Download - Document
![Page 1: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/1.jpg)
i
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
DALAM BIDANG BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL REMAJA DI PANTI ASUHAN KUMUDA PUTRA PUTRI MAGELANG
TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh WAHIDAH FRIBASARI
NIM. 1301401023
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
![Page 2: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
ABSTRAK Wahidah Fribasari. 2006. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan yang
menunjukkan bahwa hubungan interpersonal anak asuh di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang masih kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan sosial untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dan desain penelitiannya adalah Pre Experimental Design dengan menggunakan jenis One Group Pre-test and Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur 15-18 tahun yaitu remaja yang berada pada masa remaja pertengahan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi dengan instrumen skala hubungan interpersonal sebanyak 40 item. Instrumen tersebut telah diujicobakan untuk digunakan dalam penelitian.
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan uji Wilcoxon. Dari perhitungan diperoleh deskripsi hubungan interpersonal remaja sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok memiliki skor rata-rata 2,92. Sedangkan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok, deskripsi hubungan interpersonal remaja memiliki skor rata-rata 3,26. Untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan hubungan interpersonal remaja, dilakukan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan, diperoleh Z hitung sebesar 2,981 dan nilai Z tabel pada taraf signifikansi 5% dan N=12 diperoleh Z tabel sebesar 1,96. Jadi disini nilai Z hitung = 2,981 > Z tabel = 1,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektiv untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005.
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektiv untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005. Dari hasil penelitian tersebut mengarahkan rekomendasi agar pembimbing di Panti Asuhan hendaknya bisa memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh remaja. Hal itu bisa dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling dan salah satunya adalah dengan layanan bimbingan kelompok.
![Page 3: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/3.jpg)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu Tanggal : 8 Februari 2006
Panitian Ujian
Ketua Sekretaris Drs. Siswanto, M.M Drs. Suharso, M.Pd NIP. 130515769 NIP. 131754158 Pembimbing I Penguji I Drs. Suharso, M.Pd Drs. Eko Nusantoro, M.Pd NIP. 131754158 NIP. 132205934 Pembimbing II Penguji II Drs. Soeparwoto Drs. Suharso, M.Pd NIP. 130368009 NIP. 131754158 Penguji III Drs. Soeparwoto NIP. 130368009
![Page 4: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto : 1. “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”.
(Q.S Adh-Dhuha : 6-8)
2. “Orang muslim adalah orang yang jika orang muslim lainnya tidak merasa terganggu oleh
lisan dan tangannya. Sedangkan orang mukmin adalah orang yang membuat orang lain
merasa aman terhadap darah dan hartanya”. (Al-Hadits)
Persembahan : Skripsi ini aku persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mengiringi
hidupku dengan doa dan kasih sayangnya.
2. Mbah Rayi, Mbah Koko, dan adikku Azis,
terimakasih atas dukungan dan doanya.
3. Sahabatku: Tutik, Retno, Rina, Galih, Lia,
Titik A.O, Ima, dan Zaki dengan semangat
yang kalian kirimkan setiap waktu.
4. Adik-adikku di Kos I’djo atas kebersamaannya
dalam setiap suka dan duka.
5. Teman-teman mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Angkatan 2001.
6. Almamaterku.
![Page 5: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/5.jpg)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal
Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005” dengan
baik.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang sangat berguna bagi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Dr. A.T Soegito, S.H, M.M selaku Rektor Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Siswanto, M.M selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Suharso, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing
I yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Soeparwoto selaku Dosen Pembimbing II yang telah mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
![Page 6: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
5. Djoko Suranto, S.H selaku Kepala Panti Asuhan Kumuda Putra Putri
Magelang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di lembaga yang beliau pimpin.
6. Drs. Supadi, selaku Pembimbing di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri
Magelang yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Staff Pegawai dan Karyawan Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Anak-anak asuh di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang atas bantuan
dan kerjasama yang telah diberikan.
9. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001
yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sekalian demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak.
Semarang, Januari 2006
Penulis
![Page 7: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/7.jpg)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI............................................................................................... vii DAFTAR TABEL....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Permasalahan ............................................................................ 5 C. Penegasan Judul ........................................................................ 5 D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7 F. Garis Besar Sistematika Skripsi ................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ..................................... 10 A. Hubungan Interpersonal ............................................................ 10
1. Pengertian Hubungan Interpersonal.................................... 11 2. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ................................. 14 3. Teori Hubungan Interpersonal ............................................ 16 4. Faktor-faktor yang menumbuhkan Hubungan Interpersonal
dalam Komunikasi Interpersonal ........................................ 19 5. Komunikasi Yang Efektif ................................................... 26
B. Bimbingan Kelompok ............................................................... 27 1. Pengertian Bimbingan Kelompok ....................................... 27 2. Jenis-jenis Bimbingan Kelompok ....................................... 29 3. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok.............................. 29 4. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok ..................... 32 5. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok ................................. 35 6. Materi Layanan Bimbingan Kelompok............................... 43 7. Bidang Bimbingan dan Konseling ...................................... 45 8. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok ........................ 46
C. Remaja di Panti Asuhan............................................................ 47 D. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Bidang
Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal ........................................................... 50
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 53
![Page 8: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/8.jpg)
viii
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 54 A. Jenis Penelitian.......................................................................... 54 B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................... 55
1. Populasi ............................................................................... 55 2. Sampel................................................................................. 56 3. Teknik Sampling ................................................................. 57
C. Variabel Penelitian .................................................................... 57 1. Jenis Variabel ...................................................................... 57 2. Definisi Operasional .......................................................... 58
D. Desain Penelitian....................................................................... 59 E. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 63
1. Metode Pengumpulan Data ................................................. 63 2. Alat Pengumpul Data .......................................................... 63
F. Uji Instrumen Penelitian ........................................................... 66 1. Validitas Instrumen ............................................................. 66 2. Reliabilitas Instrumen ......................................................... 67
G. Metode Analisis Data................................................................ 68
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 71 A. Hasil Penelitian ......................................................................... 71 B. Pembahasan Penelitian.............................................................. 80
BAB V. PENUTUP..................................................................................... 85 A. Simpulan .................................................................................. 85 B. Saran.......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87
LAMPIRAN
![Page 9: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/9.jpg)
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok .................................. 62
2. Kriteria Penentuan Tingkatan Hubungan Interpersonal.......................... 70
3. Kriteria Penentuan Tingkatan Hubungan Interpersonal.......................... 71
4. Distribusi Frekuensi Nilai Hubungan Interpersonal Remaja 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 72
5. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Percaya 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 73
6. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Supportif 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 74
7. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Terbuka 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 74
8. Distribusi Frekuensi Nilai Hubungan Interpersonal Remaja 12 Sampel
Sesudah Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok............................... 75
9. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Percaya 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 76
10. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Supportif 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 77
11. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Terbuka 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok .............................. 77
12. Distribusi Frekuensi Hubungan Interpersonal Remaja Sebelum
Dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok.................. 78
13. Rekapitulasi Hasil Analisis Deskriptif Pre test dan Post test
Per-Sub Variabel Hubungan Interpersonal Remaja ................................ 79
14. Uji Wilcoxon......................................................................................... 79
![Page 10: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/10.jpg)
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 58
2. Design One Group Pre test-Post test....................................................... 60
![Page 11: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/11.jpg)
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Prosedur Penyusunan Instrumen............................................................. 64
![Page 12: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/12.jpg)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi dan Instrumen Try Out Penelitian ............................................ 89
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Hubungan Interpersonal ....... 96
3. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian .......................................................... 102
4. Daftar Nama Anggota Kelompok Layanan
Bimbingan Kelompok (Sampel Penelitian) ............................................ 108
5. Hasil Analisis Instrumen Penelitian ........................................................ 109
6. Satuan Layanan, Laporan Pelaksanaan Evaluasi dan Tindak Lanjut
serta Materi Layanan Bimbingan Kelompok .......................................... 117
7. Daftar Presensi Layanan Bimbingan Kelompok..................................... 165
8. Surat Ijin Penelitian................................................................................. 175
9. Surat Keterangan Penelitian.................................................................... 178
![Page 13: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/13.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses
kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir hingga dewasa mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu fase perkembangan manusia
antara lain adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penuh
gejolak dan masa dimana mereka ingin tahu tentang segala sesuatu yang
mereka belum tahu, termasuk didalamnya adalah tentang bagaimana mereka
melakukan hubungan interpersonal yang baik agar mereka bisa diterima oleh
lingkungan mereka.
Kemampuan individu untuk melakukan hubungan interpersonal
ditentukan oleh kemampuan individu untuk bisa mengkomunikasikan secara
jelas apa yang ingin disampaikannya, menciptakan kesan yang diinginkan,
atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendaknya.
Hubungan interpersonal adalah bagaimana individu berinteraksi dan
berkomunikasi antara dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi
suatu proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat, atau perilaku
orang yang sedang melakukan interaksi tersebut. Hubungan interpersonal bisa
terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas.
Sedangkan pengaruh atau akibat dari hubungan interpersonal tersebut bisa
disengaja dan tidak disengaja.
![Page 14: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/14.jpg)
2
Kemampuan melakukan hubungan interpersonal dengan baik
merupakan salah satu hal penting untuk dimiliki seseorang. Hubungan
interpersonal yang baik akan membantu dan mendukung individu dalam
melakukan hubungan dengan orang lain dalam kaitannya untuk membina
kerjasama serta membina persahabatan. Hubungan interpersonal sangat besar
pengaruhnya bagi kehidupan sosial remaja. Remaja yang mempunyai
hubungan interpersonal yang kurang baik, akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka tinggal, baik itu di
rumah, sekolah maupun di masyarakat. Mereka bisa mempunyai rasa tidak
percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang lain dan sulit membina
hubungan dengan orang lain.
Hubungan interpersonal yang baik bisa tercipta apabila ada komunikasi
yang baik. Untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, kita perlu
bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita perlu juga memiliki
sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya
sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas.
Anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan ini adalah anak-anak yang
sudah tidak mempunyai orang tua, baik ayah, ibu ataupun keduanya. Serta
anak-anak yang berlatar belakang ekonomi lemah. Anak-anak asuh tersebut
semuanya berjumlah 140 anak yang masih duduk di bangku sekolah. Yang
masih duduk di bangku Sekolah Dasar sebanyak 25 anak, Sekolah Menengah
Pertama sebanyak 67 anak, Sekolah Menengah Atas sebanyak 47 anak dan 1
orang di Perguruan Tinggi.
![Page 15: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/15.jpg)
3
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa hubungan
interpersonal anak asuh di panti asuhan ini masih kurang baik. Hal ini terlihat
dari hubungan antara anak-anak panti asuhan yang kurang akrab antara yang
satu dengan yang lain. Mereka kurang bersikap terbuka dan jarang
menceritakan masalah yang mereka hadapi dengan pihak panti. Mereka
cenderung lebih bersifat individu, memikirkan diri sendiri dan kurang
mempunyai rasa empati terhadap apa yang dialami oleh teman-teman mereka.
Dalam hubungan pertemanan, kebanyakan dari mereka hanya memiliki
beberapa teman dekat saja dan kurang bisa melakukan hubungan yang baik
dengan anak-anak yang lain. Akibatnya banyak dari remaja yang ada di panti
tersebut sering mengalami rasa minder dan rasa tidak percaya diri dengan latar
belakang kehidupan mereka, sehingga hal tersebut mempengaruhi pergaulan
mereka di sekolah. Apabila keadaan demikian tidak mendapatkan perhatian
secara khusus dan mendapatkan penanganan segera dari pendidik, terutama
dari pembimbing, maka akan menghambat perkembangan mereka, dan
dikhawatirkan akan mengganggu mereka dalam melakukan hubungan dengan
orang lain.
Untuk membantu meningkatkan hubungan interpersonal remaja, dapat
dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan
konseling yang bisa diberikan untuk remaja di panti asuhan tersebut meliputi
layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling individu. Dalam
memberikan layanan ada yang bersifat pribadi/individu dan ada juga yang
bersifat kelompok.
![Page 16: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/16.jpg)
4
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat dalam membantu siswa
untuk memahami hubungan interpersonal. Layanan bimbingan kelompok
sebagai media dalam upaya membimbing individu yang memerlukan dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
layanan bimbingan kelompok siswa dapat saling berinteraksi antar anggota
kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide-ide
dan diharapkan dapat memberikan pemahaman siswa mengenai hubungan
interpersonal. Selain untuk membantu memecahkan permasalahan secara
bersama, dalam kegiatan bimbingan kelompok ini mereka juga bisa berlatih
cara meningkatkan hubungan interpersonal mereka di hadapan teman-teman
mereka. Mereka juga dapat melatih mengungkapkan maksud dan keinginan
mereka, serta memodifikasi tingkah laku mereka sampai orang lain
mempersepsikannya sebagaimana yang mereka maksud.
Melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok, akan terjadi interaksi
antar anggota kelompok dan akan timbul rasa saling percaya untuk
mengungkapkan masalah. Dari hasil pembahasan dalam kelompok itu maka
anggota kelompok (siswa) dapat belajar dari pengalaman baru yang berupa
penilaian ingatan dan pemahaman yang dialami. Saat kegiatan layanan
bimbingan kelompok ini dilaksanakan, akan terjadi suatu hubungan
komunikasi antara pemimpin kelompok dan antara anggota kelompok
sehingga akan tercipta suatu pemahaman malalui diskusi dan tanya jawab
antara anggota kelompok mengenai topik yang sedang dibahas. Masalah yang
dibahas dalam layanan bimbingan kelompok ini tidak bersifat pribadi,
meskipun demikian, asas kerahasiaan tetap dijaga dalam layanan ini.
