Download - Laporan Praktikum Finally Final
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polisi tidur atau sering disebut juga sebagai Alat Pembatas Kecepatan adalah
bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang
dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat
laju/kecepatan kendaraan.
Mengingat pentingnya polisi tidur sebagai salah satu alat dalam lalu lintas,
maka penulis ingin sekali mengkaji apakah polisi tidur di jalan Abu Bakar Ali
perlu dipasang atau tidak karena polisi tidur salah satu bagian dari
transportasi, yang merupakan hal yang sangat penting dan berguna untuk
kelancaran aktivitas-aktivitas masyarakat, sehingga perlu mendapatkan
perhatian yang lebih dari semua pihak dan lapisan.
Latar Belakang dilaksanakannya Praktik Perancangan Jalan dengan topik
Polisi Tidur ini adalah untuk mengetahui fungsi, kefektifan, akibat-akibat
adanya polisi tidur, dan manfaat-manfaatnya dalam lalu lintas. Objek
penelitian kami tetapkan pada Jalan Abu Bakar Ali, dimana di jalan arteri
yang sangat ramai tersebut tetap dipasang polisi tidur. Selain itu banyak hal
yang kami teliti akibat ketidaksesuaian di lapangan dengan Dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No: Km. 3 Tahun 1994. Antara lain pada:
Bab III pasal 4 (1) disebutkan bahwa alat pembatas kecepatan
ditempatkan pada jalan di lingkunagan pemukiman, atau jalan lokal
yang mempunyai kelas jalan IIIC, atau jalan-jalan yangsedang
dilakukan pekerjaan konstruksi.
1
2
Bab III pasal 5 (1) disebutkan bahwa penempatan alat pembatas
kecepatan pada jalur lalu lintas dapat dilalui dengan pemberian tanda
dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas sebagaimana dalam lampiran
1 tabel 1 no. 6b Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61
Tahun 1993 tentang rambu-rambu lalu lintas di jalan.
Bab III pasal 5 (2) penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu
lintas harus diberi tanda berupa garis serong dari cat berwarna putih.
Bab III pasal 6 (1) Bentuk penampang melintang alat pembatas
kecepatan menyerupai trapezium dan bagian yang menonjol diatas
badan jalan maksimum 12 cm.
Bab III pasal 6 (2) Penampang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kedua sisi miringnya mempunyai kelandaian yang sama maksimum
15%.
Bab III pasal 6 (3) Lebar mendatar bagian atas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), proporsional dengan bagian menonjol diatas badan jalan
dan minimum 15 cm.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
masalah yang ditimbulkan berkaitan dengan adanya polisi tidur, sehingga
judul untuk penelitian ini adalah ”Hubungan Polisi Tidur pada Jalan Abu
Bakar Ali Yogyakarta dengan Karakteristik Lalu Lintas”.
1.2 Rumusan Masalah / Permasalahan Studi
Dari Penelitian yang sudah dilakukan terdapat persoalan-persoalan yang kami
rumuskan sebagai berikut:
1. Manfaat polisi / fungsi tidur dalam lalu lintas
2. Standar Alat pembatas kecepatan / polisi tidur yang ditetapkan dan
dirancang
3
3. Perasaan orang-orang saat melewati polisi tidur
4. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya polisi tidur
5. Efek polisi tidur terhadap Kecepatan, Volume, Kepadatan, dan tingkat
pelayanan lalu lintas pada Jalan Abu Bakar Ali
1.3 Tujuan Penelitian
Terdapat beberapa tujuan dilakukannya penelitian Praktik Perancangan Jalan
dengan topik polisi tidur ini, yaitu:
1. Mengetahui manfaat / fungsi polisi tidur dalam lalu lintas
2. Mengetahui standar Alat pembatas kecepatan / polisi tidur yang ditetapkan
dan dirancang
3. Mengetahui perasaan orang-orang saat melewati polisi tidur
4. Mengetahui pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya polisi tidur
5. Mengetahui efek polisi tidur terhadap Kecepatan, Volume, Kepadatan, dan
tingkat pelayanan lalu lintas pada Jalan Abu Bakar Ali
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan teori-
teori yang pernah diterima pada kuliah di kelas, khususnya matakuliah-
matakuliah dalam bidang transportasi.
Untuk melaksanakan matakuliah Praktek Perancangan Jalan Raya
2. Pembaca
a. Masyarakat
4
Sebagai masukan dan tambahan pengetahuan guna meningkatkan
kesadaran bagi masyarakat dalam menyikapi adanya polisi tidur.
b. Pihak berwajib / Pemkot Yogyakarta / Dishub / Bina Marga
Yogyakarta
Sebagai bahan kajian dan informasi serta sumbangan pemikiran
dalam menentukan kebijakan dan strategi yang akan di ambil
dalam rangka menanggulangi masalah transportasi jalan raya
karena sebagai sarana dan prasarana bagi masyarakat.
1.5 Hipotesis
1. Diduga manfaat atau fungsi polisi tidur dalam lalu lintas kurang berjalan
secara efektif dalam perkembangannya
2. Diduga standar Alat pembatas kecepatan / polisi tidur yang ada pada jalan
Abu Bakar Ali tidak sesuai dengan rancangan resmi
3. Diduga banyak orang-orang yang tidak nyaman saat melewati polisi tidur
akibat ketidaksesuaian standar Alat pembatas kecepatan / polisi tidur yang
ada pada jalan Abu Bakar Ali
4. Diduga ada pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya polisi tidur
5. Diduga banyak efek dari polisi tidur dengan Kecepatan, Volume,
Kepadatan, dan tingkat pelayanan lalu lintas pada Jalan Abu Bakar Ali
1.6 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas tentang polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali
Jalan ini dipilih karena arus lalu lintasnya termasuk arus lalu lintas dengan
tingkat kepadatan yang tinggi. Dan jalan ini mempunyai kelas jalan IIIB.
1.7 Metodologi Penelitian
5
Praktikum Perancangan Jalan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
fungsi, kefektifan, akibat-akibat adanya polisi tidur, dan manfaat-manfaatnya
dalam lalu lintas.
Populasi dalam penelitian ini adalah kendaraan yang lewat di salah satu polisi
tidur jalan Abu Bakar Ali Yogyakarta.
Pada praktikum ini terdapat banyak tahap yang dilakukan, yaitu:
1. Pengukuran dimensi polisi tidur
Pengukuran dimensi polisi tidur dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran manual dengan meteran
P2
t m l
P1
Keterangan:
l : Lebar jalan
m : panjang sisi miring
P1 : Panjang alas polisi tidur
P2 : Panjang sisi atas polisi tidur
t : tinggi polisi tidur = √m2+(P1−P2)2
2. Menghitung volume kendaraan
6
Volume kendaraan yang lewat adalah jumlah kendaraan yang lewat dalam
satuan waktu tertentu (satu arah). Dalam praktikum ini waktu perhitungan
ditentukan selama 15 menit. Kendaraan di kategorikan dalam 3 macam
yaitu:
- Sepeda motor / Motorcycle (MC), contohnya: sepeda motor
- Kendaraan pribadi / Private car (PC), contohnya: mobil, taksi, pick up,
dan lain-lain
- Kendaraan berat / Heavy vehicle (HV), contohnya: Truk, Bus, Alat
berat, dan lain-lain
3. Menghitung kepadatan lalu lintas
Kepadatan lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang lewat dalam satuan
luas (m2¿. Dalam praktikum ini pengukuran kepadatan lalu lintas
dilakukan dengan cara merekam lalu lintas dengan video recorder selama
15 menit. Waktu pengukuran / perekaman disamakan saat pengukuran
volume.
4. Mengukur kecepatan kendaraan
Kecepatan adalah jarak per satuan waktu. Metode yang digunakan adalah
metode pengukuran jarak dibagi waktu. Dalam hal ini dilakukan
pengukuran dalam satuan (m/s). Pengukuran kecepatan dilakukan selama
15 menit dan secara bersamaan dengan penghitungan volume dan
kepadatan lalu lintas. Setiap 1,5 menit dipilih secara acak 1 MC, 1 PC, 1
HV untuk diukur kecepatannya. Setiap kendaraan diukur waktunya dalam
jarak 10 meter sebelum polisi tidur, saat melewati polisi tidur, dan setelah
melewati polisi tidur selama 10 meter.
BAB II
7
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian polisi tidur
Polisi tidur (speed bumps) adalah gundukan aspal atau semen yang
dipasang melintang di jalan. Ada yang ditambah dengan garis-garis
putih atau kuning, ada pula yang polos tanpa garis-garis putih atau
kuning. Alat yang merupakan bagian dari piranti rambu lalu-lintas
tersebut berfungsi untuk memperlambat laju kendaraan. Selain itu,
adanya polisi tidur juga sebagai tanda memasuki wilayah tertentu
seperti di jalan tol pada gerbang tol yang diberi polisi tidur sekitar 500
meter dari gerbang tol, perkampungan, perkotanaan, bahkan perhotelan
dan mall.
Menurut KBBI Edisi Ketiga (2001) polisi tidur adalah 'bagian
permukaan jalan yang ditinggikan secara melintang untuk
menghambat laju kendaraan'.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 3 TAHUN
1994 alat pembatas kecepatan adalah kelengkapan tambahan pada
jalan yang berfungsi untuk membua pengemudi kendaraan bermotor
mengurangi kecepatan kendaraannya.
Menurut situs Wikipedia, polisi tidur adalah bagian jalan yang yang
ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang
melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju / kecepatan
kendaraan.
2.1.2 Standar Polisi Tidur di Indonesia
8
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur tentang disain polisi tidur
diatur oleh Keputusan Menteri Perhubungan No: Km. 3 Tahun 1994
tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, di mana sudut
kemiringan adalah 15% dan tinggi maksimum tidak lebih dari 150
mm.
Alat pembatas kecepatan ditempatkan pada:
Jalan di lingkungan pemukiman
Jalan lokal yang mempunyai kelas jalan IIIC
Pada jalan-jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi
Penempatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur
lalu lintas. Bila dilakukan pengulangan penempatan alat pembatas
kecepatan ini harus disesuaikan dengan kajian manajemen
dan rekayasa lalu lintas.
Pemkot Yogyakarta sendiri sudah cukup tanggap dengan
permasalahan ini. Demi keselamatan dan kenyamanan berlalulintas,
diterbitkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 81 Tahun 2007 -
mengatur tatacara pelaksanaan, perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan.
Rambu peringatan jalan tidak datar
1. Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat
didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan rambu Tabel 1
No 6b yaitu Peringatan tentang jalan tidak datar.
2. Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus
dilengkapi marka berupa garis serong dengan cat berwarna putih
atau kuning.
Akan tetapi polisi tidur yang umumnya ada di Indonesia lebih banyak
9
yang bertentangan dengan desain polisi tidur yang diatur berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan No 3 Tahun 1994 dan hal yang
demikian ini bahkan dapat membahayakan kesehatan bagi para
pemakai jalan tersebut.
2.1.3 Hubungan kecepatan, kepadatan, volume
3 parameter makroskopik utama yang menggambarkan arus lalu lintas
adalah volume atau laju aliran, kecepatan, dan kepadatan
2.1.3.1 Pengertian volume lalu lintas
Volume didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati
titik di jalan raya, atau jalur tertentu atau arah jalan raya,
selama selang waktu tertentu
(Traffic Engineering third edition, Roess, R.P., Prassas, E.S,
dan McShane, W.R, halaman 106 chapter 5, tahun 2004)
Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari,
jam, menit).
(Studi Kasus Kepadatan dan Pertumbuhan Lalu Lintas di jalan
Gejayan, Tentara Pelajar, Parangtristis Tahun 2005, Handayani,
R., halaman 21, tahun 2005)
Jalan raya harus dirancang agar cukup melayani volume lalu
lintas jam sibuk di puncak arah aliran. Karena lalu lintas akan
berbeda pada puncak pagi hari dan akan sebaliknya selama
10
malam, baik sisi fasilitas umumnya harus dirancang untuk
mengakomodasi aliran arah puncak saat jam sibuk.
Pada dasarnya volume lalu lintas yang tinggi akan
membutuhkan lebar perkerasan jalan yang lebih lebar agar
aman dan nyaman. Sebaliknya, apabila jalan dibuat terlalu
lebar namun volume lalu lintasnya rendah, maka akan
cenderung membahayakan.
Satuan volume lau lintas adalah Lalu lintas Harian Rata (LHR)
2.1.3.2 Pengertian kecepatan lalu lintas
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang
ditempuh kendaraan dibagi waktu tempuhnya. Kecepatan
menggambarkan nilai gerak kendaraan untuk nantinya dipakai
dalam merencanakan geometrik jalan seperti pada bagian jalan
lurus, tikungan, kemiringan jalan, tanjakan, turunan, dan jarak
pandangan.
(Studi Kasus Kepadatan dan Pertumbuhan Lalu Lintas di jalan
Gejayan, Tentara Pelajar, Parangtristis Tahun 2005, Handayani,
R., halaman 19, tahun 2005)
Kecepatan lalu lintas adalah parameter makroskopik kedua
menggambarkan keadaan arus lalu lintas. Kecepatan
didefinisikan sebagai laju gerak dalam jarak per satuan waktu.
(Traffic Engineering third edition, Roess, R.P., Prassas, E.S,
dan McShane, W.R, halaman 111 chapter 5, tahun 2004)
11
Dalam arus lalu lintas setiap kendaraan memiliki kecepatan
yang berbeda. Oleh karena itu bukan kecepatan yang
mempunyai nilai karakteristik melainkan distribusi kecepatan
individu.
2.1.3.3 Pengertian kepadatan lalu lintas
Kepadatan lalu lintas adalah parameter makroskopik jalan raya,
umumnya dinyatakan sebagai kendaraan per mil atau
kendaraan per mil per jalur.
(Traffic Engineering third edition, Roess, R.P., Prassas, E.S,
dan McShane, W.R, halaman 112 chapter 5, tahun 2004)
Kepadatan mungkin faktor yang paling penting dari 3
parameter utama arus lalu lintas, karena itu adalah ukuran
paling langsung berkaitan dengan permintaan lalu lintas.
Permintaan tidak terjadi sebagai laju aliran / volume, meskipun
insinyur lalu lintas menggunakan parameter itu sebagai ukuran
utama permintaan.
