LAPORAN HASIL PRESENTASI
GEMAR MENUNTUT ILMU
UNTUK MELENGKAPI TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
GURU : NANA NOPIANA M.Pd I
DISUSUN OLEH
KELAS X PEMASARAN 2 KELOMPOK 1
ANDIKA RAMADHAN
ASTRI MEDIANTI
FITRI FIDYAWATI
KEMUNING
RAIHAN TAQIY BUKHARI MUSLIM
MUHAMMAD RAFI SULARSO
SYAHRIL FUJLA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 50 JAKARTA
BISNIS DAN MANAJEMEN
PROGRAM KEAHLIAN PEMASARAN
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima oleh guru pendidikan Agama Islam SMK Negeri 50
guna memperoleh nilai akhir.
PENYAJI 1 PENYAJI 2
FITRI FIDYAWATI ASTRI MEDIANTI
NOTULEN 1 NOTULEN 2
KEMUNING MUHAMMAD RAFI SULARSO
DOKUMENTASI 1 DOKUMENTASI 2
RAIHAN TAQIY B.M SYAHRIL FUJLA
MODERATOR MENGESAHKAN GURU PEMBIMBING
ANDIKA RAMADHAN NANA NOVIANA M.Pd I
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalammualaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan nikmatnya kita
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Presentasi tentang “Gemar Menuntut
Ilmu” dengan baik,walaupun masih banyak ditemui kesalahan dan
kekurangan.Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah,manusia adalah
tempatnya lalai dan dosa.Shalawat serta salam tidak lupa kami hanturkan
kepada rasulullah SAW semoga kita mendapat syafaat dari allah melaluinya
aamiin.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Nana Noviana M.pd I
karena telah memberikan kami masukkan,ilmu,bimbingan,serta waktu dalam
rangka membuat Laporan Hasil Presentasi ini.
Kami mengharapkan Laporan Hasil Presentasi ini dapat diterima dengan baik
sebagai tugas akhir semester guna mendapatkan Nilai Akhir Semester.
Terima kasih atas kemurahan hati Bapak Nana Noviana M.Pd I saya ucapkan
terima kasih banyak Jazakumullah Khoir.
Wassalammualaikum Wr Wb
Kelompok I
DAFTAR ISI
Identitas Diri Penyaji I
Identitas Diri Penyaji II
Identitas Diri Notulen I
Identitas Diri Notulen II
Identitas Diri Dokumentasi I
Identitas Diri Dokumentasi II
Identitas Diri Moderator
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka
diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan.
Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu
orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang
mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik.
Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan
justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah
sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat.
Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu
agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu
agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan
untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai
tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan
hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu
diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk
yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
B .Tujuan Pembelajaran
1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu
2. Mengetahui hadis –hadis tentang kewajiban menuntut ilmu
3. Mengetahui hokum dari menuntut ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu dan Menuntut Ilmu
A. Pengertian Ilmu
“Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil, sedang secara
istilah berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah segala hakikat yang
secara sempurna. Secara istilah Syar’i pengertian ilmu yaitu, ilmu yang sesuai
dengan amal, baik amalan hati, lisan maupun anggota badan dan sesuai
dengan petunjuk Rasulullah Saw.”
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang
bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan,
kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .”
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat
disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan
manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara lisan (perkataan),
maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah
ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti
kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.
B. Pengertian Menuntut Ilmu
“Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada
dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.”
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya
adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad,
mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki
dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah
terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu
perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap
individu.
2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
2.1. Dasar hukum menuntut ilmu yang pertama yaitu QS.at-Taubah:122
QS.AT-TAUBAH:122
Artinya
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
Sebab turunnya ayat
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang
menceritakan, bahwa ketika diturunkan firman-Nya berikut ini, yaitu, "Jika
kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian
dengan siksa yang pedih." (Q.S. At-Taubah 39). Tersebutlah pada saat itu ada
orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah
badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka
orang-orang munafik memberikan komentarnya, "Sungguh masih ada orang-
orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman, maka celakalah orang-
orang pedalaman itu." Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan,
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang)." (Q.S. At-Taubah 122). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan
pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan,
bahwa mengingat keinginan kaum Mukminin yang sangat besar terhadap
masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan
perang, maka mereka semuanya berangkat. Dan mereka meninggalkan Nabi
saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah
firman Allah swt. yang paling atas tadi (yaitu surah At-Taubah ayat 122).
Kandungan ayat
di ayat tersebut diajarkan bagaimana cara terbaik jika sedang berada dalam
peperangan, yaitu kita sebaiknya tdk membuat para prajurit/rekan kita terjun
semuanya ke dalam peprangan, melainkan sebagian darinya itu harus
mempelajari jalannya peperangan tersebut dan juga mempelajari mengenai
agama di dalam medan peperangan.
Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang
mukmin berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan
oleh sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam
masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun
menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran
agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan
cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat
ditingkatkan.
Perilaku yang mencerminkan QS.AT TAUBAH:122
1. Memiliki motivasi untuk menuntut ilmu sepanjang hidup karena
mencari dan menuntut ilmu merupakan bagian dari jihad fi sabilillah.
dengan menuntut ilmu berarti seseorang berperang melawan
kebodohan, ketidaktahuan, keterbelakangan, dan kemiskinan
2. Mempunyai semangat untuk menuntut ilmu dan memiliki semangat
untuk mengajarkan kembali pada orang lain. hal tersebut bukan hanya
untuk meraih predikat sebagai orang yang dimuliakan Allah SWT,
tetapi juga untuk mengejar ketertinggalan umat islam. umat islam tidak
akan bangkit hanya dengan ibadah ritual saja, melainkan melalui ilmu
yang disinergikan dengan kekuatan ibadah mereka.
3. Berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa meningkatkan ilmu
pengetahuan sebagai ikhtiar atau usaha agar tidak tertinggal oleh laju
perkembangan zaman.
4. Seluruh ilmu yang sudah didapat harus diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga kemaslahatan dan manfaat bagi sesama umat dapat
terwujud. sementara itu, Allah SWT sangat murka kepada orang yang
tidak mau mengamalkan ilmu yang dimilikiya.
5. Menghindari sikap sombong dan bangga karena memiliki ilmu karena
kepandaian yang dimiliki seseorang diibaratkan hanya sedikit saja dari
ilmu Allah SWT.
2.2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua yaitu dari hadits
Rasullulah SAW,
Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim,
waktunya adalah dari buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur”. Hadits
dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam Islam
menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah, jika dikerjakan
dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan,
disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA.
2.3. Dasar hukum menuntut ilmu yang ketiga adalah dalam Surat Al-
Ashr,
yang berbunyi sbb : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah ALLAH SWT telah
bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi
peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia
didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami
kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu : 1. Iman, 2. Amal
Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling
menasehati supaya menetapi kesabaran.
Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung
dan terlepas dari kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita
harus :
Agar mempunyai Iman, maka kita harus :
Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang
benar dengan jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh
kebahagiaan didunia maupun akhirat kecuali dengan petunjuk agama
Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan
menuntut ilmu.
Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita
dalam kehidupan sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita
pelajari.
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan
menyampaikan serta mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya
(walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan
seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang
keempat adalah,
Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran
dan gangguan manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH
lewat Al-qur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja.
3. Hadis-Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Qur’an Al mujadalah 11)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).
(HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama),
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh
sampai dia kembali (Shahih Tirmidzi)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri,
dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-
Thabrani)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang
mengajarkannya (HR bukhari )
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat
bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya
pemahaman terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati
kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu
harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki
diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar
dengannya.(Bukhari)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para
ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya,
serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para
ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk
perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis
(pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.
Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan
datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR.
Abu Dawud)
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim
yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara
merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa
seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-
pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu
pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya.
Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya
daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan
fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup
bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR.
Ath-Thabrani)
بالصين ولو العلم اطلبوا
3.1 Kandungan hadits tentang menuntut ilmu
Malaikat ridha dengan orang yang menuntut ilmu
Ulama (orang yang berilmu) adalah pewaris para nabi
akan dimintai ampunan oleh mahkluk yang ada dilangit dan dibumi
bahkan ikan ikan yang ada didasar laut.
4. Hukum Menuntut Ilmu
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi saw
bersabda,”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Ilmu bisa kita dibagi menjadi dua macam :
4.1. Ilmu-ilmu yar’i
Menuntut ilmu-ilmu syar’i ini merupakan sebuah tuntutan akan tetapi hukum
menuntutnya disesuaikan dengan kebutuhan terhadap ilmu tersebut. Ada dari
ilmu-ilmu itu yang menuntutnya adalah fardhu ‘ain, artinya bahwa seseorang
mukallaf (terbebani kewajiban) tidak dapat menunaikan kewajiban terhadap
dirinya kecuali dengan ilmu tersebut, seperti cara berwudhu, shalat dan
sebagainya, berdasarkan hadits,”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim.” Nawawi mengatakan,”Meskipun hadits ini tidak kukuh namun
maknanya benar.”
Menuntut ilmu-ilmu itu tidaklah wajib kecuali setelah ada kewajiban tersebut
(terhadap dirinya, pen)... Diwajibkan terhadap setiap orang yang ingin
melakukan jual beli untuk belajar tentang hukum-hukum jual beli,
sebagaimana diwajibkan untuk mengetahui hal-hal yang dihalalkan maupun
diharamkan baik berupa makanan, minuman, pakaian atau lainnya secara
umum. Demikian pula tentang hukum-hukum menggauli para istri apabila
dirinya memiliki istri.
Adapun tentang kewajiban yang segera maka mempelajari ilmu tentangnya
juga harus segera. Begitu juga dengan kewajiban yang tidak segera, seperti :
haji maka mempelajari tentangnya juga bisa tidak disegerakan, menurut
orang-orang yang berpendapat seperti itu.
Dari ilmu-ilmu syar’i itu ada yang menuntutnya adalah fardhu kifayah, yaitu
ilmu-ilmu yang mesti dimiliki oleh manusia dalam menegakan agama
mereka, seperti menghafal al Qur’an, hadits-hadits, ilmu tentang keduanya,
ushul, fiqih, nahwu, bahasa, mengetahui tentang para perawi hadits, ijma’,
perbedaan pendapat ulama…
Ada pula ilmu-ilmu syar’i yang menuntutnya adalah disunnahkan, seperti
mendalami tentang pokok-pokok dalil, menekuninya dengan segenap
kemampuannya yang dengannya bisa menyampaikannya kepada fardhu
kifayah.
4.2. Ilmu-ilmu yang bukan Syar’i
Sedangkan hukum menuntut ilmu-ilmu yang bukan syar’i maka ada yang
fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-
urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang
penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu
yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris
dan lainnya. Ada juga yang menunututnya menjadi sebuah keutamaan, seperti
mendalami tentang ilmu hitung, kedokteran dan lainnya, Namun untuk
melakukan ini tentunya membutuhkan kekuatan dan kemampuan ekstra. Ada
juga yang menuntutnya diharamkan, seperti menuntut ilmu sihir, sulap,
ramalan dan segala ilmu yang membangkitkan keragu-raguan. Ilmu-ilmu ini
pun berbeda-beda dalam tingkat keharamannya. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz
II hal 10370 – 10371)
Adapun untuk mendapatkan ilmu itu sendiri yang paling utama adalah
mendatanginya, sebagaimana riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairoh
bahwa Rasulullah saw bersabda,”… Barangsiapa yang melalui suatu jalan
untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surgea.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu
Hurairoh dan dia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Hadits ini menunjukkan bahwa dianjurkan bagi seseorang untuk keluar dari
rumahnya mendatangi majlis-majlis ilmu walaupun dirinya harus melakukan
perjalanan yang jauh seperti kisah Nabi Musa dengan Khaidir. (Baca :
Majelis Ilmu dan Jalan Ke Surga)
Hal lain yang perlu diketahui oleh para penuntut ilmu ini adalah meyakini
bahwa orang-orang yang menjadi sumber ilmunya (guru) itu adalah orang-
orang yang shaleh, bertanggung jawab terhadap ilmunya, memiliki prilaku
yang baik, amanah, jujur, mengamalkan ilmunya.
Adapun cara untuk mendapatkan ilmu bisa dengan mendatangi sumber ilmu
secara langsung di majlisnya atau bisa juga dengan mencari atau
memperdalamnya melalui sarana-sarana media yang sangat mudah didapat
saat ini, baik cetak maupun elektronik. Setelah itu hendaklah dirinya
melakukan penelaahan terhadap setiap ilmu / pengetahuan yang didapatnya
untuk diterima atau ditolak. Karena setiap pendapat atau perkataan seseorang
bisa diterima atau ditolak kecuali pendapat Rasulullah saw. Akan tetapi jika
telah jelas kebenarannya maka tidak boleh baginya untuk berpaling darinya
karena pada dasarnyan kebenaran itu berasal dari Allah swt.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah
beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang
cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya
berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau
mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi
Muhammad saw :
Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki
maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan
pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui
segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat
meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang
lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang
berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda
: , , فعليه أرادهما ومن بالعلم فعليه األخرة أراد ومن بالعلم فعليه الدنيا أراد من
بالعلم
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan
dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat
dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan
barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu
kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab,
ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya
adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi
tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah.
Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi
perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu
'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa
kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan
mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau
bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai
dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu
adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib
kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib
'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di
ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya,
seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
5. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan:
Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm
hal. 9) Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni
benar-benar karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kepentingan
dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah
dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah
Subhanahu wa Ta’ala (ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali
untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bau
surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dan
Baihaqi. Lihat Shahihul Jami’: 6159)
PENUTUP
Kesimpulan
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi
manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar
setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat
membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai
Allah swt. Rasulullah Saw.,
bersabda: مسلم كل على فريضة العلم مطلب
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas
bin Malik)
Seorang muslim tidaklah cukup hanya menyatakan ke-Islamannya, tanpa
memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya itu harus dibuktikan
dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang
abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu syar’i. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
ماجه ) ابن رواه مسلم كل على فريضة العلم أنس 224طلب عن
مالك (tبن
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR Ibnu Majah No. 224 dari
shahabat Anas bin Malik t, lihat Shahih Jamiush Shagir, no. 3913)
DAFTAR PUSTAKA
Hadisaputra Ihsan, 1981, “Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan
Pendidikan dan Pengalamannya”, Surabaya : Al – Ikhlas
Buku Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas 10 Kurikulum 2013
Kemendikbud
http://sucikias.blogspot.co.id/2012/01/contoh-makalah-agama-islam-
kewajiban.html
Http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-
tarbawi.html
Http://www.google.com/hadist-menuntut-ilmu
Http://www.geocities.com\broadway\4516\
Http://www.alhamidiyah.com/?v=fatwa&baca=19
Http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bagaimana-yg-di-sebut-
menuntut-ilmu-dalam-islam.htm
Http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/09/kewajiban-menuntut-ilmu/