![Page 17: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/17.jpg)
5
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada, maka peneliti ingin
mengadakan eksperimen tentang “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan
Interpersonal Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun
2005”.
B. Permasalahan
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, permasalahan penelitian ini
adalah sebagai berikut : “Apakah layanan bimbingan kelompok dalam bidang
bimbingan sosial efektiv untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja
di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005 ?”.
C. Penegasan Judul
1. Efektivitas
Efektivitas dapat dipahami sebagai taraf tercapainya suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya, baik secara individual/kelompok. Atau
dapat saja disebut sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
tindakan atau usaha mendatangkan hasil/keberhasilan dan dapat mencapai
tujuan. Untuk menentukan efektivitas suatu tindakan perlu diadakan
evaluasi.
2. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah bagaimana kita berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain, melalui hubungan tatap muka yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi suatu
proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat atau perilaku orang
yang sedang melakukan interaksi tersebut.
![Page 18: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/18.jpg)
6
3. Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan
kepada beberapa individu dengan prosedur kelompok untuk memberikan
informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial bagi keperluan
anggota kelompok dan dalam kegiatan bimbingan kelompok itu tercipta
suatu dinamika kelompok yang akan mendukung berkembangnya
kehidupan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
4. Bidang Bimbingan Sosial
Pelayanan bidang bimbingan sosial bertujuan membantu siswa
memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan
sosial yang dilandasi oleh budi pekerti yang luhur dan bisa bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya dalam lingkungan sosial.
5. Remaja
Masa remaja dianggap telah mulai ketika individu berumur dua
belas tahun dan berakhir pada saat remaja berusia dua puluh satu tahun.
Masa ini diikuti dengan adanya kematangan remaja yang meliputi
kematangan intelektual, emosional, sosial, dan fisik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk
mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan
sosial untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan
Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005”.
![Page 19: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/19.jpg)
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori tentang pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
dalam meningkatkan hubungan interpersonal remaja, sehingga dapat
dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan layanan
bimbingan dan konseling baik itu dalam setting sekolah maupun
nonpersekolahan (panti asuhan).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi panti asuhan, dapat menjadi masukan pada panti asuhan tentang
efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan
hubungan interpersonal anak asuhnya, dalam hal ini yang berusia
remaja dan dapat memberikan pengertian serta pemahaman bahwa
layanan bimbingan dan konseling dapat diterapkan dalam setting
nonpersekolahan (panti asuhan).
b. Bagi pembimbing, dapat menjadi masukan bahwa melalui layanan
bimbingan kelompok, pembimbing bisa memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh remaja misalnya saja informasi tentang bagaimana
meningkatkan hubungan interpersonal.
c. Bagi siswa, untuk mengenalkan layanan bimbingan kelompok bagi
siswa bahwa dengan kegiatan tersebut dapat membantu siswa untuk
menunjang aktivitas dalam kehidupannya.
![Page 20: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/20.jpg)
8
F. Garis Besar Sistematika Skripsi
Sistematika penulisan skripsi merupakan gambaran mengenai garis
besar keseluruhan isi skripsi ini agar dapat memahami maksud karya
penulisan ini serta merupakan susunan permasalahan-permasalahan yang akan
dikaji dengan langkah-langkah pembahasan yang tersusun dalam bab-bab.
Sistematika skripsi adalah sebagai berikut.
Bagian awal skripsi, bagian ini berisi : halaman judul, abstrak, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, daftar bagan dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan, bagian ini berisi : Latar Belakang Masalah,
Permasalahan, Penegasan Judul, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Garis Besar Sistematika Skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, yang dijadikan dasar untuk
melangkah secara logis dan ilmiah dalam rangka mencari jawaban dari
permasalahan yang sedang diteliti. Bagian ini berisi : Hubungan Interpersonal,
Bimbingan Kelompok, Remaja di Panti Asuhan, Efektivitas Layanan
Bimbingan Kelompok Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan
Hubungan Interpersonal, dan Hipotesis Penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian, bagian ini berisi : Jenis Penelitian,
Populasi, sampel dan teknik sampling, Variabel Penelitian, Desain Penelitian,
Metode Pengumpulan Data, Uji Instrumen Penelitian, dan Metode Analisis
Data.
![Page 21: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/21.jpg)
9
Bab IV, bagian ini berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab V Penutup, bagian ini berisi tentang Simpulan hasil penelitian yang
dilakukan dan Saran-saran yang diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian
yang mungkin dapat memberi arti kepada pihak yang terkait.
Bagian akhir skripsi, bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
![Page 22: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/22.jpg)
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan diuraikan tentang beberapa hal penting yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu mengenai Hubungan
Interpersonal, Bimbingan Kelompok, Remaja di Panti Asuhan, Efektivitas
Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk
Meningkatkan Hubungan Interpersonal, dan Hipotesis Penelitian.
A. Hubungan Interpersonal
Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia
selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-
lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam
masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan
atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan
hubungan interpersonal.
Dalam bagian ini perlu diketahui tentang pengertian hubungan
interpersonal, tahap-tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor yang
menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal,
teori-teori hubungan interpersonal dan ciri-ciri hubungan interpersonal yang
baik.
![Page 23: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/23.jpg)
11
1. Pengertian Hubungan Interpersonal.
Untuk mendapatkan pengertian hubungan interpersonal, penulis
mengambil beberapa pengertian dari komunikasi interpersonal, karena
pada hakekatnya kedua istilah itu hampir sama, keduanya sama-sama
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan hubungan interpersonal juga
melibatkan adanya komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal
yang baik, akan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif. Dalam
hubungan interpersonal, terjadi suatu proses pengalihan informasi dari
individu satu ke individu yang lain sama dengan komunikasi interpersonal.
Menurut Miller (Rakhmat, 2005:120) ‘memahami proses
komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara
komunikasi dengan perkembangan relasional : Komunikasi mempengaruhi
perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak),
perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-
pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut’.
Komunikasi sangat berpengaruh besar dalam melakukan suatu
hubungan interpersonal, begitu pula sebaliknya. Karena apabila seseorang
sudah bisa melakukan suatu komunikasi dengan baik dan efektif, maka
orang tersebut akan semakin mudah dalam melakukan suatu hubungan
interpersonal. Begitu pula sebaliknya, apabila suatu hubungan
interpersonal sudah terjalin dengan baik, maka hal itu akan mempengaruhi
sifat komunikasi yang dilakukan antara pihak yang terlibat dalam
hubungan tersebut. Komunikasi merupakan suatu proses yang sangat
berpengaruh besar bagi manusia dalam melakukan hubungan interpersonal
dengan orang lain. Dengan hubungan interpersonal yang baik, maka
![Page 24: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/24.jpg)
12
seseorang akan semakin bisa bersifat terbuka terhadap orang lain dan
persepsinya akan bisa semakin cermat baik itu mengenai orang lain
maupun mengenai dirinya sendiri.
Menurut Mulyana (Rochmaningsih, 2004:24) bahwa ‘komunikasi
interpersonal (interpersonal comunication) adalah pertemuan antara orang-
orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara verbal maupun non verbal’.
Komunikasi yang efektif akan menciptakan hubungan interpersonal yang
baik. Karena dalam hubungan interpersonal dilakukan dari mulut ke mulut
yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi, sehingga
orang yang melakukan interaksi tersebut akan bisa mengetahui reaksi
orang lain baik yang bersifat verbal maupun non verbal.
Sedangkan menurut Effendy (Liliweri, 1997:12) bahwa hakikatnya
‘komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator
dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling
efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung
prosesnya yang dialogis’. Hubungan interpersonal dilakukan secara tatap
muka, maka akan lebih efektif untuk merubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang karena dalam proses hubungan interpersonal itu
dilakukan secara tatap muka dan terjadi secara langsung antara individu
yang berinteraksi. Selain itu, dalam hubungan interpersonal terjadi suatu
proses psikologis, yang akan memungkinkan seseorang bisa berubah
karena adanya proses yang dialogis antara individu.
Sementara itu menurut Dean C. Barnlund (Liliweri, 1997:12)
‘bahwa komunikasi antarpribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan
![Page 25: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/25.jpg)
13
antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan
tidak berstruktur’. Hubungan interpersonal tidak bisa hanya dilakukan oleh
satu orang, karena itu hubungan interpersonal dilakukan oleh dua orang
atau lebih yang saling berinteraksi dengan hubungan yang bebas dan
bervariasi serta ada keterpengaruhan. Hubungan interpersonal terjadi
secara spontan artinya terjadi sambil lalu dengan media utama adalah tatap
muka. Selain itu juga terjadi secara tidak berstruktur yaitu tidak
mempunyai struktur yang teratur atau diatur sehingga tidak mempunyai
tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu. Hubungan interpersonal bisa
terjadi secara kebetulan di antara peserta yang identitasnya kurang jelas
sehingga akibatnya dampaknya bisa disengaja dan tidak disengaja.
Menurut Supratiknya (1995:24) “keefektifan kita dalam hubungan
antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan
secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita
inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita”.
Dari beberapa pengertian komunikasi antarpribadi dan hubungan
interpersonal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan
interpersonal adalah bagaimana kita berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain, melalui hubungan tatap muka yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih. Hubungan itu dilakukan secara spontan dan tidak
berstruktur, dalam kegiatan itu terjadi suatu proses psikologis yang bisa
merubah sikap, pendapat atau perilaku orang yang sedang melakukan
interaksi tersebut.
![Page 26: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/26.jpg)
14
2. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Menurut Rakhmat (2005:125-129) hubungan interpersonal
berlangsung melewati tiga tahap, yaitu pembentukan hubungan,
peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
a. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Fase pertama
dalam tahap ini adalah “fase kontak yang permulaan” (initial contact
phase) ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Apabila di antara keduanya terdapat
kesamaan, kemudian dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini, informasi yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar
mengenai data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga, dan sebagainya.
b. Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu
berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting
dalam memelihara keseimbangan ini, faktor tersebut adalah :
keakraban, kontrol, respons yang tepat dan nada emosional yang tepat.
![Page 27: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/27.jpg)
15
1). Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua
belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
2). Kontrol
Faktor yang kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang
akan mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang mempunyai
pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan,
siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-
masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
3). Respons yang Tepat
Faktor yang ketiga adalah ketepatan respons. Artinya respons
A harus diikuti oleh respons B yang sesuai. Respons ini bukan
hanya berkenaan dengan pesan-pesan verbal tetapi juga pesan-
pesan nonverbal. Jika pembicaraan serius dijawab dengan main-
main, bisa mengakibatkan hubungan interpersonal mengalami
keretakan. Ini berarti respons yang diberikan tidak tepat.
4). Nada Emosional yang Tepat
Keserasian suasana emosional yang terjadi ketika
berlangsungnya komunikasi merupakan faktor yang memelihara
hubungan interpersonal. Tetapi, bisa saja terjadi dua orang
berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi
![Page 28: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/28.jpg)
16
interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak
mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
c. Pemutusan Hubungan Interpersonal
Menurut analisis R.D Nye (Rakmat, 2005:129) pemutusan
hubungan interpersonal bisa saja terjadi karena terjadi adanya konflik.
Nye menyebutkan lima sumber konflik :
1). Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain : misalnya menunjukkan kelebihan
dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
2). Dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar.
3). Kegagalan, masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
4). Provokasi, salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
5). Perbedaan nilai, kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
3. Teori Hubungan Interpersonal.
Ada sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal
dengan mengikuti ikhtisar dari Coleman dan Hammen (Rakhmat, 2005:
120-124) yaitu : model pertukaran sosial, model peranan, model
permainan, dan model interaksional.
![Page 29: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/29.jpg)
17
a. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Setiap individu
secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya. Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan
merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
Model ini berpendapat bahwa orang melakukan suatu hubungan
interpersonal karena dia membutuhkan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial
sehingga tidak mungkin dia akan berdiri sendiri tanpa adanya
hubungan dengan orang lain. Seseorang akan secara sukarela
melakukan hubungan sosial, apabila hubungan tersebut cukup
memuaskan dan memberikan manfaat pada dirinya,
b. Model Peranan
Model peranan memandang hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara, disini setiap orang harus memainkan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role
demands), memiliki keterampilan peranan (role skills) dan terhindar
dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
![Page 30: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/30.jpg)
18
Maksud dari model peranan ini adalah, setiap orang harus
melakukan peran dan tugasnya sesuai dengan aturan atau norma yang
dibuat dan ditetapkan oleh masyarakat dimana dia berada. Hubungan
interpersonal akan berkembang dengan baik apabila seseorang bisa
mematuhi apa yang sudah ditetapkan oleh masyarakat dan bertindak
sesuai dengan tuntutan yang ada dalam masyarakat. Selain itu
seseorang akan bisa melakukan suatu hubungan interpersonal yang
baik apabila dia memiliki suatu keterampilan untuk melakukan
hubungan dengan orang lain dan dia juga harus menghindari konflik
dalam masyarakat.
c. Model Permainan
Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-
macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian
kepribadian manusia. Pertama, orang tua adalah aspek kepribadian
yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua
kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Kedua, orang dewasa
adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional,
sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-
masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara
sadar. Ketiga, anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari
perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi
intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
![Page 31: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/31.jpg)
19
d. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan
medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling
tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan.
