Download - Laporan Praktikum Ekologi Perairan
1
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
PENENTUAN KUALITAS PERAIRAN
BERDASARKAN PARAMETER FISIKA-KIMIA
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Ekologi Perairan
Dosen: Mardiansyah.M,Si dan Dina Anggraini.S,Si
Disusun oleh :
Binar Setiawan Jori (1111095000022)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya.Sungai memiliki sifat dinamis, maka dalam pemanfaatannya dapat
berpotensi mengurangi nilai manfaat dari sungai itu sendiri dan dampak lainnya dapat
membahayakan lingkungan secara luas. Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen
abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila interaksi
keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang menyebabkan ekosistem perairan itu
menjadi tidak seimbang. Salah satu waduk didaerah ciputat yaitu waduk situ bungur memiliki
fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan yaitu sebagai sumber bahan baku air minum,
mandi, pengairan, daerah wisata.
Praktikum ini dilatarbelakangi oleh keberadaan rumah-rumah penduduk disekitar waduk
yang mempengaruhi kualitas air didaerah situ bungur. Adanya limbah yang berasal dari rumah-
rumah warga dapat mempengaruhi kualitas air dari waduk situ bungur.
Pengaruh tersebut dapat menjadikan kualitas air di lokasi tersebut menurun. Hal ini
berdampak pada ekosistem perairan yang ada di waduk situ bungur. Menurunya kualitas air
berdampak buruk pada ekosistem perairan,salah satu contohnya adalah menurunnya
keanekaragaman jenis ikan yang ada dilokasi tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui karakteristik kualitas air pada suatu
perairan berdasarkan parameter fisika,kimia dan biologi dari perairan waduk situ bungur.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Air sangat mudah terpengaruh oleh berbagai faktor baik secara internal maupun
eksternal. Secara internal, di antaranya adalah wadah air itu sendiri (jenis wadah/tanah, tekstur
tanah, kandungan bahan organik, konstruksi, bentuk dan ukuran kolam), kondisinya, organisme
yang tersedia ada dan yang ditanam serta vegetasi di sekitarnya. Sedangkan secara eksternal,
lingkungannya seperti sumber air (tawar, payau, asin), cuaca/musim dan cara/sistem
pengelolaannya seperti monokultur, polikultur, mixed farming, tradisional, ektensif dan intensif.
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, yang pertamana adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang kedua adalah
pengukuran dengan menggunakan parameter biologi. (Sihotang, 2006)
Menurunnya kualitas dan kuantitas pada lingkungan perairan dapat dikatakan bahwa
lingkungan perairan mengalami kerusakan atau disebut pencemaran. Definisi pencemaran air
menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang penetapan baku mutu lingkungan adalah: masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi
dengan peruntukannya (pasal 1). Sedangkan dalam pasal 2 disebutkan, air pada sumber air
menurut kegunaan/ peruntukannya digolongkan menjadi:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik Negara
4
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan baik yang
dilakukan secara internasional, regional, dan local. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sudah
makin sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari kerusakan lingkungan akibat pencemaran
yang semakin parah. Sehingga untuk mengatasi masalah pencemaran pada lingkungan perairan
ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu :
1. Parameter Fisika, yang meliputi :
Penentuan kualitas fisik air yang meliputi pengamatan bau, warna, dan rasa secara organoleptis.
Derajat keasaman (pH) pada suatu sampel air dapat ditentuka dengan menggunakan kertas
lakmus atau dengan menggunakan alat pH meter yang menggunakan larutan pH standar 7 dan 4.
Kekeruhan pada perairan berhubungan dengan zat padat dalam air dapat merupakan zat padat
terlarut dan zat padat tersuspensi. Pengertian zat padat total meliputi kedua jenis zat padat
tersebut yang berupa bahan-bahan organik maupun anorganik. Kekeruhan pada peraiaran
ditentukan dengan metode turbidimetri dengan menggunaka alat turbidimeter yang
menggunakan larutan standar 0 NTU dan 40 NTU.
2. Parameter Kimia, yang meliputi :
Keberadaan CO2 terlarut terlarut sangat penting bagi kehidupan ekosistem air, kelarutannya
tergantung pada suhu, pH dan banyaknya organisme yang hidup dalam air. Gas CO2 di dalam air
bergabung dengan komponen kapur menjadi CaCO3 yang sebagian sebelum mencapai tingkat
kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali, dan selebihnya akan mengendap sebagai senyawa
karbonat. Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara titrimetri dengan
menggunakan larutan baku NaOH.
