perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROSES PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN
ISLAM AL-IRSYAD SALATIGA
DALAM INTERNALISASI NILAI
MATA PELAJARAN AQIDAH PADA SANTRI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Disusun Oleh:
Iqbal Muammar Rosyad
S811002004
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PROSES PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN
ISLAM AL-IRSYAD SALATIGA DALAM INTERNALISASI NILAI
MATA PELAJARAN AQIDAH PADA SANTRI
TESIS
Disusun Oleh :
Iqbal Muammar Rosyad
S811002004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd
1943071219730 1 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
لن تنال العلم براحة الجسم
ILMU TIDAK DAPAT DICAPAI DENGAN DIRI YANG MALAS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridlo Allah Subhanahu wa Ta`ala, saya
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Iqbal Muammar Rosyad
NIM : S81102004
Prodi : Teknologi Pendidikan
Judul : PROSES PEMBELAJARAN DI PONDOK
PESANTREN ISLAM AL-IRSYAD SALATIGA
DALAM INTERNALISAS NILAI MATA PELAJARAN
AQIDAH PADA SANTRI
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis yang saya serahkan ini benar-benar
karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan yang semua telah
dijelaskan sumbernya. Demikian pernyataan ini saya buat, jika kemudian hari
ternyata pernyataan ini salah, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Billahi taufiq wal hidayah
Alhamdulillahirabbil a’lamiin
Surakarta, Mei 2011
Yang membuat pernyataan
Iqbal Muammar Rosyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PERSEMBAHAN
Hasil penelitian ini dipersembahkan kepada:
1. Orang tua tercinta.
2. Calon istri tersayang.
3. Bapak dan ibu dosen Pasca Sarjana UNS Program Studi Teknologi Pendidikan
4. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Teknologi Pendidikan.
5. Teman-teman Jamaica.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta`ala atas ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul PROSES PEMBELAJARAN DI
PONDOK PESANTREN AL-IRSYAD SALATIGA DALAM INTERNALISASI
NILAI MATA PELAJARAN AQIDAH PADA SANTRI, dalam rangka melaksanakan
tugas akhir kuliah pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad, kepada
keluarganya serta kepada umat yang tunduk kepada-Nya. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini tidak dapat penulis
lakukan sendiri tanpa melibatkan pihak lain yang terkait. Berdasarkan dengan sabda
Nabi Muhammad "لم يشكراهللا من لم يشكرالناس" , untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil
atas terselesaikannya tugas ini, antara lain kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pendidikan yang telah memberi ijin atas penyusunan tesis ini.
2. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, sebagai pembimbing I yang telah memberi
bimbingan dan pengarahan dengan sabar, sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
3. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd, sebagai pembimbing II yang telah memberi
bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga memperlancar
penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
4. Seluruh Dosen Guru Besar Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan
bekal ilmu yang mencerahkan.
5. Segenap staf Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan yang
dibutuhkan penulis dalam rangka proses akademik maupun administrasi.
6. Mudir Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga beserta wakil dan
stafnya yang telah berkenan memberi izin penelitian dan informasinya.
7. Segenap ustadz dan santri Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
yang telah memberikan informasi dan berbagai data terkait dengan
penelitian ini.
8. Kedua orangtua dan segenap keluarga yang senantiasa mendoakan dan
menjadi motivator utama dan pertama dalam menyelesaikan penulisan
tesis ini.
9. Segenap rekan-rekan kuliah dan sahabat-sahabat di kontrakan Jamaica
yang terus memotivasi penulis sehingga terselesaikannya penyusunan
tesis ini.
10. Semua pihak yang terlibat baik dari pihak keluarga maupun teman
sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu di sini yang
telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi dan tesis ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah dengan berlipat ganda dan penulis mengharapkan tesis ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
Sebagai akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran atas
kekurangan-kekurangan dari tesis ini, dan semoga tesis ini dapat diambil
manfaatnya bagi pembaca yang budiman. Amin.
Surakarta, 30 Mei 2011
Iqbal Muammar Rosyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
ABSTRAK…………………………………………………………………... xv
ABSTRACT ………………………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Proses Pembelajaran Secara Umum ...................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
2. Proses Pendidikan dan Pembelajaran Pondok Pesantren ..... 25
3. Proses Pembelajaran Pon-Pes Al-Irsyad Salatiga ................. 30
4. Model Pembelajaran di Pon-Pes Al-Irsyad Salatiga ............. 35
5. Sarana Pembelajaran ............................................................. 42
6. Lingkungan Belajar ............................................................... 44
7. Tinjauan Tentang Internalisasi Pembelajaran Pada Siswa .... 47
8. Karakteristik Bahan Ajar Mata Pelajaran Aqidah ................. 58
9. Karakteristik Kiai .................................................................. 68
10. Karakteristik Ustadz .............................................................. 69
11. Karakteristik Santri ............................................................... 72
12. Pengelolaan Pembelajaran di Pon-Pes Al-Irsyad Salatiga .... 74
B. Penelitian Relevan ……………………………………………… 80
C. Kerangka Pikir .......................................................................... 81
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Strategi Penelitian........................................................... 84
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 84
2. Strategi Penelitian ...................................................................... 84
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 85
1. Tempat Penelitian ...................................................................... 85
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 86
C. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 86
D. Data dan Sumber Data ................................................................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 90
F. Teknis Analisis Data ...................................................................... 92
G. Keabsahan Data .............................................................................. 95
BAB 1V DESKRIPSI PONDOK PESANTREN AL-IRSYAD SALATIGA
DAN HASIL PENELITIAN
A. Profil Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga ......................... 99
1. Sejarah Berdirinya Pon-Pes Al-Irsyad Salatiga ......................... 99
2. Letak Geografis ......................................................................... 102
3. Tujuan Khusus dan Umum Pesantren ....................................... 103
4. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia .......................................... 105
5. Profil Pon-Pes Al-Irsyad Menurut Jenjang Pendidikan ............. 110
B. Temuan Penelitian .......................................................................... 121
1. Karakter Penghuni Pon-Pes Islam Al-Irsyad Salatiga ............... 121
2. Kurikulum Pon-Pes Islam Al-Irsyad Salatiga ........................... 131
3. Model Pembelajaran Aqidah ..................................................... 134
4. Evaluasi Pembelajaran ............................................................... 145
5. Penggunaan Media Pembelajaran .............................................. 148
6. Lingkungan Belajar ................................................................... 150
7. Karakteristik Bahan Ajar Aqidah .............................................. 155
8. Interaksi Pembelajaran .............................................................. 157
9. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri ....................................... 159
C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 165
1. Karakteristik Mudir, Ustadz dan Santri di PIA Salatiga ............ 165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
2. Proses Pembelajaran Aqidah di PIA Salatiga ............................ 170
3. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri PIA Salatiga ................. 179
D. Hambatan dan Keterbatasan Penelitian .......................................... 184
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 186
B. Implikasi ......................................................................................... 189
C. Saran ............................................................................................... 190
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 192
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pedoman Wawancara Dan Instrumen Observasi…………200
Lampiran II Catatan Lapangan Dan Data……………………………...207
Lampiran III Dokumentasi Proses Pembelajaran di PIA ……………....322
Lampiran IV Surat Ijin dan Keterangan Penelitian ………….…………353
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
ABSTRAK
Iqbal Muammar Rosyad. S811002004 : “Proses Pembelajaran di Pondok Pesantren Islam Al-Iryad Salatiga Dalam Internalisasi Mata Pelajaran Aqidah Pada Santri”. Tesis,Surakarta, Program Studi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam mengenai proses pembelajaran di pesantren Al-Irsyad Salatiga pada bidang studi aqidah sekaligus mengkaji sejauh mana internalisasi nilai aqidah pada para santri.
Objek penelitian tesis ini adalah Pondok Pesanten Islam Al-Irsyad Salatiga yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang terkenal maju dalam bidang tudi Bahasa Arab dan Aqidah. Pembahasan tesis ini difokuskan pada proses pembelajaran aqidah dan internalisasi nilai pada santri.
Penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan alasan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif yang memusatkan perhatian terhadap gejala menurut apa adanya tentang bagaimana proses pembelajaran di pesantren Al-Iryad Salatiga dan internalisasi nilai aqidah pada santri. Teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Adapun keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi data.
Setelah penulis melakukan penelitian, penulis menemukan data di lapangan sebagai berikut: Pertama¸ proses pembelajaran di pesantren Al-Irsyad Salatiga sudah berjalan dengan baik. Pengembangan kurikulum sudah sesuai prosedur dan mencukupi pembelajaran. Model pembelajaran sudah bervariasi menggunakan metode CBSA, CTL dan inkuiri. Evaluasi pembelajaran sudah dilaksanakan pada input, proses maupun output pembelajaran. Hali ini ditunjukkan dari prestasi para santri setiap tahun yang banyak diterima di perguruan tinggi dalam dan luar negeri.
Kedua, dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga, karakteristik kepala pesantren (mudir) dan jajaran ustadz berperan besar dalam mewujudkan interaksi dan internalisasi nilai pelajaran aqidah pada santri. Karakteristik bahan ajar dan media pembelajaran juga mendukung kelancaran proses pembelajaran dan internalisasi nilai aqidah pada santri, kerena pokok pembahasan yang terdapat pada masing-masing buku ajar terkait erat dengan ruang lingkup kehidupan sehari-hari.
Ketiga, internalisasi nilai aqidah pada santri terwujud dalam bentuk keataan terhadap syariat Islam dan akhlaq mulia kepada orang lain. Hal ini terbukti dengan terbentuknya santri menjadi muslim multazim (berpegang teguh dan kokoh beragama) dan manusia beradab.
Kata kunci : Pesantren Al-Irsyad Salatiga, Proses Pembelajaran, dan
Internalisasi Nilai Aqidah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
ABSTRACT
Iqbal Muammar Rosyad. S811002004: “The Learning Process in Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga on the Internalization of Aqidah Subject.”. Thesis, Surakarta, Education Technology Study Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta, 2011. This research was aimed to discuss deeply about the learning process of aqidah subject as well as how far the internalization of aqidah value on the students. The research object was Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga which was one of Islamic education institution which was well-known to be advanced in Arabic and Aqidah subjects. The discussion on this thesis was focused on the learning process of aqidah and the internalization of its value on the students. The used method by the researcher was qualitative method due to the fact that this research was descriptive which focused on the existing phenomena of how is the learning process in Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga and the internalization of aqidah values on the students. For the data collecting, the author used interview, observation, and documentation study methods. Meanwhile source and data triangulation were used for data validation. After conducting the research, the author found the field data as follow: Firstly, the learning process in Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga had been running well. The curriculum development had matched the procedure and had been adequate for learning. The learning models had varied using CBSA, CTL, and inquiry methods. The learning evaluations had been done either on the learning input, process, or output. It was shown from the student’s achievement in which many of them were accepted in domestic and foreign universities in each year. Secondly, in the learning process of Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga, characteristics of headmaster (mudir) and teachers (ustadz) played a big role on shaping the interaction and internalization of aqidah values on the students. The characteristics of learning material and media also supported the learning process and internalization of aqidah values on the students because the discussion topic on every single learning books was closely related to the daily life environment. Thirdly, the internalization of aqidah values on the students took forms as students’ compliance to Islamic rules and sublime morals towards the others. It was proven by how the students became muslim multazim (holding religious norm firmly) and civilized human beings. Keywords: Al-Irsyad Islamic Boarding School of Salatiga, Learning Process, and
Internalization of Aqidah Values
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain (QS.Al-Isra’:70). Sebagai makhluk
termulia, pantaslah kalau manusia sebagai pemegang amanah kekahalifahan di
muka bumi (QS.Al-Baqarah:30). Karena mengemban tugas kekhalifahan,
manusia memiliki tanggung jawab moral untuk memakmurkan kehidupan di
bumi. Oleh karena itu Allah telah memberikan kemampuan yang membedakan
manusia dengan makhluk lain yakni berupa daya akal. Dengan menggunakan
akal pikirannya, manusia mampu menentukan kehidupannya untuk menjadi
orang bertaqwa ataupun sebaliknya, (QS.AS-Syams:8).
Sesuai dengan potensi (fitrah) manusia sebagai hamba Allah untuk
semata-mata hanya mengabdi dan beribadah kepada-Nya (QS.Ad-Dzariyat:56),
maka manusia harus membekali diri secara terus menerus melalui proses belajar
mengajar atau pendidikan. Kemampuan untuk belajar dan mengajar inilah yang
membedakan antara manusia dengan binatang. Dengan demikian pentingnya
pendidikan agar manusia memiliki bekal untuk memakmurkan kehidupan,
sehingga dapat mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi.
Sebuah rumah mestinya menyimpan banyak kunci. Kunci
utamanya pastilah pintu depan. Memegang kunci utama berarti mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menjelajah seluruh isi rumah, tidak akan belok arah, dan tidak akan gagal
menafsirkan isi di dalamnya.
Pendidikan adalah kunci utama untuk menggeledah rumah pengetahuan.
Meski beraneka ragamnya, pendidikan merupakan jendela cakrawala dunia.
Salah satunya adalah pendidikan dalam bentuk pondok pesantren.
Pesantren merupakan suatu komunitas dan tempat pendidikan agama.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah eksis di tengah masyarakat hampir
enam abad (mulai abad ke-15 hingga saat ini) dan sejak awal berdiri menawarkan
pendidikan Islam kepada masyarakat luas yang masih buta huruf. Bahkan
pesantren pernah menjadi satu-satunya institusi pendidikan milik masyarakat
pribumi yang memberikan kontribusi sangat besar dalam pembentukan
masyarakat yang melek huruf (literacy) dan melek budaya (cultural literacy).
Sehingga istilah pesantren dapat dikatakan sub culture pendidikan yang ada
disekitar komplek pon-pes.
Selain sebagai subculture pesantren juga mampu memberikan kontribusi
besar terhadap masyarakat di sekitar hingga kini. Jalaluddin (1990:9) mencatat
paling tidak pesantren telah memberikan dua macam kontribusi bagi sistem
pendidikan di Indonesia. Pertama melestarikan dan melanjutkan sistem
pendidikan rakyat, dan kedua mengubah sistem pendidikan aristrokasi menjadi
sistem pendidikan demokrasi.
Sebagai lembaga pendidikan yang penuh dengan nilai-nilai keunikan,
pesantren memiliki nilai tawar yang sangat strategis dalam mewarnai dunia
pendidikan. Asumsi bahwa pesantren bukanlah merupakan sekolah, bukan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
learning school, tapi lebih merupakan learning society, merupakan sisi unik yang
dimiliki oleh pesantren, sebab di pesantren masyarakat bisa belajar dan
menambah wawasan bersama. Hal ini yang menurut hemat penulis yang tidak
dimiliki oleh lembaga pendidikan yang lain, karena pesantren tidak hanya
sekedar menjadi lembaga pendidikan sebagaimana layaknya lembaga
pendidikan, tetapi lebih jauh pesantren mampu menampilkan diri sebagai
lembaga yang sangat terbuka dan terintegrasi dengan masyarakat.
Proses pembelajaran bersama dengan penuh kebersamaan, seperti yang
ditegaskan di atas merupakan sisi menarik dari kekayaan yang dimiliki oleh
pesantren. Nilai-nilai kebersamaan dengan nuansa keterbukaan pembelajaran,
semakin memposisikan pesantren sebagai lembaga yang bergerak dalam asumsi
dari, untuk dan demi masyarakat, karena di dalam lingkup pondok pesantren
masyarakat dapat belajar bersama dan berproses bersama hanya dengan satu
keyakinan bahwa pesantren merupakan lembaga lokal yang memiliki ikatan
kebersamaan, itulah yang sampai kini menjadi kekuatan pesantren dalam
sepanjang sejarah perjalanan pesantren. Masyarakat dan pesantren bagaikan
setali tiga uang yang tetap menyatu dan berkelindan, sehingga perubahan apapun
yang terjadi di tengah banyak lembaga lain yang tenggelam, pesantren tetap eksis
dan survev.
Hal ini, semakin menegaskan bahwa pesantren merupakan lembaga
dimana proses pendidikan masyarakat dengan tanpa ada diskriminasi dan distorsi
menjadi potret tentang lembaga pendidikan yang menjadikan keterbukaan dan
kesamaan sebagai kunci utama pengembangan di dalamnya. Artinya, pesantren
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
secara langsung ataupun tidak lebih merepresentasikan sebagai lembaga
pendidikan berbasis masyarakat dalam segala lintasan sosial, karena dapat belajar
dan berproses di dalamnya dengan posisi dan derajat yang sama.
Dalam kerangka ini, pesantren secara otomatis telah masuk ke dalam salah
satu lembaga pendidikan yang memiliki peran-peran strategis dalam mengawal
terciptanya masyarakat yang terdidik dan masyarakat yang berpengetahuan
sesuai dengan cita-cita UUD 1945 untuk membentuk manusia seutuhnya,
terutama di tengah tantangan kemajuan bangsa-bangsa lain yang semakin
dinamis dan cepat.
Dalam perkembangannya, pesantren mulai menerima modernisasi
pendidikan dan bahkan mengadopsinya dengan pendidikan pesantren. Sehingga
banyak pesantren mendirikan madrasah-madrasah yang berada dalam komplek
pesantren masing-masing, namun ada juga pesantren yang masih
mempertahankan pendidikan tradisional yaitu masih mempertahankan keIslaman
murni atau dikenal dengan pesantren salaf (Streenbrink, 1986:2930).
Selain memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan nasional,
pesantren masih eksis sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam
(tafaqquh fidin) yang sejauh ini telah banyak melahirkan ulama, tokoh, mubaligh
serta guru agama yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Data empirik yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pesantren adalah lembaga pendidikan tafaqquh fiddin tradisional, yang kondusif
bagi pembentukan watak kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan, dan tempat
latihan pengamalan ibadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk membentuk pendidikan tafaqquh fiddin didukung dengan nilai-nilai
semangat pendirinya. Dalam hal ini kepemimpinan seorang kiai berpengaruh
terhadap kemajuan pesantren. Kiai adalah pemimpin non formal sekaligus
pemimpin spriritual, dalam posisinya sangat dekat dengan kelompok-kelompok
masyarakat lapisan bawah di desa-desa (Qomar, 2002:29). Bahkan sebagai
pemimpin masyarakat kiai memiliki jamaah komunitas dan massa yang diikat
oleh hubungan keguyuban yang erat dan ikatan budaya paternalistic. Petuah-
petuah selalu di dengar, diikuti dan dilaksanakan oleh jamaahnya (Ismail,
1999:39-40).
Peran kiai dalam kemajuan pesantren juga hendaknya mendapat dukungan
dari semangat para santri. Adapun motivasi santri memasuki pesantren umumnya
ingin mendalami ilmu agama, dengan cita-cita agar jadi tokoh agama. Sedangkan
kiai menyelenggarakan pesantren karena didorong oleh rasa kewajiban untuk
menyiarkan ilmu agama.
Pembelajaran adalah bagian dari pendidikan, pembelajaran adalah suatu
sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun pembelajaran yang
ada di pesantren tidak hanya berada pada situasi di kelas atau pada kegiatan
formal pondok, tetapi pembelajaran juga muncul di luar dari kegiatan rutin
pondok pesantren, sehingga pembelajaran juga dapat diamati dari interaksi yang
terjadi antara kiai, ustadz, dan santri.
Di dalam proses pembelajaran terdapat proses transformasi dan proses
interaksi antara ustadz dan santri serta lingkungan belajar kepesantrenan. Ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
transformasi atau pemindahan pesan dari guru (ustadz), siswa (santri), buku dan
lingkungan belajar.
Manusia merupakan makhluk Allah yang dianugerahi potensi untuk
mengimani Allah dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah inilah manusia
dijuluki homo religius, makhluk beragama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang
mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun dalam
perkembangannya manusia sangat tergantung kepada proses pendidikan yang
diterima (faktor lingkungan).
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk pada aspek rohaniah
individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan
pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat
hablumminallah dan hablumminannas. Keimanan kepada Allah dan
aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses
pengenalan, pemahaman, dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilai-nilai
agama.
Dalam internalisasi nilai-nilai agama ada dua faktor yang mempengaruhi
individu yaitu faktor internal dan ekternal. Internalisasi nilai ini berawal dari
pembiasaan. Pembiasaan dalam praktek keagamaan mempunyai manfaat yang
besar guna menanamkan suatu nilai pada peserta didik. Suatu tindakan yang
dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama akan membekas pada
diri seseorang dan menjadi kepribadian tertentu. Sebenarnya pembiasaan
bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan. Rasulullah dan juga para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ulama’ terdahulu juga menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik untuk
mendidik. Untuk itu pembiasaan perlu diterapkan dalam pendidikan modern.
Internalisasi nila-nilai keagamaan memegang peranan penting dalam
konteks kehidupan bersama karena merupakan salah satu tahap tingkah laku
penyesuaian diri yang melahirkan gerak hati dalam bentuk tauhid, sabar, ikhlas
dan sebagainya. Dengan terbentuknya sifat-sifat tersebut dapatlah terwujud
kehidupan bersama yang sejahtera. Kelebihan internalisasi nilai-nilai adalah
terbentuknya kemampuan yang mendasar untuk mengambil dan bertingkah laku
yang sesuai dengan norma dan sikap yang dikehendaki oleh agama dan
masyarakat. Pembahasan nilai-nilai ini bersifat abstrak dan memerlukan
pengamalan yang panjang untuk memahaminya, sehingga pendidik maupun
peserta didik dituntut mampu berpikir secara abstrak yang umumnya sulit
dilaksanakan. Internalisasi nilai-nilai keagamaan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, salah satunya dengan pembiasaan, (Muhaimin:2002).
Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang telah
disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian oleh
semua warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui
tiga tahap yaitu: Pertama sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai
sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang disekolah.
Kedua, penetapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan
langkah dilematis yang akan dilakukan oleh semua pihak di sekolah dalam
mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati tersebut. Ketiga, pemberian
penghargaaan terhadap prestasi warga sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dan peserta didik sebagai usaha pembiasaan yang menjunjung sikap dan perilaku
yang komitmen dan loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang disepakati.
Imam Al-Gozaly juga menggunakan pembiasaan dalam mendidik anak,
sebagaimana dikutip oleh Arifin dalam Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi
Aksara,1991), bahwa bila seorang anak dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik,
maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan akan
memperoleh kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Sebaliknya bila anak dibiasakan
dengan sifat-sifat jelek, dan dibiarkan begitu saja, maka tentu akan celaka dan
binasa.
Dalam Islam manusia didorong untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan
mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaan dalam hidup sehari-hari
sebagaimana terkandung di dalam perintah shalat, puasa dan sebagainya. Untuk
mengaktualisasikan keimanan dan ketaqwaan perlu adanya suatu perbuatan yang
berkesinambungan (terus-menerus) sehingga nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dapat tertanam dalam diri seseorang.
Peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran dapat dikatakan dominan
dalam mencapai tujuan intruksional, institutional dan tujuan pendidikan nasional
yang sudah ditetapkan dan tentu cakupan materi dan lingkungan pembelajaran
tidak kalah pentingnya dalam proses suatu pembelajaran. Oleh karena itu
evaluasi, perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran secara
berkesinambungan akan meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu dari pondok pesantren di negeri ini yang terkenal akan
modernisasi dalam proses pembelajaran adalah Pondok Pesantren Al-Irsyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tengaran, kabupaten Semarang, yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga. Khususnya pada mata pelajaran aqidah
(tauhid). Pernyataan di atas terbukti dengan banyaknya alumni pesantren Islam
Al-Irsyad Salatiga yang kuat (baca: istiqomah) memegang ajaran aqidah seusai
menimba ilmu beberapa tahun di pesantren tersebut. Meski zaman senantiasa
berubah, waktu pun juga berjalan, namun para alumnus selalu berada dalam
naungan kandungan ilmu aqidah yang mereka pelajari, seolah-olah telah
mengakar erat pada tiap jiwa. Internalisasi nilai aqidah inilah yang menarik peliti
untuk menelaah lebih dalam tentang proses pembelajaran aqidah di Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga, setelah beberapa tahun belakangan ini mengetahui tidak
sedikit dari santri dan alumnus menjadi figur muslim multazim (beraqidah kuat).
Berangkat dari uraian di atas penulis mengadakan kajian terkait dengan
"Proses Pembelajaran Di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga Dalam
Internalisasi Nilai Mata Pelajaran Aqidah Pada Santri" dengan harapan mampu
memperoleh titik terang apakah benar pesantren Al-Irsyad Salatiga salah satu
pondok pesantren yang tersohor dalam bidang aqidah dan membentuk santri
berjiwa agamis sesuai tuntunan Nabi Muhammad (iltizam biddin).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, disusun rumusan masalah penelitian sebagai
berikut:
Bagaimana proses pembelajaran di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga?
Adapun dari rumusan masalah penelitian di atas, dapat dibagi sub fokus
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik seorang kiai dan para ustadz dalam pembelajaran
di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga?
2. Bagaimana karakteristik para santri yang berdomisili di asrama Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga?
3. Bagaimana karakteristik lingkungan belajar di Pondok Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga?
4. Bagaimana interaksi dan model pembelajaran aqidah yang ada di Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga?
5. Bagaimana karakteristik bahan ajar mata pelajaran aqidah di Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga?
6. Bagaimana bentuk internalisasi nilai para santri dari mata pelajaran aqidah
di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik seorang kiai dan para ustadz dalam
pembelajaran di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
2. Untuk mengetahui karakteristik para santri yang berdomisili di asrama
Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
3. Untuk mengetahui karakteristik lingkungan belajar di Pondok Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga.
4. Untuk mengetahui interaksi dan model pembelajaran aqidah yang ada di
Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
5. Untuk mengetahui karakteristik bahan ajar mata pelajaran aqidah di
Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
6. Untuk mengetahui bentuk internalisasi nilai para santri Pondok Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga dari mata pelajaran aqidah berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari secara individu, lingkungan dan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
D. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1. Dapat menambah wawasan pemikiran atau wacana tentang peran
kiai sekaligus mudir (kepala pondok) selaku pimpinan tertinggi di
pesantren.
2. Dapat menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang
karakteristik mata pelajaran aqidah, khususnya yang berkaitan
dengan penerapan hukum Islam.
3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan dan gambaran proses pembelajaran di Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
4. Dapat menambah pengetahuan tentang lembaga pendidikan yang
terbaik untuk setiap anak didik.
5. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Secara Praktis
1. Memberi masukan kepada seluruh masyarakat tentang pentingnya
proses pembelajaran yang benar dan menarik pada setiap lembaga
atau institusi pendidikan.
2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat umum akan
beranekaragamnya lembaga pendidikan yang ada saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
masukan yang positif bagai para peneliti yang meneliti tentang
proses pembelajaran di pesantren atau lembaga pendidikan Islami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Proses Pembelajaran Secara Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses bermakna: 1)
runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: -kemajuan
sosial berjalan terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; 2) rangkaian tindakan,
pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk; 3) perkara di
pengadilan; sedang di pengadilan; verbal berita acara (laporan mengenai
suatu perkara, yaitu waktu terjadinya, keterangan, dan petunjuk lain);
verbal beberapa demonstran yang kini ditahan sedang dibuat; - adiabatik
proses yang terjadi pada suatu sistem apabila selama berlangsungnya
proses tidak ada panas (kalori) yang masuk atau keluar; -belajar tingkat
dan fase-fase yang dilalui anak atau sasaran didik dalam mempelajari
sesuatu; sosial proses pengaruh timbal balik antara pelbagai bidang
kehidupan; - sosialisasi proses yang membawa anak pada perkenalan dan
pergaulan dengan anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses;
pengawasan dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala
angka atau data (Anton M. Moeliono:1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Moeslichatoen (2006:60) bahwa pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar yang
menghasilkan suatu perubahan.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997:33), proses
belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan
lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik
adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam
satu kelas adalah job descreption proses belajar mengajar yang berisi
serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang
sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati
dan memahami sesuatu. (Nana Sudjana, 1989:28).
Sejalan dengan konsep di atas Cronbach (Moch Surya, 1979:28)
menyatakan: “Learning may be defined as the process by with a
relatively enduring change in behaviour occurs as result of experience
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
or practice”. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator belajar
ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku hasil dari pengalaman.
Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal
yang menjadi hakikat belajar yaitu sebagai berikut:
a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai sejak lahir dan terus berlangsung
seumur hidup.
b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif permanen.
c. Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku
secara keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain
aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
Pembelajaran (instruction), merupakan akumulasi dari konsep
mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya pada
perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek
didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga
dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta
didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta
alat atau media yang harus dipersiapkan.
Learning System menyangkut pengorganisasian dari perpaduan
antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau
pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan
learning system, dimana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar,
tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan
berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Mengacu pada PP No.19 tahun 2005, standar proses pembelajaran
yang sedang dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi: (1) perencanaan
proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian
hasil pembelajaran, dan (4) pengawasan proses pembelajaran.
Keempat lingkup kegiatan dalam standar proses pembelajaran di
atas, dijelaskan oleh Pudji Muljono (2006:31-32) sebagai berikut:
“Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut, terarah dan
terukur dari jenjang kemampuan rendah hingga tinggi secara
berkesinambungan. Sistemik berarti mempertimbangkan berbagai faktor
yang berkaitan, yaitu tujuan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar
yang mencakup fakta, konsep, prosedur, dan prinsip, kondisi lingkungan
dan hal-hal lain yang menghambat atau mendukung terlaksananya proses
pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran”.
Standar pelaksanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
intensitas interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
didik dan antara peserta didik dengan aneka sumber belajar. Untuk itu
perlu diperhatikan jumlah maksimal peserta didik dalam setiap kelas,
beban pembelajaran maksimal pendidik, dan ketersediaan buku teks
pelajaran bagi peserta didik. Disamping itu perlu dipertimbangkan bahwa
proses pembelajaran bukan sekedar menyampaikan ajaran, melainkan
juga pembentukan pribadi peserta didik yang memerlukan perhatian
penuh dari pendidik, maka juga perlu ditentukan tentang rasio maksimal
jumlah peserta didik per pendidik. Perihal kemampuan pengelolaan
kegiatan belajar dan pembelajaran pendidik, juga sesuatu yang harus
menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Standar penilaian basil pembelajaran ditentukan dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai oleh peserta didik. Teknik yang dimaksud dapat
berupa tes tertulis, observasi, uji praktik, dan penugasan perseorangan
atau kelompok. Untuk memantau proses dan kemajuan belajar serta
memperbaiki basil belajar peserta didik dapat digunakan teknik penilaian
portofolio atau kolokium. Secara umum penilaian dilakukan untuk
mengukur semua aspek perkembangan peserta didik yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan mengacu dan sesuai dengan
standar penilaian.
Standar pengawasan proses pembelajaran adalah upaya
penjaminan mutu pembelajaran bagi terwujudnya proses pembelajaran
efektif dan efisien ke arah tercapainya kompetensi yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pengawasan perlu didasarkan pada prinsip-prinsip tanggung jawab dan
kewenangan, dilakukan secara periodik, demokratis, terbuka,
berkelanjutan. Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut. Upaya pengawasan
terhadap proses pembelajaran pada hakikatnya adalah tanggung jawab
bersama antara kepala sekolah, pengawas, dan sejawat atau pihak lain
yang ditugasi untuk melaksanakan pengawasan secara internal.
Sejatinya pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa
dengan lingkungan yang mengarah kepada perubahan perilaku yang lebih
baik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi terjadinya proses interaksi
ini, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun
faktor eksternal yang datang dari lingkungan (Mulyasa, 2006:100).
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar
dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajran,
guru perlu untuk: 1) memahami berbagai jenis media dan sumber belajar
beserta fungsi masing-masing media, 2) mempunyai keterampilan dalam
merancang suatu media, 3) mampu mengorganisasikan berbagai jenis
media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar, dan 4)
mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan interaksi dengan siswa
(Sanjaya, 2008:23-24).
Guru memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, guru juga memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dukungan berupa sarana pembelajaran agar kewajibannya dalam
melaksanakan tugas sebagai tenaga edukatif menjadi lebih mudah, lancar
dan menarik. Masing-masing sekolah juga memiliki kelengkapan yang
berlainan sehingga masing-masing guru juga harus mampu menyesuaikan
kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan dengan dukungan sarana
pembelajaran yang dimiliki.
Unsur manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran terdiri
atas siswa-guru, dan tenaga lainnya seperti tenaga laboratorium,
perpustakaan dan lain-lain. Unsur material meliputi buku-buku, papan
tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio dan video tape. Unsur fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, ruang laboratorium, ruang
perpustakaan, perlengkapan audio visual, UHV dan komputer. Sedangkan
dari prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Proses
pembelajaran dapat juga dilakukan dilakukan dengan cara membaca
buku, belajar di kelas atau rumah, karena pembelajaran dapat diwarnai
oleh organisasi dan interaksi antar berbagai komponen yang saling
berkaitan untuk membelajarkan peserta didik.
Dalam memahami masalah pembelajaran tidak dapat dilepaskan
dari kata belajar, karena pembelajaran menurut Zainal Aqib (2002:41)
dalam bukunya Profesionalisme Guru pembelajaran adalah: 1) upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
peserta didik, 2) upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik, 3) suatu proses membantu sistem menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya intekasi antara individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut W.H. Buston (1993:4):
“learning is change in individual due to interaction of that individual and his enviroment which feels a need and makes him mare capable of dealingadequately with his environment".
Dalam pengertian di atas terdapat kata change atau “perubahan”
yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan maupun dalam bersikap. Perubahan tingkah laku dalam
aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh
menjadi pintar, dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, dalam aspek sikap ialah dari
ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar
menjadi terpelajar. Hal ini merupakan terjadinya perubahan tingkah laku
pada individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar
dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal. Eanest R.Hilgard (1993:5)
mengemukakan:
“We may define learning as the process by which an activity originates or is changed through responding to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a situation, provide the change cannot be atri buted to growth or the temporary state of the organism (as fatigue or unde drugs).
Terjemahan bebasnya adalah “Belajar ialah suatu proses dimana
ditimbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu
keadaan. Perubahan itu tidak disebabkan oleh suatu proses pertumbuhan
(kematangan) atau keadaan organisme yang sementara (seperti kelelahan
atau karena pengaruh obat-obatan).
Belajar menurut Lyle E.Bourre dan JR. Bruce R.Ekstrand
(1976:99):
“Learning as a relati ely permanent change in behavior tracebale to experience and practice”.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
diakibatkan oleh pengalaman dan latihan). Menurut Cliffort T.Morgan
(1961:187):
“Learning is an relatively permanent change in behavior that is a result of pas experience".
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
merupakan hasil pengalaman lalu.
Beberapa definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan
tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis atau proses kematangan. Proses yang terjadi karena belajar
dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-
kecakapan (skill) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
yang dialami peserta didik.
Sehubungan dengan hal belajar, banyak ahli yang telah
memberikan batasannya, antara lain adalah Skinner, Gagne dan Piaget.
Menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun. Oleh karena itu dalam belajar dapat ditemukan hal-
hal: 1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon siswa,
2) respon siswa, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon
tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon yang tidak baik diberi teguran
dan hukuman (Dimyati:2002). Adapun menurut Gagne, belajar adalah
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar tersebut berupa kapabilitas.
Sesudah belajar, yang bersangkutan memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah berasal dari: (1)
stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang
dilakukan oleh siswa. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Piaget berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi
terus-menerus dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut senantiasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengalami perubahan. Karena interaksi dengan lingkungan ini maka
fungsi intelek dari individu yang bersangkutan menjadi berkembang
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:13-14).
Mengacu pada pengertian belajar tersebut, maka yang dimaksud
dengan pembelajaran adalah suatu proses dalam upaya memberikan
perubahan pada diri sesorang yang melakukan belajar berupa kecakapan,
keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, pengertian dan sebagainya.
Dalam suatu pembelajaran tentu terjadi interaksi yang disebut
dengan interaksi edukatif. Dalam suatu interkasi edukatif terdapat
komponen-komponen seperti: (1) bahan yang menjadi isi proses; (2) ada
tujuan yang akan dicapai; (3) ada pelajar yang aktif mengalami; (4) ada
guru yang melaksanakan; (5) ada metode tertentu untuk mencapai tujuan;
(6) proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional.
Komponen-komponen tersebut demikia erat sehingga tak ada satupun
komponen yang dapat dilepas tanpa menimnulkan kepincangan dalam
suatu interaksi edukatif.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut dapat disampaikan bahwa di
dalam proses pembelajaran harus ada: (1) tujuan pembelajaran yang jelas
akan dicapai; (2) bahan pembelajaran yang menjadi isi proses; (3) pelajar
yang aktif belajar; (4) guru yang melaksanakan pembelajaran; (5) metode
pembelajaran tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran; dan (6) bahwa
proses interaksi suatu pembelajaran berlangsung dalam ikatan situasi
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Proses Pendidikan dan Pembelajaran Pondok Pesantren
Dari sejarah diketahui bahwa kehadiran Kerajaan Bani Umayyah
menjadikan pesatnya ilmu pengetahuan, sehingga anak-anak masyarakat
Islam tidak hanya belajar di masjid tetapi juga pada lembaga-lembaga
yang lain, seperti ‘kutab’. Kutab dengan karakteristik yang khas
merupakan wahana dan lembaga pendidikan Islam yang semula sebagai
lembaga baca tulis dengan sistem halaqoh (sistem wetonan), (Hasan
Langgulung, 1988:12).
Di Indonesia istilah Kutab lebih dikenal dengan istilah “pondok
pesantren”, yaitu lembaga pendidikan Islam yang didalamnya terdapat
seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta
didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan tersebut, serta didukung adanya pondok sebagai tempat
tinggal para santri (Mukti Ali, 1987:323). Dengan demikian, ciri-ciri
pondok pesantren adalah adanya kiai, santri, masjid dan pondok.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum di
bentuknya pondok yaitu membimbing anak-anak didik untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya sanggup
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amal.
Sedangkan tujuan khusus dibentuknya pondok pesantren yaitu guna
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam
masyarakat (Arifin HM, 1991:248).
Pesantren merupakan pranata pendidikan tradisional yang
dipimpin oleh seorang kiai atau ulama. Di pesantren inilah para santri
dihadapkan dengan berbagai cabang ilmu agama yang bersumber dari
kitab-kitab kuning. Pemahaman dan penghafalan terhadap Al-Qur’an dan
Hadits merupakan syarat bagi para santri (Imain Al-Fatta:1991, Panjimas
no.677 Maret).
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang termasuk tua, sejarah
perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang
bersifat non klasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan metode
pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode tersebut
diistilahkan dengan “Bandungan”, sedangkan di Sumatera digunakan
istilah “Halaqah” (Depag RI, 1983:8).
Metode wetonan (halaqah) yaitu metode pengajaran dimana di
dalamnya terdapat seorang kiai yang membaca suatu kitab dalam waktu
tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Metode ini dapat dikatakan
sebagai proses belajar mengaji secara kolektif (Aziz Masyhuri:1989).
Sedangkan yang dimaksud metode sorogan yaitu metode yang santrinya
cukup pandai men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kiai
untuk dibaca dihadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dibenarkan oleh kiai. Metode ini dikatakan sebagai proses belajar
mengajar individual (Amir Hamzah:1989).
Perkembangan berikutnya, disamping tetap mempertahankan
sistem ketradisionalan, pesantren juga mengembangkan dan mengelola
pendidikan madrasah. Begitu pula untuk mencapai tujuan bahwa kelak
para santri mampu hidup mandiri. Kebanyakan saat ini pesantren juga
memasukkan pelajaran keterampilan dan pengetahuan umum.
Pada sebagian pondok, sistem penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran semakin lama semakin berubah karena dipengaruhi oleh
perkembangan pendidikan di tanah air serta tuntutan dari masyarakat di
lingkungan pondok pesantren itu sendiri. Dan sebagian pondok tetap
mempertahankan sistem pendidikan yang sama.
Penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren dewasa ini menurut Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama
RI (1991:134) dapat digolongkan kepada tiga bentuk:
a. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran
tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandungan
dan sorogan) dimana seorang kiai mengajar santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh
ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri
biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam
yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut di
atas, tetapi para santrinya tidak disediakan pondok di kompleks
pesantren, namun tinggal tersebar di seluruh penjuru desa
sekeliling pesantren tersebut (santri kalong), dimana cara dan
metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan
sistem weton, yaitu santri datang berduyun-duyun pada waktu-
waktu tertentu.
c. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan
antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan
dan pengajaran Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun
wetonan denga para santri disediakan pondokan ataupun
merupakan santri kalong, yang dalam istilah pendidikan pondok
modern memenuhi kriteria pendidikan non formal, serta
menyelenggarakan pula pendidikan formal berbentuk madrasah
dan bahkan sekolah umum dalam berbagai tingkatan dan aneka
kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing.
Secara garis besar, pesantren sekarang menurut Zuharini
(1986:14) dibedakan menjadi dua macam, yaitu pesantren tradisional dan
pesantren modern.
a. Pesantren tradisional
Yaitu pesantren yang masih mempertahankan sistem
pengajaran tradisional, materi pengajaran kitab-kitab klasik sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
disebut kitab kuning. Diantara pesantren ini ada yang mengelola
madrasah, bahkan juga sekolah-sekolah umum mulai tingkat dasar
atau menengah, dan ada pula pesantren-pesantren yang mengelola
pendidikan hingga perguruan tinggi. Murid-murid dan mahasiswa
diperbolehkan tinggal di pondok atau di luar, tetapi mereka
diwajibkan mengikuti pengajaran kitab-kitab dengan cara sorogan
maupun bandungan, sesuai dengan tingkatan masing-masing.
Pesantren Modern
Pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh
sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Semua
santri yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas.
Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi menonjol, bahkan ada yang
cuma pelengkap, tetapi berubah menjadi mata pelajaran atau
bidang studi. Begitu pula dengan sistem yang diterapkan, seperti
cara sorogan dan bandungan mulai berubah menjadi individual
dalam hal belajar dan kuliah scara umum atau stadium general.
Kemudian dalam pertumbuhan dan perkembangannya sering
dengan perkembangan zaman, tidak sedikit pesantren kecil yang berubah
menjadi madrsah atau sekolah, atau karena kiai yang menjadi tokoh
sentral meninggal dunia, kemudian pesantren dari tahun ke tahun, baik
laporan para peneliti maupun laporan resmi dari Depatemen Agama RI,
menurun jumlahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Al-Irsyad
Proses pembelajaran yang dipakai di Pondok Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga adalah formal dan non formal. Proses pembelajaran formal
adalah jenis sistem pendidikan modern yang diselenggarakan selama
enam hari dalam satu pekan. Dalam hal ini santri harus mengikuti
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas mulai pikul 07.00 s/d 13.00
WIB, diselingi istirahat dua kali pada pukul 09.35 s/d 10.00 dan pukul
11.15 s/d 11.30 WIB dan diakhiri dengan shalat dhuhur berjamaah pada
pukul 13.00 s/d 13.30 WIB. Dalam satu hari para siswa rata-rata
mendapatkan 10 jam pelajaran dengan durasi masing-masing pelajaran 40
menit. Materi program kepesantrenan dengan non kepesantrenan disusun
sesuai jadwal. Untuk sore hari digunakan kegiatan ekstra kurikuler yaitu
pukul 16.00 (ba'da ashar) sampai pukul 17.00 WIB.
Adapun pendidikan non formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan di luar kelas dengan maksud menjaga keseimbangan
antara aspek keilmuan dan aspek amaliyah (praktek) yang menjadi ciri
khas pesantren. Melalui kegiatan ini, ilmu yang diperoleh dari kelas
langsung bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi
kegiatan non formal disamping untuk mempraktekkan juga dapat
menambah dan memperkuat ilmu para santri. Diantara jenis kegiatan non
formal yang ada di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga adalah:
Organisasi Pelajar (Jum`iyah Tholabah), Santri Pecinta Alam (Aulita),
Hiwar, Muhadloroh, Berdakwah di Masyarakat (Ta'lim Quro'), Pengajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ba'da Magrib, Baca Al-Qur'an (Qiro'atul Qur'an), Seminar (Dauroh),
Aneka Olah Raga, Latihan Jurnalistik, dan Bakti Sosial.
Sistem pendidikan yang diambil oleh Al-Irsyad Salatiga untuk
pondok pesantren adalah sistem pendidikan yang berasal dari Islamic
University of Medina, KSA. Salah satu sistem yang dipakai adalah sistem
MTW (Mutawashitoh) dan IM (I`dad Muallimin) yang diperkenalkan
sebagai pengganti sistem pendidikan klasikal dan individual. Seperti
kebanyakan sistem pendidikan baru, sistem MTW dan IM tidak langsung
diterima oleh kalangan dinas pendidikan. Bahkan sebagian malah
meragukan keberadaannya yang menantang sistem pendidikan tradisional
yang masih digunakan di pondok pesantren lain.
Perbedaan utama diantara sistem baru MTW dan IM ini dan
sistem pendidikan tradisional yang diajar di pondok pesantren lain adalah
sistem modern ini tidak menggunakan sistem pengajaran wetonan
(massal) dan sorogan (individual). Para santri dididik dan diajarkan pada
madrasah MTW dan IM yang berjenjang dari kelas satu sampai kelas
enam, setaraf MTs dan MA. Kini seluruh santri kelas tiga MTW dan IM
bisa mengikuti ujian bersama dibawah pengawasan Departemen Agama
RI.
Seperti pesantren-pesantren modern lainnya, pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga bukanlah pesantren salaf yang hanya mengembangkan
ilmu-ilmu ke-Islaman klasik, seperti ilmu nahwu sharaf, ilmu tauhid, ilmu
akhlaq, tarikh, tafsir, hadits dan sederet ilmu-ilmu klasik. Pesantren Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Al-Irsyad Salatiga menerapkan double system yakni menerapkan
pendidikan formal dan non-formal. Secara formal pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga semenjak tahun 1990-an memberikan sekolah formal
seperti:
a) SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur'an) / Setingkat SD
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat mencetak
para lulusan yang hafal Al-Qur'an. Lususan jenjang ini memiliki
Ijazah Nasional dan Pesantren.
b) MTW (Mutawasithoh) / Setingkat SMP
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat mencetak
para lulusan yang mempunyai kemampuan bahasa Arab yang optimal
serta pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum yang
memadai. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional dan
Pesantren. SLTP/MTs Al-Irsyad yang disyahkan dengan SK Kepala
Kantor Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah. Melalui SK ini
maka bagi santri-santri yang berminat untuk melanjutkan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dapat mengikuti Ujian Akhir Nasional
(UAN).
c) IM (I'dad Muallimin) / Setingkat SMA
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat mencetak
para lulusan yang menguasai ilmu-ilmu keislaman secara mendalam
dibarengi dengan pengetahuan umum serta bidang-bidang
keterampilan yang memadai. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Nasional dan Pesantren yang telah mendapat akreditasi mu'adalah
(persamaan) dari Kerajaan Saudi Arabia. Selain itu juga telah
mendapatkan akreditasi dari Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir dan
beberapa perguruan tinggi lainnya di Timur Tengah.
d) IL (I'dad Lughowi)
Wadah pendidikan dalam jenjang ini diperuntukkan bagi para lulusan
SMP atau yang setara selain jenjang MTW Al-Irsyad dengan fokus
penguasaan bahasa arab untuk dapat masuk jenjang I'dad Muallimin
Pesantren Islam Al-Irsyad. Pendidikan dalam jenjang ini dilaksanakan
selama satu tahun dan mendapatkan Ijazah Pesantren.
Sedangkan secara non-formal pengajian-pengajian kitab klasik
diselenggarakan setelah shalat maghrib dengan metode ceramah, di mana
kiai atau ustadz membacakan ceramah di depan para santri dan para santri
pun mendengarkan secara seksama.
Secara umum, kurikulum Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
banyak diambil dari dan dipengaruhi oleh Islamic University of Medina.
Namun pada kenyataannya, kurikulum MTW dan IM mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Daftar bidang studi dan
mata pelajaran dalam kurikulum MTW dan IM tidak persis, karena di
sana sini mengalami perubahan.
Santri-santri yang masuk pesantren Al-Irsyad Salatiga, mayoritas
lulus dari SD dan mengikuti pelajaran berjenjang mulai kelas satu sampai
kelas enam. Bagi santri ini, mereka mengikuti jurusan intensif, termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kelas satu intensif, kelas tiga intensif, terus kelas lima dan enam biasa.
Jurusan intensif tersebut lebih mementingkan pelajaran agama daripada
pelajaran umum karena santri yang sudah lulus SMP sudah banyak dapat
pelajaran umum tetapi ketinggalan dalam bidang ilmu agama.
Di tingkat MTW dan IM, kurikulum memadukan antara
kurikulum Departremen Agama dengan kurikulum lokal pesantren. Hal
ini dilakukan untuk mengantisipasi santri-santri yang ingin meneruskan
ke jenjang pendidikan lain, baik di tingkat Madrasah Aliyah maupun
Perguruan Tinggi.
Proses pembelajaran yang diterapkan di Pesantren Islam Al-Irsyad
akan selalu dikembangkan untuk membentuk para santri lulusan
Pesantren Islam Al-Irsyad menjadi lebih berkualitas dan unggul dalam
kompetensi dibandingkan pesantren-pesantren lain baik di wilayah
nusantara maupun mancanegara.
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga berupaya untuk merekrut
orang-orang yang berpotensi dan profesional untuk mewujudkan visi dan
misi pesantren. Demikian pula potensi Sumber Daya Manusia Pesantren
Islam Al-Irsyad yang sudah ada akan senantiasa digali dan dikembangkan
sehingga seluruh pegawai pesantren dapat menjalankan peran mereka
masing-masing secara optimal.
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga berupaya untuk membentuk
lingkungan yang kondusif sebagai tempat belajar mengajar. Program-
progam kebersihan, peremajaan serta pengembangan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pesantren akan dicoba untuk diterapkan sehingga terbentuklah kondisi
Pesantren Islam Al-Irsyad sebagai tempat belajar mengajar yang kondusif
dan menyenangkan. Ketiga unsur inilah yang akan menopang
keberhasilan pencapaian visi & misi pesantren.
4. Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Untuk membelajarkan santri sesuai dengan cara-gaya belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga menggunakan beberapa model dari beberapa model pembelajaran
yang telah ada, mengingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang
paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas/media yang tersedia, dan kondisi
guru itu sendiri.
Berikut ini beberapa model pembelajaran, untuk dipilih pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk
situasi dan kondisi yang dihadapi:
a. Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain,
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling
membantu dan berlatih beinteraksi, komunikasi, dan sosialisasi karena
kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4–5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,
membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil
kelompok, dan pelaporan.
b. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling),
sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi
belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, suasana menjadi
kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Definisi tentang CTL ada beberapa macam. Tetapi pada
hakekatnya system CTL mendorong siswa melihat makna dalam materi
akademik yang dipelajari dengan cara menghubungannya dengan konteks
kehidupan dalam kehidupn keseharaian siswa. CTL digambarkan oleh
Johnson (2009) sebagai berikut:
“…an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting subjects with the context of their daily lives, that is with context of their personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aim, the system encompasses the following eight components: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, teaching high standards, using authentic assessment”.
(Proses pendidikan yang bertujuan mendorong siswa melihat makna
dalam materi akademik yang merek pelajarai dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan
dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks pribadi, sosial,
dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi
tujuh komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, melakukan pekerjaan berarti, melakukan kerjasama, membantu
individu untuk tumbuh berkembang, berfikir kritis dan kreatif untuk
mencapai standar yang tinggi, menggunakan penilaian autentik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pengertian CTL senada dengan yang dikemukakan Berns and
Errickson (2007):
“Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires”.
(Konsep pembelajaran yang menolong guru untuk menggabingkan materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata serta motivasi siswa untuk
menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
nyata, yaitu anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja dan mengajak
untuk bekerja keras yang dibutuhan dalam sebuah pembelajaran).
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa
dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-
rambu). Contoh, questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun,
mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, mencoba mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi,
hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
c. Pembelajaran Langsung (Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang
menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan
dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa,
sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah
atau ekspositori (ceramah bervariasi).
d. Pembelajaran Berbasis masalah (Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif,
terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi
(analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
e. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang
tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola,
aturan atau algoritma).
f. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu
pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali
masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel sehingga dipahami.
Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternatif, menyusun soal-pertanyaan.
g. Problem Terbuka (Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya
pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan
berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab,
fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam
memperoleh jawaban siswa yang beragam. Selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan
demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada
produk yang akan membentuk pola pikir, keterbukaan, dan ragam
berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
h. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan
menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab
dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau
tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari
proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya
jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa
dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya
mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara
menyejukkan dan nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa,
sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria.
i. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi
(empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti
menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep
baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan
konsep dalam konteks yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
j. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa
belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik
(1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca
bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk
mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara
pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok
mengerjakan LKS-modul, membaca-merangkum.
Namun dari banyak model yang dikemukakan diatas Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga lebih banyak memakai model pembelajaran
induktif. Model pembelajaran induktif adalah bagian dari model
pembelajaran siswa aktif (CBSA). CBSA lebih menekankan proses
pembelajaran pada keterlibatan siswa secara aktif (student centered).
Model pembelajaran induktif (Thinking Inductively) ialah model
pembelajaran dengan cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan
siswa dalam proses-proses mental.
5. Sarana Pembelajaran
Menurut Barnadib (1986:113) sarana pembelajaran ialah suatu
tindakan, perbuatan, situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan. Sarana pendidikan
bukanlah resep yang sewaktu-waktu dapat digunakan secara tepat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mantap. Sarana pembelajaran merupakan suatu yang harus dipilih sesuai
dengan tujuan pendidikan/pembelajaran. Jelasnya, sarana pendidikan
tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat konkret saja, tetapi juga
berupa nasehat, tuntunan, bimbingan, contoh, hukuman, ancaman, dan
sebagaianya.
Sanjaya (2008:55) mendefinisikan sarana adalah segala sesuatu
yang mendukung secara langsung terhadap kelncaran proses
pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu
guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan demikian
sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran. Sedangkan keuntungan bagi sekolah
yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana adalah 1) dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar, dan 2) dapat
memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.
Barizi (2009:103) menyebutkan beberapa sarana pembelajaran
yang dapat digunakan untuk tercapainya tujuan secara efektif dan efisien
seperti: buku teks, tempat ibadah, dan perpustakaan.
Melengkapi sarana prasarana termasuk salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Asmani ( 2009:59 ) menyebutkan beberapa
sarana prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
berikut: laboratorium pendidikan, laboratorium bahasa, gedung
pengembangan bakat, gedung olahraga, media ekspresi dan aktualisasi,
dan fasilitas lainnya harus tersedia dengan lengkap.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diambil definisi dari sarana
pembelajaran adalah sebagai berikut: “Sarana pembelajaran adalah segala
perlengkapan dan peralatan, terutama alat peraga, media pembelajaran
dan buku pelajaran yang mempunyai manfaat langsung dan diadakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
6. Lingkungan Belajar
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan
pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang
kondusif. Kondisi pembelajaran efektif adalah kondisi yang benar-benar
kondusif, kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran
serta kelangsungan proses pembelajaran (Muhammad Saroni:2006).
Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.
Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan
mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada
diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga
dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi
kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan demikian, lingkungan
belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Saroni (2006),
lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik
dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada
disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup
sekolah, dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan
fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan,
pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataannya. Sedangkan
lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik memungkinkan
adanya interkasi yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2006), dalam upaya menciptakan lingkungan
pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan
kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu,
peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung
jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang
diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses
pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna. Dengan terciptanya
tanggung jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi
pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak,
(Kusmoro:2008).
Berdasarkan uraian tentang lingkungan belajar tersebut diatas
maka dapat disarikan bahwa lingkungan belajar yang di kelola adalah
terutama bagaimana mengemas suasana kelas belajar, kelas belajar, dan
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah ataupun yang dapat diadakan
dari alam lingkungan sekolah. Lingkungan belajar dalam hal terutama di
kelas adalah sesuatu yang diupayakan atau diciptakan oleh guru agar
proses pembelajaran kondusif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
semestinya.
Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya
pengalaman belajar, dapat diklasifikasikan yang menyangkut : 1)
lingkungan (keadaan) fisik, dan 2) lingkungan sosial.
Macam-macam lingkungan belajar menurut Ki Hajar Dewantara
mencakup: 1) lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3)
lingkungan masyarakat, (Munib,2004:76). Ketiga lingkungan itu sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
disebut sebagai “tripusat” pendidikan yang akan mempengaruhi manusia
secara bervariasi.
7. Tinjauan Tentang Internalisasi Nilai Pembelajaran Pada Siswa
Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau
penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam
kepribadian.
Reber, sebagaimana dikutip Mulyana dalam Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai (Alfabeta, 2004:21) mengartikan internalisasi sebagai
menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi
merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan
baku pada diri seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan
berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam
diri seseorang. Sedangkan Ihsan (2006:23) memaknai internalisasi
sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai kedalam
jiwa sehingga menjadi miliknya. Jadi masalah internalisasi ini tidak hanya
berlaku pada pendidikan agama saja, tetapi pada semua aspek pendidikan,
pada pendidikan pra-sekolah, pendidikan sekolah, pengajian tinggi,
pendidikan latihan perguruan dan lain-lain.
Internalisasi adalah pendalaman, penghayatan terhadap suatu
ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku (Kamus Ilmiah Populer, 1994:267).
Ahmad Tafsir (2005:40) membedakan antara internalisasi dan
personalisasi, namun kedua proses tersebut harus berjalan bersamaan
dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Internalisasi merupakan upaya
memasukkan pengetahuan (knowing) dan keterampilan melaksanakan
(doing) dari daerah ektern ke intern, dikatakan personalisasi karena upaya
tersebut berupa usaha untuk menjadikan pengetahuan dan keterampilan
menyatu dengan pribadi seseorang. Dalam kaitannya dengan nilai,
pengertian-pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli tersebut pada
dasarnya memiliki substansi yang sama. Dengan demikian peneliti
menyimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai
kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap
prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (menyatu dengan
pribadi). Suatu nilai yang telah terinternalisasi pada diri seseorang
memang dapat diketahui ciri-cirinya dari tingkah laku.
Pelaksanaan pendidikan nilai melalui beberapa tahapan, sekaligus
menjadi tahap terbentuknya internalisasi yaitu:
a. Tahap transformasi nilai
Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik
dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik.
Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan
peserta didik. Transformasi nilai ini sifatnya hanya pemindahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pengetahuan dari pendidik ke siswa. Nilai-nilai yang diberikan masih
berada pada ranah kognitif peserta didik dan pengetahuan ini
dimungkinkan hilang jika ingatan seseorang tidak kuat.
b. Tahap transaksi nilai
Pada tahap ini pendidikan nilai dilakukan melalui komunikasi dua
arah yang terjadi antara pendidik dan peserta didik yang bersifat timbal
balik sehingga terjadi proses interaksi. Dengan adanya transaksi nilai
pendidik dapat memberikan pengaruh pada siswa melalui contoh nilai
yang telah dijalankan. Di sisi lain siswa akan menentukan nilai yang
sesuai dengan diri masing-masing.
c. Tahap tran-internalisasi
Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini
bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental
dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang
berperan aktif. Dalam tahap ini pendidik harus betul-betul memperhatikan
sikap dan perilaku agar tidak bertentangan yang ia berikan kepada peserta
didik. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan siswa untuk meniru apa
yang menjadi sikap mental dan kepribadian guru. Proses dari
transinternalisasi itu mulai dari yang sederhana sampai yang komplek,
yaitu mulai dari: menyimak, yakni kegiatan siswa untuk bersedia
menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang
dikembangkan dalam sikap afektif. Menanggapi, yakni kesediaan siswa
untuk merespons nilai-nilai yang diterima dan sampai ke tahap memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kepuasan untuk merespons nilai tersebut. Memberi nilai, yakni sebagai
kelanjutan dari aktivitas merespon nilai menjadi siswa mampu
memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Mengorganisasi nilai, yakni
aktivitas siswa untuk mengatur berlakunya sistem nilai yang ia
yakini sebagai kebenaran dalam tingkah laku kepribadian sendiri
sehingga memiliki satu sistem nilai yang berbeda dengan orang lain.
Karakteristik nilai, yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang
benar yang diyakini, dan yang telah diorganisir dalam laku
pribadi sehingga nilai tersebut sudah menjadi watak (kepribadian), yang
tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan. Nilai yang sudah mempribadi
inilah yang dalam Islam disebut dengan kepercayaan/keimanan yang
istiqomah dan iltizam, yang sulit tergoyahkan oleh situasi apapun.
Secara garis besar tujuan pembelajaran memuat tiga aspek pokok,
yaitu: knowing, doing, dan being atau dalam istilah yang umum dikenal
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Internalisasi merupakan
pencapaian aspek yang terakhir (being). Untuk selanjutnya penulis akan
memaparkan ketiga aspek tujuan pembelajaran tersebut secara singkat.
a. Mengetahui (knowing).
Disini tugas guru ialah mengupayakan agar murid mengetahui
suatu konsep. Dalam bidang keagamaan misalnya murid diajar mengenai
pengertian shalat, syarat dan rukun shalat, tata cara shalat, hal-hal yang
membatalkan shalat, dan lain sebagainya. Guru bisa menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berbagai metode seperti; diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Untuk
mengetahui pemahaman siswa mengenai apa yang telah diajarkan guru
tinggal melakukan ujian atau memberikan tugas-tugas rumah. Jika
nilainya bagus berarti aspek ini telah selesai dan sukses.
b. Mampu melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui (doing)
Masih contoh seputar shalat, untuk mencapai tujuan ini seorang
guru dapat menggunakan metode demonstrasi. Guru mendemonstrasikan
shalat untuk diperlihatkan kepada siswa atau bisa juga dengan
memutarkan film tentang tata cara shalat selanjutnya siswa secara
bergantian mempraktikkan seperti apa yang telah ia lihat dibawah
bimbingan guru. Untuk tingkat keberhasilannya guru dapat mengadakan
ujian praktik shalat, dari ujian tersebut dapat dilihat apakah siswa telah
mampu melakukan sholat dengan benar atau belum.
c. Menjadi seperti yang ia ketahui (being)
Konsep ini seharusnya tidak sekedar menjadi milik siswa tetapi
menjadi satu dengan kepribadiannya. Siswa melaksanakan shalat yang
telah ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Ketika shalat itu telah
melekat menjadi kepriadian, seorang siswa akan berusaha sekuat tenaga
untuk menjaga shalat dan merasa sangat berdosa jika sampai
meninggalkan shalat. Jadi siswa melaksanakan shalat bukan karena
diperintah atau karena dinilai oleh guru. Disinilah sebenarnya bagian yang
paling sulit dalam proses pendidikan karena pada aspek ini tidak dapat
diukur dengan cara yang diterapkan pada aspek knowing dan doing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Aspek ini lebih menekankan pada kesadaran siswa untuk mengamalkan.
Selain melalui proses pendidikan disekolah perlu adanya kerja sama
dengan pihak orang tua siswa, mengingat waktu siswa lebih banyak
digunakan di luar sekolah. Dalam kajian psikologi, kesadaran seseorang
dalam melakukan suatu tindakan tertentu akan muncul tatkala tindakan
tersebut telah dihayati (terinternalisasi), (Ahmad Tafsir, 2004:224-225).
Kata nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti harga. Nilai
memiliki makna yang berbeda bila berada pada konteks yang berbeda
pula. Dalam konteks akademik nilai bisa berarti angka kepandaian.
Nilai adalah sifat-sifat, hal-hal yang berguna penting bagi
kemanusiaan (DEPDIKBUD, 1998:25). Adapun Mulyana (2004)
mendefinisikan bahwasanya nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Pengertian ini tidak secara eksplisit menyebutkan
cirri-ciri spesifik seperti norma, keyakinan, cara, sifat dan ciri-ciri yang
lain. Namun definisi tersebut menawarkan pertimbangan nilai bagi yang
akan menganutnya. Seseorang dapat memilih suatu nilai sebagai dasar
untuk berperilaku berdasarkan keyakinan yang dimiliki.
Menurut Muhaimin yang mengutip pendapat Webster
menjelaskan bahwa: A value is “a principle, or quality regarded as
worthwhile or desirable”, yaitu nilai adalah prinsip, standart atau kualitas
yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan. Nilai adalah suatu
keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sekelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang
bermakna bagi kehidupannya.
Bertens (2007:140) menjelaskan pengertian nilai melalui cara
memperbandingkannya dengan fakta. Fakta menurutnya adalah sesuatu
yang ada atau berlangsung begitu saja. Sementara nilai adalah sesuatu
yang berlaku, sesuatu yang memikat atau menghimbau. Fakta dapat
ditemui dalam konteks deskripsi semua unsurnya dapat dilukiskan satu
demi satu dan uraian itu pada prinsipnya dapat diterima oleh semua
orang. Nilai berperanan dalam suasana apresiasi atau penilaian dan
akibatnya sering akan dinilai secara berbeda oleh orang banyak. Nilai
selalu berkaitan dengan penilaian seseorang, sementara fakta
menyangkut ciri-ciri obyektif saja.
Definisi lain tentang nilai dikemukakan oleh Richard Merril
(Koyan, 2000: 13), menurutnya nilai adalah patokan atau standar pola-
pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah
satisfaction, fulfillment, and meaning. Menurut Sandin (Koyan,2000:13-
14), patokan atau kriteria tersebut memberi dasar pertimbangan kritis
tentang pengertian religius, estetika, dan kewajiban moral.
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral; Simon, Howe, dan
Kirschenbaum (Wahab, 2007:123) menawarkan 4 (empat) pendekatan
yang dapat digunakan, yaitu pendekatan penanaman moral, pendekatan
transmisi nilai bebas, pendekatan teladan, dan pendekatan klarifikasi
nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Menurut Kirschenbaum (1995:16-17) pendidikan nilai perlu
dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara komprehensif.
Pendekatan secara komprehensif dalam pendidikan nilai maksudnya
adalah pendidikan nilai yang menyeluruh atau komprehensif yang dapat
ditinjau dari segi metode yang digunakan, pendidik yang berpartisipasi
(guru dan orang tua), dan konteks berlangsungnya pendidikan
nilai (sekolah dan keluarga).
Dengan terinternalisasinya suatu nilai, potensi yang ada pada diri
seseorang akan berjalan selaras dan seimbang, akan muncul keutamaan
yang berwujud sifat-sifat seperti ketaqwaan, kejujuran, keadilan,
kesabaran, kesopanan dan sebagainya. Dengan munculnya keutamaan
tersebut berarti terbentuklah suara hati siswa sehingga dapat
membedakan baik dan buruk serta mampu memilih mana yang harus
ditaati dan mana yang dihindari dalam melaksanakan kehidupan bersama.
Nilai-nilai yang dipelajari manusia akan lenyap sewaktu-waktu,
mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa. Suatu nilai belum
memberi manfaat yang berarti bagi kehidupan seseorang sebelum
diamalkan, ibaratnya seperti pohon yang tidak berbuah. Tanpa adanya
kesadaran, sangat sulit kiranyam mengaplikasikan nilai-nilai yang telah
didapat apalagi pengamalan membutuhkan waktu yang panjang dan terus
menerus (kontinuitas). Ketika suatu nilai telah menyatu dan menjadi
bagian dari pribadi seseorang, tindakan akan terkontrol oleh adanya nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dalam tinjauan Islam termasuk orang-orang yang lalai yakni
orang yang mengetahui suatu kebaikan namun tidak ada kesadaran untuk
melakukannya, tidak adanya penghayatan terhadap apa yang telah
diketahuinya. Banyaknya orang Islam yang enggan melakukan shalat
bukan karena meraka tidak mengerti tata cara shalat. Banyaknya orang
melakukan kemaksiatan juga bukan karena tidak dapat membedakan
mana yang baik dan yang buruk. Di bulan Ramadhan saja misalnya,
sudah banyak ditemui orang Islam yang tidak menjalankan puasa, yang
lebih memprihatinkan lagi didapati tidak sungkan menyantap makanan,
minuman dan juga merokok didepan umum, padahal mengetahui bahwa
pada bulan tersebut diwajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa.
Fenomena yang terjadi di masyarakat tersebut disebabkan kurang
adanya penanaman/penghayatan nilai-nilai, khususnya nilai agama. Tidak
adanya penghayatan terhadap nilai nilai agama, perilaku seseorang hanya
akan dikendalikan oleh hawa nafsu, menuruti kesenangan-kesenangan
yang hanya bersifat sementara. Keadaan yang demikian menyebabkan
seseorang acuh terhadap ajaran agama. Tidak ada perasaan menyesal,
berdosa, dan merugi ketika melanggar larangan agama, pun jika
memenuhi suatu kewajiban perasaan hanya terasa biasa-biasa saja tanpa
ada kepuasan batin yang mendalam.
Pendidikan nilai menempatkan internalisasi pada posisi yang
krusial karena internalisasi menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan
nilai. Suatu nilai yang akan dianut oleh seseorang tidak sekedar menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pengetahuan (knowledge) semata, namun harus adanya sikap yang
mengacu pada nilai, dan keterampilan (skill) untuk mengamalkannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Fuad Ihsan, bahwa:
“Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik bukan
untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan atau kognitif, tetapi adalah untuk
dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam kehidupan sehari-
hari. Islam adalah agama yang menuntut kepada pemeluknya untuk
mengerjakannya sehingga menjadi umat yang beramal saleh.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik. Penanaman nilai tidak
melulu melalui proses pengajaran saja, karena pengajaran hanyalah
sebagian dari pendidikan. Pengajaran sebatas penambahan pengetahuan
(kognitif) dan pembinaan keterampilan. Jadi pengajaran belum
mencapai aspek sikap dan kepribadian siswa dimana nilai itu akan
menyatu.
Abdul Rahman (2006) menawarkan beberapa alternatif kegiatan di
sekolah guna menanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa. Kegiatan
ini dibagi menjadi empat jenis yaitu kegiatan harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan. Adapun pelaksanaannya memanfaatkan jam-jam
ekstra.
Internalisasi nilai juga dapat didapatkan melalui strategi
pembiasaan bagi para peserta didik. Yang dimaksud dengan kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(habit) ialah cara-cara bertindak yang persistens, inform, dan hampir-
hampir otomatis (tanpa disadari oleh pelakunya), (Hery Noer Ali:1999).
Masih banyak lagi pengertian tentang kebiasaan, berikut ini
definisi- definisi yang terpenting diadopsi dari karya Muhammad Sayyid
tahun 2007:
a. Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus atau
dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa
hubungan akal. Atau, dia adalah sesuatu yang tertanam di dalam jiwa
dari hal-hal yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat.
b. Kebiasaan adalah mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-
kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu berdekatan.
c. Kebiasaan adalah keadaan jiwa yan mendoronga untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa berpikir dan menimbang.
d. Kebiasaan adalah keadaan jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa perlu berpikir dan menimbang.
Pada dasarnya sebagian besar kebiasaan-kebiasaan itu hanya
setengah disadari, atau bahkan tidak disadari. Namun pada awalnya
kebiasaan itu masih disadari, berlangsung pula pertimbangan akal di
dalamnya, yang menjadi semakin berkurang dan kesadaran makin lama
makin menipis. Selanjutnya kebiasaan itu menjadi otomatis mekanistis
dan tidak disadari lagi (Kartini Kartono:1996).
Berdasarkan beberapa pengertian kebiasaan yang telah penulis
paparkan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
adalah proses melatih keadaan jiwa seseorang dalam melakukan
perbuatan secara konsisten untuk waktu yang lama sehingga memperoleh
kepuasan dan kesenangan dalam melakukannya tanpa adanya
pertimbangan.
Pembiasaan ini sebagai proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Dalam
pembiasaaan dapat menggunakan perintah, contoh atau tauladan, dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukum-hukum dan ganjaran.
Tujuan dari pembiasaan adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam
arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual), selaras
dengan norma-norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat
religius maupun tradisional dan kultural (Tohirin:2006).
8. Karakteristik Bahan Ajar Mata Pelajaran Aqidah
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu
teaching atau mengajar dan material atau bahan.
Paul S.Ache (1998) lebih lanjut mengemukakan tentang material
yaitu: Books can be used as reference material, or they can be used as
paper weights, but they cannot teach. (Buku dapat digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang
berbobot).
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan
ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Pendapat lain mengatakan definition of teaching material sebagai
berikut :
They are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching material. ( Anonim dalam Website).
Yang artinya bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks
yang diperlukan guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Secara teknis istilah bahan ajar dapat dikelompokkan kepada
jenis pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur,
keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus diajarkan oleh guru dan
harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Kementrian pendidikan nasional Republik Indonesia
menegaskan bahwa, bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
materials) adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas:2003).
Pemahaman bahan ajar sampai pada tingkat detail seperti itu
sangat diperlukan dalam menakar kesesuaian cakupan materi sesuai
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik.
Karakteristik bahan ajar aqidah yang baik sudah barang tentu,
bahan ajar yang dipakai dan diterapkan di dalam proses belaja mengajar
seyogyanya adalah bahan ajar yang baik. Demikian menurut badan
Nasional Standar Pendidikan, bahan ajar yang akan diterapkan
seyogyanya telah memenuhi kriteria tiga komponen kelayakan, yaitu :
kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian.
a. Kelayakan isi meliputi tiga hal, pertama bahwa substansi yang
dibahas mencakup kompetensi/subkompetensi yang relevan
dengan profil kemampuan tamatan; Kedua bahwa substansi yang
dibahas secara stuktur ilmu adalah benar, lengkap, dan aktual
meliputi fakta, konsep, prosedur, dan sikap/nilai; Dan ketiga bahwa
substansi sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
b. Kelayakan bahasa, yaitu bahwa tingkat kesulitan bahasa sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik.
c. Kelayakan penyajian, yaitu bahwa bahan ajar tersusun secara
sistematis: jelas, runtut, lengkap, dan mudah dipahami.
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya`qidu, `aqdan-
`aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kokoh. Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan, dan
keyakinan, dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga
yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul
di dalam hati (Muhaimin:2005).
Aqidah secara terminologis adalah urusan-urusan yang dibenarkan
oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam dalam lubuk jiwa
yang tidak dapat digoncangkan oleh badai-badai syubhat keragu-raguan
(Depag, 1995:1).
Dalam definisi lain disebutkan aqidah adalah sesuatu yang
mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram
kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan
dan keraguan.
Para ulama memberikan pengertian atau definisi aqidah
sebagaimana berikut: “maa aqoda `alaihi alqolbu wa adh-dhomir”.
Artinya : Sesuatu yang terikat kepadanya hati dan perasaan halus.
Didalam Tadzhib Syarah Ath-Thahawiyah (1998), dasar-dasar
akidah menurut ulama salaf disebutkan bahwa tauhid yang didakwahkan
para Rasul dan diturunkan dalam kitab-kitab suci mereka ada dua: (1)
tauhid dalam arti Al-Itsbat (penetapan) dan A1-Ma’rifat (pengenalan), (2)
tauhid Ath-Thalab (permohonan) dan Al-Qashdu (bertujuan). Sistematika
lain tentang pembagian bentuk-bentuk tauhid adalah sesungguhnya tauhid
ini meliputi tiga bentuk, yakni tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tauhid asma wa sifat (kedua jenis tauhid ini merupakan tauhid al-ma’rifat
wal-itsbat).
Pelajaran Aqidah merupakan salah satu pelajaran agama Islam
yang hanya dapat diperoleh di lembaga-lembaga pendidikan yang
berasaskan Islam, seperi Madrasah, sekolah Islam, pesantren, dan lain-
lainnya. Isi kandungan yang terdapat dalam mata pelajaran ini adalah
tentang Aqidah dan juga tentang budi pekerti ala islamiyah yang
berdasarkan atas Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Untuk pencapaian aqidah Islam, maka dibutuhkan metode
pencapaian yang khusus, mengingat aqidah Islam tidak hanya dapat
dimengerti dengan pendekatan empiris tetapi juga menggunakan
pendekatan supra-empiris. Karena itu metode pencapaian aqidah dapat
dilakukan dengan sebagaimana yang diterangkan (Muhaimin:2005),
yaitu:
a. Doktrin yang bersumber dari wahyu Ilahi yang disampaikan
melalui Rasul-Nya dan pesan Tuhan tersebut diabaikan dalam satu
kitab al-Qur'an yang secara operasional dijelaskan dengan sabda
Nabi.
b. Melalui hikmah (filosofis) dimana Tuhan mengarahkan
kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Tuhan dengan cara memperhatikan fenomena
yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan melalui
perenungan (kontemplasi) yang mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c. Melalui metode ilmiah, dengan memerhatikan fenomena alam
sebagai bukti adanya Allah.
d. Irfani'ah, yakni metode yang menekankan pada instuisi dan
perasaan hati seseorang setelah melalui upaya suluk (perbuata
yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu). Metode ini
membagi alam dalam dua kategori yaitu; 1) alam nyata yang dapat
diobservasi dan dieksperimen oleh ilmu pengetahuan modern
dengan metode ilmiah, dan 2) alam intuisi yang berkaitan dengan
jiwa yang tidak bisa ditundukkan dengan pengalaman atau
analogi.
Termasuk buku ajar yang banyak digunakan di pesantren adalah
karya tulis Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah Al-Wasithiyah”
menerangkan makna aqidah yaitu sesuatu perkara yang harus dibenarkan
oleh hati, yang dengannya jiwa dapat menjadi tenang sehingga jiwa itu
menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidak
dipengaruhi oleh syak wasangka (Muslich Shabir:1981).
Karakteristik bahan ajar di atas mengisikan bahwa Islam memiliki
dua dimensi yang utama sebagai dinullah yaitu seperangkat keyakinan
dan sebagai sesuatu yang diamalkan. Seperangkat keyakinan ini disebut
dengan aqidah dan sesuatu yang diamalkan adalah perpanjangan dan
implementasi dari aqidah.
Aqidah dalam perspektif sejarah merupakan bagian pertama dalam
ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Aqidah lebih dulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ditekankan daripada syari`at dilihat dari disampaikannya aqidah sejak
periode Mekkah, sedangkan syari`at baru ditanamkan pada periode
Madinah.
Aqidah merupakan ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh
kepadanya seseorang akan hidup dengan baik dan menggembirakan,
tetapi dengan meninggalkannya, maka matilah semangat kerohaniannya.
Aqidah juga merupakan perintis atau pendorong bagi amal-amal shalih,
sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Baqoroh ayat 177.
Aqidah secara etimologis berarti yang terikat. Setelah terbentuk
menjadi kata, aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan
tertanam di dalam lubuk yang paling dalam. Secara terminologis berarti
credo, creed, keyakinan hidup iman dalam arti khas, yakni pengikraran
yang bertolak dari hati.
Dengan demikian aqidah adalah urusan yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, menentreramkan jiwa, dan menjadi keyakinan
yang tidak bercampur dengan keraguan.
Karakteristik aqidah Islam bersifat murni, baik dalam isi maupun
prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini,, diakui dan
disembah. Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh dialihkan kepada
yang lain, karena akan berakibat penyekutuan yang berdampak pada
motivasi ibadah yang tidak sepenuhnya didasarkan ataas panggilan Allah.
Aqidah ini termanifestasi dalam kalimat thoyyibah (Laa Ilaaha Illallah).
Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perantara. Aqidah demikian yang akan melahirkan bentuk pengabdian
hanya kepada Allah, berjiwa bebas, merdeka dan tidak tunduk pada
manusia dan makhluk Tuhan lainnya.
Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan
misi pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang
ditentukan dari aqidahnya, mengingat amal saleh merupakan pancaran
dari akidah yang sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka
dalam kehidupan manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah
Islamiyah agar dapat menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di
akhirat. Prinsip aqidah yang dimaksud adalah:
a. Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala
dominasi yang lain.
b. Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir
hayat kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarka kepada orang
lain.
c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan
membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan,
sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.
d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk
mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam
al-Qur'an dan As-sunnah.
Pada umumnya, inti materi pembahasan mengenai akidah ialah
mengenai rukun iman yang enam, yaitu: iman kepada Allah, iman kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadhar. Hal demikian
sepeti yang dijelaskan dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim
mengenai dialog antara Nabi Muhammad dengan malaikat Jibril:
"…Jibril berkata: "beritahukanlah kepadaku tentang iman", Rasulullah
pun bersabda: "iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau
iman dengan qadha qadar, ketetapan baik maupun yang jelek…"
Aqidah atau keimanan yang dimiliki seseorang tidak selalu sama
dengan yang lainnya. Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung
pada upaya orang itu. Iman yang tidak terpelihara niscaya akan
berkurang, mengecil atau hilang sama sekali. Untuk itu perlu diketahui
sekaligus dipahami mengenai tingkatan-tingkatan aqidah :
1) Taklid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang
yang diikutinya tanpa dipikirkan.
2) Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil
yang jelas, tetapi belum menemukan hubungan yang kuat antara objek
keyakinan dan dalil yang diperolehnya.
3) Ainul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil
rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan
hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu
memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-
sanggahan yang datang. Hal demikian ditunjukkan orang yang yakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
karena telah melihat dengan mata kepala sendiri. (Yahya ibn
Syarifuddin An-nawawiyyi, Arba'in Nawawi fii Al-akhadits Ash-
shohihati Annabawiyah, Surabaya: miftah, hlm 14).
4) Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang disamping didasarkan
atas dalil-dalil rasional, ilmiah, mendalam, juga mampu membuktikan
hubungan antara objek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu
menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pangalaman
agamanya.
Materi pelajaran Aqidah yang ada di pondok pesantren di Negara
Indonesia banyak menggunakan bahan ajar kitab berbahasa Arab yang
berjudul "Al-Aqidah Al-Washitiyyah" yang mengacu pada beberapa
karakter penting berikut ini:
1) Keimanan Rububiyah.
2) Keimanan Ibadah.
3) Keimanan Asma` dan Sifat.
4) Jihad di jalan Allah.
5) Sebab-sebab murtadnya para individu dan penguasa muslim.
6) Mentaati para penguasa negeri kaum muslimin hari ini meskipun
mengingkari dan tidak mengakui kelebihan dan kesesuaian syariat
Alloh dengan perkembangan zaman dan perbedaan waktu.
7) Tetap patuh dan selalu menasehati para penguasa negeri muslimin
meski dzolim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
9. Karakteristik Kiai
Kata "Kiai" berasal dari bahasa jawa kuno "kiya-kiya" yang
artinya orang yang dihormati. Sedangkang dalam pemakaiannya
dipergunakan untuk: pertama, benda atau hewan yang dikeramatkan,
seperti kiai Plered (tombak), Kiai Rebo dan Kiai Wage (gajah di kebun
binatang Gembira loka Yogyakarta), kedua orang tua pada umumnya,
ketiga, orang yang memiliki keahlian dalam Agama Islam, yang mengajar
santri di Pesantren. Sedangkan secara terminologis menurut Manfred
Ziemnek pengertian kiai adalah "pendiri dan pemimpin sebuah pesantren
sebagi muslim "terpelajar" telah membaktikan hidupnya demi Allah serta
menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam
melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun pada umumnya di masyarakat
kata "kiai" disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam khazanah
Islam (Moch. Eksan:2000).
Menurut Abdur Rozaki (2004:87-88) karisma yang dimiliki kiai
merupakan salah satu kekuatan yang dapat menciptakan pengaruh dalam
masyarakat. Ada dua dimensi yang perlu diperhatikan. Pertama, karisma
yang diperoleh oleh seseorang (kiai) secara given, seperti tubuh besar,
suara yang keras dan mata yang tajam serta adanya ikatan genealogis
dengan kiai karismatik sebelumnya. Kedua, karisma yang diperoleh
melalui kemampuan dalam penguasaan terhadap pengetahuan keagamaan
disertai moralitas dan kepribadian yang saleh, dan kesetiaan menyantuni
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Kepemimpinan kiai di pesantren memegang teguh nilai-nilai luhur
yang menjadi acuannya dalam bersikap, bertindak dan mengembangkan
pesantren. Nilai-nilai luhur menjadi keyakinan kiai dalam hidup.
Sehingga apabila dalam memimpin pesantren bertentangan atau
menyimpang dari nilai-nilai luhur yang diyakini, langsung maupun tidak
langsung kepercayaan masyarakat terhadap kiai atau pesantren akan
pudar. Karena sesungguhnya nilai-nilai luhur yang diyakini kiai atau umat
Islam menjadi ruh (kekuatan) yang diyakini merupakan anugrah dan
rahmat dari Allah.
Menurut Dadi Permadi (2000:46-47) bahwa seorang kiai memiliki
empat gaya kepemimpinan yang sering dipergunakan untuk mengelola
lembaga pendidikan adalah; telling, consultating, participating dan
delegating. Keempat gaya tersebut merupakan dasar kepemimpinan
situasional.
10. Karakteristik Ustadz
Pengertian ustadz diambil dari bahasa Arab yang bermakna guru
atau pengajar. Adapun di pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga ustadz
bermakna lebih luas meliputi, guru dan pengasuh (musyrif) asrama.
Perbedaanya adalah mayoritas guru adalah sebagian orang yang telah
lulus dalam mendalami ilmu agama dari universitas-universitas, baik
dalam negeri ataupun manca negara. Sedangkan pengasuh asarama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
diambil dari alumni pesantren yang tengah menjalani kegiatan khidmah
(pengabdian). Ada beberapa karakteristik dari para ustadz, antara lain:
a. Dalam mengajar dan mengasuh pondok, benar-benar meluruskan niat
semata-mata untuk beribadah kepada Allah Ta`ala.
b. Berakhlak dan berperilaku dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Al Qur’anul Karim dan As Sunnah As Shohihah.
c. Melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, baik di kalangan para santri
maupun pengasuh sendiri.
d. Bertafaqquh fiddien untuk selanjutnya mengamalkan menurut
kemampuan.
e. Keseragaman berfikir bagi para pengasuh perlu diusahakan. Bila
terjadi perselisihan dalam suatu masalah dikembalikan kepada Alloh
dan Rosul-Nya (Al Qur’anul Karim dan As Sunnah As Shohihah).
f. Mengerti bahasa arab dan perjuangan Islam.
Menurut Imam Moedjiono (2002: 61-67) bahwa sifat-sifat terpuji
yang harus dimiliki oleh seorang pengajar agama (ustadz) berdasarkan
perspektif al-Qur'an meliputi:
a. Bepengetahuan luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada dan selalu
tanggap (QS. Al-Mujadalah:11).
b. Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al-Qur'an Surat
An-Nissa:58.
c. Bertanggung jawab (QS. Al-An'am:164).
d. Selektif terhadap informasi (QS. Al-Hujurat:16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
e. Senantiasa memberikan peringatan (QS. Adz-Dzariyat:55).
f. Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan (QS.As-Sajadah:24)
g. Suka bermusyawarah (QS. Ali Imran:159).
h. Istiqamah dan teguh pendirian (QS. Al-Ahqaf:13).
i. Senang berbuat kebaikan (QS. Al-Baqarah:195).
j. Selalu berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap
orang mukmin (QS. At-Taubah:128).
k. Kreatif dan tawakal (QS. Al-Qashash:77).
l. Mempunyai semangat kompetitif (QS. Al-Baqarah:148).
m. Estetik, berkepribadian baik dan berpenampilan rapih (QS. Al-
'Araf:31).
n. Selalu harmonis dan proporsional dalam bertindak (QS. Al-
Baqarah:190).
o. Disiplin dan produktif (QS. Al-'Ashr).
Sifat-sifat yang disebutkan di atas, memang tidaklah mungkin
dimiliki secara sempurna oleh setiap ustadz, kecuali pengajar agama yang
diangkat dan ditetapkan secara langsung oleh Allah. Seperti para Rasul
dan para Nabi. Kenyataannya tidak sedikit ustadz yang memiliki
kelemahan dan kekurangan. Namun demikian, semakin kita mengerti dan
memahami siafat-sifat yang terpuji, maka dapatlah mawas diri dengan
berusaha keras meningkatkan kemampuan dan mengikis habis
kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Keinginan yang jujur untuk memperbaiki diri sendiri bagi seorang
ustadz sangatlah penting agar tidak lalai dalam menjalankan amanat yang
dipikul. Sebagai pengajar agama, ustadz hidup di bawah pengawasan
Allah dan manusia. Segala yang dikatakan atau dilakukan tidak terlepas
dari pengamatan yang diteliti cermat Allah dan manusia di sekelilingnya.
Tindakan dan perilaku serta ucapan mengandung pesan, mengungkapkan
makna, atau mengajarkan dan mewariskan sifat-sifat untuk melakukan
sesuatu atau tidak.
11. Karakteristik Santri
Kata santri berasal santri berasal dari bahasa Tamil, yang
berarti guru mengaji, sementara pendapat lain menyatakan bahwa kata
santri berasal dari kata shastri (bahasa sansekerta) yang berarti orang
yang tahu buku-buku suci Agama Hindu atau buku-buku agama dan
buku-buku ilmu pengetahuan. Selanjutnya, ada dua pengertian tentang
santri secara luas dan sempit. Secara sempit santri berarti murid
atau siswa yang sedang belajar ilmu keagamaan islam dibawah asuhan
atau kiai atau ulama’, dengan cara bermukim di sebuah tempat yang
disebut dengan pesantren. Secara luas, Santri berarti seorang muslim atau
kaum muslimin yaitu golongan orang islam yang menjalankan ibadah
keagamaanya secara khafah sesuai dengan ajaran syariat islam yang
sesungguhnya (Wahid:2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan, tetapi di
beberapa pesantren, santri yang memiliki kelebihan potensi intelektual
(santri senior) sekaligus merangkap tugas mengajar santri-santri junior.
Santri ini memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu. Santri memberikan
penghormatan yang terkadang berlebihan kepada kiainya. Kebiasaan ini
menjadikan santri bersikap sangat pasif karena khawatir kehilangan
barokah. Kekhawatiran ini menjadi salah satu sikap yang khas pada santri
dan cukup membedakan dengan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa-
siswi sekolah maupun siswa-siswi lembaga kursus. Akan tetapi,
belakangan ini ada perkembangan baru dikalangan santri. Hasan
melukiskan bahwa kalau dulu semangat ruh al-inqiyat (semangat
mendengar dan patuh pada kiai dan guru) masih tinggi. Sedang sekarang
yang terjadi adalah semangat ruh al-intiqaa’ (sikap kritis
mempertanyakan). Jika pada awal pertumbuhan pesantren dulu santri
tidak berani bicara sambil menatapa mata kiai, maka sekarang
telah terlibat diskusi atau dialog dengan kiai mengenai berbagai
masalah. Tentu saja tidak semua santri pesantren memiliki kecenderungan
ini. Sikap santri pesantren sekarang ini ada dua macam, yaitu: (1) Sikap
taat dan patuh yang sangat tinggi kepada kiainya, tanpa pernah
membantah, sikap ini dimilki santri dan lulusan pesantren, (2) Sikap taat
dan patuh sekadarnya, sikap ini ada pada santri yang memperoleh
pendidikan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
12. Pengelolaan Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Irsyad
a. Aktifitas Formal (Sekolah)
Aktifitas formal persekolahan unit-unit pendidikan seperti tersebut
di atas berlangsung selama 6 hari sepekan (hari Jum’at libur). Setiap
harinya santri mendapatkan 10 jam pelajaran (masing masing 40 menit).
Kegiatan persekolahan ini berlangsung dari pukul 07.00 pagi hingga
17.00 sore, diselingi waktu jeda untuk shalat, makan siang serta istirahat.
Adapun sistem sekolah formal terdiri dari empat unit pendidikan, yaitu:
1) SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfizhul Qur’an)/Setingkat SD
Program unggulan: Tahfizhul Qur’an, Bahasa Arab Dasar.
Kurikulum: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA,
IPS, Olah Raga, Tauhid, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Tahfizh Al-
Qur’an, Do’a dan Dzikir sehari-hari, Komputer. Lulusan jenjang ini
memiliki Ijazah Nasional (SD) dan Pesantren.
2) MTW (Mutawasithoh)/Setingkat SMP
Program unggulan: Bahasa Arab.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz & Tajwid, Al-Qur’an
Hadits Nabi , Fiqh, Shiroh Nabi, Tadrib Lughawi, Khot & Imla’,
Nahwu, Shorof, Ta’bir & Insya’, Muthola’ah, Tadribat ‘Alal
Anmath, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi,
Geografi, Fisika, Ekonomi, Olah Raga, Sejarah Nasional, Komputer.
Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional (MTs) dan Pesantren.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3) IM (I`dad Muallimin)/Setingkat SMA
Program unggulan: Ilmu Syari’at Islam. Jenjang ini adalah program
lanjutan dari MTW dan I’dad Lughawi Pesantren Islam Al-Irsyad.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz Al-Qur’an, Hadits
Nabi , Akhlaq, Fiqh, Faroidh, Ushul Fiqh, Mustholahul Hadits,
Ulumul Qur’an, Nahwu & Shorof, Balaghoh, Muthola’ah, Adab &
Nushus, Ta’bir, Siroh Nabi, Tarikh Islam, Thuruqut Tadris, Tatbiqu
At-Tadrish, Fiqhu Ad-Dakwah, Praktek Dakwah, Olah Raga, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sejarah Dunia, Komputer.
Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional (Madrasah Aliyah) dan
Pesantren terakreditasi dari Universitas Islam Madinah Kerajaan
Saudi Arabia serta beberapa perguruan tinggi Islam di Timur-
Tengah.
4) IL (I’dad Lughowi)
Program unggulan: Bahasa Arab Intensif.
Jenjang ini adalah program pendidikan selama satu tahun sebagai
persiapan masuk jenjang IM.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz dan Tajwid Al-
Qur’an, Hadits Nabi, Fiqh, Tadrib Lughowi, Tadribat ‘Alal Anmath,
Khot & Imla’, Ta’bir & Insya’, Nahwu, Shorof, Shiroh Nabi.
Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Pesantren.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Aktifitas in-Formal (Luar Sekolah)
Aktifitas ekstra kurikuler para santri Pondok Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga baik di dalam maupun di luar pondok dikelola oleh
bagian kesantrian. Bagian ini mempunyai struktur kepengurusan yang
tersendiri. Secara operasional tugas-tugas unit kesantrian dijalankan oleh
QST (Qismu Su`un At-Thullab), organisasi santri Jam`iyah Tholabah
(sejenis OSIS di SLTP/SLTA umum). Tugas QST memang untuk
membantu pimpinan pondok Pesantren dalam pengurusan aktifitas non-
formal pondok.
Deskripsi tentang aktifitas tersebut secara lebih detail dapat
dikelompokkan dalam jadwal rutin harian, jadwal mingguan, jadwal
bulan dan jadwal setengah tahunan.
1) Jadwal Rutin Harian
Untuk Jadwal rutin harian secara rinci di Pondok Pesantren Al-
Irsyad Salatiga adalah sebagai berikut:
03.30-04.30 Persiapan sholat shubuh berjama’ah.
04.30-04.45 Sholat subuh berjama`ah dan Qiroatul (membaca) Al-
Qur’an.
04.45-05.45 Olah raga/ kerja pagi/mandi.
06.00-06.45 Makan pagi/persiapan sekolah.
07.00-13.00 Masuk sekolah (9 jam pelajaran).
13.00-13.30 Shalat dhuhur berjamaah.
13.30-14.00 Makan siang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
14.00-15.00 Tidur siang/kursus.
15.00-15.45 Shalat ashar berjamaah.
15.50-17.10 Masuk sekolah (1 jam pelajaran).
17.10-17.30 Olah raga/mandi/kerja sore.
17.30-18.15 Shalat maghrib berjamaah.
18.15-19.00 Pengajian kitab / muhadloroh.
19.00-19.45 Shalat isya’ berjamaah.
19.45-20.00 Persiapan belajar/makan malam.
20.00-22.00 Belajar di asrama masing-masing.
22.00-04.00 Tidur.
Selain aktifitas umum intern pondok tersebut. Sebahagian santri
mempunyai kegiatan ekstra harian yakni memberikan pengajian kepada
masyarakat di luar pondok. Materi pengajian dikonsentrasikan kepada
Pemberantasan Buta Huruf Al Qur’an (PBHA). Pondok Pesantren
memberi batasan lokasi paling jauh radius 50 Km dari pesantren . Waktu
pelaksanaan setelah ashar hingga isya. Aktifitas yang dijadikan ajang
latihan dan persiapan untuk terjun ke masyarakat.
2) Jadwal Mingguan
Ada beberapa macam kegiatan mingguan. Yang pertama adalah
pengajian sistem sorogan (tradisional). Secara rutin jenis pengajian ini
diadakan setiap selesai sholat Maghrib hingga Isya, dikenal dengan
pengajian tausiyah (bermakna saling menasihati). Namun tidak seperti
pesantren salaf (tradisional) pada umumnya, sistem pengajaran sorogan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
di Pondok Pesantren ini tidak mengacu pada kitab khusus dengan guru
yang khusus pula serta tata cara yang yang monoton dan kaku. Tausiyah
lebih longgar, mirip pengajian/ ceramah biasa. Materi pengajiannyapun
lebih bervariasi (tergantung kepada pilihan penceramah yang diberi
tugas). Dengan demikian pilihan materi menjadi longgar begitu juga cara
penyampaian materi.
Jenis aktifitas mingguan yang kedua adalah praktek khitobah
(berpidato). Pidato dilakukan dalam 3 bahasa, Indonesia, Arab dan
Inggris. Waktunya pelaksanannya setiap hari Kamis sore dan malam
harinya. Aktifitas ketiga adalah Muhawaroh yakni latihan praktek
berbahasa resmi secara massal setiap Jum’at pagi. Ketiga aktifitas
tersebut di atas dilakukan baik oleh santri MTW maupun IL.
Sebenarnya masih ada aktifitas mingguan lainnya yakni olahraga
(diantaranya bela diri, sepak bola, renang, hiking dan badminton).
3) Jadwal Bulanan
Jadwal bulanan yang amat menggembirakan para santri adalah
kesempatan refreshing ke luar pondok. Setiap sebulan sekali di hari
Jum’at dari pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, santri dengan perizinan
yang ketat diberi kesempatan rekreasi keluar. Dalam waktu terbatas ini
biasanya dihabiskan santri untuk jalan jalan ke pasar, pertokoan,
supermarket atau mengunjungi kawan, sanak famili atau kerabat lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
4) Jadwal Setengah Tahunan
Jenis kegiatan meliputi antara lain : Hiking, long march (siahah),
mendaki gunung dengan AULITA (Santri Pencinta Alam) sebagai
organisasi pendukungnya dan Rihlah (studi tour). Kegiatan ini biasanya
berupa kunjungan ke berbagai lokasi dan dimaksudkan untuk menambah
wawasan santri.
c. Kelanjutan Studi
Setelah mendapatkan akreditasi (mu’adalah) dari Universitas
Islam Madinah KSA, lulusan Pesantren Islam Al-Irsyad mempunyai
peluang besar untuk melanjutkan di sana. Semenjak berdiri hingga
sekarang lulusan Pesantren Islam Al-Irsyad banyak diterima di
Universitas, Madinah, Mesir, Sudan, LIPIA serta berbagai perguruan
tinggi dalam dan luar negeri. Lulusan Pesantren Islam Al-Irsyad juga
dapat langsung berperan untuk berdakwah di tengah-tengah masyarakat
dengan bekal ilmu yang telah diperoleh.
d. Fasilitas Pesantren
Untuk menunjang tercapainya kualitas pendidikan yang optimal,
Pesantren Islam Al-Irsyad menyediakan fasilitas diantaranya: kampus
terpadu, asrama representatif, laboratorium komputer, perpustakaan,
laundry, lapangan olah raga, pelayanan kesehatan, kantin, sumber air
artesis, wartel, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B. Penelitian Relevan
Dalam penelitian ini peneliti juga menjadikan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. Pertama
ialah hasil penelitian yang berjudul “Proses Internalisasi Nilai-Nilai Islam
Dalam Membentuk Kepribadian Siswa” oleh Imam Zamroni (2007) dalam
penelitiannya di SMP Roudhotul Aqo`idi Bangil menemukan beberapa cara
untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam yaitu dengan memberikan tauladan
yang baik, menciptakan lingkungan yang baik, membiasakan menjalankan
budaya-budaya Islam dan memberikan kegiatan yang bersifat islami. Dari hasil
penelitian tersebut, Zamroni sebatas memaparkan beberapa teknik internalisasi
nilai yang ada di SMP Roudhotul Aqo`idi Bangil. Untuk itu peneliti
memfokuskan objek penelitiannya hanya pada metode pembiasaan guna
mendapatkan gambaran secara detail terhadap metode tersebut dalam
menginternalisasikan nilai-nilai keislaman.
Siti Uswatun Chasanah (2006) dalam penelitian yang berjudul
“Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembinaan Mental Melalui
Pembiasaan Dan Keteladanan Di Yayasan Panti Asuhan Hajjah Khodijah
Sumberpasir Pakis Malang” menyimpulkan berdasarkan temuan penelitiannya
di sebuah panti asuhan, bahwa internalisasi nilai-nilai agama Islam melalui
pembiasaan dan keteladanan di panti asuhan Hajjah Khodijah Malang
dibuktikan dengan adanya serangkaian jam kegiatan rutin yang harus
dilaksanakan dan ditaati oleh seluruh penghuni panti asuhan. Penelitian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
masih terbuka peluang untuk penelitian lebih lanjut, karena peneliti sebelumnya
belum memaparkan tingkat keberhasilan penggunaan metode tersebut. Maka
penelitian selanjutnya akan membahas juga mengenai hasil yang dicapai dari
pembiasaan.
Temuan dari hasil penelitian Muhaimin (2002) yang berjudul
“Paradigma Pendidikan Islam” menyatakan bahwa kegiatankegiatan
keagamaan dan praktek keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan
rutin (istiqomah) di sekolah dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan
nilai-nilai agama secara baik pada diri sivitas akademika SMUN di kota Malang.
Sehingga agama menjadi sumber nilai dan pegangan untuk bersikap dan
berperilaku dalam lingkup pergaulan, belajar, olah raga, dan lain-lain.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas menunjukkan
bahwa suatu penelitian agar lebih terarah, diperlukan kerangka berpikir yang
jelas. Adapun kerangka pikir yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Bahwasanya Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga adalah satu
lembaga pendidikan yang tersohor dengan pemahaman aqidah Islam yang kuat
dan detail di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Bahkan banyak
daripada santri dan alumni menjadi pakar dalam bidang aqidah (tauhid). Lain
dari pada itu, dengan mengakarnya aqidah pada jiwa dan kepribadian mereka,
bukan hal mustahil jika beberapa santri pesantren Al-Irsyad Salatiga menjadi
Pondok Pesantren
Al-Irsyad Salatiga
Kiai
(Mudir Ma’had)
Internalisasi Santri / Siswa
Muslim Multazim
(beraqidah kuat)
Pelajaran Aqidah
(tauhid)
Proses
Pembelajaran
Lingkungan
Pembelajaran
Ustadz
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
muslim multazim,. Artinya senantiasa teguh dan iltizam di dalam mengamalkan
dan mendakwahkan ajaran aqidah tersebut. Dan ini adalah poin terpenting yang
membedakan pesantren Al-Irsyad Salatiga dengan pesantren-pesantren lain di
Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari proses pembelajaran yang ada di
pesantren tersebut, meliputi metode pembelajaran, sarana dan model
pembelajaran serta lingkungan yang kondusif. Ditambah dengan peranan
seorang kiai dan jajaran guru (ustadz) di dalam menerangkan mata pelajaran
aqidah tersebut. Sehingga peneliti ingin meneliti segala aspek dari sistem
pembelajaran aqidah yang diampu oleh kiai dan para ustadz sekaligus
internalisasi nilainya pada pola pikir dan perilaku santri berkenaan dengan
kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Strategi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
analisis data dinyatakan dalam deskriptif fenomena bukan diperhitungkan
angka statistik (Sutopo, 2000:31). Menurut Gormen Clayton (Santana,
2007:29-30), penelitian kualitatif seperti kenyataan yang berarti membuat
berbagai kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif (peneliti)
yang partisipatif di dalam berbagai kejadiannya. Serta menggunakan
penginduksian dalam menjelaskan gambaran fenomena yang diamati.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan karakter penelitian kualitatif diantaranya:
a. Natural setting, artinya keadaan lingkungan suatu peristiwa terjadi
secara alami tanpa ada campur tangan dari peneliti. Setting yang
dimaksud adalah proses pembelajarn di pondok pesantren Al-Irsyad
Salatiga, diangkat dalam penelitian ini apa adanya tanpa ada unsure
rekayasa.
b. Human Instrument, yang dijadikan narasumber untuk memperoleh
data adalah manusia dengan teknik pengumpulan data berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
wawancara dan observasi narasumber yang peneliti temui. Teori yang
dibangun adalah teori yang berdasarkan azas analisis induktif, artinya
penarikan kesimpulan terhadap suatu gejala baru dapat dilakukan
setelah mengadakan pengamatan dari gejalan tersebut.
c. Teknik Cuplikan, pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan
teknik purposive sampling dengan teknik cuplikan. Pengambilan
sampel dalam penelitian kualitatif bermaksud menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai dan bangunannya (Moeleong,
2000:165). Penelitian dalam pengambilan sampel memilih informan
yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam dan dapat
dipercaya sebagai sumber data yang mantap.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Peneliti mengambil lokasi di Pondok Pesantren Al-Irsyad Salatiga
tersebut karena di pesantren tersebut bagi penulis sangat layak dijadikan
objek dari penelitian ini. Adapun alasannya:
a. Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga merupakan pesantren yang
dapat dikatakan berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat
diketahui dari jumlah santri dan fasilitas yang terus berkembang.
b. Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga dikenal akrab dengan
kuatnya mencetak kader Islam beraqidah kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
c. Alumni Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga terkenal dengan pola pikir
dan berperilaku muslim multazim sesuai dengan ajaran Islam.
d. Selain mendalami kitab salaf pesantren Al-Irsyad Salatiga juga
menggunakan pembelajaran modern, yaitu mengikuti pendidikan
umum dibawah naugan Diknas dan Depag.
e. Lokasi penelitian berada di lereng gunung Merbabu, sehingga terasa
nyaman dari hiruk pikuk perkotaan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai dengan
bulan Mei 2011 dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a. Observasi awal.
b. Persiapan instrument dan ijin penelitian.
c. Pengumpulan data.
d. Analisa dan verifikasi data.
e. Penyusunan laporan penelitian.
C. Kehadiran Peneliti
Selain sebagai instrument, kehadiran peneliti juga memposisikan diri
sebagai siswa namun diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aktifitas peneliti maupun yang diteliti. Waktu penelitian di adakan pada jam-jam
kegiatan formal dan informal Pesantren Al-Irsyad Salatiga yaitu dari pukul 03.00
pagi sampai 22.00 WIB, dengan waktu penelitian tersebut sehingga peneliti dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
mengamati secara penuh dan langsung tentang bentuk-bentuk kegiatan yang ada
di pesantren Al-Irsyad Salatiga.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai instrument
penelitian dan siswa. Sebagai instrument penelitian, peneliti sendiri (human
instrument) diasumsikan bahwa data dan informasi secara rasional dapat
dipertanggung jawabkan, sebab peneliti sendiri berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan sumber informasi baik secara fisik (adaption) maupun secara
kejiwaan (adjustment) sedangkan sebagai siswa peneliti hanya mencatat segala
informasi yang diperoleh tanpa boleh mengatur informan.
Secara garis besar Nasution (1988:33) mengatakan bahwa terdapat tiga
tahapan penelitian yaitu; tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member
check.
1. Tahap Orientasi
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap orientasi adalah:
a. Melakukan peninjauan (surve) ke lokasi.
b. Melakukan studi dokumentasi dan studi kepustakaan sehubungan
dengan karakteristik masalah yang akan di susun ke dalam pra-desain.
c. Setelah menjalani seminar pra-desain dan konsultasi desain, maka
proses penyusunan tesis mulai dilaksanakan.
2. Tahap Eksplorasi
Kegiatan dalam tahap eksplorasi ini merupakan data di lokasi,
yaitu:
a. Melakukan wawancara mendalam dengan key informan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Melakukan wawancara dan mempelajari dokumentasi secara intensif
dengan wakil kepala sekolah dan informan lainnya.
c. Melakukan observasi (non-participant) yang mendukung kinerja
sekolah seperti penataan dan pendayagunaan sarana prasarana,
hubungan sekolah dengan lingkungan.
3. Tahap Member-Check
Kegiatan member-check dilakukan setiap selesai memperoleh data
dan informasi baik melalui observasi dan wawancara maupun studi
dokumentasi. Responden diberikan kesempatan untuk menilai kembali
data dan informasi yang telah diberikannya, apakah ada data atau
informasi baru untuk dilengkapi atau merevisi data dan informasi yang
ada. Data yang diangkat dan dokumentasi dilakukan audit trail dengan
maksud men-chek keabsahan data sesuai dengan aslinya.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data adalah setumpuk catatan diskripsi beragam informasi yang
telah dikumpulkan dari kegiatan studi (penggalian dan pengumpulan data)
di lapangan, (Sutopo, 2008:87).
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang
karakteristik fisik sekolah yang unggul, karakteristik pendidikan guru,
karakteristik kompetensi guru serta karakteristik reward dan punishmen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Data penelitian etnografi seperti halnya dengan penelitian kualitatif
atau naturalistik diperoleh dari sumber data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
metode yang bersifat interaktif dan non interaktif. Teknik interaktif terdiri
dari wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta, sedangkan
yang non interaktif meliputi pengamatan tak berperan serta, analisis,
dokumen dan arsip.
2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002:107). Menurut Lofland dalam
(Meleong, 2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian etnografi adalah narasumber
(informan), peristiwa (aktivitas), tempat (lokasi), benda atau rekaman,
dokumen dan arsip (Sutopo, 2002:50). Sumber data dalam penelitian ini
meliputi:
a) Informan
Informan adalah orang yang dipandang mengetahui
permasalahan yang akan diteliti dan bersedia untuk memberikan
informasi terkait. Adapun informan di penelitian ini adalah adalah kiai
(menjabat mudir), ustadz, pembina asrama dan santri. Sedangkan key
informan atau tokoh kunci dalam penelitian ini adalah kiai sekaligus
mudir (pengasuh pon-pes), jajaran ustadz yang memimpin program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pembelajaran di pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga, musyrif
(pembina asrama), dan santri.
b) Peristiwa dan Lokasi
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak lepas dari
wawancara dan observasi lapangan yang melibatkan tempat, pelaku
dan peristiwa yang terjadi. Dengan adanya peristiwa peneliti dapat
menegtahui secara langsung persoalan yang terjadi. Adapun tempat
dan lokasi dari penelitian di Pondok Pesantren Al-Irsyad Salatiga.
c) Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah merupakan data tambahan,
bukan hanya berupa tulisan saja melainkan juga dapat berupa foto,
arsip bahan ajar aqidah, rekaman dan video atas aktivitas dan
wawancara terhadap koresponden.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghimpun atau mengumpulkan data yang dibutuhkan sebagai
bahan pembahasan dan analisis, dalam penelitian ini digunakan metode-metode
sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam (in depth interviewing)
Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat,
tidak dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang sama (Patton, 1980). Pertanyaan yang diajukan semakin fokus
sehingga informasi yang bisa dikumpulkan semakin rinci dan mendalam.
2. Metode Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung ke lapangan, pada objek penelitian
(dengan melakukan pencatatan sistematis mengenai fenomena yang
diteliti) (Surahmad:162). Data yang hendak dihimpun melalui observasi
pada dasarnya sama dengan data yang ingin dihimpun melalui metode
wawancara, yaitu data tentang bentuk, situasi, serta karakteritik interkasi
pembelajaran di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Tetapi dalam observasi
memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh
narasumber peneliti, hidup pada saat ini, menangkap arti fenomena dari
segi pengertian narasumber, serta menangkap kehidupan budaya dari segi
pandangan dan panutan narasumber penelitian.
Selain itu, dengan observasi memungkinkan peneliti merasakan
apa yang dirasakan dan dihayati oleh narasumber serta memungkinkan
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama dengan pihak
narasumber, singkatnya, penggunaan metode observasi dimaksudkan
untuk memperkuat temuan data yang dihasilkan melalui wawancara.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang dipandang relevan
dengan permasalahan yang di teliti (Arikunto:2006). Metode dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data tentang situasi dan
kondisi umum pesantren Al-Irsyad Salatiga sebagai seting penelitian.
F. Teknis Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan
bagi orang lain (Muhadjir, 2002:142). Dalam konteks penelitian kualitatif,
analisis data kualitatif, menurut Moleong (2006:248) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan atau unit yang dapat dikelola, mensistesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Miles dan Hubermen dalam Sutopo (2002:91) menjelaskan bahwa dalam
proses analisis data kualitatif terdapat tiga kegiatan utama yang saling berkaitan
dan terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan tau verifikasi. Proses tersebut meliputi:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabsrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan. Selain itu reduksi data dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisir data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data
Penyajian data merupakan bagian dari analisis dengan maksud agar
data atau informasi yang telah terkumpul dapat tersusun dalam bentuk
yang padu. Dalam penelitian ini data yang sudah direduksi disajikan dalam
bentuk teks naratif, matriks dan gambar. Dengan bentuk yang padu akan
lebih memungkinkan bagi peneliti untuk menarik kesimpulan.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan selama dan sesudah penelitian.
Penarikan tersebut berdasarkan fenomena pada pola-pola hubungan antar
fenomena. Jika belum diketemukan atau belum jelas hubungan antar
fenomena, maka peneliti akan kembali ke lapangan mengadakan
klarifikasi.
Dalam penelitian ini, proses analisis data, seperti halnya proses
pengumpulan dan pengolahan data, dilakukan secara bertahap (multistage and
multilevel). Analisis dimulai sejak pengumpulan data. Setiap informasi yang
diperoleh diuji silang melalui komentar informan yang berbeda atau melalui
observasi untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi lanjutan.
Selanjutnya, data dikategorisasikan sesuai dengan tipe pola pembelajaran akan
diketahui perbedaan interaksi pembelajaran pada situasi yang berbeda. Semua
data yang telah terkumpul, disaring, disusun dalam kategori-kategori dan diuji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
silang, kemudian ditafsirkan dengan cara saling menghubungkan data yang
disusun dalam kategori-kategori untuk menemukan “hubungan inti”. Melalui
cara inilah proses penyimpulan dibuat, (Miles dan Huberman 1992:15-16).
Secara lebih rinci, langkah-langkah dalam proses dan mekanisme analisis
data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia yang diperoleh melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
2. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengna jalan membuat abstraksi,
yakni membuat rangkuman inti.
3. Memilah-milah dan menyusun data dalam satuan-satuan atau unit-unit yang
dapat dikelola.
4. Mengklasifikasikan data yang telah tersusun menjadi unit-unit data itu ke
dalam kategori-kategori tertentu, yang disertai dengan melakukan koding.
5. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
6. Menafsirkan data dengan mengolah hasil sementara menjadi teori subtantive,
dengan menggunakan metode tertentu.
Dalam melakukan analisis data dengan langkah-langkah tersebut diatas,
metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis. Metode
deskriptif-analitis adalah metode analisis data yang proses kerjanya meliputi
penyusunan data (deskripsi) dan penafsiran data atau menguraikan secara
sistematis sebuah konsep atau hubungan antar konsep. (Zubair dan Baker,
1990:165).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
G. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah konsep penting dalam paradigma penelitian yang
diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas)
menurut paradigma penelitian kuantitatif (Moleong, 2006:231). Untuk
menetapkan keabsahan data (trustworthisness) data diperlukan teknik
pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan pada empat
kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability) dalam penelitian kualitatif sama dengan kriteria
validitas internal dalam penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian ini validitas atau keabsahan data diperiksa dengan
metode triangulasi. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan
baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda
akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu,
triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh
peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi
sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri
merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat
tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak
pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami
gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia seorang
peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti
mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran
utuh.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan
data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2004:178).
Triangulatian menurut Patton (Moleong, 2004:178–179) dibagi menjadi empat,
yaitu :
1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara
yang dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu.
2. Triangulasi Metode, yaitu dengan menggunakan dua strategi; (1)
pengecekan terhadap derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi Peneliti, yakni dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan.
Pengambilan data dilakukan oleh beberapa orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4. Triangulasi Teori, yakni melakukan penelitian tentang topik yang sama dan
datanya dianalisa dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang
berbeda.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Adapun modus triangulasi pada penelitian ini adalah: (1) membandingkan
atau menguji silang (cross chek) data hasil wawancara dari santri, ustadz satu
dengan yang lain, (2) melakukan uji silang antara data hasil wawancara bersama
santri, ustadz dengan keterangan yang diperoleh dari kiai (menggunakan sumber
data ganda), (3) membandingkan data hasil wawancara bersama santri, ustadz,
kyai dengan data hasil observasi (menggunakan metode ganda).
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
adalah triangulasi metode dan sumber, yaitu dengan cara mengkonfirmasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
ulang informasi hasil wawancara dengan dokumentasi dan observasi. Data
penelitian yang diperoleh dari sumber yang berbeda melalui wawancara
dikonfirmasi ulang dengan data yang diperoleh melalui observasi dan
dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data yang
absah setelah melalui proses penyilangan informasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis
yang bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB IV
DESKRIPSI PESANTREN ISLAM AL-IRSYAD SALATIGA
DAN HASIL PENELITIAN
Pada BAB IV hasil penelitian akan dibahas yang pertama tentang
dekripsi tentang profil Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga, Jawa Tengah.
Yang kedua peneliti mendeskripsikan tentang proses pembelajaran di Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga, yang membahas dari rencana pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran yang peneliti
awali dengan karakter kepala pesantren (mudir) dan jajaran ustadz (guru),
metode pembelajaran dan sumber belajar aqidah yang di pergunakan.
Selanjutnya yang ketiga, mendeskripsikan materi aqidah yang diajarkan di
pesantren tersebut. Kemudian yang keempat peneliti mendeskripsikan
lingkungan belajar yang terdapat di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga. Untuk
yang terakhir peneliti mendeskripsikan internalisasi nilai mata pelajaran aqidah
(tauhid) pada para santri.
A. Profil Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Pesantren Islam Al-Irsyad didirikan oleh Pengurus Al-Irsyad cabang
Semarang, dimulai pada pada hari Rabu tepatnya pada tanggal 1 Muharam 1408
Hijriyah bertepatan dengan 26 Agustus 1986 Masehi dengan dimulainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pembangunan kelas-kelas kemudian mulai dipergunakan untuk kegiatan
pembelajaran pada bulan Dzulqa'dah 1409 Hijriyah bertepatan dengan bulan Juli
1988 Masehi. Hal ini didasarkan atas kebutuhan akan pentingnya ilmu syar'i
sebagai lentera dan penerang dalam kegelapan dikarenakan sudah banyaknya
ulama yang dicabut dari muka bumi ini sehingga diperlukan penerus-penerusnya
untuk membimbing, mendidik dan mengajar manusia serta membentengi mereka
dari pengaruh-pengaruh pandangan barat dan kristenisasi. Bukan suatu hal yang
mengejutkan jika sudah banyak manusia terjerumus dan tenggelam dalam jeratan
Nasrani, kemusyrikan, bid'ah dan maksiat yang merajalela.
Melihat keadaan yang demikian maka Syaikh Umar bin Ali bin Abdat
sebagai pencetus pendirian pesantren memulai membeli sebidang tanah untuk
pembangunan dan menghubungi beberapa dai dan penyumbang untuk
menindaklanjuti proposal pembangunan fasilitas-fasilitas pesantren lainnya.
Adapun rasa perhatian dan rasa simpatik datang juga dari yang mulia syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah Al-Ammari Mudir Ma'had Ulum Al-Islamiyah Al-
Arobiyah (LIPIA) Jakarta, semoga Allah memberkatinya sebagaimana telah
membukakan jalur untuk masuknya bantuan baik dari segi materi maupun
rohani. Dari sinilah terbukalah kerjasama dengan berbagai lembaga dakwah dan
tarbiyah, dalam hal ini Yayasan Ihyaut Thurots Al-Islami Kuwait yang memiliki
andil besar dalam perealisasian proposal. Adapun pesantren terletak di lereng
Merbabu dengan pemandangan yang asri dan menyejukkan tepatnya di desa
Butuh Tengaran Kabupaten Semarang, 8 km dari kota Salatiga yang merupakan
markas besar kristenisasi Asia Tenggara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pesantren memiliki beberapa jenjang pendidikan, yaitu : Mutawasitah
(MTW) yang setingkat dengan MTs/SLTP, I'dad Muallimin (IM) yang setingkat
dengan MA/SLTA, I'dad Lughawi (Pendidikan bahasa Arab selama satu tahun).
Pada awalnya mayoritas alumni Pesantren Islam Al Irsyad Salatiga hanya
melanjutkan studinya ke lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah seperti
Universitas Islam Madinah di Saudi Arabia, Universitas Al-Azhar di Mesir dan
Universitas Khartoum di Sudan serta Lembaga pendidikan tinggi yang
merupakan cabang dari Lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah misalnya
LIPIA (Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Arab) di Jakarta yang merupakan
cabang dari Universitas Ibnu Saud di Riyadh, Saudi Arabia.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan juga untuk memenuhi
aspirasi dari berbagai kalangan, terutama agar para lulusan Al-Irsyad Salatiga
dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Agama maupun Perguruan Tinggi
Umum di Indonesia, maka pada tahun 1999 dibukalah Madrasah Aliyah
Keagamaan dengan ijin dari Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa
Tengah bernomor statistik 312332202370.
Dalam perkembangannya Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Irsyad
Salatiga telah meluluskan sebanyak tujuh kali dengan tingkat kelulusan 100 %.
Hal ini tentunya karena didukung oleh adanya Sumber Daya Murid dan Sumber
Daya Guru yang berkualitas serta adanya sarana dan prasarana yang memadahi.
2. Letak geografis Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Pesantren Islam Al-Irsyad (PIA) Salatiga yang terletak di lereng gunung
Merbabu memiliki hawa yang sejuk, merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang masih baru di daerah Jawa Tengah, dibandingkan dengan pesantren lainnya.
Secara geografis terletak di jalur strategis jalan Solo - Semarang Km 45 tepatnya
di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa
Tengah, jaraknya yang hanya 300 meter dari jalan raya Solo-Semarang
memudahkan untuk dijangkau oleh siapapun baik, didukung pula dengan
vitalnya peranan jalan tersebut karena merupakan lalu lintas utama
menghubungkan kota Surakarta dengan Semarang.
Bentangan tanah seluas kurang lebih 5.5 hektar, dilingkari dengan pagar
tembok batako, sehingga merupakan satu kesatuan tersendiri. Adapun batas-batas
pesantren Al-Irsyad Salatiga sebagai berikut :
1) Sebelah Utara dibatasi oleh kecamatan Tengaran.
2) Sebelah Selatan dibatasi oleh kelurahan Nobo.
3) Sebelah Barat dibatasi oleh kelurahan Kembang Sari
4) Sebelah Timur dibatasi oleh kelurahan Patemon.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa letak pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga strategis dan kondusif, adapun alamatnya adalah desa Butuh
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang atau PO BOX 134 Salatiga kode pos
50700 nomor telephon (0298) 321658, 313616 faximale 312456. (Hasil
observasi tanggal 10 April 2011).
Agar lebih jelas dapat di lihat pada peta Pesantren Islam Al-Irsyad berikut
ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Catatan :
- Dari Semarang ke Pesantren ± 55 km
- Dari Solo ke Pesantren ± 45 km
- Dari Salatiga ke pesantren ± 8 km
(Hasil observasi internet, http://www.alirsyadtengaran.com, tanggal 09 April
2011).
3. Tujuan Khusus dan Umum Pesantren
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga sejak didirikannya memiliki beberapa
tujuan di antaranya :
a. Tujuan Khusus yaitu :
1) Mempersiapkan generasi muslim dan dai yang memiliki prinsip dan pedoman
aqidah ahlu al-sunnah wa al-jama`ah.
2) Mengenalkan kepada khalayak masyarakat akan pentingnya syari`at Islam yang
sempurna, terlepas dari berbagai bentuk-bentuk kesyirikan, khurafat, bid`ah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pemahaman-pemahaman yang menghancurkan serta pemikiran-pemikiran yang
merusak Islam.
3) Menghidupkan metode ilmiah yang shahih bersandarkan pada al-Qur´an dan al-
Sunnah sesuai pemahaman salaf al-ummah diantara masyarakat Indonesia.
4) Mengajak umat Islam dalam memberikan pengajaran dan pendidikan berdasarkan
pandangan Islam sesuai pemahaman salaf al-ummah.
5) Memberikan wawasan keilmuan umum dan keahlian aplikatif bagi santri sebagai
bekal dakwah dan hidup bermasyarakat.
b. Tujuan Umum yaitu:
1) Mengajarkan kepada masyarakat ‘Ulum Islamiyyah yang berasal dari sumber-
sumber yang terpercaya berupa kitab dan as-sunnah sesuai pemahaman salaf al-
ummah.
2) Mengenalkan dan memberikan kesadaran bagi masyarakat Indonesia akan
pentingnya bahasa Arab.
3) Membentuk generasi Islam yang mampu berdakwah dan hidup mandiri di
masyarakat.
4. Fasilitas pendidikan yang tersedia.
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga menyediakan sarana-sarana penunjang
pendidikan dari berbagai aspek antara lain :
a. Tempat Pendidikan : kampus terpadu 2 lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
b. Staf pengajar terdiri dari : syeikh dari Arab Saudi, alumni Timur Tengah,
Alumni LIPIA, alumni Perguruan Tinggi : UGM, UNES, UMS, Al-Aqidah
Jakarta, Undaris Semarang dan alumni Pesantren Islam Al-Irsyad.
c. Fasilitas praktek bahasa, komputer, Biologi.
d. Pendidikan komputer untuk semua jenjang.
e. Sarana penunjang, meliputi : masjid berkapasitas 1500 jamaah,
perkantoran 2 lantai, sarana olahraga (lapangan sepakbola, futsal, basket, bulu
tangkis, folly, takraw), toko buku dan alat tulis dan kantin, koperasi pondok
pesantren, mini market, listrik PLN dan diesel, sumber air artesis, pelayanan
kesehatan tanpa dipungut biaya, pakaian dicucikan, asrama representatif 3 lantai,
makan 3 kali sehari, air minum meneral.
(Observasi pada tanggal 27 April 2011)
Adapun keadaan sarana dan prasarana lebih jelasnya terdapat pada tabel
berikut:
N
O NAMA BARANG
JML
N
O NAMA BARANG JML
1 Ruang Mudir Umum 1 Lokal 21 Mobil 3 Buah
2 Ruang Kepala MTW 1 Lokal 22 Sepeda Motor 1 Buah
3 Ruang Guru MTW 1 Lokal 23 Ruang Makan 2 Lokal
4 Ruang Kepala Mu'alimin 1 Lokal 24 Ruang Pencucian 1 Lokal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
5 Ruang Guru Mu'alimin 1 Lokal 25 Kantin 3 Lokal
6
Ruang Kesantrian 1 Lokal
26
Lapangan Sepak
Bola
Lapangan Futsal
1 Lokal
4 Lokal
7 Ruang Service 1 Lokal
27Lapangan Bola
Volley
1 Lokal
8 Ruang Personalia &
Kepegawaian
1 Lokal28
Lapangan Bulu
Tangkis
2 Lokal
9 Ruang Akuntansi &
Keuangan
1 Lokal 29
Lapangan Basket 1 Lokal
10 Ruang Koperasi & Usaha 1 Lokal 30 Tenis Meja 2 Buah
11 Ruang Pertemuan 1 Lokal
29Perumahan Guru 18
Rumah
12 Ruang Kesehatan 1 Lokal 30 Ruang tamu 1 Lokal
13 Ruang Kelas 28 Lokal
31Proyektor LCD &
OHP
1 Buah
14 Perpustakaan Buku 2 Lokal 32 Mesin Foto Copi 1 Buah
15 Perpustakaan Audio
Visual
1 Lokal33
Mesin Cuci 9 Buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
16 Laboratorium Komputer 3 Lokal 34 Faximile 2 Buah
17 Laboratorium Bahasa 2 Lokal 35 Water Treatment 1 Buah
18
19
20
Masjid
Asrama
Listrik Diesel
2 Lokal
3 Lokal 36
Peralatan
Olahraga
(Dokumentasi, 09 April 2011 dari Bagian Service)
Susunan Pengurus Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Ketuan Yayasan : Tarik Umar Abdat
Sekretaris : Naji Abdat
Pimpinan Umum : Nafi` Zainuddin, Lc
Sekretaris Pimpinan Umum : Toni Suwanto
Kabid PKP : Ibnu Sutopo, S.T
Staff PKP : Dimas Buntarto, S.Si
Kasie IT : Yelly, S.Kom
Staff IT : Faizin Awudh, S.PdI
Kabid SDITQ : Muhammad Zainuddin, S.PdI
Sekretaris SDITQ : Andi Tri Cahyono
Kabid MTW : Suratman, Lc
Sekretaris MTW : Ahmad Faizin
Kabid I`dad Muallimin : Romelan, Lc
Sekretaris : Edi Eko Purnomo, S.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kabid Usaha : Sukoyo Sukri
Accounting : Najat, SE
Staff Usaha : Gunawan, A.Md
Kabid Kesantrian : Suharlan Madi A, Lc
Sekretaris Kesantrian : Wahab Rajasam, S.PdI
Kasie JT MTW : Wachid N.H, M.Pd
Kasie JT I`dad Muallimin : Amruddin, Lc
Kasie Musyrif MTW : Rusman, Lc
Kasie Musyrif IM : Parwono, Lc
Kasie Tibkam : Mahful Safaruddin, Lc
Staff Tibkam : Makstur, S.PdI
Kasie Dakwah & Sosial : Rizal Yuliar, Lc
Kasie Maktabah : Ichsanuddin
Kasie Humsos : Bobby Chandra, S.Si
Kasie TAV : Agung Cahyono, S.PdI
Kabid Umum & Service : Muhammad Qasim Muhajir, Lc
Sekretaris : Nasrullah, S.PdI
Kabag Lingkungan : Aziz Basuki, S.HI
Staff Service & Maintenance : Margono
Staff P & K : Ari Danial, S.HI
Kasie Komputer & : Agus Arianta, S.Pd
Telekomunikasi Jazuli, S.Kom
Kasie Konsumsi&Pengadaan : Mahmud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kasie Kesehatan : Roni, A.MK
Kabid Akutansi&Keuangan : Hilman Aris, S.E
Accounting : Eko Yuli, A.Md
Keterangan :
MTW : Mutawashitoh
IM : I`dad Muallimin
PKP : Personalia dan Kesekertariatan Pesantren
IT : Informasi Teknologi
SDITQ : Sekolah Dasar Ibtidaiyyah Tahfidzul Qur’an
Maktabah : Perpustakaan
Humsos : Hubungan Masyarakat dan Sosial
IL : I`dad Lughawi
TAV : Televisi dan Audio Visual
P & K : Pemeliharaan dan Kebersihan
(Observasi dokumen bagian service, 11 April 2011).
5. Profil Pesantren Islam Al-Irsyad Menurut Jenjang Pendidikan:
I. Profil SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an:
a. Identitas Madrasah
1) Nama Madrasah : SDITQ Al-Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah: 1020322020051
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Status Madrasah : Swasta
5) Nama Yayasan : Pesantren Islam Al-Irsyad
6) Tahun Berdiri Madrasah : 2007
7) Status Akreditasi/Tahun : B/2007
b. Visi Madrasah:
Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terbaik di wilayah
Nusantara dan mancanegara yang bermanhaj Salaf al-Ummah (Ahlu as-sunnah
wal jama`ah).
c. Misi Madrasah :
1) Mencetak generasi muslim yang berkualitas bermanhaj Ahlu as-sunnah
waljama`ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dsar-dasar syari`at Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf al-
Ummah.
3) Menyelenggarakan pendidikan dasar Bahasa Arab dan hafalan Al-Qur’an secara
optimal.
4) Menyelenggarakan pendidian pengetahuan umum dan keterampilan yang
memadai
5) Mengembangkan pribadi yang mandiri.
d. Kompetensi Lulusan SDITQ AL-Irsyad :
1) Tertib shalat lima waktu.
2) Terbiasa dengan 30-50 doa harian.
3) Mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil.
4) Hafal Al-Qur’an minimal 5 juz setiap tahunnya.
5) Hafal 40 hadits dari kitab Arba`in an-Nawawi dan hadits-hadits lain.
6) Mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif.
7) Mampu menoperasikan computer dan aplikasi Office.
8) Lulus dengan nilai akhir tinggi.
e. Prestasi yang pernah diraih:
1) Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Juara 2 lomba Komputer tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggarakan oleh
DIKNAS.
2) Tahun 2008
Juara IV lomba Komuter tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggrakan oleh
DIKNAS.
3) Tahun 2007
a) Juara 1 lomba Mapel Agama tingkat Kabupaten Semarang yang diselenggrakan
oleh DEPAG.
b) Juara 1 lomba Mapel Agama tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggarakan
oleh DEPAG.
4) Tahun 2006
a) Juara 1 Bahasa Arab tingkat kecamatan Tengaran yang diselenggrakan oleh
DEPAG.
b) Juara 1 Alqur’an/Hadits tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggrakan oleh
DEPAG.
c) Juara 2 Bahasa Inggris tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggrakan oleh
DEPAG.
d) Juara 3 Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggrakan oleh DEPAG.
e) Juara 2 Bahasa Arab tingkat Kabupaten Semarang yang diselenggarakan oleh
DEPAG.
f) Juara IV MMP kelas 2 tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggarakan oleh
DIKNAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
5) Tahun 2004
Juara 2 bahasa Inggris tingkat Kecamatan Tengaran yang diselenggarakan oleh
DEPAG.
II. Profil Madrasah Tsanawiyah (Mutawashitoh) Al-Irsyad
a. Identitas Madrasah
1) Nama Madrasah : MTs Al-Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah: 212332202035
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Status Madrasah : Swasta
5) Nama Yayasan : Pesantren Islam Al-Irsyad
6) No.Akte Pendirian : D/KW/MTs/58/2005
7) Tahun Berdiri Madrasah : 2004/2005
8) Status Akreditasi/Tahun : -
b. Visi Madrasah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terbaik di wilayah
Nusantara dan mancanegara yang bermanhaj Salaf al-Ummah (Ahlu as-sunnah
wal jama`ah).
c. Misi Madrasah :
1) Mencetak generasi muslim yang berkualitas bermanhaj Ahlu as-sunnah
waljama`ah.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran syari`at Islam berdasarkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf al-Ummah.
3) Menyelenggarakan pendidikan Bahasa Arab secara optimal dan hafalan Al-
Qur’an secara optimal.
4) Menyelenggarakan pendidian pengetahuan umum dan keterampilan yang
memadai.
5) Memurniakan aqidah dan syari`at Islam dari segala bentuk syirik, khurafat, bid`ah
dan gerakan-gerakan pemikiran sesat.
6) Menghidupkan pola pikir ilmiah berdasarkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
sesuai dengan pemahaman Salaf al-Ummah (Ahlu sunnah wal jama`ah).
7) Mengajak, mendidik dan membina kaum muslimin untuk hidup Islami dalam
naungan manhaj salaf al-ummah.
d. Prestasi yang pernah diraih:
1) Tahun 2009
Juara 2 Tartil Al-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang pada MTQ Pelajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2) Tahun 2008
a) Juara 1 tahfidz 1 juz & Tilawah tingkat Kabupaten Semarang pada MTQ Pelajar.
b) Juara 1 Tahfidz 1 juz & Tilawah tingkat Kabupaten Semarang pada STQ.
c) Juara 2 Tahfidz 5 juz & Tilawah tingkat Kabupaten Semarang pada MTQ Pelajar.
d) Juara 2 Tartil Al-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang pada MTQ Pelajar.
e) Juara 3 Tartil AL-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang pada MTQ Pelajar.
f) Juara 2 lomba pidato bahasa Arab tingkat Propinsi Jawa Tengah pada PORSENI.
g) Juara Harapan 1 lomba Qiroatul Kutub (Baca kitab gundul) tingkat propinsi Jawa
Tengah.
h) Juara Harapan 2 pada lomba Qiroatul Kutub tingkat propinsi Jawa Tengah.
i) Juara Harapan 3 pada lomba Qiroatul Kutub tingkat propinsi Jawa Tengah.
j) Mewakili kabupaten Semarang pada PORSENI Jawa Tengah dicabang pidato
Bahsa Inggris.
3) Tahun 2005
a) Juara 1 tartil tingkat Kabupaten Semarang yang diselenggarakan MTQ Pelajar
XXI.
b) Juara 1 lomba pidato Arab tingkat propinsi yang diselenggarakan daam rangka
PORSENI.
c) Mewakili Kabupaten Semarang dalam cabang pidato bahasa Inggris.
d) Mewakili Kabupaten Semarang dalam cabang lomba Cerdas Cermat Quran
dengan memperoleh peringkat V.
e) Mewakili kabupaten Semarang dalam cabang lomba Kaligrafi yang diselengrakan
oleh MTQ.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
III. Profil I'dad Mualimin (MA) Al-Irsyad Salatiga :
a. Identitas Madrasah :
1) Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah : 312332202370
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B
5) Nomor : wk/5.a/PP032/2565/004/2000
6) Didirikan pada tanggal : 24 Juli 1999
b. Visi Madrasah :
Mencetak generasi Muslim Yang Bermanhaj Ahlussunnah Waljama’ah dan
berkualitas.
c. Misi Madrasah :
1) Membentuk Generasi yang Islami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2) Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran syariat Islam sesuai dengan Al Qur’an
dan As Sunnah.
3) Melaksanakan Pembelajaran Bahasa Arab secara optimal.
4) Menumbuhkan kepedulian kepada masyarakat muslim pada umumnya.
5) Memberikan pengetahuan umum yang memadai.
e. Target Kompetensi Lulusam MA Al-Irsyad:
1) Berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.
2) Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta
memperbaiki kekurangannya.
3) Menunjukkan sikap percaya diri an bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan
dan pekerjaan.
4) Berpartisipasi dalam penegakan atuan-aturan sosial.
5) Menbangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis,
kreatif, dan inovatif.
6) Menunjukkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam pengambilan keputusan.
7) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan
diri.
8) Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasi yang terbaik.
9) Menunjukkan kemampuan menganalisi dan memecahkan masalah kompleks.
10) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
11) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertangung jawab.
12) Menghasilkan karya keratif, baik individual maupun kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
13) Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan
lingkungan.
14) Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
15) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat.
16) Menghargai adanya perbedan pendapat dan berempati terhadap orang lain.
17) Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan
estetis.
18) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam
bahasa Arab, Indonesia dan Inggris.
19) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.
f. Prestasi yang pernah diraih :
1) Tahun 2009
a) Juara 1 Hifdzul Hadits tingkat Nasional yang diselenggrakan oleh Kedutaan
Saudi.
b) Juara 1 Hifdzul Qur’an 20 juz tingkat propinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan
oleh DEPAG.
c) Juara 1 Tafsir 30 juz Bahasa Arab tingkat propinsi Jawa tengah yang
diselengarakan oleh DEPAG.
2) Tahun 2008
a) Juara 1 Hifdzul Qur’an tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Kedutaan Saudi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
b) Juara 2 Hifdzul Hadits tingkat Nasional yang diselenggarakan
Kedutaan Saudi.
c) Juara 3 Hifdzul Qur’an tingkat ASEAN yang diselenggarakan
Keduataan Saudi.
d) Juara 2 Hifdzul Hadits tingkat ASEAN yang diselenggarakan
Keduataan Saudi.
e) Juara 2 Hifdzul Qur’an tingkat Kabupaten Semarang yang
diselenggarakan oleh MTQ.
f) Juara 1 Baca Puisi tingkat propinsi yang diselenggarakan oleh
POSPEDA.
g) Juara 1 baca kitab gundul (fiqih) tingkat propinsi Jawa Tengah yang
diselenggarakan oleh MQK.
h) Juara 1 baca kitab gundul (hadits) tingkat propinsi Jawa Tengah yang
diselenggarakan oleh MQK.
i) Juara 1 baca kitab gundul (akhlak) tingkat propinsi Jawa Tengah
yang diselenggarakan oleh MQK.
j) Juara 1 baca kitab gundul (fiqih) tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh MQK.
k) Juara 3 baca kitab gundul (akhlaq) tingkat Nasional yang
diselnggarakan oleh MQK.
3) Tahun 2007
a) Juara 1 hifdzul Qur’an tingkat Nasional.
b) Juara 1 hifdzul Hadist tingkat Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
c) Juara 1 hifdzul Qur’an 20 juz tingkat kabupaten Semarang.
B. Temuan Penelitian
1. Karakter Penghuni Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
A. Karakteristik Mudir
Istilah mudir diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah
kepala/ketua/direktur. Adapun mudir yang peneliti maksud di penelitian ini ialah
kepala pesantren yang sekaligus menjadi pembina dan bertanggung jawab penuh
atas segala sesuatu yang ada di pesantren.
Mengingat pesantren Al-Irsyad Salatiga termasuk dari jenis pesantren
modern (non tradisional), maka tidak terdapati di dalamnya seorang kiai. Adapun
peran kiai terwujud dengan adanya mudir, dengan makna lain bahwa mudir di
pon-pes modern menjabat laksana seorang kiai di pon-pes tradisional.
Seorang mudir di pesantren Al-Irsyad Salatiga mendapat amanah jam
mengajar di kelas-kelas lebih sedikit dibandingkan para ustadz lainnya dengan
alasan padatnya “jam terbang” dalam berdakwah di luar dan mengurusi pon-pes,
terbukti dengan sering pergi ke luar daerah. Mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga
merupakan tokoh yang diteladi oleh segenap penghuni pon-pes yang terdiri dari
jajaran ustadz, santri dan pegawai.
Semenjak kurang lebih tujuh tahun yang lalu pesantren Al-Irsyad
Salatiga dipimpin oleh seorang mudir yang bernama Ust. Nafi` Zainudin, Lc,
alumnus pesantren Al-Irsyad Salatiga yang melanjutkan studi di Universitas Al-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Azhar Kairo di Mesir, dan sekarang tengah menyelesaikan pascasarjana pada
salah satu perguruan tinggi ternama di Jawa Tengah dan salah satu universitas
yang berskala internasional. (Observasi, 28 April 2011).
Mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga membawahi empat jenjang
pendidikan (SDITQ, Mutawashitoh, I`dad Lughowi dan I`dad Muallimin) yang
setiap jenjangnya dikepalai oleh seorang kepala sekolah. Lain dari pada itu,
mudir juga mengepalai sektor-sektor penting lainnya seperti sektor administrasi,
personalia, dakwah-sosial, dan lain sebagainya.
Seorang mudir di pesantren Al-Irsyad Salatiga memegang teguh nilai-
nilai luhur Islami yang menjadi acuannya dalam bersikap dan memimpin. Hal ini
tampak dalam segala perilaku baik di dalam maupun di luar pon-pes. Salah satu
alumni pesantren Al-Irsyad Salatiga, Mazer Nasher Nahdi, S.PdI berkata kepada
peneliti pada tanggal 13 Mei 2011:
Di dalam permasalahan aqidah, mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga
juga memahami dengan detail terlihat pada khotbah-khotbah dan ceramah-
“Mudir ma’had (pesantren) Al-irsyad Salatiga memang patut untuk
dijadikan qudwah (panutan). Keberadaannya kayak seorang kiai di
pondok tradisional. Sampai sekarang pun saya masih merasa
kagum dan segan. Semoga Allah senantiasa menjaga mudir”.
(CL.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
ceramah di dalam pesantren dan di luar pesantren via radio atau masjid-masjid.
Sudah menjadi sesuatu yang layak apabila karakter mudir “membekas” pada jiwa
para santri dan alumni.
B. Karakteristik Ustadz
Ustadz atau pengajar yang ada di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
merupakan komponen inti untuk memajukan kualitas pembelajar. Jajaran ustadz
berlatar belakang pendidikan yang beraneka ragam sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu. Untuk jenjang SDITQ didominasi oleh ustadz yang lulus dari
universitas dalam negeri fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) atau
fakultas tarbiyah. Sehingga mampu menjadi suritauladan yang baik bagi santri
(peserta didik) jenjang sekolah dasar. Adapun untuk mata pelajaran aqidah
diampu oleh ustadz yang lulus dari jurusan tarbiyah.
Di jenjang Mutawashitoh (setingkat SMP/MTs) jajaran ustadz terdiri
dari alumni pendidikan umum dan agama. Untuk pelajaran umum, maka ustadz
yang mengajar adalah alumnus universitas dalam negeri dengan jurusan yang
“pas” dengan mata pelajaran yang diampu. Adapun untuk pendidikan agama
dimanahkan kepada para ustadz yang telah menempuh pendidikan tinggi di
dalam maupun di luar negeri. Khusus pengajar aqidah (tauhid) adalah dua ustadz
yang berkompeten dalam bidang aqidah. Dan untuk jenjang I`dad Lughowi
(persiapan bahasa) di kelola oleh jajaran ustad yang tidak jauh beda dengan
ustadz jenjang Mutawashitoh. Khusus pelajaran aqidah diampu oleh seorang
ustadz yang juga fokus di bidang aqidah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Terakhir untuk jenjang I`dad Muallimin (setingkat SMA/Aliyah)
terdapati jajaran ustadz yang berlatar pendidikan luar negeri ber-titel Lc. Adapun
pengecualian adalah ustadz yang mengajar mata pelajar umum, yang lulus dari
pendidikan tinggi dalam negeri. Yang menjadi “icon” pesantren Al-Irsyad
Salatiga sekaligus menjadikan pesantren ini beda dengan pesantren-pesantren
lain di Indonesia ialah adanya tenaga pengajar yang berjumlah dua orang yang
dikirim langsung dari Kerajaan Saudi Arabia guna mengajar dan mendidik para
santri pesantren Al-Irsyad Salatiga, yang di sebut dalam pesantren dengan istilah
mufad. Khusus untuk mata pelajaran aqidah (tauhid) di jenjang I`dad Muallimin
diampu oleh tiga orang ustadz lulusan Saudi Arabia yang berbeda pada tiap
kelasnya. (Observasi pada tanggal 1-2 Mei 2011).
Dilihat dari penjelasan diatas, maka diketahui bahwasanya di pesantren
Al-Irsyad dipenuhi oleh tenaga pengajar yang profesional dalam disiplin ilmu
yang berbeda. Hal ini dipahami dengan banyaknya alumnus universitas luar
negeri seperti, Universitas Islam Madinah, Universitas King Sa`ud Riyad,
Universitas Al-Azhar Mesir, dan Universitas Khortum Sudan. Meskipun
demikian terdapati para ustadz ilmu umum yang alumni pendidikan tinggi dalam
negeri semisal Universitas Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Ibnu Saud Riyad yang bercabang
di Asia Tenggara, tepatnya di kota Jakarta. Dengan banyaknya ustadz yang
memiliki potensi di setiap bidang ilmu menjadikan para santri senang dan
“betah” tinggal di pesantren, seperti yang dituturkan oleh santri asal Amerika
Serikat kepada peneliti pada tanggal 08 Mei 2011:
“Ukhibbu jiddan ata`alam fi hadzal ma`had Liannal asatidzah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Dari observasi yang peneliti laksanakan, ternyata para ustadz
memiliki karakter yang sesuai dengan label yang disandang, ustadz. Tenaga
pengajar aqidah ialah para ustadz yang benar-benar memahami aqidah yang
tercermin dalam akhlak karimah. Mengerti dengan jelas ilmu bahasa Arab,
banyak menghafal sebagian besar juz dari Al-Qur’an, ramah dan sopan, serta
beberapa akhak terpuji lainnya.
Tatkala peneliti melakukan observasi terdapati bahwasanya para
tenaga pengajar pesantren Al-Irsyad Salatiga memiliki karakter amanah yang
luar biasa, meskipun tidak semua dari jajaran ustadz. Hal ini ternyata sudah
termaktub di dalam prinsip kerja yang ada yakni amanah kerja dan amanah
waktu pada job discription yang terlampir.
Namun apabila ditinjau dari sisi lain keberadaan ustadz yang
berkarakter benar-benar iltizam beragama, ternyata pada perekrutannya sudah
diwajibkan memiliki syarat-syarat tertentu diantaranya: 1) Mempunyai niat yang
lurus semata-mata untuk beribadah kepada Allah, 2) Berakhlak dan bersikap
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Nabawiyah, dan 3) Siap untuk beramar makruf dan nahi munkar. Khusus untuk
ustadz yang mengajar ilmu agama harus menguasai bahasa Arab dan hafalan Al-
Qur’an yang banyak.
Karakter ustadz di pesantren Al-Irsyad Salatiga juga banyak
mempengaruhi kepribadian para santri. Sehingga dari observasi yang peneliti
lakukan tidak jarang santri yang meniru ustadz dalam perilaku hidup sehari-hari,
seperti yang dikatakan oleh santri bernama Hajid pada tanggal 02 April 2011
kepada peneliti :
Selain ustadz yang mengajar di kelas, ada juga ustadz yang khusus
membina santri selama di asrama. Ustadz-ustadz ini adalah lulusan pesantren
yang sedang melaksanakan tugas pengabdian (khidmah) sepanjang satu tahun
penuh yang disebut dengan musyrif.
Tugas dari tiap musyrif ialah mendidik santri ketika berada di luar
kelas, semisal mengecek hafalan santri, membina keseharian santri agar terus
berada di dalam lingkup kehidupan islami, dan memonitoring tiap santri yang
melanggar peraturan. Bagi wali santri yang ingin berkomunikasi dengan anak-
anak, maka lewat para musyrif ini yang telah di fasilitasi handphone oleh pihak
pesantren.
C. Karakteristik Santri Pesantren Al-Irsyad Salatiga
“O, kalau ustadz di sini ajib-ajib, perfect. Ana (saya) saja banyak niru
model mereka….” (CL.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Salah satu komponen urgen dari sebuah pondok pesantren adalah
wujudnya para santri. Begitu juga yang ada di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Dari
observasi diketahui bahwa sampai sejauh ini pesantren telah memiliki kurang
lebih seribu dua ratus santri dari semua jenjang pendidikan yang ada.
Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
tidak hanya berasal dari Semarang dan sekitarnya, namun datang dari berbagai
propinsi yang ada di Indonesia dengan latar belakang yang sangat beragam,
bahkan ada yang berasal dari manca negara. Para santri yang berjumlah kurang
lebih 1.200 adalah terdiri dari santriwan (santri putra) tanpa ada santriwati (santri
putri) yang berasal dari kalangan petani, nelayan, buruh, pedagang, pegawai
negeri, TNI/Polri, swasta, pengusaha dan lain-lain.
Santri di pesantren Al-Irsyad Salatiga berskala internasional. Terbukti
dengan keberadaan puluhan santri yang berasal dari mancanegara, seperti
Malaysia, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Meskipun demikian,
jumlah santri masih didominasi dari daerah-daerah di Indonesia dari Sabang
sampai Merauke.
Meskipun santri datang dari berbagai latar belakang yang beraneka ragam
namun di pesantren tetap menyatu dalam bingkai ukhuwah islamiyah. Suasana
kehidupan santri di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga dalam
kesehariannya selalu diupayakan untuk tetap mengedepankan kesetaraan,
persamaan, kesederhanaan, dan keiklasan untuk bersama-sama dalam belajar,
beribadah, beramal, berprestasi dan berpacu untuk menyiapkan masa depan
dengan meraih kemuliaan melalui jalan taqwa dalam rangka mencari ridla Allah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Ta`ala. Selain itu, para santri dalam kehidupan sehari-hari dibiasakan untuk
hidup mandiri dan tidak selalu menjadi beban bagi orang lain termasuk orang
tua. Para santri juga dibiasakan untuk senantiasa berkorban, tolong menolong,
memiliki kepedulian terhadap lingkungan serta peka terhadap kondisi umat.
Upaya-upaya tersebut merupakan wujud penanaman kepada para santri yaitu:
Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, dan Pengorbanan.
Semua santri wajib tinggal di asrama pesantren dua puluh empat jam non
stop, kecuali santri pada jenjang SDITQ didapati yang pulang ke rumah seusai
jam pelajaran, namun kebanyakan berasal dari daerah sekitar pesantren.
Kebanyakan dari santri dari keluarga berekonomi menengah keatas,
ditinjau dari dokumen pendaftaran yang notabene orang tua berpenghasilan dari
PNS, pegawai kantor dan pengusaha. Meski juga ada sebagian santri yang
berekonomi menengah kebawah, tidak menjadi kendala karena banyak para
dermawan dan yayasan sosial yang tersebar di wilayah Indonesia yang siap
memberikan beasiswa pendidikan.
Adapun syarat untuk menjadi santri pesantren Al-Irsyad Salatiga sebagai
berikut:
a) Pria
b) Membayar biaya pendaftaran (untuk tahun 2011/2012 sebesar 250.000 rupiah).
c) Mengisi formulir pendaftaran (diisi oleh Calon Santri) dan formulir pernyataan
wali (diisi oleh Calon Wali Santri).
d) Wajib diantara oleh orang tua/wali.
e) Membawa foto copy raport 3 tahun terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
f) Membawa pas photo hitam putih 3x4 sebanyak 6 lembar.
g) Membawa foto copy akte kelahiran dan Kartu Keluarga..
h) Membawa Surat Keterangan Sehat dar dokter.
i) Tidak mengidap penyakit berat dan menular (seperti Hepatitis, Jantung, Paru-
paru, Asma dan lain-lain).
Khusus Pendaftar dari Luar Pulau Jawa dan Madura yang tidak datang
langsung ke Pesantren Islam Al-Irsyad (PIA):
a) Membayar biaya pendaftaran Via Bank BCA Pesantren, konfirmasi pembayaran
via sms atau fax.
b) Mengirim data persyaratan point e – i.
c) Tes dilaksanakan via telepon (waktunya akan diberitahukan panitia
jika biaya pendaftaran sudah diterima).
d) Pengumuman kelulusan diberitakan pergelombang (apabila syarat-
syarat pendaftaran sudah diterima Panitia).
e) Apabila dinyatakan diterima maka santri tersebut datang ke Pesantren
Islam Al-Irsyad harus bersama walinya atau yang mewakili untuk melengkapi
formulir pernyataan. Jika terbukti pendaftar melakukan rekayasa dalam
pelaksanaan tes via telepon maka panitia akan meninjau kembali hasil tes
tersebut.
(Observasi pada tanggal 30 April 2011)
Termasuk dari karakteristik para santri pesantren Al-Irsyad
Salatiga yaitu sopan, ramah dan berkahlak mulia. Terbukti dengan keberadaan
peneliti selama tinggal di pesantren, para santri menganggap peneliti bukanlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
orang asing. Selain daripada itu santri juga memiliki sifat sabar dan disiplin yang
cukup tinggi, terbukti dengan kerapian santri untuk antri diwaktu mandi dan
makan. Adapun disiplin terlihat dengan keseragaman santri berbusana, tepat
waktu dalam menunaikan ibadah dan masuk kelas tanpa telat.
Pesantren Al-Irsyad Salatiga bukanlah pesantren malaikat.
Maknanya, tetap saja ada sebagian santri yang tidak taat dengan peraturan yang
ada. Namun permasalahan santri semacam ini dapat dikondisikan dengan
hukuman yang berbentuk “kredit poin”. Khusus pelanggaran yang bersifat
menyangkut agama (syari`at) pihak pesantren telah menyiapkan hukuman
dengan mengeluarkan santri tersebut. (Observasi pada tanggal 02 Mei 2011).
Untuk segenap para santri diharapkan selalu memegang prinsip
sekaligus karakter Islami yang telah ditimba selama belajar di pesantren, dalam
makna lain diharuskan untuk iltizam (kokoh) di dalam beragama. Walhasil
banyak para alumnus yang menjadi pemuka agama dan da`i yang menyebarkan
syiar Islam di seantero Indonesia. Adapun yang menjadi pegawai umum atau pun
mahasiswa dapat dilihat dari akhlak dan penampilan lahiriyah yang islami.
2. Kurikulum Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Kurikulum yang dipakai di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga terdiri dari kurikulum yang berasal dari Islamic University of Medina,
KSA, tanpa menafikan kurikulum yang dalam negeri yang didapat dari
Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI. Tujuannya agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
pesantren dapat akreditasi dari pemerintah dalam dan luar negeri. Adapun
deskripsi kurikulum sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada meliputi :
a. SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur'an)
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat
mencetak para lulusan yang hafal Al-Qur'an. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah
Nasional dan Pesantren.
Program unggulan: Tahfizhul Qur’an, Bahasa Arab Dasar.
Kurikulum: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Olah
Raga, Tauhid, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Tahfizh Al-Qur’an, Do’a dan Dzikir
sehari-hari, Komputer. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional (SD) dan
Pesantren.
b. MTW (Mutawasithoh) / MTs Al-Irsyad
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat
mencetak para lulusan yang mempunyai kemampuan bahasa Arab yang optimal
serta pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum yang memadai.
Program unggulan: Bahasa Arab.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz & Tajwid, Al-Qur’an Hadits Nabi
, Fiqh, Shiroh Nabi, Tadrib Lughawi, Khot & Imla’, Nahwu, Shorof, Ta’bir &
Insya’, Muthola’ah, Tadribat ‘Alal Anmath, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, Biologi, Geografi, Fisika, Ekonomi, Olah Raga, Sejarah Nasional,
Komputer. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional (MTs) dan Pesantren.
c. IM (I`dad Muallimin)/MA Al-Irsyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat mencetak para
lulusan yang menguasai ilmu-ilmu keislaman secara mendalam dibarengi dengan
pengetahuan umum serta bidang-bidang keterampilan yang memadai. Lulusan
jenjang ini memiliki Ijazah Nasional dan Pesantren yang telah mendapat
akreditasi mu'adalah (persamaan) dari Kerajaan Saudi Arabia.
Program unggulan: Ilmu Syari’at Islam. Jenjang ini adalah program
lanjutan dari MTW dan I’dad Lughawi Pesantren Islam Al-Irsyad.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz Al-Qur’an, Hadits Nabi ,
Akhlaq, Fiqh, Faroidh, Ushul Fiqh, Mustholahul Hadits, Ulumul Qur’an, Nahwu
& Shorof, Balaghoh, Muthola’ah, Adab & Nushus, Ta’bir, Siroh Nabi, Tarikh
Islam, Thuruqut Tadris, Tatbiqu At-Tadrish, Fiqhu Ad-Dakwah, Praktek
Dakwah, Olah Raga, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sejarah
Dunia, Komputer. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah Nasional (MA) dan
Pesantren terakreditasi dari Universitas Islam Madinah Kerajaan Saudi Arabia.
d. IL (I’dad Lughowi)/ Jenjang Persiapan Bahasa
Jenjang ini adalah program pendidikan selama satu tahun sebagai
persiapan masuk jenjang IM. Wadah pendidikan dalam jenjang ini diperuntukkan
bagi para lulusan SMP atau yang setara selain jenjang MTW Al-Irsyad dengan
fokus penguasaan bahasa arab untuk dapat masuk jenjang I'dad Muallimin
Pesantren Islam Al-Irsyad. Pendidikan dalam jenjang ini dilaksanakan selama
satu tahun dan mendapatkan Ijazah Pesantren. Program unggulan: Bahasa Arab
Intensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz dan Tajwid Al-Qur’an,
Hadits Nabi, Fiqh, Tadrib Lughowi, Tadribat ‘Alal Anmath, Khot & Imla’,
Ta’bir & Insya’, Nahwu, Shorof, Shiroh Nabi. Lulusan jenjang ini memiliki
Ijazah Pesantren.
Selain deskripsi dari kurikulum diatas, bag.Pengajaran Pesantren Islam
Al-Irsyad Salatiga juga memiliki sejumlah silabus terkait dengan bidang studi
aqidah yang peneliti lampirkan.
3. Model Pembelajaran Aqidah di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Pembelajaran yang bermutu tidak terlepas dari peran guru.
Karena dalam pembelajaran, guru berpesan sebagai perancang, implementor, dan
evaluator pembelajaran. Mulyasa (2005:13) menjelaskan, “Secanggih apapun
perkembangan dunia informatika tidak mampu menggantikan guru dalam
pembelajaran”. Oleh karena itu untuk menciptakan proses pembelajaran yang
bermutu, guru dituntut untuk benar-benar professional dan memiliki kompetensi
dan penguasaan dalam menerapkan berbagai pendekatan, metode dan strategi
pembelajaran.
Model pembelajaran aqidah yang diterapkan di Pesantren Islam
Al-Irsyad Salatiga tidak beda dengnn mata pelajaran lainnya, ada tiga hal yang
dilakukan oleh ustadz aqidah dalam pembelajaran tauhid yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang merupakan satu kesatuan dalam proses
pembelajaran.
a) Perencanaan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Rencana pembelajaran sangat menentukan tinggi rendahnya mutu proses
maupun hasil belajar. Untuk itu semua guru hendaknya mempunyai kemampuan
dan kompetensi dalam menyusun rencana pembelajaran dengan baik dan benar.
Dari observasi yang peneliti lakukan pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
mewajibkan seluruh ustadz, termasuk guru tauhid untuk menyusun rencana
pembelajaran pada setiap awal semester. Berkaitan dengan hal ini ustadz
Tauhidin (pengajar aqidah) pada tanggal 20 April 2011 menjelaskan :
Selain itu salah seorang santri yang bernama Aslam yang saat ini
duduk di kelas tiga I`dad Muallimin berkata :
Dalam perencanaan para ustadz yang memegang bidang studi aqidah
membuat program tahunan, program semester yang merujuk pada KTSP serta
disesuaikan dengan kaldik yang berlaku dan jadwal mengajar. Kemudian
“Kalau yang ana (saya) lihat, ustadz yang ngajar di pelajaran
tauhid, dan juga pelajaran lainnya terlebih dulu menggunakan i`dad
ad-dars (RPP). Kelihatan kok, pembelajaran jadi tampak sistematis,
gak nglantur”. (CL.8)
“walhamdulillah, pesantren Al-irsyad ini telah menempuh jalan
yang baik dalam mengadakan pembelajaran, ya salah satunya
dengan diwajibkannya para asatidzah untuk membuat RPP atau
yang di kenal di sini dengan istilah i`dad ad-dars”. (CL.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
membuat persiapan pembelajaran dengan baik dari standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang dijabarkan dalam indicator-indikator. Penerapan
Rencana Pembelajaran Aktif (RPP) yang dilakukan ustadz Aqidah di pesantren
Al-Irsyad Salatiga dengan komponen-komponen sebagai berikut :
1) Identitas
2) Standar Kompetensi (SK)
3) Kompetensi Dasar (KD)
4) Indikator
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi ajar
7) Metode/Stratehi pembelajaran
8) Langkah-langkah pembelajaran
9) Sarana dan sumber pembelajaran
10) Penilaian dan tinjak lanjut
Dalam rencana pembelajaran ustadz telah menyatakan tujuan yang
harus dicapai, kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, sumber dan media
pembelajara, metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan sampai
pada pelaksanaan penilaian.
Di dalam i`dad ad-dars tersebut ustadz telah membuat skenario
pembelajaran tahap demi tahap. Dari skenario tersebut ustadz bisa melaksanakan
kegiatan belajar mengajar secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah yang
telah ditentukan. Adapun bentuk dari salah satu RPP yang di susun oleh pengajar
aqidah di pesantren Al-Irsyad Salatiga sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : MA Al-Irsyad Kabupaten Semarang
Mata Pelajaran : Aqidah
Kelas / Semester : X / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit (1 Pertemuan)
Standar Kompetensi : Memiliki pemahaman dan penghayatan yang lebih
mendalam terhadap prinsip dasar aqidah islamiyah, serta mampu mengamalkan
nilai-nilai tauhid dalam kehidupan sehari-hari sehingga jauh dari syirik dan
penyimpangan.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah dasar
setiap manusia, dan menjelaskan tentang penyimpangan (kesyirikan) dalam
sejarah kehidupan manusia.
Indikator :
1) Menjelaskan tujuan utama penciptaan jin dan manusia.
2) Menyebutkan dalil-dalil tentang hal tersebut baik dari Al-Qur`an maupun Hadits.
3) Menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah dasar manusia beserta dalil-dalilnya.
4) Menceritakan riwayat sejarah terjadinya kesyirikan yakni pada zaman Nabi Nuh.
5) Menguraikan kesamaan sejarah itu dengan sejarah pada zaman Nabi Muhammad.
6) Menjelaskan jenis kesyirikan yang dilakukan kebanyakan manusia di zaman ini.
Tujuan Pembelajaran :
1) Santri dapat menjelaskan tujuan utama penciptaan jin dan manusia.
2) Santri dapat menyebutkan dalil-dalil tentang hal tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
3) Santri dapat menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah dasar manusia beserta dalil-
dalilnya.
4) Santri dapat menceritakan sejarah terjadinya kesyirikan di zaman Nabi Nuh serta
kesamaan sejarah itu dengan yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad.
5) Santri dapat menjelaskan jenis kesyirikan yang dilakukan kebanyakan manusia di
masa kini.
Materi Pembelajaran :
Bab I. Pasal : Penyimpangan tauhid dalam kehidupan manusia.
Metode Pembelajaran :
1) Ceramah disertai Demonstrasi penjabaran dan pemberian contoh nyata.
2) Diskusi dan Tanya Jawab.
3) Telaah kitab kurikulum dan imla maklumat tambahan dari sumber lain.
Sumber :
1) Syaikh DR. Shaleh bin Fauzan Alu Fauzan, Kitab At-Tauhid, KSA.
2) Al-Maktabah Asy-Syamilah II.
3) Peta KSA dan negara-negara sekitarnya.
4) Tafsir As-Sa`di.
Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Awal (10 Menit)
1) Muqaddimah, meliputi: salam, doa dan absensi santri.
2) Santri membuka buku di halaman yang akan dipelajari bersama.
3) Beberapa pertanyaan sederhana (tanya jawab) berkaitan dengan pokok
pembahasan (menarik konsentrasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
4) Guru memperkenalkan secara umum materi yang akan dibahas.
Kegiatan Inti (60 Menit)
1) Beberapa santri membaca materi pembelajaran secara acak dan bergilir.
2) Ustadz menjelaskan materi yang dibaca sesuai tujuan yang diharapkan diselingi
beberapa pertanyaan ringan untuk memastikan keikutsertaan santri dalam proses
pembelajaran.
3) Ustadz melontarkan masalah ringan dari materi pembelajaran untuk dijadikan
bahan diskusi bersama kelompok belajar (jika kondisi waktu memungkinkan).
4) Santri dapat memberikan tambahan informasi tentang materi dari referensi lain
dengan bimbingan ustadz (jika diperlukan).
Kegiatan Akhir (10 Menit)
1) Ustadz menyimpulkan materi yang telah dibahas.
2) Santri menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama kelompok
masing-masing (jika diskusi dilangsungkan).
3) Santri diberi tugas untuk mengerjakan beberapa pertanyaan dalam bentuk
pekerjaan rumah.
Penilaian :
1) Selama Proses Pembelajaran; Mengamati konsentrasi, keikutsertaan, ketertiban
dan sikap santri selama pembelajaran berlangsung.
2) Evaluasi Hasil Pembelajaran; Memberikan Tugas Soal Tulisan:
a. Jelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia !
b. Sebutkan dalil-dalil tentang tujuan mulia peciptaan jin dan manusia !
c. Bagaimana sejarah terjadinya kesyirikan pertama kali di muka bumi ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
b) Pelaksanaan Pembelajaran
Sesuai dengan observasi yang peneliti laksanakan dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran aqidah itu terbagi dalam tiga tahap yang saling
berkaitan. Dalam prakteknya tiga tahap tersebut adalah kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pendahuluan: Ketika ustadz yang mengajar aqidah memulai pelajaran,
maka membuka dengan mengucapkan salam kepada para santri
(Assalamuaalaikum arohmatullah wabarokatuh). Selama mengajar tidak pernah
melupakan mengawalinya dengan ucapan salam. Setelah itu ustadz melakukan
apresiasi, yaitu mengulang pelajaran sebelumnya dengan inti permasalahan,
kemudian menanyakan kesulitannya. Terkadang ustadz memberikan beberapa
pertanyaan kepada santri untuk mengingat kembali pelajaran yang sudah
diberikan. Seusai ustadz mengkondisiskan kelas dan santri tampak fokus, ustadz
mulai memberikan materi pelajaran baru kepada santri. Untuk lebih
memperjelas, berikut strategi ustadz pada tahap pendahuluan :
1) Mengucapkan salam kepada seluruh santri.
2) Menertibkan kelas dan mengkondisikan santri untuk siap belajar
dengan mengarahkan perhatian dan konsentrasi peserta didik.
3) Memperkenalkan tema materi yang akan diajarkan.
4) Menginformasikan tujuan intruksional yang hendak dicapai, kalau
perlu menuliskannya di papan tulis agar santri tahu apa yang harus dilakukan
dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
5) Mengulangi sebentar hal yang telah diketahui santri untuk mengingat
kembali hal-hal yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru
(apersepsi) dan memberikan tes awal (pre-test).
6) Jika ada PR, mendiskusikannya sebentar dengan santri.
7) Memotivasi santri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan pendahuluan ini dilakukan oleh setiap pengajar (ustadz) bidang
studi aqidah di semua jenjang pendidikan yang ada di Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga. (Observasi pada tanggal 26-30 April 2011).
Kegiatan Inti: Pada waktu ini ustadz mulai menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan metode mengajar yang beraneka ragam, berbeda
pada setiap ustadz di tiap jenjang pendidikan. Untuk jenjang SDITQ, biasanya
ustadz lebih menggunakan metode ceramah dan kontekstual dengan selalu
mengkondisikan suasana kelas. Tak jaran pula ustadz mengajar di tempat
terbuka. Adapun di jenjang-jenjang yang lainnya (MTW, IM, dan IL) ustadz
aqidah ketika mengajar menggunakan metode mengajar yang hampir sama,
antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan dan latihan soal.
Diawali dengan menyuruh santri untuk tidak membuka buku ajar terlebih
dahulu. Pada saat itu ustadz memberikan penjelasan dengan menggunakan media
pembelajaran atau alat peraga. Setelah ustadz meminta santri untuk membuka
buku dan menyuruh beberapa dari santri untuk membaca, sebagai peguatan
dalam hal bahasa Arab, mengingat buku ajar yang dipakai berbahasa Arab. Jika
didapati hal yang tidak dipahami ustadz memberikan waktu untuk bertanya.
Namun apabila tidak, maka ustadz bergantian memeberi pertanyaan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
santri. Selain itu pada kegiatan inti ini ada beberapa aktivitas yang dilaksanakan
oleh para ustadz, meliputi:
1) Mengatur waktu yang tersedia dengan baik.
2) Tidak menyimpang dari materi yang direncanakan.
3) Memberikan garis besar pelajaran secara singkat.
4) Menyajikan bahan pelajaran secara singkat.
5) Mengulang-ulang keterangan yang penting.
6) Sering memberikan ikhtisar.
7) Memberikan tes-tes pendek.
8) Memberikan penguatan, baik dengan pujian atau peringatan. Ini penting
untuk memperkuat motivasi.
9) Memberikan kesempatan santri untuk mengembangkan diri.
10) Memberikan perhatian yang adil.
11) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
(Observasi pada tanggal 25-30 April 2011)
Termasuk dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan di
pesantren Al-Irsyad Salatiga di dalam pelaksanaannya ialah mengadakan
tasliyah. Tasliyah ini dilaksanakan pada waktu santri tampak kurang semangat di
dalam proses pembelajaran, seperti mengantuk dan melamun. Hal ini di latar
belakangi oleh kepadatan kegiatan kepesantrenan selama dua puluh empat jam di
setiap hari, sehingga sudah menjadi maklum muncul beberapa peserta didik yang
mengalami kelesuan. Tasliyah berbentuk beraneka ragam, sebagai contoh ialah
ustadz memerintahkan santri untuk mengambil air wudlu sebagai solusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
mengatasi rasa kantuk. Bilamana tidak berhasil, maka santri diminta untuk
berdiri selama kegiatan belajar berlangsung sampai santri tersebut merasa bahwa
sudah tidak mengantuk lagi. Selain itu tasliyah juga bisa dilaksanakan dengan
kegiatan belajar di luar kelas sebagai solusi kebosanan para santri. KBM di luar
kelas bisa terwujud dengan belajar di perpustakaan, taman, masjid dan tempat-
tempat lain yang dirasa nyaman. (Observasi pada tanggal 25-30 April 2001)
Penutupan : Pada saat ini hampir semua ustadz yang mengajar aqidah di
pesantren Al-Irsyad Salatiga melakukan hal-hal berikut ini:
1) Menyuruh santri untuk membuat ikhtisar dengan bahasanya sendiri
baru kemudian ustadz menyimpulkan dan merangkum materi.
2) Memberikan PR atau dalam pesantren dikenal dengan alwajibul
manzil.
3) Memberikan post test.
4) Kembali memberikan motivasi kepada santri untuk mmempelajari
kembali materi tersebut di sakan.
5) Menutup pelajaran dengan salam.
Agar santri bisa merenungkan dan mengukur materi yang diperoleh
dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar, ustadz aqidah juga melakukan
refleksi. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan
diperoleh serta apa-apa yang sudah dilakukan. Refleksi yang dilakukan
merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Refleksi proses maupun hasil belajar dapat membantu santri membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
pengetahuan yang baru. Dengan begitu, santri merasa memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari. (Observasi pada tanggal
25-30 April 2011).
Lain dari pada itu, ustadz juga memberikan penguatan dengan cara
latihan-latihan atau diskusi, agar materi yang telah disampaikan dapat diingat
dengan baik oleh santri. Jika penguatan tidak diberikan, maka peserta didik yang
kurang belajarnya akan mudah melupakan materi pelajaran yang telah berlalu.
Semakin banyak latihan bagi siswa akan lebih mudah bagi mereka untuk
mengingat. Penguatan diberikan pada saat sebelum memulai pelajaran
(apresiasi), tatkala tengah penyampaian materi dan juga pada waktu sebelum
menutup pelajaran, meski tidak setiap waktu. Penguatan juga berwujud dengan
tugas-tugas yang besifat individu maupun kelompok. Penguatan ini diajukan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman santri terhadap materi pelajaran yang
telah disampaikan. Begitu juga dengan PR atau yang disebut dengan alwajibul
manzil juga memberikan penguatan pemahaman materi bagi para santri.
(Observasi pada tanggal 25-30 April 2011).
4. Evaluasi Pembelajaran
Untuk mengevaluasi kemampuan santri, ustadz menggunakan beberapa
jenis tes yang lebih dikenal dengan mengunakan istilah ikhtibar atau imtihan.
Sasaran evaluasi adalah perkembangan ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Di pesantren Al-Irsyad Salatiga terdapat beberapa ujian yang
wajib dihadapi santri pada tiap jenjang pendidikan. Ujian tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
1) Imtihan Maudhu`I : Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan setiap selesai
mempelajari satu bab dalam bidang studi aqidah (tauhid). Evaluasi semcam ini
berbentuk ujian tulis ataupun lisan dan diserahkan sepenuhnya kepada ustadz
yang mengampu kelas tersebut. Evaluasi seperti ini pada umumnya disebut
dengan ulangan harian.
2) Imtihan Syahri : Evaluasi yang diadakan pada setiap bulan (ulangan bulanan).
Adapun kebijaksanaan evaluasi ini diserahkan sepenuhnya kepada para ustadz
dibawah panitian penyelenggaraan ujian yang dibentuk oleh pesantren.
3) Imtihan A`malus Sanah : Yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap pertengahan
semester (mid semester). Pada waktu ini para ustadz wajib membikin soal ujian
kemudian diserahkan kepada panitia ujian yang telah ditentukan oleh pihak
pesantren.
4) Imtihan Nisful Awal : Ujian semester pertama (ganjil).
5) Imtihan Nisfu Ats-Tsani : Ujian semester genap (kenaikan kelas).
Ujian semesteran di pesantren Al-Irsyad Salatiga terbagi menjadi dua
macam, yaitu : a) Ujian Lisan (Imtihan Syafawi) dan b) Ujian Tulis (Imtihan
Tahriri).
Setelah mengadakan tes/ujian, ustadz memberikan penilaian dan
mengolahnya, kemudian melaporkan hasilnya kepada bidang pengajaran untuk
selanjutnya dilaporkan kepada setiap wali santri baik dalam bentuk buku raport,
atau dengan pengumuman di website pesantren.
Jika ditemukan ada nilai yang kurang, maka ustadz mengadakan
perbaikan pada santri dengan melakukan remidi (mahmul), dengan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
jumlah nilai yang kurang tidak lebih dari tiga mata pelajaran. Apabila terdapati
melebihi ketentuan di atas, maka santri tidak layak untuk naik kelas. Adapun
standar minimum nilai di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga adalah 5,5. Dan
diwajibkan bagi seluruh jajaran ustadz untuk memberikan nilai yang murni alias
tanpa “katrol”.
Selain bentuk ujian yang tersebut di atas, para santri juga diwajibkan untuk
berpartisipasi dengan mengikuti ujian-ujian yang diselenggarakan pihak negara,
baik ujian mid semester, ujian semester, dan ujian nasional di bawah naungan
Departemen Agama RI. Meski terlihat begitu banyak ujian yang harus dijalani
oleh santri, namun semua ini termasuk dari ketetapan kriteria kenaikan dan
kelulusan santri di pesantren Al-Irsyad Salatiga, sebagaimana peraturan yang
ada yang peneliti lampirkan. (Observasi pada tanggal 01-05 Mei 2001).
Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diperkuat dengan hasil wawancara
bersama salah seorang santri kepada peneliti :
5. Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di kelas, bahwa ustadz mata pelajaran aqidah
cukup memperhatikan terhadap penggunaan media pembelajaran, seperti buku
“Kalau ngomongin masalah ujian di pesantren ini, para santri sudah
menjadikannya hobi (sambil tersenyum) saking seringnya. Ada
imtihan maudhu`I, imtihan semester, imtihan Negara, imtihan lisan,
tulisan, banyak lah pokoknya. Tapi sebetulnya sih malah bikin kita ini
lebih rajin belajar dan berlomba-lomba dalam kebaikan”. (CL.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
paket, papan tulis, alat peraga dan media elektronik. Data tersebut didukung dari
hasil wawancara kepada mudir pesantren, menyatakan bahwa pihak pesantren
telah mengupayakan memenuhi alat peraga atau alat bantu yang dapat
menunjang upaya mengefektifkan pembelajaran, khususnya bidang studi aqidah.
Pernyataan mudir pesantren tersebut didukung dari cross check dengan
guru aqidah bersangkutan bahwa penggunaan media pembelajaran itu sangat
penting dan diperlukan, sebab untuk mencapai tujuan pembelajaran jika tidak
ditunjang dengan penggunan media pembelajaran akan mendapat kesulitan
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Seperti yang diujarkan oleh Ust. Rizal
Yuliar, Lc (pengajar aqidah kelas satu I`dad Muallimin) kepada peneliti :
Ada juga ustadz yang memakai media elektronik (LCD proyektor) di
kelas I`dad Lughawi oleh Ust. Tauhiddin ketika menerangkan tentang contoh-
contoh kesyrikikan yang ada di Negara Indonesia.
“Alhamdulillah, sampai sejauh ini media pembelajaran yang
tersedia, baik dari pihak pesantren maupun dari para ustadz secara
pribadi sudah bias dikatakan baik. Seperti ana (saya) ini,
menggunakan alat peraga semcam ini (menunjukkannya kepada
peneliti). Nah, dengan alat peraga seperti ini jelas lebih
memahamkan santri akan bentuk-bentuk dari tholasim
(jimat/mantra-mantra). Sudah barang mesti santri jadi lebih
berinteraksi dalam pembelajaran dan akan lebih mengahsilkan
natijah (internalisasi) yang bagus”. (CL.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan agar dalam mengantar
pesan nilai-nilai dan norma ajaran Islam melalui pembelajaran yang
direncanakan secara sistematis dapat memberikan kepuasan dan menumbuhkan
motivasi santri untuk mempelajari materi yang disampaikan, sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
Hasil Observasi tentang penggunaan media pembelajaran diatas
menunjukkan cukup baik, namun perlu dioptimalkan penggunaannya. Dengan
denikian, pengunaan media pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan gairah
dan motivasi belajar santri. Hal tersebut dapat tercipta interaksi media
pembelajaran bagi sebagaian besar santri.
Berdasarkan realita di atas, menunjukkan bahwa dengan adanya
penggunaan media pembelajaran setiap pertemuan mengajar ternyata cukup
mempengaruhi proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pengajaran. Oleh
sebab itu media pembelajaran merupakan salah satu sarana yang efektif dan
efisien bagi seorang guru terhadap pencapaian tujuan pengajaran yang
diharapkan.
6. Lingkungan Belajar
Komplek pondok pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
merupakan komponen komplit dalam mewujudkan lingkungan belajar yang
kondusif. Dari hasil observasi yang usai peneliti lakukan, ditemukan segala
bentuk nilai positif dari semua lini bangunan dan kegiatan yang ada di pesantren
Al-Irsyad Salatiga. Jadi, peneliti sampaikan bahwasanya pon-pes tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
berkeinginan agar semua santri dapat konsentrasi penuh di dalam menimba ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu agama tanpa harus terbebani dengan aktifitas
harian yang melelahkan, semisal mencuci dan masak. Hal ini terbukti bahwa
santri di ponpes tersebut mendapat fasilitas cuci-seterika gratis dengan wujudnya
laundry. Selain itu ternyata para santri juga tidak terbebani dengan cuci piring
setelah makan, semua ditanggung oleh pihak dapur pesantren.
Lingkungan dapur pesantren adalah salah satu lingkungan
belajar santri, bukan berarti para santri boleh belajar dan diskusi saat waktu
makan akan tetapi telah dibangun satu taman di depan bangunan dapur yang
ditujukan untuk kenyamanan santri belajar. Masih dalam lingkup dapur, didapati
bahwasanya konsumsi makanan dan minuman yang disediakan juga berpengaruh
terhadap daya pikir dan ingat para santri. Peneliti melihat perbedaan yang cukup
jauh dibanding dengan beberapa pesantren modern yang lainnya dari sudut
pandang konsumsi. Di pesantren ini lauk-pauk yang disediakan terjadwal dalam
tiap minggunya dengan cukup baik, tiga kali sehari terdiri dari nasi, dua jenis
lauk dan makanan pendukung lainnya seperti sambal dan kerupuk. Adapun lauk
tidak terlepas dari kandungan protein, kalsium, vitamin dan zat berguna lainnya.
Selain itu terdapat jadwal minum susu tiga kali seminggu, susu asli yang
didatagkan dari kapubaten tetangga, Boyolali. (Observasi 30 April 2011).
Termasuk dari lingkungan belajar yang kondusif di pesantren
Al-Irsyad Salatiga adalah asrama (sakan), dimana satu kamar hanya terdiri dari
tiga buah ranjang bertingkat untuk jumlah santri enam orang, ditambah dengan
satu toilet berair artetis dan shower, juga fasilitas lemari besar dengan enam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
pintu guna meletakkan semua perbendaharaan santri dan sejumlah buku.
Tentunya dengan adanya enam santri di dalam tiap kamar, membuat aksi belajar
lebih hening tanpa kegaduhan. Kemudian di dalam satu kamar ditunjuk seorang
ketua kamar yang telah duduk di kelas tertinggi, yakni tiga I`dad Muallimin.
Ketua kamar ini bertugas mengawasi sekaligus membimbing adik-adik kelas
yang menjadi anggota kamar di dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jarang pula
sosok ketua kamar yang baik ditiru oleh anggota kamar menjadi bentuk
kepribadian. Ketua kamar juga ditugasi untuk selalu bekerja sama dengan
musyrif agar terwujudnya keamanan dan ketentraman asrama.
Di dalam asrama para santri digerakkan untuk belajar dan
mengulang pelajaran pada pukul 20.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dan
untuk siang hari diwajibkan bagi santri melakukan istirahat siang, tujuannya
ialah agar pelaksanaan KBM sore hari tidak terasa melelahkan.
Adanya beberapa pembina asrama dan ustadz tentu yang
berdomisili di dalam komplek pon-pes tentu menambah kondusif lingkungan
belajar di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Kapan saja santri mengalami kesukaran
bisa langsung menemui ustadz dan langsung menanyakan dari berbagai
permasalahan yang dihadapi. Observasi yang peneliti laksanakan menghasilkan
beberapa temuan, contoh: 1) santri menghadap ustadz setelah menunaika ibadah
sholat di masjid untuk bertanya pelajaran yang belum dipahami, 2) santri
menghadap ustadz di kantor untuk menanyakan persoalan pribadi maupun
pelajaran di kelas, dan 3) santri bersilaturahmi ke rumah ustadz atau ke asrama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
ustadz (bagi yang bujang) guna menanyakan kesulitan yang dihadapi, baik yang
berkaitan dengan pelajaran maupun hal-hal lain.
Pada hakikatnya pesantren Al-Irsyad Salatiga telah membentuk
lingkungan belajar yang sangat baik untuk pembelajaran bahasa Arab dengan
terdapat begitu banyak kosakata-kosakata (mufrodat) Arab-Indonesia tertempel
di setiap lini bangunan. Akan tetapi kenyataan yang ada ternyata juga dirasa
cukup baik di dalam pembelajaran pelajaran-pelajaran lainnya, salah satunya
ialah mata pelajaran aqidah (tauhid).
Lingkungan belajar yang bagus untuk penanaman ilmu aqidah
sehingga muncul internalisasi yang kuat pada jiwa santri adalah keberadaan kelas
(fusul), masjid dan perpustakaan (maktabah), selain dari lingkungan belajar yang
telah peneliti uraikan di atas.
Kelas merupakan lingkungan belajar yang cocok bagi santri
untuk mempelajari aqidah langsung dengan kitab induk dengan dibimbing oleh
ustadz. Apabila terdapati kesulitan bisa segera menanyakan kepada pengajar
sehingga tidak terjadi salah paham. Dan jika ustadz selesai dan keluar kelas, para
santri masih dapat berdiskusi tentang pelajaran yang telah dipelajari bersama
rekan-rekan di kelas pada jam istirahat.
Lingkungan selanjutnya adalah perpustakaan, yang tak jarang
para ustadz mengajak peserta didik (santri) tatkala “bosan” belajar di kelas untuk
belajar di perpustakaan, atau ustadz sengaja meminta santri menyelesaikan tugas
yang refrensinya banyak di dapat dari perpustakaan, khususnya tugas mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
pelajaran aqidah. Pernyataan ini sesuai dengan ucapan Ust. Iqbal Baswedan
kepada peneliti :
Kemudian yang selanjutnya adalah lingkungan masjid. Dan inilah pusat
dari lingkungan belajar terbaik dalam pembelajaran aqidah sehingga muncul
internalisasi nilai pada jiwa santri. Dari observasi yang peneliti laksanakan di
dalam satu minggu diadakan sebanyak tiga kali kajian tentang aqidah, waktunya
adalah setalah sholat maghrib sampai dengan masuk waktu isya’. Pembicara
adalah ustadz yang mengajar aqidah (tauhid) di jenjang I`dad Muallimin, yang
telah banyak “makan garam” berdakwah tauhid. Dalam kegiatan ini para santri
berhak menanyakan semua permalahan yang berkaitan dengan aqidah, meskipun
tidak ada dalam materi di kelas. Tenyata dari kajian ilmiah seperti ini malah
membikin santri memahami kaedah dan prinsip keislaman yang menghujam di
sanubari.
….”maktabah adalah tempat yang munasib (cocok) untuk pelajaran
aqidah. Makanya banyak ustadz-ustadz di sini yang mengajak
santri kesana. Diberi tugas dari materi yang jawabannya harus dari
kitab aqidah-aqidah lain yang hanya ada di perpustakaan. Santri
pun juga merasa royid (senang) dengan tugas semacam ini, malah
banyak yang minta ke ustadz pergi ke maktabah aja kalau mereka
merasa bosen belajar di kelas”. (CL.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Selanjutnya dari penelitian yang peneliti laksanakan dalam bidang
lingkungan belajar aqidah yang kondusif bagi para santri ialah diadakan kegiatan
dakwah ke luar pesantren (masyarakat luas) pada tiap hari Kamis sore, yang
ditujukan khusus untuk para santri kelas dua I`dad Muallimin / XI MA dan XII
MA semester pertama. Hasil temuan ialah dakwah yang diajarkan pertama kali
ialah dakwah tauhid yang intinya mengajak ummat untuk kembali kepada aqidah
yang lurus. (Observasi pada tanggal 05 April 2011).
7. Karakteristik Bahan Ajar Aqidah di Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Bahan ajar untuk bidang studi aqidah (tauhid) ialah buku asli berbahasa
Arab tanpa meninggalkan buku ajar aqidah yang berasal dari Departemen Agama
RI. Dari hasil observasi yang peneliti laksanakan, buku ajar aqidah yang
dipergunakan di pesantren Al-Irsyad Salatiga berbeda-beda sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh para santri. Meski demikian materi yang ada
pada semester awal memiliki kemiripan.
Untuk jenjang SDITQ buku ajar yang digunakan adalah buku berjudul
“Aqidah Akhlaq” yang disusun oleh bagian Litbang Yayasan Al-Irsyad
berkantor pusat di DKI Jakarta. Buku ini tersusun dalam enam jilid, sesuai denga
jenjang sekolah dasar kelas satu sampai dengan kelas enam. Materi yang
diajarkan tidak terlepas dari standar baku DIKNAS dan DEPAG, seperti
pengenalan rukun iman dan rukun islam ditambah dengan materi yang berkaitan
dengan jenis-jenis akhlak yang baik terhadap orang tua dan orang lain. Buku ajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
tersebut berbhasa Indonesia dan ustadz yang menggajar juga memperhunakan
bahasa Indonesia. (Observasi pada tanggal 30 April 2011).
Pada jenjang Mutawashitah/MTs Al-Irsyad dan I`dad Lughowi (jenjang
persiapan bahasa) bahan ajar aqidah mempergunakan kitab berbahasa Arab yang
berjudul “At-ta`liqul Mukhtashor Al-Mufid”, karangan DR. Shalih bin Fauzan
bin Abdillah Al-Fauzan, seorang ulama’ dari Saudi Arabia. Secara ringkas
peneliti akan menyebutkan poin-poin penting dari materi yang ada dalam kitab
tersebut, yaitu:
1) Tujuan manusia dan jin diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah hanya
kepada-Nya semata.
2) Keutamaan aqidah (tauhid) dan kerusakan syirik.
3) Pengenalam tiga macam tauhid (rubiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat).
4) Macam-macam syirik (syirik besar dan syirik kecil).
5) Bentuk-bentuk kesyirikan (penyekutuan Allah dalam ibadah, perdukunan, rajah,
jimat dan lain sebagaianya).
Pada jenjang ini ustadz yang mengajar menerangkan pelajaran dengan
menggunakan bahasa Arab (Observasi pada tanggal 11 April 2001).
Adapun untuk jenjang pendidikan I`dad Muallimin/MA Al-Irsyad bahan
ajar aqidah mempergunakan kitab berbahasa Arab dengan judul “Kitab At-
Tauhid” hasil karya dari DR. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan. Buku
ajar ini juga menjadi pegangan dalam ilmu aqidah jenjang Sekolah Menengah
Atas di Kerajaan Saudi Arabia. Adapun materi di dalam kitab tersebut tidak jauh
berbeda dengan buku ajar yang terdapat di jenjang Mutawashitah/MTs, sekalipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
terdapat penjabaran yang lebih detail akan syubhat-syubhat (kerancuan
pemikiran) dari beberapa kelompok yang menyimpang berikut dengan bantahan
yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits Nabi serta keterangan para sahabat
Rasulullah Muhammad. Akan tetapi juga terdapati di dalam kitab tersebut
materi-materi lain meliputi : 1) Ilmu tentang perbedaan-perbedaan agama
(theology), dan 2) Pengenalan kelompok-kelompok sesat yeng mengatas
namakan Islam seperti, Khawarij, Syiah, Murji`ah, Mu`tazilah, dan beberapa
kelompok lain yang bercokol di negara Indonesia.
Selain menggunakan kitab tersebut di atas, jenjang I`dad Muallimin kelas
dua, mempergunakan kitab yag berjudul “Al-`Aqidah Al-Washitiyah” karangan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang berisikan pembahasan berkenaan dengan
penjelasan tauhid “asma’ dan sifat Allah” berikut dengan penyebutan kelompok-
kelompok yang menyimpang dan bantahan-bantahan kepada kelompok sesat
tersebut.
Pada jenjang ini, pembelajaran aqidah disampaikan langsung oleh ustadz
dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar KBM. (Observasi
pada tanggal 12 April 2011).
8. Interaksi Pembelajaran
Pada proses belajar mengajar aqidah, interaki belajar mengajar
berlangsung dengan baik. Hubungan antara ustadz dengan santri terjalin akrab,
sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan. Jika ada anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
ramai, ustadz mampu memberikan pengarahan dengan baik agar tak membuat
gaduh suasana. (Observasi pada tanggal 25 April 2011).
Interaksi lebih menonjol di saat ustadz memberikan penjelasan dengan
contoh yang berkaitan dengan aqidah dengan kehidupan sehari-hari, baik dalam
bentuk cerita maupun dengan menggunakan alat peraga. Salah satu tenaga
pengajar aqidah yang bernama Ust. Tauhiddin memberikan pernyataan kepada
peniliti :
Setelah peneliti melakukan cross ceck dengan beberapa santri pernyataan
ustadz di atas ternyata benar, sebagaimana berikut :
Bentuk lain dari interkasi yang ada ialah pada waktu ustadz melakukan
penugasan, seperti diskusi dan mencari refrensi di perpustakaan (maktabah).
Terlihat para santri semangat melaksanakan, sehingga terjadi interaksi. Lain dari
pada itu ketika ustadz memberikan waktu untuk tanya jawab di akhir waktu
“Santri kalau ana (saya) ngajar dengan model contoh mengggunakan
LCD interkasi mereka benar-benar keliahatan”. (CL.2)
“O..banyak kok santri-santri yang merasa asyik dan aktif di saat
ustadz menjelaskan materi dengan dikaitkan kejadian-kejadian yang di
sekitar kita. Sebagai murid kan jadi tambah senang dengan metode
macam itu”. (CL.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
pelajaran interaksi pembelajaran juga muncul. (Observasi pada tanggal 28 April
2011).
Interaksi pembelajaran tidak hanya terlihat pada waktu/jam pelajaran saja,
akan tetapi di waktu dan tempat lain juga tampak. Dari hasil observasi penelitian
menghasilkan temuan para santri yang antusias mencari kebenaran dari
permasalahan atau fenomena yang santri temukan ketika berada di luar pesantren
maupun seusai membaca buku kepada para ustadz di waktu dan tempat yang
tidak ditentukan, seperti di masjid, perpustakaan, rumah dinas, dan lain
sebagainya.
Dengan terwujudnya interaksi pembelajaran membuat interaksi nilai
aqidah lebih rosikh (melekat) dalam benak dan jiwa santri, sehingga dari
internalisasi tersebut membuahkan kepribadian yang baik dan lurus.
9. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri
Dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan menghasilkan
beberapa temuan terkait dengan internalisasi nilai aqidah pada santri pesantren
Al-Irsyad Salatiga. Di pesantren ini istilah internalisasi nilai dikenal dengan
menggunakan istilah bahasa Arab yaitu natijah wa tathbiq bima yata`allamahu
at-thulab.
Beberapa usaha pondok pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga dalam
menanamkan nilai aqidah pada santri diantaranya:
a. Pemahaman Sahih: Pemegang peran utama pada saat ini ialah segenap tenaga
pengajar, khususnya ustadz bidang studi aqidah. Pemahaman sahih (benar) bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
dilakukan dengan menggunakan bahan ajar selama proses pembelajaran di kelas.
Selain itu juga bisa diwujudkan dengan penjelasan menggunakan media
pembelajaran yang lain berkaitan dengan penyimpangan dan kesesatan pola piker
beberapa kelompok sempalan.
b. Pemberian Keteladanan: Hal ini terwujud dengan adanya kerjasama yang baik
antara seluruh komponen pondok pesantren, dimulai dari mudir sampai para
petugas kebersihan. Saling menasehati antar santri dan wejangan dari ustadz
termasuk dari pemberian keteladanan. Meskipun demikian kepribadian dan
figure mudir dan ustadz adalah keteladanan paling utama bagi para santri.
c. Penciptaan lingkungan yang religius: Dengan adanya masjid yang bagus,
perpustakaan, asrama yang bersifat homogen (pria), sehingga para santri tidak
mengenal lawan jenis selama di dalam komplek pondok yang menjadikan pikiran
para santri fokus menimba ilmu. Selanjutnya dengan adanya kegiatan-kegiatan
kepesantrenan yang bersifat islami dan selalu mengajak kepada ukhuwah
islamiyah (persaudaraan sesame muslim).
d. Pemberian motivasi: Berwujud nasehat, semangat, curahan hati atau bisa dengan
hadiah.
e. Pembiasaan: Pembiasaan terlaksana dan terwujud selama dua puluh empat jam di
setiap hari dari poin a-d yang tesebut di atas. Pembiasaan diselenggarakan dan
terus dipantau oleh segenap ustadz dan musyrif pondok pesantren. Meski bagi
santri baru dirasa cukup sulit, namun hal ini menjadi faktor utama di dalam
menginternalisasikan nilai aqidah bagi para santri, khususnya dalam masalah
ibadah sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
(Observasi pada tanggal 5-30 April 2011).
Internalisasi nilai pada santri terkait dengan pelajaran aqidah (tauhid) di
pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga dapat dilihat dari dua kondisi, Pertama,
kondisi santri tatkala berada di dalam pon-pes dan kedua adalah kondisi santri
ketika berada di luar pesantren sampai dengan lulus menjadi alumni.
Internalisasi nilai yang terwujud dari pelajaran aqidah yang telah
ditempuh selama di kelas dan tempat lainnya adalah tercermin akhlak yang mulia
pada sebagian santri di tiap jenjang pendidikan yang berbeda.
Di jenjang SDITQ internalisasi nilai terlihat dengan akhlaq santri yang
giat mengamalkan sedikit demi sedikit ajaran-ajaran keislaman. Dimulai dengan
disiplin shalat berjama`ah, berbakti kepada ustadz dan musyrif, disiplin dalam
antrian makan dan mandi, serta kegatan sehari-hari.
Berkenaan dengan aqidah para santri SDITQ telah memahami betul akan
rukun Iman dan rukun Islam, serta mulai memahami ajaran Islam yang benar dan
yang menyimpang. Contoh dari ajaran yang menyimpang ialah menyembah
kuburan, berdoa kepada selain Allah, serta berbuat bid`ah. (Observasi pada
tanggal 02 Mei 2011).
Adapun di jenjang Mutawashitoh/MTs Al-Irsyad, internalisasi nilai
aqidah terwujud dengan hafalnya santri dalil-dalil baik yang berasal dari Al-
Qur’an maupun sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Para santri
memahami betul makna aqidah sehingga terwujud dalam kepribadian selama di
pesantren. Selain itu para santri juga lebih mengenal akan beberapa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
yang berlabel Islam tetapi telah menyimpang dari ajaran aqidah yang benar.
(Observasi pada tanggal 03 Mei 2011).
Internalisasi nilai aqidah sangat dominan dan terlihat pada santri di
jenjang pendidikan yang tertinggi di pesantren Al-Irsyad Salatiga, yaitu I`dad
Muallimin atu setingkat Madrasah Aliyah. Pada jenjang ini nyaris seluruh santri
memahami dengan betul ajaran aqidah yang lurus. Dari observasi dan wawancara
yang peneliti laksanakan terlihat kemantapan aqidah yang terhujam di sanubari
santri. Selain itu peneliti juga mendatangi beberapa alumnus yang ternyata masih
mengakar dengan jiwa tauhid yang kokoh hingga menjadi orang-orang yang
multazim sesuai dengan syariat yang benar.
Keberadaan lama tinggal di pesantren juga termasuk faktor yang
memunculkan internalisasi nilai tinggi dalam bidang ilmu aqidah. Salah satu
alumni pesantren yang bernama Mazer Nasher Nahdi, SpdI berkata kepada
peneliti :
Selain mempelajari ilmu aqidah yang berkenaan dengan rukun Iman dan
Islam, pada jenjang I`dad Muallimin ini juga dipelajari tentang perbedaan
agama-agama kelompok-kelompok sesat lagi menyesatkan dalam hal aqidah.