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan
sifat-sifatnya, untuk menganalisanya kita harus melihat pada
karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan
sifat-sifat lingkungan. Dengan singkat, model interaksional mencoba
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
4. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam
Komunikasi Interpersonal
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,
kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi hubungan interpersonal adalah :
a. Percaya/trust. Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut : 1). Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut
memiliki kemampuan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
2). Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
3). Kualitas komunikasi dan sifatnya menggambarkan adanya keterbukaan.
b. Perilaku suportif akan meningkatkan komunikasi, beberapa ciri perilaku suportif yaitu :
![Page 32: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/32.jpg)
20
1). Deskripsi : penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.
2). Orientasi masalah : mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
3). Spontanitas : sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
4). Empati : menganggap orang lain sebagai persona. 5). Persamaan : tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak
melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
6). Profesionalisme : kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
c. Sikap terbuka, kemampuan manilai secara objektif, kamampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dan lain sebagainya. (www.sabda.org/www.google.com)
Orang-orang yang bisa dipercaya dalam melakukan hubungan
interpersonal dengan orang lain adalah orang yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman serta bisa diandalkan oleh orang lain. Agar
komunikasi interpersonal yang dilakukan bisa menghasilkan hubungan
interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan, kita perlu
bersikap terbuka dan menggantikan sikap tertutup. Kita perlu memiliki
sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya
sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas.
Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan
memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak.
Dalam melakukan hubungan interpersonal, tidak akan terlepas dari
karakteristik pribadi orang yang melakukan hubungan interpersonal.
Menurut Sears (1988:218) ”individu mempunyai variasi dalam hal-hal
![Page 33: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/33.jpg)
21
yang paling mereka hargai dari diri orang lain. Juga terdapat perbedaan
kultural yang besar dalam kualitas pribadi yang diinginkan secara sosial”.
Karakteristik pribadi orang yang melakukan hubungan interpersonal
akan sangat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam melakukan
hubungan interpersonal dengan orang lain.
Norman Anderson (Sears, 1988:219) menyebutkan beberapa
karakteristik kepribadian yang menyenangkan, diantaranya : (a) tulus, (b)
jujur, (c) pengertian, (d) setia, (e) terus terang, (f) terbuka, (g) cerdas, (h)
dapat dipercaya, (i) bijaksana, (j) berbudi, (k) dapat diandalkan. (l) hangat,
(m) baik hati, (n) ramah, (o) gembira, (p) tidak mementingkan diri sendiri,
(q) lucu, (r) bertanggungjawab, (s) periang, (t) meyakinkan.
Agar seseorang bisa menciptakan hubungan interpersonal dengan
baik saat dia berhubungan dengan orang lain, maka individu tersebut harus
memiliki tiga hal yaitu percaya, sikap suportif dan sikap terbuka.
a. Percaya (trust)
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi hubungan
interpersonal, percaya merupakan faktor yang paling penting. Untuk
menumbuhkan atau membangun sebuah hubungan, antara orang yang
melakukan hubungan tersebut harus saling mempercayai. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara saling mengungkapkan labih banyak tentang
pikiran, perasaan dan reaksi mereka tehadap situasi yang mereka
hadapi. Atau dengan cara saling menunjukkan penerimaan, dukungan
dan kerjasama. Tanpa adanya rasa saling percaya, tidak akan ada rasa
pengertian. Hal tersebut akan menghambat perkembangan hubungan
![Page 34: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/34.jpg)
22
interpersonal yang akrab. Tingkat kepercayaan dalam melakukan suatu
hubungan akan berubah-ubah sesuai dengan kemampuan individu
untuk mempercayai dan dapat dipercaya.
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:26) ‘kepercayaan mutlak
diperlukan agar suatu relasi tumbuh dan berkembang’. Menurut
Rakhmat (2005:131-132) ada tiga faktor utama yang dapat
menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran.
1). Menerima.
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang
lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima
adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai
individu yang patut dihargai. Apabila individu cenderung menilai
dan sukar menerima, bisa mengakibatkan hubungan interpersonal
tidak berlangsung seperti yang diharapkan. Menerima bukan
berarti individu harus menyetujui semua perilaku orang lain atau
rela menanggung akibat dari perilakunya.
2). Empati.
Orang yang mempunyai rasa empati merupakan orang yang
mampu memahami keadaan orang lain dengan menunjukkan reaksi
secara emosional ketika orang lain mengalami suatu emosi.
Berempati berarti membayangkan diri kita pada kejadian yang
menimpa orang lain, berusaha melihat seperti orang lain melihat,
dan merasakan seperti orang lain merasakannya.
![Page 35: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/35.jpg)
23
3). Kejujuran.
Untuk mendapatkan suatu tanggapan yang sebenarnya,
seorang individu harus jujur mengungkapkan diri kepada orang
lain. Orang lain biasanya menaruh kepercayaan pada orang yang
jujur atau tidak menyembunyikan pikiran dan pendapatnya.
Kejujuran menyebabkan orang lain dapat menduga perilaku yang
dilakukan sehingga akan mendorong orang lain untuk percaya.
b. Sikap Suportif
“Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif
dalam komunikasi. Orang yang defensif akan cenderung lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi
komunikan ketimbang memahami pesan orang lain” (Rakmat, 2005:
133).
Orang yang bersikap defensif biasanya disebabkan oleh faktor-
faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah
dan sebagainya. Jack R. Gibb (Rakhmat, 2005:134-135) menyebutkan
beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif. Perilaku
tersebut antara lain deskripsi, orientasi masalah, spontanitas,
persamaan, dan provisionalisme.
1). Deskripsi.
Deskripsi adalah penyampaian pesan, perasaan dan persepsi
tanpa menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangan orang
![Page 36: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/36.jpg)
24
lain. Deskripsi dapat terjadi ketika seorang individu mengevaluasi
orang lain, tetapi orang tersebut merasa bahwa dia dihargai
(menerima orang lain sebagai individu yang patut dihargai).
2). Orientasi masalah.
Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Mengajak orang
lain bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana
mencapainya.
3). Spontanitas.
Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam.
4). Persamaan.
Tidak mempertegas perbedaan, dalam melakukan suatu
hubungan tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda,
penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan
pandangan dan keyakinan. Persamaan merupakan sikap
memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis.
5). Provisionalisme.
Provosionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali
pendapat diri sendiri, untuk mengakui bahwa pendapat manusia
adalah tempat kesalahan.
![Page 37: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/37.jpg)
25
c. Sikap Terbuka
‘Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan
kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau
perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan’.
(Johnson dalam Supratiknya, 1995:14)
Menurut Brooks dan Emmet (Rakhmat (2005:136) karakteristik
orang yang memiliki sikap terbuka antara lain :
1). Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan
ketetapan logika.
2). Mampu membedakan dengan mudah mana yang benar, salah atau
tengah-tengah.
3). Berorientasi pada isi. Orang yang bersikap terbuka akan melihat
apa yang dibicarakan bukan siapa yang berbicara.
4). Mencari informasi dari berbagai sumber. Orang yang terbuka tidak
akan hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri, namun
mereka akan meneliti tentang orang lain dari sumber yang lain.
5). Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya. Orang yang terbuka akan mencari informasi yang
tidak sesuai dengan pendapatnya dan akan mencari kebenaran
informasi tersebut.
Dari beberapa hal yang telah diuraikan diatas, akan dijadikan
sebagai indikator dalam penelitian ini.
![Page 38: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/38.jpg)
26
5. Komunikasi Yang Efektif
Menurut Supratiknya (1995:24) “keefektifan individu dalam
melakukan hubungan antar pribadi ditentukan oleh kemampuan individu
itu untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang disampaikannya”.
Komunikasi disebut efektif dan berhasil apabila penerima
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan
oleh pengirim. Kenyataannya, sering kita gagal saling memahami karena
adanya kesalahfahaman dalam komunikasi.
a. Beberapa Sumber Kesalahfahaman
1) Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional dan sosial
kultural.
2) Sering kita mendengarkan dengan maksud sadar maupun tidak sadar
untuk memberikan penilaian dan menghakimi si pembicara.
3) Sering kita gagal menangkap maksud konotatif dibalik ucapan.
4) Kesalahfahaman atau distorsi dalam komunikasi sering terjadi karena
kita tidak saling mempercayai.
b. Mengirimkan Pesan Secara Efektif
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:35) ada tiga syarat yang
harus dipenuhi agar bisa melakukan komunikasi dengan efektif yaitu:
1) Harus bisa mengusahakan agar pesan-pesa yang kita kirimkan
mudah dipahami.
2) Sebagai pengirim, kita harus memiliki kredibilitas di mata
penerima.
3) Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal
tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima.
![Page 39: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/39.jpg)
27
B. Bimbingan Kelompok
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian bimbingan kelompok,
jenis-jenis bimbingan kelompok, tujuan layanan bimbingan kelompok, tahap-
tahap layanan bimbingan kelompok, teknik-teknik bimbingan kelompok dan
materi layanan bimbingan kelompok.
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (Prayitno, 1999:309) ‘bimbingan kelompok di
sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk
membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat’. Gazda
juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk
memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok
merupakan layanan yang diberikan kepada beberapa individu dengan
prosedur kelompok untuk memberikan informasi untuk keperluan anggota
kelompok.
Menurut Mugiarso dkk (2004:66) :
Dalam layanan bimbingan kelompok, siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang topik-topik yang dibicarakan dan mengembangkan bersama permasalahan yang dibicarakan pada kelompok. Sehingga terjadi komunikasi antara individu di kelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok.
Menurut Prayitno (1995:65) :
Bimbingan dan konseling kelompok bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang memerlukan. Media dinamika kelompok ini adalah unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup”. Dalam kegiatan bimbingan kelompok, dinamika
![Page 40: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/40.jpg)
28
kelompok sengaja diciptakan dan ditumbuhkan dan dimanfatkan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling.
Sedangkan menurut Winkel (1997:543) “bimbingan kelompok
mengupayakan perubahan dalam sikap dan perilaku secara tidak langsung,
melalui penyajian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh
para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri”. Dengan adanya
kegiatan bimbingan kelompok, diharapkan akan terjadi suatu pengolahan
kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok,
sehingga akan terjadi suatu perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya
secara tidak langsung.
“Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa” (Romlah, 2001:3).
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang
diberikan kepada sejumlah individu dengan menggunakan prosedur
kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka
membahas topik-topik tertentu atau memberikan informasi yang berguna
dan bermanfaat bagi anggota kelompok sehingga akan terjadi suatu
perubahan sikap dan perilaku pada anggota kelompok.
![Page 41: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/41.jpg)
29
2. Jenis-jenis Bimbingan Kelompok
Menurut Amti (1992:106) dalam penyelenggaraannya, dikenal dua
jenis bimbingan kelompok yaitu bimbingan kelompok bebas dan
bimbingan kelompok tugas.
a. Bimbingan Kelompok Bebas
Bimbingan kelompok bebas adalah salah satu bentuk
penyelenggaraan bimbingan kelompok. Dalam kegiatannya para
anggota kelompok bebas mengemukakan segala pikiran dan
perasaannya dalam kelompok. Selanjutnya, apa yang disampaikan
mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan
kelompok.
b. Bimbingan Kelompok Tugas
Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk
penyelenggaraan bimbingan kelompok di mana arah dan isi kegiatan
kelompok itu tidak ditentukan oleh anggotanya melainkan diarahkan
kepada penyelesaian suatu tugas. Tugas yang dikerjakan kelompok itu
berasal dari pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok
mengemukakan suatu tugas pada kelompok untuk selanjutnya dibahas
dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
3. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Amti (1992:108), tujuan dari kegiatan bimbingan
kelompok adalah :
![Page 42: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/42.jpg)
30
a. Tujuan Umum Layanan Bimbingan Kelompok Secara umum, bimbingan kelompok bertujuan untuk
membantu murid-murid yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dapat merupakan tempat bagi siswa untuk memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan masalah.
b. Tujuan Khusus Layanan Bimbingan Kelompok Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan :
1). Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk ruang lingkup yang lebih besar seperti berbicara di hadapan orang banyak, di forum-forum resmi dan sebagainya.
2). Melatih murid-murid untuk dapat bersikap terbuka di dalam kelompok.
3). Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya, dan dengan teman-teman lain di luar kelompok pada umumnya.
4). Melatih murid-murid untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
5). Melatih murid-murid untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6). Melatih murid-murid untuk memperoleh keterampilan sosial. 7). Membantu murid-murid mengenali dan memahami dirinya
dalam berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan tujuan bimbingan kelompok menurut Bennet (Romlah,
2001:14-15) adalah :
a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal
penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan
kelompok dengan :
1). Mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya.
2). Menghilangkan ketegangan-ketegangan emosi, menambah
pengertian mengenai dinamika kepribadian, dan mengarahkan
![Page 43: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/43.jpg)
31
kembali energi yang terpakai untuk memecahkan kembali energi
yang terpakai untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dalam
suasana yang permisif.
c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan
efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.
Dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh
individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-
hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman
terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari kegiatan bimbingan kelompok, selain untuk memecahkan
permasalahan yang dialami anggota kelompok secara bersama-sama
layanan bimbingan kelompok juga dapat sebagai tempat untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anggota kelompok. Melalui
kegiatan ini diharapkan anggota kelompok mampu merencanakan serta
mengarahkan dirinya, memiliki sikap dan pandangan hidup yang tidak
sekedar meniru apa yang dilakukan oleh orang lain serta memiliki
tindakan-tindakan yang diharapkan.
![Page 44: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/44.jpg)
32
4. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan kelompok
tugas. Dalam kelompok tugas, topik masalahnya adalah “topik tugas”
yaitu topik atau masalah yang datangnya dari pemimpin kelompok yang
ditugaskan kepada para peserta untuk membahasnya.
Menurut Prayitno (1995:40-60) tahap-tahap layanan bimbingan
kelompok dalam kelompok tugas adalah tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
a. Tahap pembentukan.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap pemasukan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap
ini, pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai
baik oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota
kelompok.
Dalam tahap pembentukan ini, pemimpin kelompok hendaknya
memunculkan dirinya sehingga tertangkap oleh para anggota sebagai
orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota
kelompok mencapai tujuan mereka. Kegiatan yang dilakukan dalam
tahap pembentukan ini adalah :
1). Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan
kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling.
2). Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok.
![Page 45: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/45.jpg)
33
3). Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.
4). Teknik khusus.
5). Permainan penghangatan/pengakraban.
b. Tahap Peralihan
Tahap peralihan ini adalah jembatan antara tahap pertama dan
tahap ketiga. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan apa
yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih
lanjut yaitu inti dari keseluruhan kegiatan (tahap ketiga). Kegiatan
yang dilakukan dalam tahap peralihan ini adalah :
1). Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
2). Menawarkan atau mengamati apakah para anggota siap menjalani
kegiatan selanjutnya.
3). Membahas suasana yang terjadi.
4). Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
5). Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap
pembentukan).
c. Tahap Kegiatan
Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-
masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari
pemimpin kelompok. Tahap ini merupakan kehidupan yang
sebenarnya dari kelompok. Namun keberhasilan tahap ini tergantung
pada hasil dari dua tahap sebelumnya.
![Page 46: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/46.jpg)
34
Dalam tahap ini, saling hubungan antaranggota kelompok harus
tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana
perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri
berlangsung dengan bebas. Dinamika kelompok dalam tahap kegiatan
ini harus diperhatikan secara seksama oleh pemimpin kelompok.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap kegiatan ini adalah :
1). Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik.
Masalah yang diangkat dalam kegiatan bimbingan kelompok ini
adalah masalah yang sifatnya umum.
2). Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-
hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang
dikemukakan pemimpin kelompok.
3). Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam
dan tuntas. Para peserta melakukan pembahasan tanpa secara
khusus menyangkut pautkan isi pembicaraannya itu kepada peserta
tertentu.
4). Kegiatan selingan.
d. Tahap Pengakhiran
Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga,
kegiatan kelompok ini kemudian menurun dan selanjutnya kelompok
akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang tepat. Pokok perhatian
utama dalam tahap ini adalah bukan pada berapa kali kelompok itu
![Page 47: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/47.jpg)
35
harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu
ketika menghentikan pertemuan.
Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan
kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan
tentang apakah para anggota kelompok akan menerapkan hal-hal yang
telah mereka pelajari pada kehidupan nyata mereka. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap pengakhiran ini adalah :
1). Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri.
2). Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasi-
hasil kegiatan.
3). Membahas kegiatan lanjutan.
4). Mengemukakan pesan dan harapan.
5. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Menurut Romlah (2001:87-124) ada beberapa teknik yang biasa
digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, antara lain :
pemberian informasi atau ekspositori, diskusi kelompok, pemecahan
masalah (problem solving), penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom),
permainan peranan, karyawisata, dan permainan simulasi.
a. Teknik Pemberian Informasi
Teknik pemberian informasi sering disebut juga dengan metode
ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
![Page 48: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/48.jpg)
36
sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi
mencakup tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
Pada tahap perencanaan ada tiga langkah yang harus
dilaksanakan, yaitu: (a) merumuskan tujuan apa yang hendak dicapai
dengan pemberian informasi itu, (b) menentukan bahan yang akan
diberikan berupa fakta, konsep atau generalisasi, dan (c) menentukan
dan memilih contoh-contoh yang tepat sesuai dengan bahan yang
diberikan.
Pada tahap pelaksanan, penyajian materi disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Tahap terakhir dari pemberian informasi
adalah mengadakan penilaian apakah tujuan sudah tercapai atau belum.
Penilaian dapat dilakukan secara lisan dengan menanyakan pendapat
siswa mengenai materi yang diterimanya, tetapi juga dapat dilakukan
secara tertulis baik dengan tes subjektif ataupun objektif.
Teknik pemberian informasi mempunyai keuntungan-
keuntungan dan kelemahan-kelemahan tertentu. Beberapa keuntungan
dari teknik pemberian informasi antara lain : (a) dapat melayani
banyak orang, (b) tidak membutuhkan banyak waktu, sehingga efisien,
(c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) Mudah dilaksanakan
bila dibanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah :
(a) sering dilaksanakan secara monolog, sehingga membosankan, (b)
individu yang mendengarkan kurang aktif, (c) memerlukan
keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik.
![Page 49: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/49.jpg)
37
b. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah
atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang
pemimpin. Di dalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi
kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk
mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.
Dinkmeyer dan Muro (Tatiek Romlah, 2001: 89) menyebutkan
tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu : ‘(a) untuk
mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri (self), (b) untuk
mengembangkan kesadaran tentang diri, (c) untuk mengembangkan
pandangan baru mengenai hubungan antar manusia’.
Pelaksanaan diskusi meliputi tiga langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap perencanaan fasilitator/
pemimpin melaksanakan lima hal, yaitu: (a) merumuskan tujuan
diskusi, (b) menentukan jenis diskusi, (c) melihat pengalaman dan
perkembangan siswa, (d) memperhitungkan waktu yang telah tersedia,
(e) mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi.
Pada tahap pelaksanaan, fasilitator memberikan tugas yang
harus didiskusikan, waktu yang tersedia untuk mendiskusikan tugas
itu, dan memberi tahu cara melaporkan tugas, serta menunjuk
pengamat diskusi apabila diperlukan. Pada tahap penilaian, pemimpin
kelompok/fasilitator meminta pengamat melaporkan hasil
pengamatannya, memberikan komentar mengenai proses diskusi dan
membicarakannya dengan kelompok.
![Page 50: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/50.jpg)
38
Dalam diskusi kelompok ada beberapa keuntungan dan
kelemahan. Adapun keuntungan diskusi kelompok adalah : (a)
membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat
kesempatan untuk berbicara, (b) anggota kelompok dapat saling
bertukar pengalaman, (c) anggota kelompok belajar mendengarkan
dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok yang lain, (d) dapat
meningkatkan pengertian terhadap diri sendiri dan orang lain, (e)
memberi kesempatan pada anggota untuk belajar menjadi pemimpin.
Selain keuntungan tersebut, diskusi kelompok juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu : (a) dapat menjadi salah arah apabila
pemimpin kelompok tidak melaksanakan fungsi kepemimpinannya
dengan baik, (b) ada kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu-
individu tertentu, (c) membutuhkan banyak waktu dan tempat yang
agak luas.
c. Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving Techniques)
Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif
dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-
keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai
hidupnya.
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu
bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah
pemecahan masalah secara sistematis adalah :
![Page 51: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/51.jpg)
39
1). Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.
2). Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah.
3). Mencari alternatif pemecahan masalah.
4). Menguji masing-masing alternatif.
5). Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan.
6). Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d. Permainan Peranan (Role Playing)
Menurut Bennett (Romlah, 2001:99) bahwa : ‘permainan
peranan adalah suatu alat belajar yang menggambarkan keterampilan-
keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar
manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan
yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya’.
Bennett menyebutkan dua macam permainan peranan, yaitu
sosiodrama dan psikodrama.
1). Sosiodrama
Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar
manusia. Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama adalah sebagai
berikut :
(a) Persiapan. Pemimpin kelompok/fasilitator mengemukakan
masalah dan tema yang akan disosiodramakan, dan tujuan
permainan.
(b) Membuat skenario sosiodrama.
![Page 52: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/52.jpg)
40
(c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak
ikut menjadi pemain, tugasnya adalah untuk mengobservasi
pelaksanaan permainan.
(d) Melaksanakan sosiodrama. Dalam permainan ini diharapkan
terjadi identifikasi antara pemain dan penonton dengan peran-
peran yang dimainkannya.
(e) Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan
diskusi mengenai pelaksanaan permainnan berdasarkan hasil
observasi dan tanggapan-tanggapan penonton.
(f) Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah
perlu diadakan permainan ulang atau tidak.
2). Psikodrama
Menurut Corey (Romlah, 2001:107) bahwa : ‘psikodrama
merupakan permainan yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik
tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap
tekanan-tekanan terhadap dirinya’.
Langkah pelaksanaan psikodrama terdiri dari tiga tahap,
yaitu persiapan, pelaksanaan dan diskusi atau tahap berbagi
pendapat dan perasaan. Tahap persiapan dilakukan untuk
memotivasi anggota kelompok agar mereka siap berpartisipasi
secara aktif dalam permainan, dan menciptakan perasaan sama dan
![Page 53: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/53.jpg)
41
saling percaya dalam kelompok. Tahap pelaksanaan terdiri dari
kegiatan dimana pemain utama dan pemain pembantu
memperagakan permainannya. Dengan bantuan pemimpin
kelompok dan anggota kelompok lain. Tahap diskusi atau tahap
bertukar pendapat dan kesan, para anggota kelompok diminta
untuk memberikan tanggapan dan sumbangan pikiran terhadap
permainan yang dilakukan pemain utama. Tahap diskusi ini
penting karena merupakan rangkaian proses perubahan perilaku
pemeran utama kearah keseimbangan pribadi.
e. Permainan Simulasi (Simulation Games)
‘Permaianan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan
untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan
yang sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan
gabungan antara teknik permainan peranan dan teknik diskusi’.
(Adams dalam Romlah, 2001:118),
Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama
adalah menentukan peserta pemain yaitu terdiri dari fasilitator, penulis,
pemain, pemegang peran, dan penonton. Setelah peserta pemain
ditentukan, permainan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut :
1). Menyediakan alat permaian beserta kelengkapannya.
2). Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.
3). Menentukan pemain, pemegang peran, dan penulis.
4). Menjelaskan aturan permainan.
![Page 54: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/54.jpg)
42
5). Bermain dan berdiskusi.
6). Menyimpulkan hasil diskusi.
7). Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain
berikutnya.
f. Karyawisata (Field Trip)
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah
untuk mengunjungi objek-objek yang ada kaitannya dengan bidang
studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar
secara khusus. Beberapa keuntungan karyawisata adalah sebagai
berikut :
1). Anak mendapat pengalman pribadi yang nyata dan langsung.
2). Anak dapat belajar berbagai macam hal dalam waktu yang
bersamaan.
3). Anak dapat mengkaji pengetahan yang diperolehnya dari buku
dengan keadaan yang sebenarnya.
g. Teknik Penciptaan Suasana Kekeluargaan (Homeroom)
Menurut Pietrofesa (Romlah, 2001:123), ‘teknik penciptaan
suasana kekeluargaan adalah teknik untuk mengadakan pertemuan
dengan sekelompok siswa diluar jam pelajaran dalam suasana
kekeluargaan dan dipimpin oleh guru atau konselor’. Keuntungan
teknik Homeroom adalah sebagai berikut :
1). Kontinuitas dan kemajuan kegiatan bimbingan dapat direncanakan
dengan baik.
![Page 55: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/55.jpg)
43
2). Memungkinkan untuk membina kepercayaan kelompok.
3). Bila kegiatan Homeroom diorganisasikan sesuai dengan tingkat
kelas, maka dapat diprogramkan kegiatan bimbingan kelompok
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
4). Apabila struktur kegiatan Homeroom dilaksanakan diseluruh
sekolah, maka program kegiatan bimbingan yang terkoordinasi
dapat dilaksanakan. (Romlah, 2001:87-125)
Beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pemberian informasi, diskusi kelompok, teknik pemecahan masalah dan
teknik sosiodrama.
6. Materi Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Mugiarso dkk (2004:66) materi layanan bimbingan
kelompok dapat dibahas berbagai hal yang amat beragam yang berguna
bagi siswa. Materi layanan bimbingan kelompok secara umum meliputi :
a. Pemahaman dan pemantapan kehidupan beragama dan hidup sehat. b. Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain
sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial, budaya serta permasalahannya).
c. Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat serta pengendalian/pemecahannya.
d. Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif untuk belajar, kegiatan sehari-hari, dan waktu senggang.
e. Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya.
f. Pengembangan sikap kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar, dan cara penanggulangannya.
g. Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif. h. Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier
serta perencanaan masa depan. i. Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan/
program studi dan pendidikan lanjutan.
![Page 56: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/56.jpg)
44
Materi-materi tersebut sifatnya masih umum dan dapat
dikembangkan lagi kedalam beberapa tema yang berhubungan dengan
masalah atau topik yang akan dibahas dalam kegiatan bimbingan
kelompok yang akan dilaksanakan.
Menurut Romlah (2001:152-153) ‘untuk dapat meningkatkan
hubungan interpersonal dengan orang lain, ada beberapa keterampilan-
keterampilan dasar yang harus dipelajari’. Keterampilan-keterampilan itu
secara umum adalah :
a. Mengenal dan mempercayai satu dengan yang lain.
Keterampilan ini mencakup keterbukaan diri, kesadaran diri,
penerimaan diri, dan kepercayaan.
b. Memahami dengan tepat satu sama lain.
