Download - Fartoks
PENGARUH PEMBERIAN OBAT – OBAT SISTEM SARAF OTONOM TERHADAP TINGKAH LAKU MENCIT ( Mus musculus )
Yanuar Narimo Mahanani, Nurul Iftikah, Rupianus Lebang, Evi Law, Siti Hajar Hasim
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Obat – obatan system saraf otonom digolongkan menjadi empat yakni golongan agonis kolinergik,antagonis kolinergik,agonis adrenergik, dan antagonis adrenergic. Obat – obatan tersebut mempberikan efek farmakologis yang berbeda beda sesuai dengan mekanisme kerjanya masing masing. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek yang di timbulkan kepada mencit ( Mus musculus ) setelah diberikan obat system saraf otonom seperti atropine,propanolol,pilokarpin, dan epinefrin yang diberikan secara peroral. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada atropine mencit mengalami grooming pada menit ke 15-60 dan tidak mengalami dieresis sama sekali, pada propanolol menunjukkan bahwa mencit mengalami grooming pada menit pertama hingga menit ke 60 dan mengalami diuresis pada menit ke 15-60, pada pilokarpin menunjukkan bahwa mencit mengalami grooming pada menit pertama hingga menit ke 60 dan mengalami dieresis pada menit pertama hingga menit ke 60, sedangkan pada epinefrin menunjukkan bahwa mencit mengalami grooming pada menit pertama hingga menit ke 60 akan tetapi ttidak mengalami dieresis sama sekali.
PENDAHULUAN
Seorang apoteker yang bertanggung jawab harus dapat mengetahui mengenai berbagai macam obat obatan yang dapat mempengaruhi system saraf otonom maupun yang lain, dimana System saraf otonom adalah serangkaian organ yang komplek dan berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme system saraf lingkungan internal dipantau dan di atur. Suatu sel saraf disebut neuron yang
tediri dari badan sel, dendrite, dan neurit baik nama obatnya maupun golongan obatnya dan mekanisme kerjanya apoteker harus mengetahuinya , sehingga ketika turun di masyarakat akan benar benar tahu mengernai obat. Kasus saat ini banyak apoteker yang tidak mengetahui mekanisme kerja dari suatu obat, hal tersebut sangatlah miris. Sehingga di dalam percobaan ini juga di jelaskan mengenai mekanisme kerja dari suatu obat dari golongan tertentu. Didalam percobaan ini di gunakan
obat propanolol,atropine,pilokarpin dan epinefrin yang akan memberikan efek grooming dan dieresis pada mencit
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah spoit 1 ml, kanula, Erlenmeyer 50 ml, timbangan hewan, kandang hewan
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, natrium CMC, efederin, propanolol, pilokarpin, atropin
Hewan percobaan adalah mencit (Mus musculus)
Pembuatan Larutan Koloidal 1% b/v
Sebanyak ... ml aquadest dipanaskan pada suhu 70 derajat Celcius. NaCMC sebanyak ...g dimasukkan sedikit demi sedikit Dan diaduk dengan pengaduk hingga terbentuk larutan koloid yang homogen, kemudian volumenya dicukupkan dengan air panas hingga volume ... ml.
Rancangan Dosis dan Pembuatan Larutan Obat Uji
Dosis pemberian obat didasarkan atas bobot badan masing-masing mencit. Ketentuan dosis dalam percobaan ini adalah 0,1 g/10 gBB. Obat dibuat dalam bentuk sediaan larutan dengan konsentrasi 1 g/ml. Sebagai contoh, untuk mencit dengan bobot badan 23 g, maka diberikan larutan obat sebanyak 0,23 ml (telah mengandung obat sebanyak .. g)
Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus) yang sehat sebanyak
22 ekor dengan bobot badan berkisar antara 20-30 gram.
Sehari sebelum diberi perlakuan, setiap mencit telah ditimbang bobotnya dan dicatat secara spesifik untuk keperluan perhitungan dosis berdasarkan bobot badannya. Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, dimana 1 kelompok perlakuan I terdiri atas 6 ekor mencit dan 4 kelompok perlakuan II terdiri atas 4 ekor mencit. Pada kelompok perlakuan II, 1 ekor mencit dari tiap kelompok kemudian dipisahkan sebagai kontrol negatif.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Kelompok perlakuan I diberi larutan ... sebanyak
Kelompok perlakuan II yang terdiri atas 4 kelompok dipisah dalam 4 kandang masing-masing dan ditandai sebagai a, b, c, dan d. Untuk kelompok a, 3 wkor mencit diberi injeksi epinefrin secara intraperitonial, kelompok b diberi larutan obat oral propanolol, kelompok c diberi pilokarpin, dan kelompok d diberi atropin. Sementara itu, 1 ekor mencit masing-masing dari kelompok a, b, c, dan d sebagai kontrol negatif dan diberikan larutan oral NaCMC sebanyak masing-masing 0,2 ml kepada 4 ekor mencit tersebut.
Pengamatan
Dari kelompok I, diamati interaksi obat yang terjadi, dimana data-datanya berupa
Dari kelompok II, diamati efek kerja dari keempat golongan obat sistem saraf
otonom. Pengamatan pada mencit yang diberi perlakuan ini berupa grooming dan diuresis yang akan terjadi dan diamati dengan kontrol. Waktu pengamatan adalah 0-15, 15-30, 30-45, 45-60 (dalam menit). Pelaporan terjadinya grooming dan diuresis dilakukan secara kuantitatif, yaitu frekuensi banyaknya kejadian dalam bilangan cacah.
Pengumpulan Data
Data efek interaksi antar-golongan obat SSO dan efek kerja masing-masing obat SSO kemudian ditabulasi dan dihitung nilai rata-ratanya. Dari tabel tersebut, data kemudian disajikan pula ke dalam bentuk grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini setiap kelompoktei semua terdiri dari 1 hewan uji, Dari semua data yang ada maka dipilih data yang mewakili yaitu pada masing masing obat di pilih 3 data yang mewakili. Hasil pengujian pada pemberian obat sitem saraf pusat seperti atropine,pilokarpin, propanolol dan epinefrin dapat dilihat pada table 1.
Pada percobaan kali ini yang diamati ialah tingkah laku mencit ( Mus musculus ) setelah pemberian obat
obatan sitem saraf pusat, tingkah laku yang diamati tersebut seperti grooming dan dieresis. Obat diberikan sebanyak 1 ml dengan cara peroral kepada mencit dan efek farmakologis obatnya dilihat selama 60 menit.
Table 1
Atropine
grooming 0-15 15-30 30-45 45-601 0 4 7 62 0 1 0 33 1 4 5 5
diuresis 0-15 15-30 30-45 45-601 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 0
Propanolol
grooming 0-15 15-30 30-45 45-601 1 1 3 42 1 1 4 33 3 1 2 0
diuresis 0-15 15-30 30-45 45-601 0 1 2 02 0 1 0 03 0 1 2 1
Pilokarpin
grooming 0-15 15-30 30-45 45-601 1 2 3 02 0 0 1 23 0 0 0 0
diuresis 0-15 15-30 30-45 45-601 1 5 3 02 3 5 0 03 2 1 1 2
Epinefrin
grooming 0-15 15-30 30-45 45-601 1 5 2 152 3 4 11 83 0 9 11 12
diuresis 0-15 15-30 30-45 45-601 0 0 0 02 0 0 0 23 0 0 0 2
Control
grooming 0-15 15-30 30-45 45-601 0 0 0 02 0 0 0 53 0 0 0 0
diuresis 0-15 15-30 30-45 45-601 0 1 0 12 0 0 0 03 0 0 0 0
Pada hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa epinefrin mempunyai aktifitas atau efek farmakologis dapat menyebabkan grooming pada mencit akantetapi tidak menimbulkan efek dieresis pada mencit, begitu juga pada Atropin, sedangkan pada pilokarpin menunjukkan hal yang sebaliknya pada mencit dan pada
propanolol menunjukkan bahwa mencit mengalami grooming dan dieresis.. hal tersebut terjadi karena obat yang diberikan memberikan efek farmakologis yang berbeda beda di dalam tubuh. Dan nilai rata rata dari semua obat yang diberiakan dapat dilihat pada table 2.
Table 2
propanolol
pilokarpin
atropin
epinefrin
diuresis 2.6 7.6 0 1.3grooming 8 3 12 27
Grafik
propanolol
pilokarpin
atropin
epinefrin
0
5
10
15
20
25
30
diuresisgrooming
DAFTAR PUSTAKA
1. Harvey, Richard A dan Champe, Pamela C. 1995.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Widya medika : Jakarta
2. Raven, her. 2003.Atlas Anatomi Djambatan : Jakarta