makalah ruminansia

24
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN MAMALIA (RUMINANSIA) Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Struktur Fungsi dan Perkembangan Hewan Disusun oleh: 1. Nindi Silvya Melyasari (12030654022) 2. Adliyah Tamrini (12030654027) 3. Endang Lutvia Ningsih (12030654028) 4. Frida Dwi Kurniaty (12030654045) 5. Nurul Fathonah (12030654049) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: endanglutvia

Post on 22-Nov-2015

694 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Paper Sistem Pencernaan Ruminansia

TRANSCRIPT

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN MAMALIA (RUMINANSIA)Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Struktur Fungsi dan Perkembangan Hewan

Disusun oleh:1. Nindi Silvya Melyasari(12030654022)2. Adliyah Tamrini(12030654027)3. Endang Lutvia Ningsih(12030654028)4. Frida Dwi Kurniaty(12030654045)5. Nurul Fathonah(12030654049)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA2014KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Sistem Pencernaan Mamalia (Ruminansia) ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada pembawa petunjuk dari Allah, yakni Nabi Muhammad SAW.Makalah Struktur Fungsi dan Perkembangan Hewan yang berjudul Sistem Pencernaan Mamalia ( Ruminansia) bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Struktur Fungsi dan Perkembangan Hewan. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan tentang anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia, perbedaan sistem pencernaan ruminansia dengan mamalia lainnya, serta sistem sistem pencernaan pada ruminansiaSebagai akhir dari pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kelancaran proses penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran konstruktif kami harapkan untuk kesempurnaan makalah yang kami tulis lebih lanjut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Amin.

Surabaya, 29 September 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSistem pencernaan pada mamalia memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama pada hewan mamalia yang satu dengan yang lain. Namun terdapat hal yang berbeda dalam sistem pencernaan pada salah satu mamalia yaitu ruminansia. Mamalia khususnya ruminansia atau biasa disebut hewan pemamah biak yang sering kita temui memiliki kebiasaan mengunyah sepanjang hari. Mamalia ini memiliki lambung yang berbeda dari mamalia lain yakni memiliki 4 ruang. 4 ruang pada lambung tersebut yakni rumen, omasum, obamasum, dan retikulum. Sedangkan mamalia lain memiliki lanmbung dengan 1 ruangSistem pencernaan pada ruminansi akan kami bahas lebih jauh. Dalam mempelajari sistem pencernaan pada mamalia (ruminansia) tersebut maka kelompok kami akan membahasnya dalam makalah ini.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia?2. Bagaimana sistem pencernaan pada ruminansia?3. Apa saja perbedaan sistem pencernaan ruminansia dan non-ruminanC. Tujuan1. Mengetahui anatomi dan fungsi saluran pencernaan pada ruminansia.2. Mengetahui sistem pencernaan pada ruminansia.3. Mengetahui perbedaan sistem pencernaan ruminansia dan non-ruminansia.

BAB IIPEMBAHASANRuminansia merupakan poligastrik yang mempunyai lambung depan yang terdiri dari Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati , yaitu Abomasum (perut kelenjar) . Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara mikrobial . Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan (Cole, 1962 ; Banerjee, 1978) . Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar. Menurut Chuticul (1975) rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat, propionat dan butirat (Ranjhan dan Pathak, 1979).Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu :1. Pencernaan Mekanik yang terjadi di dalam mulut .2. Pencernaan Hidrolitik yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu sendiri .3. Pencernaan Fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumenPencernaan fermentatif merupakan proses yang dapat meningkatkan pencernaan bahan makanan dalam rumen, karena pada ternak ruminansia pencemaan makanan sangat tergantung pada aktifitas mikroorganisme . Aktifitas mikroorganisme rumen dipengaruhi oleh kandungan zat-zat makanan dalam ransum (Oh dkk., 1969). Kekhasan sistem pencernaan ruminansia dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:A. Anatomi dan Fungsi Saluran Pencernaan RuminansiaSaluran Pencernaan pada ruminansia hampir sama dengan saluran pencernaan pada mamalia lainnya. Namun terdapat perbedaan pada jumlah ruangan pada lambung, yakni sebagai berikut :a. Mulutb. Esofagusc. Lambung: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasumd. Usus haluse. Usus Besar (Kolon)f. RektumBerikut ini adalah pembahasan pada masing-masing alat pencernaan pada ruminansia :a. MulutPencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral.Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%Fungsi saliva: membantu penelanan buffer (ph 8,4 8,5) suplai nutrien mikroba (70% urea)Mekanisme sekresi salivaDi kelenjar saliva, granula sekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Karakteristik ketiga kelenjar saliva pada sebagai berikut:manusia dapat diringkassaliva : sapi 150 liter/hari, domba 10 liter/hari, Enzim : Pregastric esteraseb. Lambung Ruminansia1) RumenRumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan hidrokitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan. Ternak ruminansia besar seperti sapi potong dan sapi perah dapat memanfaatkan pakan dengan kandungan nutrisi yang sangat rendah, akan tetapi boros dalam penggunaan energi.Menurut (Aurora, 1989), rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Isi rumen pada ternak ruminansia berkisar antara 10-15% dari berat badan ternak tersebut. Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup serta ditemukan di dalamnya. Tekanan osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 32-42C, pH dalam rumen kurang lebih tetap yaitu sekitar 6,8 dan adanya absorbsi asam lemak dan amonia berfungsi untuk mempertahankan pH (Aurora, 1989). Proses pencernaan dalam rumen ini sangat bergantung pada species-species bakteri dan protozoa yang berbeda dan saling berinteraksi melalui hubungan simbiosis.Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba.

Gambar 2.1 : Sistem pencernaan pada ternak ruminansiaSumber : (Bath dkk., 1985)

Letak rumen ada di sebelah kiri rongga perut. Adapun anatomi rumen adalah sebagai berikut : permukaan dilapisi papila (papila lidah) memperluas permukaan untuk absorbs terdiri 4 kantong (saccus) terbagi menjadi 4 zonaKondisi di dalam rumen adalah sebagai berikut : berat kasar isi rumen : 10 -15% dari badan ternak temperatur : 39-40c ph = 6,7 7,0 gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S mikroba: bakteri, protozoa, jamur anaerobFungsirumen antara lain sebagai berikut : tempat fermentasi oleh mikroba rumen absorbsi vfa, ammonia lokasi mixing menyimpan bahan makanan atau tempat fermentasiAdapun pembagian zona di dalam rumen, pembagian mikrobiologis :1)zona gas : CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S2)zona apung (pad zone) : ingesta yang mengapung (ingesta baru dan mudah dicerna)3)zona cairan (intermediate zone) : cairan dan absorbsimetabolit yangterlarut dalam cairan ( banyak terdapat mikroba)4)zona endapan (high density zone) : ingesta tidak dapatdicerna dan benda-benda asing2) RetikulumRetikulum sering disebut sebagai perut jalang atauhardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.a. Secara fisik tidak terpisahkan dari rumenb. Terdapat lipatan-lipatan esofagus yang meru-pakan lipatan jaringan yg langsung dr esofagus ke omasumc. Permukaan dalam : papila sarang laba-laba (honey comb) perut jalaFungsi retikulum antara lain:1. tempat fermentasi2. membantu proses ruminasi3. mengatur arus ingesta ke omasum4. Absorpsi hasil fermentasi5. tempat berkumpulnya benda-benda asing3) OmasumOmasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebutomaso abomasal orifice. Letak omasum di sebelah kanan (retikulum) disebelah rusuk 7-11. Omasum berbentuk ellips. Permukaan dalam berbentuk laminae (perut buku) pada lamina terdapat papila untuk absorpsi. Fungsinya sebagai grinder, filtering, fermentasi, absorpsi.4) AbomasumAbomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsiomaso abomasal orificeadalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.Letak obamasum padadasar perut (kanan bawah) berbentuk memanjang. Bagian dalam terdapat tonjolan (fold) yang berfungsi sebagai absorpsi.Terdiri 3 bagian yaitukardia (sekresi mucus), Fundika (pepsinogen, renin, HCl, mukus), Pilorika (sekresi mukus). Obamasum berfungsi sebagai tempat permulaan pencernaan enzimatis(perut sejati) pencernaan protein serta mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum

c. Usus Halus (Intestinum Tenue)Usus halus berfungsi sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi. Kedalam usus halus masuk 4 sekresi yakni : Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer. Cairan empedu: dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan lipase pankreas, zat warna. Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung. Cairan ususUsus halus terletak pada lengkungan duodenum. Untuk mensekresikan enzim: Amilase : alfa amilase, maltase, sukrase Protease : tripsinogen, kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase Lipase : lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase Nuklease: ribonuklease, deoksi ribonukleased. Sekum dan KolonKolon berbentuk menyerupai tabung berstruktur sederhana, dengan kondisi mirip pada rumen. Berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, Absorpsi VFA dan air, Konsentrasi VFA: sekum: 7 mM, kolon: 60 mM (rumen = 100 150 mM)B. Sistem Pencernaan pada RuminansiaUntuk setiap aktivitas fisiologik/faali dalam tubuh mahluk hidup, khususnya manusia dan hewan piara, misalnya aktivitas organ-organ tubuh, proses pertumbuhan, pemeliharaan kondisi tubuh, proses kerja, proses produksi dan reproduksi, memerlukan sejumlah energi dan zat makanan pembangun atau zat pemelihara tubuh. Energi dan zat makanan tersebut hanya diperoleh dari pangan/pakan atau bahan makanan yang dikonsumsi yang dirombak dan diserap dalam saluran pencernaan, kemudian dimetaboilsme dalam sel genap seperti sapi, kerbau, domba, kambing, rusa, dan kijang yang merupakan subordo dari ordoArtiodactyla. Nama ruminansia berasal dari bahasa Latin ruminare yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Ruminansia merupakan ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, karena hanya hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai gizi tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain kuda dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan ternak tersebut juga merupakan makanan manusia.Proses pencernaan pada ternak ruminansia dibagi menjadi 3 yaitu :1. Pencernaan Mekanik yang terjadi di dalam mulut .2. Pencernaan Hidrolitik yang disebabkan oleh enzim pencernaan ternak itu sendiri .3. Pencernaan Fermentatif yang dilakukan oleh mikroorganisme rumenMakanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebutbolus).Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulutmakanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana dan di mana proses pencernaan baik kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi, perlu diketahui dahulu sistem pencernaan serta fungsi bagian-bagian dari alat pencernaan tersebut, khususnya rumen, retikulum, omasum dan abomasum.Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia:1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput.2. Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar.3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu:Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.

Tabel 2.1 susunan gigi sapi :33------Rahang atas

MPCIICPMJenis gigi

33 -44-33Rahang bawah

Keterangan :I = insisivus = gigi seriC = kaninus = gigi taringP = premolar = geraham depanM = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi.Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaiturumen, retikulum, omasum,danabomasumdengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaanberlangsung dengan cepat.Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).C. Perbedaan Sistem Pencernaan Ruminansia dan Non-Ruminan

Gambar 2.3 Saluran Pencernaan pada non ruminansiaGambar 2.2 Saluran Pencernaan pada ruminansiaPada hewan berlambung tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut. Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sekum. Pada ruminansia atau hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan, di samping enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus, juga terdapat sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen, sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh mikroorganisme rumen.Umumnya pangan/pakan atau campuran berbagai pangan/pakan yang disebut ransum yang dikonsumsi tidak dapat langsung diserap oleh usus. Makanan tersebut harus diolah dahulu dalam alat pencernaan atau disebut proses pencernaan. Proses pencernaan makanan ialah proses mekanis/fisik dan biokimiawi yang bertujuan mengolah bahan makanan menjadi zat makanan atau dikenal zat gizi yang mudah diserap oleh tubuh, bila zat makanan tersebut diperlukan. Proses fisik dan biokimiawi bahan makanan tersebut hanya akan berjalan normal dan efisien bila alat-alat pencernaan dan alat asesorinya dalam keadaan normal dan mampu mengeluarkan enzim-enzim yang mempengaruhi proses pencernaan tersebut. Alat pencernaan ini merupakan sistem organ yang terdiri atas lambung (gastrium) dan usus (intestinum) sehingga dikenal dengan istilah sistem gastrointestinal dan alat pembantunya atau asesori seperti gigi, lidah, pankreas, dan hati.Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.

DAFTAR PUSTAKA

Balitnanglitbang. (t.thn.). Deptan. Dipetik September 27, 2014, dari balitnak.litbang.deptan.go.id/index.php?option=comScience, H. A. (2013, Maret). wordpress. Dipetik September 27, 2014, dari hardianimalscience.files.wordpress.com/2013/03/digesti-ruminansia.pdfUnair, F. K. (t.thn.). Dipetik September 27, 2014, dari Repo Unair: repo.unair.ac.id/data/bahan.../fkh/.../pencernaan-makanan-pada-sapi.doc