Download - Elisa Kista Ovarium
BAB I
PENDAHULUAN
Wanita normalnya memiliki 2 ovarium yang menyimpan dan
mengeluarkan telur. Kista ovarium dapat mengenai semua wanita dan di
semua umur terutama pada masa reproduksi.
Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan atau materi
semilikuid yang terdapat dalam ovarium. Penemuan kista ovarium pada
seorang wanita akan sangat ditakuti oleh karena adanya kecenderungan
menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista ovarium memiliki sifat yang jinak
(80-85%).
Tumor ovarium dapat merupakan komplikasi serius kehamilan,
mengalami torsio atau terpuntir dan dapat menimbulkan rintangan yang
tidak dapat teratasi bagi persalinan pervaginam. Lebih lanjut, meskipun
sesudah persalinan spontan, tumor tersebut bisa mengakibatkan
gangguan dalam masa nifas. (1)
Meskipun seluruh jenis tumor ovarium dapat mempersulit
kehamilan dan persalinan, jenis yang paling sering adalah jenis kistik.
Beischer dkk (1971) menemukan bahwa diantara 164 kasus tumor
ovarium yang didiagnosis selama kehamilan, seperempatnya berupa
teratoma kistik dan seperempatnya lagi kistadenoma musinosa. Empat
dari 164 kasus tersebut (2,4 %) menderita jenis tumor yang maligna.
Hopkins dan Duchon (1986) melaporkan insiden massa adneksa pada
satu dalam 556 kehamilan. Teratoma kistik yang benigna dan kista korpus
luteum masing-masing menempati sekitar sepertiga dari jumlah ini.
Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang
terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Insiden
peristiwa ini adalah 12 % dalam serangkaian penelitian yang dilakukan
oleh Booth. (1)
1
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Kista ovarium adalah cairan yang mengisi kantung ovarium.
ETIOLOGI
1. teori ovulasi , setelah ovulasi terjadi invaginasi dari dinding epitel ke
stroma ovarium. Dengan adanya rangsangan hormon pada stroma
inilah yang menimbulkan tumor epitel pada ovaium.
2. teori endokrin, dinding epitel ovarium terdiri dari sel mulleri,jaringan
ini sama dengan jaringan yang ada di endometrium dan tuba
falopii. Dengan adanya ketidakseimbangan hormonal
menyebabkan tumbuhnya tumor
3. teori oksigen, dengan adanya iritasi/peradangan merupakan faktor
pencetus terjadinya tumor jinak dan ganas pada ovaium
4. teori transformasi, yang paling banyak terjadi, umumnya kanker
ovarium bukan berasal pada proses transformasi sel, meskipun ada
juga degenerasi keganasan pada tumor jinak
KLASIFIKASI
Di antara tumor-tumor ovarium, ada yang bersifat neoplastik dan
ada yang bersifat nonneoplastik. Bagi tumor-tumor neoplastik, belum ada
klasifikasi yang dapat diterima oleh semua pihak olek karena klasifikasi
berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat diterima secara
tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan mengenai asal-usul
beberapa. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi
atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi
dalam tumor kistik dan tumor solid. (2,3)
2
A. Tumor Non Neoplastik
1. Tumor akibat Radang :
1.1 Abses Ovarii
1.2 Abses tubo – ovarial
1.3 Kista tubo-ovarial
2. Tumor Lain :
2.1 Kista folikel
2.2 Kista korpus luteum
2.3 Kista lutein
2.4 Kista inklusi germinal
2.5 Kista endometrium
2.6 Kista Steven – Leventhal
B. Tumor Neoplastik Jinak
1. Kistik
1.1 Kistoma ovarii simpleks
1.2 Kistadenoma ovarii serosum
1.3 Kistadenoma ovarii musinosum
1.4 Kista endometrioid
1.5 Kista dermoid
2. Solid
2.1 Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
2.2 Tumor Brenner
2.3 Tumor sisa adrenal ( maskulinovo – blastoma)
C. Tumor Neoplastik Ganas
1. Golongan tumor-tumor epitelial
1.1 Tumor serosa
3
1.2 Tumor musinosa
1.3 Tumor endometrioid
1.4 Tumor clear cell ( mesonefroid )
1.5 Tumor Brenner
1.6 Tumor epitelial campuran
1.7 Tumor tidak berdifferensiasi
1.8 Tumor tidak terklasifikasi
2. Golongan Sex-Cord Stromal tumors
2.1 Tumor granulosa – theca cell
2.2 Androblastoma
2.3 Gynandroblastoma
2.4 Tidak terklasifikasi
3. Golongan tumor sel lipoid
4. Golongan tumor sel germinal
4.1 Disgerminoma
4.2 Tumor sel endodermal
4.3 Karsinoma embrional
4.4 Poli – embrioma
4.5 Khoriokarsinoma
4.6 Teratoma
5. Golongan gonadoblastoma
5.1 Murni
5.2 Tercampur dengan sel germinal
6. Golongan tumor jaringan lunak tidak spesifik untuk ovarium
7. Golongan tumor-tumor yang tidak digolongkan dengan yang di atas
8. Golongan metastatik
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai beberapa
tumor yang termasuk dalam klasifikasi di atas.
4
TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK
I. Tumor akibat radang (2)
A. Abses ovarium
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan
primer pada penderita yang telah menjalani histerektomi, dan sering
terjadi setelah histerektomi pervaginal.
Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu badan yang
meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak
spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina.
Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium,
benda asing, dan komplikasi intestinal.
Pada penatalaksanaan yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat
oleh karena tidak dapat diobati dengan antiobiotik yang memerlukan
konsentrasi adekuat supaya terjadi resolusi.
II. Tumor lain
A. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler.
Kista ini sering diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis,
walaupun bisa pecah dan menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda
peritonitis.(1) Kista ini berasal dari folikel de Graff yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi kista. Bisa
didapati satu kista atau beberapa, dan biasanya bilateral serta timbul di
permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Besarnya sekitar
diameter 1 – 11/2 cm. Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi sebesar jeruk
nipis. Folikel diisi dengan cairan yang jernih dan sering kali mengandung
estrogen. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga
5
kista, sehingga terjadi suatu hematoma folikuler. Kista folikel lambat laun
mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
menghilang. Umumnya, jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri. (2,3)
B. Kista Korpus Luteum (2,3)
Dalam keadaan normal, korpus luteum ( granulosa lutein ) lambat
laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus
luteum mempertahankan diri ( korpus luteum persistens ) ; perdarahan
yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan
yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekwensi kista kopus
luteum lebih jarang daripada kista folikel, dan yang pertama bisa menjadi
lebih besar daripada yang kedua.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorhea diikuti oleh perdarahan tak teratur. Adanya kista dapat
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Perdarahan yang
berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum
dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang
hebat. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya
amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam differential diagnosis
dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista
hilang sendiri. Jika tidak ada komplikasi akut, cukup diberikan terapi
simptomatik. Kista akan hilang dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak
hamil dan mengecil perlahan-lahan pada trimester terakhir pada wanita
hamil.
