Download - laporan diskusi pemicu 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu B
Warga Mengeluh Pelayanan Puskesmas Asal-asalan
Pelayanan di sejumlah Puskesmas rawat inap di kabupaten jember
belum memuaskan. Sejumlah pasien mengaku pelayanan tidak maksimal
dan terkesan asal-asalan. “Yang paling banyak dikeluhkan adlah kebrsihan
ruangan dan lingkungan puskesmas. Sehingga banyak warga yang rawat
inap di Puskesmas tidak betah dan lebih memilih ke rumah sakit swasta atau
balai pengobatan.” Ujar warga jember.
Pengakuan warga ini sesuai temuan Forum Peduli Kesehatan
Masyarakat (FPKM) hasil bentukan Yayasan Pemberdayaan Intensif
Kesehatan Masyarakat (Yapikma). Dari temuan ini diketahui banyak
keluhan terhadap puskesmas yang mayoritas keluhan karena kurang
maksimalnya pelayanan.
Hal ini dibeber Mardiono, Ketua FPKM Silo II, saat acara Replikasi
Program Bantua teknis Kinerja USAID Paket persalinan aman, Inisiasi
Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di gedung PPNI Jember, Kamis (21/11).
Menurutnya, tahun 2013 ini ada 30 keluhan masyarakat atas pelayanan dan
juga fasilitas di Puskesmas. Diantaranya terkait pelayanan yang kurang
memuaskan. “Ya kebanyakan dalam hal pelayanan yang kurang
memuaskan,” ujar Mardiono yang merupakan koordinator FPKM Silo II.
Hal serupa dibeber Mulyani, koordinator FPKM Mayang. Menurutnya
di wilayah Puskesmas Mayang, juga ditemukan banyak keluhan dari
masyarakat. “ Kami menemukan 29 keluhan yang semuanya merupakan
keluhan tentang pelayanan yang kurang maksimal dari Puskesmas,”
ungkapnya.
Sementara Koordinator Bidang Kesehatan Yapikma, Prof. Rika
Subarniyati menjelaskan, Yapikma dibentuk untuk menjembatani
kepentingan masyarakat dengan provider kesehatan. “Dalam hal ini adalah
Puskesmas,” ujarnya. Untuk Jember ada 4 Puskesmas garapan Yapikma
karena tahun 2012, Puskesmas ini merupakan wilayah dengan jumlah
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tertinggi di Jember. “Dari
sini kemudian Yapikma menjadi pendamping yang salah satu faktornya
menurunkan jumlah AKI dan AKB,” jelas Rika. Dijelaskan, berdasarkan
peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan, setiap Puskesmas harus
menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Hal itu acapkali tidak bisa
maksimal. Karena jika dilaksanakan maksimal akan tercapai kepuasan
masyarakat.
Sementara dr. Teguh Wibowo, Kepala Puskesmas Mayang menilai
bahwa adanya pengawasan dan menjadi kritik kepada petugas adalah hal
penting. Semisal temuan 29 keluhan masyarakat oleh FPKM. Bukan lantas
menjadikan pihaknya marah. Namun sebagai motivasi membangun lebih
baik. “Dengan adanya temuan ini, kami bisa membenahi kinerja seluruh
system yang ada di Puskesmas,” ujarnya.
Sementara, Bambang Suwartono, Kadinkes Jember menjelaskan,
banyaknya perguruan tinggi di bidang kesehatan ternyata belum member
kontribusi utuh kepada perubahan system kesehatan di Jember. Menurutnya,
faktornya salah satunya adalah para pelaku kesehatan masih banyak yang
bergerak saat ada kucuran dana. “Diharapkan dengan FPKM, Forum Peduli
Kesehatan dan pengawas lain, petugas bisa terpantau melayani masyarakat
dengan baik,” ujarnya. (roy).
