5. anestesi nur

41
ANESTESI I. Tujuan Pratikum a. Mengenal dan menguasai teknik untuk mencapai anestetik lokal pada hewan. b. Mengetahui cara pemberian anestetik lokal. c. Mengetahui cara kerja anestetik lokal. d. Memahami faktor-faktor yang melandasi perbedaan- perbedaan dalam sifat dan potensi anestetika lokal. e. Mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetika lokal. f. Dapat mengaitkan daya kerja anestetika lokal dengan manifestasi gejala keracunan serta pendekatan rasional untuk mengatasi keracunan ini. II. Tinjauan Pustaka Pengertian Anestesi Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani.An-“tidak, tanpa” dan aesthesos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”.Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan

Upload: nurani

Post on 25-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

ANESTESI

I. Tujuan Pratikuma. Mengenal dan menguasai teknik untuk mencapai anestetik lokal pada hewan.b. Mengetahui cara pemberian anestetik lokal.c. Mengetahui cara kerja anestetik lokal.d. Memahami faktor-faktor yang melandasi perbedaan-perbedaan dalam sifat dan potensi anestetika lokal.e. Mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetika lokal.f. Dapat mengaitkan daya kerja anestetika lokal dengan manifestasi gejala keracunan serta pendekatan rasional untuk mengatasi keracunan ini.

II. Tinjauan PustakaPengertian AnestesiAnestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani.An-tidak, tanpa dan aesthesos, persepsi, kemampuan untuk merasa.Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun 1948 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anestesi adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.Sedangkan Analgesia adalah tindakan pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien.Sedangkan Anestesiologi adalah cabang dari beebagai ilmu yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi ataupun pemberian analgesic, pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat (emergensi), terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan (elektif atau darurat) harus dipersiapkan dengan baik.Ada 5 Golongan obat yang diberikan sebagai medikasi pra-anestetik yakni sebagai berikut :1. Golongan Narkotika Mempunyai efek analgetika yang sangat kuat. Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin. Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan. Efek samping: dapat membuat depresi pernafasan, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah yang dapat membuat hipotensi. Biasanya diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah, misalnya: halotan, tiopental, propofol.

2. Golongan benzodiazepin Mempunyai manfaat yang sangat berguna untuk premedikasi. Mempunyai efek ansiolisis, sedasi, dan amnesia. Dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan respirasi walapun harus terus dipantau penggunaannya. Obat yang biasanya digunakan adalah diazepam 5-20mg yang dapat diberikan peroral ataupun iv.

3. Antikolinergik Obat-obatan itu berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bradikardi dari obat-obatan premedikasi lain ataupun obat-obatan anastetik yang akan digunakan nantinya. Dapat digunakan sebagai profilaksis ataupun pengobatan bradikardi. Efek samping yang ditimbulkan seperti toksisitas SSP, takikardi (bahaya pada penderita penyakit jantung), pireksia, midriasis. Obat-obatan yang biasa digunakan adalah sulfas atropine.

4. BarbituratKebanyakan pasien yang telah direncanakan untuk menjalani operasi akan lebih baik bila diberikan hipnotik malam sebelum hari operasi, karena rasa cemas, hospitalisasi atau keadaan sekitar yang tidak biasa dapat menyebabkan insomnia. Untuk itu dapat digunakan golongan barbiturate per oral sebelum waktu tidur.Selain itu barbiturate juga digunakan obat premedikasi.Keuntungan penggunaan obat ini ialah dpat menimbulkan sedasi, efekterhadap depresi respirasi minimal (ini dibuktikan dengan tidak berubahnya respon ventilasi terhadap CO2), depresi sirkulasi minimal dan tidak menimbulakn efek mual dan muntah.Obat ini efektif bila diberikan peroral.Premedikasi per oral belum dapat dibudayakan di Indonesia (terutama bagi golongan menengah / bawah), karena masih ditakutkan bila disamping minum obat, pasien tidak dapat menahan diri untuk tidak minum lebih banyak.Kerugian penggunaan barbiturate termasuk tidak adanya efek analgesia, terjadinya disorientasi terutama pada pasien yang kesakitan, serta tidak ada antagonisnya.Barbiturate merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan akut intermitten porphyria.