C. Kista Teka Lutein
Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya, kista ini terjadi
bilateral, dan berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola
hidatidosa, koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi, akan tetapi seingkali sel-sel mnghilang karena
atresia.Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon HCG yang
6
berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, kista
ovarium mengecil dengan spontan. (2) Tetapi apabila kista ini besar sekali,
sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi. (3)
D. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista ini secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan
histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah
permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serus. Kista ini tidak
pernah memberikan gejal-gejala yang bearti. (2,3,4)
E. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium
yang disebut sebagai kista endomtrial atau kista coklat. Dalam ovarium
bisa berukuran kecil sampai sebesar tinju yaang berisi darah sammpai
coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada
dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan
ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang
banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.
(2,3,4,8)
F. Kista Stein Leventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium,
amenorea atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan
mengalami hirsutisme tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada
wanita antara usia 15 – 30 tahun. (4) Ovarium yang membesar ini
mempunyai permukaan rata tanpa adanya indentasi, berwarna keabu-
abuan dan berdinding tebal, maka disebut “ oyster ovaries”.
Apabila seorang wanita dewasa dengan riwayat menstruasi yang
teratur , kemudian mengalami suatu episode amenorea yang lama, Stein
7
Lventhal Syndrome yaitu hirsutism, sterilitas, obesitas, dan oligomenorea,
kadang-kadang diselingi oleh menorrghagi dan klitoris membesar.
Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hiperplasia dari tunika
interna yang menghasilkan zat androgeenik. Kelainan ini merupakan
penyakit herediter yang autosomal dominant.
Pada pemeriksaan pelvis, setengah dari penderita ini ditemukan
pembesaran ovarium. Luteinizing hormon dalam urin meningkat,
manakala ekskresi estrogen dan folikel stimulating hormon adalah normal.
Pemeriksaan USG dan lapaskopi dapat menunjang diagnosis.
Terapi . Hidrokortison 50 mg per oral 2 x /hari selama 2-3 bulan
dapat menginduksi ovulasi. Clomophene citrate 50-100mg / hari selama 5-
7 hari juga dapat menginduksi ovulasi. Wedge resection ( dimana 1/3 –2/3
jaringan oavarium dibuang) jarang dilakukan. Walau bagaimanapun, hasil
dari operasi tersebut dapat mengembalikan ovulasi dan fertilitas seperti
semula. (3,4)
TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK
I. Kistik
A. Kistik Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning.
Berhubung dengan adanya tangkai, maka dapat terjadi torsi (putaran
tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.
Terapi : Terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jaringan yang dikelurkan harus diperiksa segera secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. (2)
B. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor ini mungkin muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma
beningna atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor
8
mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderita yang
muda. (4) Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor ovarium ini terbanyak
ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua
tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang
kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium. (2)
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan
berbagala (lobulated) dan umumnya multilokular dan odematosa; lokular
yang mengandungi mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya.
Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor ini
tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral ( 8-10 %).(2,3,4,5)
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama
apabila terjadi perdarahan atau perubahan degenatif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin,
melekat, dan berwarna kuning sampai coklat tergantun dari
percampurannya dengan darah.
Pemeriksaan mikroskopik: tampak dinding kista dilapisi oleh epitel
torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang
terdapat dalam satu lapisan bersifat odematus dan mempunyai potensi
untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-
kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi
suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi) ,
maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga
perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudomiksoma peritonei, timbul penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita
meninggal karena ileus dan / atau inanisi. Pada kista kadang-kadang
ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat
9
tersebut harus diteliti karena kemungkinan adanya tanda-tanda ganas
(kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinoum). (2,3,4)
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang
dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif,
yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dan dengan omentum,
usus-usus dan peritonem parietale.(2)
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Treatment of choice
adalah histerektomi total dengan salpingo-oophorektomi bilateral serta
dengan hati-hati memeriksa omentum, hemidiafragma kanan, usus lateral,
pelvis dan nodus periaortik untuk kemungkinan keganasan. Pada waktu
mengangkat kista, diusahakan in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu
untuk mencegah pseudomiksoma peritonei. Jika kista sangat besar,
dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor dan lubang pungsi ditutup
dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Apabila
tumor telah meluas jauh dari pelvis, maka disarankan untuk kemoterapi.
C. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama.
Kista ini lebih sering ditemukan bilateral.(2)
Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang
abdomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma
10
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated
karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuaan. Ciri khas dari kista
ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang,
kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan
papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit untuk membedakan
gambaran makroskopis kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari
yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopis pun tidak selalu memberikan
kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang
dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil
dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu
getar seperti epitel tuba (2). Pada jaringan papiler dapat ditemukan
pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. (5).Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii
serossum papiliferum, tetapi bukan ganas. (2,4)
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif.
Kebanyakkan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-
kadang pasien mengeluh rasa ketidak nyamanan daerah pelvis dan pada
pemeriksaan ditemukan massa abdomen ataupun ascites. Kelainan ekstra
abdomen jarang ditemukan pada “ keganasaan ovarium” kecuali pada
stadium terminal.
Diagnosis banding terdiri dari Dilatasi ureter karena batu trakrus
urinarius, divertikel vesika urinaria, prolaps neplasma intestinal, dan
infeksi intestinal seperti Crohn’s disease.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliferasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
11
secara mikroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35%
dari kistadenoma serrosum mengalami perubahan keganasan. Bila
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis
pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologically benign),
tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma ovarium ganas
(clinically malignant). (2)
Terapi. Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi
oleh karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen
section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.
D. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson pada tahun 1969,
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii (2).
Gejala-gejala endometriosis pada riwayat menstruasi berhubungan
dengan aktivitas endometrium ektopik pada ovarium dan struktur
sekitarnya. Nyeri adalah gejala yang paling sering. Gejala lain termasuk
infertilitas dan dispareunia. Perdarahan dalam rongga peritoneum dan
jaringan sekitar menyebabkan fibrosis serta jaringan parut yang
mengakibatkan perangsangan saraf. (4)
Terapi : Konservatif dan operasi. (4)
E. Kista Dermoid
Kista ini merupakan teratoma kistik yang jinak di mana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna kuning menyerupai
lemak , tampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm. Mengenai terjadinya kista ini ada 2 teori : (3)
12
a. Perkembangan tidak sempurna pada akhir stadium blastomer, dan
b. Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi
dalam ovarium. (teori ini lebih pupuler).
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yaang masih muda. 25%
dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa
reproduksi walaupun dapaat ditemukan paada anak kecil. Tumor ini dapat
mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa
kilogram.
Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan
putih keabuan, dan agak tipis. Konsitensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan
mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran nafas, dan jaringan tiroid
(entodermal). Di dalam rongga kista terdapat produk kelenjar sebasea
berupa massa lembek seperti lemk, bercampur dengan rambut.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5%
dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause.
Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari elemen
ektodermal. Ada kemungkinan salah satu elemen tumbuh lebih cepat dan
menjadi tumor yang khas. Termasuk disini, struma ovarium, kistadenoma
ovarii musinosum, kistadenoma serosum dan koriokarsinoma (jarang).
Kista dermoid adalah satu teratoma yang kistik. Umumnya
teratoma solid ialah suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat
ditemukan teratoma solidum yang jinak.
Terapi: Terdiri dari pengangkatan (9), biasanya dengan seluruh
ovarium.
13
II. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma, tetapi tidak
berarti bahwa semuanya neoplasma ganas, meskipun semunya
mempunyai potensi maligna.
A. Fibroma (2)
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium,
kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma
ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5%
dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada
penderita menapause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya 20kg,
dengan 90% unilateral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras,
warnanya merah jambu keabuan. Apabila konsitensi sangat padat disebut
fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini
terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila
terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofibroma ovarii.
Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai tangkai, dan dapat terjadi
torsi. Pada tumor ini sering ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii,
ascites, hidrotoraks).
Operasi yaitu ooforektomi. Sesudah operasi, ascites dan
hidrotoraks menghilang secara spontan.
14
B. Tumor Brenner (2)
Merupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menapause.
Frekwensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya
beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan
berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-
kadang pada tumor ini ditemukan sindroma Meigs. Gambaran mikroskopis
tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang
terdiri atas sel-sel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas,
dan jika masih kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan histopatologik ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam
beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada histopatologi dan
klinisnya.
Terapi terdiri dari pengangkatan ovarium. Bila ada tanda-tanda
keganasan, dikerjakan salpingo-ooforektomia bilateralis dan histerektomi
totalis.
C. Maskulinovoblastoma ( adrenal cell rest tumor ) (2)
Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya
bervariasi antara 0,5-16 cm diameter.
15
Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi, terdiri
atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan
suara.
Terapi. Terdiri atas oengangkatan tumor bersama ovarium.
Dari semua tumor-tumor yang dibahas di atas, maka dapat diambil
kesimpulan manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding,
penatalaksanaan serta komplikasinya adalah seperti berikut: (2,3)
MANIFESTASI KLINIS TUMOR OVARIUM (2,3,8)
Kebanyakan dari tumor ovarium tidak mempunyai sifat atau gejala
yang khas. Sebagian besar dari tumor ovarium mengakibatkan gangguan
pada aktivitas hormonal, pertumbuhan serta menimbulkan komplikasi.
(A). Anamnesa
1. Nyeri abdomen dapat timbul mendadak ataupun berkembang
perlahan-lahan, tergantung pada jenis kelainan, perdarahan
bertahap atau torsi intermiten, perdarahan akut, ruptur meendadak
ataupun torsi. Nyeri dapat terlokalisir pada salah satu kuadran atau
menyeluruh pada abdomen bagian bawah. Rasa iritasi peritoneum
dengan cairan atau darah, rasa nyeri cenderung konstan dan
diperhebat oleh pergerakkan. Pada torsi kista ovarium torsi
mungkin ringan dan intermiten bila torsinya tidak lengkap,atau berat
dan konstan bila terjadi infak. Nyeri yang berkaitan dengan
rupturnya kista folikel biasanya membaik dalam beberapa jam.
2. Mual dan muntah dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah
timbulnya nyeri mendadak.
3. Riwayat menstruasi. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon. Kelainan dapat terjadi pada wanita hamil maupun tidak
hamil. Perdarahan dari korpus luteum yang ruptur terjadi kapan
saja setelah ovulasi, termasuk pada awal kehamilan. Kemungkinan
ruptur endometrioma harus dipertimbangkan bila pasien
16
mempunyai riwayat dismenorhea sekunder yang terjadi selama
siklus menstruai sebelumnya.
4. Gejala akibat pertumbuhan tumor. Dapat terjadi gangguan miksi
pada tumor yang tidak seberapa besar tetapi yang terletak didepan
uterus dan menekan kandung kencing. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada
tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan,
rasa sesak dan lain-lain.
5. Gejala lainya berupa sinkope atau syok atau kedua-duanya yang
memberi kesan perdarahan intraperitoneum yang hebat ataupun
suatu torsi akut. Sering miksi dan defekasi menunjukkan iritasi
peritoneum. Nyeri pundak memberi kesan iritasi diafragma dari
perdarahan yaang hebat atau isi kista yang ruptur.
(B). Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
Suhu biasanya normal atau sedikit meningkat, denyut nadi
biasanya cepat, tekanan darah dan pernafasan dalam batas
normal, kecuali apabila terdapat perdarahan intraperitoneum yang
hebat sehingga menyebabkan gejala-gejala syok hipovolemik.
2. Pemeriksaan abdomen
Nyeri tekan unilateral pada kuadran bagian bawah dengan atau
tanpa nyeri lepas, rigiditas dan pergeseran memberi kesan adanya
proses terlokalisasi. Bising usus biasanya normal. Perdarahan yang
lebih ekstensif atau rupturnya isi kista menyebabkan peritonitis
abdominalis bagian bawah yang biasanya diserta oleh rigiditas,
nyeri lepas, bising usus menurun atau negatif, dan distensi
abdomen. Jarang teraba massa lunak pada palpasi abdomen.
3. Pemeriksaan pelvis
Ukuran uterus biasanya normal kecuali bila pasien hamil. Apabila
serviks digerakkan terdapat rasa nyeri. Daerah adneksa yang
terkena cenderung menjadi sangat lunak, dan pada perdarahan
intraperitoneum suatu massa diskret tidak dapat diidentifikasi.
17
Apabila ditemukan suatu massa atau tumor, diteliti sifat-
sifatnya( besarnya, lokalisasi, permukaaan, konsistensi, dan
apakah dapat digerakkan atau tidak). Sering pasien mengalami
nyeri tekan yang sangat hebat sehingga pemeriksaan bimanual
yang adekuat tidak mungkin dilakukan kecuali pasien sudah
diberikan analgesia sistemik atau bahkan anestesia. Penonjolan
dalam kavum Douglasi memberi kesan perdarahan intraperitoneum
yang ekstensif.
(C). Pemeriksaan Penunjang (2,6)
1. Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap
Kadar hemoglobin dan hematokrit mencerminkan hilangnya darah.
Hitung leukosit berkisar antara 5.000 – 20.000/uL. Penurunan
hematokrit pada serangkaian pemeriksaan menunjukkan adanya
perdarahan yang persisten
2. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk megetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-
sifat tumor itu.
3. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,
apakah tumor solid atau kistik, dapat dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4. Foto Roentgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanya gigi dalam tumor. Foto abdomen tegak, terlentang, atau
dekubitus lateral dapat menunjukkan adanya cairan bebas
intraperitoneum.
5. Parasintesis
Telah disebut bahwa pungsi pada ascites berguna untuk
menentukan sebab ascites. Perlu diingat bahwa tindakan tersebut
18
mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk.
6. Tes kehamilan
Dari HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
DIAGNOSIS TUMOR OVARIUM (6)
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Anamnesis
Timbul benjolan di perut dalam waktu relatif lama
Keluhan rasa berat dalam perut
Kadang disertai gangguan BAK dan BAB, edema pada
tungkai, tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain
Kadang disertai gangguan haid apabila tumor itu
mengeluarkan hormon
Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah
2. Pemeriksaan fisik
Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan
ukuran >5cm
Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri
atau kanan, atau mengisi kavum Douglasi
Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
3. Pemeriksaan penunjang
Seperti yang sudah dibahas pada bagian pemeriksaan penunjang.
Diagnosis tumor ovarium dalam kehamilan: (1)
Pada kehamilan muda, diagnosis adalah lebih mudah apabila
pembesaran kista teraba terpisah dari uterus. Apabila suatu tumor ovari
tidak memenuhi ruang panggul, maka diagnosis dengan pemeriksaan fisis
sulit ditegakkan karena pembesaran abdomen terutama karena kehamilan
lanjut. Pada trimester kedua, kista yang besar menyulitkan pemeriksaan,
sehingga pasien diperiksa dalam posisi Tredelenburg yaitu posisi kepala
19
rendah daripada kaki, yang akan memisahkan kedua massa tersebut
(Hingorani’s sign). Pemeriksaan penunjang seperti USG dapat membantu
membedakan secara akurat antara pembesaran uterus dan massa kistik
ekstrauterin.
DIAGNOSIS BANDING TUMOR OVARIUM(2,6)
1. Kehamilan
2. Mioma uteri
3. Ginjal ektopik
4. Limpa bertangkai
5. Tumor kolon sigmoid
6. Ascites e.c. penyakit lain
7. Tuberculosis peritonei
8. Infeksi pelvis
9. Apendisitis akut
10.Divertikulitis
11.Perforasi usus
PENATALAKSANAAN TUMOR OVARIUM(2)
Prinsip : tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak bergejala
dan ukurannya , < 5 cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah folikel
atau kista korpus luteum, jadi tumor nonneoplastik. Oleh karena tumor-
tumor ini sering regresi spontan dan menghilang, hendaknya diambil sikap
menunggu selama 2 sampai 3 bulan. Jika setelah itu dilihat peningkatan
dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil kesimpulan suatu tumor
neoplastik dan dipertimbangkan tindakan operatif.
Pada tumor ovarium neoplastik jinak dilakukan pengangkatan
tumor (kistektomi), dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor. Jika tumor besar atau ada komplikasi, perlu
diangkat ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-
ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
20
mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau dua ovarium. Pada
operasi tumor ovarium yang diangkat, harus segera dibuka untuk
mengetahui ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan
dilakukan frozen section untuk pemeriksaan patologi anatomi pada saat
operasi.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral. Tetapi, pada wanita muda yang masih
menginginkan keturunan dan tingkat keganasan tumor yang rendah
(misalnya tumor sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Penatalaksanaan tumor ovarium pada kehamilan.
Tumor ovarium dalaam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan.
Oleh karena ada kemungkinan korpus luteam graviditatis yang
menghasilkan progesteron ikut terangkat, hingga terjadi abortus,
maka sebaiknya operasi ditunda sampai bulan ke 4. waktu operasi
yang paling baik adalah antara kehamilan 16 – 20 minggu, karena
pada saat itu, fungsi korpus luteum telah diambil alih oleh plasenta
yang sudah terbentuk lengkap dan produksi progesteron
berlangsung terus walaupun korpus luteum ikut terangkat. Sebelum
dan sesudah operasi ibu diberikan progesteron (25 mg i.m/hari)
untuk memperkecil kemungkinan abortus.
Apabila tumor baru diketahui dalam kehamilan tua dan tidak
menyebabkan penyulit obstetrik atau gejala-gejala akut, atau tidak
mencurigakan akan mengganas, maka kehamilan dapat dibiarkan
sampai berlangsung partus spontan, dan operasi dilakukan pada
masa nifas.
21
Apabila tumor terkurung dalam rongga panggul, SC merupakan
tindakan pengakhiran kehamilan atau persalinan yang paling
aaman; sekaligus tumor diangkat.
Dalam persalinan dapat dicoba secara hati-hati reposisi tumor yang
menghalangi turunnya kepala, asal disadari bahwa tumor kistik
dapat pecah. Apabila reposisi sudah berhasil, anak dibiarkan lahir
spontan dan tumor diangkat dalam masa nifas.
Operasi darurat dilakukan pada tumor yang dianggap ganas, terjadi
torsio atau terdapat gejala-gejala akut abdomen tanpa
menghiraukan umur kehamilan.
KOMPLIKASI TUMOR OVARIUM (2,6)
(A) Akibat penyakit
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala
klinis yang minimal. Jika perdarahannya banyak, akan terjadi
distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
2. Torsio (putaran tangkai)
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter > 5cm tetapi
belum amat besar sehingga terbatas gerakkannya. Kondisi yang
mempermudah terjadi torsio adalah kehamilan karena uterus yang
membesar mengubah letak tumor. Torsio menyebabkan gangguan
sirkulasi dan nyeri karena tarikan melalui ligamentum
infandibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Jika torsio
berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemorhagik dalam tumor, dan
jika tidak diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista
dengan perdarahan intraabdominal, atau peradangan sekunder.
3. Infeksi pada tumor
22
Terjadi apabila terdapat sumber kuman patogen dekat tumor
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan
pernanahan.
4. Robekan dinding kista
Terjadi pada torsio tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi
akibat trauma seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada persetubuhan. Jika kista mengandung cairan serus,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.
Tetapi apabila disertai oleh perdarahan hemorhagi yang timbul
akut, maka perdarahan dalam rongga peritoneum menimbulkan
rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan kistadenoma musinosum perlengketan dalam rongga
perut.
5. Perubahan keganasan
Terjadi pada beberapa kista jinak seperti kistadenoma ovarii
serosum, kistadenoma ovari musinosum, dan kista dermoid.
Adanya ascites dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar
(metastasis) memperkuat diagnosis.
(B) Akibat tindakan selama / setelah pembedahaan
1. Perdarahan
2. Cedera pada usus, vesika
3. Komplikasi cedera ureter bila tumor intraligamentar atau dengan
perlengketan.
TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK GANAS
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat
reproduksi wanita.(2) Penyebaran tumor ganas ovarium umumnya cepat
karena ovarium tidak ditutupi oleh peritoneum. Cara penyebaran adalah
perkontinuitatum dengan implantasi ke peritoneum dan secara limfogen
23
melalui kelenjar limfe. Klasifikasi tingkat keganasan adalah seperti berikut: (6)
STADIUM BATASAN
I : Tumor terbatas pada ovarium
Ia : Tumor terbatas pada satu ovarium, tak ada tumor di
permukaan luar, kapsul utuh.
Ib : Tumor terdapat pada dua ovarium, permukaan licin,
kapsul utuh.
Ic : Tumor pada satu atau dua ovarium dengan tumor di
permukaan satu atau dua ovarium, atau kapsul ruptur,
atau didapatkan sel ganas pada ascites, atau sitologi
bilasan peritoneum positif.
IIa : Tumor tumbuh pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke organ pelvis lain.
IIb : Penyebaran ke jarinmgan pelvis lain, termasuk ke
peritoneum.
IIc : Sesuai dengan IIa dan Iib, dengan ascites atau sitolog
peritoneal positif.
III : Tumor pada satu atau dua ovarium dengan implantasi
anak sebar di luar pelvis dan atau KGB
retroperitoneal
atau inguinal positif. Adanya metastasis hati
superfisial dinilai dengan stadium III.
IIIa : Tumor terbatas pada pelvis minor. KGB negatif tetapi
dengan penyebaran mikros pasa permukaan
peritoneal abdmen.
IIIb : Terdapat implantasi tumor di abdomen, diameter tidak
lebih dari 2 cm, KGB negatif.
IIIc : Terdapat implantasi tumor di abdomen dengan
diameter lebih dari 2 cm, dan atau KGB
retroperitoneal atau
24
inguinal positif.
IV : Pertumbuhan meliputi satu atau dua ovarium dengan
metastasis jauh, bila ada pleural efusion, sitologi
harus positif, metastasis pada perenkim hepar.
( Stadium kanker ovarium menurut FIGO 1985)
A. Tumor-tumor Epitelial
1. Kistadenokarsinoma Serosum
Merupakan jenis yang ganas dari kistadenoma serosum.
Pada tumor tampak pertumbuhan papiler di permukaan atau di
dalam dinding kista. Bagian dari tumor yang mencurigakan adanya
keganasan adalah tempat yang pertumbuhan papilernya padat.
Terapi : Histerektomi total, salpingooforektomi bilateral,
omektomi .
2. Kistadenokarsinoma Musinosum
Merupakan jenis yang ganas dari kistadenoma musinosum.
Pada pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran seperti
adenokarsinoma traktus digestivus dengan sel-sel epitel dalam
berbagai tingkat diferensiasi. Pembentukan kista-kista kecil dan
pengeluaran musin berjalan terus.
Terapi: Histerektomi total, salpingooforektomi bilateral,
omektomi .
3. Karsinoma Endometrioid
Tumbuh dari sarang endometriosis atau langsung dari epitel
germinativum.
Terapi : Pengangkataan genitalia interna dan tumor di luar
alat-alat tersebut, ditambah dengan radiasi dan kemoterapi.
4. Karsinoma Mesonephroid
Berasal dari mesotelium ovarium, bentuknya solid atau
kistik. Warna sawo matang atau keabu-abuan dengan diameter 10-
25
20cm. Disebut juga clear cell carsinoma karena mengandung sel-
sel pucat di tengah stroma.
Terapi : Pengangkatan uterus dan adneksa serta
pengobatan tambahan dengan radiasi atau kemoterapi.
B. Tumor Stroma Sex-Cord
Berasal dari sel-sel mesenkim dari gonad embrional. Tumor-tumor
ini berpotensi menjadi ganas, mempunyai fungsi endokrin dan dapat
menyebabkan feminisasi (tumor sel granulosa dan sel teka) atau virilisasi
(tumor adrenal, arenoblastoma, atau sel hilus).
Terapi : Pembedahan pada wanita muda dan umumnya pada satu
ovarium, dilakukan salpingooforektomi unilateral. Sedangkan pada wanita
dengan anak cukup atau bila proses tidak terbatas pada satu ovarium,
dilakukan histerektomi dan salpingooferektomi bilateral.
26
BAB III
IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Alimah (Ny. A)
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 71 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Betawi/indonesia
Alamat : Jl. Madrasah Al husnah No.40 Rt 02 RW 04
Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan
Tgl. Masuk RSF : 27 September 2005
No. RM : 473342
IDENTITAS SUAMI
Nama : Bpk. Sutisna (almarhum)
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/bangsa : Betawi/Indonesia
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Timbul benjolan di perut kiri bawah sejak 4 bulan sebelum masuk
rumah sakit
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan di perut kiri bawah
sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit yang semakin lama
27
semakin membesar. Pasien merasakan perutnya juga semakin
berat.. Pada tanggal 17 agustus 2005, pasien mengalami
perdarahan seperti saat haid selama 4 hari, dimana selama 2 hari
perdarahannya banyak dan 2 hari kemudian perdarahan biasa.
Pada saat itu, pasien langsung berobat ke puskesmas. Pasien
disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Pasien
berobat ke Rumah sakit Pasar Jum’at, dan dilakukan USG. Saat
itu diketahui terdapat benjolan pada rahim dan disarankan untuk
dilakukan operasi. Pasien mengaku berat badannya turun, dimana
berat badan sebelum sakit 57 kg, sedangkan setelah sakit menjadi
53 kg. nafsu makan menurun.mual-, muntah-. Sesak nafas -.
Pasien mengaku selama sakit 4 bulan yang lalu, pasien diurut
oleh dukun 2 kali (bulan Agustus dan September). Pasien berobat
ke Rumah sakit PeriKasih (3/9/05) karena keluhan nyeri pada
perut kiri bawahnya, dilakukan USG, kemudian pasien dirujuk ke
Rumah Sakit Fatmawati. Timbul flek di celananya (27/9/05).
Menurut pasien jumlah darah yang keluar tidak banyak, berwarna
merah kecoklatan
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal menderita darah tinggi, jantung dan kencing
manis.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keponakan pasien menderita benjolan pada rahim dan sudah
dioperasi
E. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 16 tahun
Siklus : teratur, 28 hari
Lamanya : 5 hari
28
Banyaknya : 2 pembalut per hari
Dismenore : Tidak ada
Menopause : 1975
F. Pernikahan
Status pernikahan : menikah
Usia menikah : 16 tahun
G.Riwayat kehamilan
1. Perempuan, 54 tahun, spontan, dukun, sehat
2. Laki-laki, 50 tahun, spontan, dukun, sehat
3. Perempuan, 45 tahun, spontan, dukun, sehat
4. Perempuan, 40 tahun, spontan, dukun, sehat
5. Perempuan, 35 tahun, spontan, dukun, sehat
6. Laki-laki, 33 tahun, spontan, dukun, sehat
7. Perempuan, 32 tahun, spontan, dukun, sehat
H. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak pernah menggunakan KB
I. Riwayat Operasi
Pasien tidak tidak pernah dioperasi sebelumnya
J. Riwayat Kebiasaan Psikoseksual
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg
29
N : 80 x/menit
RR : 20 x/m
S : 36,50C
Kepala : normocephali, rambut beruban, tidak
mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik.
THT : Dalam batas normal
Leher : kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Kelenjar getah bening tidak teraba
membesar
Thoraks :
Cor : S1-S2 normal reguler, murmur (-), gallop
(-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronchi -/-,
wheezing -/-.
Mamae : Simetris, besar normal, retraksi putting
(-), areola mamae tidak
hiperpigmentasi.
Abdomen : lihat status Ginekologikus
Anogenital : lihat status Ginekologikus
Ekstremitas : Akral hangat, oedema tungkai -/-, reflex
fisiologis +/+, deformitas (-)
B. Status Ginekologikus
Abdomen
Inspeksi : Simetris, agak membuncit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba massa
dengan ukuran 20x18x2cm,konsistensi
keras, permukaan tidak rata.
Perkusi : Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
30
Anogenital
Inspeksi : vulva uretra tampak tenang, tidak tampak
perdarahan pervaginam
Inspekulo : tidak dilakukan
VT : tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 12 September 2005
Hb : 13,5 gr/dl
Ht : 36%
Leukosit : 9400
Trombosit : 367000
Ureum : 20 mg/dl
Kreatinin : 0,7 mg/dl
Asam urat : 7,1 mg/dl
Protein total : 7,0 gr/dl
Albumin : 4,1 gr/dl
Globulin : 2,9 gr/dl
Cholesterol : 228 mg/dl
HDL : 45 mg/dl
LDL : 160 mg/dl
Trigliserid : 115 mg/dl
Bilirubin total : 0,7 mg/dl
Direk : 0,2 mg/dl
Indirek : 0,5 mg/dl
Gula darah nuchter : 95 mg/dl
Gula darah PP : 103 mg/dl
Na : 143 meq/l
K : 3,4 meq/l
Cl : 109 meq/l
BT : 1’30”
31
CT : 5”
Tanggal 15 September 2005
SGOT : 12 u/l
SGPT : 9 u/l
Tanggal 21 September 2005
Ca 125 : 79,3 H u/ml
Tanggal 28 September 2005
Hb : 12,3 gr/dl
Ht : 36%
Leukosit : 8900
Trombosit : 287000
Tanggal 3 September 2005 (RS Perikasih)
USG Abdomen
- tampak massa kistik besar, bersepta-septa, ukuran kira-kira
23x7,8x14,2 cm di rongga abdomen terutama kiri yang tampaknya
berasal dari pelvis kiri meluas ke abdomen kiri tengah atas
- hepar : ukuran lobus kanan, kiri normal, permukaan rata sudut
lobus kanan,kiri tajam. Struktur echo parenkim homogen, tidak
tampak SOL, Vv hepatica/porta normal.
- Tidak tampak ascites maupun efusi pleura
- kandung empedu: bentuk dan ukuran normal, dinding tidak
menebal, tidak tampak batu, sludge maupun massa, tidak tampak
pelebaran uktus biliaris intra/ekstrahepatal.
- pankreas : bentuk dan ukuran normal, struktur echo homogen, tidak
tampak lesi patologis/kalsifikasi maupun mssa, tidak tampak
pelebaran duktus pankreatikus
32
- lien : bentuk dan ukuran normal, struktur echo parenkim homogen,
tidak tampak SOL, vena lienalis tidak melebar
- ginjal bilateral : bentuk dan ukuran normal, sistem pelviokalises dan
parenkim baik,tidak tampak batu/massa/bendungan
- buli-buli : tidak tampak kelainan, tidak tampak batu/massa
- uterus : tidak tampak kelainan
- aorta tidak melebar, normal kalibernya, tidak tampak pembesaran
KGB paraaorta
Kesan :
- massa kistik besar dalam rongga abdomen terutama kiri tengah
atas yang tampaknya berasal dari rongga pelvis terutma kiri, sangat
mungkin kista ovarium kiri
- USG organ intra abdomen atas dan bawah yang lain tidak tampak
kelainan
Tanggal 8 September 2005
CT Scan kepala potongan axial interval 10 menit, pre dan post
kontras iv dan pemberian kontras oral
Liver : ukuran normal, permukaan reguler, densitas
homogen, tidak tampak pelebaran aorta bilier
intrahepatal, SOL -. Yang pada pemberian kontras
iv tidak tampak penyangatan patologis
Gall blader : ukuran normal, tidak tampak batu opak
Pancreas : ukuran dan densitas normal, SOL-
Lien : ukuran normal, densitas homogen, SOL-
Ren kanan,kiri : ukuran normal, fungsi sekresi dan ekskresi kedua
ren baik, tidak tampak batu maupun caliectasis di
kedua ren
Vesica urinaria : bentuk normal, batu opak –
Uterus : besar dalam batas normal, tampak kalsifikasi,
bulat, batas tegas di dalam uterus tampak massa
kistik bersepta-septa dari cavum pelvis ke cranial
33
sampai setinggi batas inferior ren yang pada
pemberian kontras tampak penyangatan
inhomogen
Aorta : kaliber normal, tidak tampak pembesaran KGB
paraaorta
Usus : kaliber normal, merata
Kesan : kistoma ovarium
Tanggal 12 September 2005
Rontgen thorak :
Aspirasi kurang dalam
Cor :Aorta, sinus, diafragma baik
CTR < 50%, elongasi aorta –
Pulmo :corakan bronkovaskuler tidak meningkat
Tidak tampak coin lesion
Kedua hilus tidak prominent
Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal
Elongasi aorta –
Tanggal 19 September 2005 ( RS Fatmawati)
- uterus sukar diidentifikasi
- abdomen : adneksa : massa kistik bersepta, berpapil dengan
bagian-bagian padat sebesar kehamilan 32 minggu
Penilaian : neoplasma ovarium kistik suspek malignancy
VI. RESUME
Pasien seorang wanita, umur 71 tahun,datang dengan keluhan timbul
benjolan di perut kiri bawah sejak 4 bulan sebelum masuk rumah
sakit yang semakin lama semakin membesar. Pasien merasakan
perutnya juga semakin berat.. Pada tanggal 17 agustus 2005, pasien
juga mengalami perdarahan. Pasien berobat ke puskesmas
34
kemudian ke Rumah sakit Pasar Jum’at, dan dilakukan USG. Saat itu
diketahui terdapat benjolan pada rahim dan disarankan untuk
dilakukan operasi. Pasien mengaku berat badannya turun. nafsu
makan menurun. Pasien diurut oleh dukun 2 kali (bulan Agustus).
Pasien berobat ke Rumah sakit PeriKasih (3/9/05) karena keluhan
nyeri pada perut kiri bawahnya, kemudian pasien dirujuk ke Rumah
Sakit Fatmawati. Timbul flek di celananya (27/9/05).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Status Generalis
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50c
RR : 20 x/menit
TB : 160 cm
BB : 52 kg
Lainnya dalam batas normal
Status ginekologikus
1. Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba massa dengan
ukuran 20x18x2cm, konsistensi keras,
permukaan tidak rata
2. Anogenital
VT : tidak dilakukan
Pemeriksaan laboratorium
Ca 125 : 79,3 H u/ml
Hasil USG
Kesan massa kistik besar dalam rongga abdomen
terutama kiri tengah atas yang tampaknya berasal dari
35
rongga pelvis terutama kiri, sangat mungkin kista ovarium
kiri (RS Perikasih)
Neoplasma ovarium kistik suspek malignancy (RS
Fatmawati)
Hasil CT Scan :
Kesan kista ovarium
Hasil Rontgen thorak :
Kesan cor dan pulmo dalam batas normal
VII. DIAGNOSIS
Kistadenoma ovarium sinistra padat suspek keganasan
VIII. DIAGNOSIS BANDING
-
IX. SIKAP
Perencanaan Laparatomi tanggal 29 September 2005
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
XI. PENATALAKSANAAN
Tanggal 29 September 2005
S : flek di celana +, puasa sejak jam 00.00
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50C
36
RR : 22 x/menit
Status generalis : dalam batas normal
Status ginekologikus :
1. Abdomen
Inspeksi : simetris, agak membuncit, teraba
massa dengan ukuran 5x4x2cm ,
konsistensi keras, permukaan tidak
rata
Palpasi : supel, nyeri tekan (-),
Perkusi : nyeri ketok tidak ada
Auskultasi : bising usus normal
2. Anogenital
Inspeksi : V/U tenang
Inspekulo : tidak dilakukan
VT : tidak dilakukan
A : Kista ovarii padat dengan suspek keganasan
P : - Pelaksanaan laparatomi oleh dr.Chamim, Sp.OG
LAPORAN OPERASI
Operator/Asisten : dr. Chamim, Sp.OG, K Onk/dr. Santy
Diagnosa pre op : kista ovarium padat suspek ganas
Diagnosa post op : kista ovarium musinosum
Macam operasi : histerektomi, SOB, apendiktomi,
omentektomi
1. Pasien telentang diatas meja operasi dalam anestesi umum.
2. Dilakukan a dan antisepsis di daerah operasi dan sekitarnya
3. Dilakukan insisi mediana dari pusat simfisis
4. Setelah peritoneum dibuka tampak kista diameter 20 cm, telah
pecah keluar cairan musin yang mengisi rongga abdomen
37
5. Dilakukan SOS, vries coupe (kista ovarii musinosum tanpa tanda
ganas)
6. Pada eksplorasi dinding depan dan belakang uterus tampak masa
musin, dilakukan histerektomi + SOB, kemudian dilanjutkan
apendiktomi
7. Pada eksplorasi didapatkan fokus-fokus masa musin pada
seluruh omentum, dilakukan omentektomi (PA)
8. Rongga abomen dicuci dengan Dx 10% 4000cc
9. Pasang drain
10.Diyakini tidak ada perdarahan dinding Abdomen dijahit lapis demi
lapis dengan vicryl no. 1, kulit dijahit subkutikuler dengan vicryl
no. 3.0
11.Perdarahan selama operasi 500 cc
12.Urine 400 cc jernih
Instruksi pasca op
rawat high care
observasi TNP tiap 15 menit dalam 24 jampertama
observasi tanda akut dan produksi drain/15 menit dalam 2
pertama dan tiap jam dalam 24 jam pertama
Cek DPL post op, bila Hb< 7 gr/dl transfusi
Puasa, realimentasi bertahap setelah BU +
Mobilisasi dini
Pertahankan NGT produksi < 500 cc, produksi drain < 100 cc
cairan 2500 cc/24 jam terdiri dari :
a.1 Dx 10 %
b.2 RL
c. Kaen Mg
d.Trofen
Kedacilin 3 x 1 gr i.v
Tramal drip 3x 1 ampul dalam RL 500 cc/8 jam
38
balans cairan/6 jam seimbang
Alinamin F 3x 1 amp
Vit C 2x400mg
Follow up post operasi
Tanggal 30 September 2005
S : Nyeri daerah operasi, flatus -
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/80 mmHg
N : 68 x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus (+
menurun)
Status Ginekologikus
Abdomen : luka tertutup perban
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
Urine : 1000 cc/18 jam
A : post laparatomi hari I
ec kista ovarii musinosum
P : - Kedacilin 3 x 1 gr iv
- Tramal drip 3x1 amp dalam 500 cc/8 jam
- RL : kaeMg : Dx10% : trofen = 2:1:1:1
- Alinamin 3x1 amp
- Vit C 2x400 mg
- Puasa sampai flatus +
Pemeriksaan laboratorium post transfusi :
Hb : 12,2 gr/dl
Ht : 36 %
39
Lekosit : 11.100 u/L
Trombosit : 278.000 u/L
Tanggal 1 Oktober 2005
S : Nyeri bekas operasi, flatus -
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus (+
menurun)
Status Ginekologikus
Abdomen : supel, luka tertutup perban, nyeri
tekan +
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
Urine : 300 cc/6jam
Drain : + (minimal)
NGT : hijau 100 cc
A : post laparatomi hari II
ec kistamusinosum ovarii
P : - Kedacilin 3 x 1 gr iv
- Tramal drip 3x1 amp dalam 500 cc/8 jam
- RL : kaeMg : Dx10% : trofen = 2:1:1:1
- Alinamin 3x1 amp
- Vit C 2x400 mg
Tanggal 3 Oktober 2005
S : Nyeri daerah operasi
O : Keadaan umum : sakit sedang
40
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50C
RR : 24 x/menit
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus (+
menurun)
Status Ginekologikus
Abdomen : supel, luka tertutup perban, nyeri
tekan +
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
Urine : 200 cc/ 6jam
A : post laparatomi hari IV
ec kistamusinosum ovarii
P : - Kedacilin 3 x 1 gr iv
- Tramal drip 3x1 amp dalam 500 cc/8 jam
- RL : kaeMg : Dx10% : trofen = 2:1:1:1
- Alinamin 3x1 amp
- Vit C 2x400 mg
- Mobilisasi dini, realimentasi bertahap
- DC bladder training 2 hari, drain aff
Tanggal 4 Oktober 2005
S : Nyeri daerah operasi
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,50C
RR : 22 x/menit
41
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus
(+)
Status Ginekologikus
Abdomen : luka tertutup perban, rembesan
darah -, nyeri +
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
A : post laparatomi hari V
ec kistamusinosum ovarii
P : - Klindamicin 3x300 mg
- As mefenamat 3x500 mg
- Sangobion 1x1
- Mobilisasi dini, realimentasi bertahap
Hasil PA :
Makroskopis
I. kemungkinan appendiks ukuran 2xdiameter 2 cm, putih, kenyal,
sebagian cetak 2 kup & blok
II. uterus ukuran 7x8x3 cm,putih,kenyal, sebagian cetak
a. servik 1 kup
b.endometrium 1 kup
c.ovarium + tuba 1 kup
III. jaringan tidak teratur 300 cc,kuning, lunak, sebagian cetak 2 kup,
1 blok
Mikroskopis
I. sediaan appendiks menunjukkan lumen berdilatasi, dindingnya
agak fibrosis, bersebukan ringan sel radang menahun limfosit.
II. sediaan serviks dilapisi epitel skuamosa, endometrium
menunjukkan kelainan bentuk tubuler agak hiperplastis. Miometrium
dan serosa tanpa kelainan
42
III. sediaan menunjukkan kista yang dibatasi epitel kubis. Subepitel
stroma bersebukan satu-satu sel radang menahun
Kesimpulan :
I. appendisitis kronis
II. uterus tanpa kelainan nyata
III. kistadenoma ovarii musinosum
Penjelasan : tidak tampak tanda ganas
Tanggal 5 Oktober 2005
S : Nyeri daerah operasi, kaki kesemutan, nafsu makan
menurun
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,50C
RR : 22 x/menit
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus
(+)
Status Ginekologikus
Abdomen : luka tertutup perban, kering,
rembesan darah -, nyeri +
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
A : post laparatomi hari VI
ec kistamusinosum ovarii
P : - Klindamicin 3x300 mg
- As mefenamat 3x500 mg
- Sangobion 1x1
- DC aff, ganti kasa, besok pulang, kontrol 12 Oktober
2005
43
Tanggal 6 Oktober 2005
S : Nyeri daerah operasi -, nafsu makan +
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 145/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50C
RR : 18 x/menit
Status generalis
Abdomen : luka tertutup perban, bising usus
(+)
Status Ginekologikus
Abdomen : luka tertutup perban, rembesan
darah -, nyeri -
Anogenital : V/U tenang tak tampak perdarahan
pervaginam.
A : post laparatomi hari VII
ec kistamusinosum ovarii
P : - Klindamicin 3x300 mg
- As mefenamat 3x500 mg
- Sangobion 1x1
- Ganti kasa, pulang
BAB IV
ANALISA KASUS
44
Pada kasus ini Ny A, 71 tahun, dengan diagnosis Kista Ovarium
padat suspek keganasan yang merupakan diagnosis pre-operatif
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang (USG&CT Scan).
Seperti yang disebutkan dalam buku Prof. Sarwono, tumor kistik ini
sering terjadi pada wanita reproduktif antara usia 20-50 tahun Pada
pasien ini, terjadi pada umur 71 tahun, dan terjadi setelah pasien
menopause (6), dapat dipikirkan adanya suatu proses keganasan.
Dari anamnesis ditemukan kelainan yang mengarah pada suatu
keadaan tumor kistik yaitu pasien mengeluh sakit perut bagian bawah.
Pasien merasa timbul benjolan di perut bagian bawah sejak 4 bulan yang
lalu yang timbul akibat pertumbuhan tumor ovarium. Tetapi pasien tidak
ada keluhan ataupun gangguan buang air besar atau buang air kecil
seperti yang tersebut di pustaka Prof Hanifa. Hal ini menandakan bahwa
tumor tersebut tidak menekan kandung kemih. Nafsu makan yang
menurun dapat diakibatkan oleh ukuran tumor yang besar, selain itu dapat
juga dipikirkan ke arah keganasan karena adanya nafsu makan yang
menurun dan penurunan berat badan pada pasien.
Dari pemeriksaan fisik hanya didapatkan massa dengan ukuran
20x18x2 cm di bagian perut bawah bagian kiri, konsistensi keras dan
permukaan tidak rata. Konsistensi tumor yang padat tersebut mengarah
pada keganasan.
Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG ditemukan kesan kista
ovarium. Pada pemeriksaan dengan CT Scan juga menunjukkan kesan
kistoma ovarii.
Pada operasi ditemukan massa kistik dengan diameter 20 cm yang
telah pecah keluar massa musin yang mengisi rongga abdomen, tanpa
tanda ganas. Pada eksplorasi didapatkan fokus massa musin pada
seluruh omentum. Hal ini mengarah pada diagnosis kista ovarium
musinosum. Dilakukan histerektomi total dengan salpingo-oophorektomi
bilateral, dimana hal tersebut sesuai dengan terapi pada kistadenoma
45
ovarii musinosum. Omentektomi dilakukan karena terdapatnya fokus
musin pada seluruh omentum. Pecah/rupturnya kista dapat terjadi secara
spontan atau oleh karena trauma. Pada pasien ini rupturnya kista dapat
disebabkan karena riwayat pasien yang diurut oleh dukun.Pada kasus ini
dilakukan VC (vries coupe) untuk menyingkirkan keganasan.
BAB V
46
KESIMPULAN DAN SARAN
Diagnosis kista ovarium padat suspek keganasan didapatkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Tetapi setelah operasi dilakukan, dengan VC dan hasil PA
menunjukkan bahwa diagnosa pada pasien ini adalah kistadenoma
ovarii musinosum, tanpa tanda kegansan
Terapi yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat, yaitu dilakukan
histerektomi dan salfingooforektomi bilateral, omentektomi dan
apendiktomi. Hal tersebut sesuai dengan terapi kistadenoma
musinosum dan mengingat pasien sudah berusia 71 tahun (tidak
reproduktif lagi)
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa kista telah pecah dan
masuk ke rongga abdomen, sehingga ada kemungkinan timbul
psudomyxoma peritonei
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F G; Paul C M; Norman F G. Williams Obstetrics. Edisi
18. EGC. 1995. hal 452-453
2. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1999. hal 346-366;400-408
3. Sastrawinata, S. Ginekologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1981. hal 176-213
4. Novak, E R; Woodruff, J D. Novak’s Gynecologic and Obstetric
Pathology With Clinical and Endocrine Relation. Seventh edition. W B
Saunders. 1974. page 348-485
5. Moore, J G. Essential Of Obstetrics And Gynecology. Penerbit
Hipokrates. Jakarta. 2001
6. SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP fatmawati ; Standard
Operating Procedure kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP
fatmawati ; Jakarta ; Februari 2000 , hal 60 – 63.
7. Http:\\www.Ovarian Cysts 6.htm
8. Http:\\www.Ovarian Cysts.htm
9. Http:\\www.FAQ-Ovary and adnexal masses and cysts.htm
10. http\\www.phome.cfl.rr.com/ dahmd/images/dermoid.jpg
11. Http:\\www.Fibroma-Thecoma of the Ovary2.htm
12. Http:\\www.Cystadenoma, Mucinous of the Ovary.htm
48
PRESENTASI KASUS
PEMBIMBING :
dr.Chamim, Sp.OG, K.Onk
Presentan :
Elisa Leonita Sutanto030.99.079
Oponen :Glent Michael N
Nur IndahAngela Liliana M
49
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGANRUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 19 September 2005 – 27 November 2005FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
50