1.1. Klarifikasi dan Definisi
-
Kata Kunci:
a. Pelayanan tidak maksimal
b. Kucuran dana
c. Puskesmas
d. SPM(standar pelayanan minimal)
e. Sistem kesehatan
1.2. Rumusan Masalah
Keluhan Pasien rawat inap mengenai pelayanan Puskesmas yang tidak
maksimal di Puskesmas Jember
1.3.Analisis Masalah
Citra Puskesmas
Jember
Persepsi pasien
(dimensi process cognitif)
Kualitas Jasa
(Tangible, Reliable, Responsiveness, Assurance,
Emphaty)
Kepuasan pasien
Faktor penghambat
Loyalitas pelanggan
Feedback
Pindah/cari tempat lain
Merekomendasikan secara positif
Tetap/tidak pindah ke yankes lain
1.3. Hipotesis
Puskesmas Jember harus meningkatkan kualitas jasa untuk meningkatkan kepuasaan pasien
1.4. Pertanyaan Diskusi
1. Apa definisi dan tujuan dari Puskesmas?
2. Apa saja fungsi dari Puskesmas?
3. Apa upaya dan asas yang dianut dalam penyelenggaraan Puskesmas?
4. Jelaskan mengenai UKM dan UKP!
5. Bagaimana manajemen Puskesmas?
6. Apa syarat mendirikan Puskesmas?
7. Jelaskan mengenai SPM!
8. Jelaskan mengenai Manajemen Pelayanan Kesehatan!
9. Bagaimana masalah pelayanan di Kalbar, khususnya daerah 3T?
10. Bagaimana cara mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puskesmas1
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah menyelenggarakan
sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan. Pembangunan Kesehatan
maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan. Pertanggung jawaban
secara keseluruhan ada diDinkes dan sebagian ada di Puskesmas. Wilayah
Kerja dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil
a. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat
Indikator Kecamatan Sehat:
(1) Lingkungan sehat,
(2) Perilaku sehat,
(3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
(4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
b. Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
2.2 Fungsi Puskesmas 2,3
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Apabila dilihat dari
fungsinya Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu :
a. Pusat penggerak pembanguanan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masrakat untuk hidup sehat,
berperan aktif adalah memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,
keluarga, dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi
dan situasi, khusunya social budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi :
1. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehtan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberatasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
2.3 Upaya dan Azas penyelenggaraan Puskesmas4
Puskesmas memiliki dua upaya kesehatan yang harus dijalankan yaitu;
a. Upaya kesehatan Wajib upaya berdasarkan komitmen nasional, regional
dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah
Indonesia.
b. Upaya Kesehatan Pengembangan upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas
Berikut adalah Upaya Kesehatan Wajib yang harus dilaksanakan dalam
suatu Puskesmas:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah,
2. Upaya Kesehatan Olah Raga,
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,
4. Upaya Kesehatan Kerja,
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata,
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut,
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Dalam menjalankan tugasnya Puskesmas juga harus menganut Azas
Penyelenggaraan seperti :
a. Azas Pertanggungjawaban Wilayah →bertanggung jawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
b. Azas Pemberdayaan Masyarakat → Puskesmas wajib memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
c. Azas Keterpaduan
2.4 UKM dan UKP 5,6
Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan penggunaan zat aditif, pengamanan narkotika, psikotropika,
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. UKP mencakup upayaupaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga
termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran
fisik dan kosmetika.
Kedua upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan
berbagai upaya kesehatan penunjang. Upaya penunjang untuk UKM antara
lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan pelayanan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya. Sedangkan
upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah layanan laboratorium klinik,
apotek, optik, dan toko obat
2.5 Manajemen Puskesmas7
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas
perlu ditunjang oleh manajeman Pelayanan Puskesmas yang baik.
Manajemen Pelayanan Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan
efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas
akan membentuk fungsi-fungsi manajeman.
Berikut beberapa model manajemen dan fungsi penjabarannya :
1. Model PIE (planning, implementation, evaluation)
2. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)
3. Model P1 – P2 – P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasan-
pengendalian-penilaian)
4. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum
komunikasi)
5. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring,
evaluasi)
Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai fungsi
manajemen yang sama. Setiap puskesmas bebas menentukan model
manajemen yang ingin diterapkan, namun yang terpenting mempunyai hasil
sebagai berikut :
1. Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
yang ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)
2. Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai
berkembangnya UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta makin
aktifnya BPP (badan penyantun puskesmas) dan BPKM (badan peduli
kesehatan masyarakat) dapat dijakdikan indikator meningkatnya partisipasi
masyarakat setempat.