5. NeuroleptikaKelompok obat ini digunakan untuk mengurangi mual dan muntah akibat anestetik pada masa induksi maupun pemulihan, misalnya droperidol yang biasa digunakan bersama dengan fentanil.Kualitas sedasinya pun lebih baik dari pada kualitas sedasi yang ditimbulkan oleh morfin saja. Golongan fenotiazil seperti klorpromazin dan prometazin juga dapat mengurangi muntah., tetapi penggunaannya dibatasi oleh adanya efek hipotensi intraoperatif dan takikardia.

Klasifikasi AnestesiObat bius memang diciptakan dalam berbagai sediaan dan cara kerja. Namun, secara umum obat bius atau istilah medisnya anestesi ini dibedakan menjadi tiga golongan yaitu anestesi lokal, regional, dan umum.

Anestesi UmumAnestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang kesadaran.Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversible.Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksasiotot.Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.

A. Penggolongan Anestesi UmumBerdasarkan cara penggunaanya, anastesi umum dapat dibagi menjadi dua, yakni :1. Anastetika InhalasiPada umumnya anestetik gas berpotensi rendah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan operasi ringan.Anestetik gas tidak mudah larut dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah cepat meningkat.Batas keamanan antara efek anestesi dan efek letal cukup lebar.Obat anestesi inhalasi ini dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

2. Anastetika IntravenaTeknik anestesi intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut digunakan untuk premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik.Induksi anestesi seperti misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan juga sebagai tambahan pada tindakan analgesia regional.

B. Stadium Anestesia UmumSemua zat anestetik menghambat SSP secara bertahap, yang mula-mula dihambat adalah fungsi yang kompleks, dan yang paling akhir dihambat ialah medulla oblongata tempat pusat vasomotor dan pernapasan. Guedel (1920) membagi anesthesia umum dalam 4 stadium , sedangkan stadium ke-3 dibedakan lagi atas 4 tingkat, yakni sebagai berikut :1. Stadium I (analgesia) yaitu stadium yang mulai dari saat pemberian zat anestesi hingga hilangnya kesadaran. Pada stadia ini penderita masih bisa mengikuti perintah tetapi rasa sakit sudah hilang.1. Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan stadiumpembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, gerakan pernafasan yang tak teratur, takikardia, hipertensi hingga terjadinya kematian, sehingga harus segera dilewati.1. Stadium III yaitu stadia sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya pernafasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah. Stadium ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat yaitu : Tingkat I : pernafasn teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur, miosis, pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I, bola mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring hilang. Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, pupil lebih lebar tetapi belum maksimal. Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya menghilang.1. Stadium IV (Paralisis mediula oblongata) yaitu stadium dimulai dengan melemahnya pernafasan perut dibanding stadoium III tingkat 4, tekanan darah tak terukur, jantung berhenti berdenyut dan akhirnya penderita meninggal.

Anestesi LokalAnestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai contoh, bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Pemberian anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran saraf, tetapi umumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada sel saraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversible, tanpa merusak serabut atau sel saraf.Anestetik lokal yang pertama ditemukan ialah kokain, suatu alkaloid yang terdapat dalam daun Erythroxylon coca, semacam tumbuhan belukar.Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anetetik lokal memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

Mekanisme KerjaAnestetik lokal mencegah pembentukan dari konduksi impuls saraf.Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.Anestetik lokal juga menghambat permeabilitas membran bagi K+ dan Na+ dalan keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Hasil penelitian membuktikan bahwa anestesi lokal menghambat hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan.Pengurangan permeabilitas membran dan anesetik lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.Obat Anestesi Yang Sering DigunakanBeberapa jenis obat anestesi local yang sering digunakan sehari-hari akan dibahas dibawah ini.a. Prokain (novokain)Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standart untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetik local lain. IndikasiDiberikan intarvena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothermia. Kontraindikasi ProkainPemberian intarvena merupakan kontraindikasi untuk penderita miastemia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler. Dan prokain juga tidak boleh diberikan bersama-sama dengan sulfonamide. Mekanisme kerja obat ProkainPemberian prokain dengan anestesi infiltrasi maximum dosis 400 mg dengan durasi 30-50, dosis 800 mg, durasi 30-45,Pemberian dengan anestesi epidural dosis 300-900, durasi 30-90, onset 5-15 mnt,Pemberian dengan anestesi spinal : preparatic 10%, durasi 30-45 menit. Efek samping ProkainEfek samping yang serius adalah hipersensitasi,yang kadang-kadang pada dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap kombinasi prokain penisilin. Berlainan dengan kokain, zat ini tidak mengakibatkan adiksi. Farmakokinetik ProkainAbsorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absorpsi perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol. PABA diekskresi dalam urine, kira-kira 80% dalam bentuk utuh dan bentuk konjugasi. 30% dietilaminoetanol ditemukan dalam urine, dan selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut. Interaksi obat ProkainProkain dan anestetik local lain dalam badan dihidrolisis menjadi PABA(para amino benzoic acid), yang dapat menghambat daya kerja sulfonamide. Oleh karena itu sebaiknya prokian dan asnestetik local lain tidak diberikan bersamaan dengan terapi sulfonamide. Prokain dapat membentuk garam atau konjugat dengan obat lain sehingga memperpanjang masa kerja obat tesebut. Misalnya garam prokain penisilin dan prokain heparinb. Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)Lidokain adalah golongan amida. Sering dipakai untuk surface analgesi, blok infiltrasi, spinal, epidural dan caudal analgesia dan nerve blok lainnya. Juga dipakai secara intravena untuk mengobati aritmia selama anesthesia umum, bedah jantung dan induced hypothermia. Dibandingkan prokain, onset lebih cepat, lebih kuat (intensea), lebih mahal dan durasi lebih lama. Potensi dan toksisitas 10 kali prokain. Tertrakain tidak boleh digunakan bersama-sama sulfonamide. Onset 5-10 menit, duration sekitar 2 jam.Lidokain merupakan obat anestesi golongan amida, selain sebagai obat anestesi lokal lidokain juga digunakan sebagai obat antiaritmia kelas IB karena mampu mencegah depolarisasi pada membran sel melalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium.Sebagai obat anestesi lokal lidokain dapat diberikan dosis 3-4 mg/kgBB, bila ditambahkan adrenalin dosis maksimal mencapai 6 mg/kgBB. Lidokain menyebabkan penurunan tekanan intrakranial (tergantung dosis) yang disebabkan oleh efek sekunder peningkatan resistensi vaskuler otak dan penurunan aliran darah otak. Farmakodinamik LidokainSebagai obat antiaritmia kelas IB (penyekat kanal natrium) lidokain dapat menempati reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0) atau inaktivasi (fase 2), karena pada kedua fase ini afinitas lidokain terhadap reseptornya tinggi sedangkan pada fase istirahat afinitasnya rendah. Bila resptornya ditempati maka ion Na+ tidak dapat masuk ke dalam sel. Lidokain menempati reseptornya dan terlepas selama siklus perubahan konformasi kanal Na+. Kanal sel normal yang dihambat lidokain selama siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari reseptornya pada dalam fase istirahat. Sebaliknya kanal yang dalam keadaan depolarisasi kronis yaitu potensial istirahatnya (Vm) lebih positif, bila diberi lidokain (atau penyekat kanal Na+ lainnya) akan pulih lebih lama. Dengan cara demikian, maka lidokain menghambat aktivitas listrik jantung berlebihan pada keadaan misalnya takikardi. Farmakokinetik LidokainLidokain hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian peroral kadar lidokain dalam plasma sangat kecil dan dicapai dalam waktu yang lama. Pada pemberian intravena kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 3-5 menit dan waktu paruh 30-120 menit. Lidokain hampir semuanya dimetabolisme di hati menjadi monoethylglycinexylidide melalui proses dealkylation, kemudian diikuti dengan hidrolisis menjadi xylidide. Monoethylglycinexylidide mempunyai aktivitas 80% dari lidokain sebagai antidisritmia, sedangkan xylidide mempunyai aktivitas antidisritmia hanya 10%. Xylidide diekskresi dalam urin sekitar 75% dalam bentuk hydroxy-2,6-dimethylaniline. Lidokain sekitar 50% terikat dengan albumin dalam plasma. Pada penderita payah jantung atau penyakit hati, dosis harus dikurangi karena waktu paruh dan volume distribusi akan memanjang. Indikasi utama pemakaian lidokain selain sebagai anestesi lokal juga dipakai untuk mencegah takikardi ventrikel dan mencegah fibrilasi setelah infark miokard akut. Lidokain tidak efektif pada aritmia supraventrikuler kecuali yang berhubungan dengan sindroma wolf parkinson white atau karena keracunan obat digitalis. Efek Samping LidokainLidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat. Efek yang terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia, pandangan kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan berespon baik dengan pemberian diazepam. Secara umum bila kadar dalam plasma tidak mencapai 9 mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi dengan baik.c. Bupivakain (marcain)Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0,25-0,75%. Dosis maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain. Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam. Untuk anesthesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik. Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.

d. KokainHanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit. FarmakodinamikKokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun erythroxylon coca. Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila digunakan secara lokal. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat.

e. EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetic)Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain masing-masing 2,5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

f. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)Mirip dengan bupivakain dan mempunyai indikasi yang sama dalam kegunaanya,yaitu ketika anastesi dengan durasi panjang dibutuhkan. Seperti bupivakain, ropivakain disimpan dalam sediaan botol kecil. Kedua obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain. Keuntungannya dibandingkan dengan bupivakain adalah zat ini lebih rendah kardiotoksisitas. Zat ini tersedia dalam beberapa formulasi. Konsentrasi 0,5% (dengan atau tanpa epineprin), 0,75% , dan 1% telah digunakan pada bidang kedokteran gigi. Ketika digunakan pada praktek medis khasiat dari ropivakain sama-sama efektif, baik menggunakan epineprin maupun tidak. Pada dunia kedokteran gigi penambahan epineprin meningkatkan efek anestesia dari ropivakain. Konsentrasi efektif minimal 0.25%8.

g. AmethokainAmetokain tidak diadministrasikan melalui injeksi karena memiliki efek toksik. Zat ini diedarkan dengan sediaan topikal berkadar 4% untuk kulit, dan dapat digunakan sebagai sedasi intravena (premedikasi) atau pada anestesi general.

h. FelipresinFelipresin adalah oktapeptid sintetik, yang sangat mirip dengan hormon pituitari vasopresin. Zat ini ditambahkan pada anestesi lokal pada kedokteran gigi dalam konsentrasi 0,03 IU/mL (0,54g/mL). Felipresin penggunaanya tidak sebagus vasokonstriktor epineprin, karena tidak bisa mengontrol hemoragi secara efektif.

i. DibukainDerivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain, dibukain kira-kira 15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi, kecuali untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5% atau salep 1% .

j. Mepivakain HCLAnestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal. Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1 ; 1,5 dan 2%. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus dan karenanya tidak digunakan untuk anestesia obstetrik. Pada orang dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula kerjanya hampir sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang sekitar 20%. Mepivakain tidak efektif sebagai anestetik topikal.

k. TetrakainTetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian topilak pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan tenggorok larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total 10-20mg. Tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain.

l. Prilokain HClAnestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap SSP lebih ringan, penggunaan intravena blokade regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini membatasi penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik. Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia suntikan dengan sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan 3,0%.

m. BenzokainAbsorbsi lambat karena sukar larut dalam air sehingga relatif tidak toksik. Benzokain dapat digunakan langsung pada luka dengan ulserasi secara topikal dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Sediaannya berupa salep dan supposutoria.

III. Alat dan Bahana. Alat: Alat oral Kain lap Tissue Stopwatch Bulu sikat/ misai Gunting

b. Bahan: NaCl fisiologis untuk mata kiri Prokain untuk mata kanan

IV. Cara Kerja1. Kelinci diletakkan dalam kotaknya sebelum percobaan dimulai. Gunting bulu matanya kemudian periksa refleks normal dari kedua kornea dengan misai secara tegak lurus.2. Pada waktu t=0 teteskan 0,1 ml larutan obat yang akan diuji. Ke dalam mata yang akan diuji, ulangi setelah satu menit (stopwatch).3. Pada menit ke-8 dengan bantuan misai diperiksa refleks mata yaitu dengan menyentuhnya misai tegak lurus dibagian tengah kornea sebanyak 100 kali dengan kecepatan yang sama ditempat yang sama. Jangan terlalu keras menyentuhnya dan ritme harus teratur. Apabila sampai 100 kali tidak ada refleks (kelopak mata tertutup), maka dicatat angka 100 untuk renspon negative. Tetapi jika sebelum sentuhan 100 kali sudah ada refleks maka yang dicatat adalah jumlah renspon negative sebelum mencapai angka 100.4. Perlakuan yang sama diulangi pada menit-menit ke 12,5; 15; 17,5; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55 dan 60. Jika sebelum menit ke-60 sentuhan pertama sudah ada refleks maka untuk menit-menit yang tersisa diberi angka satu.5. Setelah percobaan diatas selesai, mata sebelahnya diperlakukan seperti pada no 4, tetapi hanya diteteskan larutan NaCl fisiologis sebagai control.6. Jumlah renspon negatif dimuat dalam sebuah table dan dimulai dari menit ke-8. Jumlah tersebut menunjukkan angka reigner dimana angka anestesi total mencapai angka reigner 1300, sedangkan angka reigner minimal adalah 1a3.7. Hitunglah jumlahnya untuk waktu-waktu tertentu untuk semua renspon negatif. Apabila pada sekali sentuhan terjadi refleks kornea, maka angka yang dicatat adalah 1. Hitunglah angka rata-rata yang diberikan untuk masing-masing larutan yang diperoleh pada 13 kali pemeriksaan refleks kornea.

V. Hasil dan Pembahasana. HasilTabel hasil pengamatan

VIVIVIIIIIIKelompok

Prokain HCl 4%Prokain HCl 4%Prokain HCl 4%Prokain HCl 2%Prokain HCl 2%Prokain HCl 2%Dosis

pKpkpkpkpkpK

1212111111118Kedipan pada goresan ke

11212111211112,5

21331111411115

21311121211117,5

21411111111120

22312111212125

21112121241130

12111121311135

21111111311140

31112111311145

31113111211150

11211111111155

11111111111160

b. PembahasanPada percobaan kali ini dengan judul anestesi.Anestesi adalah suatu obat-obatan yang dapat menghilangkan sensasi karena bekerja langsung depresif saraf-saraf sensorik perifer.Percobaan kali ini menggunakan hewan percobaan kelinci.Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standar untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetika lokal lain. Diberikan intravena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothermia.Absorbsi berlangsung cepat pada tempat suntikan, hidrolisis juga cepat oleh enzim plasma (prokain esterase). Pemberian intravena merupakan kontra indikasi untuk penderita miastenia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler. Prokain tidak boleh diberikan secara bersama-sama sulfonamide.Larutannya 1-2% kadang-kadang kekuning-kuningan (amines), namun tidak berbahaya.Yang dilakukan pertama kali adalah menggunting bulu mata kelinci, baik pada mata sebelah kiri maupun sebelah kanannya. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses penetesan larutan obat kedalam kantung kongtiva mat kelinci. Selanjutnya dilakukan pengamatan pengujian efek anestesi pada mata kelinci dengan mencolokkan bulu sikat sebagai aplikator pada kornea mata kelinci yang telah diteteskan kedalam konjungtivanya larutan prokain 0,5 ml pada mata kanan kelinci. Sedangkan pada mata kirinya, ditetesi NaCl fisiologis 0,5 ml perlakuan ini sebagai kontrol.Aktivitas obat ini dapat dilihat dalam interval waktu 8; 12,5; 15; 17,5; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55 dan 60 menit. Masing-masing dilihat untuk 1 menitnya dengan parameternya, yaitu refleks kedipan pada mata kelinci tersebut.Berdasarkan jumlah sensasi dari setiap rangsangan pada data pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata pada semua mata kelinci yang diberi dengan NaCl fisiologis dapat merasakan setiap rangsangan dengan baik.Artinya kornea mata kelinci masih mampu berkedip atau memberikan renspon yang positif terhadap aplikator. Hal ini dikarenakan NaCl fisiologis yang hanya bersifat sebagai larutan kontrol, sehingga tidak memberikan efek yang spesifik terhadap pengujian ini. Sedangkan pada mata kelinci yang diteteskan larutan prokain senderung tidak bisa merasakan rangsangan yang ddiberikan dengan baik.Pada tabel hasil pengamatan, mata yang diberi obat prokain tidak bereaksi sedikitpun, hal ini tidak sesuai dengan teorinya karena sesuai indikasi prokain digunakan untuk menghilangkan sensasi nyeri pada kornea mata kelinci.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dalam menyuntikkan obat prokain, tidak semua obat tersuntikkan pada kornea mata kelinci sehinggaterjadi pengurangan dosis yang seharusnya 0,5 ml karena tidak semua tersuntikkan menjadi sekitar 0,3 ml.Absorpsi sistemik suntikan anestesi lokal tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokonsriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anestesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek.Prokain yang merupakan obat anestetika lokal memberikan efek terhadap kulit dengan membuat terhambatnya penghantaran impuls saraf dengan kontak langsung yang dilakukan dengan memberikan rangsangan berupa sensasi nyeri, sensasi sentuh, sensasi dingin dan sensasi panas. Dengan cara kerja prokain yang mampu menutup permukaan/lapisan kulit atau membran sehingga rangsangan yang diterima sedikit dibandingkan rangsangan yang diterima oleh kornea mata yang hanya diberi oleh larutan NaCl fisiologis sebagai kontrol, karena NaCl tidak berfungsi sebagai anestetika local sehingga tidak akan menghambat penghantaran impuls saraf.Menurut literatur, prokain memiliki efek anestesi lokal yang bekerja menghambat penghantaran impuls saraf menyebabkan hilangnya sensasi sentuh, panas, dingin, dan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran umum.Dari percobaan terjadi perbedaan hasil dengan kelompok lain yang menggunakan obat dan dosis yang sama, karena:a. Kondisi hewan uji yang berbeda, sehingga mempengaruhi pengamatan reaksi obat.b. Waktu pengamatan tidak konstan sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.c. Kesalahan kerja pada saat pratikum.

VI. Kesimpulan Anestesi berarti suatu tindakan yang menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat anestesi lokal adalah suatu obat-obatan yang dapat menghilangkan sensai karena bekerja langsung depresif terhadap saraf-saraf sensorik perifer. Obat anestetika local menghambat penghantaran impuls saraf ketika digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat. Jumlah kedipan mata kelinci menjadi suatu parameter dalam pratikum ini, karena kornea mata dari kelinci disentuh oleh aplikator. Mata kiri yang ditetesi NaCl fisiologis lebih peka terhadap rangsangan daripada mata kanan yang ditetesi prokain. Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standar untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetika lokal lain. Diberikan intravena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah jantung, atau induced hypothermia. Dari percobaan terjadi perbedaan hasil dengan kelompok lain yang menggunakan obat dan dosis yang sama karena:a. Kondisi hewan uji yang berbeda, sehingga mempengaruhi pengamatan reaksi obat.b. Waktu pengamatan tidak konstan sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.c. Kesalahan kerja pada saat pratikum.

VII. Jawaban PertanyaanHalaman 241. Bahas secara singkat penggolongan kimia dari anestesi lokal!Jawab: Senyawa-ester: kokain dan ester-PABA(benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain). Senyawa-amida: lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain. Lainnya: fenol, benzilalkohol, dan etilklorida. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali kokain yang alamiah.

2. Bahas cara pemberiannya dan jenis anestetika yang biasa dicapai dengannya!Jawab: Secara parenteralAnestesi lokal sering kali digunakan pada pembedahan untuk mana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Jenis anestesi lokal yang paling banyak digunakan sebagai suntikan adalah sebagai berikut: Anestesia infiltrasi Anestesia konduksi Anestesia spinal (intrathecal) Anestesia epidural Anestesia permukaan Cara penggunaan lain secara oralAnestetika lokal digunakan sebagai larutan untuk nyeri di mulut atau tablet isap (sakit tenggorok) juga dalam bentuk tetes-mata untuk mengukur tekanan intraokuler atau mengeluarkan benda asing, begitu pula sebagai salep untuk gatal-gatal atau nyeri luka bakar dan dalam pil-taruh anti-wasir. Senyawa ester sering menimbulkan reaksi alergi kulit, maka sebaiknya digunakan suatu senyawa-amida yang lebih jarang mengakibatkan hipersensitivitas. TopikalAnestesi lokal diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda pada membran mukosa yang berbeda. Pada mukosa trakea, absorbs yang terjadi hamper sama dengan pada pemberian secara intravena. Pada mukosa faring, absorpsi lebih lambat dan pada mukosa esophagus dan kandung kemih, absorbs lebih lambat dari aplikasi topikal di faring.

3. Apakah setiap anestetika lokal dapat dipakai sebagai anestetika permukaan? Jelaskan!Jawab:Anestetika permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk penderita ambient/wasir. Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls saraf ke SSP (Susunan Saraf Pusat) pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.

4. Bahas mekanisme kerja dan penerapannya dalam bidang anestesi!Jawab:Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan bebarapa cara. Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf ujungnya.Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak.Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membran neuron.Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi rasa setempat secara reversible.

5. Diantara anestesi lokal yang digunakan pada percobaan ini, mana yang lebih potensial? Terangkan!Jawab:Prokain adalah ester aminobenzoat untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural, merupakan obat standar untuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis obat-obat anestetika lokal lain. Sediaan suntik prokain terdapat dalam kadar 1-2% dengan atau tanpa epinefrin untuk anesthesia infiltrasi dan blockade saraf dan 5-20% untuk anestesi spinal, sedangkan larutan 0,1-0,2% dalam garam faali disediakan untuk infuse IV. Untuk anestesi kaudal yang terus menerus, dosis awal ialah 30 ml larutan prokain 1,5%.

6. Keburukan apa yang dapat timbul bila permukaan kornea dianestesi untuk periode waktu yang lama dan apa alasannya!Jawab:Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrate supuratif disertai efek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topical, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak.Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.Halaman 261. Apakah yang perlu diperhatikan pada persiapan larutan obat mata agar dapat terjamin khasiatnya!Jawab:Hal- hal yang diperhatikan adalah:a. Mengitung dosis untuk masing obat yang akan diberikan agar dosis efektif dapat tercapai.b. Pastikan hewan percobaan yang akan digunakan dalam keadaan yang sehat dan tidak stres.c. Sebelum ditetesi obat anestesi sebaiknya mata kelinci d gunting dahulu agar tidak mengganggu saat pemberian obat.d. Kemudian sebelumnya matanya ditutup beberapa saat sebelum dtetesi obat anestesi.e. Cara pemberian obatnya harus tepat dikonjungtiva dari kelinci,agar tidak mengenai kornea matanya langsung.f. Pastikan penetesan obat sedikit-sedikit agar obat tidak keluar lagi, untuk memberikan efek yang bagus.

2. Pada percobaan, mata kelinci harus terlindung dari cahaya lansung. Jelaskan mengapa!Jawab:Mungkin saja jika mata kelinci tersebut terkena sinar atau cahaya langsung dapat mempengaruhi efek dari kerja obatnya nannti, atau dengan cara menutup mata kelinci tersebut aagar kelincinya tidak stress terlebih dahulu saat pemebrian obat anestesi. Karena jika ada cahaya yang yang mengenai mata kelinci akan membuat mata kelinci terganggu sehingga saat penetesan obat efek yang dihasilkan akan tidak efektif.

3. Sebutkan anestesi lokal untuk mata selain yang digunakan untuk percobaan disini!Jawab:Selain metode diatas bisa dengan metode pengolesan obat anestesi pada daerah sekitar mata, Anestesi permukaan, anestesi infiltrasi, spinal, epidural, blok.

DAFTAR PUSTAKADepartemen Farmakologi dan Terapeutik. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI : JakartaDitjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Ditjen POM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB.Tan,Hoan,Tjay Rahardja,Kirana.2008. Obat-Obat Penting Edisi Keenam. PT.Gramedia: JakartaRadde,Ingeborg C, Stuart M. Macleod. 1998. Farmakologi & Terapi Pediatri Edisi 2. Hiopokrates : Jakarta.