i
KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA
PENGURANGAN RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR DI
DESA TEMPUR KECAMATAN KELING KABUPATEN
JEPARA TAHUN 2018
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Aulia Annisa
NIM. 3201414070
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ketika kata saja sudah mengatakan menyerah, tetapi harapan selalu berbisik, coba
sekali lagi, coba sekali lagi (penulis)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan
kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Sapari Supartono dan Ibu Sri Umiyati, yang
senantiasa mendoakanku dan memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
2. Adik tercinta Ifan Arizal, yang senantiasa mendoakan dan mendukungku
sampai saat ini.
3. Alamamaterku Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Sosial,
Pendidikan Geografi.
4. Bapak dan Ibu Pengajar Jurusan Geografi Pendidikan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Unversias Negeri Semarang.
5. Teman-teman mahasiswa pendidikan geografi 2014, yang selama ini telah
memberikan bantuan, dukungan selama menempuh pendidikan.
vi
6. Sahabat-sahabatku Gotik Family, Riri Safitri, Amalia Fitria, Khikmatul
Ulum, Ellayati Rafsanjani, Ika Ayu Setyoningsih, Fattika Herawati, Mira
Mufidatur, Qurrota A’yuni Saniya, Maharani Candra Dewi, Dwi Puji
Warsih, dan Muhammad Teguh terimakasih atas dukungan, kepedulian,
bantuan dan pengalaman yang telah diberikan.
7. Kawan-kawanku, Desi Riyana, Puput Okky, Sukma Mulliana, Ika Nur dan
Nur Solichah terimakasih selalu memberikan dukungan serta bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bidikmisi Universitas Negeri Semarang.
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi yang
berjudul “Kapasitas Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Tanah Longsor di Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Tahun
2018” dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Geografi di Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fatkhur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
Studi Strata di Universitas Negara Semarang.
2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan perijinan dan mengesahkan skripsi
ini.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi perijinan
selama proses penyusunan skripsi.
4. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyawati, M.Si, dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, dan mengarahkan
dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
ix
SARI
Annisa, Aulia. 2018. Kapasitas Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Risiko
Bencana Tanah Longsor di Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara.
Skripsi, Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si.
Kata Kunci : Kapasitas Masyarakat, Upaya Pengurangan Risiko Bencana, Tanah
Longsor
Bencana tanah longsor yang sering terjadi di Desa Tempur, tidak hanya
disebabkan oleh kondisi fisik desa, akan tetapi juga penggunaan lahan yang tidak
sesuai. Oleh karena itu, dibentuklah desa tangguh bencana untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kapasitas masyarakat dalam menghadapi
bencana tanah longsor dan menganalisis upaya pengurangan risiko bencana tanah
longsor yang telah dilakukan di Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten
Jepara.
Populasi dalam penelitian adalah penduduk Desa Tempur sebanyak 1233
KK. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling
dengan penentuan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh
sampel berjumlah 92 KK. Variabel dalam penelitian ini kapasitas masyarakat dan
pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes, angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas masyarakat dibedakan
berdasarkan kapasitas mitigasi, kapasitas kesiapan, dan kapasitas bertahan hidup.
Kapasitas mitigasi di Desa Tempur cenderung cukup baik dengan rata-rata
persentase 70,21%. Kapasitas terhadap kesiapan cenderung ke sikap sangat setuju
dalam menghadapi bencana tanah longsor dengan rata-rata persentase 54%.
Sedangkan kapasitas bertahan hidup dibedakan berdasarkan strategi adaptasi
ekonomi, sosial, struktural, dan kultural. Pelaksanaan upaya pengurangan risiko
bencana tanah longsor dibedakan berdasarkan penilaian risiko bencana,
pengembangan pengetahuan kebencanaan, kebijakan dan kelembagaan, penetapan
ukuran pengurangan risiko bencana, dan sistem peringatan dini.
Saran untuk penelitian ini adalah peningkatan kapasitas masyarakat dalam
upaya pengurangan risiko bencana memerlukan dukungan dari berbagai pihak
baik dari pemerintah, desa, dan masyarakat. Minimnya pelatihan dan sosialisasi
kebencanaan perlu ditingkatkan kembali frekuensinya. Agar masyarakat lebih siap
dan siaga dalam menghadapi bencana.
x
ABSTRACT
Annisa, Aulia. 2018. Community Capacity in Efforts on Landslide Disaster Risk
Reduction in Tempur Village, Keling District, Jepara Regency. Essay, Department
of Geography. Faculty of Social Science. Semarang State University. Supervisor:
Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Sc.
Keywords: Community Capacity, Disaster Risk Reduction Efforts, Landslides
Landslides that often occur in Desa Tempur are not only due to physical
condition of the village, but also by inappropriate land use . Therefore, disaster
resilient villages were formed to increase community capacity in efforts to reduce
disaster risk. This study aims to describe the capacity of the community to deal
with landslides and analyze efforts to reduce the risk of landslides that have been
carried out in the Village of Tempur, Keling District, Jepara Regency.
The population in the research is 1233 families from Tempur Village. The
sampling technique used was simple random sampling with the determination of
sample size using the Slovin formula to obtain a sample of 92 families. Variables
in this study are community capacity and implementation of disaster risk
reduction efforts. Data collection technique used are tests, questionnaires,
observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used is
descriptive analysis and frequency distribution.
The results of the research indicate that community capacity is
distinguished based on mitigation capacity, preparedness capacity, and survival
capacity. Mitigation capacity in Desa Tempur tends to be quite good with an
average percentage of 70,21%. Capacity to readiness tends to be very agreeable in
the face of landslides with an average percentage of 54%. Whereas the capacity
for survival is distinguished by economic, social, structural, and cultural
adaptation strategies. The implementation of landslides risk reduction efforts is
distinguished based on disaster risk assessment, development of disaster
knowledge, policy and institutions, the determination of disaster risk reduction
measure, and early warning systems.