Keterampilan ini berarti memusatkan pada kemampuan untuk
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan dengan tepat dan tidak
merugikan orang lain. Suatu hubungan interpersonal tidak akan dapat
berkembang dengan baik apabila kedua belah pihak tidak saling
menyukai.
c. Saling mempengaruhi dan saling membantu.
Keterampilan ini berarti saling memperhatikan, memberikan
bantuan, memberikan dorongan dan memberikan penguat.
d. Memecahkan masalah-masalah dan konflik-konflik secara konstruktif.
Keterampilan ini merupakan keterampilan yang perlu dikuasai
untuk meningkatkan hubungan antarpribadi. Apabila suatu masalah
dapat diatasi secara konstruktif maka hasilnya akan meningkatkan
keakraban dan kualitas hubungan interpersonal.
![Page 57: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/57.jpg)
45
7. Bidang Bimbingan dan Konseling
Menurut Hendrarno (2003:44) “sebagai pelayanan yang lengkap
dan menyeluruh, pelayanan bimbingan dan konseling mencakup bidang
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan
karier”.
a. Bidang Bimbingan Pribadi
Pelayanan bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu siswa
mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani
dan rohani.
b. Bidang Bimbingan Sosial
Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu siswa
memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika
pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab
sosial.
c. Bidang Bimbingan Belajar
Pelayanan bimbingan belajar bertujuan membantu siswa
mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan
kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan, sesuai dengan program belajar di sekolah dalam rangka
menyiapkannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi
dan atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat.
d. Bidang Bimbingan Karir
Pelayanan bimbingan karir ditujukan untuk mengenal potensi
diri sebagai prasyarat dalam mempersiapkan masa depan karir masing-
masing siswa.
![Page 58: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/58.jpg)
46
8. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang
dapat dijadikan sebagai salah satu wadah penyampaian informasi yang
tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, pemahaman pribadi,
penyesuaian diri dan masalah hubungan antarpribadi. Ada beberapa teknik
bimbingan kelompok yang bisa digunakan, diantaranya pemberian
informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah dan teknik sosiodrama.
Teknik pemberian informasi akan digunakan untuk membahas
materi tentang Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain, Dasar-dasar
Persahabatan, Perilaku yang Membantu Bergaul dengan Orang Lain, Cara
Mengatasi Malu Yang Berlebihan dan Bagaimana Memecahkan Konflik
Secara Konstruktif. Dengan teknik ini, anggota kelompok akan
mendapatkan beberapa informasi dalam kaitannya dengan proses
peningkatan hubungan interpersonal. Dan dengan teknik ini anggota
kelompok juga akan memperoleh pemahaman mengenai materi yang
dibahas baik tentang dirinya atau tentang orang lain.
Teknik pemecahan masalah digunakan untuk membahas materi
tentang Dasar-dasar Persahabatan, Cara Mengatasi Malu yang Berlebihan
dan Memecahkan Konflik Secara Konstruktif. Dengan teknik dan materi
ini, individu diajarkan bagaimana memecahkan masalah secara sistematis.
Anggota kelompok bisa menilai perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya, membuat pilihan baru atau keputusan yang selaras dengan
tujuan dan nilai hidupnya.
![Page 59: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/59.jpg)
47
Teknik sosiodrama digunakan untuk membahas materi Cara
Melakukan Komunikasi Dengan Baik. Teknik sosiodrama ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena komunikasi merupakan
dasar bagi setiap individu dalam melakukan hubungan interpersonal. Jika
individu mengalami masalah dalam komunikasinya, maka hal itu juga
akan menghambat hubungan interpersonal mereka.
Teknik diskusi kelompok digunakan untuk membahas materi
tentang Perlunya Keterampilan Sosial dan Mengenal dan Mempercayai
Orang Lain. Dalam diskusi kelompok, masing-masing anggota kelompok
dapat mengungkapkan pendapatnya dalam kaitannya dengan informasi
yang diberikan. Melalui diskusi kelompok anggota kelompok akan dilatih
untuk menguasai keterampilan sosial dan bagaimana mereka mengenal
dan mempercayai orang lain.
C. Remaja di Panti Asuhan
“Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak
termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa
atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa” (Monks,
1999:259).
“Secara global, masa remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun,
dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja
pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir” (Monks, 1999:262).
Menurut Hurlock (1997:206) “periode masa remaja sering disebut
dengan istilah Adolesence yang mempunyai arti luas mencakup kematangan
intelektual, emosional, sosial, dan fisik”.
![Page 60: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/60.jpg)
48
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja
dianggap telah mulai ketika individu berumur dua belas tahun dan berakhir
pada saat remaja berusia dua puluh satu tahun. Masa ini diikuti dengan adanya
kematangan remaja yang meliputi kematangan intelektual, emosional, sosial,
dan fisik yang membuat remaja lebih aktif menjalani proses perkembangan
dan pertumbuhan untuk menemukan identitas dan eksistensinya sebagai
manusia dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara
masa anak ke masa dewasa. Masa remaja ini dialami oleh setiap individu
sebagai masa yang paling sulit selama rentang kehidupan. Dengan kata lain
masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri yang berjalan untuk
menemukan jati diri seperti yang diinginkan remaja untuk mempersiapkan diri
menuju dewasa.
Remaja yang hidup dan bertempat tinggal di panti asuhan, bisa
dikategorikan sebagai remaja yang tidak beruntung. Mereka kebanyakan
berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi lemah ataupun remaja
yang sudah kehilangan orang tua, baik ayah, ibu, ataupun bahkan keduanya.
Kehidupan mereka sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan remaja
yang pada umumnya tinggal dengan orang tua mereka dan remaja yang semua
kebutuhannya bisa terpenuhi. Mereka harus bisa menerima keadaan dan
kondisi mereka apa adanya. Bahkan, dengan kondisi mereka yang seperti itu,
untuk bisa makanpun mereka sudah sangat beruntung, apalagi untuk bisa
sekolah.
Menurut Baldwin (Tri Anni, 1994:24) : Anak yang tidak beruntung
adalah anak yang mempunyai perbedaan kultural -- suatu kondisi rasial, etnik,
bahasa atau perbedaan secara phisik dari kultur yang dominan--, sosial
![Page 61: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/61.jpg)
49
ekonomi yang kurang -- suatu kondisi nyata yang dihubungkan dengan
substandard rumah dan pekerjaan --, letak geografis yang terisoler –
merupakan kondisi yang ada secara geografis yang ditempati oleh masyarakat
pribumi .
Sedangkan pengertian anak tidak beruntung menurut Yelon (Tri Anni,
1994:24) Anak-anak tidak beruntung adalah sebagai anak yang berasal dari
keluarga dengan penghasilan yang rendah, keluarga yang tidak mempunyai
orientasi terhadap bahasa, keluarga yang terlalu sibuk untuk mempertahankan
hidup secara ekonomi mungkin untuk menunjukkan minat dalam pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja
atau anak-anak yang tinggal di panti asuhan adalah remaja atau anak-anak
yang kebanyakan tidak beruntung, keadaan ekonomi keluarga mereka lemah
dan orang tua mereka kurang memperhatikan pendidikan mereka disebabkan
terlalu sibuk mempertahankan hidup secara ekonomi.
Karakter remaja di panti asuhan berbeda dengan remaja pada umumnya,
mereka kurang mendapatkan perhatian dari orang tua mereka maupun dari
pihak panti, hal itu disebabkan pengasuh yang ada tidak cukup memadai untuk
memperhatikan mereka secara maksimal. Mereka mengalami kesulitan dalam
melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain, hal itu disebabkan
mereka jarang berkomunikasi dengan orang lain selain di lingkungan panti
tersebut, sehingga tidak jarang dari mereka merasa minder saat berhubungan
dengan orang lain. Mereka juga merasa enggan dan malu untuk menceritakan
keadaan mereka dan kesulitan-kesulitan apa yang mereka alami baik di dalam
maupun di luar panti.
![Page 62: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/62.jpg)
50
Keluarga mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting bagi
pertumbuhan fisik (seperti pertumbuhan anggota tubuh) maupun untuk
perkembangan psikis seperti pada perkembangan sikap dan perilaku anak.
Keluarga berfungsi memberikan perlindungan dan pemeliharaan kepada anak-
anak seperti kebutuhan kasih sayang keamanan, pendidikan, sosialisasi,
afeksi, reaksi, dan status sosial.
Kurangnya pemenuhan kebutuhan baik secara fisik maupun psikis dari
kedua orang tuanya dapat mengakibatkan perkembangan mereka terganggu.
Hal tersebut mengakibatkan mereka mengalami konflik-konflik seperti sedih,
kurang percaya diri, merasa tidak aman dan kehilangan tempat berlindung.
Remaja yang tinggal di panti asuhan tidak mendapatkan kasih sayang yang
utuh dari kedua orang tuanya.
D. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan
Hubungan Interpersonal
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan pada
sejumlah individu dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Secara umum,
bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami
masalah melalui prosedur kelompok. Bimbingan kelompok terdiri dari dua
macam kelompok yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas.
Menurut Amti (1992:105) “bimbingan kelompok disamping berusaha
memecahkan masalah kelompok, bimbingan kelompok juga mengandung
pengertian usaha membantu individu-individu dengan memanfaatkan suasana
yang berkembang dalam kelompok itu”.
![Page 63: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/63.jpg)
51
“Suasana yang berkembang dalam bimbingan kelompok itu dapat
merupakan wahana di mana masing-masing murid dapat memanfaatkan
semua informasi tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk
kepentingan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya” (Amti, 1992:
108).
Melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok, anggota kelompok akan
mendapatkan informasi atau pengalaman yang diperoleh melalui kegiatan
bimbingan kelompok tersebut. Dengan layanan bimbingan kelompok, anggota
kelompok juga dapat diajak untuk berinteraksi antar anggota kelompok dalam
mengemukakan gagasan atau pendapatnya mengenai topik yang dibahas,
pengembangan nilai-nilai dan pengembangan langkah-langkah bersama untuk
menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok.
Layanan bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan adalah layanan
bimbingan kelompok dengan menggunakan jenis kelompok tugas, yaitu topik
masalah yang akan dibahas berasal dari pemimpin kelompok, dimana topik
yang akan dibahas adalah topik yang sifatnya umum. Selain itu ada beberapa
teknik yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
ini, diantaranya adalah teknik sosiodrama.
Menurut Bennet (Romlah, 2001:99) permainan peranan adalah ‘suatu
alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-
pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan
situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang
sebenarnya’.
![Page 64: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/64.jpg)
52
Sedangkan sosiodrama menurut Romlah (2001:101) adalah “permainan
peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam
hubungan antar manusia”. Karena teknik sosiodrama dipandang efektif untuk
meningkatkan hubungan antar manusia, maka teknik ini juga relevan jika
diterapkan untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Selain sosiodrama,
ada beberapa teknik lain yang akan digunakan. Teknik tersebut antara lain
teknik pemberian informasi, diskusi kelompok dan teknik pemecahan
masalah. Dari pemberian informasi diharapkan anggota kelompok
mendapatkan beberapa informasi dalam kaitannya dengan proses peningkatan
hubungan interpersonal remaja. Sedangkan dengan diskusi kelompok
diharapkan masing-masing anggota kelompok dapat mengungkapkan
pendapatnya, dalam kaitannya dengan informasi yang diberikan. Kemudian
teknik pemecahan masalah dimaksudkan untuk membekali siswa agar mampu
menilai perubahan pada diri dan lingkungannya agar sesuai dengan tujuan dan
nilai hidupnya.
“Penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok diselenggarakan dengan
memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi untuk mencapai tujuan
layanan bimbingan” (Mugiarso dkk, 2004:68).
Menurut Winkel (1997:505) :
...tenaga bimbingan memanfaatkan proses kelompok (group process), yaitu interaksi dan komunikasi yang berlangsung antara anggota peserta kelompok yang bekerjasama untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dihayati bersama, untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi bersama melalui penukaran pikiran dalam diskusi, atau untuk merencanakan suatu aksi yang akan dilakukan bersama. Untuk itu, tenaga bimbingan harus paham akan komponen-komponen yang berperanan dalam suatu proses kelompok,…
![Page 65: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/65.jpg)
53
Dinamika kelompok yang berkembang dengan baik, akan menjadikan
kegiatan dalam kelompok juga akan berkembang dengan baik pula. Semua
anggota kelompok bisa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
sehingga tujuan dari kegiatan kelompok bisa tercapai dengan maksimal.
Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini, akan terjadi suatu hubungan
komunikasi antara pemimpin kelompok dan antara anggota kelompok
sehingga akan tercipta suatu pemahaman malalui diskusi dan tanya jawab
antara anggota kelompok mengenai topik yang sedang dibahas.
Informasi yang akan diberikan dalam layanan bimbingan kelompok ini
merupakan informasi yang berhubungan dengan hubungan interpersonal.
Materi yang diberikan, disesuaikan dengan topik yang akan dibahas. Karena
bimbingan kelompok ini merupakan kelompok tugas, maka topik yang akan
dibahas adalah berasal dari pemimipin kelompok. Dengan memanfaatkan
dinamika kelompok yang berkembang, diharapkan dengan layanan bimbingan
kelompok ini, akan memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan
hubungan interpersonal anak-anak di panti asuhan tersebut.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis
yang akan dibuktikan kebenarannya “Layanan bimbingan kelompok dalam
bidang bimbingan sosial efektiv untuk meningkatkan hubungan interpersonal
remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005”.
