Download - konservasi gigi perawatan saluran akar
MAKALAH KONSERVASI:
PRINSIP PERAWATAN,TEKNIK PREPARASI DAN OBTURASI
SALURAN AKAR
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Konservasi Gigi 2
Penyusun:
Septina Anggun Putri (04121004031)
Dosen Pembimbing:
drg.Ulfa Yasmin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
1
PERAWATAN SALURAN AKAR
Perawatan saluran akar adalah suatu perawatan di dalam kedokteran gigi
dimana pada perawatan tersebut sebagian atau seluruh jaringan pulpa diangkat dan
kemudian di tumpat dengan bahan pengis saluran akar (gutta percha). Perawatan
saluran akar mempunyai berbagai tahapan yang kompleks. Keberhasilan dari
perawatan saluran akar tergantung pada keahlian operator dan ditunjang dengan
pengetahuan yang benar tentang tahapan-tahapan perawatan saluran akar. Perawatan
saluran akar ini mempunyai fungsi mempertahankan gigi yang telah terinflamasi
maupun yang telah mati supaya tetap berada pada lengkung rahang, tentunya dengan
berbagai pertimbangan.
Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan seluruh pulpa
gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem
saluran akar sehingga gigi dapat menjadi unit fungsional, dalam lengkung rahang.
Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan terapi saluran akar mungkin diperlukan pada
kasus dimana rencana perawatan mencakup pembuatan overdenture atau bila susunan
angulasi akar terhadap mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau core.
Dewasa ini mulai mencoba penggunaan laser sebagai preparasi saluran akar,
selain penggunaan alat-alat Nickel-Titan yang sangat fleksibel. Dalam melakukan
perawatan endodonti, ada 3 hal utama yang perlu diperhatikan, yaitu mikrobiologi,
anatomi gigi, dan teknik perawatan yang dilakukan.
A. PRINSIP PERAWATAN SALURAN AKAR
Prinsip utama pada perawatan saluran akar adalah:
1. Preparasi saluran akar, preparasi akses dilakukan sampai harus
bisa melewatkan instrument ke kamar pulpa lancar dan tanpa
hambatan. Dapat menggunakan instrument file dan reamer sesuai
kegunaanya.
2. Debridement atau pembersihan saluran akar dilakukan dengan cara
mengerok dinding saluran akar serta menggunakan bahan irigasi
untuk melepaskan debris atau iritan serta melarutkan/
menghancurkan iritan dari saluran akar.
2
3. Menghaluskan dinding saluran akar, dilakukan dengan
menggunakan bahan glyserin yang bertujuan untuk mendapatkan
kelancaran di dalam melakukan pengisian saluran akar nantinya.
Suatu preparasi saluran akar dianggap selesai jika:
a. Pulpanya bersih sampai serupa dengan warna dentin
b. Masuknya instrument lancar di dalam saluran akar
c. Dinding saluran akar sudah cukup halus
d. Cukup lebar untuk pengisian saluran
Gambar 1.Contoh preparasi saluran akar
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan juga untuk mengikuti
suatu konsep perawatan PSA sebagai berikut:
1. Pemakaian isolator karet (rubber dam) dan desinfeksi pada gigi yang
dipreparasi.
Isolator karet merupakan satu-satunya usaha perlindungan yang pasti
terhadap kontaminasi bakteri dari ludah dan tertelannya alat saluran akar yang
tidak sengaja. Semua tindakan endodontik harus dilakukan dengan
menggunakan isolator karet. Pada beberapa kasus, pertama perlu mengganti
dinding kavitas yang hilang dengan amalgam atau menyemen suatu ban baja
anti karat untuk mencegah penjepit isolator karet terlepas dari gigi.
3
Gambar 2. Rubber dam
2. Pembuangan semua karies dengan bur tajam dalam putaran rendah.
Jaringan lunak harus ditangani dengan lemah lembut dan semua
trauma harus dihindari. Bur yang tajam dengan putaran rendah dapat
memberikan hasil yang baik karena akan dapat mempreparasi saluran akar
tanpa menimbulkan panas berlebihan yang dapat menimbulkan trauma pada
gigi.
3. Penggunaan instrumen yang steril.
Begitu isolator karet dipasang, gigi dan isolator harus diseka secara
cermat dengan kapas yang dibasahi dengan antiseptik yang cepat menguap dan
tidak mengotori. Alat-alat/instrumen pertama-tama harus dibersihkan dari
debris tanpa memandang cara yang digunakan untuk sterilisasi. Alat-alat
saluran akar dan alat-alat lain disterilisasi dengan autoklaf, tetapi proses ini
menyebabkan instrumen baja karbon menjadi berkarat.
4. Pelebaran semua kanal utama dalam panjang dan penampang yang tepat
Instrumen jangan sampai dimasukkan saluran akar melebihi foramen
apikal. Pertimbangan masak dapat membantu mencegah komplikasi ini, tetapi
stop instrumen lebih dapat dipercaya bagi pemula dan dokter gigi lama yang
berpengalaman. Untuk mencegah agar instrumen tidak melampaui foramen,
suatu stop mekanis atau diskusi karet atau plastik dapat dipasang di atas
instrumen dan disesuaikan kurang dari panjang gigi dari apeks ke permukaan
insisal atau oklusal. Dalam setiap hal, radiograf harus diteliti secara hati-hati,
dan operator harus mempunyai gambaran ukuran panjang dan garis bentuk
saluran sebelum melewatkan instrumen saluran akar ke dalam gigi.
4
5. Membuang semua debris (debridement) dan menghindari tersorongnya
debris ke apikal.
Merupakan suatu dasar pembedahan bahwa luka yang terinfeksi harus
dibersihkan terlebih dahulu secara mekanis. Demikian juga halnya bahwa
saluran akar yang terinfeksi harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris.
Jaringan yang sudah didevitalisasi mendorong pertumbuhan bakteri, sedang
jaringan sehat menahan pertumbuhan tersebut. Bila ahli bedah pada awalnya
membersihkan luka dari kotoran, maka dokter gigi juga harus mengambil
semua bahan nekrotik di dalam saluran akar secepat mungkin.
6. Secara intensif dan sesering mungkin melakukan irigasi saluran akar
dengan cairan desinfektan. Bila perlu, bahan antibakterial dimasukkan
ke dalam saluran akar.
Hal ini tentunya untuk mengeliminasi seluruh bakteri saluran akar
yang dapat berkembang biak pada saluran akar tersebut.Selian itu, cairan
irigasi juga berfungsi sebagai pelumas dan pelunak jaringan pulpa serta
mengurangi resiko patahnya instrumen sehingga mempermudah preparasi
saluran akar.
7. Kavitas harus ditutup dengan baik, tidak boleh dibiarkan terbuka
Kavitas yang dibiarkan terbuka akan menyebabkan bakteri masuk
kembali sehingga sterilisasi yang dilakukan percuma.
8. Saluran akar harus diisi penuh dengan bahan pengisi saluran akar yang
yang bervolume stabil, tidak diresorpsi dan bersifat biokompatible.
Setiap bahan yang digunakan pada tubuh manusia tentunya harus
biokompatibel agartidak menimbulkan iritas iatau penyakit lainnya. Bahan
pengisi saluran akar yang biasa digunakan dan sudah diuji biokompatibilitas
adalah gutta percha. Selain itu, bahan pengisi saluran akar harus lah
bervolume stabil dan idak diresorpsi agar tidak terbentuk celah pada tumpatan.
5
Gambar 3. Guttta Percha
9. Ditambal bahan restorasi sehingga celah/kebocoran sekecil mungkin.
Dalam endodontik, dikenal istilah hermetis yang artinya tumpatan pada
saluran akar tidak memiliki celah atau penuh. Keadaan hermetis harus dicapai
dalam suatu PSA agar tidak terdapat celah yang mungkin akan mengakibatkan
karies sekunder.
10. Bila menemui kasus seperti kista atau abses,drainase harus dilakukan.
Jika dijumpai infeksi luas dan pembengkakan, dokter bedah biasanya
membuat suatu insisi untuk mengadakan drainase. Jika dijumpai suatu abses
alveolar akut dengan banyak edema, drainase harus segera dilakukan, baik
melalui saluran akarmaupun insisi, ataupun dengan keduanya. Perluasan dan
keadaan pembengkakan menentukan pilihan pada tiap kasus. Drainase melalui
saluran akar lebih baik karena memungkinkan keluarnya nanah dan gas yang
tertahan. Untuk menentukan apakah gas disebabkan oleh mikroorganisme
dalam saluran akar.
Trefinasi sebagai cara mengurangi rasa sakit telah digunakan sekali-
kali. Dengan trefinasi dimaksudkan pembuatan suatu jalan lintasan suatu
bedah pada daerah apeks gigi, biasanya dibuat dengan bur atau bur khusus.
Maksud trefinasi adalah mendapatkan suatu salura untuk keluarnya nanah dan
darah, meringankan tekanan cairan atau gas yang tertimbun pada tulang-
rahang.
6
B. TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR
Preparasi saluran akar bertujuan untuk :
a. Membersihkan rongga pulpa dan saluran akar dari sisa jaringan pulpa,
kotoran, dentin yang lunak atau terinfeksi
b. Menghilangkan obstruksi
c. Melebarkan saluran akar sehingga meninggikan daya kerja antibiotik, obat-
obatan pada bagian yang terinfeksi.
d. Menghaluskan dinding saluran akar sedemikian rupa sehingga pengisian
saluran akar yang akan dilakukan menjadi lebih baik.
Namun sebelumnya, personil dental harus mengenal alat-alat atau instrument
yang masing-masing dibuat untuk tujuan tertentu.
Sesuai fungsinya alat-alat endodonsi adalah sebagai berikut:
1. Alat persiapan awal:Paket peralatan dasar,bur,rubber dam
2. Alat untuk preparasi saluran akar
a. Mencari Orifice:Jarum miller
b. Hand instrument:Jarum ekstirpasi,reamer,file
Gambar 4. File instrument
c. Alat saluran akar dengan bantuan listrik:handpiece
d. Alat pengukuran saluran akar elektronik
e. Alat pengukur, jangka dan penggaris
f. Alat untuk mengeluarkan alat endodonti yang patah dan pasak
3. Alat pengisian saluran akar
a. Kondensasi lateral dan vertikal
b. Pemadatan termokemis
c. Suntikan gutta percha termoplastis
d. Kondenser endodonti endotec
e. File saluran akar spiral
4. Peralatan untuk menyimpan dan sterilisasi alat
7
TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR
Ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan pada preparasi saluran akar.
Sebelum membahas teknik preparasi saluran akar, makalah ini akan membahas
sedikit mengenai preparasi kamar pulpa dan ekstirpasi.
Preparasi kamar pulpa/pembuatan jalur masuk kavitas
a. Saluran akar tunggal: Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau
tapered fissure diamond bur dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel
sampai menembus jaringan dentin dan diteruskan sampai atap pulpa terbukan
dengan kedalaman 3mm.Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi
sampai menembus R.Pulpa sehingga ditemukan orifice. Gunakan tapered fissure
untuk membentuk dinding cavity entrance divergen ke arah oklusal atau insisal
samapi jarum miller dapat masuk dengan lurus, setelah terasa tembus maka
orifice dicari dengan menggunakan jarum miller.
b. Saluran akar ganda: Pembutan cavity entrance menggunakan round bur atau
tapered fissure diamond bur pada tengah fossa di bagian oklusal.Setelah
kedalaman preparasi mencapai dentin, preparasi dilanjutkan menggunakan
fissure diamond bur sampai ditemukan orifice tiga saluran akar.
Gambar 5. Preparasi kamar pulpa
Teknik ekstirpasi pulpa
Setelah kavitas jalan masuk diselesaikan dan setelah pengambilan seluruh atap
kamar pulpa, pulpa diambil dengan ekskavator sendok endodontik yang tajam. Kamar
diirigasi dengan larutan sodium hipoklorit 5% dan dikeringkan. Setelah itu, orifice
ditemukan dengan probing menggunakan eksplorer endodontik atau jarum miller
(smooth broach) disekitar alur anatomik yang terletak pada dasar kamar pulpa atau
8
pada sudut titik yang dibentuk oleh dinding dan dasar kamar pulpa dan menuju
saluran akar.
Setelah saluran saluran ditemukan dan ditembus, harus diselidiki dengan
broach halus atau alat endodontik kecil. Panjang kerja gigi yang sebenarnya juga
harus ditentukan. Ekstirpasi pulpa dan debridemen makroskopik saluran akar adalah
langkah selanjutnya. Harus digunakan barbed broach (jarum ekstirpasi), yang
digunakan untuk ekstirpasi seluruh pulpa dan untuk pengambilan debris nekrotik dan
bahan asing lainnya dari saluran akar.
Preparasi Saluran Akar
Gambar 6.Preparasi Saluran Akar
Teknik Konvensional:
1. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada
gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna.
2. Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K.
3. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi
stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi.
Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang
insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar.
4. Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil.
Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga
lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step
atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.
5. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang
lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk
9
membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah.
Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril,
bahan irigasi tyerakhir yang dipakai adalah aquadest steril.
6. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila
masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk
mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah
satu).
7. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang ter
infeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian
saluran akar.
Gambar 7.Preparasi Saluran Akar Teknik Konvensional
Teknik Step Back
a. Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang
bengkok dan sempit pada 1/3 apikal.
b. Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga
preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat
dengan gerakan berputar.
c. Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau
lentur.
d. Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomor terkecil:
No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja
File No. 25 : Master Apical File (MAF)
No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF
10
No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF
No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF
No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst
e. Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja
dengan file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar
karena serbuk dentin yang terasah.
f. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan
saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.