The suggestions for this research is that increasing community capacity
in disaster risk reduction efforts requires support from various parties, both from
the government, the villages and community. The lack of disaster training and
socialization needs to be increased in frequency. So that people are more prepared
and alert in facing disasters.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vii
SARI ....................................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 6
E. Batasan Istilah .............................................................................................. 7
1. Kapasitas ................................................................................................. 7
2. Pengurangan Risiko Bencana .................................................................. 8
3. Desa Tangguh Bencana ........................................................................... 8
4. Desa Tangguh Bencana Desa Tempur .................................................... 9
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Deskripsi Teoritis ....................................................................................... 10
1. Kapasitas ............................................................................................... 10
2. Pengurangan Risiko Bencana ................................................................ 17
3. Manajemen Bencana ............................................................................. 20
4. Pengetahuan ........................................................................................... 21
5. Desa Tangguh Bencana ......................................................................... 23
6. Desa Tangguh Bencana Desa Tempur .................................................. 24
B. Penelitian yang relevan .............................................................................. 26
C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32
A. Populasi Penelitian ..................................................................................... 32
B. Sampel dan Teknik Sampling .................................................................... 32
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 38
F. Metode dan Analisa Data ........................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 45
A. Gambaran Umum ....................................................................................... 45
1. Lokasi Penelitian ................................................................................... 45
2. Penggunaan lahan .................................................................................. 47
3. Kemiringan Lereng ................................................................................ 50
4. Kondisi Geologi .................................................................................... 50
5. Bentuk Lahan ........................................................................................ 52
6. Jenis Tanah dan Tekstur Tanah ............................................................. 52
xiii
7. Iklim ...................................................................................................... 53
8. Kependudukan ....................................................................................... 53
9. Profil Responden ................................................................................... 56
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 58
1. Kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tanah longsor ........ 58
2. Upaya Pengurangan Risiko Bencana..................................................... 86
C. Pembahasan ................................................................................................ 95
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 107
A. Simpulan .................................................................................................. 107
B. Saran ......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRAN ........................................................................................................ 113
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Kapasitas ............................................................................... 11
Tabel 2.2 Perkembangan Konsep Penanggulangan Bencana .............................. 19
Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 26
Tabel 3.1 Populasi Kepala Keluarga Penduduk Desa Tempur ............................ 32
Tabel 3.2 Persebaran Sampel Setiap Dukuh ........................................................ 34
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas ................................................................ 42
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Desa Tempur Tahun
2018 ...................................................................................................... 54
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tempur Tahun
2018 ...................................................................................................... 54
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Sedang Berjalan
di Desa Tempur Tahun 2018 ................................................................ 55
Tabel 4.4 Jenis Pekerjaan di Desa Tempur .......................................................... 55
Tabel 4.5 Usia Responden Penelitian................................................................... 56
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Responden ........................................................... 56
Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Responden .................................................................. 57
Tabel 4.8 Tingkat Pendapatan Responden Perbulan ............................................ 58
Tabel 4.9 Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi pada Tahapan Mengingat
di Desa Tempur .................................................................................. 59
Tabel 4.10 Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi pada Tahapan Memahami
di Desa Tempur .................................................................................. 61
Tabel 4.11 Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi pada Tahapan
Menerapkan di Desa Tempur ............................................................. 63
Tabel 4.12 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi pada Tiap Dukuh
di Desa Tempur Tahun 2018 .............................................................. 65
Tabel 4.13 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi di Desa Tempur
Tahun 2018 ......................................................................................... 66
Tabel 4.14 Sikap Masyarakat tentang Pentingnya Kebijakan Pengurangan
Risiko Bencana ................................................................................... 68
xv
Tabel 4.15 Sikap Masyarakat tentang Penyebarluasan Informasi Desa Tangguh
Bencana .............................................................................................. 69
Tabel 4.16 Sikap terhadap Kebijakan Transparansi Alokasi Dana Desa untuk
Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana ............................................. 70
Tabel 4.17 Sikap terhadap Diperlukannya Buku Panduan Mitigasi Bencana bagi
Masyarakat ......................................................................................... 71
Tabel 4.18 Kesediaan Bergabung dengan Anggota Relawan Desa Tangguh
Bencana .............................................................................................. 72
Tabel 4.19 Kesediaan mengikuti Kegiatan Kebencanaan yang Diselenggarakan
oleh Kelompok Kerja Desa Tangguh Bencana .................................. 73
Tabel 4.20 Kesediaan dalam Pemasangan Jalur Evakuasi .................................... 74
Tabel 4.21 Pembentukan Pos Siaga Bencana tanpa Menunggu Pemerintah ........ 75
Tabel 4.22 Sikap Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di
Tiap Dukuh ......................................................................................... 76
Tabel 4.23 Strategi Adaptasi Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tanah
Longsor di Desa Tempur .................................................................... 79
Tabel 4.24 Skala Dampak Bencana dan Kriteria Bencana di Desa Tempur ......... 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 31
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Tempur Kecamatan Keling ........................ 46
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Desa Tempur Kecamatan Keling .............. 48
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Desa Tempur ............................................. 49
Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Desa Tempur ............................................ 51
Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Tahapan
Mengingat di Desa Tempur Tahun 2018 ......................................... 60
Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Tahapan
Memahami di Desa Tempur Tahun 2018 ........................................ 62
Gambar 4.7 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi Tahapan
Menerapkan di Desa Tempur Tahun 2018 ...................................... 64
Gambar 4.8 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Mitigasi pada Tiap
Dukuh di Desa Tempur Tahun 2018................................................ 66
Gambar 4.9 Sikap Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di
Tiap Dukuh Desa Tempur ................................................................ 77
Gambar 4.10 Sikap Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di
Desa Tempur .................................................................................... 78
Gambar 4.11 Kondisi Rumah Di Dukuh Kemiren ................................................ 85
Gambar 4.12 Ritual Sedekah Bumi ....................................................................... 86
Gambar 4.13 Pelatihan Kebencanaan di Desa Tempur Tahun 2016 .................... 89
Gambar 4.14 Pelatihan Kebencanaan bagi Relawan Anggota Desa Tangguh
Bencana ............................................................................................ 90
Gambar 4.15 Peringatan Kawasan Longsor di Dukuh Pekoso ............................. 92
Gambar 4.16 Jalur Evakuasi di Dukuh Glagah ..................................................... 93
Gambar 4.17 Titik Kumpul di Dukuh Glagah (PKD) ........................................... 93
Gambar 4.18 Terasering di Desa Tempur ............................................................. 94
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Kapasitas Terhadap Mitigasi ......................................... 114
Lampiran 2. Kisi-Kisi Kapasitas Terhadap Kesiapan ........................................ 115
Lampiran 3. Kisi-Kisi Observasi ....................................................................... 116
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ...................................................................... 117
Lampiran 5. Rubrik Kapasitas Terhadap Kesiapan............................................ 127
Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 130
Lampiran 7. Identitas Responden ....................................................................... 131
Lampiran 8. Tabulasi Kapasitas Terhadap Mitigasi .......................................... 133
Lampiran 9. Tabulasi Kapasitas Terhadap Kesiapan ......................................... 136
Lampiran 10. Kapasitas Terhadap Bertahan Hidup ............................................ 138
Lampiran 11. Hasil Wawancara Kapasitas Terhadap Bertahan Hidup ............... 147
Lampiran 12. Hasil Observasi ............................................................................. 152
Lampiran 13. Hasil Wawancara dengan Ketua Desa Tangguh Bencana ............ 153
Lampiran 14. Rekapitulasi Indikator Capaian dan Indeks Ketangguhan Desa
Tempur.......................................................................................... 157
Lampiran 15. Daftar Kelompok Kerja Desa Tangguh Bencana Tempur............ 158
Lampiran 16. Daftar Relawan Desa Tangguh Bencana Tempur ........................ 159
Lampiran 17. Rencana Kontijensi Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten
Jepara ............................................................................................ 160
Lampiran 18 Pokja Destana Tempur.................................................................. 164
Lampiran 19. Surat Pernyataan Penelitian .......................................................... 168
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam telah menjadi isu nasional dalam beberapa tahun ini.
Berdasarkan Data Informasi Bencana (DIBI) Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menunjukkan peningkatan jumlah kejadian
bencana pada tahun 2016 mencapai 35% dari tahun sebelumnya. Persentase
tersebut merupakan peningkatan tertinggi selama dua dekade terakhir. Selain
itu persentase jumlah kejadian bencana dan korban jiwa per-jenis kejadian
bencanapun meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
memiliki kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografis, dan sosiologis
yang menjadikannya rawan bencana. Baik bencana alam, non alam, maupun
bencana sosial (Ervin, 2017:87).
Kejadian bencana yang terjadi di Indonesia menimbulkan banyak
kerugian berupa kematian, luka, sakit, jiwa yang terancam, hilangnya rasa
aman, jumlah orang mengungsi, kerusakan maupun kehilangan harta, serta
gangguan kegiatan masyarakat secara sosial dan ekonomi. Dampak kerugian
tersebutlah yang disebut risiko bencana. Komponen–komponen yang terdapat
di dalam risiko bencana adalah ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability),
dan kapasitas (capacity) (Nugraha, 2001:17). Bencana terjadi apabila
perbandingan kemampuan komunitas lebih rendah dibandingkan dengan
ancaman yang ditimbulkan. Suatu ancaman dapat menjadi bencana apabila
komunitasnya rentan, atau memiliki kapasitas yang lebih rendah bila
2
dibandingkan bahaya yang dihadapi, atau bahkan menjadi salah satu sumber
ancaman tersebut (Paripurno, 2008).
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) nomor 4 tahun 2008 dinyatakan bahwa masyarakat sebagai pelaku
awal penanggulangan bencana sekaligus korban bencana harus mampu dalam
batasan tertentu menangani bencana, sehingga diharapkan bencana tidak
berkembang ke skala yang lebih besar. Masyarakat perlu mempunyai
pemahaman mengenai upaya menghadapi bencana yang dapat mengancam
keselamatan. Pemahaman dan kemampuan masyarakat inilah yang disebut
sebagai komponen kapasitas masyarakat.
Bencana dalam kenyataan keseharian menyebabkan berubahnya pola–
pola kehidupan dari kondisi normal, merugikan harta benda dan jiwa
manusia, merusak struktur sosial komunitas, serta memunculkan lonjakan
kebutuhan pribadi atau komunitas. Oleh karena itu bencana cenderung terjadi
pada komunitas yang rentan, dan akan membuat komunitas semakin rentan
(Suharini, 2013:3).