3. Makin bagusnya pemberdayaan keluarga dengan ditandainya IPKS (indeks
potensi keluarga sehat)
4. Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya
cakupan program (baik program kesehatan dasar maupun program kesehatan
pengembangan). Serta kualitan pelayanan kesehatan yang ditandai dengan
tingginya kepatuhan petugas kesehatan dan makin baiknya kepuasan pasien.
Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan upayanya,
Puskesmas dilengkapi dengan instrumen manajemen yang terdiri dari :
1. PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas)
Perencanaan tingkat Puskesmas akan memberikan pandangan menyeluruh
terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan dan menjadi
tuntunan dalam proses pencapaian tujuan Puskesmas secara efisien dan
efektif. Perencanaan Puskesmas merupakan inti kegiatan manajemen
Puskesmas, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh
perencanaan. Dengan perencanaan Puskesmas, memungkinkan para
pengambil keputusan dan pimpinan Puskesmas untuk menggunakan sumber
daya Puskesmas secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk menjadikan
organisasi dan manajemen Puskesmas efektif dan berkinerja tinggi diawali
dari perencanaan efektif.
2. Lokakarya mini
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas
Puskesmas dan petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral)
untuk meningkatkan kerjasama tim, memantau cakupan pelayanan
Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara terpadu agar dapat
meningkatkan fungsi Puskesmas.
3. PKP (Penilaian Kinerja Puskesmas)
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan dan pembinaan kesehatan
masyarakat telah di bangun Puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu.
2.6 Syarat berdirinya Puskesmas6
Syarat berdirinya puskesmas di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 pasal 9 sampai pasal 12.
Pasal 9:
(1) Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
(2) Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) Puskesmas.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
(4) Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
(5)
Pasal 10
(1) Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan
gedung negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
(1) Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja,
serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam member pelayanan
bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan
lanjut usia.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
(1) Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan.
(2) Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
Pasal 13
(1) Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan;
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan
l. kendaraan ambulans.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai dengan
Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara
berkala agar tetap laik fungsi.
Pasal 15
(1) Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 16
(1) Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga
non kesehatan.
(2) Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah
kerja, dan pembagian waktu kerja.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
(4) Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi,
dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 17
(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja.
(2) Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat
izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
(2) Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 19
(1) Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi criteria ketenagaan,
sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.
(2) Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
2.7 Standar Pelayanan Minimal7
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM
Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota maka jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota ada 4 (empat) jenis, yaitu;
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa, dan
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Indikator untuk masing-masing jenis pelayanan kesehatan tersebut dirinci dalam
paparan sebagai berikut:
Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
4. Cakupan pelayanan nifas
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
6. Cakupan kunjungan bayi
7. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
8. Cakupan pelayanan anak balita
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 -24 bulan
gakin
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) & setingkat
12. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin.
Pelayanan Kesehatan Rujukan
1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota.
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
1. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam.
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Cakupan Desa Siaga Aktif.
Total jumlah indikator di tingkat Kabupaten/Kota ini mencapai 18 (delapan belas)
indikator. Semua indikator akan dilakukan proses pembuatan turunan menjadi
indikator Puskesmas/Kecamatan, kecuali indikator Jenis Pelayanan Rujukan yang
nomor 2; yaitu ‘Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota’. Hal ini dikarenakan
indikator ini hanya ada di tingkat Kabupaten/Kota.
2.8 Manajemen Pelayanan Kesehatan8
Dalam kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan
baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah atau ilmu seni tentang bagaiman
menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif serta rasional untuk
mencapai tujuan ini disebut manajemen, sedangkan untuk mengatur kegiatan –
kegiatan aau pelayanan kesehatan masyarakat disebut “Manajemen Pelayanan
Kesehatan Masyarakat “. Manjemen Kesehatan merupakan penerapan manajemen
umum dalam system pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek atau sasaran manajemen adalah system pelayanan kesehatan masyarakat
Fungsi manajemen menurut bebrapa ahli ialah :
1) GR.Terry : Planning, organizing , actuating , controlling.
