda
pada kelompok yang berbeda.
1) Instrumen Keuangan
Salah satu regulasi terkait laporan keuangan yang ditetapkan adalah
regulasi yang berkaitan dengan instrument keuangan, seperti adopsi IAS 39
yang membahas pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Dalam
jurnal yang dirilis oleh UAJY, adopsi IAS 39 di Indonesia kemudian
digantikan dengan PSAK 55 yang tentunya telah melalui berbagai
pertimbangan.
2) Aset tak berwujud (intangible asset)
Selain regulasi yang berkaitan dengan instrumen keuangan, aset tak
berwujud juga menjadi salah satu objek yang ditetapkan regulasinya. Hal ini
diatur dengan adanya pemberlakuan IAS 38.
LO 3: Kerangka Peraturan dalam Pelaporan Keuangan
Dalam proses pelaporan keuangan, banyak pihak yang mempunyai peran
aktif di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu manajemen perusahaan sebagai
penyusun laporan keuangan, hingga pihak auditor eksternal dan pembuat
kebijakan (seperti pemerintah dan bursa saham). Aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh pihak-pihak tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan dimana
proses pelaporan keuangan berlangsung, seperti pengaturan hukum, ekonomi,
sosial dan politik. Fitur-fitur dari lingkungan yang spesifik tersebut membentuk
sebuah kerangka peraturan dalam pelaporan keuangan. Berikut adalah elemen-
elemen yang terdapat di kerangka peraturan dalam pelaporan keuangan: statutory
requirements (dasar hukum), corporate governance (tatakelola perusahaan),
6
auditors and oversight (auditor dan pengawasan), dan independent enforcement
bodies (organisasi regulator mandiri).
1) Statutory Requirements
Statutory Requirements merupakan dasar hukum atau peraturan yang
mengatur proses pelaporan keuangan. Beberapa contoh peraturan-peraturan
yang mengatur proses pelaporan keuangan di Indonesia, yaitu:
Undang-Undang Perseroan Terbatas yaitu UU No. 40 Tahun
2007 yang mengatur tentang Perseroan Terbatas dan didalamnya
diatur mengenai laporan tahunan sebuah PT yang harus disusun
oleh sebuah perusahaan. Dalam UU tersebut juga disebutkan
bahwa laporan keuangan sebuah perusahan harus disusun
berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku di
Indonesia dan harus diaudit oleh auditor eksternal.
Peraturan Bank Indonesia No. 14/14/2012 tentang Transparansi
dan Publikasi Laporan Bank yang mewajibkan Bank untuk
menyusun dan menyajikan Laporan Tahunan, Laporan
Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan Publikasi
Bulanan, Laporan Keuangan Konsolidasi, dan Laporan
Publikasi Lain.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian
Negara/Lembaga, dan Bendahara Umum Negara untuk
menyusun laporan keuangan dan laporan kinerja.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1998 tentang Informasi
Keuangan Tahunan Perusahaan yang mengatur perusahaan
untuk menyusun laporan keuangan.
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mengatur
tentang pasar modal dan lembaga-lembaga yang terkait di
dalamnya, salah satunya tentang sistem pelaporan dari emiten
terdaftar
7
Peraturan OJK No. 3/POJK.05/2013 tentang Laporan Bulanan
Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang mewajibkan LJKNB
untuk menyusun laporan bulanan, serta peraturan-peraturan
lainnya.
Selain terdapat perundang-undangan yang mengatur proses pelaporan
keuangan, terdapat pula standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Salah
satunya yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK. PSAK
ini wajib digunakan oleh perusaan publik sebagai pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan. Sedangkan, bagi perusahaan tanpa
akuntabilitas publik dapat menggunakan SAK-ETAP yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan kecil dan menengah dalam penyusunan laporan
keuangan. Selain itu, ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia juga
memengaruhi proses pelaporan keuangan. Ketentuan pajak yang merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi membuat sebuah
perusahaan harus membuat laporan keuangan fiskal yang disusun melalui
suatu proses penyesuaian dan rekonsiliasi antara praktik akuntansi
komersial dan ketentuan perpajakan.
2. Corporate Governance
Corporate governance atau tatakelola perusahaan menurut Davis,
yang tercantum di dalam buku Godfrey, adalah struktur, proses, dan institusi
yang ada di dalam atau di sekitar organisasi yang mengalokasikan
kekuasaan dan kontrol sumber daya diantara orang-orang yang berkaitan
dengan organisasi. Lalu menurut Cadbury, corporate governance adalah
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai
keseimbangan antara kekuatan manajemen perusahaan untuk menjamin
kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.
Di Indonesia, terdapat sebuah komite terkait corporate governance,
yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang memiliki dua
peran. Peran pertama dari KNKG adalah sebagai fasilitator dimana KNKG
mendorong terbangunnya framework, infrastruktur dan enforcement dari
8
praktik governance yang baik dalam sektor-sektor utama, yaitu kebijakan
dan layanan publik, perbankan dan jasa keuangan, pasar modal, BUMN
serta energi dan pertambangan. Kemudian, peran kedua adalah sebagai
katalisator yang mengembangkan budaya good governance di dalam tingkat
organisasi/lembaga publik, perseroan, pejabat publik serta praktisi terkait,
dengan konsentrasi pada sektor-sektor utama yang telah disebutkan
sebelumnya. Dengan adanya komite ini diharapkan dapat mendorong dan
meningkatkan efektifitas penerapan good governance di Indonesia dalam
rangka membangun kultur yang berwawasan good governance baik di
sektor publik maupun korporasi. Sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan pelaksanaan governance terbaik
di dunia.
3. Auditors and Oversight
Dalam proses pelaporan keuangan, informasi yang dihasilkan dari
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan perlu
mendapatkan sebuah kepastian yang memadai atau reasonable assurance
melalui proses audit. Proses audit dilakukan untuk melindungi kepentingan
pemegang saham pada khususnya, yang merupakan investor dari sebuah
perusahaan publik. Proses audit dan auditor diatur secara perundang-
undangan dan self-regulation. Di Indonesia, perundang-undangan yang
mengatur adalah Undang-Undang No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
yang dibuat untuk meningkatkan profesionalisme Akuntan Publik, untuk
melindungi kepentingan masyarakat, dan juga untuk melindungi profesi
Akuntan Publik itu sendiri. Selain itu, terdapat pula Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), self-regulation Akuntan Publik, yang merupakan
acuan yang ditetapkan untuk menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi
Akuntan Publik dalam pemberian jasanya.
4. Independent Enforcement Bodies
Indonesia Enforcement Bodies atau di Indonesia disebut sebagai
Organisasi Regulator Mandiri adalah sebuah lembaga yang berperan untuk
9
mendorong compliance (kesesuaian) dengan peraturan yang ada dalam
penyusunan laporan keuangan. Selain itu, Organisasi Regulator Mandiri
juga berperan sebagai pelengkap aturan dan pengawasan dari pemerintah
yang diamanahkan di dalam undang-undang. Contoh Organisasi Regulator
Mandiri yang terdapat di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI),
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI)
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, ketiga
organisasi tersebut diamanahkan untuk melaksanakan tugasnya sebagai
pelengkap aturan yang ada dan sebagai perpanjangan pengawasan dari
pemerintah. Dimana, Bursa Efek mempunyai tujuan untuk
menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.
Lembaga Kliring dan Penjaminan mempunyai tujuan untuk menyediakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang wajar,
teratur, dan efisien. Dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
mempunyai tujuan menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian
transaksi yang teratur, wajar, dan efisien.
LO 4: Struktur Institusi Pengatur Standar Akuntansi dan Audit
Perkembangan standar akuntansi internasional dimulai dengan pembentukan
International Accounting Standards Committee (IASC) yang dipelopori oleh
sembilan negara pada tahun 1973 di London. Usaha ini pun turut didukung oleh
IOSCO, sebuah badan yang mengatur sekuritas di dunia. IASC mengembangkan
standar akuntansi untuk sektor privat dan cukup berpengaruh di berbagai negara.
Ada beberapa negara yang dengan penuh mengadopsi standar ini, ada juga yang
menjadikan sebagai acuan untuk pengembangan standar akuntansi suatu negara,
dan ada pula yang digunakan sebagai standar untuk pembuatan laporan
konsolidasi perusahaan yang berasal dari negara-negara tertentu.
Meskipun penggunaan IAS meningkat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa
penerimaan atas IAS ini terbatas karena IASC bukanlah suatu badan yang
independen. Sebagai akibat, IASC di restrukturisasi menjadi International
10
Accounting Standards Board (IASB) sesuai struktur FASB (Financial Accounting
Standards Board) pada tahun 2001. Selanjutnya, IASB memperbarui IAS yang
ada dan juga mulai merumuskan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Penggunaan IFRS cukup mendorong transparansi dan juga
standarisasi laporan keuangan di perusahaan-perusahaan Eropa, karena
diwajibkan penggunaannya oleh EC (European Commission). Tak hanya di
Eropa, IFRS juga diadopsi oleh berbagai negara Asia dan Oseania, seperti
Australia, Hongkong, Malaysia, dan lain-lain.
A. IASB dan Progran Konvergensi FASB
IASB bekerja sama dengan US Financial Accounting Standards Board
(FASB) sejak tahun 2002 untuk mencapai konvergensi prinsip akuntansi
IFRS dan US GAAP. Kesepakatan konvergensi ini tertuang pada Norwalk
Agreement dan diharapkan dapat mengurangi perbedaan standar antara
FASB dengan IASB. Proses konvergensi ini cukup kompleks, mengingat
US GAAP merupakan rule based standard dan IFRS merupakan principle
based standard. Selain Amerika Serikat, konvergensi standar IASB dengan
standar lokal juga dilakukan oleh Indonesia untuk mengurangi perbedaan
antara PSAK dan juga IFRS.
B. Standar Akuntansi untuk Sektor Publik
Standar yang berbeda harus diterapkan kepada sektor publik, karena
sektor publik memiliki tujuan dan stakeholders yang berbeda. Masing-
masing negara harus memilih standar yang terbaik untuk sektor publiknya
Misalnya, Australia yang sudah berhasil membuat satu standar yang dapat
digunakan oleh sektor privat dan juga sektor publik. Sedangkan di dunia,
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB)
merupakan badan yang bernaung di bawah International Federation of
Accountants (IFAC) dan mengembangkan International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) sebagai standar akuntansi yang
dipergunakan untuk entitas sektor publik.
C. Standar Audit Internasional
11
International Standards on Auditing (ISA) di kembangkan oleh
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB
beroperasi di bawah IFAC yang didirikan oleh the Public Interest Oversight
Board (PIOB) pada tahun 2005 bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan
pada standar yang dikeluarkan oleh IAASB dan badan IFAC, serta
memastikan bahwa standar yang ditetapkan secara transparan yang
mencerminkan kepentingan umum, dengan masukan oleh masyarakat dan
regulator, dan memfasilitasi regulasi Audit. Dalam hal ini, Indonesia sudah
mengadopsi ISA menjadi SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).
Kesimpulan
Pada chapter 3 ini diulas mengenai:
Teori yang diusulkan untuk menjelaskan praktik dan regulasi dari pelaporan
keuangan dan audit, dan
Kerangka peraturan untuk pelaporan keuangan, khususnya yang berada di
Indonesia. Serta struktur institusi pembuat peraturan standar akuntansi dan
audit.
12
Daftar Pustaka
BIBLIOGRAPHY Godfrey, J. M., 2010. Accounting Theory. 7th ed. Australia: John Wiley &
Sons Australia, Ltd.
Harahap, S. S., 2013. Teori Akuntansi. Depok: Rajawali Press.
Hendriksen, E. S., 1999. Teori Akuntansi. 4th ed. Jakarta: Erlangga.
Scott, W. R., 2012. Financial Accounting Theory. 6th ed. Canada: Pearson Prentice Hall.
Deegan. Theories of Financial Accounting. Australia: McGraw Hill.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCUQFjA
B&url=http%3A%2F%2Fhighered.mheducation.com%2Fsites%2Fdl%2Ffree
%2F0070136777%2F506352%2Fdeegan5e_ch03.ppt&ei=kHfoVJaLHYPjuQS2k
ICADw&usg=AFQjCNG5Y4MwbiPU5LDF1GZZ7FP-
aANWlQ&sig2=jVXrvMkRgHkcoV-fsUeycg
Diksi Hendrawati, Fathiyah Nuramaliya, dan Sonya Hutapea. Contoh-contoh
Aplikasi Teori Regulasi Akuntansi.
http://www.academia.edu/8357198/Contoh_aplikasi_regulasi_akuntansi
Saputra, Fulgentino Benifo Brahm. 2013. Analisis Perbedaan Kualitas Laba
Sebelum dan Sesudah Adopsi IAS 39 (2005) Menjadi PSAK 55 (2006) pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jogjakarta: E-
journal UAJY. e-journal.uajy.ac.id/1262/1/0EM17910.pdf
Website Otoritas Jasa Keuangan http://www.ojk.go.id/other-id
Visi Misi Komite Nasional Kebijakan Governance
http://knkg-indonesia.com/home/tentang-kami/visi-a-misi.html
Alex, Go. Analisis Penerapan Good Governance Pada PT Surya Bangun Jaya Abadi.
2014.
13
www.download.portalgaruda.org
KNKG. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006.
http://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf
Siregar, S. Pelaporan Laporan Keuangan dan Fiskal Satu Pelaporan. 21 Januari
2014.http://news.universitasazzahra.ac.id/pelaporan-laporan-keuangan-komersial-
dan-fiskal-satu-pelaporan/
14