Kepadatan juga merupakan ukuran penting kualitas arus lalu
lintas, karena ini adalah ukuran kedekatan kendaraan lain,
suatu faktor yang mempengaruhi kebebasan untuk bergerak
dan psikologis kenyamanan berkendara
(Traffic Engineering third edition, Roess, R.P., Prassas, E.S,
dan McShane, W.R, halaman 113 chapter 5, tahun 2004)
12
2.1.3.4 Hubungan volume kecepatan kepadatan dalam lalu lintas
Lalu lintas yang dihasilkan dari suatu ruas jalan adalah dari
berbagai arah, memberikan sejumlah kendaraan ke jalan
terbatas ruang. Proses ini menciptakan kepadatan kendaraan.
Pengendara memilih kecepatan yang konsisten dengan betapa
dekatnya mereka terhadap kendaraan lain. Kecepatan dan
kepadatan bergabung untuk memberikan laju aliran / volume
yang diamati. Itulah inti dari Hubungan volume kecepatan
kepadatan dalam lalu lintas.
2.1.4 Tingkat Pelayanan
Konsep dalam menentukan kapasitas yang diinginkan untuk
mengetahui kondisi operasi yang berbeda yang ada saat volume lalu
lintas sedang dilakukan adalah tingkat pelayanan. Tingkat layanan
yang diinterpretasikan secara luas, menunjukkan salah satu dari
sejumlah kombinasi berbeda dari kondisi operasi yang mungkin terjadi
pada jalur lalu lintas jalan tertentu bila mengakomodasi berbagai
volume lalu lintas.
tingkat pelayanan adalah ukuran kualitatif dari pengaruh sejumlah
faktor, termasuk:
operasi kecepatan dan waktu perjalanan
gangguan lalu lintas dan frekuensi berhenti
kebebasan untuk maneuver
keselamatan
kenyamanan dan kemudahan dalam mengemudi
biaya operasional
13
(Traffic Engineering third edition, Roess, R.P., Prassas, E.S, dan
McShane, W.R, halaman 396-397 chapter 14, tahun 2004)
2.1.5 Manfaat dan Kerugian polisi Tidur
2.1.5.1 Manfaat:
alat pembatas kecepatan digunakan untuk pengendalian atau
pembatasan terhadap kecepatan.
(Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 3 TAHUN 1994)
2.1.5.2 Kerugian
- Memperlambat waktu jika dalam keadaan darurat
- Dapat mengalihkan lalu lintas ke jalan-jalan perumahan paralel
(jalur lain)
- Ada kemungkinan peningkatan kebisingan dan pencemaran bagi
penduduk yang tinggal tepat bersebelahan dengan polisi tidur.
- Dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa kendaraan
- Dapat menyebabkan ketidaknyamanan untuk pengemudi dan
penumpang;
- Dapat menyebabkan masalah bagi kendaraan-kendaraan yang
melakukan layanan darurat
- Pengemudi terganggu oleh gundukan, sehingga dapat mengabaikan
bahaya lain seperti pejalan kaki atau anak-anak
- Meningkatkan polusi karena dalam perjalanan lalu lintas
menggunakan gigi yang lebih rendah akan menggunakan bahan
bakar secara lebih signifikan
14
- Penyebab penyakit gangguan tulang belakang
Pada tahun 2003, ketua dari London Ambulance Service mengklaim
bahwa penundaan kecepatan karena adanya polisi tidur bertanggung
jawab untuk 500 kematian akibat dari serangan jantung setiap
tahun.
(http://trafficlogix.com/devprog.asp)
2.2 Landasan Teori
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan dalam praktikum ini nantinya akan
digunakan untuk mencari kecepatan, kepadatan, volume, yang nantinya akan
dihubungkan dengan hal-hal lain seperti kapasitas dasar dari lalu lintas jalan.
Dari tinjauan pustaka yang kami lakukan, ada beberapa cara olah data dalam
melakukan penghitungan dari praktikum ini.
a. Kepadatan = MC + PC + HV
MC : jumlah motor yang harganya dikali dengan koefisien 0,5
PC : jumlah motor yang harganya dikali dengan koefisien 1
HV : jumlah motor yang harganya dikali dengan koefisien 1,6
Kepadatan rata-rata = Jumlahkepadatan rentangwaktu 1,5 menit
3
b. Kecepatan = WaktuTempuh
jarak
Kecepatan rata-rata = Jumlahkecepatan sebelum, saat atau sesudah PT
Jumlah kecepatan yang ada
c. Grafik Hubungan Kecepatan dan Kepadatan.
15
Dalam menggambar grafik ini kita harus menentukan persamaan regresi
dan menemukan pengali dan konstanta aditif sebagai berikut:
X = Kepadatan
Y = Kecepatan
a = konstanta tambahan
b = konstanta pengali
∑Y=Na + b∑X
∑XY=a∑X+b∑X2
Setelah ditemukan nilai a dan b maka dapat dimasukkan ke persamaan
Y = a + bX dan digambar dalam sebuah grafik Hubungan Kecepatan
dan Kepadatan.
d. Kurva Hubungan kecepatan dan Kepadatan
Ini adalah pengembangan dari grafik hubungan kecepatan dan kepadatan.
Rumus yang digunakan agar kita mendapatkan hubungan sumbu X dan Y
dalam kurva adalah:
f =a v−v2
−b
Nilai a dan b sudah diperoleh sebelumnya dalam mencari grafik
hubungan kecepatan dan kepadatan. Persamaan f tersebut kemudian
diturunkan terhadap v, lalu nilai f ' yang didapat dimasukkan nilai 0,
sehingga ditemukan nilai v yang dimaksud.
e. Kurva hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume
16
Hubungan dari suatu Kecepatan, Kepadatan,dan Volume dapat dijadikan 1
dalam 1 kurva dengan rumus sebagai berikut:
f = a d – b d2
Untuk mencari titik disumbu X
→ f = 0
Maka nilai d1 dan d2 dapat diketahui
Untuk mencari titik Max sumbu X
→ f’ = 0
Maka nilai d dapat diketahui
f. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ( r ) menentukan kekuatan hubungan antara variabel
dependen dan independen.
r = 1 berarti hubungan yang sempurna antara variabel
r = 0 menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel
Koefisien penentu = ¿¿¿
Koefisien Korelasi = √ Koefisien penentu
ye =
=
g. Kapasitas dasar dari lalu lintas jalan
H = L + S
SSD = 0,28 v + 0,01 v2
Kapasitas per jam =v ×1000
H
Rasio Volume/ Kapasitas = (Volumerata−rata /0,5)× 4
Kapasitas perjam
17
V = kecepatan kendaraan (km/h)
H = Rata-rata jarak kendaraan yang satu dengan yang lain dalam (m).
L = Rata- rata panjang kendaraan. Dalam praktik ini asumsi rata-rata
panjang kendaraan yang kami tinjau adalah 4 meter ( L )
x = kepadatan
y = kecepatan
Sumbu X menunjukkan besarnya Rasio Volume/Kapasitas, sedangkan
sumbu Y menunjukkan besarnya kecepatan rata-rata.
Di jalan yang baik, dengan kapasitas tinggi dan hanya digunakan oleh
kendaraan sangat sedikit, kendaraan akan menemukan kondisi jalan yang
sangat baik. Ini adalah tingkat pelayanan tertinggi sebagai lalu lintas
(tingkat pelayanan A). jika kecepatan lalu lintas menurun, pengemudi
akan merasa bahwa jalan menjadi lebih padat dan membuat
frustasi. Akhirnya volume lalu lintas mencapai atau melebihi kapasitas
jalan, tingkat pelayanan turun ke tingkat pelayanan F atau terendah.
Tingkatan-tingkatan pelayanan lalu lintas akan dijelaskan sebagai berikut:
Tingkat pelayanan A (Aliran Bebas)
Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya volume kendaraan
dan tingginya kecepatan kendaraan.kepadatan juga rendah
tanpa ada gangguan aliran kecepatan pada masing-masing
kendaraan, pengemudi dapat mengontrol laju kendaraannya.
Biasanya ada pada jalan-jalan tol. Kecepatan operasi lebih dari
95 km / h
Tingkat pelayanan B (arus stabil tetapi kecepatan mulai
menurun)
ini terjadi di zona arus stabil, dengan kecepatan operasi, mulai
agak dibatasi oleh kondisi lalu lintas. Pengemudi dapat
18
memilih kecepatan dan jalur. Batas bawah (kecepatan terendah,
volume tertinggi) dari tingkat pelayanan ini telah digunakan
dalam desain jalan raya pedesaan. Kecepatan operasi lebih dari
90 - 95 km / h
Tingkat pelayanan C (arus stabil, kecepatan terus menurunkan
dan dibatasi)
Masih dalam arus zona stabil, tetapi kecepatan dan kebebasabn
bermanuver telah dibatasi oleh tingginya volume. Pengemudi
dibatasi dalam memilih kecepatan dan jalur. Tingkat layanan
ini cocok untuk praktek desain urban. Kecepatan operasi lebih
dari 80 - 90 km / h
Tingkat pelayanan D (arus tidak stabil, perkiraan kecepatan
terbatasi tetapi masih dapat ditoleransi)
Tingkat ini telah mencapai aliran yang tidak stabil, dengan
kecepatan operasi ditoleransi, dapat dipertahankan, meskipun
sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi operasi. fluktuasi
volume dan pembatasan sementara untuk aliran dapat
menyebabkan tetes substansial dalam kecepatan operasi.
Pengemudi mendapat sedikit kebebasan bermanuver dan
kenyamanan. Kondisi ini dapat ditoleransi dalam namun dalam
jangka waktu yang pendek. Kecepatan operasi lebih dari 65 -
80 km / h
Tingkat pelayanan E (kecepatan terbatas hanya sampai 30 mph
atau kurang, arus tidak stabil)
Tingkat ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan kecepatan
kendaraan, tetapi merupakan usaha di operasi bahkan lebih
rendah kecepatan hampir 30 mph dengan volume pada atau
mendekati dekat kapasitas jalan raya. Arus tidak stabil, dan
19
mungkin ada kemacetan untuk durasi yang pendek. Kecepatan
operasi lebih dari 50 - 65 km / h
Tingkat pelayanan F (aliran macet, kecepatan sangat rendah,
terbentuk antrian)
Operasi aliran dipaksa pada kecepatan rendah, di mana volume
berada di bawah kapasitas. Dalam kondisi ekstremnya
kecepatan dan volume dapat jatuh ke titik 0. Kondisi ini
biasanya terjadi dari hasil dari antrian kendaraan dari bagian
hilir. Kecepatan berkurang secara substansial dan
penghentian/kemacetan dapat terjadi untuk jangka pendek atau
panjang waktu karena kemacetan pada hilir.
BAB III
METODE STUDI DAN OBJEK STUDI
20
3.1 Metode studi
Studi Lapangan:
Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan
melakukan pencatatan objekobservasi tersebut.
Studi kepustakaan:
Mengumpulkan literatur buku-buku perpustakaan yang berhubungan langsung
dengan penelitian.
3.2 Lokasi Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan lokasi di daerah Kota Yogyakarta. Mengingat di
Kota Yogyakarta terdapat banyak ruas jalan, maka hanya mengambil 1 ruas
jalan yang dianggap mewakili masalah transportasi jalan raya Kota
Yogyakarta. Lokasi yang diambil adalah Jalan Abu Bakar Ali. Hari Selasa 9
Febuari 2010 dimulai jam 11.30 WIB.
BAB IV
ANALISIS DATA
21
4.1 Alat dan Bahan
1. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu tempuh kendaraan yang
lewat
2. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur dimensi polisi tidur dan lapangan
3. Kamera
Digunakan untuk memfoto alat-alat, polisi tidur dan keadaaan lalu lintas,
serta merekam situasi lalu lintas selama 15 menit
4. Alat tulis
Digunakan untuk mencatat dan menghitung hasil dari data yang telah
diperoleh oleh si pengamat
5. Patok
Digunakan untuk menunjukkan jarak dalam rentang 10 meter pada
sebelum dan sesudah polisi tidur
4.2 Cara Kerja
1. Mengukur dimensi polisi tidur
22
2. Foto polisi tidur tersebut
3. Ukur jarak rentang 10 meter sebelum dan sesudah polisi tidur, pasang
patok pada titik tersebut
4. Lakukan langkah-langkah berikut:
- Rekam dengan kamera situasi lalu lintas selama 15 menit
- Pada saat yang bersamaan, hitung jumlah kendaraan yang lewat dalam
satuan waktu. Kelompokkan jumlah kendaraan yang lewat setiap 1,5
menit berdasarkan tipe kendaraan tersebut (MC, PC, HV)
- Pada saat yang bersamaan juga, setiap 1.5 menit ukur kecepatan
kendaraan sebelum, saat, sesudah melewati polisi tidur. Kendaraan
tersebut dikelompokkan berdasarkan tipe-tipe kendaraan. Masing-
masing tipe di ambil 1 sampel. Cara mengukur kecepatan kendaraan
dengan cara mengukur waktu tempuh kendaraan dengan stopwatch.
Jarak yang ditempuh adalah seperti pada sketsa berikut
10 m 5,35 m 10 m
5. Catat semua data yang diambil selama praktikum
Laa
P2
t
P1
23
4.3 Tabel dan data pengamatan
4.3.1 Dimensi polisi tidur
L = 7,2 m
P1 = 5,35 m
P2 = 3,97 m
T = 0.24 m
kemiringannya 19,179 derajat
4.3.2 Data Kepadatan kendaraan
Harga kendaraan:
MC x 0,5
PC x 1
HVx 1,6
Kepadatan = MC + PC + HV
Kepadatan rata-rata = Jumlahkepadatan rentangwaktu 1,5 menit
3
WaktuBanyak kendaraan
Harga kendaraan Kepadatan Kepadatan rata -rata
MC PC HV MC PC HV
0 -1,59 5 0 4,5 5 0 9,5
8,66679 5 0 4,5 5 0 9,510 2 0 5 2 0 7,0
1,5 - 38 3 0 4 3 0 7,0
7,53338 4 0 4 4 0 8,06 3 1 3 3 1,6 7,6
3 - 4,510 2 0 5 2 0 7,0
8,53335 4 1 2,5 4 1,6 8,17 7 0 3,5 7 0 10,5
4,5 - 612 3 0 6 3 0 9,0
7,666710 2 0 5 2 0 7,012 1 0 6 1 0 7,0
6 - 7,511 2 0 5,5 2 0 7,5
8,30007 1 2 3,5 1 3,2 7,77 3 2 3,5 3 3,2 9,7
24
7,5 - 910 2 0 5 2 0 7,0
7,86675 5 1 2,5 5 1,6 9,111 2 0 5,5 2 0 7,5
9 - 10,58 1 1 4 1 1,6 6,6
7,200010 2 0 5 2 0 7,08 4 0 4 4 0 8,0
10,5 - 12
10 1 0 5 1 0 6,07,333311 3 0 5,5 3 0 8,5
5 5 0 2,5 5 0 7,5
12 - 13,5
9 4 0 4,5 4 0 8,57,000010 2 0 5 2 0 7,0
5 3 0 2,5 3 0 5,5
13,5 -1512 3 0 6 3 0 9,0
7,833312 2 0 6 2 0 8,05 4 0 2,5 4 0 6,5
Jumlah = 77,9333Rata-rata = 7,79333333
4.3.3 Data volume kendaraan
Harga kendaraan:
MC x 0,5
PC x 1
HVx 1,6
WaktuBanyaknya kendaraan
Harga KendaraanJumlah
MC PC HV MC PC HV0 -1,5 47 21 2 23,5 21 3,2 47,7
25
1.5 - 3 47 12 0 23,5 12 0 35,53 - 4,5 61 27 6 30,5 27 9,6 67,14.5 -6 50 17 0 25 17 0 426 - 7,5 69 27 0 34,5 27 0 61,57,5 - 9 78 19 2 39 19 3,2 61,29 - 10,5 61 19 4 30,5 19 6,4 55,910,5 - 12 69 20 2 34,5 20 3,2 57,712 - 13,5 62 26 1 31 26 1,6 58,613,5 - 15 54 17 2 27 17 3,2 47,2
Jumlah = 299 205 30,4 534,4
4.3.4 Data kecepatan kendaraan
Kecepatan = WaktuTempuh
jarak
Kecepatan rata-rata =
Jumlahkecepatan sebelum, saat atau sesudah PTJumlah kecepatan yang ada
WaktuWaktu Tempuh Kecepatan (km/jam) Kecepatan Rata
-rataMC PC HV MC PC HV
0 - 1,5
Sblm2,64
2,85 3,2213,636
412,6316 11,1801 12,4827
PT 5,9 6,1 4,51 5,9080 5,9262 14,9302 8,9215
Stlh8,53
9,87 7,6713,688
29,5491 11,3924 11,5432
1,5 - 3
Sblm3,12
3,4 -11,538
510,5882 - 11,0633
PT5,35
5,81 - 8,6368 7,9917 - 8,3142
Stlh8,02
9,37 -13,483
110,1124 - 11,7978
3 - 4,5
Sblm4,14
3 4,69 8,6957 12,0000 7,6759 9,4572
PT6,32
4,84 6,28 8,8349 10,4674 12,1132 10,4718
Stlh8,46
8,06 8,7416,822
411,1801 14,6341 14,2122
4,5 - 6 Sblm 2,09
2,94 - 17,2249
12,2449 - 14,7349
26
PT2,81
4,59 -26,750
011,6727 - 19,2114
Stlh4,15
7,15 -26,865
714,0625 - 20,4641
6 - 7,5
Sblm4,86
4,7 - 7,4074 7,6596 - 7,5335
PT6,89
7,06 - 9,4877 8,1610 - 8,8244
Stlh9,81
9,51 -12,328
814,6939 - 13,5113
7,5 - 9
Sblm2,53
2,53 3,1514,229
214,2292 11,4286 13,2957
PT5,36
4,25 5,41 6,8057 11,1977 8,5221 8,8418
Stlh6,79
6,61 7,4625,174
815,2542 17,5610 19,3300
9 - 10,5
Sblm2,46
5,25 3,0614,634
16,8571 11,7647 11,0853
PT3,93
7,34 5,8113,102
09,2153 7,0036 9,7737
Stlh5,88
9,8 9,1118,461
514,6341 10,9091 14,6683
10,5 - 12
Sblm3,11
4,41 4,3211,575
68,1633 8,3333 9,3574
PT4,78
6,03 6,7111,532
911,8889 8,0586 10,4935
Stlh7,78
7,94 9,1212,000
018,8482 14,9378 15,2620
12 - 13,5
Sblm1,75
3,24 4,1120,571
411,1111 8,7591 13,4806
PT4,78
4,95 6,1 6,3564 11,2632 9,6784 9,0993
Stlh6,57
7,12 8,9220,086
816,5899 12,7660 16,4809
13,5 -15
Sblm3,93
2,48 3,69 9,1603 14,5161 9,7561 11,1442
PT5,65
4,1 5,5811,197
711,8889 10,1905 11,0923
Stlh7,97
7,1 8,6915,517
212,0000 11,5756 13,0309
Panjang lintasan:
27
Sebelum polisi tidur = 10 m = 0,01 km
Saat polisi tidur = 5,35 m = 0,00535 km
Sesudah polisi tidur = 10 km = 0,01 km
4.4 Pembahasan
4.4.1 Grafik Hubungan Kecepatan dan Kepadatan
4.4.1.1 Sebelum Polisi Tidur
Tabel Kepadatan dan kecepatan kendaraan sebelum polisi tidur
28
Keterangan :
X = Kepadatan
Y = Kecepatan
a = konstanta tambahan
b = konstanta pengali
∑Y=Na + b∑X
∑XY=a∑X+b∑X2
113,6347 = a (10) + b (77,93) ..... (1)
882,381 = a (77,93) + b (610.16225) (2)
→ a = 20,032491
No x y x2 y2 xy
1 7,0000 13,4806 49,0000 181,7254 94,363882
2 7,2000 11,0853 51,8400 122,8846 79,814388
3 7,3300 9,3574 53,7289 87,5607 68,589648
4 7,5333 11,0633 56,7506 122,3977 83,343523
5 7,6667 14,7349 58,7783 217,1170 112,96797
6 7,8333 11,1442 61,3606 124,1927 87,295684
7 7,8667 13,2957 61,8850 176,7754 104,5932
8 8,3000 7,5335 68,8900 56,7535 62,527975
9 8,5333 9,4572 72,8172 89,4384 80,701006
10 8,6667 12,4827 75,1117 155,8175 108,18372
Jumlah 77,9300 113,6347610,162
31334,6627 882,3810
29
b = -1,1123
Y = 20,032491 - 1,1123 X
4.4.1.2 Saat polisi tidur
Tabel Kepadatan dan kecepatan kendaraan saat polisi tidur
Kepadatan
Kecepatan
18,0099
20,032491
Grafik kepadatan dan kecepatan sebelum polisi tidur
30
No X Y X2 Y2 XY
1 7,0000 9,0993 49,0000 82,7978 63,695299
2 7,2000 9,7737 51,8400 95,5245 70,370372
3 7,3300 10,4935 53,7289 110,1128 76,917112
4 7,5333 11,0633 56,7506 122,3966 83,343158
5 7,6667 19,2114 58,7783 369,0779 147,28804
6 7,8333 11,0923 61,3606 123,0391 86,889314
7 7,8667 8,8418 61,8850 78,1777 69,555924
8 8,3000 8,8244 68,8900 77,8700 73,24252
9 8,5333 10,4718 72,8172 109,6586 89,359011
10 8,6667 8,9215 75,1117 79,5923 77,319565
Jumlah 77,9300 107,7929610,162
31248,2474 837,9803
Keterangan :
X = Kepadatan
Y = Kecepatan
a = konstanta tambahan
b = konstanta pengali
∑Y=Na + b∑X
∑XY=a∑X+b∑X2
107,7929= a (10) + b (77,9300) ......... (1)
837,9803 = a (77,9300) + b (610,123) (2)
→ a = 16,377346
31
b = - 0,718344
Y = 16,377346 - 0,718344 X
4.4.1.3 Sesudah polisi tidur
Kepadatan
Kecepatan
22,79875
16,377346
Grafik kepadatan dan kecepatan saat polisi tidur
32
Tabel Kepadatan dan kecepatan kendaraan setelah polisi tidur
No x y x2 y2 xy
1 7,0000 16,4809 49,0000 271,6201 115,3663
2 7,2000 14,6683 51,8400 215,1590 105,61176
3 7,3300 15,2620 53,7289 232,9286 111,87046
4 7,5333 10,3142 56,7506 106,3827 77,699963
5 7,6667 20,4641 58,7783 418,7794 156,89212
6 7,8333 13,0309 61,3606 169,8044 102,07495
7 7,8667 19,3300 61,8850 373,6489 152,06331
8 8,3000 13,5113 68,8900 182,5552 112,14379
9 8,5333 14,2122 72,8172 201,9866 121,27697
10 8,6667 11,5432 75,1117 133,2462 100,04171
Jumlah 77,9300 148,8171610,162
32306,1111 1155,0413
Keterangan :
X = Kepadatan
Y = Kecepatan
a = konstanta tambahan
b = konstanta pengali
∑Y=Na + b∑X
∑XY=a∑X+b∑X2
148,81713 = a (10) + b (77,9300) (1)
1155,0413= a (77,9300) + b (610,16225) (2)
33
→ a = 27,690623
b = - 1,643643
Y = 27,690623 - 1,643643X
Kepadatan
Kecepatan
16,8471
27,690623
Grafik kepadatan dan kecepatan setelah polisi tidur
34
4.4.1.4 Grafik Gabungan
Sebelum
Sesudah
Saat
35
4.4.2 Kurva Hubungan Kecepatan dan Kepadatan4.4.2.1 Sebelum Polisi Tidur
f =av−v2
−b
→ a = 20,03249
b = 1.11241
f =(20,03249 v−v2)
1,11241
f '=20,03249−2 v
0=20,03249−2 v
v=10,01624568
Tabel grafik hubungan kecepatan dengan kepadatan
f v0 0
90,187 10,01620 20,0325
36
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
5
10
15
20
25
f
v
Kurva Hubungan kecepatan dan Kepadatan sebelum polisi tidur
4.4.2.2 Saat Polisi Tidur
f =a v−v2
−b
→ a = 16,377346
b = 0,718344
f =(16,377346 v−v2)
−0,718344
f '=16,377346−2v0=16,377346−2vv=8,188675Tabel grafik hubungan kecepatan dengan kepadatan
f v0 0
93,3463 8,18870 16,3774
37
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
2
4
6
8
10
12
14
16
18
f
v
Kurva Hubungan kecepatan dan Kepadatan saat polisi tidur
4.4.2.3 Sesudah Polisi Tidur
f =a v−v2
−b→ a = 27,690623
b = 1,643643
f =(27,690623 v−v2)
−1,643643
f '=27,690623−2 v
0=27,690623−2 v
v=13,84534453
Tabel grafik hubungan kecepatan dengan kepadatan
f v0 0
116,627 13,845312
38
0 27,6906
0 20 40 60 80 100 120 1400
5
10
15
20
25
30
f
v
Kurva Hubungan kecepatan dan Kepadatan sesudah polisi tidur
4.4.2.4 Kurva Gabungan
39
0 20 40 60 80 100 120 1400
5
10
15
20
25
30
f
v
4.4.3 Kurva hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume4.4.3.1 Sebelum polisi tidur
Tabel Kepadatan, kecepatan, dan Volume kendaraan sebelum polisi tidur
X Y Volume7,0000 13,4806 58,67,2000 11,0853 55,97,3300 9,3574 57,77,5333 11,0633 35,57,6667 14,7349 427,8333 11,1442 47,27,8667 13,2957 61,28,3000 7,5335 61,58,5333 9,4572 67,18,6667 12,4827 47,7
x = Kepadatan
y = Kecepatan
Sebelum
Sesudah
Saat
Kurva gabungan Hubungan kecepatan dan Kepadatan
40
f = a d – b d2
→ a = 20,032491
b = -1,1123
f = 20,03249 d - 1,1123 d2
Titik disumbu X
f = 20,03249 d - 1,1123 d2
→ f = 0
0 = 20,03249 d - 1,1123 d2
d1 = 0
d2 = 18,00997
Titik Max
f = 20,03249 d - 1,1123 d2
f' = 20,03249 - 1,1123 d
→ f’ = 0
d = 9,004986
Tabel grafik hubungan Volume dengan kepadatan
d f
41
0 09,004986 90,1961466518,00997 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 200
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kurva hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume Sebelum polisi tidur
4.4.3.2 Saat polisi tidur
Tabel Kepadatan, kecepatan, dan Volume kendaraan saat polisi tidur
42
x y Volume
7,00009,099
358,6
7,20009,773
755,9
7,330010,49
457,7
7,533311,06
335,5
7,666719,21
142
7,833311,09
247,2
7,86678,841
861,2
8,30008,824
461,5
8,533310,47
267,1
8,66678,921
547,7
x = Kepadatan
y = Kecepatan
f = a d – b d2
→ a = 16,377346
b = - 0,718344
f = 16,377346 d - 0,718344 d2
Titik disumbu X
f = 16,377346 d - 0,718344 d2
43
→ f = 0
0 = 16,377346 d - 0,718344 d2
d1 = 0
d2 = 22,7988
Titik Max
f = 16,377346 d - 0,718344 d2
f' = 16,377346 - 0,718344 d
→ f’ = 0
d = 11,3994
Tabel grafik hubungan Volume dengan kepadatan
d f0 0
11,3994 93,345822,7988 0
0 5 10 15 20 250
102030405060708090
100
Kurva hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume Saat polisi tidur
44
4.4.3.3 Sesudah polisi tidur
Tabel Kepadatan,kecepatan, dan Volume kendaraan saat polisi tidur
x y Volume
716,48
1 58,6
7,214,66
8 55,9
7,3315,26
2 57,7
7,533310,31
4 35,5
7,666720,46
4 42
7,833313,03
1 47,27,8667 19,33 61,2
8,313,51
1 61,5
8,533314,21
2 67,1
8,666711,54
3 47,7
x = Kepadatan
y = Kecepatan
f = a d – b d2
→ a = 27,690623
b = - 1,643643
45
f = 27,690623 d - 1,643643 d2
Titik disumbu X
f = 27,690623 d - 1,643643 d2
→ f = 0
0 = 27,690623 d - 1,643643 d2
d1 = 0
d2 = 16,8471
Titik Max
f = 27,690623 d - 1,643643 d2
f' = 27,690623 - 1,643643 d
→ f’ = 0
d = 8,42355
Tabel grafik hubungan Volume dengan kepadatan
d f0 0
8,42355 116,62716,8471 0
46
0 2 4 6 8 10 12 14 16 180
20
40
60
80
100
120
140
Kurva hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume Sesudah polisi tidur
4.4.3.4 Kurva Gabungan
0 5 10 15 20 250
20
40
60
80
100
120
140
Sebelum
Saat
Sesudah
Kurva Gabungan hubungan Kecepatan, Kepadatan,dan Volume
47
4.4.4 Koefisien Korelasi4.4.4.1 Sebelum Polisi tidur
x y ye y - (y - )2 y- ye (y- ye)2 ye - (ye - )2
7,0000 13,481 11,36348 12,246 2,1171 4,4822 1,235 1,5252 0,8821 0,77827,2000 11,085 11,36348 12,023 -0,278 0,0774 -0,938 0,8795 0,6597 0,43517,3300 9,3574 11,36348 11,879 -2,006 4,0244 -2,521 6,356 0,515 0,26537,5333 11,063 11,36348 11,652 -0,3 0,0901 -0,589 0,347 0,2889 0,08357,6667 14,735 11,36348 11,504 3,3714 11,366 3,2309 10,439 0,1405 0,01977,8333 11,144 11,36348 11,319 -0,219 0,0481 -0,174 0,0304 -0,045 0,0027,8667 13,296 11,36348 11,281 1,9322 3,7335 2,0142 4,0571 -0,082 0,00678,3000 7,5335 11,36348 10,799 -3,83 14,669 -3,266 10,667 -0,564 0,31818,5333 9,4572 11,36348 10,54 -1,906 3,6339 -1,083 1,1724 -0,824 0,67828,6667 12,483 11,36348 10,392 1,1192 1,2527 2,0911 4,3729 -0,972 0,9446
43,377 39,846
(y - )2 = 43,377(y- ye)2 = 39,846Koefisien penentu = ¿¿¿
= 39,84643,377
= 0,918589Koefisien Korelasi = √ Koefisien penentu
= √0,918589
= 0,958431
4.4.4.2 Saat polisi tidur
x y ye y - (y - )2 y- ye (y- ye)2 ye - (ye - )2
7,0000 9,0993 10,779 11,349 -1,68 2,8224 -2,25 5,0609 0,5696 0,32457,2000 9,7737 10,779 11,205 -1,006 1,0112 -1,432 2,0494 0,426 0,18147,3300 10,4935 10,779 11,112 -0,286 0,0817 -0,618 0,3824 0,3326 0,11067,5333 11,0633 10,779 10,966 0,284 0,0807 0,0975 0,0095 0,1865 0,03487,6667 19,2114 10,779 10,87 8,4321 71,1 8,3414 69,579 0,0907 0,00827,8333 11,0923 10,779 10,75 0,313 0,098 0,342 0,1169 -0,029 0,00087,8667 8,8418 10,779 10,726 -1,938 3,7539 -1,885 3,5515 -0,053 0,00288,3000 8,8244 10,779 10,415 -1,955 3,8216 -1,591 2,5303 -0,364 0,13268,5333 10,4718 10,779 10,248 -0,307 0,0946 0,2243 0,0503 -0,532 0,2828
48
8,6667 8,9215 10,779 10,152 -1,858 3,4514 -1,23 1,5133 -0,628 0,393986,316 84,843
(y - )2 = 86,316(y- ye)2 = 84,843Koefisien penentu = ¿¿¿
= 84,31684,843
= 0,98294Koefisien Korelasi = √ Koefisien penentu
= √0,98294
= 0,991433
4.4.4.3 Setelah polisi tidur
x y ye y - (y - )2 y- ye (y- ye)2 ye - (ye - )2
7,0000 16,4809 14,882 16,185 1,5992 2,5574 0,2958 0,0875 1,3034 1,69897,2000 14,6683 14,882 15,856 -0,213 0,0455 -1,188 1,4116 0,9747 0,957,3300 15,2620 14,882 15,643 0,3803 0,1446 -0,381 0,1449 0,761 0,57917,5333 10,3142 14,882 15,309 -4,568 20,862 -4,994 24,944 0,4269 0,18227,6667 20,4641 14,882 15,089 5,5824 31,163 5,3748 28,888 0,2076 0,04317,8333 13,0309 14,882 14,815 -1,851 3,4255 -1,785 3,1847 -0,066 0,00447,8667 19,3300 14,882 14,761 4,4483 19,787 4,5694 20,88 -0,121 0,01478,3000 13,5113 14,882 14,048 -1,37 1,878 -0,537 0,2885 -0,833 0,69448,5333 14,2122 14,882 13,665 -0,67 0,4482 0,5473 0,2995 -1,217 1,48068,6667 11,5432 14,882 13,446 -3,339 11,146 -1,902 3,6194 -1,436 2,0622
91,457 83,748
(y - )2 = 91,457(y- ye)2 = 83,748Koefisien penentu = ¿¿¿
= 83,74891,457
= 0,915702
49
Koefisien Korelasi = √ Koefisien penentu= √0,915702
= 0,956923
4.4.5 Kapasitas dasar Lalu Lintas Jalan RayaH = L + SSSD = 0,28 v + 0,01 v2
Kapasitas per jam =v ×1000
H
Rasio Volume/ Kapasitas = (Volumerata−rata /0,5)× 4
Kapasitas perjamV= kecepatan kendaraan (km/h)H = Rata-rata jarak kendaraan yang satu dengan yang lain dalam (m)L = Rata- rata panjang kendaraan
4.4.5.1 Sebelum Polisi TidurTabel Volume
No x y Volume1 7,0000 13,4806 58,62 7,2000 11,0853 55,93 7,3300 9,3574 57,74 7,5333 11,0633 35,55 7,6667 14,7349 426 7,8333 11,1442 47,27 7,8667 13,2957 61,28 8,3000 7,5335 61,59 8,5333 9,4572 67,110 8,6667 12,4827 47,7Rata-
rata7,7930 11,3635
53,44
x = kepadatany = kecepatanSSD = 0,28 v + 0,01 v2
= 0,28 x 11,36347 + 0,01 x 11,363472
= 4,47
50
H = L + S~> Panjang kendaraan yang ditinjau adalah 4 meter ( L )
= 4 + 4,47= 8,47
Kapasitas per jam =v ×1000
H
= 11,3635×1000
8,47= 1341,617473
Rasio Volume/ Kapasitas = (Volumerata−rata /0,5)× 4
Kapasitas perjam
= (53,44 /0,5)× 4
1341,617473= 0,3187
4.4.5.2 Saat polisi Tidur
51
Tabel Volume
No x y Volume1 7,0000 9,0993 58,62 7,2000 9,7737 55,93 7,3300 10,494 57,74 7,5333 11,063 35,55 7,6667 19,211 426 7,8333 11,092 47,27 7,8667 8,8418 61,28 8,3000 8,8244 61,59 8,5333 10,472 67,110 8,6667 8,9215 47,7Rata-
rata7,7930 10,7793 53,44
x = kepadatany = kecepatanSSD = 0,28 v + 0,01 v2
= 0,28 x 10,7793 + 0,01 x 10,77932
= 4,18H = L + S~> Panjang kendaraan yang ditinjau adalah 4 meter ( L )
= 4 + 4,18= 8,18
Kapasitas per jam =v ×1000
H
= 10,7793× 1000
8,18= 1317,762836
Rasio Volume/ Kapasitas = (Volumerata−rata /0,5)× 4
Kapasitas perjam
= (53,44 /0,5)× 41317,762836
= 0,3244
52
4.4.5.3 Setelah Polisi TidurTabel Volume
No x y Volume1 7,0000 16,4809 58,60002 7,2000 14,6683 55,90003 7,3300 15,2620 57,70004 7,5333 10,3142 35,50005 7,6667 20,4641 42,00006 7,8333 13,0309 47,20007 7,8667 19,3300 61,20008 8,3000 13,5113 61,50009 8,5333 14,2122 67,100010 8,6667 11,5432 47,7000
Rata-rata 7,7930 14,8817 53,4400
x = kepadatan
53
y = kecepatanSSD = 0,28 v + 0,01 v2
= 0,28 x 14,8817 + 0,01 x 14,88172
= 6,38H = L + S~> Panjang kendaraan yang ditinjau adalah 4 meter ( L )
= 4 + 6,38= 10,38
Kapasitas per jam =v ×1000
H
= 14,8817 ×1000
10,38= 1433,689788
Rasio Volume/ Kapasitas = (Volumerata−rata /0,5)× 4
Kapasitas perjam
= (53,44 /0,5)× 4
1433,689788= 0,2982
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Manfaat / fungsi polisi tidur dalam lalu lintas adalah digunakan untuk
pengendalian atau pembatasan terhadap kecepatan kendaraan yang lewat.
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur tentang disain polisi tidur diatur
oleh Keputusan Menteri Perhubungan No: Km. 3 Tahun 1994 tentang
Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, di mana sudut kemiringan
adalah 15% dan tinggi maksimum tidak lebih dari 150 mm.
Sedangkan dimensi polisi tidur yang ada pada Jalan Abu Bakar Ali
Yogyakarta adalah
55
P1 = 5,35 m
P2 = 3,97 m
T = 0.24 m
Jadi dimensi polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali Yogyakarta tidak
memenuhi standar karena tinggi polisi tidurnya 240 mm (>120mm)
dan kemiringannya 19,179 derajat.
Selain itu polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali tidak ditempatkan
pada tempat yang semestinya. Jalan Abu Bakar Ali bukan merupakan
jalan di lingkungan pemukiman atau jalan lokal yang mempunyai kelas
jalan IIIC maupun jalan yang sedang dilakukan pekerjaan konstruksi.
Juga tidak ada rambu lalu lintas yang berupa rambu peringatan jalan
tidak datar. Penempatan polisi tidur pada jalur lalu lintas seharusnya
didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan rambu peringatan
tentang jalan tidak datar.
Orang-orang saat melewati polisi tidur dapat merasakan ketidaknyamanan
bagi pengemudi dan juga penumpang akibat kontur tidak rata pada jalan
yang dipasang polisi tidur. Pengemudi juga cenderung ingin ketepatan
waktu, adanya polisi tidur dapat memperlambat waktu jika dalam keadaan
darurat. Banyak orang yang sengaja memilih mengambil atau
mengalihkan perkalanan lalu lintasnya untuk menghindari polisi tidur.
t
P1
P2
56
Pengemudi juga pastinya kawatir dengan kendaraannya yang bias rusak
akibat polisi tidur, apalagi jika desainnya tidak memenuhi ukuran standar
yang ditetapkan. Orang-orang yang bermukim dekat dengan adanya polisi
tidur juga tentunya merasa ketidaknyamanan berkaitan dengan kebisingan
dan polusi udara. Selain itu ada juga orang yang beranggapan bahwa
polisi tidur dapat membatasi kecepatan kendaraan yang suka mengebut,
sehingga pihak-pihak ini puas dengan adanya polisi tidur.
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya polisi tidur pada Jalan
Abu Bakar Ali Yogyakarta tentunya adalah Pemkot Yogyakarta, Bina
Marga dan Dinas Perhubungan Yogyakarta. Pihak – pihak ini
berkepentingan dengan adanya polisi tidur disebabkan agar dapat
mengontrol kecepatan pengemudi, sehingga arus lalu lintas dapat terjaga
karena Jalan Abu Bakar Ali merupakan wilayah dari kawasan Malioboro
yang sangat padat akan wisatawan yang tentunya berpengaruh dengan
lalu lintasnya.
Efek polisi tidur terhadap Kecepatan, Volume, dan Kepadatan lalu lintas
pada Jalan Abu Bakar Ali.
- Kecepatan
Pada saat kendaraan belum melewati polisi tidur pada Jalan Abu Bakar
Ali kendaraan sudah bersiap – siap dan menurunkan kecepatannya
sampai pada sekitar 40-45 km/jam sehingga pada saat melewati polisi
tidur kendaraan kecepatan kendaraan berkurang sampai kecepatan
sekitar 35-40 km/jam. Karena sifat pengemudi yang biasanya tidak
suka dengan adanya polisi tidur, biasanya pengemudi langsung
memacu kendaraannya setelah mencapai poisi tidur dengan kecepatan
sekitar 50-55 km/jam.
- Kepadatan
Kepadatan rata-rata dijalan Abu Bakar Ali adalah 7-8 kendaraan pada
area sebelum, sesudah, dan saat polisi tidur
57
- Volume
Wilayah Malioboro merupakan pusat wisata, bisnis, perdagangan, dan
pemerintahan yang memiliki daya tarik bagi semua orang. Jalan Abu
Bakar Ali hampir pasti dilewati jika ingin memasuki kawasan
Malioboro, karena itu jumlah volume kendaraan dalam 15 menit
sangatah tinggi sekitar 534 kendaraan yang didominasi oleh sepeda
motor. Kendaraan berat hanya transportasi umum seperti bus yang
boleh memasuki kawasan ini. Dengan ada atau tidaknya polisi tidur
dalam kawasan ini tidak terlalu berpengaruh dengan volume
kendaraan.
- Tingkat Pelayanan
Disini terlihat jelas bahwa tingkat pelayanan pada saat pengemudi
melewati dan saat melewati polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali
sangat lah rendah yaitu pada tingkat pelayanan F dikarenakan adanya
polisi tidur ini sehingga jalan menjadi tidak efisien karena banyak
kendaraan yang mengurangi kecepatannya. Pada saat sesudah
melewati polisi tidur, tingkat pelayanan menjadi pada tingkat E.
Walaupun pada tingkat pelayanan E jalan bukanlah pelayanan yang
baik bagi pengemudi, tapi dengan adanya polisi tidur tingkat
pelayanan yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi.
5.2 Saran
Tujuan tidak jelas dengan adanya polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali harus
dikaji ulang. Dari landasan teori, hasil analisis, dan kesimpulan maka penulis
mencoba membuat suatu saran yang nantinya diharapkan dapat membantu
terciptanya transportasi/ lalu lintas yang lancar, aman, nyaman, tertib dan
teratur,dengan memperhatikan berbagai kondisi. Saran-saran tersebut kami
tujukan khususnya pada pihak-pihak yang berwajib dalam menangani polisi
58
tidur, dalam hal ini Pemkot Yogyakarta, Bina Marga dan Dinas Perhubungan
Yogyakarta
Sebaiknya pemasangan polisi tidur pada Jalan Abu Bakar Ali
perlu dikaji ulang. Hal ini disebabkan oleh karena pemasangan
polisi tidur tidak sesuai standar dan aturan yang berlaku dan
tentunya adanya efek polisi tidur terhadap kecepatan, volume,
kepadatan, dan tingkat pelayanan pada Jalan Abu Bakar Ali.
Jika Jalan Abu Bakar Ali memang layak diberi polisi tidur,
sebaiknya polisi tidur yang sekarang dapat diganti dengan yang
memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan ketidaknyamanan dan berbagai macam masalah
bagi pengemudi kendaraan bermotor.