![Page 66: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/66.jpg)
54
BAB III
METODE PENELITIAN
Keberhasilan suatu kegiatan penelitian yang akan dilakukan, sangat
ditentukan oleh tepatnya metode yang digunakan. “Penelitian adalah suatu proses
mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan
metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku” (Nasir, 1988:99). Agar bisa
menghasilkan suatu penelitian yang baik, seorang peneliti harus mengetahui
aturan dan keterampilan-keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Ketepatan
dalam memilih metode penelitian akan mengatur arah gerak serta tujuan
penelitian. Oleh karena itu metode penelitian sangat berpengaruh besar pada
kualitas hasil penelitian.
Dalam metode penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat menentukan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penelitian. Adapun langkah-langkah yang
harus ditentukan adalah jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling,
variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen
penelitian, dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Menurut Nasir (1988:74) “penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek
penelitian serta adanya kontrol”.
![Page 67: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/67.jpg)
55
Sedangkan menurut Arikunto (2002:3) “eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu”.
Dalam penelitian ini, manipulasi atau perlakuan yang akan diberikan
adalah layanan bimbingan kelompok kepada kelompok eksperimen. Jadi,
peneliti memberikan suatu perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok
kepada kelompok eksperimen. Nantinya akan dilihat apakah layanan
bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan hubungan interpersonal
pada remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005.
Untuk dapat mengetahui keefektifan dari layanan bimbingan kelompok
tersebut adalah dengan cara membandingkan antara hasil pre test dan post tes
yang telah diberikan kepada kelompok eksperimen.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
‘Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai
karakteristik umum yang sama’ (McCall dalam Hadjar, 1999:133).
Menurut Arikunto (2002:108) “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Sedangkan menurut Nasir (1988:325) “populasi adalah
kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan”. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang paling sedikit
mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang sama.
![Page 68: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/68.jpg)
56
“Homogenitas subjek penelitian dapat dicapai dengan membatasi
ciri-ciri populasinya” (Latipun, 2002:30). Dalam penelitian ini, peneliti
membatasi subjek penelitian pada aspek subjek sendiri yaitu pada
tingkatan umur atau usia. Populasinya adalah remaja pertengahan yang
berusia antara 15-18 tahun yang berjumlah 55 remaja. Alasannya, karena
remaja pada usia tersebut sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup
baik sehingga akan mendukung keberhasilan kegiatan bimbingan
kelompok. Selain itu masalah yang mereka hadapi biasanya cukup
kompleks, baik itu masalah pribadi maupun sosial.
2. Sampel
Dalam penelitian, seorang peneliti sering tidak mengambil seluruh
anggota populasi untuk diteliti, namun hanya sebagian dari subjek
penelitian yang diteliti (sampel). Akan tetapi, dalam mengambil sampel
tersebut harus bisa mewakili dari populasi penelitian, sehingga sampel
tersebut bisa menggambarkan keadaan populasi secara keseluruhan dan
objektif.
Menurut Arikunto (2002:109) “sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”. Menurut Hadjar (1999:133) “sampel terdiri dari
sekelompok individu yang dipilih dari kelompok yang lebih besar di mana
pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan”.
Peneliti seringkali berkeinginan agar hasil eksperimennya dapat
digeneralisasikan. “Generalisasi hasil suatu penelitian eksperimen sering
dipermasalahkan, karena dimungkinkan ada perbedaan kondisi subjek dan
![Page 69: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/69.jpg)
57
lingkungan eksperimen dengan kondisi subjek dan lingkungan populasi di
luar eksperimen yang menjadi target generalisasinya” (Latipun, 2002:36).
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan
mengambil 12 remaja Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang yang
berusia antara 15-18 tahun (remaja pertengahan). Kegiatan bimbingan
kelompok yang efektif adalah yang beranggotakan 10-15 orang.
3. Teknik Sampling
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah “simple random sampling” atau sampling acak
sederhana. Menurut Borg and Gall (Hadjar, 1999:137) ‘sampling acak
sederhana adalah salah satu teknik pemilihan sampel di mana semua
individu anggota populasi mempunyai kemungkinan kesempatan yang
sama dan independen untuk dipilih sebagai anggota sampel’. Setiap subjek
dalam populasi mempunyai kesempatan (chance) yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.
C. Variabel Penelitian
1. Jenis Variabel
‘Variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai
variasi’ (Glass dan Hopkins dalam Hadjar, 1999:216). Menurut Arikunto
(2002:96) “variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian”. Dengan mengetahui variabel penelitian, maka
peneliti akan mudah mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka
untuk mencapai tujuan.
![Page 70: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/70.jpg)
58
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen :
a. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang akan diukur
pengaruhnya atau variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam
hal ini yang menjadi variabel bebas adalah layanan bimbingan
kelompok (X).
b. Variabel dependen, yaitu variabel terikat yang keberadaannya
tergantung pada variabel lainnya (variabel bebas). Dalam penelitian ini
yang berfungsi sebagai variabel terikat adalah hubungan interpersonal
(Y).
Hubungan antar kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 1. Hubungan antar variabel
2. Definisi Operasional
a. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah bagaimana kita berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain, melalui hubungan tatap muka yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan dalam kegiatan itu terjadi suatu
proses psikologis yang bisa merubah sikap, pendapat atau perilaku
orang yang sedang melakukan interaksi tersebut. Dalam hubungan
interpersonal yang baik harus ada : (1) rasa saling percaya (trust) yang
ditandai dengan adanya rasa menerima, empati dan kejujuran, (2) sikap
X Y
![Page 71: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/71.jpg)
59
supportif yang ditandai dengan deskripsi, orientasi masalah,
spontanitas, persamaan dan provisionalisme, dan (3) sikap terbuka yang
ditandai dengan adanya kemampuan menilai pesan secara objektif,
kemampuan membedakan dengan mudah mana yang benar dan yang
salah, berorientasi pada isi, pencarian informasi ke berbagai sumber,
dan kemampuan mencari kebenaran informasi yang tidak sesuai dengan
pendapatnya.
b. Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang
diberikan kepada beberapa individu dengan prosedur kelompok untuk
memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial
bagi keperluan anggota kelompok dan dalam kegiatan bimbingan
kelompok itu tercipta suatu dinamika kelompok yang akan mendukung
berkembangnya kehidupan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Layanan bimbingan kelompok ini dilakukan melalui empat
tahap kegiatan yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
kegiatan dan tahap pengakhiran.
D. Desain Penelitian
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian” (Nasir, 1988:99). Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
cara memberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok kepada kelompok
eksperimen.
![Page 72: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/72.jpg)
60
‘Ada dua jenis desain penelitian berdasarkan baik buruknya eksperimen
dan sempurna tidaknya eksperimen, yaitu pre experimental design dan true
experimental design’ (Campbell & Stanley dalam Nasir, 1988:77).
1. Pre Experimental Design (eksperimen tidak sebenarnya). Eksperimen ini
sering disebut juga dengan istilah quasi experiment atau eksperimen pura-
pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi
syarat seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti
peraturan tertentu. Ada tiga jenis design yang dimasukkan dalam kategori
pre experimental design, yaitu one shot case study, pre test and post test
dan static group comparison.
2. True Experimental Design (eksperimen sebenarnya). Jenis ini sudah
dianggap baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu adanya kelompok
lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Pre Experimental Design
(eksperimen tidak sebenarnya) dengan menggunakan jenis One Group Pre-
test and Post-test. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan terhadap
variabel yang diikutkan dalam eksperimen.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengukuran Pengukuran
(Pretest) Perlakuan (Posttest)
Gambar 2. Design One Group Pretest-Posttest (Nasir, 1988:279)
To X T1
![Page 73: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/73.jpg)
61
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (T0) yaitu pemberian pre-test berupa skala psikologi hubungan
interpersonal untuk mengukur hubungan interpersonal remaja sebelum
diberikan treatment berupa layanan bimbingan kelompok. X adalah perlakuan
(treatment) yaitu layanan bimbingan kelompok. Dan observasi sesudah
eksperimen (T1) adalah pemberian post-test berupa skala psikologi hubungan
interpersonal untuk mengukur hubungan interpersonal remaja pada kondisi
akhir sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok. Perbedaan antara
T0 dan T1 diasumsikan merupakan efek dari treatment/eksperimen.
Rancangan Penelitian :
Beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan ekperimen ini adalah :
1. Memberikan Pre-test
Pre-test ini menggunakan format skala hubungan interpersonal dan
hasil dari pre-test ini akan menjadi data perbandingan pada post-test.
2. Perlakuan/Treatment
Perlakuan yang diberikan adalah berupa layanan bimbingan
kelompok dengan beberapa teknik yang digunakan. Diantaranya adalah
teknik sosiodrama, pemberian informasi, diskusi kelompok dan teknik
pemecahan masalah. Layanan bimbingan kelompok ini bertujuan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal remaja di panti asuhan. Pada
kegiatan bimbingan kelompok ini akan diberikan beberapa materi layanan
untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja, diantaranya adalah :
![Page 74: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/74.jpg)
62
Tabel.1. Jadwal Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok
Tahap Tanggal Kegiatan Teknik Waktu
I 21 November 2005 Pelaksanaan Pre test 45 menit
II
22 November 2005 25 November 2005 29 November 2005 2 Desember 2005 6 Desember 2005 9 Desember 2005 13 Desember 2005 16 Desember 2005
Pemberian perlakuan bimbingan kelompok dengan materi di bawah ini : 1. Mengenal Diri Sendiri
dan Orang Lain 2. Dasar-dasar Persahabatan 3. Cara Melakukan
Komunikasi dengan Baik.
4. Perilaku yang Membantu Bergaul dengan Orang Lain
5. Perlunya Ketrampilan Sosial
6. Cara Mengatasi Malu yang Berlebihan
7. Mengenal dan
Mempercayai Orang Lain 8. Memecahkan Konflik
Secara Konstruktif
Pemberian Informasi. Pemberian Informasi dan Pemecahan Masalah. Sosiodrama. Pemberian Informasi. Diskusi Kelompok. Pemberian Informasi dan Pemecahan Masalah. Diskusi Kelompok. Pemberian Informasi dan Pemecahan Masalah.
45 menit
45 menit
45 menit
45 menit
45 menit
45 menit
45 menit
45 menit
III 17 Desember 2005 Pelaksanaan Post test 45 menit
Frekuensi dan lama kegiatan layanan bimbingan kelompok ini
rencananya akan dilakukan sebanyak 8 kali dengan durasi waktu 45 menit
untuk satu kali pertemuan.
3. Melakukan Post-test, sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok
dengan jeda maksimal 3 hari setelah pertemuan terakhir.
4. Proses analisis data, yaitu dengan menggunakan metode analisis Wilcoxon.
![Page 75: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/75.jpg)
63
E. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala psikologi. “Skala psikologi selalu
mengacu kapada alat ukur aspek atau atribut afektif” (Azwar, 2002:3).
Menurut Azwar (2002:3-4) beberapa karakteristik skala sebagai
alat ukur psikologi yaitu :
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang diukur memahami pertanyaan atau pernyataannya namun tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa proyeksi dari perasaan atau kepribadiannya.
2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem telah direspons.
3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.
2. Alat Pengumpul Data
Adapun alat pengumpul datanya berupa skala hubungan
interpersonal yang dikembangkan peneliti sendiri berdasarkan teori yang
ada. Skala psikologi yaitu data yang akan diungkap berupa konstruk dan
konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Dan
dalam penelitian ini yang dimaksud untuk menggambarkan hubungan
![Page 76: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/76.jpg)
64
interpersonal remaja di panti asuhan. Pada skala psikologi, pertanyaan atau
pernyataan sebagai stimulus yang tertuju pada indikator untuk memancing
jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya
tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.
Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen sampai dengan
instrumen siap jadi adalah sebagai berikut :
Bagan 1. Prosedur penyusunan instrumen
Langkah-langkah dalam menyusun instrumen dilakukan dalam
beberapa tahap, baik dalam pembuatan atau uji coba instrumen. Peneliti
terlebih dahulu membuat atau menyusun kisi-kisi instrumen yang meliputi
variabel, sub variabel, indikator dan nomor soal, membuat pertanyaan atau
pernyataan, kemudian instrumen jadi yang berupa skala kemudian direvisi
dan instrumen jadi.
Skala yang digunakan untuk mengukur hubungan interpersonal remaja
di panti asuhan adalah Skala Likert. “Skala Likert menggunakan hanya aitem
Kisi-kisi pengembangan
instrumen penelitian
(1)
Instrumen
(2)
Uji Coba
(3)
Revisi
(4)
Instrumen jadi
(5)
![Page 77: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/77.jpg)
65
yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, tidak dimasukkan yang agak
baik, yang agak kurang, yang netral dan ranking lain di antara dua sikap yang
pasti diatas” (Nasir, 1988:397).
Menurut Nasir (1988:397-398) prosedur dalam membuat skala Likert
adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti yang terdiri dari item yang cukup terang disukai dan yang cukup terang tidak disukai.
2. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.
3. Responden di atas diminta untuk mencek tiap item apakah ia menyenanginya (+) atau tidak menyukainya (-). Responsi tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberikan skor tertinggi. Tidak ada masalah misalnya untuk memberikan angka lima untuk yang tinggi dan skor satu untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga, apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” yang disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
5. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responsi responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisa untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan korelasi dengan total skor dibuang, atau yang tidak menunjukkan beda yang nyata apakah masuk ke dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.
“Skala Likert dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam
beberapa responsi alternatif (a. sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju,
sangat tidak setuju) tentang senang tidak senang terhadap suatu item” (Nasir,
1988:398).