Keberadaan O2 terlarut berhubungan dengan proses respirasi biota perairan. Penetapan kadar
oksigen terlarut dapat dilakukan dengan metode titrimetri winkler, yang prinsip dasarnya adalah
oksigen yang terdapat dalam sampel air akan diikat oleh Mn(OH)2. Dimana senyawa Mn(OH)2
akn direaksikan dengan larutan KI dalam suasana asam. I2 yang dibebaskan akan dititrasi dengan
larutan standar Na2S2O3 dan sebagai indicator digunakan amilum.
Keberadaan Kadar oksigen biokimia atau BOD (Biologycal Oxygen Demand) adalah sejumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mendekomposisi dan menstabilkan sejumlah bahan
organik di dalam ekosistem air melalui proses aerobik. Penetapan BOD dapat dilakukan dengan
5
cara menganalisis kadar oksigen terlarutnya pada saat t=0 dan t=5 hari. Selain itu, penetapan
BOD juga dapat dilakukan dengan cara menganalisis kadar oksigen melalui indikator oksidasi
reduksi yaitu metilen biru, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air, dan
ammonia juga dapat dilakukan dengan metode aerasi sampel air uji pada botol winkler.
Keberadaan kadar oksigen kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) yang didasarkan atas
kenyataan bahwa hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dengan bantuan oksida terkuat
dalam kondisi asam. Selama penetapan COD, bahan-bahan organik akan diubah menjadi CO2
dan air tanpa melihat kemampuan asimilasi secara biologis terhadap bahan-bahan tersebut.
Adapun penetapan COD dapat dilakukan dengan metode permanganat atau metode bikromat.
Keberadaan logam alkali tanah yaitu logan kalsium dan magnesium dalan bentuk ionnya yang
bersenyawa dengan sulfat, klorida, kromat, dan bikromat dalam lingkungan perairan dapat
menyebabkan sifat kesadahan. Metode yang digunakan untuk mengukur kesadahan adalah
dengan titimetri dengan larutan standar EDTA serta indikator EBT atau Maurexide pada pH
tertentu.
Kandungan logam berat dalam perairan dapat berupa besi. Perairan yang yang mengandung besi
bila kontak dengan udara akan menjadi keruh dan terlihat tidak menyenangkan karena
terbentuknya endapan koloid ion besi(III) dalam air akibat oksidasi yang terjadi. Metode yang
digunakan untuk menetapkan kadar besi yaitu secara spektofotomerti berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks besi(II)-1,10-fenantrolin. Pada pembentukan senyawa kompleks ini biasanya
ditambahkan senyawa hidroksilamin hidroklorida sebagai reduktor yang akan mereduksi ion
besi(III) menjadi besi(II). Sedangkan untuk pengaturan pH ditambahkan senyawa natrium asetat.
Keberadaan Ion sulfat dapat menyebabkan kesadahan air yang berupa kesadahan tetap dan
menyebabkan turunnya kualitas air. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar sulfat
yaitu metode turbidimetri dengan alat spektofotometri sinar tampak. Metode tersebut
berdasarkan kenyataan bahwa BaSO4 cenderung membentuk endapan koloid dengan hadirnya
larutan NaCl dan HCl. BaSO4 mempunyai kelarutan dalam air kira-kira 3 ppm pada temperatur
biasa. Kelarutan ini bertambah dengan adanya asam-asam mineral karena terbentuk ion hidrogen
sulfat.
Keberadaan ion nitrit, nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, nitrit biasanya tidak
bertahan lama dan merupakan keadaan sementara.
6
BAB 3
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Hari,tanggal : Jumat,22 Maret 2013
Waktu : Pukul 13.30-16.00 WIB
Tempat : Situ Bungur
3.2 Alat dan Bahan
Water sample
Botol sample
Keeping secchi disc
PH meter
DO meter
Turbidimeter
WQC
Sample air waduk situ bungur
3.3 Cara Kerja
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode survey serta
sampling dan analisa data dilaboratorium. Disiapkan alat serta bahan yang diperlukan
dalam praktikum kali ini. Ditentukan plot untuk masing-masing kelompok. Diambil
sample air dari tiap-tiap plot yang ditentukan. Kemudian dilakukan pengukuran derajat
kecerahan air,suhu air,konduktivitas air,PH air, kadar oksigen terlarut dalam air,kadar
CO2,kadar nitrat dan nitrit.
BAB 4
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 1.1 hasil pengamatan uji air waduk situ bungur
No
KELOMPOK/ PLOTPARAMETER FISIKA DAN KIMIA
PH KECERAHAN KEKERUHAN KONDUKTIVITAS DO SUHU TDS SALINITAS
1 Kel 1/ tempat parker7.1
1 12.75 155 0.1828.1
7 30.9 0.118 0.01%
2kel 2/ bekas keramba
7.46 19 154 0.178
7.97 31 0.116 0.01%
3 kel 3/ pos ronda9.0
4 27 149 0.169 7.8 29.19 0.11 0.01%
4 kel 4/ dekat warung11.
2 23 144 0.147.7
3 28.5 0.088 0.01%
5 kel 5/ keramba7.4
7 20.25 141 0.1758.3
3 29 0.114 0.01%
4.2 Pembahasan
Dari data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada kualitas air situ bungur pada plot
satu yaitu lumayan baik. Dilihat dari data pada plot satu diketahui bahwa PH pada plot stu 7.11
dengan kecerahan 12.75,kekeruhan 155 dan konduktivitas 0.182 serta suhu 30.9,TDS
0.118,salinitas 0.01%. hal tersebut masih mendekati dengan standar kualitas air bersih yang
ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut dapat terjadi karena lokasi pada plot satu yang jarang
digunakan oleh aktivitas warga sekitar diwaduk tersebut.
Pada plot kedua yaitu di tempat bekas keramba menunjukan bahwa pada plot tersebut
kualitas airnya masih dapat dikatakan lumayan bagus. Hal ini dikarenakan tempat tersebut tidak
banyak terkena aktivitas warga sekitar. Selain itu tempat tersebut jutga pernah dijadikan lokasi
keramba ikan oleh penduduk sekitar. Hal tersebut juga didukung oleh kondisi air yang tidak bau.
Pada plot ketiga menunjukan bahwa kualitas air pada plpaot tersebut dapat dikatakan
buruk. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya aktivitas warga sekitar. Selain itu pada plot
ketiga juga ditemukan banyak sampah serta air pada plot tersebut mengeluarkan aroma yang
tidak sedap. Penilaian tentang buruknya air pada plot ketiga juga didukung oleh data hasil
8
pengamatan yang menunjukan bahwa kualitas air pada plot ketiga melebihi standar air bersih
yang ada.
Dari pengamatan pada plot ke empat diketahui bahwa kualitas air pada tempat tersebut
dikatakan tidak baik. Hal tersebut dikarenakan dari data hasil pengamatan yang tidak sesuai
dengan standar penilaian kualitas air yang bersih. Buruknya kualitas air pada plot ini disebabkan
oleh banyaknya akitivitas warga yang membuang limbahnya ke daerah sekitar plot pengamatan.
salah satunya adalah pembuangan limbah dari air sabun yang dialirkan ke waduk yang membuat
air PH air waduk disekitar plot tersebut menjadi basa.
Data pengamatan dari plot ke lima diketahui bahwa kualitas air di plot tersebut dapat
dikatakan baik. Hal tersebut didukung oleh kesesuaian data yang diperoleh dengan standar
kualitas air bersih. Hal tersebut dikarenakan hanya sedikit aktivitas manusia yang ada disekitar
plot tersebut. Hal tersebut juga didukung oleh keadaan tempat yang cukup bersih dan airnya
tidak menimbulkan bau tidak sedap,serta plot tersebut dijadikan sebagai keramba.
Dari keseluruhan plot dapat diketahui bahwa kualitas air disitu bungur dapat dikatakan
lumayan bersih atau masih layak digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Sesuai dengan nilai
standar kualitas air bersih. Salah satu contohnya dari PH. Air diwaduk situ bungur memiliki PH
rata-rata yaitu 8.456 mendekati dengan standar kualitas air PH air bersih yaitu 7.5-8.5.
9
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data pengamatan dapat disimpulkan kualitas air disitu bungur masuk ke golongan B
sampai ke C, yaitu air yang dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga serta air yang dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
5.2 Saran
Pada pengamatan uji kualitas air menggunakan parameter fisika dan kimia dibutuhkan
ketelitian agar praktikum berjalan secara maksimal dan data yang diperoleh adalah data yang
valid.
10
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi Perairan .Universitas Gajah Mada press: Yogyakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press: Yogyakarta
Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum.Gita Media Press: Jakarta
Djamal,Zoer’aini.2007.Prinsip-prinsip Ekologi.PT Bumi Aksara: Jakarta
Suriaman, Edi , Juwita. 2008. Uji Kualitas Air .Universitas Islam Negeri Malang press: Malang.
Mardiansyah,Dini,Fauziah.2012.Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan.UIN press: Ciputat
11
LAMPIRAN
Turbidimeter Kertas Indikator (Ph)
Pengambilan sampel dengan botol nansen dan pengukuran kecerahan dengan Secchi disk