Download - laporan ransum ruminansia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan ternak yang
digunakan adalah kambing PE sebanyak empat ekor dengan jenis
kelamin betina. Sutiyono et.al (2002) menyatakan bahwa kambing PE
termasuk kambing tipe besar yaitu mempunyai tinggi badan sekitar 70
sampai 100 cm dan berat badan dewasa 65 sampai 75 kg. Telinga
terkulai panjang di kanan dan kiri kepala. Ciri spesifik kambing PE
adalah rahang bawah lebih panjang dan bagian hidungnya cembung
serta dipaha sisi belakang tumbuh bulu yang panjang (surai). Berikut
data ternak yang digunakan sebagai probandus dalam praktikum:
Tabel 1. Identifikasi kambing Peranakan Etawa
ParameterNo. Identifikasi1 2 3 4
Kondisi fisiologis
Sehat Sehat Sehat Sehat,
Berat badan (kg)
38,4 47,8 16,3 19,8
Poel 2 1 - -Perkiraan umur
2-2,5 tahun
1-1,5 tahun
6 bulan – 1 tahun
6 bulan – 1 tahun
Deskripsi identifikasi
Kepala coklat, badan putih, kaki hitam
kepala putihm terdapat lingkar coklat pada mata
Kepala coklaat kaki putih
Kepala hitam kaki putih
Pemberian Pakan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pemberian pakan hijauan
dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari berupa hijauan kaliandra
(Calliandra calothyrsus), sedangkan untuk pakan konsentrat diberikan
sebanyak 300 gram untuk setiap ternak dalam satu hari. Pakan hijauan
diberikan secara adlibitum .Konsentrat yang diberikan jenis konsentrat
sumber energi 13 % dengan formulasi bahan pakan dapat dilihat pada
tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Formulasi ransum konsentrat sumber energi
BP BK PK SE I SE II
B.Kopra % 89,99 19,87 24,9 22,8B.Kedelai % 90,14 43,26 4,4 4,0Dedak % 90,40 4,05 0,0 11,4Pollard % 87,39 14,08 23,3 35,1Onggok % 89,95 5,54 19,2 22,4K.Kopi % 84,90 9,39 24,5 0,0Premix% 1 - 0,8 1,0Molasses % 75 4 3,0 3,3
Sarwono (2002) menyatakan bahwa jenis pakan kambing ada
dua macam, yaitu pakan pokok yang terdiri atas hijauan (rumput, legum,
dan limbah pertanian) dan penguat (suplemen, konsentrat, dan pakan
tambahan). Untuk ternak ruminansia termasuk kambing,terdapat empat
kategori pakan yang memiliki potensi sebagai sumber pakan yaitu 1)
tanaman pakan ternak (rumput alam maupun rumput introduksi,
leguminosa herba dan tanaman pohon multi guna); 2) hasilsisa/samping
tanaman pangan; 3) hasil samping industri-agro; dan 4) bahan pakan
non-konvensional yang belum umum digunakan namun memiliki potensi
sebagai pakan (Sarwono, 2002). Berdasarkan praktikum, pemberian
pakan kambing yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Tabel 2. Formulasi ransum konsentrat sumber protein
BP BK PK SP I SPT
B.Kopra % 89,99 19,87 37,3 5,1B.Kedelai % 90,14 43,26 0,0 25,6B.Klenteng % 88,33 29,01 37,3 20,5Pollard % 87,39 14,08 7,6 14,6Onggok % 89,95 5,54 7,9 15,1K.Kopi % 84,90 9,39 6,4 12,2Premix% 1 - 0,3 0,5Molasses % 75 4 3,3 6,3
Penampilan Ternak
Pertambahan Bobot Badan Harian
Sumber Energi. Pemberian pakan yang dilakukan pada
praktikum ternak ruminansia kelompok 2 memberikan pakan dengan
perlakuan sumber energi 1. Berdasarkan praktikum yang dilakukan
diperoleh data bobot badan dengan empat kali penimbangan setiap
minggunya selama satu bulan yang tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Pertambahan bobot badan perlakuan sumber energi I dengan
sumber energi II
Perlakuan KelompokADG
I II III
SE I
2 0.13 0.08 -0.056 0.22 -0.12 0.0520 -0.3 -0.03 0.2
Rata-rata 0.02 -0.02 0.07
SE II
14 0.11 0.06 0.4215 -0.07 -0.20 0.0916 0.30 0.10 0.37
Rata-rata 0.11 -0.01 0.29
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum bobot badan
kambing kelompok ,2, 6 dan 20 yang diberi pakan dengan perlakuan
SE I memiliki ADG (Average Daily Gain) yang pertama yaitu 0,02 ,
kedua -0,02 dan yang ketiga 0,07. Kambing kelompok 14,15, dan 16
yang diberi pakan dengan perlakuan SE II, memiliki ADG atau
pertambahan bobot badan rata-rata yaitu yang pertama 0,11, kedua -
0,02, dan ketiga 0,29, dari kedua perlakuan tersebut pakan dengan
perlakuan SE II memiliki ADG atau pertambahan bobot badan rata-rata
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan SE I. Perbedaan pada
perlakuan SE I dan SE II, SE I tidak menggunakan dedak halus,
sedangkan SE II tidak menggunakan kulit kopi. PK kulit kopi lebih tinggi
dibandingkan dengan PK dedak halus.
1 2 3-0.05
00.05
0.10.15
0.20.25
0.30.35
ADG SE I dan SE II
SE ISE II
Minggu ke-
ADG
Gambar 1. Grafik ADG SE I dan SE II
Sumber Energi dan Sumber Protein. Pemberian pakan yang
dilakukan pada praktikum ternak ruminansia dengan perlakuan sumber
energi dan sumber protein didapatkan data bobot badan dengan empat
kali penimbangan setiap minggunya selama satu bulan yang tersaji
pada tabel 2.
Tabel 2. Pertambahan bobot badan perlakuan SE I dan SP I
Perlakuan KelompokADG
I II III
SE I
2 0.13 0.08 -0.056 0.22 -0.12 0.0520 -0.3 -0.03 0.2
Rata-rata 0.02 -0.02 0.07
SP I
14 0.13 0.13 0.2415 0.00 0.05 0.0216 -0.01 0.42 -0.12
Rata-rata 0.04 0.20 0.05
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum bobot badan
kambing kelompok 2, 6 dan 20 yang diberi pakan dengan perlakuan SE
I memiliki ADG (Average Daily Gain) pada minggu pertama yaitu 0,02,
kedua -0,02 dan yang ketiga 0,07. Kembing kelompok 3, 4,dan 5 yang
diberi pakan dengan perlakuan SP I ADG (Average Daily Gain) yang
pertama yaitu 0,04, kedua 0,20, dan yang ketiga 0,05. Data tersebut
menunjukkan bahwa pakan dengan perlakuan SP I memiliki
pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan
dengan perlakuan SE I. Ternak yang diberikan pakan dengan perlakuan
SP I tidak mengalami penurunan bobot badan, sedangkan perlakuan SE
I mengalami penurunan bobot badan.
1 2 3-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
ADG SE I dan SP I
SE ISP I
Minggu ke-
ADG
Gambar 2. Grafik bobot badan SE I dan SP I
Sumber energi dan Sumber Protein Terproteksi. Pemberian
pakan yang dilakukan pada praktikum ternak ruminansia dengan
perlakuan sumber energi dan sumber protein didapatkan data bobot
badan dengan empat kali penimbangan setiap minggunya selama satu
bulan yang tersaji pada tabel 3
Tabel 3. Pertambahan bobot badan perlakuan SE I dan SPT
Perlakuan KelompokADG
I II III
SE I
2 0.13 0.08 -0.056 0.22 -0.12 0.0520 0.05 -0.39 0.20
Rata-rata 0.13 -0.14 0.07
SPT
11 0.35 0.16 0.0012 0.21 -0.09 0.2013 -0.10 0.13 0.17
Rata-rata 0.15 0.07 0.12
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum bobot badan
kambing kelompok ,2, 6 dan 20 yang diberi pakan dengan perlakuan SE
I memiliki ADG (Average Daily Gain) yang pertama yaitu 0,13, kedua -
0,14 dan yang ketiga 0,07. Kembing kelompok 11, 12, dan 13, yang
diberi pakan dengan perlakuan SPT memiliki ADG (Average Daily Gain)
yang pertama yaitu 0,15, kedua 0,07, dan yang ketiga 0,12.
Pertambahan bobot badan ternak rata-rata kelompok perlakuan pakan
sumber proteini terproteksi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
sumber energy.
1 2 3-0.04-0.02
00.020.040.060.08
0.10.120.140.16
ADG SE I dan SPT
SE ISPT
Minggu ke-
ADG
Gambar 1. Grafik bobot badan SE I dan SPT
Pengukuran Data Vital
Panjang badan
Sumber energi. Pengukuran panjang badan dilakukan sebanyak
empat kali setiap minggu selama satu bulan. Panjang badan diukur
dengan menggunakan mistar. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 1. Panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan SE II
Perlakuan KelompokPanjang badan
I II III
SE I
2 2.33 1.00 -2.336 5.33 1.67 1.3320 0.67 1.33 -0.67
Rata-rata 2.78 1.33 -0.56
SE II
11 0.00 0.00 0.0012 0.00 3.67 0.0013 0.00 1.00 3.67
Rata-rata 0.00 1.56 1.22
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui panjang badan
kambing dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 2,78,
kedua 1, 33 dan ketiga -0,56. Panjang badan kambing dengan
perlakuan SE II yaitu pada minggu pertama 0,00, kedua 1,56, dan
ketiga 1, 22. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa
panjang badan kambing dengan perlakuan SE II lebih tinggi
dibandingkan SE I.
1 2 3
-1.00-0.500.000.501.001.502.002.503.00
PANJANG BADAN SE I DAN SE II
SE ISE II
Minggu ke-
Panj
ang
bada
n
Gambar 1. Grafik panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan
SE II
Sumber Energi dan Sumber Protein. Pengukuran panjang
badan dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama satu bulan.
Panjang badan diukur dengan menggunakan mistar. Berdasarkan hasil
pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan SP I
Perlakuan KelompokPanjang badan
I II III
SE I
2 2.33 1.00 -2.336 5.33 1.67 1.3320 0.67 1.33 -0.67
Rata-rata 2.78 1.33 -0.56
SP I
3 0.17 0.67 0.674 0.33 0.00 0.335 1.00 1.67 2.17
Rata-rata 0.50 0.78 1.06Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui panjang badan
kambing dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 2,78,
kedua 1, 33 dan ketiga -0,56. Panjang badan kambing dengan
perlakuan SP I yaitu pada minggu pertama 0,50, kedua 0,78, dan ketiga
1,06 . Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa panjang
badan kambing dengan perlakuan SP I lebih tinggi dibandingkan SE I.
Panjang badan dengan perlakuan SP I tidak mengalami penurunan
sedangkan SE I mengalami penurunan.
1 2 3
-1.00-0.500.000.501.001.502.002.503.00
Panjang badan SE I dan SP I
SE ISP I
Minggu ke-
Panj
ang
bada
n
Gambar 2. Grafik panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan
SP I
Sumber Energi dan Sumber Protein Terproteksi. Pengukuran
panjang badan dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama
satu bulan. Panjang badan diukur dengan menggunakan mistar.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan SPT
Perlakuan KelompokPanjang badan
I II III
SE I
2 2.33 1.00 -2.336 5.33 1.67 1.3320 0.67 1.33 -0.67
Rata-rata 2.78 1.33 -0.56
SPT
11 4.67 2.00 0.3312 0.33 0.00 0.6713 0.00 0.00 0.67
Rata-rata 1.67 0.67 0.56
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui panjang badan
kambing dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 2,78,
kedua 1, 33 dan ketiga -0,56. Panjang badan kambing dengan
perlakuan SPT yaitu pada minggu pertama 1,67, kedua 0,67, dan ketiga
0,56 . Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa panjang
badan kambing dengan perlakuan SPT lebih tinggi dibandingkan SE I.
Panjang badan dengan perlakuan SPT tidak mengalami penurunan
sedangkan SE I mengalami penurunan.
1 2 3
-1.00-0.500.000.501.001.502.002.503.00
Panjang badan SE I dan SPT
SE ISPT
Minggu ke-
Panj
ang
bada
n
Gambar 3. Grafik panjang badan kambing dengan perlakuan SE I dan
SPT
Lingkar dada
Sumber energi. Pengukuran lingkar dada dilakukan sebanyak
empat kali setiap minggu selama satu bulan. Lingkar dada diukur
dengan menggunakan pita ukur. Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SE II
Perlakuan KelompokLingkar dada
I II III
SE I
2 0.67 0.33 -0.676 1.00 -0.33 1.0020 -0.33 1.33 0.33
Rata-rata 0.44 0.44 0.22
SE II
11 0.17 0.67 0.6712 0.33 0.00 0.3313 1.00 1.67 2.17
Rata-rata 0.50 0.78 1.06Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui lingkar dada kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,44, kedua 0,44
dan ketiga 0,22. Panjang badan kambing dengan perlakuan SE II yaitu
pada minggu pertama 0,50, kedua 0,78, dan ketiga 1,06 . Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa lingkar dada kambing
dengan perlakuan SE II lebih tinggi dibandingkan SE I. LIngkar dada
dengan perlakuan SE II tidak mengalami penurunan sedangkan SE I
mengalami penurunan.
1 2 30.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Lingkar dada SE I dan SE II
SE ISE II
Minggu ke-
Lingk
ar d
ada
Gambar 4. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SE
II
Sumber energi dan sumber protein. Pengukuran lingkar dada
dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama satu bulan.
Panjang badan diukur dengan menggunakan mistar. Berdasarkan hasil
pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SP I
Perlakuan KelompokLingkar dada
I II III
SE I
2 0.67 0.33 -0.676 1.00 -0.33 1.0020 -0.33 1.33 0.33
Rata-rata 0.44 0.44 0.22
SP I
3 0.50 0.50 0.674 0.17 0.83 0.005 0.33 1.33 1.33
Rata-rata 0.33 0.89 0.67Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui lingkar dada kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,44, kedua 0,44
dan ketiga 0,22. Panjang badan kambing dengan perlakuan SP I yaitu
pada minggu pertama 0,33, kedua 0,89, dan ketiga 0,67 . Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa lingkar dada kambing
dengan perlakuan SP I lebih tinggi dibandingkan SE I.
1 2 30.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
Lingkar dada SE I dan SP I
SE ISP I
Minggu ke-
Lingk
ar d
ada
Gambar 5. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SP I
Sumber energi dan sumber protein terproteksi. Pengukuran
lingkar dada dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama satu
bulan. Panjang badan diukur dengan menggunakan mistar.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SPT
Perlakuan KelompokLingkar dada
I II III
SE I
2 0.67 0.33 -0.676 1.00 -0.33 1.0020 -0.33 1.33 0.33
Rata-rata 0.44 0.44 0.22
SPT
11 2.67 0.67 0.3312 0.00 1.00 0.3313 0.00 0.00 0.67
Rata-rata 0.89 0.56 0.44Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui lingkar dada kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,44, kedua 0,44
dan ketiga 0,22. Panjang badan kambing dengan perlakuan SPT yaitu
pada minggu pertama 0,89, kedua 0,56, dan ketiga 0,44 . Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa lingkar dada kambing
dengan perlakuan SPT lebih tinggi dibandingkan SE I.
1 2 30.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
Lingkar dada SE I dan SPT
SE ISPT
Minggu ke-
Lingk
ar d
ada
Gambar 6. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SPT
Tinggi gumba
Sumber energi. Pengukuran tinggi gumba dilakukan sebanyak
empat kali setiap minggu selama satu bulan. Tinggi gumba diukur
dengan menggunakan mistar. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SE I dan SE II
Perlakuan KelompokTinggi gumba
I II III
SE I
2 1.67 0.67 3.006 0.33 0.33 1.3320 0.00 3.00 1.00
Rata-rata 0.67 1.33 1.78
SE II
14 0.33 0.00 -0.6715 2.33 1.33 0.0016 0.67 0.00 3.33
Rata-rata 1.11 0.44 0.89Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,67, kedua 1,33
dan ketiga 1,78. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SE II yaitu
pada minggu pertama 1,11, kedua 0,44, dan ketiga 0,89. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I lebih tinggi dibandingkan SE II.
1 2 30.00
0.40
0.80
1.20
1.60
2.00
Tinggi gumba SE I dan SE II
SE ISE II
Minggu ke-
Ting
gi g
umba
Gambar 6. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SE
II
Sumber energi dan sumber protein. Pengukuran tinggi gumba
dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama satu bulan. Tinggi
gumba diukur dengan menggunakan mistar. Berdasarkan hasil
pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SE I dan SP I
Perlakuan KelompokTinggi gumba
I II III
SE I
2 1.67 0.67 3.006 0.33 0.33 1.3320 0.00 3.00 1.00
Rata-rata 0.67 1.33 1.78
SP I
14 0.33 0.17 0.3315 0.07 -0.57 0.3316 0.00 0.00 3.00
Rata-rata 0.13 -0.13 1.22Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,67, kedua 1,33
dan ketiga 1,78. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SP I yaitu
pada minggu pertama 0,13, kedua -0,13, dan ketiga 1,22. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I lebih tinggi dibandingkan SP I.
1 2 3-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
Tinggi gumba SE I dan SP I
SE ISP I
Minggu ke-
Ting
gi g
umba
Gambar 6. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SP I
Sumber energi dan sumber protein terproteksi. Pengukuran
tinggi gumba dilakukan sebanyak empat kali setiap minggu selama satu
bulan. Tinggi gumba diukur dengan menggunakan mistar. Berdasarkan
hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SE I dan SPT
Perlakuan KelompokTinggi gumba
I II III
SE I
2 1.67 0.67 3.006 0.33 0.33 1.3320 0.00 3.00 1.00
Rata-rata 0.67 1.33 1.78
SPT
11 0.00 1.00 0.0012 0.00 0.00 0.6712 0.17 0.00 2.83
Rata-rata 0.06 0.33 1.17Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I yaitu pada minggu pertama 0,67, kedua 1,33
dan ketiga 1,78. Tinggi gumba kambing dengan perlakuan SE II yaitu
pada minggu pertama 0,06, kedua 0,33, dan ketiga 1,17. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tinggi gumba kambing
dengan perlakuan SE I dan SPT, keduanya mengalami kenaikan.
1 2 30.00
0.40
0.80
1.20
1.60
2.00
Tinggi gumba SE I dan SPT
SE ISPT
Minggu ke-
Ting
gi g
umba
Gambar 6. Grafik lingkar dada kambing dengan perlakuan SE I dan SPT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
.
DAFTAR PUSTAKA
Atabany, A. 2001. Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada peterakan kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. Tesis. Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Cleasby, T.G. 2003. The Feeding Value of Molasses. Proceedings of The South African Sugar Technologists'Association-April 2013
Evans, D. O. 2001. NFT for Beauty, Food, Fodder and Soil Improvement. Agroforestry Species and Technologies. USA.
Hadipernata, M., W. Supartono., M.A. Falah. 2012. Proses Stabilisasi Dedak Padi Menggunakan Radiasi Far Infra Red (FIR) Sebagai Bahan Baku Minyak Pangan. Research Article.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Herdian, Hendra. 2005. Evaluasi Penggunaan Program LIPI Mix Dalam Membuat Formulasi Premix Mineral untuk Pakan Ternak. Buletin Peternakan Vol. 29(3) 2005 ISSN 0126-4400.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Ternak. Fakultas Peternakan. Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Muis, Helmi., Imana M., Mirnawati. 2010. Teknologi Bioproses Ampas Kedele (Soybean Waste) untuk Meningkatkan Daya Gunanya Sebagai Pakan Unggas. Universitas Andalas. Padang.
Nugroho Achmad R. P., Asmuddin Natsir dan Syamsudin Hasan. 2014. Pemanfaatan Nutrisi Ransum Komplit dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing Marica Jantan. Universitas Hasanudin.
Purbowati, Endang. 2009. Pemanfaatan Protein Pakan dan Produksi Protein Mikroba pada Sapi Peranakan Ongole yang diberi Pakan Roti Sisa Pasar Sebagai Pengganti Dedak Padi.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal : 220-225.
Sugeng, B. 1995. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tanius, T.S.A. 2003. Seri Agribisnis Beternak Kambing Perah Peranakan Etawah. Press, Surakarta.
Utomo, R. 2012. Bahan Pakan Berserat Untuk Pakan sapi. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Waldroup Park W., and KeithSmith. 2014. Soybean Meal Information Center Fact Sheet Soybean Use-Poultry. United Soybean Board.
Warintek. 2009. Pakan Ternak. Kementrian Riset & Teknologi PDII-LIPI. jakarta