Download - Formulir Pemeriksaan & Perawatan Ortodontik
FORMULIR
PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN
ORTODONTIK
NOMOR MODEL
Nama paien :
Operator :
Pembimbing :
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2014
PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PETUNJUK PENGISIAN
HALAMAN SAMPUL
1. No. Model : Isi kolom dengan angka pada:
Tiga kolom pertama: Isi sesuai dengan nomer pendaftaran pada loket bagian Orto-
donsia, jika belum mencapai tiga angka kolom didepannya diberi angka 0
Dua kolom kedua diisi tahun pendaftaran, misalnya : angka 00 untuk tahun 2000.
Satu kolom ke tiga diisi dengan angka 0 bila pasien perempuan atau 9 bila pasien laki-
laki
Dua kolom terakhir : Isi angka sesuai dengan umur pasien
2. Nama pasien : Isi nama lengkap pasien
3. Operator : Isi nama lengkap mahasiswa yang merawat
4. No. Mhs. : Isi nomor mahasiswa yang merawat
5. Pembimbing : Isi nama lengkap Dosen Pembimbing
ISI FORMULIR :
I. IDENTITAS :
1. Operator : Isi nama lengkap mahasiswa yang merawat
2. No. Mhs. : Isi Nomer mahasiswa yang merawat
3. Pembimbing : Isi nama Dosen Pembimbing
4. No. Kartu : Isi nomer kartu sesuai dengan nomer kartu status pasien
5. No. Model : Isi nomer model sesuai dengan nomer model pada sampul
6. Nama pasien : Isi nama lengkap pasien
7. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik pasien
8. Umur : Isi sesuai dengan umur pasien ketika saat pemeriksaan
9. Jenis kelamin : Lingkari sesuai dengan jenis kelamin pasien
10. Alamat : Isi sesuai dengan alamat pasien saat ini atau alamat yang paling mudah
dihubungi.
11. Nomer Telepon : Isi dengan nomer telepon pasien atau nomer yang paling mudah untuk
dihubungi.
12. Kode pos : Isi dengan kode pos sesuai dengan alamat pasien
13. Pekerjaan : Isi sesuai dengan pekerjaan atau profesi pasien
14. Rujukan : Isi sesuai dengan surat pengantar rujukan dari Dokter / Puskesmas / RS
yang mengirim. Jika pasien datang atas kemauan sendiri, kosongkan
kolom tersebut.
15. Nama Ayah : Isi dengan nama lengkap ayah pasien
16. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik ayah pasien
17. Umur : Isi sesuai dengan umur ayah pasien
18. Nama Ibu : Isi nama lengkap ibu pasien
19. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik ibu pasien
20. Umur : Isi sesuai dengan umur ibu pasien
21. Pekerjaan orang tua : Isi sesuai pekerjaan orang tua pasien
22. Alamat orang tua : Isi sesuai dengan alamat orang tua pasien, termasuk nomor telepon
orang tua pasien.
II. WAKTU PERAWATAN :
1. Pendaftaran : Isi sesuai dengan tanggal saat pasien didaftar diloket Bagian
Ortodonsia
2. Pencetakan : Isi tanggal saat pencetakan dilakukan
3. Pemasangan alat : Isi tanggal saat insersi alat
4. Retainer : Isi tanggal saat mulai pemasangan retainer
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis )
Keluhan utama :
Isi alasan permintaan perawatan pasien, menyangkut : motivasi, aspek estetik, fungsi
pengunyahan, fungsi bicara dan bentuk kelainan yang sangat diderita sehingga mendorong
untuk datang minta dirawat. Wawancara menggunakan bahasa awam/ pasien.
Pertanyaan yang bisa diajukan :
a. Apakah anda datang untuk dirawat atas dasar kemauan sendiri atau atas saran orang
lain ? Siapa ?
b. Bagian mana dari gigi dan rahang anda yang ingin diperbaki ? Menurut anda bagai
mana keadaannya, apakah gigi-gigi tidak teratur / berjejal maju, renggang, atau alasan-
alasan lain ?.
c. Apakah kelainan itu anda rasakan sangat mengganggu : kecantikan, fungsi pengu-
nyahan atau fungsi bicara anda ?
d. Sejak kapan kelainan itu anda rasakan ?
Jika pada pemeriksaan awal dilihat ada bagian-bagian lain yang kira-kira perlu dirawat,
ditanyakan apakah bagian itu juga mau dirawat ? Ini merupakan keluhan sekunder.
Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan umum :
Isi riwayat kesehatan pasien dengan mengajukan pertanyaan seperti :
a. Apakah pasien pernah menderita sakit yang mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial dan penyakit yang dapat mengganggu / menghambat proses
perawatan ortodontik yang akan dilakukan. Jika pernah, kapan dan sakit apa
yang diderita ? Berapa lama menderita sakit tersebut ?.
b. Apakah sekarang sedang dalam perawatan dokter ?.
2. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi :
Diajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk menelusuri riwayat pertumbuhan dan
perkembangan gigi-geligi pasien dari periode gigi desidui, periode gigi bercampur sampai
periode gigi permanen yang dikeluhkan sekarang ini. Apakah ada faktor pertumbuhan dan
perkembangan gigi-geligi sebagai etiologi maloklusi yang dikeluhkan pasien?.
Pertanyaan yang dapat diajukan :
a. Pada usia di bawah 5 tahun (balita), apakah banyak gigi yang berlubang ( karies ) atau
gigi ( rampant caries ) ? Apakah pernah mengalami trauma, cabut gigi, menambalkan gigi
ke dokter gigi ?
b. Pada usia 6 – 12 tahun apakah ada gigi yang karies , kesundulan (persistensi, prolong
retensi, premature loss ), trauma ? Di sebelah mana?
c. Apakah gigi yang goyah dicabutkan ke dokter gigi atau dicabut sendiri / oleh orang lain,
atau dibiarkan tanggal sendiri ?
d. Pada usia 12 - 15 tahun (masa SMP) dan usia 15 – 18 tahun (masa SMA) ada gigi
permanen yang sudah dicabut ? . Karena apa ?
e. Adakah gigi yang pernah mendapat perawatan syaraf ( PSA ) ?
f. Apakah ada gigi yang mengalami trauma sampai goyah ? Kapan ? Di bagian mana ?
g. Serta lain-lain pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan utama pasien.
Jika dari riwayat, ada yang dicurigai sebagai etiologi maloklusi, dicatat secara lengkap
sesuai dengan periode pertumbuhan gigi-gigi pasien dan beri tanda pada kotak yang
disediakan.
3. Kebiasaan jelek/ bad habit. (Tidak ada/Ada)
Adakah kebiasaan yang dilakukan pada masa pertumbuhan gigi dan rahang dicurigai sebagai
etiologi maloklusi, seperti yang dikeluhkan tersebut?
Pertanyaan yang bisa diajukan :
a. Pasien mengeluhkan giginya maju : Pertanyaannya, apakah pernah mempunyai kebiasaan
mengisap ibu jari, menggigit-gigit bibir bawah ? Dari kapan sampai kapan ?
b. Pada pasien yang gigi anteriornya berjejal : Pertanyaannya apakah pernah mempunyai
kebiasaan menggigit-gigit pensil, lidi atau ujung handuk/saputangan ? Kapan dan berapa
lama?
c. Pada pasien yang rahang atasnya sempit : Pertanyaannya apakah anda pernah mempunyai
kebiasaan mulut terbuka sewaktu bernafas?
Dari maloklusi yang dikeluhkan pasien, operator harus sudah bisa menduga-duga ke-
mungkinan bad habit apa yang mungkin cocok sebagai etiologi untuk ditanyakan kepada
pasien atau orang tuanya. Jika ada riwayat , ditanyakan lebih lanjut berapa lama bad habit
itu dilakukan (durasi : dari kapan sampai kapan bad habit itu dilakukan),dimana dan
bagaimana melakukan (posisi dan lokasi ), kuat / lemahnya (intensitas) melakukan
kebiasaan, sering-tidaknya (frekuensi) kebiasaan dilakukan.
4. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Riwayat keluarga, dimaksudkan untuk klarifikasi etiologi maloklusi pasien, apakah
bersumber dari sifat genetik yang diturunkan dari orang tua, atau pengaruh lingkungan ?
Pertanyaan yang bisa diajukan :
a. Apakah keadaan gigi yang anda keluhkan mirip seperti keadaan ajah ? Ibu ? Saudara
laki-laki? Saudara perempuan ? saudara ke berapa? Jika ada kemiripan berarti ada
penurunan yang sifatnya monogenik
b. Jika keadaan gigi pasien berdesakan atau jarang-jarang : Apakah ayah anda orangnya
tinggi besar, rahang dan gigi besar sedangkan Ibu orangnya kecil, rahang dan giginya
kecil-kecil ? Atau sebaliknya Ibu orangnya besar, ayah orangnya kecil? Jika ya :
Disini kemungkinan terjadi penurunan yang sifatnya poligenik antara ukuran gigi dan
ukuran rahang dari kedua orang .tuanya yang ukurannya sangat berbeda.
Jika ada, beri tanda pada kotak yang disediakan dan beri keterangan yang lengkap.
B. Pemeriksaan Objektif
1. Umum
Jasmani : Periksa keadaan jasmani pasien dan beri keterangan
Pemeriksaan jasmani dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien cukup sehat
jasmani untuk mendapat perawatan ortodontik yang akan dilakukan.
Mental : Periksa keadaan mental pasien dan beri keterangan.
Pemeriksaan mental dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien nanti cukup mampu
bekerja sama (kooperatif) dalam menjalankan perawatan, seperti : emosi labil, tidak tela-
ten, tidak mampu memahami instruksi operator dan lain lain.
Status Gizi : Periksa keadaan gizi pasien dan beri keterangan
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan menghitung status gizi pasien dengan rumus perim-
bangan berat badan ( BB, dalam kilogram ) dan tinggi badan ( TB, dalam meter ).
Gunakan Indeks Masa Tubuh, dengan Rumus IMT = BB (kg) = _____ ,
TB2(m)
Keterangan : Indeks Status Gizi Kategori
18,5 Kurang Kurus
18,5 – 25.0 Normal Normal
25.0 Lebih Gemuk
Pemeriksaan gizi dimaksudkan untuk mengetahui adakah keadaan gizi pasien ini me-
rupakan faktor etiologi maloklusi pasien. Apakah perawatan akan terhambat karena kea-
daan gizi pasien.
Catatan : Indeks Masa Tubuh digunakan untuk melihat status gizi pada orang dewasa.
2. Lokal :
a. Ekstra Oral
Kepala :
Dengan jangka bentang (spreading caliper) ukurlah :
Panjang kepala (jarak Glabella – Occipital) :___________mm
Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak Supramastoidea dan Zygomatik
kanan dan kiri) :____________mm
Indeks kepala : Lebar kepala maksimum_ X 100
Panjang kepala maksimum
Kesimpulan : Indeks Bentuk Kepala
74,9 dolikosefali
75,0 -- 79,9 mesosefali
80,0 brakisefali
M u k a :
Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah :
Panjang muka (jarak vertikal Nasion – Gnathion) :____________mm
Dengan jangka sorong ( spreading caliper ), ukurlah :
Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ) :____________mm
Indeks muka : Tinggi muka (jarak vertikal Gn-Na) X 100 :
Lebar bizygomatik
Kesimpulan Indeks Bentuk Muka
X -- 79,9 hiper euriprosop
80,0 -- 84,9 euriprosop
85,0 -- 89.9 mesoprosop
90,0 -- 94,9 leptoprosop
95,0 -- Y hiperleptoprosop
Profil muka :
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien berpe-
ngaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil muka pasien dari
samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik – titik : Glabela ( G ), Bibir atas ( Ulc ),
Bibir bawah ( Llc ), Pogonion ( Pog ).
Garis G – Ulc dan Llc – Pog membentuk Profil muka cembung
atau Profil muka lurus
atau Profil muka cekung
Catatan :
Keterangan mengenai berbagai analisis profil muka dapat dibaca pada buku ajar
Posisi rahang terhadap bidang Orbital (Garis Simon) :
Pemeriksaan posisi rahang terhadap bidang orbital pasien dimaksudkan untuk me
ngetahui apakah maloklusi yang diderita pasien melibatkan rahang (tipe skeletal),
Cara:
Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus kedepan.Titik orbital ‘O’ dan titik Tragus ‘Tr”
ditandai dengan spidol. Dengan penggaris segitiga siku-siku, proyeksikan sisi siku yang
pendek ke titik O dan Tr ( menggambarkan bidang horisontal FHP ), dan dengan demikian
sisi siku yang panjang akan menggambarkan bidang orbital pasien. Bibir pasien ditarik
dengan kaca mulut, amati posisi penggaris terhadap permukaan gigi di daerah bukal gigi
premolar atau kaninus atas. Transfer posisi bidang orbital pasien sesuai dengan posisi
penggaris ke model studi dengan memberi tanda garis pada permukaan bukal gigi model
atas dan bawah. Pada saat boksing, model studi ditriming sehingga sudut boksing bagian
samping depan tepat pada posisi bidang orbital pasien sesuai dengan tanda spidol tsb .
Bila posisi penggaris pada model studi tepat di permukaan labial gigi kaninus di daerah
sepertiga bagian distal, berarti posisi maksila normal; bila berada dibelakang, maksila
protrusif dan apabila berada didepan, berarti maksila retrusif.
Pada oklusi normal kaninus atas beroklusi di daerah interdental kaninus dan premolar
pertama bawah, penggaris akan lewat tepat pada sisi distal kaninus bawah, ini berarti posisi
mandibula normal, bila posisi sisi distal kaninus bawah berada dibelakang posisi bidang
orbital pasien , mandibula protrusif dan bila berada didepan mandibula retrusif.
Jika didapatkan ada penyimpangan, besar penyimpangan diukur dan dicatat pada formulir
pemeriksaan.
Penilaian bisa salah bila pengamatan dilakukan dari samping, tidak tepat tegak lurus bidang
sagital pasien.
Diagnosis bisa salah bila posisi gigi kaninus atas dan/atau bawah malposisi. Apabila posisi
gigi kaninus tidak normal, gunakan analisis sefalometri.
Sendi Temporomandibuler (TMJ) :
Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien sudah meng-
akibatkan gangguan pada TMJ ?
Pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk operator ditempelkan pada kondilus
pasien kanan dan kiri, pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan pelan-
pelan. Adakah kondilus kanan dan kiri pasien berputar secara tidak smooth antara kanan
dan kiri Jika ada berarti : Ada gangguan TMJ pada saat rotasi madibula Kemudian
disuruh membuka lebar-lebar dan melakukan gerakan membuka-menutup, apakah ada
pergeseran kondilus yang tidak lancar ? Jika ada, berarti ada gangguan pada saat translasi
mandibula. Pada saat mandibula digerak-gerakkan dirasakan, apakah ada getaran dan
pasien mende-ngar suara gemrisik ? Jika ya, berarti ada krepitasi, dan bila setiap gerakan
juga disertai dengan rasa sakit, berarti ada peradangan (Kondilitis). Catat dan beri
keterangan pada formulir pemeriksaan.
Tonus Otot Mastikasi :
Tujuan pemeriksaan tonus otot pengunyahan adalah untuk mengetahui: apakah malo-klusi
pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak normal?
Pemeriksaan secara klinis hanya dapat mengindikasikan adanya kelainan tersebut,
diagnosis yang tepat bisa dilakukan dengan pemeriksaan Elektromyografi di bagian
Fisio-terapi RSU atau bagian Fisiologi FK.
Tempelkan kedua telapak tangan operator pada kedua pipi pasien kanan dan kiri,
pasien disuruh melakukan gerakan pengunyahan dan menggigit kuat-kuat. Rasakan
ketegangan otot pipi ( m. masseter ).
Pada rahang pasien yang sempit, apakah otot pipi terasa terlalu tegang?. Jika ya, ke-
mungkinan terdapat hipertonus otot.
Pada rahang pasien yang lebar, apakah otot terlalu kendor ?. Jika ya : hipotonus otot
Catat pada formulir dan beri keterangan, bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan
EMG.
Tonus Otot Bibir :
Pemeriksaan tonus otot bibir ( m. orbicularis oris ) tujuannya sama dengan pemeriksaan
otot masseter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan kaca mulut pada bibir ba-
wah dengan menahan kemudian pasien diinstruksikan menelan ludah. Rasakan ketegangan
otot bibir bawah.Dengan cara yang sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir
atas sedikit diangkat, instruksikan menelan, rasakan ketegangannya
Pada pasien yang gigi depan protrusif apakah dicurigai adanya otot bibir yang kendor
(hipotonus) ? Catat dan beri keterangan., bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.
Bibir posisi istirahat :
Pemeriksaan posisi bibir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada incompetensi otot-otot
bibir pasien pada posisi istirahat ?
Pada pasien yang gigi anterior atasnya protrusif, diam-diam tanpa sepengetahuan pasien
amati posisi bibirnya , apakah menutup atau terbuka ? Amati posisi bibir bawah apakah di-
belakang gigi anteror atas ? Kemudian pasien disuruh menutup bibirnya, apakah penutu-
pan tampak dipaksakan ? Jika ya berarti ada incompetent otot bibir pasien. Catat pada
formulir pemeriksaan dan beri keterangan.
Free way space :
Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak in-
terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite
plane jika diperlukan pada perawatan nanti.
Cara pengukuran :
a. Pasien duduk tegak pandangan lurus kedepan sejajar lantai.
b. Dengan spidol beri tanda posisi titik:Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog).
c. Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah
jarak Sn – Pog.
d. Kemudian pasien diinstruksikan oklusi sentrik, ukur lagi jarak Sn – Pog.
e. Catatlah selisih pengukuran tadi. Besar free way space normal 2- 4 mm.
b. Intra oral
Higiene mulut : Periksa higiene mulut pasien : plak, kalkulus, debris : tetapkan OHI
pasien catat dan beri keterangan.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah higiene mulut pasien akan
menghambat perawatan yang akan dilakukan ? Apa perlu dilakukan scaling lebih
dulu?
Lingua : Periksa keadaan dan ukuran lidah pasien catat dan beri keterangan
Pemeriksaan lidah pasien dimaksud kan untuk mengetahui :
Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?
Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi ?. Periksa ada atau tidak ada-
nya krenasi ( crenation ) pada tepi lidah.
Apakah ukuran lidah akan mengganggu stabilitas hasil perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?
Palatum: Periksa catat dan beri keterangan keadaan palatum
Pemeriksaan palatum dimaksudkan untuk mengtahui :
Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada palatum pasien yang akan meng-
hambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?
Apakah ukuran palatum yang menjadi sebab terjadinya maloklusi ?
Apakah ukuran palatum merupakan indikasi adanya kebiasaan bernafas melalui mu-
lut ?
Gingiva : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan gingiva pasien.
Pemeriksaan gingiva dimaksudkan untuk mengetaui :
Apakah ada peradangan atau resesi pada gingiva ? Seberapa parah ?
Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?
Mukosa : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan mukosa pipi dan bibir pasien.
Pemeriksaan mukosa pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
Apakah ada peradangan, lesi, tumor pada mukosa ? Seberapa parah ?
Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?
Frenulum : Periksa, catat dan beri keterangan keadaan ketebalan, perlekatan frenulum
pasien (prenulum bibir atas, frenulum bibir bawah dan frenulum lidah) .
Pemeriksaan frenulum pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
Apakah frenulum pasien normal, tipis atau tebal ?.
Apakah perlekatannya rendah (mendekati forniks ), normal, atau tinggi ( mendekati
tepi gingiva )?
Apakah ada kelainan yang akan mengganggu perawatan ortodontik sehingga perlu di-
lakukan frenectomi dulu ?
Tonsila : Dengan menggunakan tongue blade atau kaca mulut, lidah pasien ditekan dan
periksa keadaan tonsila pasien, catat dan beri keterangan lengkap.
Pemeriksaan tonsila pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
Apakah ada peradangan dan pembengkakan tonsila palatina ( amandel ) pada tepi kiri
dan kanan pangkal lidah ?
Jika ada apakah akan mengganggu perawatan ortodontik ? Apakah perlu konsul ke
dokter spesialis THT ?
Pemeriksaan gigi-geligi : Dengan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan dari gigi
kiri bawah pasien sampai gigi kanan bawah dan dari gigi kanan atas sampai gigi kiri atas
pasien. Jika ada kelainan catat dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang telah
dilakukan .
Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum perawatan
ortodontik dimulai ?
Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan lepas
atau rusak jika mendapat tekanan ortodontik ?
Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu diper-
hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan ?
Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik?
Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu ?
Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan
dilaksanakan ?
3. ANALISIS FOTO :
A. FOTO MUKA
Tampak depan : isilah bentuk muka sesuai dengan indeks muka, dan keadaan muka
simetris atau asimetris
Tampak samping : isilah profil muka pasien
B. FOTO RONSEN
4. ANALISIS MODEL STUDI
Bentuk Lengkung gigi :
Analisis bentuk lengkung gigi bertujuan untuk mengetahui apakah ada keharmonisan anta-
ra bentuk lengkung gigi dengan bentuk muka pasien serta keharmonisan antara bentuk
lengkung gigi atas dan lengkung gigi bawah.
Amati bentuk lengkung gigi pasien dari oklusal pada rahang atas dan rahang bawah. Sesuai
dengan ciri-cirinya, tetapkan bentuk lengkung gigi. Perhatikan keseimbangan sisi kanan
dan kiri : simetris atau asimetris? Apakah ada kesesuaian dengan bentuk muka pasien ?.
Catat dan beri keterangan pada formulir pemeriksaan.
Ciri-ciri :
Setengah elips: Puncak lengkung ( C – C ) berbentuk garis lengkung ( curved ), kaki
lengkung ( P1 – M2 ) berbentuk garis lengkung jika diperpanjang berpotongan diposterior,
gigi M2 sisi distalnya tampak mulai berbelok mengarah ke garis tengah lengkung.
Parabola : Puncak lengkung curved, kaki lengkung merupakan garis lurus ( straight ), me-
nyebar ( devergent ) jika diperpanjang tidak bertemu diposterior, gigi M2 tidak berbelok ke
posisi median line tapi lurus merupakan terusan gigi - gigi depannya.
U Form :Puncak lengkung curved, kaki lengkung antara kanan dan kiri. straight dan saling
sejajar
V Form :Kaki lengkung straight, devergent, puncak lengkung lancip, gigi C dan I2 lurus ke
depan merupakan terusan kaki lengkung, gigi I1 saling membentuk sudut..
Trapezoid : Kaki lengkung straight, devergent , puncak lengkung datar, gigi C-C meru-
pakan titik sudut dari trapesium.
Setengah lingkaran: Bentuk ini biasanya tampak pada awal periode gigi campuran saat M1
sudah erupsi , puncak dan kaki lengkung ( M1 – M1 ) merupakan bagian dari setengah
lingkaran.
Perhatikan bentuk lengkung tersebut: simetris apa asimetris ?
Malposisi gigi-gigi individual :
Pemeriksaan malposisi gigi individual dimaksudkan untuk mengetahui penyimpangan
letak masing-nasing gigi tehadap lengkung alveolarisnya. Yang dijadikan referensi adalah
garis oklusi pada oklusi normal, pada rahang bawah melewati puncak tonjol bukal gigi-
gigi posterior dan tepi insisal gigi-gigi anterior yang posisinya normal, sedangkan pada
rahang atas melewati fossa sentral gigi-gigi posterior dan permukaan palatinal gigi-gigi
anterior setinggi cingulum.
Amati posisi masing-masing gigi terhadap garis imajiner (garis yang dibayangkan ) sesuai
dengan garis oklusi di atas dan tetapkan penyimpangannya, catat pada formulir peme-
riksaan .
Macam-macam malposisi gigi individual :
a. Arah mesiodistal : mesioversi - distoversi
c. Arah labiopalatinal : laboversi - palato / linguoversi
d. Arah bukopalatinal : bukoversi - palato / linguoversi
e. Arah vertikal : supraversi-infraversi
f. Perputaran aksis : rotasi / torsiversi
g. Pertukaran tempat : transversi
h. Penyimpangan aksis : aksiversi, misalnya mesioaksiversi
i. Kombinasi, misalnya distolabioversi
Relasi gigi-gigi dalam oklusi sentrik:
Pemeriksaan relasi gigi dalam oklusi sentrik dimaksudkan untuk mengetahui adanya mal-
relasi gigi-gigi terhadap antagonisnya.
Model studi dioklusikan pada relasi sentrik, amati kontak oklusal masing-masing gigi
tehadap antagonisnya. Jika diketemukan adanya penyimpangan catat dan beri keterangan
Macam-macam malrelasi gigi :
a. Arah anteroposterior : overjet , edge to edge bite, cross bite
b. Arah bukolingual : cup to cup bite, cross bite, scissor bite
c. Arah mesiodistal : distoklusi. mesioklusi
d. Arah vertikal : - overbite : open bite, shalow bite, deep over bite, palatal bite
supraklusi, infraklusi, relasi molar I, relasi caninus.
Median line : garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang :
Pemeriksaan median line gigi dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan posisi
garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang dan penyimpangan garis tengah gigi rahang
atas terhadap garis tengah gigi rahang bawah..
Pada model studi rahang atas diberi titik tepat pada sutura palatina mediana , satu di
daerah inter premolar pertama dan satu lagi di daerah intermolar pertama. Dengan
penggaris sejajar permukaan oklusal gigi melalui kedua titik tadi tarik garis pada tepi
insisal gigi insisivus sentral atas, ini merupakan posisi normal garis tengah gigi terhadap
rahang. Oklusikan model studi pada posisi sentrik dan transfer posisi median line normal
gigi insisivus pertama atas ke gigi bawah .
Tentukan dan ukur penyimpangam garis tengah (median line) gigi insisivus pertama atas
dan bawah terhadap garis tengah yang normal tadi.
Lebar mesiodistal gigi :
Pengukuran lebar mesiodistal gigi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ukuran gigi-gigi
pasien merupakan salah satu etiologi maloklusi ? Dalam melakukan perhitungan-
perhitungan dan merencanakan lengkung ideal juga dibutuhkan ukuran lebar mesiodistal
gigi pasien.
Dengan menggunakan jangka sorong / kaliper geser, ukur jarak mesiodistal terlebar
masing-masing gigi. Ukuran yang didapat dibandingkan dengan standar normal ukuran
gigi, sehingga dapat diketahui apakah ukuran gigi pasien sama, lebih besar atau lebih kecil
dari ukuran normal Hasil pengukuran dicatat pada formulir pemeriksaan dan beri
keterangan..
5. SKEMA GIGI - GIGI DARI OKLUSAL :
Gambar elemen gigi rahang atas dan rahang bawah dari pandangan oklusal sesuai dengan
keadaan atau posisi gigi pasien, beri kode (apel gigi ) dan beri gambar boksing. Gigi – gigi
anterior ( C – C ) digambar tepi insisalnya, sedangkan gigi – gigi posterior digambar
sesuai permukaan oklusalnya. Tidak boleh dengan foto kopi model gips.
6. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN :
Metode Moyers :
Analisis ini digunakan untuk kasus-kasus maloklusi pada periode gigi campuran ( mixed
dentition ), yaitu untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum
erupsi.
Ukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah, jumlahkan dan catat pada
formulir pemeriksaan. Catat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P1 dan P2,
sisi kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan tabel
Moyers, dengan menggunakan prosentase 75 %.. Pada model, jika posisi gigi insivus
permanen belum normal, letakkan pada posisi yang benar dengan mengukurkan masing-
masing lebar mesiodistalnya dari posisi median line yang benar ke arah distal. Ukur ruang
yang tersedia dan catat besar diskrepansi ruang yang ada untuk masing-masing sisi rahang
Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar pertama atas
dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-masing sisi tambahkan kebu-
tuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas I Angle ( Lee way space ) rata-rata
sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawah.
Metode Nance :
Analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus
mixed dentition.
Buat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P1 , P2 yang belum erupsi pada ke empat sisi
rahang, Pada foto ronsen, ukur lebar mesiodistal masing-masing dan lakukan koreksi
terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar mesiodistal P1 sesung-
guhnya dapat dihitung dengan rumus : ( P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro ), lebar mesiodistal M1
yang sudah erupsi dapat diukur langsung pada model.. Jumlahkan hasil pengukuran yang
sudah dikoreksi dan catat pada formulir pemeriksaan. Jumlahkan mesiodistal gigi-gigi de-
sidui: c, m1, m2, lalu bandingkan dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1
dan P2 . Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan leng-
kung ideal.
Metode Pont :
Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen, digunakankan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kearah lateral di regio interpremolar pertama
dan intermolar pertama. Dengan lebar mesiodistal 2112 sebagai prediktor dilakukan
untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter P1 dan inter M1 yang ideal untuk
menampung gigi. Dengan membandingkan lebar lengkung gigi pasien yang ada pada
model studi maka dapat diketahui bahwa per-tumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
pasien di regio P1 dan M1 kearah lateral: normal , kurang ( kontraksi ) atau berlebihan
( distraksi ) .
Ukur lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas, jumlahkan dan catat pada formulir
pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P1 – P1 dan M1 – M1 yang dibutuhkan dengan
melihat tabel (indeks Pont) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus
P1– P1 = Jumlah lebar 21l12 dibagi 80 dikalikan 100, catat pada formulir. Ukur lebar
P1- P1 pada model dengan mengukur lebar titik terdistal cekung mesial gigi P1 atas
kanan dan kiri, jika P1 atas tidak ada atau malposisi bisa diukur jarak puncak tonjol
bukal gigi P1 bawah kanan dan kiri. Catat dan cari diskrepansinya, beri keterangan.
Lebar M1 – M1 yang dibutuhkan = Jumlah lebar mesiodistal 21l12 dibagi 64
dikalikan 100, catat pada formulir. Pada model studi ukur lebar lengkung M1- M1
dengan mengukur jarak titik cekung mesial M1 atas kanan kiri, jika gigi M1 sudah
dicabut atau malposisi ukur jarak puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi
bawah kanan dan kiri. Catat dan hitung diskrepansi lengkung tersebut dan beri
keterangan .
Derajat kontraksi atau distraksi sampai 5 mm termasuk ringan, 5 – 10 mm sedang dan
lebih besar dari 10 mm termasuk berat
Metode Korkhaus :
Seperti pada metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk mengetahui tinggi leng-
kung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 21l12 sebagai prediktor.
Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus, catat pada formulir.
Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan salah satu cara sbb. :
Memakai Orthocross ( alat ukur Korkhaus ) > Dengan alat ini selain dapat mengetahui
tinggi lengkung gigi juga dapat mengetahui tinggi lengkung basal pasien dengan cara :
Alat diletakkan pada permukaan oklussal gigi dengan posisi garis melintang tepat pada
titik P1 kanan dan kiri Pont ( titik terdistal cekung mesial ). Kemudian penunjuk basal
rahang didekatkan sampai menempel pada tepi terdepan basis alveolaris setinggi apeks
gigi insisivus sentral ( titik A Steiner ), Catat hasil pengukuran tinggi lengkung basal
pasien. Kemudian penunjuk ( pointer ) ditarik pelan-pelan ke posterior sampai se-
tinggi permukaan labial gigi insisivus sentral atas, catat tinggi lengkung gigi pasien.
Memakai penggaris dan kaliper geser > Letakkan penggaris diatas permukaan oklusal
gigi P1 kanan dan kiri tepat pada titik pengukuran Pont, dengan kaliper geser, pangkal
pegangan ditempelkan pada permukaan labial didekat insisal gigi insisivus sentral
kanan dan kiri ( didaerah interdental ) kemudian kaliper digeser membuka sehingga
penunjuk pada pangkal pegangan mengcapai posisi penggaris. Catat hasil pengukuran
pada formulir.
Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan membandingkan
dengan data tabel ( Indeks Korkhaus ) > Apakah pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi pasien kearah anterior : normal, protaksi atau retraksi ?
Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal pasien dapat
diketahui dikrepansi tinggi lengkung gigi-basal pasien, Ini merupakan inklinasi gigi
insisivus sentral pasien yang diukur secara linier. Pengukuran ini berfungsi nanti pada
analisis determinasi lengkung yaitu : Retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilaku-
kan maksimal sampai posisi gigi insisivus atas tegak yaitu sampai tinggi lengkung gigi
sama dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepasi tinggi lengkung gigi-
basal.pasien.
Metode Howes :
Metode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen yaitu
untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal ( basis alveolaris ) pa-sien
dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1 sebagai pre-diktor.
Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1 catat pada formulir pemeriksaan.
Ukur Lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P1 pada titik bagian dalam
tonjol bukal gigi P1 kanan kiri.
Hitung indeks Premolar pasien yaitu : Lebar inter P1 dibagi jumlah lebar mesiodistal
M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan
Ukur lebar lengkung basal dengan mengukur jarak inter fossa canina yaitu suatu titik
pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri.
Hitung indeks fossa canina pasien yaitu : Lebar inter fossa canina dibagi jumlah lebar
mesiodistal M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan.
Kesimpulan :
Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan
stabil indeks premolar sekurang-kurangnya 43%. Bagaimana dengan indeks pasien ?
Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan
stabil indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%. Bagaimana dengan indeks pasien
? Catat pada formulir pemeriksaan.
Apabila indeks fossa canina pasien kurang dari 37%, ini merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan.
Apabila indeks fossa canina didapatkan kurang dari 44% tetapi lebih besar dari 37%
ini merupakan kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan inidikasi ekspansi
atau pencabutan ? Periksa hasil analisis lainnya .
Apabila Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar berarti inklinasi gigi-gigi
posterior diregio premolar konvergen ini merupakan indikasi ekspansi. Bila lebih
kecil berarti inklinasi gigi posterior divergen ini merupakan indikasi ekspansi
Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat mencapai indeks
lebar lengkung gigi sama dengan indeks fossa canina ( inklinasi gigi posterior tegak )
yaitu sebesar 44% kali jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi M1- M1. Dapat dihitung berapa
melimeter lagi ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan ?
Determinasi lengkung gigi :
Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal
gigi ( kebutuhan ruang ) setelah lengkung ideal dirancang seideal mungkin dari lengkung
mula-mula yang ada pada pasien.
Metode determinasi lengkung gigi merupakan salah satu cara menetapkan ruang untuk
pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik. Metode ini dikembangkan di klinik
bagian ortodonsia FKG UGM, merupakan penyederhanaan dari metode analisis Set up
model yang dikemukakan oleh kesling (1956)
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode kesling yaitu menetapkan
diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan koreksi maloklusi.
Perbedaannya adalah metode kesling dilakukan langsung pada model dengan memisahkan
gigi-gigi yang akan di koreksi dengan cara menggergaji masing-masing mahkota gigi dari
bagian processus alveolaris setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun
kembali pada posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk
penempatan gigi premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk masing-
masing sisi rahang.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan
mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik transparan diatas plat
gelas kemudian membandingkan dengan jumlahlebar mesiodistal gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut
Dengan metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak
perlu membuat model khusus (set up model) karena langsung bisa dilakukan pada model
studi.
Bahan dan alat yang digunakan :
1. Model studi
2. Plat gelas atau mika, tebal 2 mm
3. Plastik transparan
4. Kawat tembaga diameter 0,7 mm
5. Spidol F (fine) 2 warna (biru dan merah)
6. Kaliper geser skala 0,05 mm
7. Alkohol atau thiner
8. Kapas
Cara kerja :
a. Penapakan lengkung pra-koreksi (lengkung awal/lengkung mula-mula)
1. Menapak lengkung awal pada rahang atas
2. Menapak lengkung awal pada rahang bawah
3. Mengecek ketepatan hasil penapakan
b. Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)
1. Membuat lengkung ideal pada rahang atas
2. Membuat lengkung ideal pada rahang bawah
c. Pengukuran diskrepansi lengkung
1. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang atas
2. Mengukur diskrepansi lengkung ideal rahang bawah
d. Menetapkan cara pencarian ruang
Penjelasan :
a. Menapak lengkung pra-koreksi :
Lengkung prakoreksi juga disebut juga lengkung mula-mula atau lengkung awal
sebelum perawatan dilakukan
1. Penapakan pada rahang atas
a. Model studi rahang atas diletakkan diatas meja sejajar lantai
b. Plat gelas/mika diletakkan diatas permukaan oklusal gigi-gigi
c. Diatas plat dilapisi plastik transparan
d. Dengan pengamatan tegak lurus bidang plat, penapakan dilakukan dengan spidol
biru mengikuti lebar mesiodistal gigi (lebar mesiodistal terbesar) dari gigi M2
kanan-M2 kiri. Akan terbentuk lengkung yang berkelok-kelok mengikuti posisi
gigi yang tidak teratur
e. Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada puncak
lengkung sesuai dengan posisi median line gigi didaerah interdental insisivus
sentral atas.
f. Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada kedua kaki lengkung
(kanan dan kiri ) di daerah distal gigi yang paling distal yang posisimya normal
Contoh :
Jika koreksi gigi akan dilakukan hanya sampai gigi insisivus lateral
kanan dan kiri basis lengkung dibuat didistal gigi kaninus kanan dan
kiri
Jika koreksi dilakukan sampai gigi kaninus kanan dan kiri atau akan
diperkirakan akan dilakukan pencabutan P1 basis lengkung dibuat
didistal P2 kanan dan kiri
Jika koreksi dilakukan sampai P2 kanan dan kiri basis lengkung
ditetapkan pada distal M1
g. Mentransfer posisi basis lengkung rahang atas ke model rahang bawah :
Model rahang atas dan bawah dioklusikan secara sentrik
Posisi basis lengkung gigi rahang atas ditransfer ke gigi rahang bawah
dengan membuat garis pada permukaan bukal mahkota gigi rahang bawah
kanan dan kiri, tepat pada sisi distal gigi rahang atas yang dipilih sebagai
basis lengkung. Posisi basis lengkung gigi rahang atas tidak selalu sama
dengan posisi distal gigi rahang bawah.
2. Penapakan pada rahang bawah :
a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal model gigi
rahang bawah
b. Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan dan kiri
rahang atas sesuai
dengan rahang bawah, kemudian titik basis lengkung rahang atas dihimpitkan
pada posisi basis yang telah dibuat pada rahang bawah tadi
c. Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol biru
mengikuti lebar mesiodistal
terlebar dari gigi M2 kanan-M2 kiri,terbentuk lengkung berkelok-kelok
mengikuti posisi gigi yang ada.
d. Menetapkan posisi puncak lengkung dengan cara membuat titik pada puncak
lengkung rahang bawah didaerah interdental Insisivus sentral bawah.
e. Menetapkan basis lengkung dengan membuat titik pada ke dua kaki lengkung
rahang bawah (kanan dan kiri) didaerah distal gigi yang paling distal yang
posisinya normal.Posisi basis lengkung rahang bawah tidak harus sama dengan
gigi rahang atas.
3. Pengecekan hasil penapakan
Untuk mengetahui ketepatan penapakan dilakukan pengecekan hasil penapakan
dengan melakukan pengukuran dengan kaliper geser :
a. Jarak puncak lengkung rahang atas dengan rahang bawah harus sesuai dengan
besar over jet pasien
b. Lebar kaki lengkung rahang atas dan bawah pada hasil penapakan diplat gelas
harus sesuai dengan lebar pada model studi
b.Penapakan lengkung pasca koreksi (lengkung ideal)
Lengkung pasca koreksi adalah lengkung ideal untuk masing-masing pasien
(individual), direncanakan oleh operator berdasarkan kondisi ideal yang mungkin dapat
dicapai dalam perawatan nanti. Dengan mengacu kepada oklusi normal, posisi dan relasi
rahang serta kemampuan alat yang dipakai untuk melakukan koreksi terhadap gigi, kemudian
ditetapkan :
Apakah akan melakukan koreksi median line ?, ini sulit dilakukan dengan alat
lepasan jika harus menggeser banyak gigi untuk mengoreksi garis median yang
sedikit bergeser
Apakah akan melakukan koreksi relasi molar pertama (klasifikasi angle)?, ini sulit
dilakukan dengan alat lepasan jika harus menggeser banyak gigi posterior
Apakah malposisi ringan pada gigi posterior akan dikoreksi atau sudah dianggap
normal saja? Karena sulit mengoreksi gigi posterior yang rotasi dengan alat lepasan
Apakah akan melakukan retrusi gigi anterior secara maksimal untuk
mengkompensasi rahang yang protrusif?, ini dilakukan pada kasus maloklusi tipe
skeletal atau kombinasi dentoskeletal dengan koreksi retrusi kompensasi pada gigi-
gigi anterior
Apakah lengkung ideal dibuat terlebih dahulu pada rahang atas diikuti rahang
bawah, atau sebaliknya?, ini tergantung pada posisi rahang yang dianggap normal
dan kemampuan gigi-gigi untuk mengkompensasi diskrepansi rahang tersebut.
1. Penapakan pada rahang atas
a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal model rahang atas dan palstik
transparan dibalik dikembalikan pada posisi semula
b. Tetapkan posisi puncak lengkung ideal rahang atas yang akan dibuat yaitu :
Jika tidak ada retrusi puncak lengkung tetap
Retrusi maksimal sampai inklinasi gigi insisivus atas tegak yaitu dengan
meletakkan titik spidol merah tepat setinggi foramen insisivum
Retrusi sampai inklinasi gigi insisivus normal yaitu 2-4 mm didepan
foramen insisivum
c. Ukur besar retrusi gigi anterior atas yang telah ditetapkan dengan mengukur
posisi puncak lengkung mula-mula ke posisi puncak lengkung ideal dan hitung
besar perubahan overjet yang terjadi dengan mengurangi besar overjet mula-
mula dengan besar retrusi rahang atas yang telah ditetapkan. Apabila nilainya
negatif akan terjadi crossbite anterior, jika tidak dilakukan retrusi pada rahang
bawah
d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada)
hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung membentuk
lengkung ideal rahang atas.
2. Penapakan pada rahang bawah
Plat gelas dipindahkan ke model rahang bawah, plastik transparan dibalik posisi
basis dipaskan pada posisi semula
Tetapkan overjet akhir yang akan direncanakan dengan menetapkan posisi
puncak lengkung ideal rahang bawah dibelakang puncak lengkung idela rahang
atas
Tetapkan besar retrusi (mungkuin juga protusif) pada rahang bawah yang harus
dilakukan dengan mengukur jarak posisi titik puncak lengkung awal ke puncak
lengkung ideal rahang bawah
Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada)
hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung membentuk
lengkung ideal rahang bawah
c. Mengukur diskrepansi lengkung
Diskrepansi lengkung adalah perbedaan antara panjang lengkung ideal yang
dirancang dengan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi yang akan ditempatkan pada
lengkung tersebut. Ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan apakah perlu
dilakukan koreksi median line gigi atau tidak ?
1. Pengukuran pada rahang atas
a. Kawat tembaga dibuat melengkung dipaskan pada plastik transparan sesuai
dengan lengkung ideal rahang atas yang telah dibuat
b. Dengan spidol tetapkan posisi basis kanan dan kiri pada kawat
c. Tetapkan posisi puncak lengkung tepat pada posisi median line rahang atas.
Jika perlu dilakukan koreksi median lina tetapkan posisi puncak lengkung
ideal dengan menggeser posisi median line ke posisi yang benar sesuai
dengan besar pergeseran gigi yang ada
d. Kawat tembaga diluruskan ukur panjang lengkung ideal :
Dan basis kanan ke puncak lengkung bandingkan dengan jumlah
lebar mesiodistal gigi-gigi sisi kanan, selisih pengukuran
merupakan besar diskrepansi lengkung sisi kanan
Dan basis kiri ke puncak lengkung bandingkan dengan jumlah lebar
mesiodistal gigi-gigi sisi kiri selisih pengukuran merupakan besar
diskrepansi lengkung sisi kiri
d. Menetapkan cara pencarian ruang
Menurut Carey apabila kekurangan ruang per sisi lengkung didapatkan :
1. Lebih besar dari setengah lebar mesiodistal gigi P1, cabut gigi P1 tersebut
2. Lebih besar dari seperempat sampai setengah lebar mesiodistal gigi P1
dianjurkan untuk dilakukan :
Pencabutan satu P1 pada salah satu sisi lengkung jika ada pergeseran
midline
Pencabutan dua P2 kanan dan kiri jika lengkung gigi sudah simetris
Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi
kontraksi
3. Lebih kecil dari seperempat lebar mesiodistal gigi P1 dapat dilakukan :
Penggrindingan lebar mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak rentan
karies
Ekspansi jika lengkung gigi kontraksi
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA :
Diagnosis sementara ( Tentative diagnosis ) ditetapkan dari data hasil pemeriksaan klinis
dan analisis serta perhitungan pada model studi yang telah dilakukan. Tujuannya adalah :
a. Agar dapat mengetahui gambaran sementara tentang keadaan maloklusi pasien
b. Mengadakan klasifikasi / pengelompokan maloklusi pasien berdasarkan atas :
Aspek yang dikeluhkan pasien ( estetik, fungsi pengunyahan dan fungsi bicara }.
Komponen dentofasial yang dilibatkan ( profil jaringan lunak fasial, otot-otot masti-
kasi, komponen skeletal dan komponen dental )
Jenis kasus maloklusi ( crowding, spacing, protrusif, retrusif, crossbite, malposisi
individual dan lain-lain ).
c. Menetapkan cara pencarian ruang yang dibutuhkan untuk merawat maloklusi tersebut:
(pencabutan , ekspansi, grinding ).
d. Menentukan apakah masih diperlukan data diagnostik tambahan ( analisis fotografi,
analisis radiografi, analisis sefalometri dan analisis lainnya ).
e. Menentukan apakah diperlukan perawatan pendahuluan seperti pencabutan gigi yang
gangraen, akar gigi yang tertinggal , operasi impaksi dll ?. Apakah diperlukan penam-
balan gigi yang lubang? Apakah diperlukan scaling, perawatan gingivitis dll. ?
Analisis-analisis untuk mendapatkan data diagnostik tambahan ini hanya dilakukan bila
dianggap perlu dan bersifat selektif.
DATA DIAGNOSIS TAMBAHAN
i. ANALISIS FOTOGRAFI :
Analisis fotografi adalah analisis yang dilakukan pada foto wajah pasien baik dari depan
maupun dari samping . Tujuannya adalah agar mendapatkan data kualitatif atau data
kuantitatif yang lebih lengkap selain data hasil pemeriksaan klinis.
Jika yang diperlukan cukup hanya data kualitatif sebagai pengganti pasien pada saat diskusi
kasus cukup dibutuhkan foto ukuran 4 x 6 cm dari depan dan dari samping. Tetapi jika
diperlukan analisis kuantitatif ( dengan pengukuran ) diperlukan ukuran foto 10 x 15 (1R)
atau yang lebih besar. Baca makalah analisis fotometri jaringan lunak fasial !!!
Diatas foto wajah pasien diletakkan plastik transparan, dengan spidol F ( fine ) tentukan
posisi titik anatomis yang dibutuhkan :
Indeks bentuk muka : Tentukan posisi titik : Nasion ( Na ), Gnathion ( Gn ) dan titik
Zygomatik ( Zy ) kanan dan kiri. Dengan kaliper geser ukur jarak ( Na – Gn ) dan
jarak ( Zy ka – Zy ki ). Hitung indeks muka pasien dengan rumus seperti pada analisis
klinis yang telah dilakukan dan tetapkan tipe muka pasien. Apakah ada kesesuaian
dengan hasil pemeriksaan klinis yang telah dilakukan ?
Tipe profil muka menurut Graber:
Supaya mendapat hasil analisis yang lebih akurat pada foto wajah yang ukurannya
lebih kecil daru ukuran sesungguhnya, dapat dilakukan dengan menentukan titik-titik
anatomis: Glabella ( Gl ), Symphisis ( Sy ) Kontur bibir atas ( Ulc ) dan Kontur bibir
bawah ( Llc ). Dengan Spidol tarik garis ( Gl – Sym ) sebagai referensi, kemudian tarik
garis ( Gl – Ulc ) dan garis ( Sym – Llc ).
Diagnosis : Apabila titik perpotongannya berada didepan garis referensi > tipe profil
pasien cembung, bila tepat pada garis referensi > tipe lurus/datar dan apabila berada
dibelakang > tipe cekung. Cocokkan dengan hasil pemeriksaan klinis.
Tipe profil muka menurut Shwarz:
Dengan spidol, diatas plastik transparan tentukan posisi titik Porion (Po), Orbital (Or)
tarik garis (Po – Or) merupakan bidang Horisontal Frakfurt (FHP). Tentukan posisi
titik Nasion (Na), Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog), kemudian tarik garis tegak lurus
FHP melalui titik Na, Sn dan Pog..
Diagnosis :
Apabila Posisi garis (SnFHP) berada didepan (NaFHP) > tipe Anteface (muka
kedepan posisi maksila protrusif), bila Sn segaris dengan Na > tipe Average face
(muka rata, posisi maksila normal), dan bila berada dibelakang > tipe Retroface (muka
kurang maju, posisi maksila retrusif)).
Apabila posisi garis (PogFHP) berada didepan (NaFHP) . tipe Prognatik (dagu rotasi
kedepam, posisi mandibula protrusif ), bila segaris > tipe Ortognatik (tidak ada rotasi,
posisi mandibula normal) dan bila berada dibelakangnya > tipe retrognatik (dagu rotasi
ke belakan, madibula retrusif). Dengan demikian ada 9 kemungkinan tipe profil pasien
Cocokkan dengan hasil pemeriksaan klinis.
ii. PEMERIKSAAN RONSENOGRAFI :
Pemeriksaan ronsenografi dilakukan apabila dibutuhkan data pendukung untuk meleng-
kapi temuan klinis. Ada beberapa jenis foto ronsen yang sering dibutuhkan :
Foto lokal / periapikal : Untuk mengamati posisi gigi yang tidak erupsi, impaksi, Untuk
mengukur lebar mahkota gigi 345 yang belum erupsi (metode Nance)
Foto Panoramik untuk memeriksa keadaan gigi dalam mulut secara keseluruhan
Foto sefalogram untuk melakukan analisis sefalometri.
Lain-lain jenis foto ronsen yang jarang dibutuhkan.
Jika diperlukan lampirkan pada formulir pemeriksaan beri keterangan sesuai dengan
diagnosis yang diperlukan.
iii. ANALISIS SEFALOMETRI :
Analisis sefalometri sekarang sangat umum digunakan sebagai alat bantu diagnostik
tambahan. Ada banyak metode analisis sefalometri yang telah diajukan, tetapi pada
formulir pemeriksaan disertakan tabel data anlisis sefalometri yang memuat pengukuran-
pengukuran yang paling umum dilakukan : Pelajari Makalah Analisis Sefalomerti !!!
Analisis sefalogram lateral :
a. Sefalogram lateral pasien dilapisi kertas asetat di fiksasi dengan pita isolasi (scoth tape).
Dengan pensil 4H lakukan penapakan (tracing) mengikuti kontur jaringan keras profil
pasien, basis cranii bagian anterior,sella turcica, orbita , porion, maksila, mandibula dan
gigi insisivus sentral atas dan bawah serta gigi Molar pertama atas dan bawah.
b. Tentukan titik anatomi, buat garis-gasis serta sudut-sudut pengukuran yang dibutuhkan
untuk :
Analisis Skeletal :
Sudut SNA : Sudut yang menyatakan posisi terdepan basis alveolaris maksilaris ter-
hadap titik terdepan basis kranialis.
Sudut SNB: Sudut yang menyatakan posisi terdepan basis alveorais mandibularis
terhadap titik terdepan basis kranialis.
Sudut SN-NPog : Sudut antara bidang fasial terhadap basis kranial .
Jarak A-NPog : Jarak antara basis maksila terhadap bidang fasial
Sudut FMPA : Sudut antara bidang mandibula terhadap bidang Frankfurt.
Analisis Dentoskeletal :
Jarak LI – APog : Jarak insisal insivus pertama bawah terhadap garis APog , untuk
menentukan posisi insivus pertama atas, protrusif atau retrusif.
Sudut IMPA : Sudut yang menyatakan posisi gigi insisivus bawah terhadap bidang
mandibula.
Jarak UI – APog : Jarak insisal insisivus pertama atas terhadap garis Apog.
Sudut UI – FHP : Sudut antara gigi insisivus pertama atas terhadap bidang horisontal
Frankfurt FHP.
Sudut UI – LI : Sudut interinsisal, antara insisivus pertama atas terhadap insisivus
pertama bawah.
Ukur sudut-sudut dan jarak titik analisis yang telah dibuat, catat pada tabel data sefa-
lometrik dan bandingkan dengan standar normal yang telah disediakan, beri keterang-
an diagnosisnya.
V. DIGNOSIS FINAL :
Diagnosis final yang biasa disebut hanya dengan kata “Diagnosis” saja, dimaksudkan
untuk menetapkan keadaan maloklusi pasien selengkap mungkin berdasarkan atas semua
data yang telah dikumpulkan sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
komponen-dentofasial yang mengakibatkan terjadinya maloklusi. pada pasien.
Maloklusi dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang diawali dengan kata :
Maloklusi Angle klas………. dst.:
a. Nyatakan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan gigi Molar pertama atas dan bawah
pasien sesuai dengan klasifikasi Angle : Klas I, II atau III, bila diperlukan beri keterangan
divisi dan subdivisinya .
b. Nyatakan tipe maloklusinya dan komponen dentofasial yang dilibatkan : skeletal, dental
dentoskeletal.
c. Nyatakan malrelasi gigi lainnya.
d. Nyatakan malposisi gigi individual yang ada.
e. Nyatakan kelaian-kelainan lain yang melibatkan maloklusi pasien, misalnya mpaksi,
agenese dan lain-lainnya..
f. Nyatakan jika masih ada kebiasaan buruk ( bad habit )
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI :
Analisis etiologi maloklusi suatu analisis untuk menentukan sumber penyebab terjadinya
maloklusi pada pasien yang disimpulkan dari semua data hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Beri tanda pada formulir pilihan yang disediakan dan beri keterangan
selengkapnya.
VII. PROSEDUR PERAWATAN:
Rencana perawatan :
Menyatakan tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan, disusun
sesuai dengan urutan kronologis tahap perawatan sesuai dengan masing-masing kasus
yang dihadapi, dalam bentuk Tabel permasalahan: isikan target perbaikan, cek di kolom
dirawat/tidak dirawat
Jalannya perawatan :
Menjelaskan secara lebih detil masing-masing tahap perawatan tersebut meliputi :
Bagaimana dan dengan apa masing-masing tahap dari rencana perawatan tersebut diatas
dikerjakan ?
GAMBAR / DISAIN ALAT :
Gambar disain alat untuk masing masing rahang yang akan dipakai, beri keterangan kom-
ponen alat dan ukuran diameter kawat yang digunakan . Jika perawatan membutuhkan
beberapa tahap pembuatan alat, gambar disain alat untuk masing-masing tahap perawatan
Gambar pula disain retaner yang akan digunakan.
VIII. PROGNOSIS :
Prognosis adalah perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan yang akan dila-
kukan : baik, buruk, atau meragukan. Beri alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
Alasan pendukung dapat dipertimbangkan dari :
1. Keadaan pasien : kasus, usia, kesehatan, kooperativitas dll.
2. Kemapuan operator
3. Kecanggihan alat yang dipakai
XIII. PENUTUP :
Di akhir pengisian laporan, beri tanggal pada formulir pemeriksaan, ditandatangani dan
minta tanda tangan pengesahan pembimbing.
Alur Hubungan pemeriksaan dan perawatan ortodontik
Pemeriksaan klinis
Analisis Model Studi & Foto muka
Diagnosis Sementara
Diagnosis
Rencana Perawatan
Perawatan
Data Penunjang :Analisis FotometriAnalisis Ro. FotoAnalisis Sefalometri
Konsul ke Bedah MulutKonsul ke PeriodontologiKonsul ke KonservasiKonsul ke THTKonsul Ke KardiologiPemerilsaan Laboratoris10. Dll.
Evaluasi Hasil
Perawatan SelanjutnyaModifikasi Rencana Perawatan
Hasil akhir
I. IDENTITAS:
Operator : ________________________________ No. Mhs. : _________/KG
Pembimbing : _________________________________
Nomor Model : _____________
Nama pasien : _____________________________ S u k u : __________
U m u r : __________________ thn. Jenis kelamin : Pria / Wanita
Alamat : ________________________________ Telepon : __________
________________________________ Kode Pos : ____________
Pekerjaan :
_______________________________________________________________________
Nama Ayah : ____________________________ Suku : ________Umur : _________
Nama Ibu : ____________________________ Suku : __________ Umur : _________
Pekerjaanorangtua: __________________________________________________________
Alamat orang tua: _________________________________________ Telp.: ________
II. WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : Tgl. ___________________ Pencetakan: Tgl. ___________________
Pemasangan alat : Tgl.________ Retainer : Tgl. ___________________
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis ) :
Keluhan utama :
Riwayat Kesehatan :
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi - geligi :
Gigi Desidui :
Gigi Bercampur :
Gigi Permanen :
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : Tidak ada Ada :
Jenis kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
1.
2.
3.
4.
Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien : Tidak ada Ada
Ayah Ibu Saudara laki-laki Saudara perempuan
Keterangan :
B. Pemeriksaan Objektif :
1. Umum : Keterangan :
Jasmani : Baik Sedang Jelek :
Mental : Baik Sedang Jelek :
Status Gizi : Tinggi Badan ( TB ) : m Berat Badan ( BB ) : kg
Indeks Masa Tubuh = BB ( kg ) =
TB2( m )
Status Gizi : Kurang Normal Lebih Kategori :
2. Lokal :
a. Ekstra oral :
Kepala : Lebar kepala : Panjang kepala :
Indeks kepala = ___Lebar kepala X 100 =
Panjang kepala
Bentuk kepala : Brakisefali Mesosefali Dolikosefali
M u k a : Jarak Nasion - Gnation : Lebar Bizygomatic :
Indeks muka = __Jarak N - Gn X 100 =
Lebar Bizygomatik
Bentuk muka : Hipereuriprosop Euriprosop
Mesoprosop
Leptoprosop Hiperleptoprosop
Simetris Asimetris Ket. :
Profil muka : Lurus Cekung Cembung
Garis Simon ( Bidang Orbital ) : melewati
Posisi rahang terhadap bidang Orbital / garis Simon
Maksila : Normal Protrusif Retrusif: Penyimpangan
mm.
Mandibula : Normal Protrusif Retrusif : Penyimpangan
mm.
Sendi Temporomandibular (TMJ) : Normal, Abnormal :
Keterangan :
Tonus Otot Mastikasi : Normal Hipertonus Hipotonus :
Keterangan :
Tonus Otot Bibir : Normal Hipertonus Hipotonus :
Keterangan :
Bibir posisi Istirahat : Normal Tebal Tipis / Tertutup Terbuka
Free way space : mm.
b. Intra Oral :
Higiene Mulut : OHI : Baik Sedang Jelek
Pola Atrisi : Normal Abnormal regio :
Lingua : Besar Sedang Kecil Lain-lain :
Palatum : Vertikal : Sedang Tinggi Rendah
Lateral : Sedang Lebar Sempit Ket. :
Gingiva : Nomal Abnormal Ket. :
Mukosa : Nomal Abnormal Ket. :
Frenulum : Fren. Labii Superior : Nomal Abnormal Ket. :
Fren. Labii Inferior : Nomal Abnormal Ket. :
Frenulum Lingualis : Nomal Abnormal Ket. :
Tonsila : Nomal Abnormal Ket. :
Pemeriksaan gigi - gigi :
Rumus gigi-gigi:
V IV III II I
8 7 6 5 4 3 2
1
I II III IV V
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2
1
V IV III
II I
1 2 3 4 5 6 7 8
I II III IV V
Keterangan : K : Karies R : Radiks T : Tumpatan I : Inlay
X :Telah dicabut P : Persistensi Im : Impaksi J : Jaket
O : Belum Erupsi Ag : Agenese B : Bridge (GTC) En :
PerEndodontik
3. Analisis Foto Muka
Ukuran 4 X 6 cm Ukuran 4 X 6 cm
Tampak depan Tampak samping
Bentuk muka : Profil muka :
4. Analisis Model Studi
Bentuk lengkung gigi :
RA Setengah elips Setengah lingkaran Trapezoid Parabola U Form V Form
Simetris Asimetris
RB : Setengah elips Setengah lingkaran Trapezoid Parabola U Form V form
Simetris Asimetris
Keterangan :
Malposisi gigi individual :
Rahang atas : Rahang bawah :
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :
Anterior : Overjet : mm. Overbite : mm
Palatal bite : Tidak ada Ada ket. :
Deep bite : Tidak ada Ada ket. :
Open bite : Tidak ada Ada ket. :
Edge to edge bite : Tidak ada Ada ket. :
Cross bite : Tidak ada Ada ket. :
Posterior :
Cross bite : Tidak ada Ada ket. :
Open bite : Tidak ada Ada ket. :
Scissor bite : Tidak ada Ada ket. :
Cup to cup bite : Tidak ada Ada ket. :
Relasi Molar pertama kanan : Klas I Klas II Klas III.
Relasi Molar pertama kiri : Klas I Klas II Klas III.
Relasi Kaninus kanan : Klas I Klas II Klas III.
Relasi Kaninus kiri : Klas I Klas II Klas III.
Garis tengah Rahang Bawah terhadap Rahang Atas : Segaris Tidak segaris
Garis inter insisivi sental terhadap garis tengah rahang : Segaris Tidak segaris :
RA bergeser ke : Kanan Kiri : Besar pergeseran : mm
RB bergeser ke : Kanan Kiri : Besar pergeseran : mm
Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Kana
n
Kiri Normal Ket. Kana
n
Kiri Normal Ket.
1 7.40 – 9.75 4.97 – 6.60
2 6.05 – 8.10 5.45 – 6.85
3 7.05 – 9.32 6.15 – 8.15
4 6.75 – 9.00 6.35 – 8.75
5 6.00 – 8.10 6.80 – 9.55
6 9.95 – 12.10 10.62 – 13.05
7 8.75 – 10.87 8.90 – 11.37
Kesimpulan
1. Skema /Foto Kopi Gigi-gigi dari Oklusal
2.
Rahang atas Rahang bawah
6. Perhitungan-perhitungan
Metode Moyers :
Jumlah Lebar Mesiodistal 21 ! 12 Rahang bawah : ____________ mm
Tabel RA: Lebar 345 : ____________ mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ____________ mm
Diskrepansi : ____________ mm Cukup Kurang Lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : _____________ mm
Diskrepansi : ____________ mm Cukup Kurang Lebih
Tabel RB: Lebar 345 : _____________ mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : _____________ mm
Diskrepansi : ____________ mm Cukup Kurang Lebih
Ruang yang ada pada sisi kiri : ______________ mm
Diskrepansi : ____________ mm Cukup Kurang Lebih
Keterangan: _______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
Metode Nance :
Ro Foto RA : Lebar 345 kanan : ____________ mm
Ruang yang ada pada sisi kanan : ____________ mm
Diskrepansi sisi kanan : ____________ mm Cukup Kurang
Lebih
Ro Foto RA : Lebar 345 kiri : ____________ mm
Ruang yang ada pada sisi kiri : ____________ mm
Diskrepansi sisi kanan : ____________ mm Cukup Kurang
Lebih
Keterangan: ________________________________________________________
________________________________________________________
Metode Pont :
Jumlah mesiodistal 21!12 : ______________ mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : ______________ mm
Jarak P1 – P1 perhitungan : I _ X 100 = ______ mm
80
Diskrepansi : ______________ mm Normal Kontraksi Distraksi
Jarak M1 – M1 pengukuran : ______________ mm
Jarak M1 - M1 perhitungan : I _ X 100 = ______ mm
64
Diskrepansi : ______________ mm Normal Kontraksi
Distraksi
Keterangan: ______________________________________________________
______________________________________________________
Metode Korkhaus :
Tabel Korkhaus : ______________ mm
Jarak I - ( P1 - P1 ) pengukuran : ______________ mm
Diskrepansi : ______________ mm Normal Retraksi Protraksi
Keterangan : __________________________________________________
__________________________________________________
Metode Howes :
Jumlah lebar mesiodistal M1 – M1 : __________mm
Jarak P1 – P1 (Tonjol) : ___________ mm Indeks P : Jarak P1-P1 X 100%=
___%
md M1-M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : Cukup Kurang Lebih
Jarak Inter Fossa Canina : ____mm Indeks FC : Jarak FC X 100%= ___%
md M1-M1
Lengkung basal untuk menampung gigi-gigi : Cukup Kurang Lebih
Inklinasi gigi-gigi regio posterior : Normal Divergen Konvergen
Keterangan : _________________________________________________________
Determinasi Lengkung Gigi :
Hasil penapakan : Keterangan : Overjet awal : ___________ mm
Retraksi / Protraksi RA : ___________ mm
Retraksi / Protraksi RB : ___________ mm
Overjet akhir : ___________ mm
Rahang atas :
Panjang lengkung ideal : ___________ mm
Jumlah lebar mesiodistal: ___________ mm
Diskrepansi : ___________ mm
Rahang bawah :
Panjang lengkung ideal : ___________ mm
Jumlah lebar mesiodistal : ___________ mm
Diskrepansi : ___________ mm
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah:
Estetik Fungsi pengunyahan Fungsi bicara Sekeletal
Jaringan lunak fasial Otot-otot mastikasi Dental
Crowding Spacing Protrusif Retrusif Crossbite Malposisi Individual
Lain-lain : _________________________________________________________
Solusi masalah RA : Pencabutan Ekspansi Grinding.
RB : Pencabutan Ekspansi Grinding.
DATA PENUNJANG
Data Penunjang : Tidak Perlu Perlu . Yaitu :
Analisis Fotografi Analisis Foto Ronsen
Lain-lain yaitu : _________________________________________________________
Konsul ke : ___________________________________________________________
___________________________________________________________
_______________________________________________________
A. Analisis Fotografi Ukuran 10x15cm Ukuran 10x15cm
Tampak depan Tampak samping
Keterangan:
_____________________________________________________
_____________________________________________________
B. Pemeriksaan ronsenografi :
Foto Lokal Panoramik Foto oklusal Bite wing
Lain-lain : ___________________________________________________________
Keterangan: _____________________________________________________________
_______________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
___________________________________________________________________
V. DIAGNOSIS FINAL :
Maloklusi Angle Klas :
________________________________________________
Hasil Foto Ronsen ditempel / dilampirkan disini :atau dilampirkan
_______________________________________________________
_______________________________________________________
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI
VII. PROSEDUR PERAWATAN :
Rencana perawatan :
Jalannya perawatan :
XI. GAMBAR / DISAIN ALAT
Rahang Atas : Keterangan :
Rahang Bawah :
Retainer
VIII. PROGNOSIS :
Baik Buruk Meragukan :
Keterangan _____________________________________________________
-
_____________________________________________________________
____________________________________________________________
_
____________________________________________________________
_
Indikasi perawatan : Preventif Interseptif Kuratif
Menyetujui Pembimbing : Operator :
______________________________ __________________________________
NIP : NIM :