Gambar 8.Preparasi Saluran Akar Teknik Step Back
Teknik Balance Force
a. Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex
b. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar
searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam.
c. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja.
d. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD)
- GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical
- GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm
- GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm
- GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm
- GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm
e. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45
f. Dilakukan irigasi
11
Keuntungan balance force :
Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula
Mencegah terjadinya ledge dan perforasi
Mencegah pecahnya dinding saluran akar
Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks
Teknik Crown Down Presureless
Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal
(19 mm)
Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator)
Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK)
Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK)
Irigasi NaOCl 2,5%-5%
Keuntungan balance force :
a. Teknik disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari
teknik step back.
b. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang lebar dengan
apeks yang kecil (tirus).
c. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA dan
RB.
d. Saluran akar sedapat mungkin dibersihkan dengan baik sebelum
instrument ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya
ekstruksi dentin ke jaringan periapeks dapat dikurangi.
e. Menggunakan instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun
digerakkan mesin.
C. OBTURASI SALURAN AKAR
Obturasi siap dilakukan setelah saluran akar dibersihkan dan dipreparasi sesuai
dengan ukuran dan kelembaban yang optimum. Menurut Grossman, material saluran
akar dibagi menjadi material plastis, solid, semen, dan pasta. Grossman juga
menyatakan bahwa terdapat 10 syarat material saluran akar yang ideal, yang berlaku
untuk material metal, plastis dan semen yaitu:
1. Harus mudah dimasukkan ke saluran akar
12
2. Harus dapat mengisi dinding lateral saluran akar
3. Mengalami pengerutan setelah dimasukkan kedalam saluran akar
4. Harus tahan terhadap kelembaban
5. Bersifat bakteriostatik, atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
6. Bersifat radiopak
7. Tidak memberi perwarnaan terhadap struktur gigi
8. Tidak mengiritasi jaringan periradikular
9. Bersifat steril
10. Mudah dikeluarkan dari saluran akar jika dibutuhkan
Namun untuk menemukan bahan yang benar-benar sesuai tidaklah mudah.Bahan
yang biasanya digunakan adalah:
Untuk gigi sulung, pasta zinc oxide eugenol, iodoform dan kalsium hidroksida
paling sering digunakan.
Untuk gigi permanen, sealer berbasis OSE (ZOE/ zinc oxide eugenol) sering
digunakan. OSE digunakan karena riwayat keberhasilan berlangsung lama;
kualitas positif mengalahkan aspek negatifnya sewarna gigi, waktu pengerasan
sangat lambat, tidak adhesive, larut.
Teknik Pengisian Saluran Akar
a. Teknik single cone
Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvensional.
Tahapan :
- Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik
- Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian
dimasukan kedalam saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai
panjang kerja dan diputar berlawanan jarum jam.
- Guttap point kering ( diulas dengan pasta ) dimasukan ke dalam saluran akar.
- Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang
ujungnya telah di panasi dengan Bunsen burner hingga membara.
b. Teknik Kondensasi Lateral
13
Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back. Sering digunakan
hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok /
abnormal
Tahapan :
- Pencampuran pasta
- Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan)
- Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai
dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan
spreader.
- Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di
tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat
masuk dalam saluran akar
- Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah
dipanasi.
Gambar 9.Teknik Obturasi Kondensasi Lateral
c. Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas)
U ntuk pengisian saluran akar dengan teknik step back.
Menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca
yang telah dilunakan dengan panas kearah vertical dan dengan demikian
menyebabkan guttap perca mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar
Tahapan :
- Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang
digunakan dipaskah pada saluran dengan cara step back
- Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen
- Kerucut disemen
- Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas
14
- Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca.
Sebagian terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar.
- Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan
vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong
guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal
- Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai
guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran
dalam 3 dimensi – foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan
tambahan guttap perca panas.
Gambar 9.Teknik Obturasi Kondensasi Vertikal
d. Metode seksional (teknik pluger)
Dapat digunakan untuk mengisi saluran kearah apikal dan lateral
Teknik menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu
bagian 1/3 saluran akar / ujung apikal
Tahapan :
- Dinding saluran akar dilapisi semen
- Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam
sterilitator garam panas (1011)
- Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran
yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm
- Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke
dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan kea
rah vertical
- Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap
perca yang dimasukan
- Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi
15
- Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas
nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical
untuk memampatkan pengisi
e. Metode kompaksi
- Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan
plastisitasnya
- Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus
- Menggunakan metode step back
f. Metode Inverted cone
- Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang
tidak dapat diisi dengan kerucut guttap perca secara lepas
g. Metode Role Gutta perca
- Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Grossman, Louis I.1995. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa. Rafiah
Abiyono. Ed ke-11. Jakarta: EGC
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and
management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & febiger.
Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta :
Hafizh.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya
Medika.
Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Alih bahasa: Narlan S. Lilian J. Ed. Ke-3.
Jakarta:EGC
17