Download - Laporan Pendahuluan CA Mammae
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Carsinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan
dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara
(Karsono, 2006).
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari
bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
C. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan
wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005, hal : 43-46)
D. Manifestasi klinis
Menurut William Godson III. M. D
1. Tanda carsinoma
Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak,
massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carsinoma
Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun
dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
E. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel –
sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae
telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )
F. Pathways
G. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran
limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan
adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka.
Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin
lesionyang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastatis ini seperti
pula mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion.
Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis sebagai
gambaran obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa
fraktur kompresi.
1. Metastatis melalui sistem vena
Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan
terjadinya metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula
terjadi metastasis ke vertebra secara langsung, melalui vena-vena kecil yang
bermura ke v. interkostalis, dimana v. interkostalis ini akan bermuara ke dalam
vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastatis tumor
ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena.
2. Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe
Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah
bening regional.
a. Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar getah
bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah yang
terkena.
b. Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar getah
bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena
metastatis. Menurut beberapa penyelidikan, hampir 90% metastatis kekelenjar
aksila adalah kekelenjar getah bening sentral.
c. Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
d. Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikula
e. Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ke
kelenjar getah bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan
kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.
f. Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastatsis ke
kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini belum jelas. Bila
metastatasis tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila
akan mengenai payudara kontralateral lebih dulu.
Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila kontra
lateral tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis
tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah payudara
kontralateral, melalui kolateral limfatik.
g. Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikula
Bila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening
subklavikula, ini berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central
limfatik terminus yang terletak dekat pertemuan v. subklavikula dan v.
jugularis interna. Bila sentinel nodes yang terletak disekitar grand central
limftik terminus telah terkena metastasis, dapat terjadi statis aliran limfe,
sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah bening
supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut. Penyebaran ini
disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke
kelenjar subklavikula secara langsung ke kelenjar subklavikula tanpa melalui
sentinel nodes.
h. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna
Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering
dari yang di duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan
kwadran medial. Dan biasanya terjadi setelah Metastasis ke aksila.
i. Metastasis ke hepar
Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke hepar
melalui sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi bagian
bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama
vasa epigastrika superior. Bila terjadi Metastasis ke kelenjar preperikardial,
akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi aliran balik limfe ke hepar, dan
terjadi metastasis ke hepar.
H. Klasifikasi TNM ca mammae
1. Tumor primer (T)
a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
- kanker intraduktal atau lobuler insitu
- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 : Tumor < 2 cm
- T1a : Tumor < 0,5 cm
- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
- T1c : Tumor 1 – 2 cm
e. T2 : Tumor 2 – 5 cm
f. T3 : Tumor diatas 5 cm
g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit.Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus
anterior, tidak termasuk otot pektoralis
- T4a : Melekat pada dinding dada
- T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah
payudara yang sama
- T4c : T4a dan T4b
- T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b. M0 : Tidak ada metastase jauh
c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
I. Stadium
1. Stadium 0 : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya
didalam payudara yang normal.
2. Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara.
3. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.
4. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
5. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.
6. Stadium IIIb : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau dinding dada.
7. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada.
J. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan
kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.
K. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan
contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi
dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi
aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila,
kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal:1596–
1600)
Rencana Asuhan Keperawatan
Ca Mammae
Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur mis, nyeri, ansietas, berkeringat malam, pekerjaan atau profesi dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi sters (mis, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spritual), menyangkal diagnosis , perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol,
depresi.
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pola eliminasi mis : diare
Tanda : perubahan pada bisisng usus, distensi abdomen
5. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet) anoreksia, mual/ muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada
berat badan hebat, kakesia, berkurangnya masa otot
Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit: edema
6. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dengan derajat bervariasi misalnya dengan ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (tidak dihubungkan dengan proses penyakit).
8. Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan sseseorang merokok).
Pemajanan abses.
9. Keamanan
Gejala : pemajanan pada kimia, toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlebihan
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
10. Seksualitas
Gejala : masalah seksual misalnya : dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan, nuli gravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
Herpes genital.
11. Interaksi sosial
Gejala : ketidak adekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasaan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
Perencanaan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa
tumor ditandai dengan ;
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke
kanan.
DO :
- Klien nampak meringis,
- Klien nampak sesak,
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria :
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
- Nyeri tekan tidak ada
- Ekspresi wajah tenang
- Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
intervensi selanjutnya.
b. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
e. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat
nyeri tidak dipersepsikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
- Klien mengeluh badan terasa lemah.
- Klien tidak mau banyak bergerak.
DO : klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
- Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
- Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada
keterbatasan gerak.
b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam
gerakan dan postur.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
- Ekspresi wajah tampak murung.
- Tidak mau melihat tubuhnya.
DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria :
- Klien tampak tenang
- Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan,
sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat
dikenali dan diukur.
b. Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran
diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan
tubuh.
c. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian
prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,
mendekati normal.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah ditandai dengan :
DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
- Klien jarang bicara dengan pasien lain
- Klien nampak murung
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria :
- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
- Klien dapat menerima efek pembedahan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah
b. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses
adaptasi.
c. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
DO :
- Adanya balutan pada luka operasi.
- Terpasang drainase
- Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi.
- Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi
sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses
infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
- Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
- Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
a. Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang
akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program
terapi.
b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan
pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume
sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
c. Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan,
dan meningkatkan perasaan sehat.
d. Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan
menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
e. Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih
ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang
mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
- Klien mengeluh lemah.Ø
DO :
- Setengah porsi makan tidak dihabiskan
- Klien nampak lemah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Nafsu makan meningkat
- Klien tidak lemah
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan
dalam tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan
nutrisi sedikit demi sedikit.
c. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
d. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi
penambah tenaga.
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk
kebutuhan energi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC