Download - LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN DASAR
Disusun Oleh:
Nur Khotimah
NIM 13308141060
PRODI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Oleh:
Nur Khotimah 13308141060
Yogyakarta, 21 Mei 2015
Disahkan pada tanggal 21 Mei 2015 jam
Mengetahui:
Dosen Pembimbing / Asisten Praktikum Praktikan
(……………………………) (Nur Khotimah)
SISTEM KARDIOVASKULER
KEGIATAN 1
STRUKTUR ANATOMI JANTUNG, MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT (CO)
A. PERTANYAAN PRAKTIKUM 1. Bagaimana Mengamati Struktur Anatomi Makroskopis Jantung Mamalia (Kambing)
2. Bagaimana Mengukur Denyut Nadi (Pulsus) pada Arteri Radialis
3. Bagaimana Menghitung Cardiac Output (CO)
B. TUJUAN : B.1. Tujuan Kegiatan
1. Mengamati struktur anatomi makroskopis jantung Mammalia (kambing).
2. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis.
3. Menghitung Cardiac Output (CO).
B.2. Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan struktur anatomi makroskopis jantung
Mammalia (kambing).
2. Mahasiswa dapat menerangkan bagian-bagian jantung Mammalia (kambing).
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran denyut nadi (pulsus).
4. Mahasiswa dapat menerangkan bagaimana mekanisme terjadinya denyut nadi
(pulsus).
5. Mahasiswa dapat menghitung Cardiac Output (CO).
6. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Cardiac
Output (CO).
C. DASAR TEORI
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah, fungsi utama sistem kardiovaskular adalah mendistribusikan O2 dan nutrisi kejaringan, mentransfer metabolit dan CO2 ke organ ekskresi dan paru, serta mentransfer hormon dan komponen sistem imun. Sistem kardiovaskular juga berperan penting pada termoregulasi (Jeremy,33:2009).
Perikardium merupakan satu kantong fibroserous yang membungkus jantung dan terletak di dalam mediastinum medis,jantung terdiri dari lapisan utama yaitu perikardium fibrosum dan perikardium serosum (Mashuri, 39: 2011).
Jantung mamalia dapat dibedakan menjadi 4 ruangan secara jelas yaitu: atrium kanan dan kiri berupa 2 ruangan kecil dengan otot tipis,dan ventrikel kanan dan kiri berupa dua ruangan besar dengan otot yang tebal. Ventrikel merupakan bagian jantung yang memiliki kemampuan memompa darah, sedangkan atrium sebagai penerima darah secara pasif. Sebagai pompa jantung memiliki katup (valvula yang befungsi menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke tempat semula. Antara barium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup yang disebut valvula bicuspidalias (mitralis) sedangkan antara atrium kanan dan atrium kanan terdapat katup yang disebut valvula tricuspidalis (Nurcahyo,1-2: 2013).
Apeks kordis adalah ujung dari ventrikel kiri (ventrikulus Sinistra). Pada bagian ini dapat dilihat atau diraba denyut jantung. Letak normalnya pada ruang interkosta ke 5 kiri,kira-kira 1 Jri di bagian medial alinea medio klavikularis Sinistra (Mashuri, 40: 2011).
Pada manusia volume darah yang dipompa permnit adalah ~ 5 l pada saat istirahat, walaupun dapat meningkat hingga lebih dari 20 l saat olahraga. Volume ejeksi perdenyutan (volume sekuncup) saat istirahat adalah ~70 ml. Ventrikel melakukan pemompaan, atrium membantu pengisian ventrikel. Aliran satuarah melalui jantung dipertahankan oleh katup Siantar ruang-ruang saluranaliran keluar. Kontraksi jantung disebut sisol;periode antara setiap sistole, saat jantung terisi darah disebit diastole (Jeremy,33:2009).
Denyut nadi (pulsus)dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisial seperti arteri radialis. Pulsus merupakan manifestasi dari kontraksi jantung. Efek windkesel yaitu aorta akan mengembang jika ventrikel berkontraksi shigga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Aorta mempunyai daya komplikasi (peregangan) yang sangat tinggi. Frekuensi denyut jantung (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit. Stroke volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yaiti volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung regangan komplians, tekanan mendorong (filling pressure)Vena cava. cardiac output(CO) adalah banyaknya darah yang dipompaselama satu menit, cardiac output merupakan hasil perkalian antara stroke volume (volume sekuncup)dengan frekuensi denyut jantung permenit. Stroke volume yaitu volume darah yang dipompa, rata-rta untuk orang dewasa 70 ml. Straling’s law ( hukum straling) yaitu makin tinggi regangan pada jantung, maka makin kuat kontraksinya (Nurcahyo,6: 2013).
Pada seseorang yang beristirahat daya pompa jantung berkisar 70-80 kali permenit. Menurut R.S Harisenjaya (1996) ada beberapa catatan mengenai degupan jantung melalui denyut nadi setiap menit yaitu:
- Pada bayi yang baru lahir 140- Pada umur 1 tahun 120- Pada umur 2 tahun 110- Pada umur 5 tahun 96-100- Pada umur 10 tahun 80-90- Pada dewasa 60-80
Aktivitas fisik yang sangat berat merupakan satu kondisi yang penuh stres yang dihadapai oleh sistem sirkulasi normal. Ketika kita sedang beraktifitas , kecepatan jantung akan meningkat menjadi 150 setiap menitnya dan volume denyutan akan melebihi 150 ml.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas yang dilakukan. Faktor –faktor yang mempengaruhi curah jantung adalah
- Metabolisme asal tubuh- Kerja fisik - Umur- Ukuran tubuh(Wiarto,39:2013)D. METODE PRAKTIKUM1. Struktur Anatomi Jantung Mammalia
D.1.1. Jenis Kegiatan : Pengamatan (observasi)
D.2.1. Obyek Pengamatan : Jantung kambing
D.3.1. Alat dan Bahan
Alat:
1) Skalpel
2) Pinset
3) Klem
4) Penusuk
5) Gunting
6) Bak parafin
Bahan:
1) Jantung kambing segar atau yang telah diawetkan di dalam lemari es. Selain
jantung kambing untuk pengamatan struktur anatomi makroskopis jantung
Mammalia dapat digunakan sampel jantung domba, sapi, ayam, kelinci, atau
yang lain dengan perimbangan yang relatif mudah didapat di rumah potong
hewan (RPH).
D.4.1. Cara Kerja
1) Menyiapkan jantung kambing yang akan diamati pada bak parafin
2) Sebelum dilakukan pengirisan, mengamati bagian-bagian jantung tersebut secara
seksama dari bagian luar terlebih dahulu kemudian lanjutkan ke bagian-bagian
dalam:
a. Perikardium
b. Apeks jantung
c. Atrium kanan (dekster)
d. Atrium kiri (sinister)
e. Ventrikel kanan
f. Ventrikel kiri
g. Truncus aorta
h. Arteri pulmonalis
i. Vena cava arterior
j. Vena cava posterior
k. Arteri coronaria
3) Melakukan pengirisan melalui bagian medium jantung kemudian amatilah bagian-
bagian dalamnya:
a. Septum interventrikularis
b. Valvula bikuspidalis
(mitralis)
c. Valvula trikuspidalis
d. Valvula semilunaris
e. Muskulus papillaris
f. Chorda tendinea
4) Mengamati perbedaan struktur otot atrium dan ventrikel, otot ventrikel kiri dan
ventrikel kanan, dinding arteri dan vena, valvula bikuspidalis dan trikuspidalis.
5) Menggambar struktur anatomi jantung tersebut, untuk lebih memudahkan
pengamatan dan kerja Anda, gunakanlah buku Atlas Anatomi Manusia sebagai
pedomannya.
2. Menghitung Denyut Nadi dan Cardiac Output (CO)
D.1.2. Janis Kegiatan : Eksperimen
D.2.2. Obyek Pengamatan : Pulsus pada arteri radialis
D.3.2. Alat dan Bahan :
1) Jam (stopwatch)
2) Tally counter
D.4.2. Cara Kerja
Langkah Pertama
1) Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis
dengan sedikit menekan kemudian sedikit kurangi tekanan tersebut sampai
terasakan denyutan nadi.
2) Menghitung banyaknya denyutan dalam setiap menit, untuk
mempermudah biasanya cukup dihitung banyaknya denyutan dalam 15
detik.
3) Kemudian hasilnya dikalikan 4 untuk mendapatkan banyaknya denyutan
per menit yang merupakan manifestasi frekuensi denyut jantung per menit
(heart rate=HR).
Langkah Kedua
1) Melakukan kegiatan olahraga (lari, naik turun tangga) kurang lebih selama
10 menit.
2) Melakukan pengukuran denyut nadi seperti langkah pertama.
3) Membandingkan data hasil pengukuran pertama dengan data hasil
pengukuran kedua, dengan menggunakan uji t (student t test) lebih baik
memakai program SPSS.
Langkah Ketiga
1) Menghitung Cardiac Output dengan menggunakan rumus sbb:
Cardiac Output (CO) = HR x SV
E. HASIL PENGAMATAN
Data Kegiatan Menghitung Denyut Nadi dan Cardiac Output
Perempuan
No Nama Umur
Sebelum Kegiatan Setelah KegiatanDenyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
1 Hesti L. 20 73 5110 94 65802 Siska L. 18 84 5880 108 7560
3 Yuriska F. D. U. 19 72 5040 98 6860
4 Asni N. 19 87 6090 143 85805 Insiwi P. 20 87 6090 130 78006 Nur Tsani R. 19 86 6020 110 66007 Vella L. 19 70 4900 81 56708 Diva A. A. 19 60 4200 88 61609 Briliana S. K. 19 57 3990 81 567010 Tri W. 19 104 7280 152 10640
11 Nur Khotimah 19 96 6720 120 8400
12 Ismi N. 19 104 7280 136 952013 Wulan N. 19 61 4270 90 6300
14 Asifatul M. 20 67 4690 78 546015 Desy N. 20 67 4690 80 560016 Intan A. P. 19 100 7000 145 1015017 Amalia A. 20 96 6720 140 980018 Hana W. 20 94 6500 139 973019 Rizky W. 19 104 7280 156 1092020 Hervina S. K. 19 100 7000 124 868021 Yuniar K. W. 19 80 5600 94 658022 Endah R. S. 20 65 4550 87 609023 H. Kartini H. 20 68 4760 90 630024 Ulfa N. W. 20 96 6720 124 868025 Salma N. 19 76 5320 148 10360
TotalRata-rata
2054 143700 2836 19469082,16 5748 113,44 7787,6
Laki-laki
No Nama Umur
Sebelum Kegiatan Setelah KegiatanDenyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
Denyut Nadi (per menit)
Cardiac Outut (ml/menit)
1 Roni A. 19 87 6090 120 8400
2 Bima G. P. 20 54 3780 71 4970
3 Jaka F. 20 80 5600 120 8400
4 Tonny H. W. 65 4550 116 8120
5 Aris S. 64 4480 104 72806 Afrizal H. 20 70 4900 85 69507 Irfan H. P. 21 117 8190 149 10430TotalRata-rata
537 37590 765 5455076,7 5370 109,28 7792,86
F. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul Struktur Anatomi Jantung, Menghitung Denyut
Nadi Dan Cardiac Output (Co) mempunyai tujuan Mengamati Struktur Anatomi Makroskopis Jantung Mamalia (Kambing), Mengukur Denyut Nadi (Pulsus) pada Arteri Rasialis, Menghitung Cardiac Output (CO) dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Praktikum ini diawali dengan mengamati bagian luar dari jantung kambing yang telah disediakan, bagian luar jantung kambing terdiri atas: perikardium yaitu satu kantong fibroserous yang membungkus jantung dan terletak di dalam mediastinum medis,jantung terdiri dari lapisan utama yaitu perikardium fibrosum dan perikardium serosum Apeks yaitu Apeks kordis adalah ujung dari ventrikel kiri (ventrikulus Sinistra), Pada bagian ini dapat dilihat atau diraba denyut jantung, lalu ada aorta yang merupakan pembuluh darah.. Jantung dapat dibedakan menjadi 4 ruangan secara jelas yaitu: atrium kanan dan kiri berupa 2 ruangan kecil dengan otot tipis,dan ventrikel kanan dan kiri berupa dua ruangan besar dengan otot yang tebal. Ventrikel merupakan bagian jantung yang memiliki kemampuan memompa darah, sedangkan atrium sebagai penerima darah secara pasif.
Setelah itu membedah jantung kambing dengan pisau bedah, sehingga terlihatlah bagian seperti gambar diatas , Sebagai pompa, jantung memiliki katup (valvula yang befungsi menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke tempat semula. Antara barium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup yang disebut valvula bicuspidalias (mitralis) sedangkan antara atrium kiri dan atrium kanan terdapat katup yang disebut valvula tricuspidalis.
Praktikan setelah mengamati anatomi fisiologi jantung, lalu dilanjutkan dengan mengukur denyut nadi saat istirahat, Denyut nadi (pulsus)dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisial seperti arteri radialis. Pulsus merupakan manifestasi dari kontraksi jantung. Efek windkesel yaitu aorta akan mengembang jika ventrikel berkontraksi shigga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Denyut nadi yang dihitung adalah yang terletak di pergelangan tangan, -Frekuensi denyut jantung (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit. -Stroke volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yaiti volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung regangan komplians, tekanan mendorong (filling pressure)Vena cava. -cardiac output(CO) adalah banyaknya darah yang dipompaselama satu menit, cardiac output merupakan hasil perkalian antara stroke volume (volume sekuncup)dengan frekuensi denyut jantung permenit. Stroke volume yaitu volume darah yang dipompa oleh jantung dalam sekali pompa.
Setelah mengukur denyut nadi saat istirahat lalu praktikan berlari selama 10 menit kemudian denyut jantung kembali diukur maka diperoleh hasil jumlah denyut nadi
setelah berolahraga lari lebih banyak dilihat dari tabel bahwa sebelum kegiatan rata2 denyut nadinya perempuan adalah 82 sedangkan setelah kegiatan adalah 113, sedangkan pada laki2 sebelum kgiatan 76 setelah kegiatan rata-ratanya 109
Aktivitas fisik yang sangat berat merupakan satu kondisi yang penuh stres yang dihadapai oleh sistem sirkulasi normal. Ketika kita sedang beraktifitas , kecepatan jantung akan meningkat menjadi 150 setiap menitnya dan volume denyutan akan melebihi 150 ml.
G. KESIMPULANBerdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan1. Struktur anatomi makroskopis jantung Mammalia (kambing),
Dari luar terlihat adanya perikardium, apeks jantung,atrium (kanan, kiri),
ventrikel(kanan, kiri), truncus aorta. Jika sudah dibedah bagian dalam terlihat
adanya, klep trikuspidalis, klep bikuspidalis, muskulus papillaria, chorda
tandenea.
2. Denyut nadi (pulsus)dapat dirasakan melalui pembuluh darah superfisial seperti
arteri radialis. Pulsus merupakan manifestasi dari kontraksi jantung. Efek
windkesel yaitu aorta akan mengembang jika ventrikel berkontraksi shigga
darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri
3. Cardiac Output (CO) adalah banyaknya darah yang dipompa selama satu menit,
cardiac output merupakan hasil perkalian antara stroke volume (volume
sekuncup, SV)dengan frekuensi denyut jantung permenit (HR).
H. DAFTAR PUSTAKA
Mashuri, Sugeng.2011.Anatomi Dan Fisiologi Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
Nurcahyo, Heru & Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY
Ward, Jeremy, dkk. 2009. At a Gland Fisiologi. Jakarta : Erlangga.
Widarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SISTEM KARDIOVASKULER
KEGIATAN 2
PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP ERITROSIT
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM 1. Bagaimana mengetahui kecepatan hemolisis dan kreasi eritrosit pada berbagai
konsentrasi larutan.B. TUJUAN
B.1. Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi
larutan.
B.2. Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuan kecepatan hemolisis dan krenasi
eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
C. DASAR TEORI
Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyusun organisme berada dalam suatu
lingkungan yang disebut lingkungan interna. Claude Bernand (Bangsa Perancis)
menamakan lingkungan interna tersebut sebagai milieu interieur. Lingkungan interna
tersebut tidak lain adalah ruang anatar sel (intercellular space). Ruang antarsel bukan
merupakan suatu ruangan kosong, melainkan ruangan yang dipenuhi dengan cairan,
demikian juga ruang dalam sel (sitoplasma). Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut
zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung beragai macam zat
yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh sel. Salain itu,
cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu),
kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik
maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh (Nurcahyo, 2013: 41).
Ada tiga jenis utama sel darah yang dikenal sebagai darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan kepingan darah (trombosit). Sel-sel darah merah dewasa tidak
berinti, bikonkaf. Sel-sel muda mempunyai inti, namun secara normal hilang sebelum
memasuki sirkulasi. Sel-sel darah merah sangat kecil (diameterya 7-8 mikrometer,
tebalnya 1-2 mikrometer). Membran plasmanya selektif permeable dan terdiri dari protein
(stromatin) dan lipid (lesitin dan kolesterol). Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah
tulang dari sel-sel berinti yang dikenal sebagai hemocytoblast atau sel-sel batang.