2) Henry Fayol : Planning , organizing , commanding , coordinating , controlling.
3) Koontz o Donnel : Planning, organizing, staffing, directing, controlling.
Secara garis besar ialah:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian ( Organizing)
3. Penyusunan personalian ( Staffing )
4. Pengkoordinasian ( Coordinating)
5. Penyusunan anggaran ( Budgeting).
2.9. Pelayanan Kesehatan di daerah 3T9,10
Isu prioritas yang harus segera ditangani di Daerah Tertinggal, Perbatasan,
dan Kepulauan (DTPK) di antaranya adalah masalah akses terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu, pemenuhan SDM Kesehatan yang diikuti dengan
distribusi SDM tersebut secara merata, serta sistem rujukan di instalasi kesehatan.
Permasalahan utama sistem rujukan terletak pada pelayanan kesehatan tambahan
seperti puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas dengan rumah sakit terdekat.
Keterbatasan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut menyebabkan
kualitas kesehatan masyarakat di wilayah perbatasan masih tergolong rendah,
selain dikarenakan kondisi lingkungan permukiman dan cara hidup masyarakat
yang kurang sehat.
Masalah kesehatan di Kalbar (sambas)
Permasalahan yang dialami puskesmas Sajingan Besar dalam melayani
kesehatan masyarakat dalam gedung atau di luar gedung adalah kurangnya tenaga.
Kurangnya jumlah transportasi juga menjadi permasalahan tersendiri. Peralatan
yang dimiliki puskesmas sangat minim
sekali.
Hal ini sangat berpengaruh pada pemberian pelayanan yang diberikan,
sebagai contoh pemeriksaan Tuberkulosis (TB) yang tidak bisa dilakukan sampai
tuntas karena pemeriksaan sputum harus ke puskesmas Sambas, dan seringnya
dilakukan rujukan diakibatkan puskesmas tidak memiliki peralatan yang lengkap.
Ketersediaan obat di puskesmas Sajingan Besar juga sangat minim sekali.
Permintaan obat ke Dinas Kesehatan tidak semua bisa terpenuhi, melainkan
tergantung stok yang ada. Kondisi rumah dinas untuk petugas puskesmas tidak
kalah memprihatinkan. Jumlah rumah dinas untuk paramedis tidak sesuai dengan
jumlah petugas yang ada.
Adapun masalah yang muncul di puskesmas di daerah perbatasan yaitu:
- Yankes yang kurang
- Akses kurang
- Geografis sulit
- Juml penduduk sedikit, tersebar dlm kelompok kecil dan berjauhan
2.10 Prinsip menilai indeks kepuasaan11
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam
Keputusan Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian
dikembangkan menjadi 14 unsur yang "relevan”, “valid" dan "reliabel”, sebagai
unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan
tanggung jawabnya)
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besamya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Puskesmas Jember harus meningkatkan kualitas jasa pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan kepuasan pasien dengan menerapkan manajemen
pelayanan kesehatan yang baik.
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di Era
Desentralisasi (DRAFT). Jakarta: Balai Pustaka; 2004.
2. Adisasmito Wiku. Sistem Kesehatan . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2007
3. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-
2009. Jakarta: Balai Pustaka; 2005
4. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan, Nomor:
128/Menkes/ SK/ II/ 2004, Tentang Pelayanan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka 2004
5. Departemen kesehatan RI. Sistem kesehatan nasional. Jakarta: Balai Pustaka
2009.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/Menkes/Per/Vii/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
8. Syafrudin. Organisasi manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Trans info
Media. 2010
9. Lestari, Trp. Pelayanan Kesehatan Di Daerah Tertinggal, Perbatasan, Dan
KepulauanVol. V, No. 12. 2003
10. Suharmiati, Handayani L, Kristiana L. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Daerah Terpencil Perbatasan
Di Kabupaten Sambas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 15 No. 3 Juli
2012: 223–231
11.Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah