29880495 laporan ekologi perairan jpk 07 unsoed

42
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sungai serayu merupakan sungai yang memiliki suatu ekosistem yang dapat dikatakan stabil. Keanekaragaman spesies dapat kita jumpai dan kita lihat disekitar sungai serta yang terdapat di dalam sungi tersebut. Spesies yang terdapat di sana sangat bermacam – macam mulai dari paghotroph berupa herbivora yang besar, karnivora, serta ada pula organisme makro seperti gastropoda, crustacea, pisces, annelida. Namun, mengikuti perkembangan jaman yang ada, penggunaan akan sungai serayu sangat beraneka ragam, seperti digunakan untuk mandi, cuci, tempat buang air besar, irigasi, serta digunakan pula sebagai pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah dari pabrik sekitar. Permasalahan itulah yang membuat mahasiswa perikanan dan kelautan melakukan praktikum di wilayah tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keseimbangan ekosistem khususnya pada bentos, yang mana merupakan organisme makro yang hidup diperairan sebagai pemakan plankton, dan pencerna reruntuk atau substrat.

Upload: zuchdiawati-luthfi-utami

Post on 01-Dec-2015

326 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sungai serayu merupakan sungai yang memiliki suatu ekosistem yang dapat

dikatakan stabil. Keanekaragaman spesies dapat kita jumpai dan kita lihat

disekitar sungai serta yang terdapat di dalam sungi tersebut. Spesies yang terdapat

di sana sangat bermacam – macam mulai dari paghotroph berupa herbivora yang

besar, karnivora, serta ada pula organisme makro seperti gastropoda, crustacea,

pisces, annelida.

Namun, mengikuti perkembangan jaman yang ada, penggunaan akan

sungai serayu sangat beraneka ragam, seperti digunakan untuk mandi, cuci,

tempat buang air besar, irigasi, serta digunakan pula sebagai pembuangan limbah,

baik limbah rumah tangga maupun limbah dari pabrik sekitar.

Permasalahan itulah yang membuat mahasiswa perikanan dan kelautan

melakukan praktikum di wilayah tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui keseimbangan ekosistem khususnya pada bentos, yang mana

merupakan organisme makro yang hidup diperairan sebagai pemakan plankton,

dan pencerna reruntuk atau substrat.

Page 2: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan

bumi jika dibandingkan dengan habitat laut dan darat. Berdasarkan siklus

hidrologi, diketahui jumlah air tawar yang ada di bumi mencapai 1.384.120.000

km, tetapi yang tersedia untuk kehidupan biota air tawar hanya 0,14% atau 193

juta km³ dimana 50% dari jumlah tersebut berada di danau dan 2,75 juta km

berada di sungai. Dalam sungai banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan

organisme baik itu faktor biotik atau faktor abiotik. Faktor tersebut merupakan

faktor pembatas yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui keragaman

organisme dan kelimpahannya. Faktor abiotik terdiri dari faktor fisika dan kimia,

dalam hal ini sangat berperan terhadap kehidupan organisme yang ada di perairan.

Dalam ekositem terdapat pendekatan fungsional yaitu aliran energi dan

siklus materi. Dalam aliran energi terdapat rantai makanan dan jaring –jaring

makanan. Satu tingkatan tropik tersusun atas organisme yang mendapat energi

dari cara dan waktu serta sumber daya yang sama.

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 5-6 November 2008 di sepanjang

Daerah Aliran Sungai Serayu. DAS Serayu yang diteliti terdiri dari daerah

Pegalongan, Somagede, Kembangan, Mandiraja, garung, kejajar.

1.2. TUJUAN

1. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi atau spesies dari

bentik yang ada di suatu perairan daerah aliran sungai serayu.

2. Memberikan pengetahuan kepada praktikan mengenai pengaruh bentik

terhadap suatu perairan

Page 3: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sungai merupakan suatu ekosistem dan habitat bagian organisme aquatik

yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi (Ilyas,

1990). Organisme yang hidup didalamnya dapat berupa benthos, nekton,

maupun plankton. Sungai alami di bentuk oleh aliran air tanah. Sungai terus

mengalami perubahan karena masukan bahan-bahan dari daerah sekitarnya

yang dapat diakibatkan oleh adanya erosi dan dekomposisi tanah. Perubahan

fisiko kimia air akan diikuti oleh perubahan komposisi fauna (Brotowijoyo,

1995).

Menurut Soemarwoto (1980), bahwa sungai dibagi menjadi tiga bagian

antara lain :

1. Hulu sungai, yaitu bagian sungai yang letaknya didataran tinggi, air

mengalir melalui bagian yang curam dan berbatu dengan goncangan dan

arus yang kuat.

2. Hilir sungai, yaitu bagian sungai yang terletak didataran rendah dengan

arus tidak begitu kuat, kecepatan fotosintesis lebih tinggi dan mengandung

banyak bahan organik.

3. Muara sungai, yaitu bagian sungai yang berada hampir mencapai laut,

arusnya yang sangat lambat, banyak mengandung bahan terlarut dan

lumpur dari hilir sehingga membentuk delta yang airnya sangat keruh.

Ekosistem sungai merupakan suatu kesatuan integral dikomponen abiotik

seperti fisiko-kimia dan komponen biotik seperti organisme hidup yang

berhubungan satu sama lain, dan saling berinteraksi membentuk suatu struktur

fungsional. Komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama

lain. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada satu komponen akan

mengakibatkan perubahan pada komponen lain. Perubahan ini dapat

mempengaruhi struktur fungsional ekosistem perairan (Bengen et al, 1994).

Strutur komunitas memiliki lima karakteristik yaitu keragaman, dominasi,

bentuk dan struktur pertumbuhan, kelimpahan relatif serta struktur tropik

Page 4: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

(Krebs, 1978). Keragaman menunjukkan keberadaan suatu spesies dalam suatu

ekosistem. Keragaman yang tinggi menunjukkan suatu ekosistem yang

seimbang, dan memberikan timbal balik atau peranan yang besar untuk

menjaga keseimbangan terhadap perubahan ekosistem. Rendahnya keragaman

menunjukkan suatu ekosistem kurang stabil (Clarck, 1974).

Benthos merupakan jasad nabati maupun hewani yang hidup dipermukaan

dasar perairan. Menurut Barnes dan Mann (1978) Benthos merupakan salah

satu hewan invertebrata yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu, yaitu :

a) Makrobenthos, yaitu invertebrata yang mempunyai ukuran yang

lebih besar dari 1,0 mm (misalnya, Crustacea, Annelida dan

Mollusca).

b) Mikrobenthos, yaitu hewan invertebrata yang mempunyai ukuran

yang lebih kecil dari 0,1 mm.

c) Mesobenthos, yaitu hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1-1,0

mm.

Makroinvertebrata benthik merupakan hewan benthik yang berukuran

lebih dari 1,0 mm dan biasanya terdiri dari Crustacea, Annelida, Insekta dan

Mollusca. Organisme tersebut sebagian atau seluruh masa hidupnya berada

didasar perairan baik yang menggali lubang ataupun yang merayap didasar

perairan. Berdasarkan cara hidup makrobenthos dibagi menjadi dua

(Odum,1971), yaitu :

a) Infauna

Infauna yaitu Hewan yang dalam hidupnya membenamkan diri didalam

sedimen atau menggali lubang atau saluran dasar perairan seperti pada larva

Cironomidae.

b) Epifauna

Epifauna yaitu Hewan benthos yang hidup dipermukaan dasar perairan

dengan cara melekat, merangkak atau merayap didasar perairan, seperti udang,

kepiting dan Gastropoda.

Pergerakan bentik ada yang bersifat pasif dan ada yang bersifat aktif.

Perilaku merapung makro invertebrata yang bersifat aktif dilakukan untuk

Page 5: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

mencari sumber makan dan substrat yang cocok, menghindar dari predator,

menghindari kondisi perairan yang kurang baik akibat adanya cemaran dan

pergerakan yang berhubungan dengan kehidupannya, seperti menetaskan telur,

pupasi dan fase dewasa (Otto, 1986). Sedangkan beberapa individu merapung

pasif yaitu secara tidak sengaja berpindah tempat karena terbawa arus.

Habitat Bentik

Jenis organisme yang membentuk komunitas bentik sangat banyak dari

filum invertebrata, sebagian diwakili oleh sejumlah kecil genus saja, sedangkan

yang lain jumlahnya melimpah baik dalam jumlah individu maupun genus. Filum

invertebrata yang biasanya bertubuh kecil dengan ukuran sejak permulaan

beradaptasi untuk dapat hidup di ruangan yang kecil antara butiran pasir dan

lumpur, dan diwakili oleh banyak individu dan genus. Pada komunitas alami,

genus yang berukuran kecil (<1mm) memiliki ukuran populasi yang besar, laju

penyebaran tinggi dan laju pemusnahan rendah, sifat habitat tersebut diperlukan

untuk menjelaskan kehadiran organisme dan faktor historisnya. ( Odum, 1988 )

Zonasi dan Distribusi bentik

Distribusi bentik dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan Biologi. Faktor-

faktor ini bergantung pada total area permukaan partikel dan ukuran pori

sedimen, dimana hal ini penting untuk kolonisasi bentik. Pola kolonisasi bentik

dipengaruhi oleh kondisi habitat Di perairan laut dangkal, bentik menunjukkan

pola zonasi dan distribusi yang khas baik secara vertikal maupun horizontal.

Zonasi dan distribusi vertikal bentik ini terutama dikontrol oleh tingkat

diskontinuitas potensial redoks (RPD) sedimen, yaitu batas antara sedimen aerob

dan sedimen anaerob. Sementara itu, zonasi dan distribusi horizontal bentik lebih

ditentukan oleh gradien salinitas yang terjadi pada bentik yang hidup di dasar

estuaria, dan juga ditentukan oleh gradien kedalaman air yang terjadi pada bentik

yang hidup di antara perairan paparan benua dan laut dalam (Khasanah, 2002)

Page 6: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Adaptasi Morfologi

Masing-masing bentik memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap

kondisi ekologi sejalan dengan seberapa jauh keberhasilannya mengembangkan

mekanisme adaptasi. Hal tersebut memungkinkan faktor-faktor ekologik

mengatur komposisi dan ukuran komunitas bentik. Dalam menghadapi perubahan

kondisi lingkungan di habitatnya, bentik telah mengembangkan berbagai bentuk

adaptasi morfologi. Adaptasi morfologi yang dimaksud adalah adaptasi ukuran

tubuh, adaptasi bentuk tubuh, penyederhanaan organ dan memperkuat dinding

tubuh serta mengembangkan alat pelekat. Semua organisme bentik berukuran

sangat kecil. Adaptasi yang sangat nyata terhadap lingkungan dinamis adalah

ukuran dan bentuk tubuh. Ukuran tubuh bentik berkisar 0.63–1 mm (63–1.000

µm). Kebanyakan organisme bentik mempunyai bentuk tubuh memanjang atau

seperti plat, dan ada juga berbentuk silinder. Umumnya bentik melakukan

pelangsingan tubuh dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Bentuk tubuh seperti

flat,organisme bentik dapat melekatkan dirinya pada ruang yang sempit pada

butiran sedimen. Adaptasi ini agar bentik dapat tetap tinggal dalam ruang

sedimen yang sempit, sehingga terbebas dari pengaruh selama proses suspensi

kembali (resuspensi) ke atas. Dalam lingkungan sedimen yang gelap, bentik

melakukan adaptasi dengan mereduksi mata dan pigmen tubuhnya (Khasanah,

2002)

Adaptasi Fisiologi

Bentik mampu mengembangkan adaptasi fisiologi terhadap kondisi

lingkungan bentik untuk kelangsungan hidupnya di bawah kondisi yang kurang

oksigen. Adaptasi fisiologi bentik terhadap kandungan oksigen yang rendah

adalah dengan cara:

1) mengurangi (mereduksi) aktivitas dan metabolisme

2) mengembangkan pigmen darah dengan mengikat oksigen yang sangat tinggi

Page 7: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

3) respirasi anaerob dengan menghasilkan dan mengeluarkan hasil akhir

pernafasan.

Kondisi lingkungan bentik yang kurang oksigen ini berkaitan dengan keberadaan

senyawa sulfida (H2S) dalam sedimen .Terkait dengan adaptasi bentik pada

sedimen yang mengandung H2S dengan kondisi oksigen yang rendah, maka

bentik mempunyai hubungan simbiotik yang berkembang sehingga dapat

beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Bentik yang toleran terhadap H2S dan

mampu hidup pada kadar oksigen yang rendah atau miskin oksigen disebut

dengan thiobios. Beberapa bentik yang mampu hidup pada kondisi yang

demikian adalah Nematoda, Ciliata, Platyhelminthes, Gnathostomulida,

Gastrotricha, Oligochaeta dan Aschelmintes .

Adaptasi Perilaku (Behavior)

Perilaku migrasi juga dapat diperlihatkan oleh bentik. Dalam beberapa

kasus, bentik lebih atau kurang mengandalkan transpor pasif oleh arus pasang.

Ketika munculnya pasang, bentik akan ditranspor secara pasif walaupun bentik

bergerak dengan pelan-pelan pada permukaan sedimen. Beberapa bentik dapat

beradaptasi untuk menghadapi pengaruh arus pasang, yaitu dengan

mengembangkan mekanisme organ renang. Bagi bentik yang dapat berenang

secara aktif dapat melakukan migrasi ke kolom air. Pada fase muda, bentik

berenang secara aktif ke lapisan air di atasnya dan disebarkan ke laut oleh arus.

Sementara itu, bentikfase dewasa cenderung berada dekat dasar dan kemudian

disebarkan kembali oleh arus. bentik yang terbawa oleh arus pasang tersebut akan

mengembangkan adaptasi perilaku untuk membuat dan menempati habitat yang

baru (McLay ,1970).

Page 8: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Peranan Ekologis Bentik

Bentik yang menempati sedimen merupakan komponen utama lingkungan

bentik Sebagai fauna interstisial, bentik merupakan komponen penting dalam

ekosistem pantai dan laut. Di sedimen laut, bentik memiliki peranan ekologis

yang sangat penting, yaitu:

1) sebagai penyedia makanan bagi berbagai tingkat trofik yang lebih tinggi;

2) memainkan peranan penting dalam biodegradasi bahan organik;

3) memudahkan biomineralisasi bahan organik dan meningkatkan regenerasi

nutrien;

4) berperan dalam menyuburkan dasar perairan dan meningkatkan produktivitas

bentik;

5) sebagai anggota komunitas bentos yang dapat menyumbangkan pengaruh

interaktif kepada biota laut lainnya melalui kompetisi, simbiosis, predasi dan

asosiasi; dan

6) karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap masukan antropogenik dan bahan-

bahan pencemar, membuatnya sebagai organisme yang baik sekali untuk studi

pencemaran dan digunakan sebagai bioindikator dalam menilai kondisi

lingkungan laut.

Kehadiran bentik dalam suatu ekosistem dapat mempengaruhi struktur

komunitas makrofauna secara nyata. bentik yang berasosiasi dengan ekosistem

tersebut memiliki peranan yang amat penting, yaitu sebagai salah satu mata rantai

penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dari alga planktonik sampai

konsumen tingkat tinggi, dan memberikan kontribusi dalam menopang kehidupan

organisme trofik yang lebih tinggi seperti kepiting, ikan dan udang. Terkait

dengan responnya terhadap lingkungan, bentik mempunyai kepekaan terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi terhadap lingkungannya, sehingga jenis tertentu

dari bentik, seperti Nematoda dan Copepoda sering digunakan sebagai indikator

dalam menyatakan kelimpahan bahan organik. Perbandingan Nematoda dan

Copepoda (rasio N/C) dapat digunakan sebagai alat biomonitoring pencemaran

organik dalam komunitas bentik). Pengaruh utama akumulasi bahan organik

Page 9: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

adalah pengurangan kandungan oksigen dalam sedimen dan selanjutnya

menstimulasi pembentukan lapisan hidrogen sulfida.

Keuntungan menggunakan bentik untuk studi pencemaran adalah:

1) biasanya bentik mempunyai kemampuan untuk bertambah dalam lingkungan

bentik yang terganggu/tercemar, tidak seperti makrofauna;

2) umumnya bentik mempunyai siklus hidup yang pendek (sekitar 30–40 hari),

menghasilkan generasi dalam setahun, organisme yang terekspos

tahanterhadap toksikan dan siklus hidupnya lebih komplit

3) ukuran bentik yang kecil dapat diberikan untuk ukuran sampel yang kecil pula;

4) komunitas bentik sifatnya lebih stabil, baik kualitas maupun kuantitasnya

terhadap musim dan dari tahun ke tahun daripada makrofauna.

Page 10: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

III. MATERI DAN METODE

3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktek ini adalah : jala surber ukuran mata

jala 500 μm dan bukaan mulut jala seluas 25 x 40 cm, plastik, kertas label, botol

film, saringan, pinset, nampan, buku identifikasi, alat tulis, pipet tetes dan kaca

pembesar.

3.2. Bahan

Bahan praktek ini terdiri dari makroinvertebrata dan sample air pada

stasiun pengamatan. Selain itu, digunakan pula bahan-bahan untuk menganalisis

hasil penganbilan sample yaitu : formalin 4%.

3.3. Metode Penelitian

a. Jala surber

Jala surber dipasang melawan arus pada bagian sungai dengan

kedalaman < 0,5 m.

Batuan yang berada di daerah luasan jala di usap-usap dengan

tangan lakukan di muka mulut jala agar hewan masuk ke jala. Batu

yang sudah di usap-usap di keluarkan dari kotak jala.

Jika batu sudah tidak ada lakukan pengadukan substrat dengan

menggunakan tangan.

Lakukan pengambilan semple pada bagian tepi kiri-tengah dan tepi

kanan

Makrobentos yang didapatkan dibersihkan dari bahan-bahan lain

kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik, diberi formalin

hingga menjadi 4%, dan diberi label.

b. Kick sampling

Lakukan pengambilan 2 sample dengan cara mengaduk aduk

substrat dengan kaki tepat di muka kick sample

Page 11: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Berjalan sepanjang 5 m melawan arus dan bukaan sample

menghadap arus

Sample di awetkan dengan menggunakan formalin 4% dan di

masukkan ke dala plastik kemudian di beri label.

Page 12: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.1 Tabel makrobentos di stasiun Pegalongan.

Spesies Jumlah

Diptera 12

Limnea stagnalis 1

Limnea trucatula 2

Limnea polustris 3

Bithynia tentoculata 1

Potamogyrgus jenkisi 2

3

24

1.2 Tabel makrobentos di stasiun Somagede

Spesies Jumlah

Pleuroceridae 1

Hydrobidae 1

viviparidae 1

Horpobdella 4

Histerlimneus 2

Stenocolus 2

Dubiraphia 1

Ritrogena doddsi 5

Aeschna 1

Argia 7

Scissurella 1

Belamyia 2

Page 13: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

1.3 Tabel makrobentos di stasiun Kembangan

Spesies Jumlah

Psehenidae 1

H.elongata 2

P.parasitica 1

Hellobdella lineata 12

Coryganda 4

Ephemera 1

Epicordalia 1

Ienetra 1

Sialis 2

Climcia areolis 1

Chauloides 1

27

1.4 Tabel makrobentos di stasiun Mandiraja

Spesies Jumlah

Mysis 4

Hydropsyche 4

Haliplus 5

13

1.5 Tabel makrobentos di stasiun Sigaluh

Spesies Jumlah

Bithyniidae 1

Hydroblidae 1

Ishnora 5

Belamyia 7

Isoptera 1

Page 14: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

1.6 Tabel makrobentos di stasiun Garung

Spesies Jumlah

Optioservus 2

Dubiraphia 1

Elmidae 2

Capniidae 1

Taeniopterygidae 1

Helophoridae 4

1.7 Tabel makrobentos di stasiun Kejajar

Spesies Jumlah

Zygoptera 1

Odonata 1

Sialidae 1

Athericidae 1

Helophoridae 1

Dytiscidae 1

Dyticus dauricus 1

4.2 Pembahasan

Tabel diatas menunjukkan komposisi dari berbagai macam bentik dari

berbagai ordo, antara lain ordo Odonata, Coleoptera, Mollusca, Megaloptera,

Plecoptera dan lain-lain. Dari sekian banyak ordo yang didapat ternyata yang

paling dominan jumlahnya adalah ordo Ephemeroptera dengan jumlah sbanyak 35

ekor bentik dari 5 macam spesies, dan yang paling sedikit adalah dari ordo

Plecoptera, sedangkan jika melihat dari banyaknya spesies yang ditangkap maka

ordo yang paling dominan adalah dari ordo Coleoptera, Mollusca, dan

Page 15: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

ephemeroptera, dan ordo yang paling sedikit jumlah spesiesnya adalah ordo

Plecoptera. Makrobentos yang paling banyak diperoleh terdapat di statsiun

Somagede karena di sungai tersebut keadaan suhunya tinggi di bandingkan di

statsiun lain, substratnya berupa pasir berlumpur yang merupakan habitat yang

baik untuk benthos.

Pengambilan sample bentik di lakukan di sepanjang sungai serayu mulai

dari stasiun pegalongan, somagede, kembangan, mandiraja, galuh, kajajar, garung.

Tiap sungai mendapatkan sample bentik yang berbeda-beda hal ini di sebabkan

karena habitat bentik tiap sungai berbeda-beda, misalnya pengaruh suhu, ph, arus

dll.

Umumnya perbedaan antara aliran air (sungai) dengan air tergenang

(kolam) terkait dengan tiga kondisi yaitu arus adalah faktor yang paling penting

mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air, pertukaran tanah dan

air relatif lebih ekstensif pada aliran air yang menghasilkan ekosistem yang lebih

terbuka dan suatu metabolisme komunitas tipe “Heterotropik” ( Odum, 1988 )

Zona air tenang tidak sesuai dengan bentik permukaan tetapi cocok untuk

penggali nekton dan pada plankton. Larva Diptera, simulium, Blepharocera dan

Hydropsyche merupakan hewan air pada aliran deras dan air terjun (Koesbiono,

1979)

4.2.1 Habitat Bentik

Jenis organisme yang membentuk komunitas bentik sangat banyak dari

filum invertebrata, sebagian diwakili oleh sejumlah kecil genus saja, sedangkan

yang lain jumlahnya melimpah baik dalam jumlah individu maupun genus. Filum

invertebrata yang biasanya bertubuh kecil dengan ukuran sejak permulaan

beradaptasi untuk dapat hidup di ruangan yang kecil antara butiran pasir dan

lumpur, dan diwakili oleh banyak individu dan genus. Pada komunitas alami,

genus yang berukuran kecil (<1mm) memiliki ukuran populasi yang besar, laju

penyebaran tinggi dan laju pemusnahan rendah, sifat habitat tersebut diperlukan

untuk menjelaskan kehadiran organisme dan faktor historisnya. ( Odum, 1988 )

Page 16: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

4.2.2. Zonasi dan Distribusi bentik

Distribusi bentik dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan Biologi. Faktor-

faktor ini bergantung pada total area permukaan partikel dan ukuran pori

sedimen, dimana hal ini penting untuk kolonisasi bentik. Pola kolonisasi bentik

dipengaruhi oleh kondisi habitat Di perairan laut dangkal, bentik menunjukkan

pola zonasi dan distribusi yang khas baik secara vertikal maupun horizontal.

Zonasi dan distribusi vertikal bentik ini terutama dikontrol oleh tingkat

diskontinuitas potensial redoks (RPD) sedimen, yaitu batas antara sedimen aerob

dan sedimen anaerob. Sedangakn, zonasi dan distribusi horizontal bentik lebih

ditentukan oleh gradien salinitas yang terjadi pada bentik yang hidup di dasar

estuaria, serta ditentukan oleh gradien kedalaman air yang terjadi pada bentik

yang hidup di antara perairan paparan benua dan laut dalam (Goldman & A.J

Harni,1983).

4.2.3. Adaptasi Morfologi

Masing-masing bentik memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap

kondisi ekologi sejalan dengan seberapa jauh keberhasilannya mengembangkan

mekanisme adaptasi. Hal tersebut memungkinkan faktor-faktor ekologik

mengatur komposisi dan ukuran komunitas bentik. Dalam menghadapi perubahan

kondisi lingkungan di habitatnya, bentik telah mengembangkan berbagai bentuk

adaptasi morfologi. Adaptasi morfologi yang dimaksud adalah adaptasi ukuran

tubuh, adaptasi bentuk tubuh, penyederhanaan organ dan memperkuat dinding

tubuh serta mengembangkan alat pelekat. Semua organisme bentik berukuran

sangat kecil. Adaptasi yang sangat nyata terhadap lingkungan dinamis adalah

ukuran dan bentuk tubuh. Ukuran tubuh bentik berkisar 0.63–1 mm (63–1.000

µm). Kebanyakan organisme bentik mempunyai bentuk tubuh memanjang atau

seperti plat, dan ada juga berbentuk silinder. Umumnya bentik melakukan

Page 17: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

pelangsingan tubuh dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Bentuk tubuh seperti

flat mengakibatkan organisme bentik dapat melekatkan dirinya pada ruang yang

sempit pada butiran sedimen. Adaptasi ini agar bentik dapat tetap tinggal dalam

ruang sedimen yang sempit, sehingga terbebas dari pengaruh selama proses

suspensi kembali ke atas (resuspensi). Dalam lingkungan sedimen yang gelap,

bentik melakukan adaptasi dengan mereduksi mata dan pigmen tubuhnya.

4.2.4. Adaptasi Fisiologi

Bentik mampu mengembangkan adaptasi fisiologi terhadap kondisi

lingkungan bentik untuk kelangsungan hidupnya di bawah kondisi yang kurang

oksigen. Adaptasi fisiologi bentik terhadap kandungan oksigen yang rendah

adalah dengan cara:

1) mengurangi (mereduksi) aktivitas dan metabolisme

2) mengembangkan pigmen darah dengan mengikat oksigen yang sangat tinggi

3) respirasi anaerob dengan menghasilkan dan mengeluarkan hasil akhir

pernafasan.

Kondisi lingkungan bentik yang kurang oksigen ini berkaitan dengan

keberadaan senyawa sulfida (H2S) dalam sedimen .Terkait dengan adaptasi bentik

pada sedimen yang mengandung H2S dengan kondisi oksigen yang rendah, maka

bentik mempunyai hubungan simbiotik yang berkembang sehingga dapat

beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Bentik yang toleran terhadap H2S dan

mampu hidup pada kadar oksigen yang rendah atau miskin oksigen disebut

dengan thiobios. Beberapa bentik yang mampu hidup pada kondisi yang

demikian adalah Nematoda, Ciliata, Platyhelminthes, Gnathostomulida,

Gastrotricha, Oligochaeta dan Aschelmintes .

4.2.5. Adaptasi Perilaku (Behavior)

Perilaku migrasi juga dapat diperlihatkan oleh bentik. Dalam beberapa

kasus, bentik lebih atau kurang mengandalkan transpor pasif oleh arus pasang.

Page 18: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Ketika munculnya pasang, bentik akan ditranspor secara pasif walaupun bentik

bergerak dengan pelan-pelan pada permukaan sedimen. Beberapa bentik dapat

beradaptasi untuk menghadapi pengaruh arus pasang, yaitu dengan

mengembangkan mekanisme organ renang. Bagi bentik yang dapat berenang

secara aktif dapat melakukan migrasi ke kolom air. Pada fase muda, bentik

berenang secara aktif ke lapisan air di atasnya dan disebarkan ke laut oleh arus.

Sementara itu, bentikfase dewasa cenderung berada dekat dasar dan kemudian

disebarkan kembali oleh arus. bentik yang terbawa oleh arus pasang tersebut akan

mengembangkan adaptasi perilaku untuk membuat dan menempati habitat yang

baru (Mc Lay,1970).

4.2.6 Peranan Ekologis Bentik

Bentik yang menempati sedimen merupakan komponen utama lingkungan

bentik, sebagai fauna interstisial, bentik merupakan komponen penting dalam

ekosistem pantai dan laut. Di sedimen laut, bentik memiliki peranan ekologis

yang sangat penting, yaitu:

1) Sebagai penyedia makanan bagi berbagai tingkat trofik yang lebih tinggi;

2) Memainkan peranan penting dalam biodegradasi bahan organik;

3) Memudahkan biomineralisasi bahan organik dan meningkatkan regenerasi

nutrien;

4) Berperan dalam menyuburkan dasar perairan dan meningkatkan

produktivitas bentik;

5) sebagai anggota komunitas bentos yang dapat menyumbangkan pengaruh

interaktif kepada biota laut lainnya melalui kompetisi, simbiosis, predasi dan

asosiasi; dan

6) karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap masukan antropogenik dan

bahan-bahan pencemar, membuatnya sebagai organisme yang baik sekali

untuk studi pencemaran dan digunakan sebagai bioindikator dalam menilai

kondisi lingkungan laut.

Page 19: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Kehadiran bentik dalam suatu ekosistem dapat mempengaruhi struktur

komunitas makrofauna secara nyata. Bentik yang berasosiasi dengan ekosistem

tersebut memiliki peranan yang amat penting, yaitu sebagai salah satu mata rantai

penghubung dalam aliran energi dan siklus materi dari alga planktonik sampai

konsumen tingkat tinggi, dan memberikan kontribusi dalam menopang kehidupan

organisme trofik yang lebih tinggi seperti kepiting, ikan dan udang. Terkait

dengan responnya terhadap lingkungan, bentik mempunyai kepekaan terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi terhadap lingkungannya, sehingga jenis tertentu

dari bentik, seperti Nematoda dan Copepoda sering digunakan sebagai indikator

dalam menyatakan kelimpahan bahan organik. Perbandingan Nematoda dan

Copepoda (rasio N/C) dapat digunakan sebagai alat biomonitoring pencemaran

organik dalam komunitas bentik, karena jika di suatu perairan msih terdapat

banyak bentik, berarti perairan tersebut tingkat pencemarannya masih kecil.

Pengaruh utama akumulasi bahan organik adalah pengurangan kandungan oksigen

dalam sedimen dan selanjutnya menstimulasi pembentukan lapisan hidrogen

sulfida.

Keuntungan menggunakan bentik untuk studi pencemaran adalah:

1) Biasanya bentik mempunyai kemampuan untuk bertambah dalam lingkungan

bentik yang terganggu/tercemar, tidak seperti makrofauna, sehingga dalam

perairan tercemarpun ada sebagian bentik yang masih dapat berkembang biak.

2) Umumnya bentik mempunyai siklus hidup yang pendek (sekitar 30–40 hari),

menghasilkan generasi dalam setahun, organisme yang terekspos tahan

terhadap toksikan dan siklus hidupnya lebih komplit sehingga bentik menjadi

tahan terhadap pencemaran lingkungan.

3) Ukuran bentik yang kecil dapat diberikan untuk ukuran sampel yang kecil

pula sehingga bentik dapat diteliti dengan menggunakan mikroskop.

4) Komunitas bentik sifatnya lebih stabil, baik kualitas maupun kuantitasnya

terhadap musim dan dari tahun ke tahun daripada makrofauna, sehingga

keberadaan bentik tetap konstan.

Page 20: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

4.2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunitas bentik

Komposisi genus dan kelimpahan individu bentik dapat dikontrol dan

dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik faktor fisika, kimia maupun biologi.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah: ukuran partikel sedimen, suhu, dan arus

(faktor fisika); salinitas, oksigen, pH dan sedimen, dan bahan organik sedimen

(faktor kimia); bioturbasi dan pemangsaan/predasi (faktor biologi). Komunitas

Bentik dipengaruhi oleh karakteristik fisika-kimia sedimen selama habitat

sedimen terekspos cukup lama (Barus,2002).

Arus

Arus dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi organisme bentik di

suatu habitat, serta mempengaruhi kebiasaan makan bentik. Apabila arus sungai

deras maka kebiasaan makan bentik akan lebih besar karena arus membawa

sumber dan nutrisi makanan, distribusi bentiknya pun menjadi lebih meluas.

Bentik taksa Gastrotric lebih menyukai daerah yang kecepatan arusnya rendah,

karena karakteristik hidup bentik taksa Gastroric menempel pada substrat,

sehingga jika arus deras bentik jenis ini akan kesulitan untuk menempel pada

substratnya (Allan,1988).

Suhu

Suhu perairan dipengaruhi oleh musim, komposisi sedimen, sirkulasi udara,

kekeruhan, penutupan awan, air hujan, luas permukaan perairan yang langsung

mendapat sinar matahari, aliran dan kedalaman perairan. Suhu merupakan salah

satu faktor lingkungan perairan yang berperan mengendalikan kondisi ekosistem

perairan dan dapat mempengaruhi sifat fisik-kimia perairan dan fisiologi

organisme. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi

kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan

kelarutan gas dalam air dan menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi

bahan organik oleh mikroba. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan

Page 21: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme perairan, dan

akhirnya mengakibatkan penurunan kandungan oksigen terlarut (Kennish, 1990).

Salinitas

Secara umum,bentik dapat hidup dengan keragaman yang tinggi pada berbagai

tipe salinitas di perairan yang berbeda mulai dari perairan tawar, payau hingga

perairan laut. Hal ini mengindikasikan bahwa keragaman bentik yang tinggi di

dalam komunitasnya, menyebabkan bentik memiliki tingkat adaptasi yang tinggi

dalam berbagai tipe salinitas. Salinitas di dalam sedimen dapat berfluktuasi baik

secara spasial maupun secara temporal. Secara spasial, gradien salinitas dapat

terjadi baik secara vertikal maupun horizontal, sedangkan secara temporal

bergantung pada musim dan siklus pasang surut air laut (Higgins & Thiel, 1988).

Ketersediaan Oksigen

Oksigen merupakan faktor penting dalam lingkungan bentik. Hampir semua

sedimen laut mempunyai lapisan oksidasi pada permukaan, sedangkan bagian

bawahnya merupakan lapisan anoksik dengan komposisi kimia yang berbeda.Pada

lapisan sedimen yang oksik terdapat organisme bentik yang berlimpah,sedangkan

di lapisan yang anoksik terdapat meiofauna tertentu yang dapat hidup dalam

keadaan anaerob. Organisme bentik yang hidup di bawah kedalaman tersebut akan

menghadapi kondisi yang bebas oksigen (Alian,1995).

Sumber utama oksigen terlarut di perairan adalah berasal dari:

1) Aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air (lamun) dan fitoplankton;

2) Difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air melalui lapisan

permukaan sehingga proses aerasi dapat berlangsung terus;

3) Agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya ombak atau gelombang;

Page 22: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

4) Aliran air/arus; dan

5) melalui air hujan.

kandungan oksigen terlarut dapat berkurang disebabkan oleh:

1) Respirasi biota perairan;

2) Pemakaian dalam proses dekomposisi bahan organik secara biokimia;

3) Pemakaian dalam proses dekomposisi bahan anorganik secara kimia;

4) Kenaikan suhu dan salinitas terutama pada daerah pasang-surut. Perubahan

salinitas lebih kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan pengaruh suhu

terhadap konsentrasi oksigen di laut.