Jangkahidup sebuah sel darah merah yang bersirkulasi dalam aliran darah diperkirakan
120 hari (Basoeki, 1988:238-239).
Perkembangan sel darah merah di dalam sumsum tulang melalui proses tahapan
yaitu pada mulanya sumsum tersebut membesar yang berisi nucleus, tetapi belum terdapat
hemoglobin kemudian diisi hemoglobin dan akhirnya nukleusnya hilang dan setelah itu
diedarkan ke seluruh tubuh. Selama latihan daya tahan akan terjadi hemokonsentrasi dimana
angka eritrosit per 100 ml darah akan meningkat sekitar 20-25%. Sel darah merah tidak akan
berubah selama latihan karena sel darah tidak meninggalkan dan tidak masuk ke
kompartemen yang lain. Latihan akan meningkatkan jumlah total sel darah merah yang
mempunyai arti meningkatnya daya angkut oksigen dalam darah. Apabila latihan
berlangsung sangat lama, maka jumlah eritrosit akan berkurang (R. Radiopoetra; 1992
dalam Wiarto; 2013). Hal ini disebabkan karena:
1. Cairan masuk kembali kedalam kapiler.
2. Eritrosit pecah. Pecahnya eritrosit disebabkan karena hemoglobinemia dan
hemoglobinuria (Wiarto, 2013: 30-31).
Seperti molekul-molekul kecil yang lain, molekul air juga bergerak, dari satu sisi membrane
ke sisi yang lain secara difusi. Difusi air melintasi membran yang permeable selektif disebut
osmosis. Konsentrasi air diukur dari jumlah molekul air permililiter. Air murni memiliki
konsentrasi air lebih tinggi daripada garam, artinya bahwa dalam satuan ukuran yang sama,
dalam air murni terdapat molekul air lebih besar daripada dalam air garam. Perbedaan
konsentrasi inilah yang menyebabakan terjadinya aliran air tersebut (osmosis). Akibat
masuknya air ke dalam kantung semipermeable, maka terjadi peningkatan tekanan pada
membrane. Peningkatan tekanan ini disebut tekanan osmotic. Makin tinggi peredaan
konsentrasi dua larutan, makin tinggi pula tekanan osmotiknya, dan makin cepat pula aliran
air berpindah dari konsentrasi air tinggi ke konsentrasi airrendah (Soewolo, 2000: 18-19).
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat
masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolysis, yang berarti peristiwa
pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari
dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeable
selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditemus
oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke
dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit (Soewolo, 2000: 88).
Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewan Homoioterm isotonis terhadap larutan
0,9% NaCl, oleh karena itu hemolysis akan terjadi apabila eritrosit hewan Homoioterm
dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrasi di bawah 0,9%. Namun perlu diketahui
bahwa membrane eritrosit (termasuk membrasel yang lain) memiliki toleransi osmotic,
artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel elum mengalami lisis. Kadang-kadang
pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolysis. Hal
ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua
membrane selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membrane eritrosit
muda memiliki toleransi osmotic yang lebih besar (tidak mudah pecah) (Soewolo, 2000: 88-
89).
Hemolisis seperti yang dijelaskan di atas disebut hemolisis osmotic, yaitu hemolysis
yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan
disekitarnya). Hemolisis yang lain yaitu hemolysis kimiawi. dimana membrane eritrosit rusak
akibat substansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membrane eritrosit (termasuk memban sel
yang lain) antara lain adalah: kloroform, aseton, alcohol, benzene, dan eter. Peristiwa
sebaliknya dari hemolysis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membrane sel akibat
keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam
medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit hewan Homoioterm
adalah laruta NaCl yang leih pekat dari 0,9% NaCl, sedangkan untuk eritrosit hewan
Poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7% (Soewolo, 2000: 89).
C. METODE PRAKTIKUM
D.1. Jenis Kegiatan : Eksperimen
D.2. Obyek Pengamatan : Eritrosit Manusia
D.3. Alat dan Bahan :
1) Tabung reaksi (test tube) 5
buah dengan raknya.
2) Mikroskop
3) Kaca benda dengan
cekungan dan gelas penutup
(Cover Glass)
4) Pipet
5) Garam fisiologis 3%, 1%,
0,9%, 0,7%, 0,5%
6) Vaselin Alburn
7) Antikoagulan (Heparin atau
Kalium Oksalat)
8) Darah manusia
D.4. Cara Kerja
1) Mengambil darah manusia melalui jari tangan
2) Menaruh di atas kaca benda, kemudian menambahkan NaCl 0,5%, mengamati di
bawah mikroskop dengan hati-hati dan mengamati kapan eritrosit tampak mulai
hemolisis dengan menggunakan stopwatch.
3) Melakukan seperti cara 2 untuk larutan NaCl 3%, 1%, 0,9%, 0,7%.
4) Untuk mengetahui kecepatan terjadinya krenasi lakukan seperti di atas dengan
menggunakan larutan NaCl lebih pekat daripada 0,7%. Mencatat hasilnya dan
membuat pembahasan.
Analisis data kecepatan hemolisis dan krenasi
Data pengamatan berupa besarnya waktu (dalam menit) kapan mulai tampak
terjadi hemolisis atau krenasi. Dari data tersebut kemudian analisis untuk mencari
hubungan antara kepekatan larutan NaCl dengan kecepatan terjadi hemolisis dan
krenasi.
E. HASIL PRAKTIKUM
TABEL HASIL PENGAMATAN KELAS
no Nama Waktu krenasi /detik
3% 1% 0,9% 0,7
%
0,5
%
0,3
%
0,1%
1 Hesti >300 136 163 - 35 240 >300
2 Siska 116 149 157 - 159 205 253
3 Yuriska 94 100 >300 - 104 205 240
4 Asni 6 10 11 16 20 - -
5 Insiwi 10 21 22 29 34 - -
6 Tsani 20 27 30 38 40 - -
7 Vella 16 18 20 37 40 - -
8 Diva 16 20 37 35 43 - -
9 Brili 15 19 40 38 54 - -
10 Wida 11 20 25 32 41 - -
11 Nur 17 18 20 23 44 - -
12 Ismi 16 33 35 40 57 - -
13 Wulan 126 64 45 79 51 - -
14 Asyifa 43 80 120 40 67 - -
15 Desy 71 68 31 43 72 - -
16 Amalia - 18 30 43 52 60 -
17 Intan - 21 35 49 60 80 -
18 Hana - 23 37 50 70 90 -
19 Rizky 56 54 57 76 33 - -
20 Hervina 130 74 47 33 82 - -
21 Yuniar 50 67 70 101 126 - -
22 Endah 58 66 73 163 242 - -
23 Kartini 38 13 112 205 303 - -
24 Ulfa 42 58 45 47 95 - -
25 Salma 80 88 91 45 96 - -
26 Roni 170 70 - 79 112 - -
27 Bima 149 169 99 96 95 - -
28 Jaka 56 70 71 75 80 - 96
29 Toni 64 80 86 96 100 - 104
30 Aris 47 48 50 71 80 - 84
31 Afrizal 20 31 54 118 - 105 184
32 Irfan 31 36 72 123 - 126 255
Jumlah 1868 1769 2085 1920 2487 1111 1516Rata-rata 64,41 55,28 67,26 66,2
1 82,9 138,87 189,5
Stndar deviasi 63,83098 40,68862
57,83999
43,64662
60,93714
67,99252
86,97975
TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK
No Nama Larutan NaCl (%)0,5 0,7 0,9 1 3
1 Tri Widayanti 0,41 0,32 0,25 0,20 0,112 Nur Khotimah 0,44 0,23 0,20 0,18 0,17
3 Ismi Nurhidayah 0,57 0,40 0,35 0,33 0,16
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Pengaruh Tekanan Osmotik Terhadap Eritrosit, mempunyai tujuan Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan, dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY. Praktikum ini diawalidengan menyiapkan berbagai macam konsentrasi larutan NaCl yaitu 0,5 %, 0,7%, 0,9%, 1 %, 3%, variasi konsentrasi di sini bertujuan agar kita tahu konsentrasi berapa hemolisis dan kreasi terjadi, setelah itu kulit ujung jari tengah atau manis dioleskan alkohol untuk mensterilkan tangan, setelah kering jari tersebut di tusuk menggunakan blood lancet steril lalu diteteskan pada objek kaca yang telah ditetesi macam konsentrasi tadi, lalu diamati menggunakan mikroskop dan dicatat waktunya saat sel darah terlihar mengkerut, begitu selanjutnya dengan tetapi dengan konsentrasi yang berbeda
Seperti molekul-molekul kecil yang lain, molekul air juga bergerak, dari satu sisi membrane ke sisi yang lain secara difusi. Difusi air melintasi membran yang permeable selektif disebut osmosis. Konsentrasi air diukur dari jumlah molekul air permililiter. Air murni memiliki konsentrasi air lebih tinggi daripada garam, artinya bahwa dalam satuan ukuran yang sama, dalam air murni terdapat molekul air lebih besar daripada dalam air garam. Perbedaan konsentrasi inilah yang menyebabakan terjadinya aliran air tersebut (osmosis). Akibat masuknya air ke dalam kantung semipermeable, maka terjadi peningkatan tekanan pada membrane. Peningkatan tekanan ini disebut tekanan osmotic. Makin tinggi peredaan konsentrasi dua larutan, makin tinggi pula tekanan osmotiknya, dan makin cepat pula aliran air berpindah dari konsentrasi air tinggi ke konsentrasi airrendah.
Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel
akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolysis, yang berarti
peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin
keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat
permeable selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak
dapat ditemus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit
dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit (Soewolo, 2000:
88).
Berdasarkan penelitian isi sel eritrosit hewan Homoioterm isotonis terhadap larutan
0,9% NaCl, oleh karena itu hemolysis akan terjadi apabila eritrosit hewan Homoioterm
dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrasi di bawah 0,9%. Namun perlu diketahui
bahwa membrane eritrosit (termasuk membrasel yang lain) memiliki toleransi osmotic,
artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel elum mengalami lisis. Kadang-kadang
pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolysis. Hal
ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua
membrane selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membrane eritrosit
muda memiliki toleransi osmotic yang lebih besar (tidak mudah pecah)
Hemolisis seperti yang dijelaskan di atas disebut hemolisis osmotic, yaitu hemolysis
yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan
disekitarnya). Hemolisis yang lain yaitu hemolysis kimiawi. dimana membrane eritrosit
rusak akibat substansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membrane eritrosit (termasuk
memban sel yang lain) antara lain adalah: kloroform, aseton, alcohol, benzene, dan eter.
Peristiwa sebaliknya dari hemolysis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya
membrane sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit
dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit
hewan Homoioterm adalah laruta NaCl yang leih pekat dari 0,9% NaCl, sedangkan untuk
eritrosit hewan Poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7% (Soewolo, 2000:
89).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan diatas dan berdasarkan asi pembahasandapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin cepat darah membeku/ isismhemolisis
H. DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud Dikti.
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Depdikbud Dikti.
Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SISTEM KARDIOVASKULER
KEGIATAN 3
MENGHITUNG SEL DARAH MERAH (ERYTHROCYTE)
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUMmenghitung jumlah sel darah merah (SDM)
B. TUJUAN B.1. Tujuan Kegiatan
1. Menghitung jumlah sel darah merah (SDM).
B.2. Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan jumlah sel darah merah (SDM).
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel
darah merah (SDM).
C. DASAR TEORI
Darah vertebrata merupakan jaringan cair yang kompleks, terdiri atas unsur seluler khusus yang larut dalam satu cairan kompleks yang dikenal dengan plasma. Terdapat tiga macam unsur seluler. 1. Sel darah merah (eritrosit), 2. Sel darah putih (leukosit), 3. Keping darah (trombosit) (Soewolo,84:2000)
Sel darah merah normal adalah bikonkaf, yang mempunyaigaris tengah rata-rata sekitar 8 mikron dan tebalnya diukur dari bagian yang paling tebal, 2 mikron dan ditengahnya mempunyi tebal 1 mikron atau kurang (Guyton,45:1987)
Pada pria sel darah merahnya adalah 5 juta per mm3, sedangkan pada wanita sel darah merahnya 4,5 juta per mm3. Untuk menghitung jumlah sel darah merah digunakan hemositimeter, dengan larutan pengencer hayem (hayem’s Solutions) yang terdiri atas: Nacl (1 gram) : 2,Na2SO4 (5 gram) : 3. HgCl (0,5gram) : 4 Aguadest (200 ml) (Suripto,56: 1988)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit antara lain:
1. Fisiologi karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya pada tempat tinggi (pegunungan), SDM dapat mencapai 8 juta per mm3, hal ini disebut physiological polycthemia .
2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM bisa mencapai 10-11 juta per mm3 hal ini disebut polycthemia vera.
Umur (lifepan) eritrosit dam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki, dan 100 hari pas perempuan. Setelah melampui batas waktu trsebut eritrosit akan kehilangan
kemampuan metabolisme kemudian dihancurkan oleh limfa, sumsum tulang hati dan sel retikuloendhotlial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali (daur ulang), seperti besi dari hem, dan asam amino dari globin. Cincin protoporfirin yang tidak digunakan lagi akan dikatabolisme di dalam sel retikuloendhotlial menjadi pigmen empedu kemudian diekskresikan lewat urin dan feses. Alfa methane dari hem dioksidasi menjadi biliverdinbilirubinmasuk kehati, kemudian diubah menjadi urobilinogendiekskresikan dalam bentuk strekobilin yaitu warna kuning pada feses dan urobilinogen yaitu kuning pada Urin.
(Nurcahyo,32:2013)
D. METODE PENGAMATAN
D.1. Jenis Kegiatan : Pengamatan (observasi)
D.2. Obyek Pengamatan : Sel darah merah (SDM)
D.3. Alat dan Bahan
Alat:
1) Toma hemasitometer (counting chamber)
2) Pipet khusus bertanda ‘101’
Bahan:
1) Blood lancet steril disposable
2) Etil alkohol 70%
3) Kapas
4) Larutan garam fisiologis
5) Larutan Hayem
D.4. Cara Kerja
1) Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol,
membiarkan sampai mengering.
2) Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada masing-
masing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah dipersiapkan di atas.
3) Menyiapkan pipet khusus untuk perhitungan sel darah merah (ada kristal
berwarna merah) dengan tanda 101. Memastikan pipet selalu dalam keadaan
bersih dan kering.
4) Mengambil darah langsung dari naracoba (probandus) dengan menggunakan
pipet khusus sampai melebihi tanda 0,5, kemudian membersihkan ujungnya
dengan kertas tissue sehingga besih dan darah tepat pada batas 0,5.
5) Kemudian dengan segera hisaplah dengan pipet itu juga larutan pengencer
(Hayem) sampai tanda 101, kemudian meletakkan pipet pada posisi horizontal.
Selanjutnya memegang kedua ujung pipet dengan ibu jari dan telunjuk lalu
menggerakkan secara perlahan-lahan agar darah bercampur dengan reagen.
6) Menyiapkan bilik hitung: sebelum dan sesudah memakai, membersihkan bilik
hitung (counting chamber) dan kaca penutupnya dengan menggunakan kertas
tissue dengan hati-hati. Menaruh bilik hitung tersebut di atas meja (stage)
mikroskop dan menjepit dengan seksama, kemudian mengamati bagian-bagian
dari bilik hitung dengan menggunakan perbesaran lemah (10 x 4) sampai jelas
betul letak kotak-kotaknya dan kegunaannya.
7) Meneteskan cairan darah yang telah dicampur dengan larutan Hayem dalam
pipet sebanyak satu tetes lewat tepi kaca penutup dari bilik hitung sehingga
cairan merata keseluruh bilik hitung. Untuk mendapatkan hasil yang akurat
membuang 3 atau 4 tetes cairan yang berada pada ujung pipet.
8) Memeriksa dengan perbesaran lemah (10 x 4) dan mencari kotak tengah dari
bilik hitung. Kotak tersebut masih dibagi lagi menjadi 25 kotak kecil, tiap kotak
kecil tersebut dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil.
9) Untuk menghitung jumlah SDM menggunakan perbesaran kuat (10 x 10) dan
alat penghitung hand tally counter.
10) Untuk menghemat waktu biasanya dari 25 kotak kecil hanya dipilih 5 kotak
sebagai sampel. Kotak tersebut dapat dipilih secara random atau dipilih kotak
pada bagian kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah, dan tengah.
11) Untuk menghindari perhitungan rangkap, maka sel-sel darah merah yang
menempel pada garis dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: menghitung
sel-sel darah merah yang berada dalam kotak dan sel-sel yang menempel pada
garis atas dan kiri saja sedangkan yang menempel pada garis kanan dan bawah
tidak dihitung.
12) Setelah diketahui jumlah SDM kemudian memasukkan kedalam rumus berikut
untuk mengetahui jmlah SDM permm3 sebenarnya sebagai berikut:
jumlah SDM/mm3 = SDM yang terhitung x 10 x 5 x 200
atau
jumlah SDM/mm3 = SDM yang terhitung x 10.000
Keterangan:
Angka 10 berasal dari dalamnya parit 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali)
Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)
Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)
E. HASIL PENGAMATANTABEL HASIL PENGAMATAN KELAS
Perempuan
NO NamaUmur (tahun)
Jumlah Sel Darah Merah sdm/ mm3
1 Hesti Lokaningrum 20 2.400.0002 Siska Lipdyaningsih 18 5.100.0003 Yuriska Fitri Dyah U 20 4.800.0004 Insiwi Purwianshari 19 4.260.0005 Nur Tsani Rahmawati 19 3.700.0006 Asni Nurhayati 19 2.360.0007 Vella Liani 19 5.350.0008 Diva Aprilia 19 6.690.0009 Tri Widayanti 19 4.580.00010 Nur Khotimah 19 4.500.00011 Ismi Nurhidayah 19 3.810.00012 Wulan Novita Sari 19 7.660.00013 Asyifatul Madinah 20 6.770.00014 Desy Normalia 20 7.370.00015 Intan Ayu P. 19 5.560.00016 Amalia A’la 20 3.750.00017 Hana Widiyanti 20 3.400.00018 Rizky Wulandari 19 3.600.00019 Hervina Surya Kartika 19 5.340.00020 Yuniar Kurnia Widasari 19 4.670.000
21 Endah Ratna 21 4.160.00022 Hani Kartini 21 4.630.00023 Ulfa 19 5.040.00024 Salma 19 3.720.000TotalRata-rataStandar deviasi
113.220.000
4.717.500
1.380.791,361
Laki-laki
NO NamaUmur (tahun)
Jumlah Sel Darah Merah sdm/ mm3
1 Roni Ardyantoro 19 5.710.0002 Bima Ghana P. 20 4.270.0003 Jaka Fitrianta 19 5.040.0004 Tonny Haryo W. 20 4.660.0005 Aris Setianto W. 20 4.660.0006 Afrizal Haris 20 3.680.0007 Irfan Hanis P. 22 4.480.000TotalRata-rataStandar deviasi
32.500.000
4.642.857,143
631.102,5877
TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK
No Nama Umur Papan pernitungan jumlah
Jumlah eritrosit
A B C D E1 Tri Widayanti 19 92 107 83 90 86 458 45800002 Nur Khotimah 19 88 97 84 88 93 450 45000003 Ismi
Nurhidayah19 82 70 76 79 74 381 3810000
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul menghitung sel darah merah ( Eritrosit), mempunyai
tujuan Mengetahui jumlah SDM setiap individu dilaksanakan di laboratorium zoologi
FMIPA UNY. Praktikum ini diawali dengan menusuk kulit ujung jari tengah atau manis yang
sbelumnya telah dibersihkan dengan alkohol, darah yang keluar disedot dengan Pipet khusus
bertanda ‘101’ sampai melewati o,5 ml lalu sedot larutan hayem menggunakan pipet tersebut
juga, darah tidak dikeluarkan melainkan di kocok bersama larutan hayem, setelah tercampur
lalu teteskan pada objek gelas khusus yang disebut hemositometer, (alat untuk menghitung
sel darah merah) untuk diamati dibawah mikroskop.
Hemositometer ini berupa sebuah kotak2 kecil, yang jika diperbesar maka akan
terlihat suatu benda berbentuk bulat bikonkaf, yang kita sebut sebagai sel darah merah, untuk
menghemat waktu biasanya yang dihitung adalah 5 kotak seperti di bawah ini
PAPAN PERHITUNGAN
A B
C
D ESetelah diketahui jumlah SDM kemudian memasukkan kedalam rumus berikut
untuk mengetahui jmlah SDM permm3 sebenarnya sebagai berikut:
jumlah SDM/mm3 = SDM yang terhitung x 10 x 5 x 200
atau
jumlah SDM/mm3 = SDM yang terhitung x 10.000
Keterangan:
Angka 10 berasal dari dalamnya parit 0,1 mm dijadikan 1 mm (10 kali)
Angka 5 berasal dari 1/5 dari 1 mm3 (25 kotak)
Angka 200 berasal dari pengenceran 200 kali (0,5 menjadi 101)
Pada pria normal sel darah merahnya adalah 5 juta per mm3, sedangkan pada wanita sel darah merahnya 4,5 juta per mm3. Setelah dihitung didapatkan data kelas , rata2 untuk perempuan dari jumlah sel darah merah alah 4,6 juta itu berarti sesuai dengan jumlah darah formal yang harus dimiliki perempuan begitu juga dengan hasil sel darah merah pada laki laki mempunyai rata-rata 4,6 jt yang berarti masih berada digaris normal.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit antara lain:
1. isiologi karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya pada tempat tinggi (pegunungan), SDM dapat mencapai 8 juta per mm3, hal ini disebut physiological polycthemia .
2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM bisa mencapai 10-11 juta per mm3 hal ini disebut polycthemia vera.
G. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan jumlah rata-rata SDM pada perempuan adalah 4,7 jt dan rata-rata SDM pada laki-laki adalah 4,6 juta
H. DAFTAR PUSTAKAGuyton,Arthur.1987. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :EGC Penerbit Buku Kedokteran.Nurcahyo, Heru & Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNYSuripto. ------. Fisiologi Hewan. Bandung : ITBSoewolo. 2000.Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta :Dirjen Dikti.
SISTEM KARDIOVASKULAR
KEGIATAN 4
MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (LEUKOCYTE)
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM : Bagaimana Menghitung Sel Darah Putih ( SDP)?B. TUJUAN
B.1. Tujuan Kegiatan
1. Menghitung sel darah putih (SDP).
B.2. Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan sel darah putih (SDP).
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel
darah putih (SDP).
C. DASAR TEORISel darah putih (SDP) atau leukosit (leukocyte) berasal dari myeloblast (stem cell)
(Nurcahyo, 2013: 38). Leukosit atau sel darah putih adalah unit system pertahanan tubuh
yang bergerak. Fungsi pertahanan terhadap invasi benda asing (seperti bakteri dan virus)
dilakukan dalam 2 cara: (1) dengan “menelan” dan mencerna benda asing melalui
fagositosis, dan (2) melalui respon imun (kebal) seperti produksi antibody (Soewolo,
2000: 93).
Sel darah putih bentuknya berubah-ubah, tetapi asoph sama dengan sel darah
merah atau eritrosit tetapi lebih kecil. Pada keadaan normal, jumlah leukosit pada darah
manusia adalah 4.000-11.000 sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah sebagai
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan berkaitan dengan system imunitas.
Bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan akan dimakan oleh sel darah putih
ini. Sel darah putih diproduksi didalam limfe dan kelenjar limfe. Disamping itu juga sel
daraNh putih berfungsi sebagai pengangkut zat lemak dari dinding usus melalui limfe
kemudian ke pembuluh darah (Wiarto, 2013: 32).
Perbedaan jenis leukosit terutama terletak pada warna granula sitoplasma dan
pada bentuk inti leukosit yang bergranula. Netrofil berwarna netral atau tak berwarna bila
dicat, intinya mempunyai tiga atau lima lobi. Eosinofil mengikat warna asam, intinya
memiliki asophil oval, basofil mengikat warna basa, intinya kasar berbentuk huruf S.
Karena beranekanya bentuk inti ini, lekosit bergranula juga disebut lekosit
polimorfonuklier. Limfosit dan monosit tidak berisi granula dalam sitoplasmanya, dalam
klasifikasi sel-sel ini sebagai lekosit nonglanular (Basoeki, 1988: 242).
Jumlah leukosit yang beredar akan naik bila terjadi infeksi, leukosit dapat
bertambah sampai 20.000 atau lebih setiap milimeterkubik pada apendisitis atau
pneumonia. Jaringan yang meradang diduga melepaskan substansi yang menerobos
melalui darah menuju sumsum tulang, merangsang produksi leukosit dan melepaskan
leukosit terutama netrofil. Jumlah leukosit merupakan refleksi derajat infeksi, naiknya
jumlah limfosit terjadi dalam bentuk rejan dan anemia, berada di dataran tinggi atau
daerah tropis, atau pada penderita TBC kronis. Demam tipes dan malaria biasanya
menaikkan jumlah monosit, sedangkan pneumonia, infeksi bakteri akut secara khas
menaikkan jumlah netrofil. Terjadinya penambahan jumlah eosinophil menandai infeksi
cacing pita dan parasite hewan lainnya serta asthrma, kondisi alergi dan beberapa
penyakit kulit (Basoeki, 1988: 243-244).
Leukimia dibagi dalam dua jenis: leukemia limfogen dan leukemia milogen.
Leukemia disebabkan oleh pembentukan kanker sel-sel limfoid, pertama-tama dimulai
pada nodus limfatikus atau jaringan limfogen lainnya dan kemudian menyebar ke daerah-
daerah tubuh lainnya. Jenis leukemia yang kedua, leukemia mielogen, mulai dengan
pembentukan kanker pada sel mielogen muda (betuk dini neutrophil, monosit atau
lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel
darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medulla (Guyton, 1987: 55-56).
D. METODE PRAKTIKUM
D.1. Jenis Kegiatan : Pengamatan (observasi)
D.2. Obyek Pengamatan : Sel darah putih (SDP)
D.3. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1) Pipet khusus bertanda ‘11’ 1) Blood lancet steril (disposable)
2) Bilik hitung 2) Kapas alcohol
3) Reagen Turk
D.4. Cara Kerja
1) Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol,
membiarkan sampai mengering.
2) Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar.
3) Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan
ujungnya dengan kertas tissue. Setelah itu hisap reagen Turk sampai tanda 11,
kemudian lakukan pengocokkan secara perlahan-lahan agar tercampur rata seperti
pada perhitugan SDM.
4) Menyiapkan bilik hitung seperti pada perhitungan SDM kemudian mencari 4
kotak (A, C, G, I) yang terletak pada pojok kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan
kanan bawah. Perhatikan bahwa tiap kotak tersebut dibagi menjadi 16 kotak kecil.
5) Meneteskan cairan dalam pipet lewat tepi kaca penutup sehingga merata dan
menghitung SDP seperti pada perhitungan SDM.
6) Memasukkan jumlah SDP yang terhitung ke dalam rumus berikut untuk
mengetahui jumlah SDP sesungguhnya dengan rumus sbb:
Jumlah SDP/mm3 = (a x 20 x 10) / 4
atau
Jumlah SDP/mm3 = b x 20 x 10
Keterangan:
Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali)
Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm)
Angka 4 berasal dari 4 kotakan (mestinya hanya 1 kamar)
A B C
D E F
G H I
E. HASIL PRAKTIKUMTABEL HASIL PENGAMATAN KELASTabel . Data Hasil Perhitungan Sel Darah Putih
Perempuan
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )
1 Hesti Lokaningrum 20 5600
2 Siska Lipdyaningsih 18 2150
3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 8100
4 Asni Nurhayati 19 3050
5 Insiwi Purwianshari 20 1350
6 Nur Tsani Rahmawati 19 2350
7 Vella Liani 19 600
8 Diva Aprilia Afifah 19 650
9 Briliana Suryani K 19 300
10 Tri Widayanti 19 3050
11 Nur Khotimah 19 6550
12 Ismi Nurhidayah 19 3600
13 Wulan Novitasari 19 4950
14 Asifatul Madinah 20 3750
15 Desy Normalia 20 4900
16 Intan Ayu Pratiwi 19 6100
17 Amalia Ala 20 3300
18 Hana Widiyanti 21 1550
19 Rizky Wulandari 19 4250
20 Hervina Surya Kartika 19 6250
21 Yuniar Kurnia W. 19 6200
22 Endah Ratna Sari 20 13050
23 Ulfa Nur Wahyudi 20 500
24 Salma Nadiyah 19 900
25 Hanikartini Hanafi 20 13550
Total 106600
Rata-rata 4264
Standar deviasi 3496,085
Laki-laki
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah SDP ( SDP / mm3 )
1. Roni Ardyantoro 19 4500
2. Bima Gana Pradana 20 1200
3. Jaka Fitriyanta 20 3000
4. Tonny Haryo Wibisono 20 3050
5. Aris Setiyanto Wibowo 20 3150
6. Afrizal Haris 20 5800
7. Irfan Hanis Prasetya 21 9050
Total 29750Rata-rata 4250Standar deviasi 2550,163
TABEL HASIL PENGAMATAN KELOMPOK
No Kotak Jumlah SDPTri Widayanti Nur
KhotimahIsmi Nurhidayah
1 A 16 31 122 C 13 36 263 G 15 28 224 I 17 36 12
Jumlah 61 131 72Rata-Rata Tiap Kotak
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Menghitung Sel Darah Putih ( SDP) mempunyai
tujuan Menghitung Sel Darah Putih ( SDP )dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA
UNY. Praktikum ini diawali dengan mengoleskan alkohol dengan kapas ke ujung jari tengah/
manis, lalu dikeringkan, setelah itu ujung jari ditusuk dengan blood lancet steril, setelah
darah keluar dihisap dengan pipet khusus sampai 0,5 ml Setelah itu hisap reagen Turk sampai
tanda 11, kemudian lakukan pengocokkan secara perlahan-lahan agar tercampur rata seperti
pada perhitugan SDM. Menyiapkan bilik hitung seperti pada perhitungan SDM kemudian
mencari 4 kotak (A, C, G, I) yang terletak pada pojok kanan atas, kiri atas, kiri bawah dan
kanan bawah. Perhatikan bahwa tiap kotak tersebut dibagi menjadi 16 kotak kecil.
Lalu teteskan darah yang telah dikocok tadi melalui pinggir kaca penutup,
Memasukkan jumlah SDP yang terhitung ke dalam rumus berikut untuk mengetahui jumlah
SDP sesungguhnya dengan rumus sbb:
Jumlah SDP/mm3 = (a x 20 x 10) / 4
atau
Jumlah SDP/mm3 = b x 20 x 10
Keterangan:
Angka 20 berasal dari pengenceran 0,5 menjadi 11 (20 kali)
Angka 10 berasal dari kedalaman parit 0,1 mm (menjadi 1 mm)
Angka 4 berasal dari 4 kotakan (mestinya hanya 1 kamar)
A B C
D E F
G H I
Contoh penghitungan SDP
JUMLAH SDP mm3 = (a x 20 x 10)
4
Tri widayanti
Jumlah SDP/ mm3 = (61 x 20 x 10) = 3050 / mm3
4
Nur khotimah
Jumlah SDP/ mm3 = (131 x 20 x 10) = 6550 / mm3
4
Ismi nurhidayah
Jumlah SDP/ mm3 = (72 x 20 x 10) = 3600 / mm3
4
Dari hasil praktikum didapat rata2 jumlah SDP untuk perempuan adalah 4264 sedangkan rata-rata SDP laki-laki adalah 4250 . menurut Wiarto (2013) Pada keadaan normal, jumlah leukosit pada darah manusia adalah 4.000-11.000 sel darah putih, jadi rata2 jumlah SDP kelas ini adalah normal walaupun ada yang dibawah 4000 namun hasil tersebut belum tentu merupakan hasil yang sebenarnya bisa jadi salah dalam perhitungan, atau dalam pengocokan kurang sempurna sehingga SDP tidak tersebar secara merata.
Jumlah leukosit yang beredar akan naik bila terjadi infeksi, leukosit dapat bertambah sampai 20.000 atau lebih setiap milimeterkubik pada apendisitis atau pneumonia.
G. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan jumlah SDP untuk perempuan adalah 4264 sedangkan rata-rata SDP laki-laki adalah 4250, sedangkan normalnya adalah 4.000-11.000 sel darah putih.
H. DAFTAR PUSTAKABasoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud Dikti.
Guyton, Arthur. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Depdikbud Dikti.
Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu
SISTEM KARDIOVASKULER
KEGIATAN 5
PENGARUH AKTIVITAS TERHADAP TEKANAN DARAH
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM : Bagaimana Mengukur Tekanan Darah Sistole dan Diastole?
B. TUJUANB.1. Tujuan Kegiatan
1) Mengukur tekanan darah systole dan diastole.
B.2. Kompetensi Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekanan darah systole dan diastole.
2) Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
systole dan diastole.
C. DASAR TEORIJantung mengeluarkan suara khas selama siklus yang digambarkan dengan suara
“degup” melalui stethoscope. Suara pertama atau suara sistole dianggap hasil kontraksi ventrikulus dan getaran menutupnya valvula cuspidalis. Ini lebih lama dan lebih lamban jika dibandingkan dengan yang kedua yaitu suara diastole, yang diperkirakan disebabkan oleh getaran penutupn valvula semilunaris. Kedua suara ini memiliki makna klinis karena memberi informasi mengenai ketidaksempurnaan fungsi valvula (Basoeki, 262:1988)
Tekanan darah menurut Guyton & All (2008) dalam Wiarto (2013) berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah dari pembuluh arah dapat berubah ubah pada setiap siklus jantung. Ketika ventrikel kiri memompa darah masuk ke aorta, tekanan akan naik sampai ke puncak yang disebut sebagai tekanan sistole. Kemudian tekanan akan turun ke titik terendah yang disebut tekanan diastole. Batas terendah tekanan sistole pada orang dewasa sekitar 105 mm Hg dan batas tertinggi adalah 150 mm Hg. Tekanan sistole pada wanita 5-10 mm Hg lebih rendah dari laki-laki. Berikut tabel mengenai nilai rekanan darah normal (dalam mm Hg)Tabel 1. Nilai tekanan darah normal pada berbagai usia
Diastol sistolBayi 50 70-90Anak-anak 60 80-100Remaja 60 90-110Dewasa muda 60-70 110-125Usia lanjut 80-90 130-150
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik seperti olahraga, kegiatan rumah tangga, rasa cemas, rasa cinta ataupun stres. Padakeadaan itu t tekanan darah akan meningkat dan bisa menembus batas normal. Namun dengan berisirahat tekanan darah akan kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistole tidak melebihi 140 mm Hb taman diastol tidak melebihi 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah 120/80 mm Hg. Tekanan dikatakan tinggi jika melebihi 160 mm Hg, dan tekanan diastol melebihi 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut turut dengan selang waktu 2-8 minggu (Wiarto,34:2013).
D. METODE PRAKTIKUM
D.1. Jenis Kegiatan : Eksperimen
D.2. Obyek Pengamatan : Tekanan darah arteri
D.3. Alat dan Bahan :
1) Tensimeter (sphygmomanometer) dengan sabuk tekannya.
2) Stetoskop
D.4. Cara Kerja
1) Melilitkan sabuk tekan yang telah dilengkapi dengan pompa dan
sphygmomanometer (tenzimeter) pada lengan atas tepatnya di atas sendi siku.
2) Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis,
selanjutnya mendengarkan suara denyut jantung.
3) Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar
lagi. Setelah itu kendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikian rupa
sehingga udara keluar (nggembos) dan memantau suara jantung dengan seksama.
Apabila suara jantung terdengar (koroskof), maka hal itu menunjukkan tekanan
systole, meneruskan penggembosan dan memonitor terus suara jantung sampai
tek terdengar lagi, pada saat itu merupakan tekanan diastole.
4) Melakukan pengukuran beberapa kali dengan posisi yang berbeda, misalnya
dengan duduk dan berbaring. Pada keadaan biasa dan keadaan segerea setelah
melakukan aktivitas.
E. HASIL PRAKTIKUM
Data Kegiatan Mengukur Tekanan Darah Sistole dan Diastole
Perempuan
No Nama Umur
Sebelum kegiatanTekanan systole/diastole (mmHg)
Setelah kegiatanTekanan systole/diastole(mmHg)
1 Hesti L. 20 110/70 120/602 Siska L. 18 90/50 90/55
3 Yuriska F. D. U. 19 90/60 110/70
4 Asni N. 19 100/60 100/615 Insiwi P. 20 120/80 130/1106 Nur Tsani R. 19 93/72 100/797 Vella L. 19 100/50 105/608 Diva A. A. 19 110/60 110/709 Briliana S. K. 19 100/70 110/6010 Tri W. 19 110/70 130/7011 Nur Khotimah 19 110/70 130/7012 Ismi N. 19 100/50 120/6013 Wulan N. 19 100/70 110/8014 Asifatul M. 20 100/60 110/7015 Desy N. 20 110/80 120/9016 Intan A. P. 19 100/80 110/9017 Amalia A. 20 110/80 130/8018 Hana W. 21 110/70 140/8019 Rizky W. 19 90/60 110/8020 Hervina S. K. 19 110/80 120/10021 Yuniar K. W. 19 90/60 120/7022 Endah R. S. 20 100/70 120/8023 H. Kartini H. 20 10/80 110/9024 Ulfa N. W. 20 100/70 120/8025 Salma N. 19 100/80 120/80
Laki-laki
No Nama Umur
Sebelum kegiatanTekanan systole/diastole (mmHg)
Setelah kegiatanTekanan systole/diastole (mmHg)
1 Roni A. 19 120/70 130/902 Bima G. P. 20 120/90 140/1003 Jaka F. 20 122/84 130/854 Tonny H. W. 20 124/80 130/855 Aris S. 19 100/60 120/906 Afrizal H. 20 90/60 110/70
7 Irfan H. P. 21 120/80 120/90
Hasil Pengamatan
Sebelum kegiatan
Setelah kegiatan
NO
Nama Umur (Th)
Tekanan sistole/ diastole
Tekanan sistole/ diastole
1 Tri Widayanti 19 110/70 130/702 Nur Khotimah 19 110/70 130/703 Ismi
Nurhidayah19 100/50 120/60
Rata-rata 106/63 126/66
F. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul Mengukur Tekanan Darah Sistole dan Diastole,
mempunyai tujuan Mengukur Tekanan Darah Sistole dan Diastole, dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Tekanan darah menurut Guyton & All (2008) dalam Widarto (2013) berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan darah dari pembuluh arah dapat berubah ubah pada setiap siklus jantung. Ketika ventrikel kiri memompa darah masuk ke aorta, tekanan akan naik sampai ke puncak yang disebut sebagai tekanan sistole. Kemudian tekanan akan turun ke titik terendah yang disebut tekanan diastole.
Langkah dalam mengukur tekanan sistol diastol yaitu dengan Melilitkan sabuk tekan yang telah dilengkapi dengan pompa dan sphygmomanometer (tenzimeter) pada lengan atas tepatnya di atas sendi siku, lalu Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis, selanjutnya mendengarkan suara denyut jantung. Jantung mengeluarkan suara khas selama siklus yang digambarkan dengan suara “degup” melalui stethoscope. Suara pertama atau suara sistole dianggap hasil kontraksi ventrikulus dan getaran menutupnya valvula cuspidalis. Ini lebih lama dan lebih lamban jika dibandingkan dengan yang kedua yaitu suara diastole, yang diperkirakan disebabkan oleh getaran penutupn valvula semilunaris. Kedua suara ini memiliki makna klinis karena memberi informasi mengenai ketidaksempurnaan fungsi valvula.
Lalu Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara jantung tidak terdengar lagi. Setelah itu kendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikian rupa sehingga udara keluar (nggembos) dan memantau suara jantung dengan seksama. Apabila suara jantung terdengar (koroskof), maka hal itu menunjukkan tekanan systole, meneruskan penggembosan dan memonitor terus suara jantung sampai tek terdengar lagi, pada saat itu merupakan tekanan diastole. Dari praktikum ini dihasilkan data sebelum kegiatan dari 3 probandus 2 dintaranya memiliki tekanan sistole/diastol sama yaitu 110/70 sedangkan yang satunya yaitu 100/50.
Menurut Wiarto (2013) tekanan sistole/ diastol orang dewasa normal adalah 110-125/60-70, 2 probandus memiliki tekanan darah normal namun yang satu dibawah normal ini bisa terjadi karena kurang terdengarnya degup jantung, angka tersebut juga belum menunjukan angka yang sebenarnya karenaangka dipercaya jika angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut turut dengan selang waktu 2-8 minggu, sedangkan dalam praktikum ini hanya dilakukan satu kali.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik seperti olahraga, kegiatan rumah tangga, rasa cemas, rasa cinta ataupun stres. Pada keadaan itu tekanan darah akan meningkat dan bisa menembus batas normal. Namun dengan berisirahat tekanan darah akan kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistole tidak melebihi 140 mm Hb taman diastol tidak melebihi 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah 120/80 mm Hg. Tekanan dikatakan tinggi jika melebihi 160 mm Hg, dan tekanan diastol melebihi 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut turut dengan selang waktu 2-8 minggu (Wiarto,34:2013).
G. KESIMPULANBerdasarkan hasil praktikum dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan rata-rata sistole/diastole sebelum kegiatan adalah 106/63 sedangkan setelah kegiatan adalah 126/66
H. DAFTAR PUSTAKA
Basoeki,Soedjono. 1988.Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Dirjen Dikti.
Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
SISTEM KARDIOVASKULAR
KEGIATAN 6
MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM : Bagaimana Mengukur Kadar Hemoglobin?B. TUJUAN
B.1. Tujuan Kegiatan
1) Mengukur kadar hemoglobin (Hb) darah.
B.2. Kompetensi Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) darah.
Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb) darah
C. DASAR TEORI
Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti
(nonnucleated cell), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen (O2) yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) tersusun atas
protein globin dan ferrroproto-porfirin (heme) yang berikatan nonkovalen. Setiap
molekul Hb memiliki 4 atom Fe yang terdapat pada heme, dan setiap atom Fe dapat
mengikat oksigen bsecara reversible, dengan demikian setiap molekul Hb teroksigenasi
atau disebut HbO2 (oksi Hb) mengandung 4 mol oksigen. Hb juga dapat berikatan dengan
CO2 pada gugus asam aminonya membentuk karbaminoHb (HbCO2), juga dengan NO
membentuk HbNo. Peroksid, ferrisianid, kuonin, dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
sehingga terbentuk metHb yang tidak mampu mengikat oksigen maupun CO . MetHb
dapat direduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb dapat bereaksi dengan anion
OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl- pada pH asam (Nurcahyo, 2013: 21).
Hb + HCL Globin-HCL + Ferroprotoporfirin
Ikatan hemoglobin dengan oksigen, yang paling penting dari molekul hemoglobin
adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan lemah dan secara reversible. Fungsi
primer hemoglobin dalam tubuh tergantung pada kemampuannya untuk berikatan dengan
oksigen dalam paru-paru dan kemudian mudah melepaskan oksigen ini ke kapiler
jaringan tempat tekanan gas oksigen jauh lebih rendah daripada dalam paru-paru.
Oksigen tidak berikatan dengan besi ferro yang bervalensi positif dua dalam molekul
hemoglobin. Tetapi ia berikatan lemah dengan salah satu dari enam valensi “koordinasi”
dari atom besi. Ikatan ini sangat lemah sehingga ikatan ini mudah sekali reversible
(Guyton, 1987: 48).
Hemoglobin mempunyai kemampuan untuk berkombinasi dengan oksigen secara
reversiel dengan mudah, artinya hemoglobin mudahmegikat dan jugamudah melepaskan
oksigen. Kemampuan hemoglobin untuk berkombinasi dengan oksigen ini dikenal
sebagai afinitas oksigen hemoglobin. Setiap kelompok heme dapat berkombinasi dengan
satu molekul oksigen, dan setiap molekul hemoglobin dapat berkombinasi dengan empat
molekul oksigen. Jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin dapat bervariasi
tergantung pada tekanan parsial oksigen (PO2). Bila semua kelompok heme pada
hemoglobin berkombinasi dengan molekul oksigen, maka dikatakan bahwa darah100%
jenuh dengan oksigen. Dalam keadaan jenuh ini kandungan oksigen darah sama dengan
kapasitas oksigennya. Jadi kapsitas oksigen adalah jumlah oksigen yang diikat pigmen
darah (contoh hemoglobin), apabila darah dijenuhkan dengan oksigen (Soewolo,
2000:105-106).
Sintesis hemoglobin baru dimulai pada saat sel darah pada tingkat eritroblast dan
dilanjutkan sampai tingkat normoblast, meskipun kadang-kadang dilanjutkan sampai sel
darah muda dilepaskan dari sumsum tulang ke dalam peredaran darah. Selain Fe dan
asam amino yang secara langsung dibutuhkan untuk pembentukkan hemoglobin, terdapat
beberapa substansi yang berperan sebagai enzim yang terlibat selama tahapan
pembentukkan hemoglobin. Substansi tersebut antara lain ialah: Cu untuk kelancaran
pembentukkan hemoglobin, piridoksin, kekurangan piridoksin menyebabkan
pembentukkan sel darah merah menurun dan pembentukan hemoglobin tertekan. Hal
yang sama bila kekurangan Co (Cobalt), kekurangan Co dapat disubstitusi dengan Ni.
Afinitas Hb terhadap O2 dipengaruhi oleh factor:
1. Tekanan partial CO2 (P CO2)
2. Suhu tubuh
3. pH darah
4. Kadar 2,3 fosfogliserat dalam darah
(Suripto, 1998: 53-54)
Kadar hemoglobin darah merupakan salah satu indicator apakah hewan atau manusia
menderita anemia. Pada manusia, kadar Hb pada kondisi normal bervariasi sekitar 14,9 ± 1,5
gr/dL (pada laki-laki dewasa) dan 13,7 ± 1,5 gr/dL (pada perempuan dewasa). Pada anak
baru lahir berkisar antara 21,5 ± 3 gr/dL, pada umur 4 tahun berkisar antara 13 1,5 gr/dL.
Beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb:
1. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada
normal yang disebut anemia mikrositik.
2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kurang daripada
normal yang disebut anemia hipokromik (Nurcahyo, 2013: 21-22).
D. METODE PRAKTIKUM
D.1. Jenis Kegiatan : Pengamatan (observasi)
D.2. Obyek Pengamatan : Hb darah
D.3. Alat dan Bahan
Alat:
1) Hemoglobinometer Sahli
Bahan:
1) Blood lancet steril
(disposable)
2) Pipet khusus dengan selang
karet
3) Kapas alcohol
4) Aquadest
5) Larutan HCL 0,1 N
D.4. Cara Kerja
1) Mensterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol,
membiarkan sampai mengering.
2) Menusuk ujung jari tengah atau jari manis naracoba dengan menggunakan blood
lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada masing-
masing bulatan satu tetes darah pada kaca obyek yang telah disiapkan di atas.
Disposable artinya dipakai sekali kemudian setelah itu dibuang (discard after
use).
3) Mengisi tabung berskala dari hemometer Sahli dengan larutan HCL 0,1 N sampai
tanda angka 2.
4) Menghisap darah langsung dari probandus (naracoba) atau darah awetan dengan
menggunakan pipet khusus yang telah tersedia sampai tanda garis pada pipet.
5) Kemudian membersihkan ujung pipet dengan kertas tissue dan meniup darah yang
terdapat dalam pipet tersebut ke dalam tabung yang telah terisi HCL 0,1 N.
6) Kemudian menghisap lagi cairan tersebut dan meniup lagi sampai tiga kali agar
darah dan larutan tercampur rata.
7) Membiarkan selama kurang lebih 2 menit.
8) Kemudian menambahkan tetes demi tetes aquadest sambil diaduk dengan
pengaduk khusus (batang kaca) sampai warnanya sesuai dengan warna tabung
standar dari hemometer Sahli.
9) Kemudian membaca dan mencatat angka pada tabung berskala yang
menunjukkan kadar Hb dalam gr/100 ml darah atau gr/dl.
E. HASIL PRAKTIKUMF. Tabel . Data Hasil pengukuran Hb
Perempuan
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb ( g / dl )
1 Hesti Lokaningrum 20 14
2 Siska Lipdyaningsih 18 11,2
3 Yuriska Fitri Dyah U. 19 10,8
4 Asni Nurhayati 19 10,6
5 Insiwi Purwianshari 20 12,2
6 Nur Tsani Rahmawati 19 10,2
7 Vella Liani 19 9,8
8 Diva Aprilia Afifah 19 10,8
9 Briliana Suryani K 19 9,8
10 Tri Widayanti 19 10
11 Nur Khotimah 19 10
12 Ismi Nurhidayah 19 13
13 Wulan Novitasari 19 8,1
14 Asifatul Madinah 20 10,8
15 Desy Normalia 20 8,4
16 Intan Ayu Pratiwi 19 10
17 Amalia Ala 20 9
18 Hana Widiyanti 21 8
19 Rizky Wulandari 19 12,2
20 Hervina Surya Kartika 19 11,4
21 Yuniar Kurnia W. 19 9,4
22 Endah Ratna Sari 20 11,2
23 Ulfa Nur Wahyudi 20 10
24 Salma Nadiyah 19 9,5
25 Hanikartini Hanafi 20 10,6
Total 261
Rata-rata 10,44
Standar deviasi 1,432073
G.
Laki-laki
No Nama Umur ( Tahun ) Jumlah Hb (g/dl )
1. Roni Ardyantoro 19 9
2. Bima Gana Pradana 20 8
3. Jaka Fitriyanta 20 11,2
4. Tonny Haryo Wibisono 20 10
5. Aris Setiyanto Wibowo 20 13
6. Afrizal Haris 20 9,3
7. Irfan Hanis Prasetya 21 9,4
Total 69,9Rata-rata 9,98Standar deviasi 1,6476
H.
Hasil Pengamatan kelompok
NO NAMA UMUR KADAR HB (gr%)1 Tri Widayanti 19 102 Nur Khotimah 19 103 Ismi Nurhidayah 19 13
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Mengukur kadar Hemoglobin (Hb) mempunyai
tujuan Mengukur kadar Hemoglobin (Hb) dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA
UNY. Erythrocyte merupakan salah satu sel tubuh manusia yang tidak memiliki inti
(nonnucleated cell), tetapi sitoplasma memiliki protein yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen (O2) yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) tersusun atas
protein globin dan ferrroproto-porfirin (heme) yang berikatan nonkovalen. Setiap
molekul Hb memiliki 4 atom Fe yang terdapat pada heme, dan setiap atom Fe dapat
mengikat oksigen bsecara reversible, dengan demikian setiap molekul Hb teroksigenasi
atau disebut HbO2 (oksi Hb) mengandung 4 mol oksigen. Hb juga dapat berikatan dengan
CO2 pada gugus asam aminonya membentuk karbaminoHb (HbCO2), juga dengan NO
membentuk HbNo. Peroksid, ferrisianid, kuonin, dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+
sehingga terbentuk metHb yang tidak mampu mengikat oksigen maupun CO . MetHb
dapat direduksi menjadi Hb oleh dithionit (Na2S2O4). MetHb dapat bereaksi dengan anion
OH- pada H+ basa/alkalis dan Cl- pada pH asam (Nurcahyo, 2013: 21).
Praktikum ini diawali dengan menyiapkan larutan HCl 0,1 mol dalam tabung kecil(tabung khusus) sampai angka 2, lalu mengambil darah probandus dari ujung jari tengah/manis, dihisap dan dicampurkan ke dalam larutan HCl tadi,
Reaksinya sebagai berikut
Hb + HCL Globin-HCL + FerroprotoporfirinFungsi penambahan larutan HCl di sini agar darah tidak mengalami koagulasi
sehingga tetap dapat dianalisa. Setelah menunggu 2 menit lalu letakan disamping hemoglobinometer ahli, dicocokan dengan warnanya jika belum sama, tambahkan aquadest tetes demi tetes sampai warnanya sama jika sudah sama dilihat skalanya ,didapatkan hasil 2 probandus memiliki Hb 10 sedangkan yang satu 13. Jika kita bandingkan dengan Hb ideal untuk perempuan yaitu menurut Nurcahyo Pada manusia, kadar Hb pada kondisi normal bervariasi sekitar 14,9 ± 1,5 gr/dL (pada laki-laki dewasa) dan 13,7 ± 1,5 gr/dL (pada perempuan dewasa). Probandus di atas adalah perempuan semua, maka hanya ada satu yang ideal sedangkan 2 yang lainnya kurang dari ideal.
Kadar hemoglobin darah merupakan salah satu indicator apakah hewan atau manusia
menderita anemia .Afinitas Hb terhadap O2 dipengaruhi oleh factor:
5. Tekanan partial CO2 (P CO2)
6. Suhu tubuh
7. pH darah
8. Kadar 2,3 fosfogliserat dalam darah
J. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan cara mengukur Hb adalah dengan metode ahli dan hasilnya adalah 10,10,13, jika dirata-rata menjadi 11.
K. DAFTAR PUSTAKAGuyton, Arthur. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Depdikbud Dikti.
Suripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.
SISTEM KARDIOVASKULAR
KEGIATAN 7
UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM ABO DAN MENENTUKAN WAKTU KOAGULASI DARAH
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM1. Bagaimana Menentukan Golongan Darah dengan Sistem ABO?
2. Bagaimana Menentukan Waktu Koagulasi Darah?
B. TUJUAN : 1. Menentukan Golongan Darah dengan Sistem ABO
2. Menentukan Waktu Koagulasi Darah
C. DASAR TEORI
Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen (Aglutinogen) A,B, H/O
Golongan darah
Aglutinogen dalam eritrosit
Aglutinin dalam plasma
Dapat diberikan pada
Dapat menerima dari
O Kosong a dan b A, B, AB, O OA A B A,AB O, AB B A B, AB O, BAB A & B Kosong AB O, A,B,AB
(Basoeki, 254: 1988)
Selain itu masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis. Antigen Lewis yaitu le-a, ke-b yang terdapat di dalam plasma. MN grup didasarkan pada adanya protein glipkoporin. Glikoporin A untuk gol M dan glikoporin B untuk golongan N. Demikian juga faktor Rh+ dan Rh- (Nurcahyo, 26:2013)
Pembekuan (koagulasi) darah.
Pembekuan darah adalah perubahan bentuk darah dari bentuk cair menjadi gel padat. Pembentukan satu bekuan di atas sumbat trombosit akan menguatkn dan menyangga sumbat diatas pembuluh yang rusak. Pembekuan darah merupakan mekanisme homeostasis tubuh yang sangat penting untuk menghentikan pendarahan pada luka yang besar. Proses pembekuan darah merupakan satu proses yang kompleks, melalui beberapa tahap,dan melibatkan beberapa faktor pembekuan darah (soewalo,101:2000)
Mekanisme pembekuan darah
Protrombin
Aktivator protrombin ca
Ekstrinsik atau intrinsik
Trombin
Fibrinogen monomer fibrin
ca Faktor pensttabilisasi fibrin
Benang-bena fibrin
Protrombin adalah satu protein plasma, protomin terdapat pada plasma normal dalam konsentrasi 15 mg/100 ml, protombinadalah senyawa yang tidak stabil yang dapat pecah dengan mudah menjadi senyawa yang lebih kecil, salah satu diantaranya adalah trombin. Vitamin k diperlukan oleh hati untuk pembentukan normal protrombin, oleh karena itu kekurangan vitamin k atau adanya penyakit hati yang menghalangi pembentuka protrombin normal dan sering menurunkan kadar protrombin sehingga dapat menyebabkan perdarahan. Fibrinogen adalah protein berukuran besar, fibrinogen dalam keadaan normal hanya sedikit yang menembus cara intersitial dan Iin adalah salah satu faktor penting dalam proses pembekuan darah. (Guyton, 74: 1987)
Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik. Ia bekerja pada fibrinogen untuk membuang dua peptida dengan berat molekul rendah dari setiap molekul fibrinogen membentuk molekul monomer fibrin yang memiliki kemampuan otomatis melakukan polimerisasi dengan molekul fibrin monomer lainnya. Oleh karena itu banyak molekul fibrin monomer mengalami polimerisasi dalam beberapa detik menjadi benang benang fibrin panjang yang membentuk retikulum bekuan
Waktu bekuan darah mulai terbentuk, dalam keadaan normal bekuan meluas dan beberapa menit kedarah sekitarnay,yaitu bekuan itu sendiri mengawali lingkaran proses untuk menambah lebih banyak bekuan (Guyton, 74: 1987)
C. METODE PRAKTIKUM
Uji golongan darah
Jenis kegiatan : pengamatan probandus (observasi)
Objek pengamatan :darah probandus
Bahan dan alat
Uji golongan darah dengan sistem “ABO” memerlukan alat dan ban sebagai berikut:
Alat-alat:
1. Blood Lanset steril (disposible)2. Kapas alkohol3. Objek gelas 2 buah4. Tusuk gigi beberapa batang5. Serum anti-A dan serum anti-B6. Larutan garam fisiologis
Cara kerja
a. Siapkan objek kaca dan bersihkan kemudian beri tanda lingkaran sebanyak 3 buah dengan spidol
b. Sterilkan kulit ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas alkohol, biarkan sampai mengering.
c. Tusuklah ujung jari tengah atau jari manis nanaroba dengan menggunakan bllod lancet steril (disposable) sehinggadarah kelu dan teteskan pada asing-masing bulatan satu tetes darah pada kaca objek yang telah disiapkan tadi.
d. Uji tetes pertama dengan serum anti -A, tetes darah kedua dengan NaCl dan tetes ketiga dengan serum anti-B, kemudian aduk dengan pengaduk(dari batang korek api, tusuk gigi dll asalkan ujung yang telah digunakan untuk mengaduk tidak digunakan untuk mengaduk yang lain. Amati pada setiap tetes darah apakah terjadi aglutinasi atau tidak, kemudian tentukn apakah jenis golongan darah naracoba tersebut.
Waktu koagulasi darah
Jenis kegiatan : pengamatan (observasi)
Objek pengamatan : darah probandus.
Bahan dan alat
1. Kaca objek 1 buah2. Jarum pentul3. Blood lancet steril (disposable)4. Kapas alkohol
Cara kerja
1. Sterilkan kulit ujung jari manis atau jari tengah dengan kapas alkohol, biarkan sampai mengering.
2. Tusuklah ujung jari manis atau tengah naracoba dengan Blood lancet steril sehingga darah keluar
3. Teteskan satu tetes darah pada kaca objek, kemudian setiap 30 detik lakukan tusukan dengan menggunakan jarum pentul pada tetes darah tadi.
4. Amati adanya benang-benang fibrin, jika ada catatlah waktunya. Waktu tersebut merupakan waktu koagulasi
D. HASIL PRAKTIKUM
TABEL HASIL PENGAMATAN KELAS
No Nama Golongan darah Waktu koagulasi
1. Hesti Lokaningrum B 30 Detik Ke 9
2. Siska Lipdyaningsih O 30 Detik Ke 11
3. Roni Ardyantoro B 30 Detik Ke 2
4. Yuriska Fitri Dyah U. B 30 Detik Ke 8
5. Asni Nurhayati B 30 Detik Ke 4
6. Bima Gana Pradana O 30 Detik Ke 2
7. Insiwi Purwianshari A 30 Detik Ke 3
8. Nur Tsani Rahmawati O 30 Detik Ke 6
9. Vella Liani A 30 Detik Ke 2
10. Diva Aprilia Afifah AB 30 Detik Ke 2
11. Briliana Suryani K B 30 Detik Ke 2
12. Jaka Fitriyanta O 30 Detik Ke 1
13. Tri Widayanti O 30 Detik Ke 11
14. Nur Khotimah O 30 Detik Ke 8
15. Ismi Nurhidayah B 30 Detik Ke 10
16. Wulan Novitasari B 30 Detik Ke 5
17. Asifatul Madinah AB 30 Detik Ke 9
18. Tonny Haryo Wibisono B 30 Detik Ke 1
19. Desy Normalia A 30 Detik Ke 9
20. Intan Ayu Pratiwi A 30 Detik Ke 3
21. Amalia Ala B 30 Detik Ke 2
22. Hana Widiyanti O 30 Detik Ke 5
23. Rizky Wulandari O 30 Detik Ke 1
24. Hervina Surya Kartika B 30 Detik Ke 1
25. Yuniar Kurnia W. B 30 Detik Ke 8
26. Endah Ratna Sari O 30 Detik Ke 3
27. Ulfa Nur Wahyudi B 30 Detik Ke 4
28. Aris Setiyanto Wibowo O 30 Detik Ke 1
29. Salma Nadiyah B 30 Detik Ke 4
30. Afrizal Haris B 30 Detik Ke 84
31. Irfan Hanis Prasetya B 30 Detik Ke 66
32. Kartini O 30 Detik Ke 10
E. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul Uji Golongan Darah Dengan Sistem Abo Dan Menentukan Waktu Koagulasi Darah mempunyai tujuan Menentukan Golongan Darah dengan Sistem ABO, Menentukan Waktu Koagulasi Darah, dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Menurut basoeki (1988) Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen (Aglutinogen) A,B, H/O
Golongan darah
Aglutinogen dalam eritrosit
Aglutinin dalam plasma
Dapat diberikan pada
Dapat menerima dari
O Kosong a dan b A, B, AB, O OA A B A,AB O, AB B A B, AB O, BAB A & B Kosong AB O, A,B,AB
Dalam praktikum ini terdapat 3 probandus yang akan diuji golongan darahnya dan waktu koagulasinya, masing masing probandus mengambil darah yang ada dijari tengah atau manis dengan mengguanakan blood lancet steril. Lalu meneteskan pada kaca objek sebanyak 3 tetes (masing2 1 tetes) 1 tetes pertama ditambah aglutinogen A, tetes kedua ditambah aglutinogen B dan yang ketiga setiap 30 detik ditusukkan tusuk gigi dan diangkat untuk melihat apakah sudah terjadi koagulasi atau belum. Hasinya adalah sebagai berikut:
no Nama Serum Gol darah
Waktu koagulasi
Anti A Anti B1 Tri Widayanti -- -- O 5 menit 30
detik2 Nur Khotimah -- -- O 4 menit3 Ismi Nurhidayah -- + B 5 menit
Keterangan : --: tidak terjadi koagulasi+: terjadi koagulasi
Karena darah probandus 1, 2 tidak menggumpal setelah diberi anti A dan B maka darah bergolongan O karena O tidak memiliki aglutinogen A&B, danmemiliki aglutinin a dan b sedangkan probandus 3 menggumpal saat diberi Anti B maka probandus 3 bergologan darah B karena memiliki aglutinogen B, tetapi tidak memiliki aglutinin b.Jika dilihat dari waktu koagulasi maka probandus 2 paling cepat mengalami koagulasi
Menurut soewalo (200) Pembekuan darah adalah perubahan bentuk darah dari bentuk cair menjadi gel padat. Pembentukan satu bekuan di atas sumbat trombosit akan menguatkn dan menyangga sumbat diatas pembuluh yang rusak. Pembekuan darah merupakan mekanisme homeostasis tubuh yang sangat penting untuk menghentikan pendarahan pada luka yang besar. Proses pembekuan darah merupakan satu proses yang kompleks, melalui beberapa tahap,dan melibatkan beberapa faktor pembekuan darah
Mekanisme pembekuan darah
Protrombin
Aktivator protrombin ca
Ekstrinsik atau intrinsik
Trombin
Fibrinogen monomer fibrin
ca Faktor pensttabilisasi fibrin
Benang-bena fibrin
Waktu praktikum saat detik ke tiga puluh sekian yang terangkat adalah benang –benang fibrin yang mekanisme terbentuknya seperti skema di atas.
F. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembahasaan probandus 1 dan 2 memiliki goglongan darah O karena tidak menggumpal saat diberi Anti A dan Anti B , sedangkan probandus 3 bergolongan arah B karena menggumpal saat diberi Anti B.
G. DAFTAR PUSTAKA
Basoeki,Soedjono. 1988.Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Dirjen Dikti.
Guyton,Arthur.1987. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :EGC Penerbit Buku Kedokteran
Nurcahyo, Heru & Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY
Soewolo. 2000.Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta :Dirjen Dikti.
SISTEM EKSKRESI
KEGIATAN 8
STRUKTUR MORFOLOGI GINJAL, SIFAT FISIK URIN
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM 1. Bagaimana Mengamati Struktur Anatomi Mikroskopik Ginjal Mamalia?2. Bagaimana Mengamati Warna,Kejernihan, dan Derajat Keasaman (PH) Urine?
B. TUJUAN :1. Mengamati Struktur Anatomi Mikroskopik Ginjal Mamalia2. Mengamati Warna,Kejernihan, dan Derajat Keasaman (PH) Urine
C. DASAR TEORI
Ginjal menyerupai biji kacang panjang, dengan ukuran panjang 6-7 cm, lebar 3 - 41/2 cm dan
tebal 11/2 cm. Biasanya ginjal kiri lebih besar daripada ginjal kanan. Ginjal terletak dibelakang
peritoneum parietal, berhadapan dengan dinding abdominial posterior, pada thoracalis terkahir
dan tiga lumbalis pertama. Hati mendesak ginjal kanan ke bawah sehingga kedudukannya lebih
bawah daripada ginjal kiri. Biasanya ginjal dilandasi dengan bantal yang kuat sehingga tetap
pada posisinya, tetapi orag yang sangat kurus bisa menderita ptosis (penurunan) satu atau kedua
orang ini. Jaringan ikat (fascia renalis) mengikat ginjal pada struktur sekitarnya yang membantu
mempertahankan posisi normalnya (Basoeki, 1988: 394).
Ginjal berbentuk seperti kacang pada beberapa spesies hewan Mammalia seperti:
kambing. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Ginjal
dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak terang
dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Ginjal mempunyai bagian
cekungan yang disebut hilum. Pada hilum terdapat bundle saraf, arteri realis, vena renalis, dan
ureter. Ginjal memperoleh suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri
renalis, arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlboularis, arteriole aferen, glomerulus,
arteriole eferen, kapiler peri tubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata,
vena interlobularis, vena renalis. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan
menghasilkan hormone seperti: renin-angiotensin, erythropoietin, dan mengubah provitamin D
menjadi bentuk aktif (vitamin D) (Nurcahyo, 2013: 45).
Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron, dan tiap nefron
dapat membentuk urin sendiri. Pada dasarnya nefron terdiri dari (1) suatu glomerulus dari mana
cairan difiltrasikan dan (2) suatu tubulus panjang tempat cairan yang difltrasikan tersebut diubah
menjadi urina dalam jalannya ke pelvis ginjal (Guyton, 1987: 287).
Ginjal mendapat suplai darah dari arteri renalis yang kemudian bercabang-cabang
menjadi glomerulus. Glomerulus dan tubulus ginjal menyusun nefron (nephron) yang berperan
sebagai unit fungsional terkecil dalam pembetukan urin. Kapsula bowman dari glomerulus
merupakan tempat filtrasi darah, kemudian cairan hasil filtrasi (ultrafitrat) melewati tubulus
ginjal dan akhirnya terbentuk urin. Glomerulus dan tubulus paling banyak terdapat pada bagian
korteks renalis. Ginjal merupakan organ ekskresi terpenting melalui pembentukkan air kencing
(urin). Air kencing ditampung pada pelvis renalis dan dikeluarkan lewat ureter menuju ke vesica
urinaria. Pengamatan struktur anatomi makroskopis ginjal Mammalia (kambing) merupakan
dasar untuk memahami fungsi fisiologis ginjal (Nurcahyo, 2013: 45).
Unit structural dan fungsional ginjal dalam pembentukan urine adalah nefron (nephron).
Nefron dapat dibedakan menjadi glomerulus (nefron vaskuler) dan tubulus (nefron epithel).
Nefron pembuluh yaitu arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, dan kapiler peritubuler.
Nephron epithel yaitu kapsula Bowman,tubulus convulatusn proximal, loop of Henle, tubulus
convulatus distal dan tubulus collectivus. Proses pembentukan urine meliputi: filtrasi glomerular,
reabsorpsi tubuler, dan sekresi tubuler (Nurcahyo, 2013: 46).
Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk:
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbanganelektrolit Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan Ca+2. Ion Na+, Cl-, dan HNO3-
merupakaion ekstraseluler, sedangkan K+ dan Mg2+ merupakan ion intarseluler.
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolism yang merupakan racun bagi tubuh organisme
seperti:
a) Urea (CO(NH)2) berasal dari katabolisme asam amino pada proses
gluconeogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen.
Senyawa nitrogen kemudian diubah menjadi ammonia (agak toksik) oleh enzim
deaminase. Selanjutnya di sel hati, ammonia melalui siklus ornitin akan
dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak toksik) dan kemudian
dikeluarkan lewat ginjal.
b) Asam urat, berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin. Kelebiha
asam urat akan ditimbun pada persedian dan dapat menimbulkan nyeri sendi
(gout). Hewan yang hanya mengeksresikan asam urat disebut uricotelic excretion.
c) Kreatinin berasal dari kreatin posfat (sumber energi) yang banyak terdapat dalam
otot. Pemecahan keratin akan menghasilkan kreatinin, terutama ditemukan pada
kondisi puasa (Nurcahyo, 2013: 48-49).
Hasil sampingan kegiatan ginjal adalah urine. Nama urine diperoleh dari satu
penyusunnya yaitu uric acid. Pada orang sehat, volume, pH, dan konsetrasi solute bervariasi
dengan kebutuhan lingkungan iternal. Selama kondisi patologik tertentu, karakteristik urie dapat
beruabah secara drastis. Analis tentang volume, sifat fisik dan kimia urine memberitahu kita
banyak hal tentang keadaan tubuh. Volume urine yang dibuang tiap hari pada orang normal
bervriasi antara 1-2 liter. Volume urine dipengaruhi oleh sejumlah factor: tekanan darah,
konsentrasi darah, makanan, temperature, ADH, keadaan kejiwaan, dan kesehatan umum
(Basoeki, 1988: 408-409).
Urin normal biasanya berwarna kuning atau kuning gading, tembus cahaya dengan bau
khas. Warnanya disebabkan oleh urochrome, suatu pigmen yang dihasilkan dari metabolism
empedu. Warna urine bervariasi dengan rasio solute dan air dalam urine. Makin kurang airnya,
makin gelap warnannya. Demam menurunkan volume urine, demikian pula pada lingkungan
yang bersuhu tinggi, kadang-kadang pembuatan urine benar-benar pekat. Adalah biasa penderita
demam mempunyai urine berwarna kuning tua atau coklat. Warna urine juga dipengaruhi
makanan, seperti warna kemerahan bit, dan karena adanya kandungan zat-zat abnormal, seperti
obat-obatan tertentu. Warna merah atau coklat ke hitam dapat menunjukkan adanya sel-sel darah
merah atau hemoglobin dari pendarahan dalam system urinaria (Basoeki, 1988: 410).
Urine segar biasanya jernih. Urine keruh tidak harus menunjukkan keadaan sakit, karena
kekeruhan bisa akibat dari mucin yang diekskresikan oleh lapisan saluran urinari. Adanya mucin
diatas tingkat kritis biasanya menunjukkan suatu abnormalitas. Urine normal sedikit asam,
pHnya 4,6-8,0. Variasi pH urine erat hubungannya dengan makanan. Variasi ini karena
perbedaan dalam hasil akhir metabolism. Suatu makanan yang disusun banyak sayur menambah
kebasaan. Ketinggian tempat, banyak latihan juga menyebabkan variasi pH urine. Amonia
karbonat membentuk urine berbau ammonia. Adanya ammonia karbonat cenderung membuat
urine lebih alkalin (Basoeki, 1988: 410-411).
D. METODE PRAKTIKUM
Jenis pengamatan :pengamatan (observasi)
Objek pengamatan ginjal kambing
Bahan dan alat yang digunakan
1. Bak parafin2. Alat seksi yang terdiri atas3. Kapel 4. Pinset5. Klem6. Penusuk7. Gunting8. Ginjal kambing segar
Cara kerja
Amati struktur anatomi bagian luar ginjal dengan seksama, kemudian belahlah ginjal tersebut dan amati bagian-bagina berikut ini
- Arteri realis- Vena realis- Ureter- Pelvis emis- Kapsul ginjal- Calyx mayor- Calyx minor- Papila realis- Piramida realis- Korteks- Medula (bergaris)
Pemeriksaan Warna,Kejernihan, Dan Ph Urine
Metode pengamatan
Jenis kegiatan :pengamatan (observasi)
Objek pengamatan :Urin probandus
Cara kerja, bahan dan alat
1. Pemeriksaan warna UrinAlat dan bahan yang digunakan:a. Tabung reaksib. Urine probandus
Cara kerja
a. Memasukan kira-kira 10 ml urine naracoba ke dalam tabung reaksi kemudian amati dengan cara menerawangkan tabung yang berisi urine tersebut dari arah datang Noya cahaya dan posisi tabung agak dimiringkan
b. Nyatakan warna urine tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, cokelat khijauan , putih seperti susu. Jelaskan warna Urin demikian
2. Pemeriksaan kejernihan UrinAlat dan bahan yang digunakan:c. Tabung reaksid. Urine probandus
Cara kerja
Lakukan langkah seperti diatas untuk pemeriksaan kejernihan dengan, jerih, agak keruh, keruh , sangat keruh. Jelaskan mengapa kejernihan urin demikian
3. Pemeriksaan ph UrinAlat dan bahan yang digunakan:e. Tabung reaksif. Urine probandus
Cara kerja
1. Taruhlah urine dalam tabung reaksi lalu ambil ph stik lalu celupkan ke dalam tabung tersebut, amati perubahan warnanya dan catat phnya.
E. HASIL PRAKTIKUM
Data hasil pengamatan warna, kejernihan dan pH urin
No. Nama Indikatorwarna kejernihan Mh
1. Hesti Lokaningrum Kuning muda Jernih 62. Siska
LipdyaningsihKuning muda Jernih 6
3. Yuriska Fitri Kuning tua jernih 74. Tri Widayanti Kuning muda jernih 65. Nur Khotimah Kuning muda jernih 66. Ismi Nurhidayah Kuning muda jernih 67. Asni Nurhayati Kuning pekat jernih 78. Insiwi
PurwianshariKuning 7
9. Nur Tsani R Kuning pekat 710. Vella Liyani Kuning(+) +++ 611. Diva Aprilia Kuning (+++) ++ 512. Briliana Suryani K Kuning (+++) + 613. Wulan N Kuning muda jernih 5,714. Asifatul M Kuning muda Jernih 615. Desy N Kuning tua Agak jernih 5,316. Intan ayu P Kuning muda Jernih 7
17. Amalia A’la Kuning muda Jernih 718. Hana Widiyanti Kuning muda Jernih 719. Rizky Wulandari Kuning muda Agak keruh 720. Hervina Surya Kuning muda Agak keruh 721. Endah Ratna Kuning muda jernih 622. Yuniar Kurnia Kuning muda jernih 623. Hanikartini Hanafi Kuning muda jernih 624. Ulfa Nur Wahyudi Kuning jernih 625. Salma Nadiyah kuning jernih 626. Tonny Haryo W Kuning keruh (+
+)++++ 7
27. Bima Gana Pradana Kuning (+) ++ 728. Rony Ardiantoro Kuning (+) ++ 629. Afrizal Haris kuning Jernih 630. Aris Setiyanto Kuning jernih Jernih 731. Irfan Hanis Kuning jernih Jernih 732. Jaka Fitriyanta Kuning jernih jernih 7
No Indikator NamaTri Widayanti Nur Khotimah Ismi Nur
Hidayah1 Warna Kuning Muda Kuning Muda Kuning Muda2 Kejernihan Jernih Jernih Jernih3 Ph 6 6 6
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul struktur anatomi ginjal dan sifat fisik urin, mempunyai tujuan Mengamati Struktur Anatomi Mikroskopik Ginjal Mamalia, Mengamati Warna,Kejernihan, dan Derajat Keasaman (PH) Urine dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Praktikum ini diawali dengan memberikan arahan kepada probandus untuk menghasilkan urin setelah itu diamati di tempat yang terang, warna, kejernihan, pH nya, pada praktikum ini 3 probandus memiliki sifat fisik Urin yang sama yaitu warna kuning, jernih dan pHnya 6, Menurut basoeki (1988) Urin normal biasanya berwarna kuning atau kuning gading, tembus cahaya dengan bau khas. Warnanya disebabkan oleh urochrome, suatu pigmen yang dihasilkan dari metabolism empedu. Warna urine bervariasi dengan rasio solute dan air dalam urine. Makin kurang airnya, makin gelap warnannya. Demam menurunkan volume urine, demikian pula pada lingkungan yang bersuhu tinggi, kadang-kadang pembuatan urine benar-benar pekat. Adalah biasa penderita demam mempunyai urine berwarna kuning tua atau coklat. Warna urine juga dipengaruhi makanan, seperti
warna kemerahan bit, dan karena adanya kandungan zat-zat abnormal, seperti obat-obatan tertentu. Warna merah atau coklat ke hitam dapat menunjukkan adanya sel-sel darah merah atau hemoglobin dari pendarahan dalam system urinaria, jadi jika dilihat dari urin probandus ini termasuk golongan orang sehat
Menurut Basoeki (1988)Pada orang sehat, volume, pH, dan konsetrasi solute bervariasi dengan kebutuhan lingkungan iternal. Selama kondisi patologik tertentu, karakteristik urie dapat beruabah secara drastis. Analis tentang volume, sifat fisik dan kimia urine memberitahu kita banyak hal tentang keadaan tubuh. Volume urine yang dibuang tiap hari pada orang normal bervriasi antara 1-2 liter. Volume urine dipengaruhi oleh sejumlah factor: tekanan darah, konsentrasi darah, makanan, temperature, ADH, keadaan kejiwaan, dan kesehatan umum.
Setelah melakukan uji fisik urin maka kegiatan slanjutnya adalah mengamati ginjal hewan (kambing) diawali dari bagian luar yang terlihat secara kasa mata adalah bahwa ginjal memiliki bentuk menyerupai biji kacang panjang, dengan ukuran panjang 6-7 cm, lebar 3 - 41/2 cm dan tebal 11/2 cm, bagian- bagian yang dapat terlihat yaitu paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Ginjal mempunyai bagian cekungan yang disebut hilum. Pada hilum terdapat bundle saraf, arteri realis, vena renalis, dan ureter. Ginjal memperoleh suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri renalis, arteri interlobaris, arteri arcuata, arteri interlboularis, arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen, kapiler peri tubuler (juxta glomerulare), vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis, vena renalis.
G. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan 1. Ginjal berbentuk seperti biji kacang panjang terdiri atas korteks(bagian luar) yang
berwarna cokelat agak terang dan medula (bagian dalam), bagian cekungan pada ginjal disebut hilum
2. Indikator dari sifat fisik Urin yaitu berupa warna, kejernihan, dan pH, 3probandus dalamkelompok ini memiliki sifat fisik sama yaitu warna kuning, jernih dan ph 6.
H. DAFTAR PUSTAKABasoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud Dikti.
Guyton, Arthur. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
SISTEM EKSKRESI
KEGIATAN 9
PEMERIKSAAN PROTEIN DALAM URINE DAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM URIN
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM1. Bagaimana Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Protein dalam Urine?2. Bagaimana Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Glukosa dalam Urin?
B. TUJUAN 1. Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Protein dalam Urine3. Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Glukosa dalam Urin
C. DASAR TEORI
Proses dan mekanisme pembentukan Urin
1. Ultrafiltrasi, berlangsung pada badan malpighi, semua molekul berukuran kecil seperti air , glukosa, urea disaring dari plasma darah di glomerolus. Filtrasi menghasilkan filtrat yang ditampung oleh kapsul bowman dan selanjutnya dialirkan ke tubulus ginjal. Membran filtrasi bersifat semipermeabel artinya hanya zat-zat tertentu yang dapat melaluinya misalnya, air glukosa, sedangkan protein tidak dapat. Filtrasi menghasilkan ultrafiltrat (cairan glomerolus) yang mengandung air , garam anorganik, glukosa, asam amino, asam urea, asam urat, kreatinin, tidak mengandung sel darah merah.Faktor –faktor yang mempengaruhi filtrasi-tekanan hidrostatik glomerolus-tekanan hidrostatik kapsul bowman-tekanan osmotik protein plasma pada dehidrasi, hipoproteinemia.-peningkatan permeabilitas membran filtrasi karena penyakit ginjal.-penurunan luas membran filtrasi, karena penyakit glomelorus (glomerulonephritis)
2. Reabsorbsi selektif semua substansi yang berguna bagi tubuh dan yang diperlukan untuk mempertahankan air dan komposisi garam cairan tubuh akan ditarik kembali dan filtrat dalam tubulus ginjal ke ke dalam darah(kapiler peritubuler)
3. Sekresi yaitu memindahkan substansi yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dipindahkan dari darah (kapiler peritubuler) ke filtrat (tubulus ginjal
4. Produksi dimana sel-sel di tubulus realis dapat memproduksi substansi-substansi ke tubulus realis atau ke kapiler peritubuler.(Suripto,122:1988)
Mekanisme pergerakan ion-ion pada umumnya dilakukan dengan cara Transport aktif atau difusi (Transport pasif). Reabsorbsi glukosa, on Na+, ion Cl dilakukan dengan cara Transport aktif, meskipun dapat juga dilakukan dengan difusi
Dalam proses pembentukan urine faktor –faktor yang mempengaruhinya:
1. Permeabilitas spesifik dari membran ke tubulus ginjal2. Transport aktif yang membutuhkan energi3. Difusi atau Transport pasif dari sejumlah materi melentasi membran sel4. Gradien konsentrasi antara bagian korteks dengan medula.5. Adanya pengendalian secara hormonal(aldosteron, angiotensin, renin, ADH)
(Suripto,122:1988)
Permeabilitas membran kapiler
Membran filtrasi yang normal tidak dapat ditembus oleh protein-protein yang terdapat dalam plasma darah. Permeabilitas membran dapat meningkat pada kondisi yang abnormal seperti misalnya suplai darah ke ginjal berkurang, pada peristiwa anoksia (kekurangan oksigen) dan bila terdapat substansi yang bersifat racun (Suripto,123:1988)
Zat –zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya kelainan fungsi ginjal:
1. Glukosa (diabetes militus)2. Benda Keton (ketosis)3. Albumin (nephritis)4. Sel darah merah (nephritis)5. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnaya obat,
hormon (hCG) dsb.(Nurcahyo, 52: 2013)
5. METODE PENGAMATAN
Pemeriksaan protein dalam urine
Jenis kegiatan: pengamatan (observasi)
Objek kenamaan ;Urin probandus dan Urin pembanding (positif dan negatif)
Cara kerja, alat dan bahan
1. Uji RobertAlat bahan yang digunakana. Urine naracobab. Tabung reaksi c. Reagent Robertd. Pipet pasteure. Urine pembanding( urine dikasih albumin/ putih telur)f. Reagent Robert
HNO pekat------------- 1 bagianMgSO4----------------- 5 bagianLarutkan 770 gram dalam 1 liter aquadest
cara kerja
1. Masukkkan 2 ml air naracoba ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 2 ml reagent Robert dengan menggunakan pipet ke dalam tabung tersebut melewati dinding tabung secara perlahan-lahan
2. Gunakan latar belakang hitam/ gelap kemudianamati apa yang terjadi pada urine tersebut.
3. Kemudi lakukan cara yang spa pada urine pembanding. Amati yang terjadi dan bandingkn dengan urine probandus
4. Jika terdapat cincin putih pada batas antara urine dan reagent Robert, maka ereksi positif artinya dalam Urin terdapat protein.