Peneliti menganggap ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban.
Karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena
dirasa aman dan paling gampang dan hampir tidak berpikir), maka peneliti
hanya memakai empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai dan sangat tidak sesuai.
![Page 78: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/78.jpg)
66
F. Uji Instrumen Penelitian
1. Validitas Instrumen
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2002:144). Dalam
penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas
konstruk bukan saja mengadakan validasi terhadap alat ukur tetapi juga
mengadakan validasi terhadap teori di belakang alat ukur tersebut. Dengan
kata lain, validitas ini berangkat dari konstruksi teoritis tentang variabel
yang hendak diukur oleh suatu jenis alat ukur. Dalam penelitian ini,
konstruksi teoritis yang dimaksud adalah hubungan interpersonal.
Uji validitas yang digunakan adalah validitas internal. Menurut
Latipun (2002:54)
Validitas internal merupakan validitas penelitian yang berhubungan dengan pertanyaan: sejauh mana perubahan yang diamati (Y) dalam suatu eksperimen benar-benar hanya terjadi karena X yaitu perlakuan yang diberikan (variabel perlakuan) dan bukan karena pengaruh faktor lain (variabel luar). Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila
setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan,
yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment angka kasar yang
dikemukakan oleh Pearson. Rumus tersebut adalah :
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
![Page 79: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/79.jpg)
67
Keterangan :
xyr : koefisien korelasi antara skor item dan skor total.
N : jumlah subjek.
XΣ : jumlah skor item X.
YΣ : jumlah skor item Y.
XYΣ : jumlah perkalian skor item X dengan skor item Y.
2XΣ : jumlah kwadrat skor item X.
2YΣ : jumlah kwadrat skor item Y.
2. Reliabilitas Instrumen
“Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2002:154). Suatu
alat ukur mempunyai reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya bila alat
ukur tersebut mantab dan stabil, dan dapat diandalkan.
Untuk memperoleh dan mengukur reliabilitas instrumen dalam
penelitian ini digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2002:171). Alasan
menggunakan rumus ini adalah karena instrumen yang digunakan oleh
peneliti adalah skala psikologis mengenai hubungan interpersonal dengan
skala bertingkat (rating scale).
Rumus alpha tersebut adalah :
( ) ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ Σ−⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
= 2
2
11 11 t
bk
krσσ
Keterangan :
11r : reliabilitas intrumen.
![Page 80: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/80.jpg)
68
k : banyaknya butir pertanyaan.
2bσΣ : jumlah varian butir.
2tσΣ : varian total.
G. Metode Analisis Data
“Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisalah data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian” (Nasir, 1988:405).
Ada dua metode yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data yaitu
analisis statistik parametric dan analisis statistik nonparametric. Dengan
analisis data ini, akan diperoleh hasil pengungkapan data yang telah diungkap
melalui skala psikologis atau intrumen penelitian.
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistic
nonparametric. Menurut Siegel (1997:38) “tes statistik nonparametrik adalah
tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-
parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya”.
“Statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data yang
berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus
berdistribusi normal” (Sugiyono, 2004:8).
Menurut Sidney Siegel (1997:40-41) statistic nonparametric
mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Pernyataan kemungkinan yang diperoleh dari sebagian besar tes statistic
nonparametric adalah kemungkinan-kemungkinan yang eksak.
![Page 81: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/81.jpg)
69
2. Jika sampelnya sekecil N = 6, hanya tes statistic nonparametric yang dapat
digunakan kecuali kalau sifat distribusi populasinya diketahui secara pasti.
3. Terdapat tes-tes statistic nonparametric untuk menggarap sampel-sampel
yang terdiri dari observasi-observasi dari beberapa populasi yang
berlainan.
4. Tes-tes statistic nonparametric dapat untuk menggarap data yang pada
dasarnya merupakan ranking dan juga untuk data yang skor keangkaannya
secara sepintas kelihatan memiliki kekuatan ranking.
5. Metode-metode nonparametric dapat digunakan untuk menggarap data
yang hanya merupakan klasifikasi semata.
6. Tes-tes statistic nonparametric lebih mudah dipelajari dan diterapkan
dibandingkan dengan tes-tes parametric.
Dalam penelitian ini ditujukan untuk menguji hipotesis komparatif 2
sampel yang berpasangan yang berarti menguji ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara nilai variabel dari dua sampel yang berpasangan/berkorelasi
dalam penelitian ini sampel yang berpasangan berupa satu sampel yang
diukur dua kali, yaitu sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
Karena dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis
komparatif dua sampel yang berkorelasi dan datanya berbentuk ordinal
(berjenjang) maka teknik analisis datanya menggunakan Wilcoxon Match
Pairs Test.
“Wilcoxon Match Pairs Test merupakan penyempurnaan dari uji tanda
(Sign Test). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis
komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal”
(Sugiyono, 2004:44).
![Page 82: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/82.jpg)
70
Adapun rumus Wilcoxon adalah :
24)12)(1(
4)1(
++
+−
=−
=Ζnnn
nnT
TTT
σμ
Keterangan :
n : jumlah sampel.
T : jumlah jenjang yang kecil.
Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel
Wilcoxon. Jika hasil analisis lebih besar dari indeks tabel Wilcoxon, maka
berarti layanan bimbingan kelompok dianggap efektif dalam meningkatkan
hubungan interpersonal.
Agar dapat menentukan tingkat hubungan interpersonal remaja maka
ditentukan kriteria tingkat hubungan interpersonal untuk analisis deskriptif.
Kriterianya adalah :
Nilai maksimal : 4
Nilai Minimal : 1
Rentang Nilai : 4-1 = 3
Kelas Interval : 7
Interval Kelas Persentase : 3:7 = 0,42
Tabel 2 Kriteria Penentuan Tingkatan Hubungan Interpersonal
Interval Nilai Kriteria
1,00 - 1,42 1,43 - 1,85 1,86 - 2,28 2,29 - 2,71 2,72 - 3,14 3,15 - 3,57 3,58 - 4,00
Sangat Rendah (SR) Rendah (R) Cukup Rendah (CR) Sedang (S) Cukup Tinggi (CT) Tinggi (T) Sangat Tinggi (ST)
![Page 83: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/83.jpg)
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan mengenai “Efektivitas Layanan Bimbingan
Kelompok Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan
Interpersonal Remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun
2005”.
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam bidang sosial untuk
meningkatkan hubungan interpersonal remaja. Berikut ini akan dipaparkan
hasil penelitian berdasarkan tujuan di atas, menurut kriteria penilaian
hubungan interpersonal remaja yang telah dibuat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Kriteria Penentuan Tingkatan Hubungan Interpersonal
Interval Nilai Kriteria
1,00 - 1,42 1,43 - 1,85 1,86 - 2,28 2,29 - 2,71 2,72 - 3,14 3,15 - 3,57 3,58 - 4,00
Sangat Rendah (SR) Rendah (R) Cukup Rendah (CR) Sedang (S) Cukup Tinggi (CT) Tinggi (T) Sangat Tinggi (ST)
![Page 84: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/84.jpg)
72
1. Deskripsi Hubungan Interpersonal Remaja Sebelum Mendapatkan
Layanan Bimbingan Kelompok.
Kecenderungan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan
Kumuda Putra Putri Magelang tahun 2005 sebelum mendapatkan layanan
bimbingan kelompok (hasil pre test) sebagian besar berada pada kriteria
Cukup Tinggi (CT). Dari hasil pre test yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa 4 sampel (33,3%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan
skor rata-rata antara 3,15-3,57. Sedangkan 6 sampel (50%) mendapat
kriteria Cukup Tinggi (CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-3,14. Dan 2
sampel (16,7%) mendapat kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata antara
2,29-2,71. Secara keseluruhan skor rata-rata Hubungan Interpersonal
remaja sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok adalah 2,92
dengan kriteria Cukup Tinggi (CT). Hal ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Hubungan Interpersonal Remaja 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria 1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 0 0% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 2 16,7% Sedang (S) 2,72 - 3,14 6 50% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 4 33,3% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 0 0% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
![Page 85: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/85.jpg)
73
Untuk deskripsi per-sub variabel sebelum mendapat layanan
bimbingan kelompok dapat diketahui, dari 3 sub variabel yang ada,
semuanya berada pada kriteria Cukup Tinggi (CT) dengan skor rata-rata
masing-masing adalah : untuk sub variabel Percaya 2,82, Sikap Supportif
2,97 dan Sikap Terbuka 2,93.
Pada sub variabel Percaya, 2 sampel (16,7%) mendapat kriteria
Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara 3,15-3,57. 6 sampel (50%)
mendapat kriteria Cukup Tinggi (CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-
3,14. 3 sampel (25%) mendapat kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata
antara 2,29-2,71. Dan 1 sampel (8,3%) mendapat kriteria Cukup Rendah
(CR) dengan skor rata-rata antara 1,86-2,28. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Percaya 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 1 8,3% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 3 25% Sedang (S) 2,72 - 3,14 6 50% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 2 16,7% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 0 0% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
Untuk sub variabel Sikap Supportif 1 sampel (8,3%) mendapat
kriteria Sangat Tinggi (ST) dengan skor rata-rata antara 3,58-4,00. 2
sampel (16,7%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara
3,15-3,57. Sedangkan 6 sampel (50%) mendapat kriteria Cukup Tinggi
(CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-3,14. Dan 3 sampel (25%)
mendapat kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata antara 2,29-2,71.
![Page 86: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/86.jpg)
74
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Supportif 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 0 0% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 3 25% Sedang (S) 2,72 - 3,14 6 50% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 2 16,7% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 1 8,3% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
Pada sub variabel Sikap Terbuka, 3 sampel (25%) mendapat kriteria
Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara 3,15-3,57. 6 sampel (50%)
mendapat kriteria Cukup Tinggi (CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-
3,14. Sedangkan 2 sampel (16,7%) mendapat kriteria Sedang (S) dengan
skor rata-rata antara 2,29-2,71 dan 1 sampel (8,3%) mendapat kriteria
Cukup Rendah (CR) dengan skor rata-rata antara 1,86-2,28. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Terbuka 12 Sampel
Sebelum Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 1 8,3% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 2 16,7% Sedang (S) 2,72 - 3,14 6 50% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 3 25% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 0 0% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
2. Deskripsi Hubungan Interpersonal Remaja Sesudah Mendapatkan Layanan
Bimbingan Kelompok.
![Page 87: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/87.jpg)
75
Sesudah mendapat layanan bimbingan kelompok, kecenderungan
hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri
Magelang tahun 2005 mengalami peningkatan. Ini bisa dilihat dari
peningkatan skor rata-rata yang di dapat dimana kebanyakan dari remaja
berada pada kriteria Tinggi (T) dengan skor rata-rata 3,26. Dengan hasil
ini menunjukkan adanya peningkatan skor rata-ratanya sebesar 0,34.
Dari hasil post test, dapat diketahui bahwa 3 dari 12 sampel (25%)
mendapat kriteria Sangat Tinggi (ST) dengan skor rata-rata antara 3,58-
4,00. Sedangkan 5 sampel (41,7%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan
skor rata-rata antara 3,15-3,57. 3 sampel (25%) mendapat kriteria Cukup
Tinggi (CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-3,14. Dan 1 sampel (8,3%)
mendapat kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata antara 2,29-2,71.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Hubungan Interpersonal Remaja 12 Sampel
Sesudah Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria 1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 0 0% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 1 8,3% Sedang (S) 2,72 - 3,14 3 25% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 5 41,7% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 3 25% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
Untuk deskripsi per-sub variabel sesudah mendapat layanan
bimbingan kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dimana dari 3
sub variabel, sub variabel Percaya berada pada kriteria Tinggi (T) dengan
skor rata-rata 3,17. Sikap Supportif berada pada kategori Tinggi (T)
![Page 88: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/88.jpg)
76
dengan skor rata-rata 3,29 dan Sikap Terbuka berada pada kategori Tinggi
(T) dengan skor rata-rata 3,30.
Pada sub variabel Percaya, 3 sampel (25%) mendapat kriteria
Sangat Tinggi (ST) dengan skor rata-rata antara 3,58-4,00. 3 sampel
(25%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara 3,15-3,57.
4 sampel (33,3%) mendapat kriteria Cukup Tinggi (CT) dengan skor rata-
rata antara 2,72-3,14. 1 sampel (8,3%) mendapat kriteria Sedang (S)
dengan skor rata-rata antara 2,29-2,71. Dan 1 sampel (8,3%) mendapat
kriteria Cukup Rendah (CR) dengan skor rata-rata antara 1,86-2,28. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Percaya 12 Sampel
Sesudah Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 1 8,3% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 1 8,3% Sedang (S) 2,72 - 3,14 4 33,3% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 3 25% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 3 25% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
Untuk sub variabel Sikap Supportif 3 sampel (25%) mendapat
kriteria Sangat Tinggi (ST) dengan skor rata-rata antara 3,58-4,00. 5
sampel (41,7%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara
3,15-3,57. Sedangkan 3 sampel (25%) mendapat kriteria Cukup Tinggi
(CT) dengan skor rata-rata antara 2,72-3,14. Dan 1 sampel (8,3%)
mendapat kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata antara 2,29-2,71.