Page 23: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah :

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan bentik di sungai Serayu

antara lain kecepatan arus, derajat keasaman air, penetrasi cahaya, dan

substrat dasar.

Praktikan dapat mengetahui komposisi atau spesies dari bentik yang ada di

suatu perairan daerah aliran sungai serayu dengan mengambil samplenya

langsung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas bentik, yaitu ukuran partikel

sedimen, suhu, dan arus (faktor fisika); salinitas, oksigen, pH dan Eh

sedimen, dan bahan organik sedimen (faktor kimia); bioturbasi dan

pemangsaan/predasi (faktor biologi).

Page 24: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

DAFTAR PUSTAKA

Alian, J. D. 1995. Stream Ecology Structure & Function of Running Water .

London

Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan : Universitas Sumatera

Utara.

Goldman. & A. J. Harni. 1983. Limnology. California : Mc Graw Hill.

Khasanah, H. A. 2002. Distribusi & Keragaman Hewan, Makrobenthos di

Waduk Jambar. Kabupaten Klaten. Purwokerto: Fakultas Bilogi

Unsoed.

Koesbiono. 1979. Ekologi Perairan. Bogor. IPB. Animals entering the drift

of a stream. J. Fish. Res Bd Can.27 : 359-370

Mc Lay, C. 1970. A theory concerning the distance traveled by

Nubakken, n. 1998. Biologi Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta : Gramedia

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology .Philadelpia : WB Sounders

Odum, T. Howard.1992. ekologi system. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press. Rajawali.

Otto, C and Sjostrom. 1986. Behavior of Drifting Insect Larvae.

Hydrobiology.131 : 77-86.

Soemarwoto,O.I.Gandjar, A.H.Nasation, S.Soemartono dan L.K.

Somadiharta.1980.Biologi Umum II. Gramedia, Jakarta.

Page 25: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

MAKROBENTHOS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERAYU

Oleh

BUS A

Kelompok 1

Galuh Retno H1G007012Saeful Amri H1G007022Nur’aini H1G007038Dini Nur Muslimah H1H007004Fatno H1H007018Dian Trianasari H1K007003

Wedy Sigit H1K007010Indra Warman H1K007014Heri Irwansyah H1K007018

Reny Nurlina. W H1I008001 Mahendra H1I008009 Irawan JIA004006 Saut Stiven.O.M JIB005023 M.Jindar JIB006033

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2008

Page 26: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmatdan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Laporan ini ditujukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas terstruktur mata

kuliah Ekologi Perairan. Penyusunan laporan ini berdasarkan pada praktikum di

sepanjang sungai Serayu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu, Asisten Dosen

dan teman-teman kelompok 1 sehingga laporan ini dapat diselesaikan, kritik dan

saran yang bersifat membangun dari teman-teman sangat kami harapkan untuk

lebih menyempurnakan laporan. Semoga laporan ini berguna untuk teman-teman,

dan dapat menambah pengetahuan. Kurang lebihnya kami mohon maaf.

Page 27: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

MAKROBENTHOS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SERAYU

Oleh

BUS A

Kelompok 1

Galuh Retno H1G007012Saeful Amri H1G007022Nur’aini H1G007038Dini Nur Muslimah H1H007004Fatno H1H007018

Dian Trianasari H1K007003 Wedy Sigit H1K007010

Indra Warman H1K007014Heri Irwansyah H1K007018

Reny Nurlina. W H1I008001 Mahendra H1I008009 Irawan JIA004006 Saut Stiven.O.M JIB005023 M.Jindar JIB006033

DisetujuiPurwokerto, 12 Desember 2008

Dosen

Asisten

Page 28: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Drs. Setijanto Msc.St Very Rahmawati NIP : 131 698207 NIM : J1A006001

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

PENGGUNAAN BENTIK SEBAGAI BIOINDIKATOR

Oleh

BUS A

Kelompok 1

Galuh Retno H1G007012Saeful Amri H1G007022Nur’aini H1G007038Dini Nur Muslimah H1H007004Fatno H1H007018

Dian Trianasari H1K007003 Wedy Sigit H1K007010

Indra Warman H1K007014Heri Irwansyah H1K007018

Reny Nurlina. W H1I008001 Mahendra H1I008009 Irawan JIA004006 Saut Stiven.O.M JIB005023 M.Jindar JIB006033

DisetujuiPurwokerto, 12 Desember 2008

Page 29: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

Dosen

Asisten

Drs. Setijanto Msc.St Very Rahmawati NIP : 131 698207 NIM : J1A00600

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

PENGGUNAAN BENTIK SEBAGAI BIOINDIKATOR

Oleh

BUS A

Kelompok 1

Galuh Retno H1G007012Saeful Amri H1G007022Nur’aini H1G007038Dini Nur Muslimah H1H007004Fatno H1H007018Dian Trianasari H1K007003

Wedy Sigit H1K007010Indra Warman H1K007014Heri Irwansyah H1K007018

Reny Nurlina. W H1I008001 Mahendra H1I008009 Irawan JIA004006 Saut Stiven.O.M JIB005023 M.Jindar JIB006033

Page 30: 29880495 Laporan Ekologi Perairan JPK 07 UNSOED

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2008