Dari hasil observasi ditemukan hampir semua santri mengetahuinya, terlebih
santri yang telah duduk di kelas tertinggi (niha’i). Internalisasi nilai terlihat saat
“…Ana (saya) bisa iltizam seperti ini ya karena ilmu yang ana pelajari
selama jadi santri. Pesantren mampu mewarisi ilmu aqidah Islam yang
benar kepada santri.” (CL.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
beberapa santri menjelaskan sedikit dari cabang ilmu aqidah yang dipelajari
kepada peneliti yang kebanyakan masyarakat Indonesia kurang memahami,
antara lain :
1) Bahwasanya Dzat yang wajib disembah hanyalah Allah Ta`ala semata tanpa harus
diiringi dengan bentuk sesembahan yang lain. Jadi arti sebenarnya dari kalimat
“La ilaha illallah” bukan sekedar Tiada Tuhan Selain Allah. Apabila makna ini
yang di dakwahkan artinya semua sesembahan yang ada adalah Allah dan ini
sungguh tidak benar. Adapun yang benar makna La Ilaha Illah ialah la ma`buda
bihaqqin illalloh (Tiada Sesembahan Yang Pantas Untuk Diibadahi/disembah
Melainkan Allah).
2) Bahwasanya pedoman yang wajib dipegang oleh kaum muslimin bukan hanya Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Karena begitu banyak dari kelompok yang
mengatasnamakan Islam akan tetapi menyimpang dari ajaran yang sebenarnya
juga menggunakan dua pedoman di atas. Kelompok-kelompok tersebut salah
dalam memahami Al-Qu’an dan As-Sunnah. Dua pedoman tersebut harus
ditambahi dengan pemahaman yang benar dari penjelasan dan keterangan para
sahabat-sahabat Nabi yang telah mendapatkan ilmu syariat langsung dari Nabi
Muhammad. Sehingga jikalau tidak menggunakan pemahaman dari para sahabat
dan murid-murid mereka akan muncul kerancuan di dalam beragama, walhasil
merebaknya bid`ah (sesuatu yang baru dalam beragama), dan ini haram
hukumnya sesuai konsensus para ulama’.
3) Apabila ditinjau dari ajaran Islam, kebanyakan dari kelompok-kelompok sesat
dewasa ini, khususnya yang ada di Negara Indonesia bersumber dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
kesalahpahaman aqidah yang dipelajari. Salah satunya adalah keyakinan takfir,
yaitu mengkafirkan orang selain golongannya. Sehingga muncul beberapa
kelompok yang berani mengkafirkan pemerintah Indonesia dan sebagian rakyat.
Walhasil muncul banyak aksi teror dan pembuatan Negara Islam dalam negeri
ini. Dan ini jelas menyelisi aqidah yang telah ada dalam Islam semenjak dahulu.
(Hasil wawancara pada tanggal 05 Mei 2011 dengan beberapa santri kelas tiga
I`dad Muallimin).
Tidak cukup dengan penerapan aqidah dalam kehidupan sehari-hari
dalam lingkup masyarakat. Internalisasi nilai aqidah juga kuat di jiwa para
alumni pesantren Al-Irsyad Salatiga. Banyak dari alumni yang sekarang masih
menjadi mahasiswa dan yang telah bekerja di berbagai bidang memiliki akhlaq
yang sesuai dengan yang telah diajarkan oleh ustadz selama menjadi santri.
Adapun yang bekerja sebagai guru agama (ustadz), internalisasi nilai diwujudkan
di dalam berdakwah, yang selalu diawali dengan pemurnian aqidah dan
pemberantasan bentuk-bentuk kesyrikikan, baru kemudian mengajarkan ajaran-
ajaran Islam lainnya.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan
teori yang didapat dari hasil temuan penelitian, yaitu proses pembelajaran yang
sesuai dengan ketententuan dan teori yang ada, meliputi input peserta didik
(santri), tenaga pengajar (ustadz) yang kompeten dari segala disiplin keilmuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
dengan karakteristik yang bisa untuk dijadikan suritauladan, jenis kurikulum,
model/strategi pembelajaran berikut dengan media pembelajaran yang beraneka
ragam dan lingkungan yang kondusif, serta diiringi dengan binaan seorang mudir
(kepala pon-pes) yang memegang peran paling puncak di dalam pondok
pesantren, maka interaksi dari semua yang tersebut di atas telah mampu
menuaikan sejumlah internalisasi nilai aqidah yang tinggi pada jiwa para santri.
Pembahasan hasil penelitian akan memfokuskan tentang aspek-aspek
yang mempengaruhi penemuan teori yang telah dikemukakan pada penelitian ini.
Aspek pertama adalah karakteristik tiga komponen besar dalam sebuah pondok
pesantren, terdiri dari mudir, ustadz dan santri. Kedua ialah proses pembelajaran
aqidah yang ada berikut dengan hal-hal yang berkaitan, dan terakhir adalah
penjelasan dari internalisasi nilai aqidah pada santri maupun alumni dari Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
1. Karakteristik Mudir, Ustadz dan Santri di Al-Irsyad Salatiga
Keberadaan mudir atau kepala pesantren memiliki peran penting dalam
pengembangan proses dan mutu pembelajaran. Pesantren Al-Irsyad Salatiga
mempunyai seorang mudir yang membawahi sejumlah kepala sekolah di setiap
jenjang pendidikan yang ada, sekaligus juga membawahi beberapa kabag dari
semua elemen penting pondok pesantren. Untuk perkembangan proses dan mutu
pembelajaran, seorang mudir harus berhati-hati dalam memilih tenaga pengajar,
khususnya di bidang studi aqidah, ,mengingat begitu banyak orang yang
mengaku ahli agama tetapi serampangan di dalam mengamalkan. Sebagai sosok
yang paling disegani mudir juga berpera penting di dalam meng-internalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
nilai aqidah kepada para santri, yakni dengan perangai dan akhlakul karimah,
sehingga mampu memberi kesan seorang suritauladan bagi santri. Meski seorang
mudir tidak mendapat amanah mengajar di kelas dalam bidang studi tauhid,
bukan berarti tidak mampu menerangkan materi aqidah kepada setiap santri.
Pengajian aqidah di masjid dan radio adalah salah satu model pembelajaran
aqidah baik dari sosok mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga.
Dalam peranannya di pesantren sebagaimana tersebut di atas sesuai
dengan pendapat Abdur Rozaki (2004:87-88) yakni Kepemimpinan kiai di
pesantren memegang teguh nilai-nilai luhur yang menjadi acuannya dalam
bersikap, bertindak dan mengembangkan pesantren. Nilai-nilai luhur menjadi
keyakinan kiai dalam hidupnya. Sehingga apabila dalam memimpin pesantren
bertentangan atau menyimpang dari nilai-nilai luhur yang diyakininya, langsung
maupun tidak langsung kepercayaan masyarakat terhadap kiai atau pesantren
akan pudar. Karena sesungguhnya nilai-nilai luhur yang diyakini kiai atau umat
Islam menjadi ruh (kekuatan) yang diyakini merupakan anugrah dan rahmat dari
Allah.
Di dalam membantu mewujudkan visi dan misi pon-pes seorang mudir
dibantu oleh tenaga pengajar yang bergelar ustadz, berlatar belakang keilmuwan
yang berbeda. Termasuk ciri dari ustadz bidang studi aqidah (tauhid) ialah yang
telah menyelesaikan pendidikan tinggi jurusan Aqidah atau Syari`ah dari Islamic
University Of Medina, KSA. Bahkan salah satu ustadz aqidah asli orang Arab
yang diperbantukan Kerajaan Saudi Arabia khusus mengajar di pondok pesantren
Al-Irsyad Salatiga. Segenap santri merasa senang dengan adanya tenaga-tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
pengajar tersebut, karena selain profesional dalam bidang aqidah, figur
keseharian para ustadz juga dijadikan patokan pembentukan kepribadian terpuji
dalam kehidupan sehari-hari. Selain karena banyaknya hafalan qur’an yang
dimiliki oleh ustadz berikut dengan ilmu-ilmu agama yang diserap dengan baik,
ternyata pihak pesantren juga menyusun ketentuan (kode etik) mengajar, dengan
tujuan agar interaksi pembelajaran terwujud dengan baik, khususnya mata
pelajaran aqidah sehingga mampu memunculkan internalisasi nilai aqidah pada
jiwa para santri.
Penjelasan diatas sesuai dengan karakteristik ustadz yang tersebut di
kajian teori bahwasanya karakteristik ustadz tidak lepas dari beberapa poin
berikut yang diadopsi dari Imam Moedjiono (2002:6167) yaitu:
a. Bepengetahuan luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap (QS.
Al-Mujadalah: 11).
b. Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al-Qur'an Surat An-Nissa: 58.
c. Bertanggung jawab (QS. Al-An'am:164).
d. Selektif terhadap informasi (QS. Al-Hujurat:16).
e. Senantiasa memberikan peringatan (QS. Adz-Dzariyat:55).
f. Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan (QS.As-Sajadah:24)
g. Suka bermusyawarah (QS. Ali Imran:159).
h. Istiqamah dan teguh pendirian (QS. Al-Ahqaf:13).
i. Senang berbuat kebaikan (QS. Al-Baqarah:195).
j. Selalu berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap orang
mukmin (QS. At-Taubah:128).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
k. Kreatif dan tawakal (QS. Al-Qashash:77).
l. Mempunyai semangat kompetitif (QS. Al-Baqarah:148).
m. Estetik, berkepribadian baik dan berpenampilan rapih (QS. Al-'Araf:31).
n. Selalu harmonis dan proporsional dalam bertindak (QS. Al-Baqarah:190).
o. Disiplin dan produktif (QS. Al-'Ashr).
Komponen yang terakhir dan terbanyak di pondok pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga adalah santri yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki dan
datang dari berbagai daerah Indonesia dan manca negara. Berlatar belakang suku,
ras, bahasa dan bahkan kewarganegaraan berbeda menjadikan para santri
memiliki karakter yang bermacam-macam. Namun terdapati kesamaan dari
semua santri ketika melaksanakan segenap program/kegiatan kepesantrenan,
terlebih kegiatan yang bernilai ibadah. Selain itu juga kebiasaan santri yang
memiliki sosialisasi tinggi terhadap sesama, terbukti dengan ikhlas
mendakwahkan ilmu guna memberantas kejahilan di masyarakat dengan penuh
rasa ikhlas. Karakter lainnya adalah kuat dan kokoh dalam beraqidah dan
bermanhaj (multazim). Terbukti dengan satu kata dan tekad untuk senantiasa
memurnikan aqidah dari segala macam bentuk kesyirikan dan pelaku syirik.
Internalisasi nilai seperti ini tidak hanya dimiliki oleh santri yang tinggal di
pesantren Al-Irsyad saja, akan tetapi juga “masih” dimiliki oleh segenap alumni
yang telah meninggalkan pesantren Al-Irsyad Salatiga. Segenap santri Al-Irsyad
Salatiga senantiasa berdomisili di asrama (sakan) dengan niat menuntut ilmu
dengan pembinaan para ustadz dan berusaha semaksimal mungkin untuk
menjalankan ilmu yang didapat dalam bentuk ibadah secara sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Penemuan ini mendapatkan kesamaan dengan yang ada di kajian teori
bab II bahwa santri secara sempit santri berarti murid atau siswa yang sedang
belajar ilmu keagamaan islam dibawah asuhan atau kiai atau ulama’, dengan cara
bermukim di sebuah tempat yang disebut dengan pesantren. Secara luas, Santri
berarti seorang muslim atau kaum muslimin yaitu golongan orang islam yang
menjalankan ibadah keagamaanya secara khafah sesuai dengan ajaran syariat
islam yang sesungguhnya (Wahid:2000).
. Selain itu, para santri dalam kesehariannya dibiasakan untuk hidup
mandiri dan tidak selalu menjadi beban bagi orang lain termasuk orang tua.
Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa berkorban, tolong menolong, memiliki
kepedulian terhadap lingkungan serta peka terhadap kondisi umat. Upaya-upaya
tersebut merupakan wujud penanaman kepada para santri yaitu Keikhlasan,
Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah, dan Pengorbanan.
2. Proses Pembelajaran Aqidah di Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Kegiatan Belajar Mengajar di Al-Irsyad Salatiga dimulai pukul 07.00
WIB, diawali dengan acara thobur shobah (apel pagi) dan berakhir pada jam
17.00 WIB. Adapun untuk pelajaran aqidah (tauhid) diletekkan oleh bagian
pengajaran di awal jam KBM, sekitar pukul 07.00 sampi pukul 09.00 WIB.
Alasannya Karena materi aqidah terdapat begitu banyak dalil-dalil yang terdapat
dari Al-Qur’an dan Hadits yang harus dihafal oleh segenap peserta didik, oleh
sebab itu waktu pagi adalah waktu yang cocok untuk menghafal disamping juga
otak masih fresh. Ternyata dengan hal ini menjadikan santri lebih cepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
menyerap ilmu dan menerapkannya degan perubahan tingkah laku menjadi lebih
baik. Hal ini sama dengan pendapat menurut Moeslichatoen (2006:60) bahwa
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses
belajar yang menghasilkan suatu perubahan.
Adapun untuk kurikulum aqidah diadopsi dari kurikulum yang ada pada
jenjang pendidikan Saudi Arabia sembari mensinambungkan kurikulum yang
diperoleh dari Departemen agama RI. Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga telah
memahami bahwa otoritas pengembangan kurikulum bukanlah pada pemerintah
pusat atau daerah, melainkan pada Madrasah yang mana berbentuk sebuah
pondok pesantren. Pada konteks ini bagian pengajaran dan kurikulum pesantren
sudah mampu menterjemahkan standar kompetensi yang dibuat oleh pemerintah
dan merumuskan dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang selanjutnya diimplementasikan dalam kelas-kelas pembelajaran.
Proses pembelajaran diawali dari sisi ustadz yang telah menyusun I`dad
ad-dars atau RPP agar proses pembelajaran berjalan sistematis. Untuk mencapai
sasaran proses pembelajaran yang bermutu (mutu pembelajaran) dan hasil belajar
studi aqidah pada santri maka para ustadz sudah menuliskan model-model
strategi pembelajaran di RPP tersebut.
Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran aqidah oleh para ustadz
terbagi dalam tiga kondisi: a) pendahuluan, b) kegiatan inti/penyampaian materi,
dan c) penutupan yang semua dipadu dengan kegiatan refleksi dan penguatan.
Selain dari tiga kondisi tersebut, ustadz pengajar aqidah juga tidak terlepas dari
media sebagai alat bantu yang pembelajaran. Dalam kegiatan inti ustadz
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
melaksanakan pembelajaran dengan kreatif dan meggunakan metode secara
bervariasi dalam pendekatan pembelajaran, media/alat peraga yang relevan
dengan materi yang disampaikan.
Hal ini sesuai dengan PP No.19 tahun 205 yang tertulis di kajian teori
bahwasanya standar proses pembelajaran yang sedang dikembangkan, maka
lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien meliputi: “(1) perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses
pembelajaran, (3) penilaian hasil pembelajaran, dan (4) pengawasan proses
pembelajaran”.
Keempat lingkup kegiatan dalam standar proses pembelajaran di atas,
dijelaskan oleh Pudji Muljono (2006:31-32) sebagai berikut:
“Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut, terarah dan terukur dari
jenjang kemampuan rendah hingga tinggi secara berkesinambungan. Sistemik
berarti mempertimbangkan berbagai faktor yang berkaitan, yaitu tujuan yang
mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, karakteristik peserta
didik, karakteristik materi ajar yang mencakup fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip, kondisi lingkungan dan hal-hal lain yang menghambat atau mendukung
terlaksananya proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran”.
Proses pembelajaran aqidah di kelas lebih banyak menggunakan strategi
pembelajaran menggunakan metode CBSA dengan pendekatan pembelajaran
CTL dan metode inquiri. Penemuan ini senada dengan yang tertera pada kajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
teori bahwasanya inti dari model CTL ada tujuh indicator penting yang tidak
terdapat pada model lain, yaitu yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,
penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu). Contoh,
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh
siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, mencoba
mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut),
authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Meski demikian metode ceramah dan dialog juga masih dominan
dilaksanakan oleh para ustadz bidang studi aqidah dengan alasan bahwa aqidah
merupakan pondasi setiap muslim yang harus ditegakkan di atas dalil atau nash
Al-Qur’an dan Hadits, jika hanya berlandaskan otak manusia maka aqidah tidak
akan bisa dicerna dengan baik, senada dengan yang ada di kajian teori bahwa
pesantren merupakan pranata pendidikan tradisional yang dipimpin oleh seorang
kiai atau ulama. Di pesantren inilah para santri dihadapkan dengan berbagai
cabang ilmu agama yang bersumber dari kitab-kitab kuning. Pemahaman dan
penghafalan terhadap Al-Qur’an dan Hadits merupakan syarat bagi para santri.
(Imain Al-Fatta:1991, Panjimas no.677 Maret). Dan metode ceramah adalah
salah satu cara terbaik memahamkan aqidah yang benar kepada santri tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
mengandung resiko salah paham. Model semacam ini disebut di kajian teori
dengan direct learning atau pembelajaran langsung. Sintaknya adalah
menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah
atau ekspositori (ceramah bervariasi).
Selanjutnya yang tidak kalah penting untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan sehingga dapat menumbuhkan internalisasi dari mata pelajaran
aqidah ialah dengan penyelenggaraan evaluasi pembelajaran yang dikenal di
pesantren Al-Irsyad dengan istilah imtihan. Ujian ditujukan bagi setiap santri di
banyak waktu mulai yang bersifat harian sampai semesteran dengan bentuk
tertulis ataupun secara lisan. Adapun nilai menjadi salah satu syarat kenaikan
kelas dengan standar minimum lima koma lima.
Terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif bagi keberlangsungan
proses belajar yang baik adalah pra-syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Lingkungan yang dimaksud berupa lingkungan fisik alami maupun lingkungan
fisik buatan, lingkungan sosial dimana terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependensi santri per santri, antara santri dengan ustadz dan pegawai
lainnya.
Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga telah berusaha baik menata
lingkungan dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu untuk senantiasa
meningkatkan prestasi siswa. Untuk materi aqidah (tauhid) lingkungan belajar
yang ada telah memnuhi syarat kondusif. Selain secara alami terletak di kaki
pegunungan yang sejuk dan tidak bising, lingkungan fisik buatan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
berpengaruh seperti masjid, perpustakaan, asrama santri dan ustadz serta fasilitas
lainnya yang juga menjadi sarana belajara para santri.
Penjelasan di atas menghasilkan kesamaan dengan kajian teori yaitu
melengkapi sarana prasarana termasuk salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
Asmani (2009:59) menyebutkan beberapa sarana prasarana yang dapat
menunjang keberhasilan pendidikan sebagai berikut: laboratorium pendidikan,
laboratorium bahasa, gedung pengembangan bakat, gedung olahraga, media
ekspresi dan aktualisasi, dan fasilitas lainnya harus tersedia dengan lengkap.
Termasuk dari proses pembelajaran aqidah di pesantren Al-Irsyad
Salatiga ialah keberadaan sumber belajar yang berbentuk buku atau kitab
berbahasa Arab yang berbeda judul pada tiap jenjang pendidikan. Pengecualian
pada jenjang SDITQ sumber belajar adalah buku aqidah yang disusun oleh
Yayasan Al-Irsyad yang berkantor pusat di DKI Jakarta. Kandungan dari kitab-
kitab yang menjadi buku ajar aqidah mencakup tiga pilar penting dalam
beragama, yaitu : a) Pengetahuan akan Allah, b) Pengetahuan akan Nabi, dan c)
Pengetahuan Agama Islam yang dalam Islam dikenal dengan usul ats-tsalatsah.
Dari tiga pilar di atas penekanan ada pada bab-bab ketauhidan Allah dan
berbagai bentuk kesyirikan serta pada penegakan sunnah Rasul dan bantahan
terhadap ahli bid`ah.
Dari semua uraian di atas interaksi pembelajaran berikut dengan
internalisasi nilai aqidah bisa terwujud. Dengan banyak santri yang bertanya
permasalahan aqidah kepada ustadz atau dengan banyak santri yang
menyelesaikan tugas aqidah, maka itu merupakan contoh dari interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
pembelajaran. Dan terwujudnya pemahaman aqidah yang lurus dalam bentuk
akhlak yang baik dan hati yang senantiasa bertaqwa kepada Allah adalah salah
satu bentuk internalisasi nilai aqidah pada santri.
3. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri Al-Irsyad Salatiga
Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam
menginternalisasikan nilai-nilai keislaman, khususnya dalam masalah aqidah.
Internalisasi nilai merupakan bagian terpenting dalam pendidikan nilai yang
merupakan inti terlaksanakannya nilai. Dengan pembiasaan ini akan terbentuk
suatu kebiasaan dalam berperilaku, sehingga sesuatu yang telah terbiasa akan
terasa mudah dikerjakan dan menimbulkan perasaan senang/kepuasan jiwa
dalam melakukannya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam
penerapan pembiasaan haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
pengendalian jiwa, pengulangan perilaku, pengawasan serta evaluasi.
Pembiasaan juga dapat menggunakan perintah, contoh atau tauladan, dan
pengalaman-pengalaman khusus, juga menggunakan hukum-hukum dan
ganjaran. Dalam upaya menanamkan nilai-nilai aqidah pada peserta didik,
pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga menerapkan beberapa pembiasaan
praktik keagamaan di lingkungan pon-pes, antara lain: (1) Pembiasaan sholat
berjama`ah, sebagai bentuk pelaksanaan aqidah yang benar bahwasanya Tuhan
yang berhak disembah hanyalah Allah semata, (2) Pembiasaan doa disaat
permulaan dan penutupan pelajaran sebagai wujud penanaman aqidah bahwa
kepada Allah semata doa dan permohonan digantungkan, (3) Pembiasaan segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
aktifitas sehari-hari berazaskan dari al-Qur’an dan as-Sunnah termasuk
pelaksanaan dakwah mingguan.
Tujuan pembiasaan adalah agar santri memperoleh sikap-
sikap dann kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yan lebih tepat dan positif
dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Dengan kata lain
selaras dengan norma-norma dan tata nilai syariat yang berlaku. Hasil yang
dicapai melalui metode pembiasaan dapat dilihat dari perilaku siswa dalam
melaksanakan nilai-nilai keislaman. Dalam arti nilai-nilai keislaman tersebut
dilaksanakan secara alami tanpa adanya rekayasa dan paksaan dari orang lain.
Uraian di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Hery Noer Ali:1999) bahwasanya internalisasi nilai juga dapat didapatkan
melalui strategi pembiasaan bagi para peserta didik. Yang dimaksud dengan
kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistens, inform, dan hampir-
hampir otomatis (tanpa disadari oleh pelakunya).
Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai aqidah yang
telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku
keseharian oleh semua warga pesantren. Proses pengembangan tersebut dapat
dilakukan melalui tiga tahap yaitu: pertama sosialisasi nilai-nilai agama yang
disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa
mendatang disekolah. Kedua, penetapan action plan mingguan atau bulanan
sebagai tahapan dan langkah dilematis yang akan dilakukan oleh semua pihak
di pesantren dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati
tersebut. Imam al-Gozaly juga menggunakan pembiasaan dalam mendidik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
anak, sebagaimana dikutip oleh Arifin dalam buku “Paradigma Pendidikan
Islam” (Bumi Aksara:1991) bahwa bila seorang anak dibiasakan dengan sifat-
sifat yang baik, maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya
dan akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Sebaliknya bila
anak dibiasakan dengan sifat-sifat jelek, dan kita biarkan begitu saja, maka
ia akan celaka dan binasa.
Internalisasi nilai aqidah mampu diambil oleh dua jenis santri. Pertama
adalah santri yang masih berdomisili di asrama pesantren Al-Irsyad guna
menyelesaikan menuntut ilmu keislaman dan ilmu lainnya. Sedangkan yang
kedua ialah santri yang telah lulus dari pesantren tersebut (alumni) yang tengah
melanjutkan studi ke perguruan tinggi, atau alumni yang sudah dewasa (bekerja
dan menikah).
Untuk model santri yang pertama internalisasi nilai aqidah terwujud
dengan perbuatan dan ucapan yang baik, sopan dan ramah. Bisa juga dengan
rajin melaksanakan ibadah dan belajar. Akan tetapi juga ada yang terlihat giat
melakukan dialog serta diskusi dengan santri-santri lain dalam tema aqidah
(tauhid), biasanya membahas firoq atau sekte-sekte menyimpang yang bergerak
bebas di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan kajian teori
internalisasi nilai seperti ini disebut “tran-internalisasi”. Pada tahap ini bukan
hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan
kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan aktif.
Dalam tahap ini pendidik harus betul-betul memperhatikan sikap dan prilakunya
agar tidak bertentangan yang ia berikan kepada peserta didik. Hal ini disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
adanya kecenderungan siswa untuk meniru apa yang menjadi sikap mental dan
kepribadian gurunya. Proses dari transinternalisasi itu mulai dari yang
sederhana sampai yang komplek, yaitu mulai dari: menyimak, yakni
kegiatan siswa untuk bersedia menerima adanya stimulus yang berupa nilai-
nilai baru yang dikembangkan dalam sikap afektifnya. Menanggapi, yakni
kesediaan siswa untuk merespons nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke
tahap memiliki kepuasan untuk merespons nilai tersebut. Memberi nilai,
yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas merespon nilai menjadi siswa
mampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul dengan
kriteria nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Mengorganisasi nilai, yakni
aktivitas siswa untuk mengatur berlakunya sistem nilai yang ia yakini
sebagai kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia
memiliki satu sistem nilai yang berbeda dengan orang lain. Karakteristik
nilai, yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini,
dan yang telah diorganisir dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut
sudah menjadi watak (kepribadiannya), yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam Islam disebut
dengan kepercayaan/keimanan yang istiqomah, yang sulit tergoyahkan oleh
situasi apapun.
Tahap tran-internalisasi juga ditemukan pada santri kelas dua dan tiga
jenjang I`dad Muallimin yang mendapat waktu dan kesempatan dari pesantren
untuk berdakwah di luar komplek pon-pes. Pada waktu ini para santri dibekali
nasehat agar senantiasa mengawali dakwah dengan seruan aqidah atau tauhid,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
peribadatan hanya kepada dan untuk Allah Ta`ala semata. Para santri juga
“diwanti-wanti” untuk ilzimam dengan memgang teguh Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah agar menjadi mukmin multazim.
Internalisasi nilai dari aqidah juga membekas pada “mantan” santri yang
pernah “mondok” di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Terdapati beberapa santri yang
tersebar di berbagai penjuru Indonesia yang menjadi dai atau ustadz di banyak
pesantren dan menjadi tenaga pengajar pelajaran aqidah akhlak dan tauhid.
Selain itu juga ada dari alumni yang menjadi penulis di penerbitan atau pustaka
bernuansa islami khusus bidang aqidah dan ibadah. Terakhir adalah tersebarnya
para alumni di perguruan tinggi di Timur Tengah dan Saudi Arabia yang duduk
di fakultas Aqidah dan Syari`ah.
5. HAMBATAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah berkat karunia
kesehatan dan kekuatan yang dilimpahkan kepada peneliti sehingga pelaksanaan
penelitian di Pon-Pes Islam Al-Irsyad Salatiga dapat berjalan dengan lancar.
Adapun hambatan atau kendala yang peneliti hadapai ialah: 1) Lama waktu
penelitian yang dirasa kurang disebabkan kesibukan primer lain, dan 2) Adanya
kendala pada dokumentasi penelitian dimana beberapa jaringan komputer di
salah satu jenjang pendidikan mengalami kerusakan.
Dari hasil observasi dan pengamatan selama penelitian
berlangsung didapati juga hambatan pada proses pembelajaran aqidah sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
memperlambat internalisasi nilai pada santri. Secara ringkas sebagaimana berikut
:
1. Bahwasanya santri di jenjang pendidikan dasar dan menengah
pertama (SDITQ/MTW) sebagian besar masih belum bisa memahami peran
penting mendalami aqidah, sehingga masih dibutuhkan bimbingan dan motivasi.
2. Model pembelajaran yang berbahasa Arab mulai dari semester
awal dirasa menjadi kendala proses pembelajaran pada santri yang masih baru.
3. Masih didapati ustadz yang menerangkan pelajaran tanpa
mempergunakan media pembelajaran yang baik dan kurang mengkoondisikan
santri untuk aktif.
4. Adanya pengulangan beberapa materi aqidah tanpa pengembangan
sub materi dibeberapa jenjang pendidikan.
5. Adanya kesibukan tenaga pendidikan selain mengajar di kelas. Hal
ini membikin proses pembelajaran terganggu. Meskipun ustadz meninggalkan
tugas kepada peserta didik, bukan sepenuhnya bertujuan untuk evaluasi namun
lebih tepatnya untuk mengisi kekosongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB IV
DESKRIPSI PESANTREN ISLAM AL-IRSYAD SALATIGA
DAN HASIL PENELITIAN
Pada BAB IV hasil penelitian akan dibahas yang pertama tentang dekripsi
tentang profil Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga, Jawa Tengah. Yang
kedua peneliti mendeskripsikan tentang proses pembelajaran di Pesantren Islam
Al-Irsyad Salatiga, yang membahas dari rencana pelaksanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran yang peneliti awali dengan
karakter kepala pesantren (mudir) dan jajaran ustadz (guru), metode
pembelajaran dan sumber belajar aqidah yang di pergunakan. Selanjutnya yang
ketiga, mendeskripsikan materi aqidah yang diajarkan di pesantren tersebut.
Kemudian yang keempat peneliti mendeskripsikan lingkungan belajar yang
terdapat di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga. Untuk yang terakhir peneliti
mendeskripsikan internalisasi nilai mata pelajaran aqidah (tauhid) pada para
santri.
A. Profil Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Pesantren Islam Al-Irsyad didirikan oleh Pengurus Al-Irsyad cabang
Semarang, dimulai pada pada hari Rabu tepatnya pada tanggal 1 Muharam
1408 Hijriyah bertepatan dengan 26 Agustus 1986 Masehi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dimulainya pembangunan kelas-kelas kemudian mulai dipergunakan untuk
kegiatan pembelajaran pada bulan Dzulqa'dah 1409 Hijriyah bertepatan
dengan bulan Juli 1988 Masehi. Hal ini didasarkan atas kebutuhan akan
pentingnya ilmu syar'i sebagai lentera dan penerang dalam kegelapan
dikarenakan sudah banyaknya ulama yang dicabut dari muka bumi ini
sehingga diperlukan penerus-penerusnya untuk membimbing, mendidik dan
mengajar manusia serta membentengi mereka dari pengaruh-pengaruh
pandangan barat dan kristenisasi. Bukan suatu hal yang mengejutkan jika
sudah banyak manusia terjerumus dan tenggelam dalam jeratan Nasrani,
kemusyrikan, bid'ah dan maksiat yang merajalela.
Melihat keadaan yang demikian maka Syaikh Umar bin Ali bin Abdat
sebagai pencetus pendirian pesantren memulai membeli sebidang tanah
untuk pembangunan dan menghubungi beberapa dai dan penyumbang untuk
menindaklanjuti proposal pembangunan fasilitas-fasilitas pesantren lainnya.
Adapun rasa perhatian dan rasa simpatik datang juga dari yang mulia
syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Ammari Mudir Ma'had Ulum Al-
Islamiyah Al-Arobiyah (LIPIA) Jakarta, semoga Allah memberkatinya
sebagaimana telah membukakan jalur untuk masuknya bantuan baik dari segi
materi maupun rohani. Dari sinilah terbukalah kerjasama dengan berbagai
lembaga dakwah dan tarbiyah, dalam hal ini Yayasan Ihyaut Thurots Al-
Islami Kuwait yang memiliki andil besar dalam perealisasian proposal.
Adapun pesantren terletak di lereng Merbabu dengan pemandangan yang asri
dan menyejukkan tepatnya di desa Butuh Tengaran Kabupaten Semarang, 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
km dari kota Salatiga yang merupakan markas besar kristenisasi Asia
Tenggara.
Pesantren memiliki beberapa jenjang pendidikan, yaitu : Mutawasitah
(MTW) yang setingkat dengan MTs/SLTP, I'dad Muallimin (IM) yang
setingkat dengan MA/SLTA, I'dad Lughawi (Pendidikan bahasa Arab selama
satu tahun).
Pada awalnya mayoritas alumni Pesantren Islam Al Irsyad Salatiga
hanya melanjutkan studinya ke lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah
seperti Universitas Islam Madinah di Saudi Arabia, Universitas Al-Azhar di
Mesir dan Universitas Khartoum di Sudan serta Lembaga pendidikan tinggi
yang merupakan cabang dari Lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah
misalnya LIPIA (Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Arab) di Jakarta yang
merupakan cabang dari Universitas Ibnu Saud di Riyadh, Saudi Arabia.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan juga untuk
memenuhi aspirasi dari berbagai kalangan, terutama agar para lulusan Al-
Irsyad Salatiga dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Agama maupun
Perguruan Tinggi Umum di Indonesia, maka pada tahun 1999 dibukalah
Madrasah Aliyah Keagamaan dengan ijin dari Departemen Agama Kantor
Wilayah Propinsi Jawa Tengah bernomor statistik 312332202370.
Dalam perkembangannya Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Irsyad
Salatiga telah meluluskan sebanyak tujuh kali dengan tingkat kelulusan 100
%. Hal ini tentunya karena didukung oleh adanya Sumber Daya Murid dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Sumber Daya Guru yang berkualitas serta adanya sarana dan prasarana yang
memadahi.
2. Letak Geografis Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Pesantren Islam Al-Irsyad (PIA) Salatiga yang terletak di lereng
gunung Merbabu memiliki hawa yang sejuk, merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang masih baru di daerah Jawa Tengah, dibandingkan dengan
pesantren lainnya. Secara geografis terletak di jalur strategis jalan Solo -
Semarang Km 45 tepatnya di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, Propinsi Jawa Tengah, jaraknya yang hanya 300 meter dari jalan
raya Solo-Semarang memudahkan untuk dijangkau oleh siapapun baik,
didukung pula dengan vitalnya peranan jalan tersebut karena merupakan lalu
lintas utama menghubungkan kota Surakarta dengan Semarang.
Bentangan tanah seluas kurang lebih 5.5 hektar, dilingkari dengan
pagar tembok batako, sehingga merupakan satu kesatuan tersendiri. Adapun
batas-batas pesantren Al-Irsyad Salatiga sebagai berikut :
1) Sebelah Utara dibatasi oleh kecamatan Tengaran.
2) Sebelah Selatan dibatasi oleh kelurahan Nobo.
3) Sebelah Barat dibatasi oleh kelurahan Kembang Sari
4) Sebelah Timur dibatasi oleh kelurahan Patemon.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa letak pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga strategis dan kondusif, adapun alamatnya adalah desa Butuh
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang atau PO BOX 134 Salatiga kode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
pos 50700 nomor telephon (0298) 321658, 313616 faximale 312456. (Hasil
observasi tanggal 10 April 2011).
Agar lebih jelas dapat di lihat pada peta Pesantren Islam Al-Irsyad
berikut ini :
Catatan :
- Dari Semarang ke Pesantren ± 55 km
- Dari Solo ke Pesantren ± 45 km
- Dari Salatiga ke pesantren ± 8 km
(Hasil observasi internet, http://www.alirsyadtengaran.com, tanggal
09 April 2011).
3. Tujuan Khusus dan Umum Pesantren
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga sejak didirikannya memiliki
beberapa tujuan di antaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
a. Tujuan Khusus yaitu :
1) Mempersiapkan generasi muslim dan dai yang memiliki prinsip dan
pedoman aqidah ahlu al-sunnah wa al-jama`ah.
2) Mengenalkan kepada khalayak masyarakat akan pentingnya syari`at
Islam yang sempurna, terlepas dari berbagai bentuk-bentuk kesyirikan,
khurafat, bid`ah dan pemahaman-pemahaman yang menghancurkan
serta pemikiran-pemikiran yang merusak Islam.
3) Menghidupkan metode ilmiah yang shahih bersandarkan pada al-
Qur´an dan al-Sunnah sesuai pemahaman salaf al-ummah diantara
masyarakat Indonesia.
4) Mengajak umat Islam dalam memberikan pengajaran dan pendidikan
berdasarkan pandangan Islam sesuai pemahaman salaf al-ummah.
5) Memberikan wawasan keilmuan umum dan keahlian aplikatif bagi
santri sebagai bekal dakwah dan hidup bermasyarakat.
b. Tujuan Umum yaitu:
1) Mengajarkan kepada masyarakat ‘Ulum Islamiyyah yang berasal dari
sumber-sumber yang terpercaya berupa kitab dan as-sunnah sesuai
pemahaman salaf al-ummah.
2) Mengenalkan dan memberikan kesadaran bagi masyarakat Indonesia
akan pentingnya bahasa Arab.
3) Membentuk generasi Islam yang mampu berdakwah dan hidup mandiri
di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
4. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia.
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga menyediakan sarana-sarana
penunjang pendidikan dari berbagai aspek antara lain :
a. Tempat Pendidikan : kampus terpadu 2 lantai.
b. Staf pengajar terdiri dari : syeikh dari Arab Saudi, alumni Timur Tengah,
Alumni LIPIA, alumni Perguruan Tinggi : UGM, UNES, UMS, Al-
Aqidah Jakarta, Undaris Semarang dan alumni Pesantren Islam Al-Irsyad.
c. Fasilitas praktek bahasa, komputer, Biologi.
d. Pendidikan komputer untuk semua jenjang.
e. Sarana penunjang, meliputi : masjid berkapasitas 1500 jamaah,
perkantoran 2 lantai, sarana olahraga (lapangan sepakbola, futsal, basket,
bulu tangkis, folly, takraw), toko buku dan alat tulis dan kantin, koperasi
pondok pesantren, mini market, listrik PLN dan diesel, sumber air
artesis, pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya, pakaian dicucikan,
asrama representatif 3 lantai, makan 3 kali sehari, air minum meneral.