Pengurangan risiko bencana (Disaster Risk Reduction) merupakan
bentuk pengembangan kerangka kerja baru yang digunakan untuk
mengurangi risiko atau kerugian yang ditimbulkan dari bencana dengan
menitikberatkan pada upaya pemberdayaan individu maupun masyarakat
dalam menghadapi bencana. Pengurangan risiko bencana adalah pendekatan
proaktif yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas individu maupun
masyarakat dalam mitigasi dalam meminimalisir dampak kejadian bencana
3
sehingga masyarakat memiliki kemampuan atau kapasitas untuk bertahan dan
bangkit dari bencana dalam upaya penghidupan berkelanjutan (sustainibility
livelihood). DRR merupakan pendekatan yang komprehensif untuk
mengurangi risiko bencana yang diharapkan nantinya dapat menurunkan
kerugian yang ditimbulkan dari bencana (Hendarsah, 2012:236).
Potensi risiko bencana di Indonesia tergambar melalui Indeks Risiko
Bencana (IRB). Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang mempunyai
indeks resiko bencana yang tinggi dengan berbagai karakteristik. Jenis
bencana yang sering terjadi di Jawa Tengah adalah gempa, banjir, dan tanah
longsor (Suharini, 2013:1).
Data Indeks Risiko Bencana tahun 2013 menunjukkan bahwa
Kabupaten Jepara menempati peringkat ke-209 tingkat nasional, dan tingkat
Jawa Tengah peringkat ke-15 dengan skor 163 yang tergolong ke kelas risiko
tinggi. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jepara ancaman bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten
Jepara dari tahun 2011-2018 adalah ancaman banjir, tanah longsor, dan angin
puting beliung.
Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara merupakan salah
satu desa yang diprioritaskan dalam penanggulangan bencana di Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan Desa Tempur merupakan desa yang
sering mengalami kejadian bencana selama 20 tahun terakhir. Intensitas
kejadian bencana yang terjadi tidak terlepas dari letak desanya yang berada di
ujung tenggara Kabupaten Jepara, dengan topografi yang berbukit dan
4
pegunungan dari sisa kawah gunung Muria (Rencana Penanggulangan
Bencana Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Tahun 2016).
Bencana yang pernah terjadi di Desa Tempur adalah bencana tanah longsor,
banjir bandang, kebakaran hutan, dan kekeringan. Berdasarkan data
rekapitulasi kejadian bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dari tahun 2006-2017, intensitas bencana yang meningkat adalah
bencana tanah longsor yaitu sebanyak 12 kejadian bencana yang terjadi.
Bencana tanah longsor yang terjadi mengakibatkan 29 ha sawah rusak, 59
rumah rusak, 1 sekolah rusak, jalan tertimbun, arus listrik terputus, dan 195
KK (554 jiwa) mengungsi.
Dampak yang ditimbulkan dari bencana tanah longsor yang terjadi di
Desa Tempur tidak terlepas dari peranan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan. Penggunaaan lahan yang ada di Desa Tempur banyak ditanami
tumbuhan sengon, sehingga akarnya tidak terlalu kuat untuk mengikat tanah
(Rahma, 2018:31). Akibatnya terjadi longsor di wilayah tersebut.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa masyarakat belum mempunyai
kapasitas atau kemampuan yang mendukung dalam menghadapi bencana
tanah longsor dibuktikan dengan penggunaan lahan yang tidak sesuai. Atas
dasar intensitas bencana yang meningkat di Desa Tempur dan kapasitas
masyarakatnya yang belum mendukung menggerakkan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengeluarkan surat kepada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah yang berisi penujukkan Desa Tempur
sebagai salah satu Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Jepara pada tahun
5
2016 sesuai dengan SK No.69/BNPB/PK.02.01/03/2016 perihal lokasi
kegiatan penguatan kelembagaan Desa Tangguh Bencana di Kabupaten
Jepara Tahun 2016. Berdasarkan penunjukan tersebut, masyarakat diharapkan
dapat terlibat aktif dalam kegiatan kebencanaan. Karena masyarakat sebagai
korban sekaligus pelaku dalam penanggulangan bencana sehingga diharapkan
penetapan desa tangguh bencana mampu meminimalisir dampak yang
ditimbulkan dari bencana.
Penetapan desa tangguh bencana merupakan bentuk pengembangan
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana. Pengembangan kapasitas
untuk pengurangan risiko bencana telah diidentifikasi sebagai salah satu cara
utama mengurangi kerugian bencana (Hagelsteen, 2016:43). Desa Tempur
termasuk dalam kriteia desa tangguh bencana tingkat madya dengan skor 50,
sehingga upaya–upaya untuk meningkatkan kapasitas belum teruji.
Berdasarkan hal tersebutlah yang mendasari peneliti untuk melakukan
pengkajian kapasitas masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti perlu membatasi
permasalahan yang akan dikaji. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
longsor di Desa Tempur ?
2. Bagaimana upaya pengurangan risiko bencana yang telah dilakukan di
Desa Tempur ?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
longsor di Desa Tempur
2. Menganalisis upaya pengurangan risiko bencana yang telah dilakukan di
Desa Tempur
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis dan
teoritis bagi masyarakat dan pihak terkait maupun berkepentingan. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang kebencanaan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pihak–pihak berkompeten yang terkait.
7
E. Batasan Istilah
Sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dirasa perlu adanya
batasan istilah yang berkaitan dengan judul yang telah ditetapkan.
1. Kapasitas
Kapasitas mengacu pada semua kekuatan, atribut, dan sumber daya
yang tersedia dalam komunitas, organisasi, atau masyarakat untuk
mengelola, dan mengurangi risiko bencana dan memperkuat ketahanan
(Terminologi UNISDR, 2017). Konsep kapasitas dalam penelitian ini
yang diteliti adalah pengetahuan, sikap, dan adaptasi yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi
dampak buruk, atau memulihkan diri dari bencana.
Kapasitas masyarakat dibedakan berdasarkan kapasitas mitigasi,
kapasitas kesiapan, kapasitas bertahan hidup. Kapasitas mitigasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan mitigasi. Kapasitas
kesiapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat
dalam menghadapi bencana tanah longsor. Kapasitas bertahan hidup
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adaptasi masyarakat dalam
menghadapi bencana tanah longsor berdasarkan strategi coping yang
terdiri dari aspek ekonomi, sosial, struktural, dan kultural.
8
2. Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana merupakan desain baru dalam
pengembangan kerangka kerja untuk mengurangi risiko dengan
menitikberatkan pada upaya pemberdayaan individu dan masyarakat
dalam menghadapi bencana. Parameter yang digunakan dalam penelitian
ini adalah yang tercantum di UNISDR 2004 dalam (Lassa, 2014: 6)
sebagai berikut:
a. Penilaian risiko, termasuk di dalamnya analisis ancaman serta
analisis kapasitas dan kerentanan
b. Pengembangan pengetahuan termasuk pendidikan, pelatihan,
penelitian, dan informasi
c. Komitmen kebijakan dan kerangka kelembagaan termasuk
organisasi, kebijakan, legislasi, dan aksi komunitas
d. Penerapan ukuran–ukuran PRB seperti pengelolaan lingkungan, tata
guna lahan, perencanaan perkotaan, proteksi fasilitas–fasilitas
penting (critical facilities), penerapan ilmu dan teknologi, kemitraan
dan jejaring, intrumen keuangan; dan
e. Sistem peringatan dini termasuk di dalamnya prakiraan dan sebaran
peringatan.
3. Desa Tangguh Bencana
Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki kemampuan
mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana,
serta memulihkan diri dengan segera dari dampak–dampak yang
9
merugikan (Peraturan Kepala Badan Nasional Penangulangan Bencana
Nomor 1 Tahun 2012).
4. Desa Tangguh Bencana Desa Tempur
Penelitian dilakukan di Desa Tempur yang merupakan salah satu
desa tangguh bencana di Kabupaten Jepara. Penunjukan sebagai desa
tangguh bencana dikuatkan dengan pengeluaran SK
No.69/BNPB/PK.02.01/03/2016 perihal lokasi kegiatan penguatan
kelembagaan Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Jepara Tahun 2016.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Kapasitas
Kapasitas mengacu pada semua kekuatan, atribut, dan sumber daya
yang tersedia dalam komunitas, organisasi, atau masyarakat untuk
mengelola dan mengurangi risiko bencana dan memperkuat ketahanan
(Terminlogi UNISDR, 2017). Konsep kapasitas dalam penelitian ini yang
diteliti adalah pengetahuan, sikap, dan adaptasi yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan dan mempersiapkan diri, mencegah, menanggulangi
dampak buruk, atau memulihkan diri dari bencana.
Menurut Anderson dan Woodrow (1989) mengkategorikan kapasitas
menjadi 3 macam yaitu: sosial, fisik dan motivasi (IIRR & Cordaid, 2007).
Departemen Pembangunan Internasional (DFID) mengemukakan bahwa
kapasitas termasuk dalam kerangka kerja sumber mata pencaharian yang
berkesinambungan sebagai modal, fisik, sosial, sumber daya alam,
keruangan, dan sumber daya manusia. Kapasitas dalam konsep
pengurangan risiko bencana dianalisis sebagai hubungan kekuatan dari
macam sumber daya tersebut oleh beragam kelompok berisiko dan
keseluruhan sistem maupun struktur masyarakat yang dapat meningkatkan
atau menurunkan kapasitas dalam menghadapi ancaman.
11
Dari uraian–uraian mengenai kapasitas masyarakat maka untuk
mengukur kapasitas masyarakat dalam upaya mengurangi risiko bencana
pada penelitian ini menggunakan indikator kapasitas terhadap mitigasi,
kapasitas terhadap kesiapan, dan kapasitas terhadap bertahan hidup atau
adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana. Berdasarkan pengalaman
dalam menerapkan pengurangan risiko bencana oleh masyarakat IIRR &
Cordaid (2007) mengelompokkan kapasitas sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kategori Kapasitas
Komponen Kapasitas Keterangan (Merujuk pa da)
Kapasitas dalam hubungannya dengan ancaman
Mitigasi (kegiatan yang
berhubungan dengan
ancaman)
Mitigasi mencakup usaha–usaha
mengurangi dampak akibat ancaman
dan karenanya juga mengurangi tingkat
bencana. Usaha–usaha mitigasi bisa
terdiri dari usaha fisik seperti penataan
rumah yang berbasis pengurangan risiko
bencana, dan usaha–usaha non fisik
antara lain pelatihan, membentuk
organisasi relawan, kesadaran
masyarakat, program keamanan
perlindungan masalah–masalah
lingkungan.
Pencegahan Pencegahan mencakup kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah kejadian
yang bisa menyebabkan bahaya pada
masyarakat dan berbagai fasilitas.
Kapasitas dalam hubungannya dengan kerentanan
Tingkat bertahan hidup
(kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan
kerentanan individu)
Berusaha bertahan hidup dalam keadaan
yang sulit.
Kesiapan (kegiatan yang
berhubungan dengan
kerentanan masyarakat)
Kelompok/organisasi masyarakat yang
berfungsi sebagai sistem yang disapkan
untuk segala ancaman yang akan terjadi.
Sumber : IIRR & Cordaid, 2007 dalam Prihananto (2013:10)
Berdasarkan pedoman tabel tersebut, peneliti menguraikan
pengelompokan kapasitas sebagai berikut.
12
a. Kapasitas terhadap mitigasi
Mitigasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh ataupun dampak dari suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi.
Istilah mitigasi mempunyai cakupan yang luas dimulai dari
perlindungan secara fisik seperti konstruksi bangunan yang lebih kuat
sampai tersusun secara sistematis (Coburn, 1994).
Mitigasi adalah upaya maupun tindakan yang direncanakan dan
dilakukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan dari
bencana. Mitigasi bukanlah langkah akhir untuk menghadapi bencana,
akan tetapi sebagai langkah awal untuk mengurangi risiko atau kerugian
yang ditimbulkan dari bencana, baik itu berupa korban jiwa dan atau
kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan
kegiatan manusia.
Langkah awal dan penting dalam pelaksanaan mitigasi adalah
pemahaman penuh akan sifat-sifat bahaya yang akan dihadapi. Setiap
negara dan setiap daerah tipe-tipe bahaya yang dihadapi berbeda-beda.
Beberapa negara rentan angin topan, yang lain rentan bencana banjir,
dan yang lain dikenal sebagai daerah gempa bumi. Pengaruh bahaya
yang muncul dan kerusakan yang ditimbulkan bergantung pada kondisi
di suatu darerah yang meliputi masyarakatnya, bangunan-bangunannya,
sumber daya yang dimiliki, dan infrastruktur. Pemahaman mengenai
sifat-sifat bahaya yang dihadapi mencakup pemahaman tentang:
13
1) Kemungkinan jenis bahaya yang terjadi dan besarnya bahaya
yang akan muncul
2) Penyebab-penyebab terjadinya bencana
3) Aktivitas-aktivitas yang rentan menimbulkan bahaya
4) Dampak yang ditimbulkan dari bahaya (Coburn, 1994)
Upaya-upaya mitigasi bencana dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu
mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Mitigasi struktural
berupa pembangunan infrastruktur fisik untuk meminimalisir dampak
yang ditimbulkan. Sedangkan mitigasi non struktural dapat berupa
sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan relawan desa.
b. Kapasitas terhadap kesiapan
Kapasitas terhadap kesiapan dalam penelitian ini berhubungan
dengan kemampuan masyarakat atau kelompok dalam menghadapi
ancaman bencana yang terjadi. Kemampuan masyarakat dalam konteks
pengurangan risiko bencana diharapkan dapat dilakukan secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan yang
dijadikan sebagai landasan dalam pembentukan kelompok masyarakat
yang diberdayakan dalam menghadapi ancaman bencana. Kebijakan
tersebut berupa ditetapkannya Desa Tempur sebagai Desa Tangguh
Bencana. Peneliti menilai sikap masyarakat terhadap kebijakan yang
telah ditetapkan dan peran masyarakat dalam penyelengggaran desa
tangguh bencana.
14
Peran masyarakat dalam tercapainya tujuan pengurangan risiko
bencana sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 juga patut
diperhitungkan. Hal tersebut dikarenakan peran masyarakat merupakan
salah satu tujuan yang tertuang dalam kebijakan pengurangan risiko
bencana. Sehingga sikap masyarakat dalam mewujudkan upaya
pengurangan risiko bencana dijadikan pengukuran dalam menilai
kapasitas terhadap kesiapan.
c. Kapasitas terhadap bertahan hidup
Kapasitas terhadap bertahan hidup dalam penelitian ini didasarkan
pada kemampuan masyarakat dalam beradaptasi menghadapi bencana.
Menurut Howard dalam Wetebossy (2001) adaptasi merupakan suatu
proses yang terjadi pada individu ataupun populasi terhadap kondisi
lingkungan yang mengakibatkan individu atau populasi tersebut dapat
bertahan (survive) atau tersingkir.
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa adaptasi merupakan
penyesuaian diri yang dilakukan oleh makhluk hidup baik secara
individu maupun kelompok. Dimana individu maupun kelompok yang
dapat beradaptasi akan bertahan. Sebaliknya individu maupun
kelompok yang tidak dapat beradaptasi akan tersingkir.
Smith dalam Wetebossy (2001) mengemukakan bahwa konsep
strategi mengarah pada rencana tindakan pada jangka waktu tetentu
yang dilakukan oleh kelompok tertentu atau keseluruhan manusia
15
sebagai upaya untuk mengerahkan kemampuan yang dimiliki. Strategi
adaptasi memiliki tingkatan pelaku pada suatu kondisi sosial. Individu
atau masyarakat yang dihadapkan pada lingkungan atau kondisi baru
harus mampu menyusun strategi agar dapat merespon kondisi yang baru
dialami.
Menurut Twigg (2004), startegi coping didefinisikan sebagai
implementasi atau penerapan pengetahuan asli masyarakat dalam
menghadapi bahaya dan ancaman berdasarkan pengalaman yang telah
dimiliki dan didapat secara turun menurun. Menurut Heryanti (2012),
strategi coping didefinisikan sebagai kebiasaan atau perilaku
masyarakat dalam upaya mengurangi risiko terjadinya bencana dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana.
Strategi coping masyarakat lokal dalam menghadapi bencana
dibedakan menjadi strategi coping ekonomi, sosial, struktural dan
kultural Twigg (2004). Berikut ini adalah penjelasan macam dari
strategi coping.
1) Strategi coping ekonomi
Strategi coping ekonomi masyarakat adalah pengerahan sumber
daya ekonomi yang dimiliki masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, yang lebih difokuskan dalam mendapatkan
sumber penghasilan lain diluar pekerjaan utamanya untuk
mendapatkan tambahan penghasilan.
16
Tujuan dari strategi coping adalah diversifikasi ekonomi.
Maksud dari diversifikasi ekonomi adalah memiliki lebih dari satu
sumber penghasilan, ketika beberapa kegiatan ekonomi sebagai
penunjang utama kelangsungan hidup tidak memungkinkan untuk
dilakukan saat terjadi bencana.
2) Strategi coping sosial
Strategi coping sosial difokuskan pada kegiatan sosial, misalnya
gotong royong dan kegiatan lain yang bersifat berkelompok, seperti
mengadakan pertemuan warga untuk membahas kegiatan yang akan
dilakukan dalam mengantisipasi bencana longsor. Hubungan
interpersonal keluarga juga mempunyai peran yang penting untuk
mengatasi situasi fisik maupun mental dalam keluarga
(Samaraweera, 2018:679).
3) Strategi coping struktural
Strategi coping struktural difokuskan dalam pembangunan yang
bersifat fisik dan aplikasi teknologi yang bertujuan untuk
mengurangi kerugian akibat bencana dan menimalisir risiko
terjadinya bencana.
4) Strategi coping kultural
Strategi kultural merupakan penerapan kearifan lokal
masyarakat yang telah diwariskan secara turun-menurun dari
generasi ke generasi, yang merupakan salah satu cara agar terhindar
dari bencana longsor.
17
2. Pengurangan Risiko Bencana
Perkembangan pengurangan risiko bencana dimulai dari
pembentukan dekade internasional pengurangan bencana (International
Decade for Natural Risk/IDNDR) yang kemudian dilanjutkan oleh strategi
internasional pengurangan bencana (International Strategy or Disaster
Reduction/ISDR), muncul istilah pengurangan risiko bencana (PRB) yang
lebih memberikan pesan menguatkan penanggulangan bencana pada aspek
antisipatif, preventif, dan mitigatif. Komponen–komponen utama atau
parameter PRB berdasarkan UNISDR (2004) dalam (Lassa, 2014:6)
sebagai berikut :
a. Penilaian risiko, termasuk di dalamnya analisis ancaman serta analisis
kapasitas dan kerentanan;
b. Pengembangan pengetahuan termasuk pendidikan, pelatihan, penelitian,
dan informasi;
c. Komitmen kebijakan dan kerangka kelembagaan termasuk organisasi,
kebijakan, legislasi, dan aksi komunitas;
d. Penerapan ukuran–ukuran PRB seperti pengelolaan lingkungan, tata
guna lahan, perencanaan perkotaan, proteksi fasilitas–fasilitas penting
(critical facilities), penerapan ilmu dan teknologi, kemitraan dan
jejaring, intrumen keuangan; dan
e. Sistem peringatan dini termasuk di dalamnya prakiraan dan sebaran
peringatan.
18
Pengurangan risiko bencana (PRB) harus disosialisasikan kepada
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia adalah daerah rawan
bencana. Didukung oleh kondisi di Indonesia yang memiliki kerentanan
bencana, diantaranya adalah 1) masih rendahnya kinerja penanganan
bencana; 2) masih rendahnya perhatian perlunya pengurangan risiko
bencana; dan 3) masih lemahnya peran sekolah dalam pendidikan mitigasi
bencana (Dwiningrum, 2010:35).
Pengurangan Risiko Bencana bertujuan untuk mengurangi
kerentanan–kerentanan sosial, ekonomi, fisik maupun bahaya lingkungan
yang dapat menimbulkan kerentanan. Paradigma penanggulangan bencana
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah
untuk menekan risiko yang ditimbulkan dari bencana. Jadi, perubahan
paradigma ini mengandung tiga hal penting yaitu sebagai berikut :
1) Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek tangga darurat
tetapi pada keseluruhan manajemen risiko.
2) Perlindungan masyarakat mengenai ancaman bencana merupakan hak
asasi rakyat bukan semata–mata menjadi tanggung jawab pemerintah.
3) Penanggulangan bencana bukan hanya urusan pemerintah saja, tetapi
masyarakat, lembaga yang terbentuk, dan pemerintah sebagai
penanggungjawabnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, konsep penanggulangan bencana
mengalami perkembangan. Konsep tersebut disajikan sebagai berikut:
19
Tabel 2.2 Perkembangan Konsep Penanggulangan Bencana
Paradigma Pemahaman Tujuan
Paradigma
Bantuan
(relief) dan
kedaruratan
(emergency)
(Tahun
1960an)
Penanggulangan
bencana yang
difokuskan pada
penyelamatan korban
berupa pemberian
bantuan (relief) yaitu
pangan, tempat
penampungan, dan
kesehatan.
Menekankan tingkat
kerugian, kerusakan, dan
mempercepat pemulihan
(recovery).
Paradigma
Mitigasi
(Tahun
1980an)
Penanggulangan
bencana yang
menitikberatkan pada
pengenalan bahaya pada
individu atau
masyarakat melalui
persiapan mitigasi baik
yang bersifat mitigasi
fisik/struktural maupun
mitigasi non fisik.
Tujuannya diarahkan pada
identifikasi daerah–daerah
rawan bencana, mengenali
pola-pola yang dapat
menimbulkan kerawanan,
dan melakukan kegiatan-
kegiatan mitigasi, baik
fisik/struktural maupun non-
struktural seperti
penyuluhan, penataan ruang,
building code, dsb.
Paradigma
Pembangunan
(Tahun
1990an)
Paradigma yang
memfokuskan pada
faktor-faktor penyebab
dasar dan proses yang
menimbulkan terjadinya
kerentanan pada
masyarakat terhadap
bencana.
Upaya–upaya yang dilakukan
bersifat mengintegrasikan
upaya penanggulangan
bencana dengan program
pembangunan. Misalnya
melalui perkuatan ekonomi,
penerapan teknologi,
pengentasan kemiskinan,
dsb.
Paradigma
Pengurangan
Risiko
(Tahun
2000an)
Pendekatan ini
merupakan perpaduan
dari sudut pandang
teknis dan ilmiah
dengan perhatian
kepada faktor-faktor
sosial, ekonomi dan
politik dalam
perencanaan
pengurangan bencana.
Penanggulangan bencana
bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengelola
dan menekan risiko
terjadinya bencana. Hal
terpenting dalam pendekatan
ini adalah memandang
masyarakat sebagai subyek
bukan obyek dari
penanggulangan bencana
dalam proses pembangunan.
Sumber : Mutu’ali (2014) dan Setyowati (2017)
20
Meminimalisir risiko pada hakikatnya dalah mengurangi
kerentanan, mengurangi ancaman dan meningkatkan kapasitas. Hubungan
antara kerentanan dan ancaman berbanding lurus dengan risiko. Artinya
semakin tinggi kerentanan dan ancaman maka semakin tinggi pula risiko
yang ditimbulkan, sedangkan semakin tinggi kapasitas maka semakin
rendah risiko yang ditimbulkan.
Salah satu komponen yang penting dalam penanggulangan bencana
adalah penyelenggaraan pengurangan risiko berbasis komunitas yang
memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan
tersebut. Berdasarkan peraturan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) No.1 Tahun 2012 mengenai pedoman umum
desa/kelurahan tangguh bencana dibentuk relawan penanggulangan
bencana sebagai instrumen regulasi dan kebijakan untuk mengakomodasi
pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. Sehingga dikatakan
masyarakat merupakan komponen utama dan penting dalam
penyelenggaraan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas.
3. Manajemen Bencana
Manajemen bencana didefinisikan sebagai istilah kolektif yang
meliputi semua perencanaan untuk merespon bencana, termasuk kegiatan
yang direncanakan sebelum maupun setelah bencana (Shaluf, 2008).
Perencanaan tersebut dilakukan secara terstruktur dan dilakukan dengan
koordinasi oleh pihak-pihak terkait agar dapat menghadapi keadaan
darurat saat terjadi bencana.
21
Tahapan manajemen bencana dalam siklusnya, terdapat empat
aktivitas yang penting untuk dilakukan. Empat siklus tersebut adalah
mitigasi, kesiapsiagaan, respons dan pemulihan (Kusumasari, 2014:21).
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan penginderaan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap suatu objek. Penginderaan terhadap
suatu objek melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba. Proses penginderaan menghasilkan
pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan merupakan komponen yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian,
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih berkelanjutan
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.
Menurut Anderson (2014) pengetahuan dibedakan menjadi 6 proses yaitu
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Mengingat merupakan proses kognitif yang digunakan untuk
meretensi, sedangkan proses–proses yang lainnya digunakan untuk
mentransfer.
a. Mengingat
Mengingat merupakan proses mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang. Proses mengingat pemting
22
digunakan untuk membandingkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan yang dimiliki. Kata kerja yang dapat digunakan dalam
proses mengingat adalah mengenali, menyebutkan, dan sebagainya.
b. Memahami
Menurut Wawan dan Dewi (2011) memahami merupakan
kemampuan dalam mempresentasikan suatu objek dengan baik dan
benar. Berdasarkan pengertian tersebut, memahami tidak hanya sekedar
menyebutkan suatu objek akan tetapi dapat menjelaskan dengan gaya
bahasa sendiri. Proses–proses kognitif dalam kategori memahami
meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
meyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
c. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan adalah kemampuan dalam menerapkan
pengetahuan yang dimiliki pada suatu kondisi atau situasi yang
sebenarnya. Kata kerja yang digunakan dalam proses mengingat adalah
menerapkan, mengeksekusi, mengimplementasikan, dan lain–lain.
d. Menganalisis
Menganalisis merupakan kemampuan untuk menyatakan suatu
materi dan dapat menghubungkan materi tersebut dengan materi terkait.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan pengambilan keputusan berdasarkan
kriteria dan standar.
23
f. Mencipta
Mencipta merupakan proses menyusun elemen elemen mejadi
sebuah produk baru yang koheren dan fungsional.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian adalah pengetahuan
masyarakat terhadap mitigasi dari proses, mengingat, dan
mengaplikasikan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang mitigasi
bencana tanah longsor peneliti menggunakan referensi dari penelitian
(Juhadi, 2016:220) yang membedakan tingkat pengetahuan berdasarkan 4
kategori, yaitu kategori baik, cukup, kurang baik dan tidak baik.
5. Desa Tangguh Bencana
Desa Tangguh Bencana adalah Desa yang memiliki kemampuan
mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana,
serta memulihkan diri dengan segera dari dampak–dampak bencana yang
merugikan (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 1 Tahun 2012).
Tujuan Pengembangan Desa Tangguh Bencana meliputi :
a. Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari
dampak–dampak merugikan bencana.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan
dalam pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko
bencana.
24
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam rangka
pengelolaan sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi
pengurangan risiko bencana.
d. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan
sumberdaya dan teknis bagi pengurangan risiko bencana.
e. Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam
PRB, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM,
organisasi masyarakat dan kelompok–kelompok lainnya yang peduli.
6. Desa Tangguh Bencana Desa Tempur
Desa Tempur merupakan salah satu desa dari tiga desa di
Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Dua
desa lainnya yang dijadikan sebgaai desa tangguh bencana adalah Desa
Bungu dan Desa Batukali. Penetapan Desa Tangguh bencana didasarkan
oleh Surat Keputusan No.69/BNPB/PK.02.01/03/2016 perihal lokasi
kegiatan penguatan kelembagaan desa tangguh bencana tahun 2016.
Kriteria desa tangguh bencana ada tiga, yaitu desa tangguh pratama, desa
tangguh madya, dan desa tangguh utama. Kriteria Desa Tempur
Kecamatan Keling Kabupaten Jepara berada pada tingkat madya. Hal ini
didasarkan pada rekapitulasi dan perhitungan indeks ketangguhan desa
berdasarkan perka BNPB No.1 Tahun 2012.
Kategori Desa Tangguh berdasarkan Perka BNPB Tahun 2012
dibedakan menjadi empat yaitu sebagai berikut; desa tangguh utama (51-
60), desa tangguh madya (36-50), desa tangguh pratama (20-35), desa
25
belum tangguh (>20). Berdasarkan kriteria tersebut, maka desa tempur
masuk ke dalam kriteria desa tangguh madya.
Adapun pada tingkat madya dicirikan sebagai berikut :
a. Adanya kebijakan PRB yang tengah dikembangkan di tingkat desa atau
kelurahan.
b. Adanya dokumen perencanaan PB yang telah tersusun tetapi belum
terpadu ke dalam instrumen perencanaan desa.
c. Adanya forum PRB yang beranggotakan wakil–wakil dari masyarakat,
termasuk kelompok perempuan dan kelompok rentan, tetapi belum
berfungsi penuh dan aktif.
d. Adanya tim relawan PB Desa/Kelurahan yang terlibat dalam kegiatan
peningkatan kapasitas, pengetahuan dan pendidikan kebencanaan bagi
para anggotanya dan masyarakat pada umumnya, tetapi belum rutin dan
tidak terlalu aktif.
e. Adanya upaya–upaya untuk mengadakan pengkajian risiko, manajemen
risiko dan pengurangan kerentanan, termasuk kegiatan–kegiatan
ekonomi produktif alternatif untuk mengurangi kerentanan, tetapi
belum terlalu teruji.
f. Adanya upaya–upaya untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan
serta tanggap bencana yang belum teruji dan sistematis.
26
B. Penelitian yang relevan
Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel–variabel penelitian. Penelitian tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Penelitian Yang Relevan
No Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Heru
Setiawan
Analisis tingkat
kapasitas dan
strategi coping
masyarakat lokal
dalam
menghadapi
bencana longsor
studi kasus di
tawangmangu,
karanganyar,
jawa tengah
Variabel (X1)
adalah kapasitas
masyarakat.
Variabel (X2)
adalah strategi
coping.
Variabel (Y)
adalah
kemampuan
dalam
menghadapi
bencana
longsor.
Metode
penelitiannya
adalah
deskriptif
dengan uji
analisis statistik
deskriptif,
analisis
korelasi,
analisis chi-
square dan
analisis regresi
linier berganda.
Secara umum,
tingkat kapasitas
masyarakat
Kecamatan
Tawangmangu
dalam
menghadapi
longsor berada
pada tingkat
sedang hingga
tinggi
Masyarakat
Tawangmangu
menerapkan
empat jenis
strategi coping
dalam
menghadapi
longsor yaitu
coping ekonomi,
struktural, sosial,
dan kultural.
2 Haruman
Hendarsah
Pemetaan
parsitipatif
ancaman, strategi
coping, dan
kesiapiagaan
masyarakat
Variabel (X1)
adalah ancaman
Variabel (X2)
adalah strategi
coping
paya
penanggulangan
bencana banjir
lahar, masyarakat
memiliki
kapasitas
27
Tabel 2.3 Penelitian yang relevan
No Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
dalam upaya
pengurangan
risiko bencana
berbasis
komunitas di
kecamatan salam
kabupaten
magelang.
Variabel (X3)
adalah
kesiapsiagaan
masyarakat
Variabel (Y)
adalah upaya
pengurangan
risiko bencana
berbasis
komunitas
Metode
penelitiannya
adalah
deskriptif
kualitatif dan
Participatory
Geographic
Information
System (P-GIS).
Pengambilan
data dilakukan
melalui
pengamatan
lapangan,
wawancara
mendalam, dan
diskusi
kelompok
terarah (Focus
Group
Discussion)
penanggulangan
bencana (coping
capacity) yang
cukup baik. Hal
ini dilakukan
melalui
mekanisme
penanggulangan
(coping
mechanism)
meliputi strategi –
strategi yang
dilakukan
sebelum bencana,
saat terjadi
bencana, dan
setelah terjadi
bencana.
Tingkat
kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menghadapi
ancaman (hazard)
banjir lahar di
Kecamatan Salam
sudah cukup baik.
3 Fuad Galuh
Prihananto
dan Lutfi
Muta’ali
Kapasitas
masyarakat
dalam upaya
pengurangan
risiko bencana
berbasis
komunitas
(PRBBK) di desa
wonolelo
kecamatan pleret
kabupaten bantul
Variabel (X)
kapasitas
masyarakat
Variabel (Y)
upaya
pengurangan
risiko bencana
berbasis
komunitas
Secara
keseluruhan
tingkat kapasitas
Desa Wonolelo
adalah tinggi
dengan persentase
68%, tingkat
kapasitas sedang
25,3%, dan
kapasitas rendah
6,7%.
28
Tabel 2.3 Penelitian yang relevan
No Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Metode yang
diguanakan
dalam penelitian
ini adalah
deskriptif
kualitatif dan
kuantitatif.
Selain itu
metode
pengambilan
sampel adalah
survei sampel
terpilih.
Tingkat kapasitas
masyarakat dalam
upaya
pengurangan
risiko bencana
berhubungan
dengan faktor
usia, jenis
kelamin, tingkat
pendidikan
serta pengetahuan
dan persepsi
masyarakat
terhadap bencana.
Kendala
melaksanakan
program
Pengurangan
Risiko Bencana
Berbasis
Komunitas
(PRBBK) terletak
pada regulasi dan
kebijakan
penanggulangan
bencana.
4 Puguh Dwi
Raharjo dan
Sueno
Winduhutomo
Kondisi sosial
masyarakat
pada
karakteristik
fisik
lingkungan
dalam
mempengaruhi
risiko longsor
di
karangambung
Variabel (X1)
adalah kondisi
sosial
masyarakat
Variabel (X2)
kondisi fisik
Variabel (Y)
risiko longsor
Risiko longsor di
Kecamatan
Karangsambung
menunjukkan
bahwa kriteria
risiko longsor
rendah sekitar
86,94%, dan
risiko longsor
edang sekitar
9,89%, dan risiko
longsor tinggi
sekitar 3,17%.
Pebedaan
persentase ini
29
Tabel 2.3 Penelitian yang relevan
No Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
didasarkan pada
faktor penduduk,
ekonomi, sarana-
prasarana,
kesiapan
masyarakat, dan
dari potensi fisik
lahan yang
berpotensi
terjadinya longsor
Sumber : Setiawan (2014); Hendarsah (2012); Prihananto (2013);
Raharjo, dkk (2015)
Penelitian–penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilaian
kapasitas masyarakat memberikan manfaat pada peneliti dalam penyusunan
penelitian. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada fokus yang akan diteliti atau tujuan yang dirumuskan oleh
peneliti. Penelitian ini difokuskan pada penilaian kapasitas yang didasarkan
oleh kapasitas masyarakat terhadap mitigasi, kapasitas masyarakat terhadap
kesiapan, dan kapasitas masyarakat terhadap bertahan hidup. Penilaian
tersebut dianalisis secara terpisah agar mengetahui perbedaaan dari masing–
masing sub variabel. Sub variablel kapasitas terhadap mitigasi diukur dengan
tes pengetahuan mitigasi. Kemudian sub variabel kapasitas terhadap kesiapan
diukur dengan angket sikap masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
longsor. Setelah itu, sub variabel kapasitas terhadap bertahan hidup diukur
menggunakan perilaku masyarakat beradaptasi menghadapi bencana tanah
longsor melalui aspek ekonomi, sosial, struktural, dan kultural. Selain itu,
30
peneliti mengkaji pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana dengan
menggunakan parameter yang ada dengan menggunakan instrumen observasi.
C. Kerangka Berfikir
Kejadian bencana yang sering terjadi di Desa Tempur Kecamatan
Keling Kabupaten Jepara menimbulkan banyak kerugian baik kerugian fisik
kerusakan rumah dan fasilitas–fasilitas umum, lahan hutan, sawah, kerugian
materi, kerugian secara psikologis dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan
faktor alam dan penggunaan lahan yang tidak sesuai. Akibat risiko yang
ditimbulkan BNPB mengeluarkan surat kepada BPBD Kabupaten Jepara
yang berisi penetapan Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara
sebagai Desa Tangguh Bencana. Kriteria ketangguhan di Desa Tempur masuk
ke dalam kriteria madya. Salah satu indikator yang paling penting yang
menjadikan kriteria berada di tingkat madya dikarenakan upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas belum secara sistematis. Untuk mengetahui sejauh
mana kapasitas masyarakat maka diperlukan pengkajian mengenai kapasitas.
Berdasarkan Gambar 2.1 kapasitas masyarakat dalam penelitian ini dibedakan
menjadi kapasitas mitigasi, kapasitas kesiapan, dan kapasitas bertahan hidup.
Ketiganya merupakan kemampuan yang digunakan dalam menghadapi
bencana tanah longsor. Pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana
dibedakan menjadi lima yaitu penilaian rsiko bencana, pengembangan
pengetahuan kebencanaan, kebijakan dan kelembagaan, penetapan ukuran-
ukuran PRB dan sistem peringatan dini. Diharapkan dengan adanya penelitian
31
ini dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Intensitas bencana tanah longsor meningkat
karena kapasitas masyarakat yang belum
mendukung pelaksanaan pengurangan risiko
bencana
Kapasitas Masyarakat
Pelaksanaan upaya pengurangan
risiko bencana
1. Penilaian risiko bencana
2. Pengembangan pengetahuan
kebencanaan
3. Kebijakan dan kelembagaan
4. Penerapan ukuran- ukuran PRB
5. Sistem Peringatan dini
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam upaya
pengurangan risiko bencana
Kapasitas
terhadap Mitigasi
Kapasitas
terhadap kesiapan
Kapasitas
terhadap bertahan
hidup
107
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tanah longsor di
Desa Tempur ditinjau dari pengetahuan masyarakat tentang mitigasi yaitu
dapat mengenali ancaman bencana di lingkungan sekitar dan menerapkan
upaya mitigasi di lingkungan sekitar. Sikap masyarakat dalam menghadapi
bencana tanah longsor yang dominan pada sikap setuju atas kebijakan
pengurangan risiko bencana maupun peranan masyarakat dalam pengurangan
risiko bencana, dan adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana tanah
longsor yang dominan pada adaptasi dalam aspek struktural yaitu berupa
pemasangan bronjong kawat dan dinding penguat dari batu, menyokong
rumah dengan bambu, terasering, dan memperkuat konstruksi jalan dengan
beton.
Perwujudan dari kapasitas masyarakat dapat dilihat dari upaya-upaya
pengurangan risiko bencana yang telah dilakukan di Desa Tempur terutama
pada kebijakan dan kelembagaan dalam upaya pengurangan risiko bencana
yang terdiri dari rencana penanggulangan bencana, rencana kontijensi,
pembentukan kelompok kerja desa tangguh bencana, dan pembentukan
relawan desa tangguh bencana. Legislasi yang sudah tersusun menunjukkan
bahwa upaya-upaya mitigasi dapat dilakukan karena sudah ada payung
hukum yang tetap.
108
B. Saran
1. Keberhasilan aksi pengurangan risiko bencana merupakan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari pemerintah, desa, BPBD Kabupaten Jepara,
masyarakat, dan relawan anggota desa tangguh bencana. Oleh karena itu,
tetap selalu menjaga hubungan yang baik agar terjalin komunikasi yang
baik dalam menyumbangkan pikiran, tenaga, maupun dana demi
terlaksananya aksi pengurangan risiko bencana di Desa Tempur.
2. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana secara merata di semua dukuh.
Tujuannya untuk memudahkan dalam penunjang aksi pengurangan risiko
bencana.
3. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam upaya pengurangan risiko
bencana dapat dilakukan melalui frekuensi pelatihan maupun sosialisasi
yang ditingkatkan dan penambahan jumlah relawan di tiap dukuhnya.
109
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W dan David R.Krathwohl. 2015. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Astjario dan Kusnida. 2007. ‘Penafsiran Struktur Geologi Semenanjung Muria
dari Data Citra Satelit’. Jurnal Geologi Kelautan. Vol.5 No. 2. Hal. 63-71.
Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 2018. Rekapitulasi Kejadian Bencana
selama 6 tahun (2012-2017) di Kabupaten Jepara. Jepara: BPBD.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Keling Dalam Angka Tahun 2016.
Jepara: Badan Pusat Statistik.
Baiquni, M. 2009, “Social Affairs: Gotong Royong As Loca Wisdom” in The
Jogjakarta and Central Java Earthquake 2006, dalam Recovery Status
Report 01. Yogyakarta: International Recovery Platform. Hal.112 – 115.
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). 2013. Indeks Risiko Bencana
Tahun 2013. Bogor: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Coburn, Spence, dan Pomonis. 1994. Program Pelatihan Manajemen Bencana.
Malting Lane: Cambridge Architectural Reasearch Limited.
Dealmas, Stefy. 2013 ‘Sikap Anak-Anak Anggota Klub Sepak Bola dalam Iklan
Rokok’. Jurnal E-Komunikasi. Vol.1 No. 3. Hal. 232-241.
DFID. 1999. Sustainable Livelihoods Guidance Sheets. Departement dor
International Development. http://www.livelihoodscentre.org.
Dwiningrum, Siti Irene Astuti dan Sudaryono. 2010. ‘Peran Sekolah dalam
Pembelajaran Mitigasi Bencana’. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana.
Vol. 1 No. 1. Hal 30-42.
Ervin, Akhmad; Apik Budi Santoso; dan Juhadi. 2017. Pelaksanaan Program
Siaga Bencana di Sekolah Menengah Pertama pada Kawasan Rawan
Bencana. Jurnal Edu Geography. Vol. 5 No. 3 Hal. 86-94.
Erwin, Agus dan Dyah. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava
Media.
110
Hagelsteen, Magnus dan Joanne Burke. 2016. ‘Particel Aspect of capacity
development in the context of disaster risk reduction’. International Jurnal
of Disaster Risk Reduction. No. 16. Hal. 43-52.
Hendarsah, Haruman. 2012. ‘Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping dan
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Masyarakat di Kecamatan Salam Kabupaten Magelang’. Jurnal
Sosiokonsepsia Vol. 17 No. 3. Hal. 318-334.
Hendro, Hendy dkk. 2018. ‘Rehabilitasi Sub DAS Kritis pada Kawasan
Pegunungan Muria dengan Pendekatan Teknologi Agroforesti Berbasis pada
Potensi Sumber Daya’. Prosiding Seminar Nasional Unimus. Vol. 1. Hal
641-642.
Janti, Suhar. 2014. ‘Analisis Validitas dan Reliabilitas dengan Skala Likert
terhadap Pengembangan Si/Ti dalam Penentuan Pengambilan Keputusan
Penerapan Strategic Planning pada Industri Garmen’. Artikel Sain dan
Teknologi. Hal. 155-160.
Juhadi; Wahyu Setyaningsih; dan Nia Kurniasari. 2016. Pola Perilaku Masyarakat
Dalam Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan
Banjarwangu Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Jurnal Geografi. Vol.
13 No. 2. Hal. 217-224.
Khasyir, Muhammad; Ananto Aji; dan Wahyu Setyaningsih. 2016. Penilaian
Risiko Bencana Tanah Longsor Desa Wanadri Kecamatan Bawang
Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Geografi. Vol. 5 No. 2. Hal. 2-6.
Kusumasari, Bevaola. 2014. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah
Lokal. Yogyakarta: Gavamedia.
Lassa, Jonathan. 2014. Panduan Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis
Komunitas (PRBBK). Jakarta: MPBI.
Mutu’ali, Lutfi. 2014. Perencanaan Pengembangan Wilayah Berbasis
Pengurangan Risiko Bencana. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Nugraha, Jaka; Fitri Nugraheni; dan Irwan Nuryana Kurniawan. 2001. ‘Model
Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Bencana menggunakan Analisis
Regresi Logistik Ordinal’. Jurnal Ilmu-Ilmu MIPA. No. 2. Hal. 17-26.
Nugraheni, Puspasari Dwi. 2016. ‘Kajian Kapasitas Masyarakat dalam Upaya
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas di Kecamatan Kotagede
Kota Yogyakarta’. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Paripurno, Eko Teguh. 2008. Pengelolaan Risiko Bencana oleh Komunitas.
DREam.
111
Pemerintah Desa Tempur. 2016. Rencana Kontijensi di Desa Tempur Tahun
2016-2020.
Pemerintah Desa Tempur. 2016. Rencana Penanggulangan Bencana di Desa
Tempur Tahun 2016-2020.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.1 Tahun 2012
tentang Desa Tangguh Bencana.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
Prihananto, Fuad Galuh dan Lutfi. 2013. ‘Kapasitas Masyarakat dalam Upaya
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di Desa
Wonolelo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul’. Tesis-S2. Yogyakarta:
Fakultas Geografi Universitas Negeri Gadjah Mada.
Raharjo, Dwi Puguh dan Sueno. 2015. ‘Kondisi Sosial Masyarakat pada
Karakteristik Fisik Lingkungan dalam Mempengaruhi Risiko Longsor di
Karangsambung Kebumen’. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol. 23 No.
1. Hal. 2-11.
Rahma, Ayu Dyah dan Djati Mardiatno. 2018. ‘Potensi Kerawanan Banjir dan
Longsor Berbasis Karakteristik Geomorfologi di Sub-DAS Gelis Keling
Jepara’. Majalah Ilmiah Globe. Vol. 20 No. 1. Hal. 23-34.
Samaraweera. 2018. ‘Coping Strategies Identified and Used by Victims of Flood
Disaster In Kolonawa Area: An Analysis From A Social Work Perspective’.
International Procedia Enginering. No. 212. Hal. 675-682.
Setyowati, Dewi Liesnoor dkk. 2012 ‘Model Agrokonservasi untuk Perencanaan
Pengelolaan DAS Garang Hulu’. Jurnal Tata Loka. Vol.14 No.2. Hal. 131-
141.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2017. Pendidikan Kebencanaan (Bencana Banjir,
Longsor, Gempa, dan Tsunami). Semarang: Sanggar Krida Aditama.
Setiawan, Heru. 2014. ‘Analisis Tingkat Kapasitas dan Strategi Coping
Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Longsor-Studi Kasus di
Tawangmangu,Karanganyar,Jawa Tengah’. Jurnal Peneliian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan. Vol. 11 No. 1. Hal. 70-81.
Siregar, Syofyan. 2017. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan dan R & D. Bandung: Alfabeta.
112
Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Suharini, Erni; Dewi Liesnoor; dan Edi Kurniawan. 2015. ‘Pembelajaran
Kebencanaan Bagi Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Banjir Das
Beringin Kota Semarang’. Jurnal Geografi. Vol. 42 No. 2. Hal. 184-195.
Suharko. 2014. ‘Pencegahan Bencana Lingkungan Hidup melalui Pendidikan
Lingkungan’. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol. 21 No. 2. Hal. 254-
260.
Twigg, J. 2004. Disaster Risk Reduction: Mitigation and Preparedness in
Development and Emergency Programming. London: Humanitarian
Practice Network Overseas Development Institute.
UNISDR Terminology. 2017. Terminology on Disaster Risk Reduction.
https://www.unisdr.org/we/inform/terminology.
Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku.Yogyakarta: Nuha Medika.
Wetebossy, Alexander Yoseph Samuel. 2001. ‘Strategi Adaptasi Ekologi dan
Sosial Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat Korban Bencana Alam
Tsunami Peserta Program Resettlement di RW Angkasa Mulyono
Kelurahan Amban Kecamatan Manokwari Kabupaten Manokwari’.
Skripsi. Papua: Universitas Negeri Papua.
Wiyono, Joko dan Sunarto. 2016. ‘Regional Resources Management Based on
Landscape Ecology in Nothern Muria Peninsula, Central Java’.Indonesian
Journal of Geography. Vol. 48. No. 1. Hal. 54-61.