![Page 89: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/89.jpg)
77
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Supportif 12 Sampel
Sesudah Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 0 0% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 1 8,3% Sedang (S) 2,72 - 3,14 3 25% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 5 41,7% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 3 25% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100%
Pada sub variabel Sikap Terbuka, 2 sampel (16,7%) mendapat
kriteria Sangat Tinggi dengan skor rata-rata antara 3,58-4,00. 7 sampel
(58,3%) mendapat kriteria Tinggi (T) dengan skor rata-rata antara 3,15-
3,57. Sedangkan 1 sampel (8,3%) mendapat kriteria Cukup Tinggi (CT)
dengan skor rata-rata antara 2,72-3,14. Dan 2 sampel (16,7%) mendapat
kriteria Sedang (S) dengan skor rata-rata antara 2,29-2,71.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Sub Variabel Sikap Terbuka 12 Sampel
Sesuah Mendapat Layanan Bimbingan Kelompok
Interval Nilai Frekuensi Persentase Kriteria Hubungan Interpersonal
1,00 - 1,42 0 0% Sangat Rendah (SR) 1,43 - 1,85 0 0% Rendah (R) 1,86 - 2,28 0 0% Cukup Rendah (CR) 2,29 - 2,71 2 16,7% Sedang (S) 2,72 - 3,14 1 8,3% Cukup Tinggi (CT) 3,15 - 3,57 7 58,3% Tinggi (T) 3,58 - 4,00 2 16,7% Sangat Tinggi (ST)
Jumlah 12 100% 3. Deskripsi Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Bidang
Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Remaja.
Deskripsi efektivitas pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
dalam bidang bimbingan sosial untuk meningkatkan hubungan
interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang dapat
![Page 90: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/90.jpg)
78
digambarkan dari perbandingan hasil pre test dan post testnya. Dimana
bisa dilihat dengan adanya peningkatan skor rata-rata yang diperoleh yaitu
dari 2,92 meningkat menjadi 3,26. hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hubungan interpersonal remaja di Panti Asuhan Kumuda
Putra Putri Magelang sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok
sebesar 0,34. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 12.
Distribusi Frekuensi Hubungan Interpersonal Remaja Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok
Pre test Post test Interval Nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Kriteria
1,00-1,42 0 0% 0 0% SR 1,43-1,85 0 0% 0 0% R 1,86-2,28 0 0% 0 0% CR 2,29-2,71 2 16,7% 1 8,3% S 2,72-3,14 6 50% 3 25% CT 3,15-3,57 4 33,3% 5 41,7% T 3,58-4,00 0 0% 3 25% ST Jumlah 12 100% 12 100%
Sedangkan rekapitulasi per-sub variabel hubungan interpersonal
remaja sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan kelompok
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Analisis Deskriptif Pre test dan Post test Per-Sub Variabel
Hubungan Interpersonal Remaja
Pre test Post test Sub Variabel Mean Kriteria Mean Kriteria Percaya 2,82 Cukup Tinggi (CT) 3,17 Tinggi (T) Sikap Supportif 2,97 Cukup Tinggi (CT) 3,29 Tinggi (T) Sikap Terbuka 2,93 Cukup Tinggi (CT) 3,30 Tinggi (T) Skor Rata-rata 2,92 Cukup Tinggi (CT) 3,26 Tinggi (T)
![Page 91: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/91.jpg)
79
Selain itu, berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji
Wilcoxon bahwa didapat Z hitung sebesar 2,981 sedangkan apabila dilihat
dari Z tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N=12 diperoleh Z tabel sebesar
1,96. Jadi disini nilai Z hitung > Z tabel sehingga bisa dikatakan bahwa ada
perbedaan antara hubungan interpersonal sebelum mendapatkan layanan
bimbingan kelompok dengan sesudah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok.
Oleh karena itu, hipotesis pada Bab II yang menyatakan “Layanan
Bimbingan Kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektif untuk
meningkatkan hubungan interpersonal pada remaja di Panti Asuhan
Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005” diterima. Secara lebih jelas,
deskripsi keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan
hubungan interpersonal remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 14. Uji Wilcoxon
Rata-rata Pre test Rata-rata Post test Nilai Z Hitung N=12 Nilai Z Tabel N=12
2,92 3,26 2,981 1,96 Z hitung = 2,981 > Z tabel =1,96
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan adanya perbedaan tingkat
hubungan interpersonal remaja sebelum mendapatkan layanan bimbingan
kelompok dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok. Dari hasil
analisis data, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat hubungan interpersonal
remaja yang ada di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang tahun 2005
![Page 92: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/92.jpg)
80
sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok, lebih tinggi bila
dibandingkan dengan sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok.
Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok (pre test), remaja
mempunyai skor rata-rata hubungan interpersonal sebesar 2,92 atau berada
pada kriteria Cukup Tinggi (CT). Sesudah diberikan layanan bimbingan
kelompok, skor rata-rata hubungan interpersonal remaja naik menjadi 3,26
atau berada pada kriteria Tinggi (T). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok remaja mengalami
peningkatan dalam hubungan interpersonalnya. Layanan bimbingan kelompok
tersebut bisa meningkatkan skor rata-rata hubungan interpersonal sebesar
0,34.
Untuk bisa melihat efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan hubungan interpersonal remaja digunakan analisis Wilcoxon.
Analisis Wilcoxon mengenai “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam Bidang Bimbingan Sosial Untuk Meningkatkan Hubungan
Interpersonal Remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun
2005” ditunjukkan dengan hasil uji Wilcoxon data pre test dan post test yang
diperoleh Z hitung = 2,981 > Z tabel = 1,96 yang berarti ada perbedaan tingkat
hubungan interpersonal yang dimiliki remaja sesudah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Layanan
Bimbingan Kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektiv untuk
meningkatkan hubungan interpersonal pada remaja di Panti Asuhan Kumuda
Putra Putri Magelang Tahun 2005” diterima.
![Page 93: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/93.jpg)
81
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hubungan interpersonal
remaja sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok dengan sesudah
mendapat layanan bimbingan kelompok adalah berbeda dan mengalami
peningkatan yang signifikan.
Layanan bimbingan kelompok efektiv dalam meningkatkan hubungan
interpersonal remaja. Karena melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok,
anggota kelompok akan mendapatkan informasi atau pengalaman yang
diperoleh melalui kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Dengan layanan
bimbingan kelompok, anggota kelompok juga dapat diajak untuk berinteraksi
antar anggota kelompok dalam mengemukakan gagasan atau pendapatnya
mengenai topik yang dibahas, pengembangan nilai-nilai dan pengembangan
langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam
kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok akan terjadi suatu proses
pembelajaran. Pembelajaran itu bisa berbentuk sikap maupun perilaku siswa,
seperti yang diungkapkan Bandura (Sarwono, 1998:21) bahwa : ”Dalam
kelompok terjadi suatu interaksi dan peran masing-masing individu yang
saling berinteraksi. Serangkaian ini akan dijadikan tiap individu untuk belajar
suatu perilaku yang baru berupa peniruan, ingatan, pemahaman, yang dialami
kelompok”.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Mengenal Diri
Sendiri dan Orang Lain remaja memperoleh pemahaman tentang siapa dirinya
dan orang lain. Remaja bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh dirinya dan orang lain serta tahu bagaimana cara menerima dan
mencintai diri sendiri. Hal itu sangat penting untuk dipahami oleh remaja
![Page 94: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/94.jpg)
82
karena dengan mereka paham tentang siapa dirinya dan orang lain akan sangat
membantu mereka dalam berhubungan dengan orang lain.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Dasar-dasar
Persahabatan, remaja mendapatkan pemahaman tentang aturan dalam
persahabatan yang bisa mereka kembangkan. Hal itu sangat penting untuk
bisa dikuasai oleh remaja, karena bagi remaja kemampuan untuk berhubungan
dengan teman sebaya sangat penting dalam proses sosialisasi mereka baik di
rumah, sekolah maupun masyarakat.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Cara Melakukan
Komunikasi dengan Baik, remaja memperoleh pemahaman tentang bagaimana
menguasi ketrampilan berbicara dan mengembangkannya. Karena komunikasi
merupakan dasar bagi setiap individu dalam melakukan hubungan
interpersonal (hubungan dengan orang lain).
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Perilaku yang
Membantu Bergaul dengan Orang Lain, remaja dapat memahami dan
mengetahui beberapa perilaku mendasar yang bisa dilakukan untuk membantu
bergaul dengan orang lain baik itu orang dewasa, anak atau seusia mereka
serta bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Perlunya
Keterampilan Sosial, remaja dapat mengetahui beberapa keterampilan sosial
dan perlunya keterampilan sosial bagi mereka. Keterampilan sosial juga
diperlukan bagi remaja untuk menghadapi situasi yang sedang dihadapinya.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Cara Mengatasi
Malu yang Berlebihan, remaja memperoleh pemahaman tentang cara
![Page 95: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/95.jpg)
83
mengatasi malu yang merugikan dan bisa menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari apabila mereka mengalaminya. Selain itu mereka juga mengetahui
sumber-sumber malu yang merugikan.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Mengenal dan
Mempercayai Orang Lain, remaja dapat memahami dan mengetahui
bagaimana membangun kepercayaan ketika mereka berhubungan dengan
orang lain. Selain itu, remaja juga bisa menjadi orang yang bisa mempercayai
dan bisa dipercaya oleh orang lain.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan materi Memecahkan
Konflik Secara Konstruktif, remaja dapat mengetahui sisi positif adanya
konflik dan mamahami beberapa strategi yang bisa digunakan untuk
memecahkan konflik secara konstruktif.
Secara keseluruhan, layanan bimbingan kelompok yang telah diberikan
dapat menambah pengetahuan, kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya
melakukan hubungan dengan orang lain. Sesudah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok, remaja diharapkan bisa meningkatkan kualitas
hubungan interpersonal mereka, karena hal itu sangat penting untuk dikuasai
remaja sebagai proses sosialisasi mereka dengan lingkungan mereka.
Selain materi-materi yang telah disampaikan, beberapa teknik yang
digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok juga bisa menunjang
pencapaian tujuan yang diinginkan. Beberapa teknik yang digunakan antara
lain teknik sosiodrama yang dipandang efektif untuk meningkatkan hubungan
antar manusia, maka teknik ini juga relevan jika diterapkan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal.
![Page 96: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/96.jpg)
84
Selain sosiodrama, ada beberapa teknik lain yang juga digunakan yaitu
teknik pemberian informasi, diskusi kelompok dan teknik pemecahan
masalah. Dengan teknik pemberian informasi anggota kelompok akan
mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan proses peningkatan
hubungan interpersonal remaja. Sedangkan dengan teknik diskusi kelompok
masing-masing anggota kelompok dapat mengungkapkan pendapatnya di
hadapan anggota kelompok yang lain. Kemudian teknik pemecahan masalah
dimaksudkan untuk membekali siswa agar mampu menilai perubahan pada
diri dan lingkungannya agar sesuai dengan tujuan dan nilai hidupnya.
![Page 97: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/97.jpg)
85
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan sebagai berikut :
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Kumuda
Putra Putri Magelang Tahun 2005 maka dapat disimpulkan bahwa layanan
bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektif untuk
meningkatkan hubungan interpersonal remaja. Hal ini bisa dibuktikan dengan
hasil penelitian di mana sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok,
hubungan interpersonal remaja berada pada kategori Tinggi Cukup (CT)
dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 2,92. Dan sesudah mendapat layanan
bimbingan kelompok, skor rata-rata hubungan interpersonal remaja meningkat
menjadi 3,26 dengan kriteria Tinggi (T).
B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan
beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi pengembangan pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang
adalah :
1. Untuk Panti Asuhan, hendaknya dapat memberikan fasilitas pelayanan
bimbingan dan konseling sebagai salah satu upaya untuk membantu anak
asuhnya dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh mereka.
![Page 98: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/98.jpg)
86
2. Untuk Pembimbing, hendaknya pembimbing bisa melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling sebagai upaya untuk memberikan bantuan
kepada anak asuhnya. Salah satu layanan yang bisa dilaksanakan adalah
layanan bimbingan kelompok.
3. Bagi remaja, hendaknya mau memanfaatkan layanan bimbingan konseling
yang diberikan seperti layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu
upaya untuk membantu memecahkan permasalahan yang sedang dialami.
![Page 99: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/99.jpg)
87
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Dep.Dik.Bud: P.T Proyek Pembinaan Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: P.T Rineka Cipta.
Azwar, Saefuddin. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadjar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam
Pendidikan. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada. Hendrarno, Eddy. dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Percetakan
Swadaya Manunggal. Hurlock, Elisabeth. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2004. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: P.T Citra Aditya Bakti.
Monks, F.J. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mugiarso, Heru. dkk. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK
Universitas Negeri Semarang. Nasir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: P.T Rineka Cipta.
---------. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta: Ghalia Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya Offset.
![Page 100: Document](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022052523/5571f42e49795947648f20c6/html5/thumbnails/100.jpg)
88
Rochmaningsih, Dian. 2004. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Perilaku Interpersonal Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SLTP Negeri 2 Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004 (Skripsi). Semarang: Bimbingan dan Konseling/FIP/ Semarang.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:
Universitas Negeri Malang. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Sears, David O. 1988. Psikologi Sosial (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
P.T Gramedia. Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A.A. 1995. Hubungan Antarpribadi. Yogyakarta: P.T Kanisius.
Tri Anni, Chatarina. 1994. Kemampuan Akademik dan Hasil Belajar Siswa Tidak Beruntung Dikaitkan Dengan Latar Belakang Kehidupannya di SMP Bonifesto Semarang (Tesis). Bandung: Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
P.T Grasindo. http://www.sabda.org/publikasi/www.google.com(25 April 2005)