(Observasi pada tanggal 27 April 2011)
Adapun keadaan sarana dan prasarana lebih jelasnya terdapat pada
tabel berikut:
NO NAMA BARANG JML
NO NAMA BARANG JML
1 Ruang Mudir Umum 1 Lokal 21 Mobil 3 Buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2 Ruang Kepala MTW 1 Lokal 22 Sepeda Motor 1 Buah
3 Ruang Guru MTW 1 Lokal 23 Ruang Makan 2 Lokal
4 Ruang Kepala Mu'alimin 1 Lokal 24 Ruang Pencucian 1 Lokal
5 Ruang Guru Mu'alimin 1 Lokal 25 Kantin 3 Lokal
6
Ruang Kesantrian 1 Lokal
26
Lapangan Sepak
Bola
Lapangan Futsal
1 Lokal
4 Lokal
7 Ruang Service 1 Lokal
27 Lapangan Bola
Volley
1 Lokal
8 Ruang Personalia &
Kepegawaian
1 Lokal 28
Lapangan Bulu
Tangkis
2 Lokal
9 Ruang Akuntansi &
Keuangan
1 Lokal29
Lapangan Basket 1 Lokal
10 Ruang Koperasi & Usaha 1 Lokal 30 Tenis Meja 2 Buah
11 Ruang Pertemuan 1 Lokal 29 Perumahan Guru 18 Rumah
12 Ruang Kesehatan 1 Lokal 30 Ruang tamu 1 Lokal
13 Ruang Kelas 28 Lokal
31 Proyektor LCD &
OHP
1 Buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
14 Perpustakaan Buku 2 Lokal 32 Mesin Foto Copi 1 Buah
15 Perpustakaan Audio
Visual
1 Lokal33
Mesin Cuci 9 Buah
16 Laboratorium Komputer 3 Lokal 34 Faximile 2 Buah
17 Laboratorium Bahasa 2 Lokal 35 Water Treatment 1 Buah
18
19
20
Masjid
Asrama
Listrik Diesel
2 Lokal
3 Lokal 36
Peralatan Olahraga
(Dokumentasi, 09 April 2011 dari Bagian Service)
Susunan Pengurus Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Ketuan Yayasan : Tarik Umar Abdat
Sekretaris : Naji Abdat
Pimpinan Umum : Nafi` Zainuddin, Lc
Sekretaris Pimpinan Umum : Toni Suwanto
Kabid PKP : Ibnu Sutopo, S.T
Staff PKP : Dimas Buntarto, S.Si
Kasie IT : Yelly, S.Kom
Staff IT : Faizin Awudh, S.PdI
Kabid SDITQ : Muhammad Zainuddin, S.PdI
Sekretaris SDITQ : Andi Tri Cahyono
Kabid MTW : Suratman, Lc
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Sekretaris MTW : Ahmad Faizin
Kabid I`dad Muallimin : Romelan, Lc
Sekretaris : Edi Eko Purnomo, S.Pd
Kabid Usaha : Sukoyo Sukri
Accounting : Najat, SE
Staff Usaha : Gunawan, A.Md
Kabid Kesantrian : Suharlan Madi A, Lc
Sekretaris Kesantrian : Wahab Rajasam, S.PdI
Kasie JT MTW : Wachid N.H, M.Pd
Kasie JT I`dad Muallimin : Amruddin, Lc
Kasie Musyrif MTW : Rusman, Lc
Kasie Musyrif IM : Parwono, Lc
Kasie Tibkam : Mahful Safaruddin, Lc
Staff Tibkam : Makstur, S.PdI
Kasie Dakwah & Sosial : Rizal Yuliar, Lc
Kasie Maktabah : Ichsanuddin
Kasie Humsos : Bobby Chandra, S.Si
Kasie TAV : Agung Cahyono, S.PdI
Kabid Umum & Service : Muhammad Qasim Muhajir, Lc
Sekretaris : Nasrullah, S.PdI
Kabag Lingkungan : Aziz Basuki, S.HI
Staff Service & Maintenance : Margono
Staff P & K : Ari Danial, S.HI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kasie Komputer & : Agus Arianta, S.Pd
Telekomunikasi Jazuli, S.Kom
Kasie Konsumsi&Pengadaan : Mahmud
Kasie Kesehatan : Roni, A.MK
Kabid Akutansi&Keuangan : Hilman Aris, S.E
Accounting : Eko Yuli, A.Md
Keterangan :
MTW : Mutawashitoh
IM : I`dad Muallimin
PKP : Personalia dan Kesekertariatan Pesantren
IT : Informasi Teknologi
SDITQ : Sekolah Dasar Ibtidaiyyah Tahfidzul Qur’an
Maktabah : Perpustakaan
Humsos : Hubungan Masyarakat dan Sosial
IL : I`dad Lughawi
TAV : Televisi dan Audio Visual
P & K : Pemeliharaan dan Kebersihan
(Observasi dokumen bagian service, 11 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
5. Profil Pesantren Islam Al-Irsyad Menurut Jenjang Pendidikan:
I. Profil SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur’an:
a. Identitas Madrasah
1) Nama Madrasah : SDITQ Al-Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah: 1020322020051
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Status Madrasah : Swasta
5) Nama Yayasan : Pesantren Islam Al-Irsyad
6) Tahun Berdiri Madrasah : 2007
7) Status Akreditasi/Tahun : B/2007
b. Visi Madrasah:
Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terbaik di
wilayah Nusantara dan mancanegara yang bermanhaj Salaf al-
Ummah (Ahlu as-sunnah wal jama`ah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
c. Misi Madrasah :
1) Mencetak generasi muslim yang berkualitas bermanhaj Ahlu
as-sunnah waljama`ah.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dsar-dasar
syari`at Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai
dengan pemahaman Salaf al-Ummah.
3) Menyelenggarakan pendidikan dasar Bahasa Arab dan hafalan
Al-Qur’an secara optimal.
4) Menyelenggarakan pendidian pengetahuan umum dan
keterampilan yang memadai
5) Mengembangkan pribadi yang mandiri.
d. Kompetensi Lulusan SDITQ AL-Irsyad :
1) Tertib shalat lima waktu.
2) Terbiasa dengan 30-50 doa harian.
3) Mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil.
4) Hafal Al-Qur’an minimal 5 juz setiap tahunnya.
5) Hafal 40 hadits dari kitab Arba`in an-Nawawi dan hadits-hadits
lain.
6) Mampu berbahasa Arab dan Inggris secara aktif.
7) Mampu menoperasikan computer dan aplikasi Office.
8) Lulus dengan nilai akhir tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
e. Prestasi yang pernah diraih:
1) Tahun 2009
Juara 2 lomba Komputer tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggarakan oleh DIKNAS.
2) Tahun 2008
Juara IV lomba Komuter tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggrakan oleh DIKNAS.
3) Tahun 2007
a) Juara 1 lomba Mapel Agama tingkat Kabupaten Semarang
yang diselenggrakan oleh DEPAG.
b) Juara 1 lomba Mapel Agama tingkat Kecamatan Tengaran
yang diselenggarakan oleh DEPAG.
4) Tahun 2006
a) Juara 1 Bahasa Arab tingkat kecamatan Tengaran yang
diselenggrakan oleh DEPAG.
b) Juara 1 Alqur’an/Hadits tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggrakan oleh DEPAG.
c) Juara 2 Bahasa Inggris tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggrakan oleh DEPAG.
d) Juara 3 Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) tingkat
Kecamatan Tengaran yang diselenggrakan oleh DEPAG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
e) Juara 2 Bahasa Arab tingkat Kabupaten Semarang yang
diselenggarakan oleh DEPAG.
f) Juara IV MMP kelas 2 tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggarakan oleh DIKNAS.
5) Tahun 2004
Juara 2 bahasa Inggris tingkat Kecamatan Tengaran yang
diselenggarakan oleh DEPAG.
II. Profil Madrasah Tsanawiyah (Mutawashitoh) Al-Irsyad
a. Identitas Madrasah
1) Nama Madrasah : MTs Al-Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah: 212332202035
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Status Madrasah : Swasta
5) Nama Yayasan : Pesantren Islam Al-Irsyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
6) No.Akte Pendirian : D/KW/MTs/58/2005
7) Tahun Berdiri Madrasah : 2004/2005
8) Status Akreditasi/Tahun : -
b. Visi Madrasah:
Diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam terbaik di
wilayah Nusantara dan mancanegara yang bermanhaj Salaf al-
Ummah (Ahlu as-sunnah wal jama`ah).
c. Misi Madrasah :
1) Mencetak generasi muslim yang berkualitas bermanhaj Ahlu
as-sunnah waljama`ah.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran syari`at Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan
pemahaman Salaf al-Ummah.
3) Menyelenggarakan pendidikan Bahasa Arab secara optimal dan
hafalan Al-Qur’an secara optimal.
4) Menyelenggarakan pendidian pengetahuan umum dan
keterampilan yang memadai.
5) Memurniakan aqidah dan syari`at Islam dari segala bentuk
syirik, khurafat, bid`ah dan gerakan-gerakan pemikiran sesat.
6) Menghidupkan pola pikir ilmiah berdasarkan dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salaf al-
Ummah (Ahlu sunnah wal jama`ah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
7) Mengajak, mendidik dan membina kaum muslimin untuk hidup
Islami dalam naungan manhaj salaf al-ummah.
d. Prestasi yang pernah diraih:
1) Tahun 2009
Juara 2 Tartil Al-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang pada
MTQ Pelajar.
2) Tahun 2008
a) Juara 1 tahfidz 1 juz & Tilawah tingkat Kabupaten
Semarang pada MTQ Pelajar.
b) Juara 1 Tahfidz 1 juz & Tilawah tingkat Kabupaten
Semarang pada STQ.
c) Juara 2 Tahfidz 5 juz & Tilawah tingkat Kabupaten
Semarang pada MTQ Pelajar.
d) Juara 2 Tartil Al-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang pada
MTQ Pelajar.
e) Juara 3 Tartil AL-Qur’an tingkat Kabupaten Semarang
pada MTQ Pelajar.
f) Juara 2 lomba pidato bahasa Arab tingkat Propinsi Jawa
Tengah pada PORSENI.
g) Juara Harapan 1 lomba Qiroatul Kutub (Baca kitab gundul)
tingkat propinsi Jawa Tengah.
h) Juara Harapan 2 pada lomba Qiroatul Kutub tingkat
propinsi Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
i) Juara Harapan 3 pada lomba Qiroatul Kutub tingkat
propinsi Jawa Tengah.
j) Mewakili kabupaten Semarang pada PORSENI Jawa
Tengah dicabang pidato Bahsa Inggris.
3) Tahun 2005
a) Juara 1 tartil tingkat Kabupaten Semarang yang
diselenggarakan MTQ Pelajar XXI.
b) Juara 1 lomba pidato Arab tingkat propinsi yang
diselenggarakan daam rangka PORSENI.
c) Mewakili Kabupaten Semarang dalam cabang pidato
bahasa Inggris.
d) Mewakili Kabupaten Semarang dalam cabang lomba
Cerdas Cermat Quran dengan memperoleh peringkat V.
e) Mewakili kabupaten Semarang dalam cabang lomba
Kaligrafi yang diselengrakan oleh MTQ.
III. Profil I'dad Mualimin (MA) Al-Irsyad Salatiga :
a. Identitas Madrasah :
1) Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Al Irsyad
2) Nomor Statistik Madrasah : 312332202370
3) Alamat Madrasah : Jl.Solo Semarang Km 45
Desa : Butuh
Kecamatan : Tengaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Kabupaten : Semarang
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : Po Box 134 Salatiga 50700
No. Telp & Fax : (0298)321658-(0298)312456
E-mail : [email protected]
Website : www.pesantrenAlirsyad.org
4) Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B
5) Nomor : wk/5.a/PP032/2565/004/2000
6) Didirikan pada tanggal : 24 Juli 1999
b. Visi Madrasah :
Mencetak generasi Muslim Yang Bermanhaj Ahlussunnah
Waljama’ah dan berkualitas.
c. Misi Madrasah :
1) Membentuk Generasi yang Islami.
2) Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran syariat Islam sesuai
dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
3) Melaksanakan Pembelajaran Bahasa Arab secara optimal.
4) Menumbuhkan kepedulian kepada masyarakat muslim pada
umumnya.
5) Memberikan pengetahuan umum yang memadai.
e. Target Kompetensi Lulusam MA Al-Irsyad:
1) Berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
2) Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya.
3) Menunjukkan sikap percaya diri an bertanggung jawab atas
perilaku, perbuatan dan pekerjaan.
4) Berpartisipasi dalam penegakan atuan-aturan sosial.
5) Menbangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara
logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
6) Menunjukkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam
pengambilan keputusan.
7) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar
untuk pemberdayaan diri.
8) Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan
hasi yang terbaik.
9) Menunjukkan kemampuan menganalisi dan memecahkan
masalah kompleks.
10) Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
11) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertangung
jawab.
12) Menghasilkan karya keratif, baik individual maupun kelompok.
13) Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta
kebersihan lingkungan.
14) Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
15) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam
pergaulan di masyarakat.
16) Menghargai adanya perbedan pendapat dan berempati terhadap
orang lain.
17) Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara
sistematis dan estetis.
18) Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan
berbicara dalam bahasa Arab, Indonesia dan Inggris.
19) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan tinggi.
f. Prestasi yang pernah diraih :
1) Tahun 2009
a) Juara 1 Hifdzul Hadits tingkat Nasional yang
diselenggrakan oleh Kedutaan Saudi.
b) Juara 1 Hifdzul Qur’an 20 juz tingkat propinsi Jawa Tengah
yang diselenggarakan oleh DEPAG.
c) Juara 1 Tafsir 30 juz Bahasa Arab tingkat propinsi Jawa
tengah yang diselengarakan oleh DEPAG.
2) Tahun 2008
a) Juara 1 Hifdzul Qur’an tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh Kedutaan Saudi.
b) Juara 2 Hifdzul Hadits tingkat Nasional yang
diselenggarakan Kedutaan Saudi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
c) Juara 3 Hifdzul Qur’an tingkat ASEAN yang
diselenggarakan Keduataan Saudi.
d) Juara 2 Hifdzul Hadits tingkat ASEAN yang
diselenggarakan Keduataan Saudi.
e) Juara 2 Hifdzul Qur’an tingkat Kabupaten Semarang yang
diselenggarakan oleh MTQ.
f) Juara 1 Baca Puisi tingkat propinsi yang diselenggarakan
oleh POSPEDA.
g) Juara 1 baca kitab gundul (fiqih) tingkat propinsi Jawa
Tengah yang diselenggarakan oleh MQK.
h) Juara 1 baca kitab gundul (hadits) tingkat propinsi Jawa
Tengah yang diselenggarakan oleh MQK.
i) Juara 1 baca kitab gundul (akhlak) tingkat propinsi Jawa
Tengah yang diselenggarakan oleh MQK.
j) Juara 1 baca kitab gundul (fiqih) tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh MQK.
k) Juara 3 baca kitab gundul (akhlaq) tingkat Nasional yang
diselnggarakan oleh MQK.
3) Tahun 2007
a) Juara 1 hifdzul Qur’an tingkat Nasional.
b) Juara 1 hifdzul Hadist tingkat Nasional.
c) Juara 1 hifdzul Qur’an 20 juz tingkat kabupaten Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
B. Temuan Penelitian
1. Karakter Penghuni Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
A. Karakteristik Mudir
Istilah mudir diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah
kepala/ketua/direktur. Adapun mudir yang peneliti maksud di penelitian
ini ialah kepala pesantren yang sekaligus menjadi pembina dan
bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di pesantren.
Mengingat pesantren Al-Irsyad Salatiga termasuk dari jenis
pesantren modern (non tradisional), maka tidak terdapati di dalamnya
seorang kiai. Adapun peran kiai terwujud dengan adanya mudir, dengan
makna lain bahwa mudir di pon-pes modern menjabat laksana seorang
kiai di pon-pes tradisional.
Seorang mudir di pesantren Al-Irsyad Salatiga mendapat amanah
jam mengajar di kelas-kelas lebih sedikit dibandingkan para ustadz
lainnya dengan alasan padatnya “jam terbang” dalam berdakwah di luar
dan mengurusi pon-pes, terbukti dengan sering pergi ke luar daerah.
Mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga merupakan tokoh yang diteladi oleh
segenap penghuni pon-pes yang terdiri dari jajaran ustadz, santri dan
pegawai.
Semenjak kurang lebih tujuh tahun yang lalu pesantren Al-Irsyad
Salatiga dipimpin oleh seorang mudir yang bernama Ust. Nafi` Zainudin,
Lc, alumnus pesantren Al-Irsyad Salatiga yang melanjutkan studi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Universitas Al-Azhar Kairo di Mesir, dan sekarang tengah
menyelesaikan pascasarjana pada salah satu perguruan tinggi ternama di
Jawa Tengah dan salah satu universitas yang berskala internasional.
(Observasi, 28 April 2011).
Mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga membawahi empat jenjang
pendidikan (SDITQ, Mutawashitoh, I`dad Lughowi dan I`dad
Muallimin) yang setiap jenjangnya dikepalai oleh seorang kepala
sekolah. Lain dari pada itu, mudir juga mengepalai sektor-sektor penting
lainnya seperti sektor administrasi, personalia, dakwah-sosial, dan lain
sebagainya.
Seorang mudir di pesantren Al-Irsyad Salatiga memegang teguh
nilai-nilai luhur Islami yang menjadi acuannya dalam bersikap dan
memimpin. Hal ini tampak dalam segala perilaku baik di dalam maupun
di luar pon-pes. Salah satu alumni pesantren Al-Irsyad Salatiga, Mazer
Nasher Nahdi, S.PdI berkata kepada peneliti pada tanggal 13 Mei 2011:
Di dalam permasalahan aqidah, mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga
juga memahami dengan detail terlihat pada khotbah-khotbah dan
ceramah-ceramah di dalam pesantren dan di luar pesantren via radio atau
“Mudir ma’had (pesantren) Al-irsyad Salatiga memang patut untuk
dijadikan qudwah (panutan). Keberadaannya kayak seorang kiai di
pondok tradisional. Sampai sekarang pun saya masih merasa kagum
dan segan. Semoga Allah senantiasa menjaga mudir”. (CL.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
masjid-masjid. Sudah menjadi sesuatu yang layak apabila karakter mudir
“membekas” pada jiwa para santri dan alumni.
B. Karakteristik Ustadz
Ustadz atau pengajar yang ada di Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga merupakan komponen inti untuk memajukan kualitas
pembelajar. Jajaran ustadz berlatar belakang pendidikan yang beraneka
ragam sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Untuk jenjang SDITQ
didominasi oleh ustadz yang lulus dari universitas dalam negeri fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) atau fakultas tarbiyah. Sehingga
mampu menjadi suritauladan yang baik bagi santri (peserta didik)
jenjang sekolah dasar. Adapun untuk mata pelajaran aqidah diampu oleh
ustadz yang lulus dari jurusan tarbiyah.
Di jenjang Mutawashitoh (setingkat SMP/MTs) jajaran ustadz
terdiri dari alumni pendidikan umum dan agama. Untuk pelajaran umum,
maka ustadz yang mengajar adalah alumnus universitas dalam negeri
dengan jurusan yang “pas” dengan mata pelajaran yang diampu. Adapun
untuk pendidikan agama dimanahkan kepada para ustadz yang telah
menempuh pendidikan tinggi di dalam maupun di luar negeri. Khusus
pengajar aqidah (tauhid) adalah dua ustadz yang berkompeten dalam
bidang aqidah. Dan untuk jenjang I`dad Lughowi (persiapan bahasa) di
kelola oleh jajaran ustad yang tidak jauh beda dengan ustadz jenjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Mutawashitoh. Khusus pelajaran aqidah diampu oleh seorang ustadz
yang juga fokus di bidang aqidah.
Terakhir untuk jenjang I`dad Muallimin (setingkat SMA/Aliyah)
terdapati jajaran ustadz yang berlatar pendidikan luar negeri ber-titel Lc.
Adapun pengecualian adalah ustadz yang mengajar mata pelajar umum,
yang lulus dari pendidikan tinggi dalam negeri. Yang menjadi “icon”
pesantren Al-Irsyad Salatiga sekaligus menjadikan pesantren ini beda
dengan pesantren-pesantren lain di Indonesia ialah adanya tenaga
pengajar yang berjumlah dua orang yang dikirim langsung dari Kerajaan
Saudi Arabia guna mengajar dan mendidik para santri pesantren Al-
Irsyad Salatiga, yang di sebut dalam pesantren dengan istilah mufad.
Khusus untuk mata pelajaran aqidah (tauhid) di jenjang I`dad Muallimin
diampu oleh tiga orang ustadz lulusan Saudi Arabia yang berbeda pada
tiap kelasnya. (Observasi pada tanggal 1-2 Mei 2011).
Dilihat dari penjelasan diatas, maka diketahui bahwasanya di
pesantren Al-Irsyad dipenuhi oleh tenaga pengajar yang profesional
dalam disiplin ilmu yang berbeda. Hal ini dipahami dengan banyaknya
alumnus universitas luar negeri seperti, Universitas Islam Madinah,
Universitas King Sa`ud Riyad, Universitas Al-Azhar Mesir, dan
Universitas Khortum Sudan. Meskipun demikian terdapati para ustadz
ilmu umum yang alumni pendidikan tinggi dalam negeri semisal
Universitas Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Ibnu Saud Riyad yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
bercabang di Asia Tenggara, tepatnya di kota Jakarta. Dengan
banyaknya ustadz yang memiliki potensi di setiap bidang ilmu
menjadikan para santri senang dan “betah” tinggal di pesantren, seperti
yang dituturkan oleh santri asal Amerika Serikat kepada peneliti pada
tanggal 08 Mei 2011:
Dari observasi yang peneliti laksanakan, ternyata para ustadz
memiliki karakter yang sesuai dengan label yang disandang, ustadz.
Tenaga pengajar aqidah ialah para ustadz yang benar-benar memahami
aqidah yang tercermin dalam akhlak karimah. Mengerti dengan jelas
ilmu bahasa Arab, banyak menghafal sebagian besar juz dari Al-Qur’an,
ramah dan sopan, serta beberapa akhak terpuji lainnya.
Tatkala peneliti melakukan observasi terdapati bahwasanya para
tenaga pengajar pesantren Al-Irsyad Salatiga memiliki karakter amanah
yang luar biasa, meskipun tidak semua dari jajaran ustadz. Hal ini
ternyata sudah termaktub di dalam prinsip kerja yang ada yakni amanah
kerja dan amanah waktu pada job discription yang terlampir.
“Ukhibbu jiddan ata`alam fi hadzal ma`had. Liannal asatidzah
yatakhorrojuuna min jami`ah mutanawwi`ah. Wa ladaihim `ulum
alkatsiroh, hatta yakuna uswatun lana”. (Saya senang sekali belajar di
pesantren ini. Karena para ustadz alumni dari universitas-universitas
yang berbeda-beda. Dan mereka mempunyai banyak ilmu, sehingga
mereka bisa menjadi tuntunan yang baik bagi kami). (CL. 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Namun apabila ditinjau dari sisi lain keberadaan ustadz yang
berkarakter benar-benar iltizam beragama, ternyata pada perekrutannya
sudah diwajibkan memiliki syarat-syarat tertentu diantaranya: 1)
Mempunyai niat yang lurus semata-mata untuk beribadah kepada Allah,
2) Berakhlak dan bersikap dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabawiyah, dan 3) Siap untuk beramar
makruf dan nahi munkar. Khusus untuk ustadz yang mengajar ilmu
agama harus menguasai bahasa Arab dan hafalan Al-Qur’an yang
banyak.
Karakter ustadz di pesantren Al-Irsyad Salatiga juga banyak
mempengaruhi kepribadian para santri. Sehingga dari observasi yang
peneliti lakukan tidak jarang santri yang meniru ustadz dalam perilaku
hidup sehari-hari, seperti yang dikatakan oleh santri bernama Hajid pada
tanggal 02 April 2011 kepada peneliti :
Selain ustadz yang mengajar di kelas, ada juga ustadz yang khusus
membina santri selama di asrama. Ustadz-ustadz ini adalah lulusan
pesantren yang sedang melaksanakan tugas pengabdian (khidmah)
sepanjang satu tahun penuh yang disebut dengan musyrif.
Tugas dari tiap musyrif ialah mendidik santri ketika berada di luar
kelas, semisal mengecek hafalan santri, membina keseharian santri agar
terus berada di dalam lingkup kehidupan islami, dan memonitoring tiap
“O, kalau ustadz di sini ajib-ajib, perfect. Ana (saya) saja banyak
niru model mereka….” (CL.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
santri yang melanggar peraturan. Bagi wali santri yang ingin
berkomunikasi dengan anak-anak, maka lewat para musyrif ini yang
telah di fasilitasi handphone oleh pihak pesantren.
C. Karakteristik Santri Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Salah satu komponen urgen dari sebuah pondok pesantren adalah
wujudnya para santri. Begitu juga yang ada di pesantren Al-Irsyad
Salatiga. Dari observasi diketahui bahwa sampai sejauh ini pesantren
telah memiliki kurang lebih seribu dua ratus santri dari semua jenjang
pendidikan yang ada.
Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga tidak hanya berasal dari Semarang dan sekitarnya, namun
datang dari berbagai propinsi yang ada di Indonesia dengan latar
belakang yang sangat beragam, bahkan ada yang berasal dari manca
negara. Para santri yang berjumlah kurang lebih 1.200 adalah terdiri dari
santriwan (santri putra) tanpa ada santriwati (santri putri) yang berasal
dari kalangan petani, nelayan, buruh, pedagang, pegawai negeri,
TNI/Polri, swasta, pengusaha dan lain-lain.
Santri di pesantren Al-Irsyad Salatiga berskala internasional.
Terbukti dengan keberadaan puluhan santri yang berasal dari
mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Amerika
Serikat. Meskipun demikian, jumlah santri masih didominasi dari
daerah-daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Meskipun santri datang dari berbagai latar belakang yang beraneka
ragam namun di pesantren tetap menyatu dalam bingkai ukhuwah
islamiyah. Suasana kehidupan santri di Pondok Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga dalam kesehariannya selalu diupayakan untuk tetap
mengedepankan kesetaraan, persamaan, kesederhanaan, dan keiklasan
untuk bersama-sama dalam belajar, beribadah, beramal, berprestasi dan
berpacu untuk menyiapkan masa depan dengan meraih kemuliaan
melalui jalan taqwa dalam rangka mencari ridla Allah Ta`ala. Selain itu,
para santri dalam kehidupan sehari-hari dibiasakan untuk hidup mandiri
dan tidak selalu menjadi beban bagi orang lain termasuk orang tua. Para
santri juga dibiasakan untuk senantiasa berkorban, tolong menolong,
memiliki kepedulian terhadap lingkungan serta peka terhadap kondisi
umat. Upaya-upaya tersebut merupakan wujud penanaman kepada para
santri yaitu: Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyah,
dan Pengorbanan.
Semua santri wajib tinggal di asrama pesantren dua puluh empat
jam non stop, kecuali santri pada jenjang SDITQ didapati yang pulang
ke rumah seusai jam pelajaran, namun kebanyakan berasal dari daerah
sekitar pesantren.
Kebanyakan dari santri dari keluarga berekonomi menengah
keatas, ditinjau dari dokumen pendaftaran yang notabene orang tua
berpenghasilan dari PNS, pegawai kantor dan pengusaha. Meski juga
ada sebagian santri yang berekonomi menengah kebawah, tidak menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
kendala karena banyak para dermawan dan yayasan sosial yang tersebar
di wilayah Indonesia yang siap memberikan beasiswa pendidikan.
Adapun syarat untuk menjadi santri pesantren Al-Irsyad Salatiga
sebagai berikut:
a) Pria
b) Membayar biaya pendaftaran (untuk tahun 2011/2012 sebesar
250.000 rupiah).
c) Mengisi formulir pendaftaran (diisi oleh Calon Santri) dan formulir
pernyataan wali (diisi oleh Calon Wali Santri).
d) Wajib diantara oleh orang tua/wali.
e) Membawa foto copy raport 3 tahun terakhir.
f) Membawa pas photo hitam putih 3x4 sebanyak 6 lembar.
g) Membawa foto copy akte kelahiran dan Kartu Keluarga..
h) Membawa Surat Keterangan Sehat dar dokter.
i) Tidak mengidap penyakit berat dan menular (seperti Hepatitis,
Jantung, Paru-paru, Asma dan lain-lain).
Khusus Pendaftar dari Luar Pulau Jawa dan Madura yang tidak
datang langsung ke Pesantren Islam Al-Irsyad (PIA):
a) Membayar biaya pendaftaran Via Bank BCA Pesantren, konfirmasi
pembayaran via sms atau fax.
b) Mengirim data persyaratan point e – i.
c) Tes dilaksanakan via telepon (waktunya akan diberitahukan panitia
jika biaya pendaftaran sudah diterima).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
d) Pengumuman kelulusan diberitakan pergelombang (apabila syarat-
syarat pendaftaran sudah diterima Panitia).
e) Apabila dinyatakan diterima maka santri tersebut datang ke
Pesantren Islam Al-Irsyad harus bersama walinya atau yang
mewakili untuk melengkapi formulir pernyataan. Jika terbukti
pendaftar melakukan rekayasa dalam pelaksanaan tes via telepon
maka panitia akan meninjau kembali hasil tes tersebut.
(Observasi pada tanggal 30 April 2011)
Termasuk dari karakteristik para santri pesantren Al-Irsyad
Salatiga yaitu sopan, ramah dan berkahlak mulia. Terbukti dengan
keberadaan peneliti selama tinggal di pesantren, para santri menganggap
peneliti bukanlah orang asing. Selain daripada itu santri juga memiliki
sifat sabar dan disiplin yang cukup tinggi, terbukti dengan kerapian
santri untuk antri diwaktu mandi dan makan. Adapun disiplin terlihat
dengan keseragaman santri berbusana, tepat waktu dalam menunaikan
ibadah dan masuk kelas tanpa telat.
Pesantren Al-Irsyad Salatiga bukanlah pesantren malaikat.
Maknanya, tetap saja ada sebagian santri yang tidak taat dengan
peraturan yang ada. Namun permasalahan santri semacam ini dapat
dikondisikan dengan hukuman yang berbentuk “kredit poin”. Khusus
pelanggaran yang bersifat menyangkut agama (syari`at) pihak pesantren
telah menyiapkan hukuman dengan mengeluarkan santri tersebut.
(Observasi pada tanggal 02 Mei 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Untuk segenap para santri diharapkan selalu memegang prinsip
sekaligus karakter Islami yang telah ditimba selama belajar di pesantren,
dalam makna lain diharuskan untuk iltizam (kokoh) di dalam beragama.
Walhasil banyak para alumnus yang menjadi pemuka agama dan da`i
yang menyebarkan syiar Islam di seantero Indonesia. Adapun yang
menjadi pegawai umum atau pun mahasiswa dapat dilihat dari akhlak
dan penampilan lahiriyah yang islami.
2. Kurikulum Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Kurikulum yang dipakai di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga terdiri dari kurikulum yang berasal dari Islamic University of
Medina, KSA, tanpa menafikan kurikulum yang dalam negeri yang didapat
dari Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI.
Tujuannya agar pesantren dapat akreditasi dari pemerintah dalam dan luar
negeri. Adapun deskripsi kurikulum sesuai dengan jenjang pendidikan yang
ada meliputi :
a. SDITQ (Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur'an)
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat
mencetak para lulusan yang hafal Al-Qur'an. Lulusan jenjang ini
memiliki Ijazah Nasional dan Pesantren.
Program unggulan: Tahfizhul Qur’an, Bahasa Arab Dasar.
Kurikulum: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA,
IPS, Olah Raga, Tauhid, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Tahfizh Al-Qur’an,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Do’a dan Dzikir sehari-hari, Komputer. Lulusan jenjang ini memiliki
Ijazah Nasional (SD) dan Pesantren.
b. MTW (Mutawasithoh) / MTs Al-Irsyad
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat
mencetak para lulusan yang mempunyai kemampuan bahasa Arab yang
optimal serta pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum yang
memadai. Program unggulan: Bahasa Arab.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz & Tajwid, Al-
Qur’an Hadits Nabi , Fiqh, Shiroh Nabi, Tadrib Lughawi, Khot & Imla’,
Nahwu, Shorof, Ta’bir & Insya’, Muthola’ah, Tadribat ‘Alal Anmath,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Geografi, Fisika,
Ekonomi, Olah Raga, Sejarah Nasional, Komputer. Lulusan jenjang ini
memiliki Ijazah Nasional (MTs) dan Pesantren.
c. IM (I`dad Muallimin)/MA Al-Irsyad
Wadah pendidikan dalam jenjang ini berusaha untuk dapat
mencetak para lulusan yang menguasai ilmu-ilmu keislaman secara
mendalam dibarengi dengan pengetahuan umum serta bidang-bidang
keterampilan yang memadai. Lulusan jenjang ini memiliki Ijazah
Nasional dan Pesantren yang telah mendapat akreditasi mu'adalah
(persamaan) dari Kerajaan Saudi Arabia.
Program unggulan: Ilmu Syari’at Islam. Jenjang ini adalah
program lanjutan dari MTW dan I’dad Lughawi Pesantren Islam Al-
Irsyad.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz Al-Qur’an, Hadits
Nabi , Akhlaq, Fiqh, Faroidh, Ushul Fiqh, Mustholahul Hadits, Ulumul
Qur’an, Nahwu & Shorof, Balaghoh, Muthola’ah, Adab & Nushus,
Ta’bir, Siroh Nabi, Tarikh Islam, Thuruqut Tadris, Tatbiqu At-Tadrish,
Fiqhu Ad-Dakwah, Praktek Dakwah, Olah Raga, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Sejarah Dunia, Komputer. Lulusan jenjang
ini memiliki Ijazah Nasional (MA) dan Pesantren terakreditasi dari
Universitas Islam Madinah Kerajaan Saudi Arabia.
d. IL (I’dad Lughowi)/ Jenjang Persiapan Bahasa
Jenjang ini adalah program pendidikan selama satu tahun sebagai
persiapan masuk jenjang IM. Wadah pendidikan dalam jenjang ini
diperuntukkan bagi para lulusan SMP atau yang setara selain jenjang
MTW Al-Irsyad dengan fokus penguasaan bahasa arab untuk dapat
masuk jenjang I'dad Muallimin Pesantren Islam Al-Irsyad. Pendidikan
dalam jenjang ini dilaksanakan selama satu tahun dan mendapatkan
Ijazah Pesantren. Program unggulan: Bahasa Arab Intensif.
Kurikulum: Tauhid, Tafsir Al-Qur’an, Tahfidz dan Tajwid Al-
Qur’an, Hadits Nabi, Fiqh, Tadrib Lughowi, Tadribat ‘Alal Anmath,
Khot & Imla’, Ta’bir & Insya’, Nahwu, Shorof, Shiroh Nabi. Lulusan
jenjang ini memiliki Ijazah Pesantren.
Selain deskripsi dari kurikulum diatas, bag.Pengajaran Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga juga memiliki sejumlah silabus terkait dengan
bidang studi aqidah yang peneliti lampirkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
3. Model Pembelajaran Aqidah di Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
Pembelajaran yang bermutu tidak terlepas dari peran guru. Karena
dalam pembelajaran, guru berpesan sebagai perancang, implementor, dan
evaluator pembelajaran. Mulyasa (2005:13) menjelaskan, “Secanggih
apapun perkembangan dunia informatika tidak mampu menggantikan guru
dalam pembelajaran”. Oleh karena itu untuk menciptakan proses
pembelajaran yang bermutu, guru dituntut untuk benar-benar professional
dan memiliki kompetensi dan penguasaan dalam menerapkan berbagai
pendekatan, metode dan strategi pembelajaran.
Model pembelajaran aqidah yang diterapkan di Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga tidak beda dengnn mata pelajaran lainnya, ada tiga hal yang
dilakukan oleh ustadz aqidah dalam pembelajaran tauhid yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang merupakan satu kesatuan dalam proses
pembelajaran.
a) Perencanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran sangat menentukan tinggi rendahnya
mutu proses maupun hasil belajar. Untuk itu semua guru hendaknya
mempunyai kemampuan dan kompetensi dalam menyusun rencana
pembelajaran dengan baik dan benar. Dari observasi yang peneliti
lakukan pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga mewajibkan seluruh
ustadz, termasuk guru tauhid untuk menyusun rencana pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
pada setiap awal semester. Berkaitan dengan hal ini ustadz Tauhidin
(pengajar aqidah) pada tanggal 20 April 2011 menjelaskan :
Selain itu salah seorang santri yang bernama Aslam yang saat
ini duduk di kelas tiga I`dad Muallimin berkata :
Dalam perencanaan para ustadz yang memegang bidang studi
aqidah membuat program tahunan, program semester yang merujuk
pada KTSP serta disesuaikan dengan kaldik yang berlaku dan jadwal
mengajar. Kemudian membuat persiapan pembelajaran dengan baik
dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang
dijabarkan dalam indicator-indikator. Penerapan Rencana
Pembelajaran Aktif (RPP) yang dilakukan ustadz Aqidah di pesantren
Al-Irsyad Salatiga dengan komponen-komponen sebagai berikut :
“Kalau yang ana (saya) lihat, ustadz yang ngajar di pelajaran
tauhid, dan juga pelajaran lainnya terlebih dulu menggunakan i`dad
ad-dars (RPP). Kelihatan kok, pembelajaran jadi tampak sistematis,
gak nglantur”. (CL.8)
“walhamdulillah, pesantren Al-irsyad ini telah menempuh jalan
yang baik dalam mengadakan pembelajaran, ya salah satunya
dengan diwajibkannya para asatidzah untuk membuat RPP atau
yang di kenal di sini dengan istilah i`dad ad-dars”. (CL.2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
1) Identitas
2) Standar Kompetensi (SK)
3) Kompetensi Dasar (KD)
4) Indikator
5) Tujuan pembelajaran
6) Materi ajar
7) Metode/Stratehi pembelajaran
8) Langkah-langkah pembelajaran
9) Sarana dan sumber pembelajaran
10) Penilaian dan tinjak lanjut
Dalam rencana pembelajaran ustadz telah menyatakan tujuan
yang harus dicapai, kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
sumber dan media pembelajara, metode dan strategi pembelajaran
yang akan digunakan sampai pada pelaksanaan penilaian.
Di dalam i`dad ad-dars tersebut ustadz telah membuat skenario
pembelajaran tahap demi tahap. Dari skenario tersebut ustadz bisa
melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara sistematis sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Adapun bentuk dari
salah satu RPP yang di susun oleh pengajar aqidah di pesantren Al-
Irsyad Salatiga sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : MA Al-Irsyad Kabupaten Semarang
Mata Pelajaran : Aqidah
Kelas / Semester : X / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit (1 Pertemuan)
Standar Kompetensi : Memiliki pemahaman dan penghayatan
yang lebih mendalam terhadap prinsip dasar aqidah islamiyah, serta
mampu mengamalkan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan sehari-hari
sehingga jauh dari syirik dan penyimpangan.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah
dasar setiap manusia, dan menjelaskan tentang penyimpangan
(kesyirikan) dalam sejarah kehidupan manusia.
Indikator :
1) Menjelaskan tujuan utama penciptaan jin dan manusia.
2) Menyebutkan dalil-dalil tentang hal tersebut baik dari Al-Qur`an
maupun Hadits.
3) Menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah dasar manusia beserta
dalil-dalilnya.
4) Menceritakan riwayat sejarah terjadinya kesyirikan yakni pada
zaman Nabi Nuh.
5) Menguraikan kesamaan sejarah itu dengan sejarah pada zaman
Nabi Muhammad.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
6) Menjelaskan jenis kesyirikan yang dilakukan kebanyakan manusia
di zaman ini.
Tujuan Pembelajaran :
1) Santri dapat menjelaskan tujuan utama penciptaan jin dan manusia.
2) Santri dapat menyebutkan dalil-dalil tentang hal tersebut.
3) Santri dapat menjelaskan bahwa tauhid adalah fitrah dasar manusia
beserta dalil-dalilnya.
4) Santri dapat menceritakan sejarah terjadinya kesyirikan di zaman
Nabi Nuh serta kesamaan sejarah itu dengan yang terjadi pada
zaman Nabi Muhammad.
5) Santri dapat menjelaskan jenis kesyirikan yang dilakukan
kebanyakan manusia di masa kini.
Materi Pembelajaran :
Bab I. Pasal : Penyimpangan tauhid dalam kehidupan manusia.
Metode Pembelajaran :
1) Ceramah disertai Demonstrasi penjabaran dan pemberian contoh
nyata.
2) Diskusi dan Tanya Jawab.
3) Telaah kitab kurikulum dan imla maklumat tambahan dari sumber
lain.
Sumber :
1) Syaikh DR. Shaleh bin Fauzan Alu Fauzan, Kitab At-Tauhid,
KSA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
2) Al-Maktabah Asy-Syamilah II.
3) Peta KSA dan negara-negara sekitarnya.
4) Tafsir As-Sa`di.
Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan Awal (10 Menit)
1) Muqaddimah, meliputi: salam, doa dan absensi santri.
2) Santri membuka buku di halaman yang akan dipelajari bersama.
3) Beberapa pertanyaan sederhana (tanya jawab) berkaitan dengan
pokok pembahasan (menarik konsentrasi).
4) Guru memperkenalkan secara umum materi yang akan dibahas.
Kegiatan Inti (60 Menit)
1) Beberapa santri membaca materi pembelajaran secara acak dan
bergilir.
2) Ustadz menjelaskan materi yang dibaca sesuai tujuan yang
diharapkan diselingi beberapa pertanyaan ringan untuk memastikan
keikutsertaan santri dalam proses pembelajaran.
3) Ustadz melontarkan masalah ringan dari materi pembelajaran
untuk dijadikan bahan diskusi bersama kelompok belajar (jika
kondisi waktu memungkinkan).
4) Santri dapat memberikan tambahan informasi tentang materi dari
referensi lain dengan bimbingan ustadz (jika diperlukan).
Kegiatan Akhir (10 Menit)
1) Ustadz menyimpulkan materi yang telah dibahas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
2) Santri menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama
kelompok masing-masing (jika diskusi dilangsungkan).
3) Santri diberi tugas untuk mengerjakan beberapa pertanyaan dalam
bentuk pekerjaan rumah.
Penilaian :
1) Selama Proses Pembelajaran; Mengamati konsentrasi,
keikutsertaan, ketertiban dan sikap santri selama pembelajaran
berlangsung.
2) Evaluasi Hasil Pembelajaran; Memberikan Tugas Soal Tulisan:
a. Jelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia !
b. Sebutkan dalil-dalil tentang tujuan mulia peciptaan jin dan
manusia !
c. Bagaimana sejarah terjadinya kesyirikan pertama kali di muka
bumi ?
b) Pelaksanaan Pembelajaran
Sesuai dengan observasi yang peneliti laksanakan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran aqidah itu terbagi dalam
tiga tahap yang saling berkaitan. Dalam prakteknya tiga tahap tersebut
adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pendahuluan: Ketika ustadz yang mengajar aqidah memulai
pelajaran, maka membuka dengan mengucapkan salam kepada para
santri (Assalamuaalaikum arohmatullah wabarokatuh). Selama mengajar
tidak pernah melupakan mengawalinya dengan ucapan salam. Setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
ustadz melakukan apresiasi, yaitu mengulang pelajaran sebelumnya
dengan inti permasalahan, kemudian menanyakan kesulitannya.