5. Bagaimana interpretasi nada?
Pemeriksaan glukosa dalam urine
Jenis kegiatan : pengamatan (observasi)
Objek pengamatan :Urin probandus dan pembanding(positif dan negatif)
Cara kerja, bahan, dan alat
Uji fehling
Prinsip uji fehling adalah sifat mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan). Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebelum digunakan Urin dan reagen disaring dulu
Bahan dan alat
1. Tabung reaksi 2 buah2. Lampu spiritus3. Pencepit tabung reaksi4. Rak tabung reaksi5. Reagent fehling
Cara kerja
1. Mempersiapkan reagent fehlingFehling 1 : CuSo4- kristal larutkan dalam 1 liter aquadestFehling II : garam signette----------- 173 gr
NaOH----------------- 50 grLarutkan dalam 1 liter aquadest
2. Memasukan ke dalam tabung reaksi 2,5 ml urine, kemudian tambahkan pula 2,5 reagent 2,5 ml fehling
3. Gunakan penjepit bung reaksi, lalu panaskan tabung tersebut diatas spiritus sampai mendidih
4. Amati yang terjadi
5. Untuk pembanding dilakukan hal serupa pada Urin saja dan campuran Urin dengan glukosa
6. Jika terjadi endapan berwarna merah bata atau warna Arta berubah menjadi kuning kemerahan, maka reaksi positif berarti Urin mwngandung glikosa
D. HASIL PRAKTIKUM
NamaUji Protein
Uji Glukosa
Uji Robert
Uji Asam Sulfosalisilat
Uji Fehling
Hesti Lokaningrum Negaif Negatif NegatifSiska Lipdyaningsih Negaif Negatif NegatifAsni Nurhayati Negaif Negatif NegatifInsiwi Purwianshari Negaif Positif NegatifNur Tsani R Negaif Negatif NegatifVella Liani Negaif Negatif NegatifDiva Aprilia Negaif Negatif NegatifBriliana Suryani K Negaif Negatif NegatifJaka Fitriyanta Negaif Negatif NegatifYuriska Fitri D U Negaif Negatif NegatifTri Widayanti Negatif Negatif NegatifNur Khotimah Negatif Negatif NegatifIsmi Nur Hidayah Negatif Negatif NegatifWulan Novitasari Negatif Negatif NegatifAsifatul Madinah Negatif Negatif NegatifDesy Normalia Negatif Negatif NegatifAmalia A'la Negatif Negatif NegatifHana Widiyanti Negatif Negatif NegatifIntan Ayu Pratiwi Negatif Negatif NegatifEndah Ratnasari Negatif Negatif NegatifYuniar Kurnia W Negatif Negatif NegatifHani Kartini Negatif Negatif NegatifUlfa Nur Wahyudi Negatif Negatif NegatifSalma Nadiyah Negatif Negatif NegatifAfrizal Haris Negatif Negatif NegatifIrfan Hanis P Negatif Negatif NegatifRizky Wulandari Negatif Negatif NegatifHervina Surya K Negatif Negatif NegatifRoni Ardiyantoro Negatif Negatif NegatifBima Gana Pradana Negatif Negatif NegatifAris Setiyanto Negatif Negatif NegatifTonny Haryo Negatif Negatif Negatif
Hasil Uji Robert
No Urine Warna Urine Uji Robert KetSebelum Sesudah
1 Tri Widayanti Jernih Jernih - (-) Tidak Ada Gumpalan Warna Putih
2 Nur Khotimah Jernih Jernih -3 Ismi Nurhidayah Jernih Jernih -
Hasil Asam Sulfosalisilat
No Urine Warna Urine Uji Robert KetSebelum Sesudah
1 Tri Widayanti Jernih Jernih - (-) Tidak Ada Gumpalan Warna Putih
2 Nur Khotimah Jernih Jernih -3 Ismi Nurhidayah Jernih Jernih -
Hasil Uji Fehling
No Urine Warna Urine Uji Fehling
KetSebelum Sesudah
1 Pembanding Biru Merah + (-) Tidak Terdapat Glukosa
2 Tri Widayanti Biru Biru -3 Nur Khotimah Biru Biru -
Ismi Nurhidayah Biru Biru - (+) Terdapat Glukosa
E. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Protein dalam Urine, Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Glukosa dalam Urin, mempunyai tujuan Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Protein dalam Urine,
Melakukan Pemeriksaan Adanya Kandungan Glukosa dalam Urin, dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa uji untuk memeriksa ada tidaknya glukosa dan protein dalam Turin, uji yang digunakan dalam memeriksa ada tidaknya glukosa adalah uji fehling, sedangkan untuk pemeriksaan protein adalah dengan uji Robert dan uji sulfosalisilat.Prinsip uji fehling adalah sifat mereduksi glukosa terhadap kuprioksida (CuSO4) sehingga terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan). Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebelum digunakan Urin dan reagen disaring dulu Dalam pemeriksaan glukosa urine probandus ditambah reagent fehling lalu dipanaskan hingga mendidih , lalu hasilnya adalah sebelum dibakar berwarna biru setelah dibakar tetap berwarna biru, berarti hasilnya negatif artinya urin probandus tidak mengandung glukosa karena dibandingkan dengan urin pembanding (yang ditambah glukosa), terbentuk endapan merah bata setelah dipanaskan.
Prinsip uji Robert, kemampuan asam kuat untuk mempresipitasikan protein.
Prinsip uji asam sulfosalisilat kemampuan asam kuat untuk mempresipitasikan protein yang terdapat dalam urine,
Dalam pemeriksaan protein dalam urin, urin probandus ditambah reagent Robert dan setelah diamati tidak ada perubahan, sedangkan urine pembanding (ditambah albumin) setelah ditambah reagent Robert terbentuk cincin putih. Begitu juga dengan pmriksaan protein degan prinsip asam ulfosalisialat tidak terjadi perubhan warna, sedangkan jika urin pembanding di kasih reagent asam sulfosalisilat maka warna akan berubah menjadi keruh. Jadi urin probandus tidak mengandung protein.
Menurut Suripto Membran filtrasi yang normal tidak dapat ditembus oleh protein-protein yang terdapat dalam plasma darah. Permeabilitas membran dapat meningkat pada kondisi yang abnormal seperti misalnya suplai darah ke ginjal berkurang, pada peristiwa anoksia (kekurangan oksigen) dan bila terdapat substansi yang bersifat racun .
Zat –zat abnormal yang ditemukan dalam urine dan merupakan indikator adanya kelainan fungsi ginjal:
1. Glukosa (diabetes militus)2. Benda Keton (ketosis)3. Albumin (nephritis)4. Sel darah merah (nephritis)5. Urine pada kondisi tertentu juga mengandung senyawa-senyawa lain misalnaya obat,
hormon (hCG) dsb.(Nurcahyo, 52: 2013)
F. KESIMPULAN
Berdasarkan asi pengamatan dan hasil pembhasan uji protein dengan menggunakan uji Robert dan uji asam sulfosalisilat dan hasilnya negatif karena tidakterjadi perubahan warna, jika positif warna menjadi keruh.. pada uji glukosa pada urin menggunakan uji fehling dan hasinya juga negatif karena urin probandus tidak mengalami perubahan warna sebelum dan setelah dipanaskan, sedangkan yang positif terbentuk endapan merah bata setelah di panaskan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Suripto. 1988. Fisiologi Hewan. Bandung : ITB
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
KEGIATAN 10
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUMBagaimana Melakukan Pengukuran Suhu Tubuh Homeoterm dan Mengamati Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Tubuh Manusia?
B. TUJUAN : Melakukan Pengukuran Suhu Tubuh Homeoterm dan Mengamati Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Tubuh Manusia
C. DASAR TEORITermoregulasi merupakan proses homeostasis untuk menjaga agar suhu tubuh
suatu hewan tetap dalam keadaan stabil atau seady state, dengan cara mengontrol dan
mengatur keseimbangan antara banyaknya energy (panas) yang diproduksi
(thermogenesis) dengan energy (panas) yang dilepaskan (termolisis). Termogenesis
atau pembentukan panas/energy panas yang terdapat pada hewan dapat diperoleh dari
proses metabolism (hewan endotermi) yang berlangsung dalam tubuh hewan sendiri,
atau dapat juga diperoleh dari absorbsi panas dari lingkungan eksternal (hewan
ektotermi), terutama dari radiasi matahari. Selain hewan endoterm dan ektoterm
terdapat kelompok hewan yang memperoleh energy panas tubuhnya dari proses
metabolism, tetapi hewan tersebut tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada
kisaran suhu lingkungan yang sempit, hewan-hewan seperti ini dimasukkan dalam
kelompok hewan heterotermi, contohnya adalah mamalia kecil, bangsa burung dan
serangga yang dapat terbang (Suripto, 1998: 130).
Suhu merupakan salah satu factor pambatas penyebaran hewan, dan
selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh
lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di
bumi terentang dari -70oC - +8oC. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara
rentangan sekitar 0o-40 oC. Kebanyakan hewa hidup dalam rentangan suhu yang lebih
sempit. Beberapa hewan dapat bertahan hidup tetapi tidak aktif di bawah suhu 0oC
dan beberapa tahan terhadap suhu sangat dingin (Soewolo, 2000: 322-323).
Terdapat kelompok hewan yang mampu menjaga kestabilan suhu tubuhnya
(regulator) sehingga suhu tubuhnya tidak terpengaruh oleh perubahan suhu
lingkungannya, yang dikelompokkan sebagai hewan homeoterm (homoioterm).
Termasuk kedalam kelompok ini ialah hewan mamalia dan bangsa burung. Kelompok
hewan yang lain dimana suhu tubuhnya dibiarkan berfluktuasi mengikuti perubahan
suhu dilingkungannya (konformer) atau dengan kata lain suhu tubuh hewan
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya yang diklelompokkan sebagai hewan
poikiloterm, termasuk dalam kelompok ini adalah hewan: bangsa ikan, amfibi, reptile
dan semua invertebrate (Suripto, 1998: 130-131).
Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh
yaitu hypothalamus agar suhu tubuh tetap dalam kondisi optimal (sebagai contoh pada
manusia suhu optimalnya 37,1oC). Pengaturan suhu badan (thermoregulasi) bertujuan
agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolism dan yang diperoleh dari
lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan oleh
tubuh. Proses regulasi atau pengaturan panas badan yang paling banyak berperan
adalah sel-sel saraf hypothalamus yang peka terhadap perubahan suhu badan internal
terutama suhu darah. Proses pembebasan panas dari tubuh dapat melalui berbagai cara
antara lain lewat kulit, saluran pernafasan, mulut, feses, dan urine. Kehilangan panas
paling banyak terjadi lewat kulit yakni hamper 80% (Nurcahyo, 2013)
Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena
melibatkan system saraf dan hormone sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi
panas badan menggunakan system feedback (umpan balik negatif) artinya apabila
panas badan melebihi suhu optimal, maka hypothalamus akan berusaha menurunkan
ke optimal dan sebaliknya. Sebagai ilustrasi jika suhu lingkungan tinggi atau suhu
badan meningkat 1-2oC, maka kenaikan suhu tersebut akan mempengaruhi sel-sel
saraf hypothalamus selanjutnya hypothalamus akan meginstruksikan lewat neuro-
edokrin ke saraf perifer agar meningkatkan serkulasi darah perifer yang berada di
bawah kulit dan meningkatkan perkeringatan sehingga panas badan banyak yang
keluar. Selanjutnya suhu darah yang telah turun tersebut akan ke hypothalamus dan
menginstruksikan agar aktifitas sel-sel sarafnya diturunkan sehingga suhu badan tetap
dalam kondisi optimal (Nurcahyo, 2013).
D. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan: observasi
Objek pengamatan :katak
Bahan dan alat
1. Termometer batang
2. Air dingin3. Air hangat4. Pengukur waktu
Cara kerja
1. Letakkan termometer tersebut ke dalam mulut katak selama kurang lebih 5 menit,kemudian amati skalanya
2. Setelah itu masukkan katak ke dalam tabung erlenmeyer 1 liter yang telah Didi air dingin, lalu masukkan termometer ke dalam mulut katak selama 5 menit, kemudian amati skalanya
3. Ulangi cengeng cara yang sama tetapi dengan air hangat, amati dan Ata skalanya.4. Apakah ada perbedaan suhu katak antara sebelum dan sesudah perlakuan?E. HASIL PRAKTIKUMF. manusia
No Nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 Ida 35,8°C (perlakuan
310C)35°C (perlakuan 100C) 36,5°C
(perlakuan 420C)
2 Nur 36,7°C (perlakuan 310C)
36,9°C (perlakuan 100C)
36,9°C (perlakuan 420C)
3 Ismi 36,3°C (perlakuan 310C)
36,3°C (perlakuan 100C)
36,4°C (perlakuan 420C)
4 Asni 36,5°C 36,6°C (perlakuan 40C) 36,6°C (perlakuan 500C)
5 Insiwi 36,7°C 36,7°C (perlakuan 40C) 36,7°C (perlakuan 500C)
6 Tsani 36,3°C 36,9°C (perlakuan 40C) 36,9°C (perlakuan 500C)
7 Rizky 36,3°C 37°C 37°C8 Vina 36,4°C 37,1°C 37,1°C9 Intan 37,3°C 36,7°C 37,3°C10 Amalia 37°C 36,7°C 36,8°C11 Hana 36,9°C 36,5°C 36,8°C12 Syifa 36,2°C 36,1°C 36,5°C13 Desy 36,2°C 36,1°C 36,4°C14 Wulan 36,6°C 36,1°C 36,9°C15 Bima 34°C (perlakuan
300C)33°C (perlakuan 60C) 35°C (perlakuan
450C)16 Diva 36,6°C 35,8°C 36,9°C17 Vella 36,4°C 36,1°C 36,4°C18 Brill 37,1°C 36,9°C 37,0°C19 Endah 37°C 36,70C (perlakuan es 370C (perlakuan
batu) 420C)20 Yuniar 36,3°C 36,30C (perlakuan es
batu)36,30C (perlakuan 42 0C)
21 Salma 36,2°C 36,60C (perlakuan es batu)
36,20C (perlakuan 42 0C)
22 Ulfa 36,8°C 36,80C (perlakuan es batu)
36,70C (perlakuan 42 0C)
23 Roni 36,3°C 36,40C (perlakuan es batu)
36,30C (perlakuan 42 0C)
24 Hesti 36,40C 36,90C (perlakuan 40C) 36,10C (perlakuan 500C)
25 Siska 36,20C 36,80C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)
26 Yuriska 36,30C 36,90C (perlakuan 40C) 360C (perlakuan 500C)
27 Tony 350C 370C (perlakuan 40C) 30,60C (perlakuan 500C)
28 Afrizal 370C 36,50C 3,80C 29 Kartini 35,50C 350C 36,90C 30 Irfan 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan
0C)31 Jaka 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan
0C)32 Aris 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan 0C) 0C (perlakuan
0C)
A. Kodok
No nama Suhu biasa Suhu dingin Suhu panas1 wida 32°C
(perlakuan 310C)
27°C (perlakuan 100C)
34°C (perlakuan 420C)2 Nur
3 Ismi4 Asni
26°C 17°C (perlakuan 40C)
36°C (perlakuan 500C)5 Insiwi
6 Tsani7 Rizky 28°C 32,4°C 36,9°C8 Vina9 Intan
29°C 16°C 35°C10 Amalia11 Hana12 Syifa 34,9°C
(perlakuan 35,3°C (perlakuan
39,5°C (perlakuan 370C)13 Desy
350C) 180C)14 Wulan15 bima 29°C
(perlakuan 300C)
10°C (perlakuan 80C)
40°C (perlakuan 350C)
16 Diva31°C 29°C 33°C17 Vella
18 Brill19 Endah
36,8°C 230C (perlakuan 150C)
360C (perlakuan 430C)
20 Yuniar21 Salma22 Ulfa23 Roni24 Hesti
28,70C 31,50C (perlakuan 40C)
35,80C (perlakuan 500C)
25 Siska26 Yuriska27 tonny28 afrizal 300C 200C (perlakuan
0C)360C (perlakuan 0C)29 kartini
30 irfan 0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
31 jaka 0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
32 Aris 0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
0C (perlakuan 0C)
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh mempunyai tujuan Melakukan Pengukuran Suhu Tubuh Homeoterm dan Mengamati Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Tubuh Manusia , dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Suhu merupakan salah satu factor pambatas penyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -70oC - +8oC. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0o-40 oC.
Praktikum ini dengan menggunakan katak sebagai naracoba, katak diberikan lingkungan yang berbeda seperti dingin, hangat, dan normal, dan hasilnya katak akan menyesuaiakan suhu tubuhnya dengan lingkungan, jadi jika dingin maka suhu tubuh akan dingin dan dan sebaliknya, karena katak termasuk hewan berdarah dingin tidak memiliki sistem pengatur panas tubuh tidak seperti manusia, manusia jika ditempatkan di tempat dingin ataupun panas suhu tubuhnya stabil karena manusia punya sistem pengturan suhu tubuh. Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hypothalamus agar suhu tubuh tetap dalam kondisi optimal (sebagai contoh pada manusia suhu optimalnya 37,1oC). Pengaturan
suhu badan (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolism dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan oleh tubuh. Proses regulasi atau pengaturan panas badan yang paling banyak berperan adalah sel-sel saraf hypothalamus yang peka terhadap perubahan suhu badan internal terutama suhu darah.
Menurut Sutjipto Kelompok hewan yang lain dimana suhu tubuhnya dibiarkan berfluktuasi mengikuti perubahan suhu dilingkungannya (konformer) atau dengan kata lain suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungannya yang diklelompokkan sebagai hewan poikiloterm, termasuk dalam kelompok ini adalah hewan: bangsa ikan, amfibi, reptile dan semua invertebrata.
C. KESIMPULAN1. Suhu manusia yang dikasih perlakuan dingin, hangat, dan normal suhu tubuhnya
stabil (homeoterm )2. Sedangkan katak yang dikasih perlakuan dingin, hangat, normal, suhu tubuhnya
mengikuti lingkunagn (poikilotterm)D. DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Depdikbud Dikti.
Suripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung: ITBE.
KEGIATAN 11
MEREKAM GERAKAN MATA SAAT MEMBACA
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM : Bagaimana Merekam Refleks Gerakan Mata Saat Membaca dengan Menggunakan Alat Perekam Elektro-Okulograf (EOG)?
B. TUJUAN : Merekam Refleks Gerakan Mata Saat Membaca dengan Menggunakan Alat Perekam Elektro-Okulograf (EOG)
C. DASAR TEORI
Mata sebagai indra penglihatan dapat bergerak ke segala arah dalam orbitnya untuk memperluas medan penglihatan. Gerakan mata tersebut sering disebut gerakan mata berputar (sirkuler)namun dalam praktek gerakan mata tersebut dibgi dalam gerakan mata secara horizontal dan vertikal. Dalam keadaan normal gerakan pol mata(kanan dan kiri) selalu bergerak searah atau disebut gerakan mata konyugatif. Oleh karena itu, untuk merekam gerakan mata cukup dilakukan perekaman satu bola mata saja. Penempatan elektrode perekam untuk merekam gerakan mata horizontal, pada kedua canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertikal di atas dan di bawah mata (Nurcahyo,2013).
Ada tiga lapisan jaringan atau selaput yang melindungi bola mata, dari luar ke dalam adalah sklera, khoroidea, dan retina. Ada 2 jenis otot mata yaitu otot mata yang exintrik dan otot mata yang intrinsik. Otot-otot mata yang eksentrik adalah otot mata yang memegang bola mata disisi luar pada tulang orbital. Otot ini menyegerakan bola mata menurut arah yang kita kehendaki, jadi termasuk otot volunter. Empat dari arahnya lurus atau musculus rectus dan dua lainnya menyerong atau muscuus obligus. Namanya sesuai dengan posisinya terhadap bola mata, yaitu superior, interior, medial atau medial, dan lateral untuk yang lurus serta superior dan inferior untuk yang menyerong.
Oto mata intrinsik ada di dalam mata, yaitu otot iris dan otot siliaris, yang keduanya involunter. Mata merupakan satu satunya organ yang memiliki otot volunter dan otot involunter. Iris mengatur ukuran pupil, sedangkan otot siliaris menarik korpus siliare ke depan sehingga melepaskan tarikan ke belakang yang dilakukan oleh integument suspensi tempat lensa terikat (basoeki,201:1988)
Gerakan bola mata dapat direkam kara bolamata merupakan satu Dipol listrik yang dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat beda potensial yang tetap (steady) kornea bermuatan positif terhadap retina dan beda potensial ini akan tetap ada walaupun bola mata dikeluarkan dari kantung mata. Dengan menempatkan dua elektrode pada garis tegak lurus pada sumbu kornea-retina, maka potensial kornea-retinal ini kemudian akan menimbulkan fluktuasi potensial yang sesuai dengan gerakan bola mata, disebabkan karena kornea atau retina yang berbeda polaritas muatannya akan mendekati atau menjauhi kedua elektrode tersebut
sesuai dengan gerakan bolamata.. fluktuasi potensial yang timbul pada kedua elektrode pengukur tersebut dapat direkam secara elektro-fisiologik. Hingga dapat dikatakan bahwa elektro-okulografi ialah: merubah kualitas gerakan bolamata menjadi kuantitas beda potensial yang direkam dalam koordinat Cartesian.(Nurcahyo,2013).
D. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan : observasi
Objek pengamatan :probandus
Bahan dan alat
1. Elektro-okulograph (EOG)2. Elektrode perekam3. Gel elektrode4. Kapas alkohol5. Teks bacaan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
Cara kerja
1. Aturlah kepekaan rekam EOG 0,15 m V/cm2. Aturlah kecepatan rekam 25 mm/detik3. Aturlah frekuensi rekam 0-30 Hz4. Bersihkan kulit di chanthus lateralis mata dengan kapas alkohol untuk menghilangkan
kotoran yang dapat mengganggu sensitivitas rekam sebelum elektrode perekam dipasang
5. Kemudian pasang elektrode perekam pada canthus lateralis mata kanan, mata kiri, dan tengah dahi.
6. Direkatan dengan solatip7. Probandus di arahkan untuk melirik kanan kiri secara bergantian, lalu diarahkan untuk
melihat bandul dan mengikuti arah bandul yang digoyagkan8. Probandus dipersiapkan untuk membaca9. Probandus dipersilahkan membaca10. Analisis hasil rekaman gerakan mata saat membaca.E. HASIL PRAKTIKUM
Probandus Teks Bahasa Indonesia Teks Bahasa InggrisBaris ke- Banyak
fiksasiDurasi Waktu (s)
Baris ke- Banyak fiksasi
Durasi waktu (s)
Kode nama
I 9 18 I 7 19II 7 II 11III 7 III 8IV 7 IV 8
V 7 V 5VI 7 Jumlah 39VII 4
Jumlah 48
Nama Variabel Teks bahasa indonesia Teks bahasa InggrisKode Fiksasi keseluruhan 48 39
Fiksasi per baris 6,8 7,8Durasi waktu (s) keseluruhan
18 19
Durasi waktu (s) per baris
2,5 3,8
Durasi membaca perbaris = lama waktu membaca keseluruhan (set)/banyaknya baris
Jumlah fiksasi perbaris = jumlah fiksasi keseluruhan/ banyaknya baris
F. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul merekam gerakan mata set membaca
mempunyai tujuan Merekam Refleks Gerakan Mata Saat Membaca dengan Menggunakan Alat Perekam Elektro-Okulograf (EOG) dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Gerakan mata tersebut sering disebut gerakan mata berputar (sirkuler)namun dalam praktek gerakan mata tersebut dibgi dalam gerakan mata secara horizontal dan vertikal. Dalam keadaan normal gerakan pol mata(kanan dan kiri) selalu bergerak searah atau disebut gerakan mata konyugatif. Oleh karena itu, untuk merekam gerakan mata cukup dilakukan perekaman satu bola mata saja. Penempatan elektrode perekam untuk merekam gerakan mata horizontal, pada kedua canthus temporal, sedangkan untuk gerakan vertikal di atas dan di bawah mata
Praktikum ini probandus di suruh melirik , mengikuti ayunan gantungna, disuruh membaca, sedangkan disamping mata dan di dahi di tempel alat pereka mata yang dapat mengetahui gerakan mata tersebut karena alat tersebut menghasilkan satu grafik, jika probandus tidak fokus mebaca maka grafik akan muncul jerky (jelalatan), lamanya membaca dalam satu baris dapat diketahui melalui grafik fiksasi yaitu banyaknya gerakan mata yang dia gunakan dalam membaca satu baris. Mata bisa bergerak karena adanya otot.
Menurut basoeki Ada 2 jenis otot mata yaitu otot mata yang exintrik dan otot mata yang intrinsik. Otot-otot mata yang eksentrik adalah otot mata yang memegang bola mata disisi luar pada tulang orbital. Otot ini menyegerakan bola mata menurut arah yang kita kehendaki, jadi termasuk otot volunter. Empat dari arahnya lurus atau musculus rectus dan dua lainnya menyerong atau muscuus obligus. Namanya sesuai dengan posisinya terhadap bola mata, yaitu superior, interior, medial atau medial, dan lateral untuk yang lurus serta superior dan inferior untuk yang menyerong.Otot mata
intrinsik ada di dalam mata, yaitu otot iris dan otot siliaris, yang keduanya involunter. Mata merupakan satu satunya organ yang memiliki otot volunter dan otot involunter. Iris mengatur ukuran pupil, sedangkan otot siliaris menarik korpus siliare ke depan sehingga melepaskan tarikan ke belakang yang dilakukan oleh integument suspensi tempat lensa terikat.
Menurut Nurcahyo (2013)Gerakan bola mata dapat direkam kara bolamata merupakan satu Dipol listrik yang dapat bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina terdapat beda potensial yang tetap (steady) kornea bermuatan positif terhadap retina dan beda potensial ini akan tetap ada walaupun bola mata dikeluarkan dari kantung mata. Dengan menempatkan dua elektrode pada garis tegak lurus pada sumbu kornea-retina, maka potensial kornea-retinal ini kemudian akan menimbulkan fluktuasi potensial yang sesuai dengan gerakan bola mata, disebabkan karena kornea atau retina yang berbeda polaritas muatannya akan mendekati atau menjauhi kedua elektrode tersebut sesuai dengan gerakan bolamata.. fluktuasi potensial yang timbul pada kedua elektrode pengukur tersebut dapat direkam secara elektro-fisiologik. Hingga dapat dikatakan bahwa elektro-okulografi ialah: merubah kualitas gerakan bolamata menjadi kuantitas beda potensial yang direkam dalam koordinat Cartesian.
G. KESIMPULANGerakan mata dapat direkam karena bolamata merupakan Dipl listrik yang dapat bergerak, gerakan mata meliputi horizontal, vertikal .
H. DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru & Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY
Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud Dikti.
KEGIATAN 12
MENGUKUR LAJU RESPIRASI
A. PERMASALAHAN PRAKTIKUM : Bagaimana Mengetahui Pengaruh Ukuran Tubuh Terhadap Laju Respirasi Hewan?
B. TUJUAN : Mengetahui Pengaruh Ukuran Tubuh Terhadap Laju Respirasi HewanC. DASAR TEORI
Kebanyakan hewan sangat tergantung kepada oksigen untuk memenuhi
kebutuhan energinya melalui oksidasi zat makanan. Hanya sedikit hewan yang dapat
memnuhi energinya tanpa oksigen, yaitu dengan memanfaatkan energy kimia
senyawa organic. Pemanfaatan senyawa organic secara anaerob ini hanya
menghasilkan energy sedikit kira-kira 1/10 sampai 1/20 dari zat makanan yang
dioksidasi sempurna (aerob) (Soewolo, 2000: 185).
Setiap organisme multiseluler memiliki system respirasi yang berperan
mendapatkan dan mensuplai kebutuhan oksigen untuk aktivitas seluler dan
melepaskan karbondioksida untuk kelangsungan kehidupannya. Hewan memperoleh
oksigen melalui berbagai cara, secara umum ada 5 prinsip yang digunakan hewan
untuk mendapatkan oksigen, yaitu: difusi sederhana dari air atau udara melalui
permukaan tubuhnya yang lembab (contohnya amoeba, paramaecium, dan cacaing
pipih); difusi dari air atau udara melalui permukaan tubuhnya yang tipis, menuju
pembuluh darah (cacing tanah); dari udara (melalui spirakel) atau air (melalui insang
trachea), menuju system saluran udara (trachea), kemudian menuju sel-sel jaringan
tubuh (serangga); dari air melalui permukaan insang, selanjutnya menuju pembuluh
darah (pisces, molusca dan amfibia); dari udara melalui paru-paru yang lembab
kemudian menuju pembuluh darah (siput pulmonata dan vertebrata terrestrial)
(Nurcahyo, 2013).
Sistem pernafasan vertebrata tersusun atas saluran pernafasan dan paru-paru
sebagai tempat pertukaran udara pernafasan. Apabila kita bernafas, udara akan
melalui hidung dan saluran udara sebelum memasuki paru-paru. Paru-paru akan
menyedot oksigen, yang diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk hidup dan berfungsi
secara normal. Apabila kita menghembus nafas, pari-paru akan mengeluarkan
karbondioksida yang merupakan hasil buangan dari sel-sel tubuh. Satu struktur yang
digelar alveolus merupakan kawasan dimana berlakunya pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Saluran pernafasan tersusun atas: lubang hidung, rongga hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkeolus (Nurcahyo, 2013).
Difusi merupakan mekanisme dasar transport O2 dan gas CO2 melintasi
membrane respirasi . Namun dengan difusi saja maka transfer gas oksigen gas O2 dari
lingkungan ke sel-sel jaringan tidak akan mencukupi. Karena itu respirasi harus
dibantu dengan mekanisme lain agar pemasukan gas O2 dan pengeluaran gas CO2
dapat mencukupi kebutuhan. Pada hewan ukuran kurang dari 0,5 mm respirasi dengan
difusi melalui permukaan tubuh sudah mencukupi. Pada hewan yang lebih besar perlu
dilengkapi dengan permukaan membrane pernafasan yang luas dan banyak
mengandung kapiler untuk mengambil banyak gas O2 dari lingkungan dan dilengkapi
dengan mekanisme untuk pengeluaran CO2. Baiknya gas O2 yang dikonsumsi oleh
suatu hewan tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, suhu, serta
sumber panas yang diperoleh hewan tersebut (endoterm atau eksoterm). Makin besar
ukuran tubuh makin besar laju konsumsi oksigen totalnya namun untuk laju konsumsi
O2 spesifik tergantung pada perbandingan luas permukaan tubuh terhadap berat hewan
karena itu laju konsumsi spesifik lebih besar pada hewan berukuran kecil
dibandingkan dengan hewan dengan ukuran yang lebih besar. Untuk hewan akuatik
kelarutan gas O2 dalam air menjadi sangat penting, dan kelarutan gas O2 dipengaruhi
oleh suhu serta tekanan atmosfir. Kelarutan gas O2 akan berkurang pada peningkatan
suhu maupun tekanan atmosfer didalam air. Jumlah gas O2 yang dapat larut dalam
satuan volume tertentu pada suhu 0oC, dan pada tekanan sebesar 1 atm disebut
koefisien kelarutan (Suripto, 1998: 78).
D. METODE PRAKTIKUM
Jenis kegiatan :observasi
Objek pengamatan :serangga
Bahan dan alat
1. Respirometer dengan selangnya2. Pipet pasteur dan penggaris3. Butiran KOH4. Vaselin5. Larut eosin6. Belalang/ jangkrik
Cara kerja
1. Hewan ditimbang terlebih dahulu sebelum percobaan dilkakukan2. Ke dalam botol respirometer ditaruh 3 butir KOH dan pada lubang selangnya ditetesi
larutan eosin3. Batas antara sumbat botol dengan selang leletkan dengan vaselin sedemikian rupa
sehingga udara tidak dapay keluar 4. Masukkan hewan ke resirometer5. Catatlah skala pada penggaris dari awal sampai eosin tidak bergerak lagi6. Konversikan panjang dan diameter selang menjadi volume udara7. Ulangi untuk jenis hewan/ hewan dengan berat berbeda lainnya.E. HASIL PRAKTIKUM
No Nama Hewan Berat Laju Respirasi (Ml)
Waktu
1 Jangkrik A 0,761 1 02.152 Jangkrik B 0,573 1 03.00
F. PEMBAHASANPada praktikum yang berjudul mengukur udara respirasi mempunyai tujuan
Mengetahui Pengaruh Ukuran Tubuh Terhadap Laju Respirasi Hewan, dilaksanakan di laboratorium zoologi FMIPA UNY.
Dalam praktikum ini digunakan jangkrik yang berbeda ukuran berat untuk mengetahui pengaruhnya dalam laju respirasi hewan
Difusi merupakan mekanisme dasar transport O2 dan gas CO2 melintasi
membrane respirasi . Namun dengan difusi saja maka transfer gas oksigen gas O2 dari
lingkungan ke sel-sel jaringan tidak akan mencukupi. Karena itu respirasi harus
dibantu dengan mekanisme lain agar pemasukan gas O2 dan pengeluaran gas CO2
dapat mencukupi kebutuhan. Pada hewan ukuran kurang dari 0,5 mm respirasi dengan
difusi melalui permukaan tubuh sudah mencukupi. Pada hewan yang lebih besar perlu
dilengkapi dengan permukaan membrane pernafasan yang luas dan banyak
mengandung kapiler untuk mengambil banyak gas O2 dari lingkungan dan dilengkapi
dengan mekanisme untuk pengeluaran CO2. Baiknya gas O2 yang dikonsumsi oleh
suatu hewan tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, suhu, serta
sumber panas yang diperoleh hewan tersebut (endoterm atau eksoterm). Makin besar
ukuran tubuh makin besar laju konsumsi oksigen totalnya namun untuk laju konsumsi
O2 spesifik tergantung pada perbandingan luas permukaan tubuh terhadap berat hewan
karena itu laju konsumsi spesifik lebih besar pada hewan berukuran kecil
dibandingkan dengan hewan dengan ukuran yang lebih besar. Untuk hewan akuatik
kelarutan gas O2 dalam air menjadi sangat penting, dan kelarutan gas O2 dipengaruhi
oleh suhu serta tekanan atmosfir. Kelarutan gas O2 akan berkurang pada peningkatan
suhu maupun tekanan atmosfer didalam air. Jumlah gas O2 yang dapat larut dalam
satuan volume tertentu pada suhu 0oC, dan pada tekanan sebesar 1 atm disebut
koefisien kelarutan.
Dam praktikum ini jangkrik yang ukuran tubuhnya lebih besar mempunyai
laju respirasi lebih tinggi.
G. KESIMPULAN
Makin besar ukuran tubuh makin besar laju konsumsi oksigen totalnya namun untuk
laju konsumsi O2 spesifik tergantung pada perbandingan luas permukaan tubuh
terhadap berat hewan karena itu laju konsumsi spesifik lebih besar pada hewan
berukuran kecil dibandingkan dengan hewan dengan ukuran yang lebih besar.
H. DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Heru dan Tri Harjana. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Depdikbud Dikti.
Suripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung: ITB