Terkadang ustadz memberikan beberapa pertanyaan kepada santri untuk
mengingat kembali pelajaran yang sudah diberikan. Seusai ustadz
mengkondisiskan kelas dan santri tampak fokus, ustadz mulai
memberikan materi pelajaran baru kepada santri. Untuk lebih
memperjelas, berikut strategi ustadz pada tahap pendahuluan :
1) Mengucapkan salam kepada seluruh santri.
2) Menertibkan kelas dan mengkondisikan santri untuk siap belajar
dengan mengarahkan perhatian dan konsentrasi peserta didik.
3) Memperkenalkan tema materi yang akan diajarkan.
4) Menginformasikan tujuan intruksional yang hendak dicapai, kalau
perlu menuliskannya di papan tulis agar santri tahu apa yang harus
dilakukan dalam belajar.
5) Mengulangi sebentar hal yang telah diketahui santri untuk mengingat
kembali hal-hal yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran
yang baru (apersepsi) dan memberikan tes awal (pre-test).
6) Jika ada PR, mendiskusikannya sebentar dengan santri.
7) Memotivasi santri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan pendahuluan ini dilakukan oleh setiap pengajar (ustadz)
bidang studi aqidah di semua jenjang pendidikan yang ada di Pesantren
Islam Al-Irsyad Salatiga. (Observasi pada tanggal 26-30 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Kegiatan Inti: Pada waktu ini ustadz mulai menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan metode mengajar yang beraneka ragam,
berbeda pada setiap ustadz di tiap jenjang pendidikan. Untuk jenjang
SDITQ, biasanya ustadz lebih menggunakan metode ceramah dan
kontekstual dengan selalu mengkondisikan suasana kelas. Tak jaran pula
ustadz mengajar di tempat terbuka. Adapun di jenjang-jenjang yang
lainnya (MTW, IM, dan IL) ustadz aqidah ketika mengajar menggunakan
metode mengajar yang hampir sama, antara lain metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, penugasan dan latihan soal.
Diawali dengan menyuruh santri untuk tidak membuka buku ajar
terlebih dahulu. Pada saat itu ustadz memberikan penjelasan dengan
menggunakan media pembelajaran atau alat peraga. Setelah ustadz
meminta santri untuk membuka buku dan menyuruh beberapa dari santri
untuk membaca, sebagai peguatan dalam hal bahasa Arab, mengingat
buku ajar yang dipakai berbahasa Arab. Jika didapati hal yang tidak
dipahami ustadz memberikan waktu untuk bertanya. Namun apabila
tidak, maka ustadz bergantian memeberi pertanyaan kepada santri. Selain
itu pada kegiatan inti ini ada beberapa aktivitas yang dilaksanakan oleh
para ustadz, meliputi:
1) Mengatur waktu yang tersedia dengan baik.
2) Tidak menyimpang dari materi yang direncanakan.
3) Memberikan garis besar pelajaran secara singkat.
4) Menyajikan bahan pelajaran secara singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
5) Mengulang-ulang keterangan yang penting.
6) Sering memberikan ikhtisar.
7) Memberikan tes-tes pendek.
8) Memberikan penguatan, baik dengan pujian atau peringatan. Ini
penting untuk memperkuat motivasi.
9) Memberikan kesempatan santri untuk mengembangkan diri.
10) Memberikan perhatian yang adil.
11) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
(Observasi pada tanggal 25-30 April 2011)
Termasuk dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan di
pesantren Al-Irsyad Salatiga di dalam pelaksanaannya ialah mengadakan
tasliyah. Tasliyah ini dilaksanakan pada waktu santri tampak kurang
semangat di dalam proses pembelajaran, seperti mengantuk dan
melamun. Hal ini di latar belakangi oleh kepadatan kegiatan
kepesantrenan selama dua puluh empat jam di setiap hari, sehingga sudah
menjadi maklum muncul beberapa peserta didik yang mengalami
kelesuan. Tasliyah berbentuk beraneka ragam, sebagai contoh ialah
ustadz memerintahkan santri untuk mengambil air wudlu sebagai solusi
mengatasi rasa kantuk. Bilamana tidak berhasil, maka santri diminta
untuk berdiri selama kegiatan belajar berlangsung sampai santri tersebut
merasa bahwa sudah tidak mengantuk lagi. Selain itu tasliyah juga bisa
dilaksanakan dengan kegiatan belajar di luar kelas sebagai solusi
kebosanan para santri. KBM di luar kelas bisa terwujud dengan belajar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
perpustakaan, taman, masjid dan tempat-tempat lain yang dirasa nyaman.
(Observasi pada tanggal 25-30 April 2001)
Penutupan : Pada saat ini hampir semua ustadz yang mengajar
aqidah di pesantren Al-Irsyad Salatiga melakukan hal-hal berikut ini:
1) Menyuruh santri untuk membuat ikhtisar dengan bahasanya sendiri
baru kemudian ustadz menyimpulkan dan merangkum materi.
2) Memberikan PR atau dalam pesantren dikenal dengan alwajibul
manzil.
3) Memberikan post test.
4) Kembali memberikan motivasi kepada santri untuk mmempelajari
kembali materi tersebut di sakan.
5) Menutup pelajaran dengan salam.
Agar santri bisa merenungkan dan mengukur materi yang diperoleh
dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar, ustadz aqidah juga
melakukan refleksi. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari dan diperoleh serta apa-apa yang sudah dilakukan. Refleksi
yang dilakukan merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas, atau
pengetahuan yang baru diterima. Refleksi proses maupun hasil belajar
dapat membantu santri membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu,
santri merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajari. (Observasi pada tanggal 25-30 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Lain dari pada itu, ustadz juga memberikan penguatan dengan cara
latihan-latihan atau diskusi, agar materi yang telah disampaikan dapat
diingat dengan baik oleh santri. Jika penguatan tidak diberikan, maka
peserta didik yang kurang belajarnya akan mudah melupakan materi
pelajaran yang telah berlalu. Semakin banyak latihan bagi siswa akan
lebih mudah bagi mereka untuk mengingat. Penguatan diberikan pada
saat sebelum memulai pelajaran (apresiasi), tatkala tengah penyampaian
materi dan juga pada waktu sebelum menutup pelajaran, meski tidak
setiap waktu. Penguatan juga berwujud dengan tugas-tugas yang besifat
individu maupun kelompok. Penguatan ini diajukan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman santri terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan. Begitu juga dengan PR atau yang disebut dengan alwajibul
manzil juga memberikan penguatan pemahaman materi bagi para santri.
(Observasi pada tanggal 25-30 April 2011).
4. Evaluasi Pembelajaran
Untuk mengevaluasi kemampuan santri, ustadz menggunakan
beberapa jenis tes yang lebih dikenal dengan mengunakan istilah
ikhtibar atau imtihan. Sasaran evaluasi adalah perkembangan ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Di pesantren Al-Irsyad
Salatiga terdapat beberapa ujian yang wajib dihadapi santri pada tiap
jenjang pendidikan. Ujian tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
1) Imtihan Maudhu`I : Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan
setiap selesai mempelajari satu bab dalam bidang studi aqidah
(tauhid). Evaluasi semcam ini berbentuk ujian tulis ataupun lisan
dan diserahkan sepenuhnya kepada ustadz yang mengampu kelas
tersebut. Evaluasi seperti ini pada umumnya disebut dengan
ulangan harian.
2) Imtihan Syahri : Evaluasi yang diadakan pada setiap bulan
(ulangan bulanan). Adapun kebijaksanaan evaluasi ini diserahkan
sepenuhnya kepada para ustadz dibawah panitian penyelenggaraan
ujian yang dibentuk oleh pesantren.
3) Imtihan A`malus Sanah : Yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap
pertengahan semester (mid semester). Pada waktu ini para ustadz
wajib membikin soal ujian kemudian diserahkan kepada panitia
ujian yang telah ditentukan oleh pihak pesantren.
4) Imtihan Nisful Awal : Ujian semester pertama (ganjil).
5) Imtihan Nisfu Ats-Tsani : Ujian semester genap (kenaikan kelas).
Ujian semesteran di pesantren Al-Irsyad Salatiga terbagi menjadi
dua macam, yaitu : a) Ujian Lisan (Imtihan Syafawi) dan b) Ujian Tulis
(Imtihan Tahriri).
Setelah mengadakan tes/ujian, ustadz memberikan penilaian dan
mengolahnya, kemudian melaporkan hasilnya kepada bidang pengajaran
untuk selanjutnya dilaporkan kepada setiap wali santri baik dalam
bentuk buku raport, atau dengan pengumuman di website pesantren.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Jika ditemukan ada nilai yang kurang, maka ustadz mengadakan
perbaikan pada santri dengan melakukan remidi (mahmul), dengan
ketentuan jumlah nilai yang kurang tidak lebih dari tiga mata pelajaran.
Apabila terdapati melebihi ketentuan di atas, maka santri tidak layak
untuk naik kelas. Adapun standar minimum nilai di Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga adalah 5,5. Dan diwajibkan bagi seluruh jajaran ustadz
untuk memberikan nilai yang murni alias tanpa “katrol”.
Selain bentuk ujian yang tersebut di atas, para santri juga
diwajibkan untuk berpartisipasi dengan mengikuti ujian-ujian yang
diselenggarakan pihak negara, baik ujian mid semester, ujian semester,
dan ujian nasional di bawah naungan Departemen Agama RI. Meski
terlihat begitu banyak ujian yang harus dijalani oleh santri, namun semua
ini termasuk dari ketetapan kriteria kenaikan dan kelulusan santri di
pesantren Al-Irsyad Salatiga, sebagaimana peraturan yang ada yang
peneliti lampirkan. (Observasi pada tanggal 01-05 Mei 2001).
Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diperkuat dengan hasil
wawancara bersama salah seorang santri kepada peneliti :
“Kalau ngomongin masalah ujian di pesantren ini, para santri sudah
menjadikannya hobi (sambil tersenyum) saking seringnya. Ada
imtihan maudhu`I, imtihan semester, imtihan Negara, imtihan lisan,
tulisan, banyak lah pokoknya. Tapi sebetulnya sih malah bikin kita ini
lebih rajin belajar dan berlomba-lomba dalam kebaikan”. (CL.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
5. Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi di kelas, bahwa ustadz mata
pelajaran aqidah cukup memperhatikan terhadap penggunaan media
pembelajaran, seperti buku paket, papan tulis, alat peraga dan media
elektronik. Data tersebut didukung dari hasil wawancara kepada mudir
pesantren, menyatakan bahwa pihak pesantren telah mengupayakan
memenuhi alat peraga atau alat bantu yang dapat menunjang upaya
mengefektifkan pembelajaran, khususnya bidang studi aqidah.
Pernyataan mudir pesantren tersebut didukung dari cross check
dengan guru aqidah bersangkutan bahwa penggunaan media
pembelajaran itu sangat penting dan diperlukan, sebab untuk mencapai
tujuan pembelajaran jika tidak ditunjang dengan penggunan media
pembelajaran akan mendapat kesulitan terhadap pencapaian tujuan
pengajaran. Seperti yang diujarkan oleh Ust. Rizal Yuliar, Lc (pengajar
aqidah kelas satu I`dad Muallimin) kepada peneliti :
“Alhamdulillah, sampai sejauh ini media pembelajaran yang
tersedia, baik dari pihak pesantren maupun dari para ustadz secara
pribadi sudah bias dikatakan baik. Seperti ana (saya) ini,
menggunakan alat peraga semacam ini (menunjukkannya kepada
peneliti). Sudah barang mesti santri jadi lebih berinteraksi dalam
pembelajaran dan akan lebih mengahsilkan natijah (internalisasi)
yang bagus”. (CL.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Ada juga ustadz yang memakai media elektronik (LCD
proyektor) di kelas I`dad Lughawi oleh Ust. Tauhiddin ketika
menerangkan tentang contoh-contoh kesyrikikan yang ada di Negara
Indonesia.
Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan agar dalam
mengantar pesan nilai-nilai dan norma ajaran Islam melalui
pembelajaran yang direncanakan secara sistematis dapat memberikan
kepuasan dan menumbuhkan motivasi santri untuk mempelajari materi
yang disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai secara optimal.
Hasil Observasi tentang penggunaan media pembelajaran diatas
menunjukkan cukup baik, namun perlu dioptimalkan penggunaannya.
Dengan denikian, pengunaan media pembelajaran tersebut dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi belajar santri. Hal tersebut dapat
tercipta interaksi media pembelajaran bagi sebagaian besar santri.
Berdasarkan realita di atas, menunjukkan bahwa dengan
adanya penggunaan media pembelajaran setiap pertemuan mengajar
ternyata cukup mempengaruhi proses pembelajaran dalam pencapaian
tujuan pengajaran. Oleh sebab itu media pembelajaran merupakan
salah satu sarana yang efektif dan efisien bagi seorang guru terhadap
pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
6. Lingkungan Belajar
Komplek pondok pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
merupakan komponen komplit dalam mewujudkan lingkungan belajar
yang kondusif. Dari hasil observasi yang usai peneliti lakukan,
ditemukan segala bentuk nilai positif dari semua lini bangunan dan
kegiatan yang ada di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Jadi, peneliti
sampaikan bahwasanya pon-pes tersebut berkeinginan agar semua
santri dapat konsentrasi penuh di dalam menimba ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu agama tanpa harus terbebani dengan aktifitas harian
yang melelahkan, semisal mencuci dan masak. Hal ini terbukti bahwa
santri di ponpes tersebut mendapat fasilitas cuci-seterika gratis dengan
wujudnya laundry. Selain itu ternyata para santri juga tidak terbebani
dengan cuci piring setelah makan, semua ditanggung oleh pihak dapur
pesantren.
Lingkungan dapur pesantren adalah salah satu lingkungan
belajar santri, bukan berarti para santri boleh belajar dan diskusi saat
waktu makan akan tetapi telah dibangun satu taman di depan bangunan
dapur yang ditujukan untuk kenyamanan santri belajar. Masih dalam
lingkup dapur, didapati bahwasanya konsumsi makanan dan minuman
yang disediakan juga berpengaruh terhadap daya pikir dan ingat para
santri. Peneliti melihat perbedaan yang cukup jauh dibanding dengan
beberapa pesantren modern yang lainnya dari sudut pandang
konsumsi. Di pesantren ini lauk-pauk yang disediakan terjadwal dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
tiap minggunya dengan cukup baik, tiga kali sehari terdiri dari nasi,
dua jenis lauk dan makanan pendukung lainnya seperti sambal dan
kerupuk. Adapun lauk tidak terlepas dari kandungan protein, kalsium,
vitamin dan zat berguna lainnya. Selain itu terdapat jadwal minum
susu tiga kali seminggu, susu asli yang didatagkan dari kapubaten
tetangga, Boyolali. (Observasi 30 April 2011).
Termasuk dari lingkungan belajar yang kondusif di pesantren
Al-Irsyad Salatiga adalah asrama (sakan), dimana satu kamar hanya
terdiri dari tiga buah ranjang bertingkat untuk jumlah santri enam
orang, ditambah dengan satu toilet berair artetis dan shower, juga
fasilitas lemari besar dengan enam pintu guna meletakkan semua
perbendaharaan santri dan sejumlah buku. Tentunya dengan adanya
enam santri di dalam tiap kamar, membuat aksi belajar lebih hening
tanpa kegaduhan. Kemudian di dalam satu kamar ditunjuk seorang
ketua kamar yang telah duduk di kelas tertinggi, yakni tiga I`dad
Muallimin. Ketua kamar ini bertugas mengawasi sekaligus
membimbing adik-adik kelas yang menjadi anggota kamar di dalam
kegiatan sehari-hari. Tidak jarang pula sosok ketua kamar yang baik
ditiru oleh anggota kamar menjadi bentuk kepribadian. Ketua kamar
juga ditugasi untuk selalu bekerja sama dengan musyrif agar
terwujudnya keamanan dan ketentraman asrama.
Di dalam asrama para santri digerakkan untuk belajar dan
mengulang pelajaran pada pukul 20.00 WIB sampai dengan 22.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
WIB. Dan untuk siang hari diwajibkan bagi santri melakukan istirahat
siang, tujuannya ialah agar pelaksanaan KBM sore hari tidak terasa
melelahkan.
Adanya beberapa pembina asrama dan ustadz tentu yang
berdomisili di dalam komplek pon-pes tentu menambah kondusif
lingkungan belajar di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Kapan saja santri
mengalami kesukaran bisa langsung menemui ustadz dan langsung
menanyakan dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Observasi
yang peneliti laksanakan menghasilkan beberapa temuan, contoh: 1)
santri menghadap ustadz setelah menunaika ibadah sholat di masjid
untuk bertanya pelajaran yang belum dipahami, 2) santri menghadap
ustadz di kantor untuk menanyakan persoalan pribadi maupun
pelajaran di kelas, dan 3) santri bersilaturahmi ke rumah ustadz atau ke
asrama ustadz (bagi yang bujang) guna menanyakan kesulitan yang
dihadapi, baik yang berkaitan dengan pelajaran maupun hal-hal lain.
Pada hakikatnya pesantren Al-Irsyad Salatiga telah membentuk
lingkungan belajar yang sangat baik untuk pembelajaran bahasa Arab
dengan terdapat begitu banyak kosakata-kosakata (mufrodat) Arab-
Indonesia tertempel di setiap lini bangunan. Akan tetapi kenyataan
yang ada ternyata juga dirasa cukup baik di dalam pembelajaran
pelajaran-pelajaran lainnya, salah satunya ialah mata pelajaran aqidah
(tauhid).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Lingkungan belajar yang bagus untuk penanaman ilmu aqidah
sehingga muncul internalisasi yang kuat pada jiwa santri adalah
keberadaan kelas (fusul), masjid dan perpustakaan (maktabah), selain
dari lingkungan belajar yang telah peneliti uraikan di atas.
Kelas merupakan lingkungan belajar yang cocok bagi santri
untuk mempelajari aqidah langsung dengan kitab induk dengan
dibimbing oleh ustadz. Apabila terdapati kesulitan bisa segera
menanyakan kepada pengajar sehingga tidak terjadi salah paham. Dan
jika ustadz selesai dan keluar kelas, para santri masih dapat berdiskusi
tentang pelajaran yang telah dipelajari bersama rekan-rekan di kelas
pada jam istirahat.
Lingkungan selanjutnya adalah perpustakaan, yang tak jarang
para ustadz mengajak peserta didik (santri) tatkala “bosan” belajar di
kelas untuk belajar di perpustakaan, atau ustadz sengaja meminta santri
menyelesaikan tugas yang refrensinya banyak di dapat dari
perpustakaan, khususnya tugas mata pelajaran aqidah. Pernyataan ini
sesuai dengan ucapan Ust. Iqbal Baswedan kepada peneliti :
….”maktabah adalah tempat yang munasib (cocok) untuk pelajaran
aqidah. Makanya banyak ustadz-ustadz di sini yang mengajak
santri kesana. Diberi tugas dari materi yang jawabannya harus dari
kitab aqidah-aqidah lain yang hanya ada di perpustakaan.”. (CL.4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Kemudian yang selanjutnya adalah lingkungan masjid. Dan inilah
pusat dari lingkungan belajar terbaik dalam pembelajaran aqidah sehingga
muncul internalisasi nilai pada jiwa santri. Dari observasi yang peneliti
laksanakan di dalam satu minggu diadakan sebanyak tiga kali kajian
tentang aqidah, waktunya adalah setalah sholat maghrib sampai dengan
masuk waktu isya’. Pembicara adalah ustadz yang mengajar aqidah
(tauhid) di jenjang I`dad Muallimin, yang telah banyak “makan garam”
berdakwah tauhid. Dalam kegiatan ini para santri berhak menanyakan
semua permalahan yang berkaitan dengan aqidah, meskipun tidak ada
dalam materi di kelas. Tenyata dari kajian ilmiah seperti ini malah
membikin santri memahami kaedah dan prinsip keislaman yang
menghujam di sanubari.
Selanjutnya dari penelitian yang peneliti laksanakan dalam bidang
lingkungan belajar aqidah yang kondusif bagi para santri ialah diadakan
kegiatan dakwah ke luar pesantren (masyarakat luas) pada tiap hari Kamis
sore, yang ditujukan khusus untuk para santri kelas dua I`dad Muallimin /
XI MA dan XII MA semester pertama. Hasil temuan ialah dakwah yang
diajarkan pertama kali ialah dakwah tauhid yang intinya mengajak ummat
untuk kembali kepada aqidah yang lurus.
(Observasi pada tanggal 05 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
7. Karakteristik Bahan Ajar Aqidah di Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Bahan ajar untuk bidang studi aqidah (tauhid) ialah buku asli
berbahasa Arab tanpa meninggalkan buku ajar aqidah yang berasal dari
Departemen Agama RI. Dari hasil observasi yang peneliti laksanakan,
buku ajar aqidah yang dipergunakan di pesantren Al-Irsyad Salatiga
berbeda-beda sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh para santri.
Meski demikian materi yang ada pada semester awal memiliki kemiripan.
Untuk jenjang SDITQ buku ajar yang digunakan adalah buku
berjudul “Aqidah Akhlaq” yang disusun oleh bagian Litbang Yayasan Al-
Irsyad berkantor pusat di DKI Jakarta. Buku ini tersusun dalam enam jilid,
sesuai denga jenjang sekolah dasar kelas satu sampai dengan kelas enam.
Materi yang diajarkan tidak terlepas dari standar baku DIKNAS dan
DEPAG, seperti pengenalan rukun iman dan rukun islam ditambah dengan
materi yang berkaitan dengan jenis-jenis akhlak yang baik terhadap orang
tua dan orang lain. Buku ajar tersebut berbhasa Indonesia dan ustadz yang
menggajar juga memperhunakan bahasa Indonesia. (Observasi pada
tanggal 30 April 2011).
Pada jenjang Mutawashitah/MTs Al-Irsyad dan I`dad Lughowi
(jenjang persiapan bahasa) bahan ajar aqidah mempergunakan kitab
berbahasa Arab yang berjudul “At-ta`liqul Mukhtashor Al-Mufid”,
karangan DR. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, seorang ulama’
dari Saudi Arabia. Secara ringkas peneliti akan menyebutkan poin-poin
penting dari materi yang ada dalam kitab tersebut, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
1) Tujuan manusia dan jin diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah
hanya kepada-Nya semata.
2) Keutamaan aqidah (tauhid) dan kerusakan syirik.
3) Pengenalam tiga macam tauhid (rubiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat).
4) Macam-macam syirik (syirik besar dan syirik kecil).
5) Bentuk-bentuk kesyirikan (penyekutuan Allah dalam ibadah,
perdukunan, rajah, jimat dan lain sebagaianya).
Pada jenjang ini ustadz yang mengajar menerangkan pelajaran
dengan menggunakan bahasa Arab (Observasi pada tanggal 11 April
2001).
Adapun untuk jenjang pendidikan I`dad Muallimin/MA Al-Irsyad
bahan ajar aqidah mempergunakan kitab berbahasa Arab dengan judul
“Kitab At-Tauhid” hasil karya dari DR. Shalih bin Fauzan bin Abdillah
Al-Fauzan. Buku ajar ini juga menjadi pegangan dalam ilmu aqidah
jenjang Sekolah Menengah Atas di Kerajaan Saudi Arabia. Adapun materi
di dalam kitab tersebut tidak jauh berbeda dengan buku ajar yang terdapat
di jenjang Mutawashitah/MTs, sekalipun terdapat penjabaran yang lebih
detail akan syubhat-syubhat (kerancuan pemikiran) dari beberapa
kelompok yang menyimpang berikut dengan bantahan yang bersumber
dari Al-Qur’an, hadits Nabi serta keterangan para sahabat Rasulullah
Muhammad. Akan tetapi juga terdapati di dalam kitab tersebut materi-
materi lain meliputi : 1) Ilmu tentang perbedaan-perbedaan agama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
(theology), dan 2) Pengenalan kelompok-kelompok sesat yeng mengatas
namakan Islam seperti, Khawarij, Syiah, Murji`ah, Mu`tazilah, dan
beberapa kelompok lain yang bercokol di negara Indonesia.
Selain menggunakan kitab tersebut di atas, jenjang I`dad
Muallimin kelas dua, mempergunakan kitab yag berjudul “Al-`Aqidah Al-
Washitiyah” karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang berisikan
pembahasan berkenaan dengan penjelasan tauhid “asma’ dan sifat Allah”
berikut dengan penyebutan kelompok-kelompok yang menyimpang dan
bantahan-bantahan kepada kelompok sesat tersebut.
Pada jenjang ini, pembelajaran aqidah disampaikan langsung oleh
ustadz dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar KBM.
(Observasi pada tanggal 12 April 2011).
8. Interaksi Pembelajaran
Pada proses belajar mengajar aqidah, interaki belajar mengajar
berlangsung dengan baik. Hubungan antara ustadz dengan santri terjalin
akrab, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan. Jika ada
anak yang ramai, ustadz mampu memberikan pengarahan dengan baik
agar tak membuat gaduh suasana. (Observasi pada tanggal 25 April 2011).
Interaksi lebih menonjol di saat ustadz memberikan penjelasan
dengan contoh yang berkaitan dengan aqidah dengan kehidupan sehari-
hari, baik dalam bentuk cerita maupun dengan menggunakan alat peraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Salah satu tenaga pengajar aqidah yang bernama Ust. Tauhiddin
memberikan pernyataan kepada peniliti :
Setelah peneliti melakukan cross ceck dengan beberapa santri
pernyataan ustadz di atas ternyata benar, sebagaimana berikut :
Bentuk lain dari interkasi yang ada ialah pada waktu ustadz
melakukan penugasan, seperti diskusi dan mencari refrensi di
perpustakaan (maktabah). Terlihat para santri semangat melaksanakan,
sehingga terjadi interaksi. Lain dari pada itu ketika ustadz memberikan
waktu untuk tanya jawab di akhir waktu pelajaran interaksi pembelajaran
juga muncul. (Observasi pada tanggal 28 April 2011).
Interaksi pembelajaran tidak hanya terlihat pada waktu/jam
pelajaran saja, akan tetapi di waktu dan tempat lain juga tampak. Dari hasil
observasi penelitian menghasilkan temuan para santri yang antusias
mencari kebenaran dari permasalahan atau fenomena yang santri temukan
ketika berada di luar pesantren maupun seusai membaca buku kepada para
“Santri kalau ana (saya) ngajar dengan model contoh mengggunakan
LCD interkasi mereka benar-benar keliahatan”. (CL.2)
“O..banyak kok santri-santri yang merasa asyik dan aktif di saat
ustadz menjelaskan materi dengan dikaitkan kejadian-kejadian yang di
sekitar kita. Sebagai murid kan jadi tambah senang dengan metode
macam itu”. (CL.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
ustadz di waktu dan tempat yang tidak ditentukan, seperti di masjid,
perpustakaan, rumah dinas, dan lain sebagainya.
Dengan terwujudnya interaksi pembelajaran membuat interaksi
nilai aqidah lebih rosikh (melekat) dalam benak dan jiwa santri, sehingga
dari internalisasi tersebut membuahkan kepribadian yang baik dan lurus.
9. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri
Dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan menghasilkan
beberapa temuan terkait dengan internalisasi nilai aqidah pada santri
pesantren Al-Irsyad Salatiga. Di pesantren ini istilah internalisasi nilai
dikenal dengan menggunakan istilah bahasa Arab yaitu natijah wa tathbiq
bima yata`allamahu at-thulab.
Beberapa usaha pondok pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga dalam
menanamkan nilai aqidah pada santri diantaranya:
b. Pemahaman Sahih: Pemegang peran utama pada saat ini ialah segenap
tenaga pengajar, khususnya ustadz bidang studi aqidah. Pemahaman
sahih (benar) bisa dilakukan dengan menggunakan bahan ajar selama
proses pembelajaran di kelas. Selain itu juga bisa diwujudkan dengan
penjelasan menggunakan media pembelajaran yang lain berkaitan
dengan penyimpangan dan kesesatan pola piker beberapa kelompok
sempalan.
c. Pemberian Keteladanan: Hal ini terwujud dengan adanya kerjasama
yang baik antara seluruh komponen pondok pesantren, dimulai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
mudir sampai para petugas kebersihan. Saling menasehati antar santri
dan wejangan dari ustadz termasuk dari pemberian keteladanan.
Meskipun demikian kepribadian dan figure mudir dan ustadz adalah
keteladanan paling utama bagi para santri.
d. Penciptaan lingkungan yang religius: Dengan adanya masjid yang
bagus, perpustakaan, asrama yang bersifat homogen (pria), sehingga
para santri tidak mengenal lawan jenis selama di dalam komplek
pondok yang menjadikan pikiran para santri fokus menimba ilmu.
Selanjutnya dengan adanya kegiatan-kegiatan kepesantrenan yang
bersifat islami dan selalu mengajak kepada ukhuwah islamiyah
(persaudaraan sesame muslim).
e. Pemberian motivasi: Berwujud nasehat, semangat, curahan hati atau
bisa dengan hadiah.
f. Pembiasaan: Pembiasaan terlaksana dan terwujud selama dua puluh
empat jam di setiap hari dari poin a-d yang tesebut di atas. Pembiasaan
diselenggarakan dan terus dipantau oleh segenap ustadz dan musyrif
pondok pesantren. Meski bagi santri baru dirasa cukup sulit, namun hal
ini menjadi faktor utama di dalam menginternalisasikan nilai aqidah
bagi para santri, khususnya dalam masalah ibadah sehari-hari.
(Observasi pada tanggal 5-30 April 2011).
Internalisasi nilai pada santri terkait dengan pelajaran aqidah
(tauhid) di pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga dapat dilihat dari dua
kondisi, Pertama, kondisi santri tatkala berada di dalam pon-pes dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
kedua adalah kondisi santri ketika berada di luar pesantren sampai dengan
lulus menjadi alumni.
Internalisasi nilai yang terwujud dari pelajaran aqidah yang telah
ditempuh selama di kelas dan tempat lainnya adalah tercermin akhlak yang
mulia pada sebagian santri di tiap jenjang pendidikan yang berbeda.
Di jenjang SDITQ internalisasi nilai terlihat dengan akhlaq santri
yang giat mengamalkan sedikit demi sedikit ajaran-ajaran keislaman.
Dimulai dengan disiplin shalat berjama`ah, berbakti kepada ustadz dan
musyrif, disiplin dalam antrian makan dan mandi, serta kegatan sehari-
hari.
Berkenaan dengan aqidah para santri SDITQ telah memahami
betul akan rukun Iman dan rukun Islam, serta mulai memahami ajaran
Islam yang benar dan yang menyimpang. Contoh dari ajaran yang
menyimpang ialah menyembah kuburan, berdoa kepada selain Allah, serta
berbuat bid`ah. (Observasi pada tanggal 02 Mei 2011).
Adapun di jenjang Mutawashitoh/MTs Al-Irsyad, internalisasi nilai
aqidah terwujud dengan hafalnya santri dalil-dalil baik yang berasal dari
Al-Qur’an maupun sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam.
Para santri memahami betul makna aqidah sehingga terwujud dalam
kepribadian selama di pesantren. Selain itu para santri juga lebih mengenal
akan beberapa kelompok yang berlabel Islam tetapi telah menyimpang
dari ajaran aqidah yang benar. (Observasi pada tanggal 03 Mei 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Internalisasi nilai aqidah sangat dominan dan terlihat pada santri di
jenjang pendidikan yang tertinggi di pesantren Al-Irsyad Salatiga, yaitu
I`dad Muallimin atu setingkat Madrasah Aliyah. Pada jenjang ini nyaris
seluruh santri memahami dengan betul ajaran aqidah yang lurus. Dari
observasi dan wawancara yang peneliti laksanakan terlihat kemantapan
aqidah yang terhujam di sanubari santri. Selain itu peneliti juga
mendatangi beberapa alumnus yang ternyata masih mengakar dengan jiwa
tauhid yang kokoh hingga menjadi orang-orang yang multazim sesuai
dengan syariat yang benar.
Keberadaan lama tinggal di pesantren juga termasuk faktor yang
memunculkan internalisasi nilai tinggi dalam bidang ilmu aqidah. Salah
satu alumni pesantren yang bernama Mazer Nasher Nahdi, SpdI berkata
kepada peneliti :
Selain mempelajari ilmu aqidah yang berkenaan dengan rukun
Iman dan Islam, pada jenjang I`dad Muallimin ini juga dipelajari tentang
perbedaan agama-agama kelompok-kelompok sesat lagi menyesatkan
dalam hal aqidah. Dari hasil observasi ditemukan hampir semua santri
mengetahuinya, terlebih santri yang telah duduk di kelas tertinggi (niha’i).
Internalisasi nilai terlihat saat beberapa santri menjelaskan sedikit dari
“…Ana (saya) bisa iltizam seperti ini ya karena ilmu yang ana pelajari
selama jadi santri. Pesantren mampu mewarisi ilmu aqidah Islam yang
benar kepada santri.” (CL.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
cabang ilmu aqidah yang dipelajari kepada peneliti yang kebanyakan
masyarakat Indonesia kurang memahami, antara lain :
1) Bahwasanya Dzat yang wajib disembah hanyalah Allah Ta`ala semata
tanpa harus diiringi dengan bentuk sesembahan yang lain. Jadi arti
sebenarnya dari kalimat “La ilaha illallah” bukan sekedar Tiada Tuhan
Selain Allah. Apabila makna ini yang di dakwahkan artinya semua
sesembahan yang ada adalah Allah dan ini sungguh tidak benar.
Adapun yang benar makna La Ilaha Illah ialah la ma`buda bihaqqin
illalloh (Tiada Sesembahan Yang Pantas Untuk Diibadahi/disembah
Melainkan Allah).
2) Bahwasanya pedoman yang wajib dipegang oleh kaum muslimin
bukan hanya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena begitu banyak dari
kelompok yang mengatasnamakan Islam akan tetapi menyimpang dari
ajaran yang sebenarnya juga menggunakan dua pedoman di atas.
Kelompok-kelompok tersebut salah dalam memahami Al-Qu’an dan
As-Sunnah. Dua pedoman tersebut harus ditambahi dengan
pemahaman yang benar dari penjelasan dan keterangan para sahabat-
sahabat Nabi yang telah mendapatkan ilmu syariat langsung dari Nabi
Muhammad. Sehingga jikalau tidak menggunakan pemahaman dari
para sahabat dan murid-murid mereka akan muncul kerancuan di
dalam beragama, walhasil merebaknya bid`ah (sesuatu yang baru
dalam beragama), dan ini haram hukumnya sesuai konsensus para
ulama’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
3) Apabila ditinjau dari ajaran Islam, kebanyakan dari kelompok-
kelompok sesat dewasa ini, khususnya yang ada di Negara Indonesia
bersumber dari kesalahpahaman aqidah yang dipelajari. Salah satunya
adalah keyakinan takfir, yaitu mengkafirkan orang selain golongannya.
Sehingga muncul beberapa kelompok yang berani mengkafirkan
pemerintah Indonesia dan sebagian rakyat. Walhasil muncul banyak
aksi teror dan pembuatan Negara Islam dalam negeri ini. Dan ini jelas
menyelisi aqidah yang telah ada dalam Islam semenjak dahulu. (Hasil
wawancara pada tanggal 05 Mei 2011 dengan beberapa santri kelas
tiga I`dad Muallimin).
Tidak cukup dengan penerapan aqidah dalam kehidupan sehari-
hari dalam lingkup masyarakat. Internalisasi nilai aqidah juga kuat di jiwa
para alumni pesantren Al-Irsyad Salatiga. Banyak dari alumni yang
sekarang masih menjadi mahasiswa dan yang telah bekerja di berbagai
bidang memiliki akhlaq yang sesuai dengan yang telah diajarkan oleh
ustadz selama menjadi santri. Adapun yang bekerja sebagai guru agama
(ustadz), internalisasi nilai diwujudkan di dalam berdakwah, yang selalu
diawali dengan pemurnian aqidah dan pemberantasan bentuk-bentuk
kesyrikikan, baru kemudian mengajarkan ajaran-ajaran Islam lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan
teori yang didapat dari hasil temuan penelitian, yaitu proses pembelajaran yang
sesuai dengan ketententuan dan teori yang ada, meliputi input peserta didik
(santri), tenaga pengajar (ustadz) yang kompeten dari segala disiplin keilmuan
dengan karakteristik yang bisa untuk dijadikan suritauladan, jenis kurikulum,
model/strategi pembelajaran berikut dengan media pembelajaran yang beraneka
ragam dan lingkungan yang kondusif, serta diiringi dengan binaan seorang mudir
(kepala pon-pes) yang memegang peran paling puncak di dalam pondok
pesantren, maka interaksi dari semua yang tersebut di atas telah mampu
menuaikan sejumlah internalisasi nilai aqidah yang tinggi pada jiwa para santri.
Pembahasan hasil penelitian akan memfokuskan tentang aspek-aspek yang
mempengaruhi penemuan teori yang telah dikemukakan pada penelitian ini.
Aspek pertama adalah karakteristik tiga komponen besar dalam sebuah pondok
pesantren, terdiri dari mudir, ustadz dan santri. Kedua ialah proses pembelajaran
aqidah yang ada berikut dengan hal-hal yang berkaitan, dan terakhir adalah
penjelasan dari internalisasi nilai aqidah pada santri maupun alumni dari Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga.
1. Karakteristik Mudir, Ustadz dan Santri di Al-Irsyad Salatiga
Keberadaan mudir atau kepala pesantren memiliki peran penting
dalam pengembangan proses dan mutu pembelajaran. Pesantren Al-Irsyad
Salatiga mempunyai seorang mudir yang membawahi sejumlah kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
sekolah di setiap jenjang pendidikan yang ada, sekaligus juga membawahi
beberapa kabag dari semua elemen penting pondok pesantren. Untuk
perkembangan proses dan mutu pembelajaran, seorang mudir harus
berhati-hati dalam memilih tenaga pengajar, khususnya di bidang studi
aqidah, ,mengingat begitu banyak orang yang mengaku ahli agama tetapi
serampangan di dalam mengamalkan. Sebagai sosok yang paling disegani
mudir juga berpera penting di dalam meng-internalisasi nilai aqidah
kepada para santri, yakni dengan perangai dan akhlakul karimah, sehingga
mampu memberi kesan seorang suritauladan bagi santri. Meski seorang
mudir tidak mendapat amanah mengajar di kelas dalam bidang studi
tauhid, bukan berarti tidak mampu menerangkan materi aqidah kepada
setiap santri. Pengajian aqidah di masjid dan radio adalah salah satu model
pembelajaran aqidah baik dari sosok mudir pesantren Al-Irsyad Salatiga.
Dalam peranannya di pesantren sebagaimana tersebut di atas sesuai
dengan pendapat Abdur Rozaki (2004:87-88) yakni Kepemimpinan kiai di
pesantren memegang teguh nilai-nilai luhur yang menjadi acuannya dalam
bersikap, bertindak dan mengembangkan pesantren. Nilai-nilai luhur
menjadi keyakinan kiai dalam hidupnya. Sehingga apabila dalam
memimpin pesantren bertentangan atau menyimpang dari nilai-nilai luhur
yang diyakininya, langsung maupun tidak langsung kepercayaan
masyarakat terhadap kiai atau pesantren akan pudar. Karena sesungguhnya
nilai-nilai luhur yang diyakini kiai atau umat Islam menjadi ruh (kekuatan)
yang diyakini merupakan anugrah dan rahmat dari Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Di dalam membantu mewujudkan visi dan misi pon-pes seorang
mudir dibantu oleh tenaga pengajar yang bergelar ustadz, berlatar
belakang keilmuwan yang berbeda. Termasuk ciri dari ustadz bidang studi
aqidah (tauhid) ialah yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi jurusan
Aqidah atau Syari`ah dari Islamic University Of Medina, KSA. Bahkan
salah satu ustadz aqidah asli orang Arab yang diperbantukan Kerajaan
Saudi Arabia khusus mengajar di pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga.
Segenap santri merasa senang dengan adanya tenaga-tenaga pengajar
tersebut, karena selain profesional dalam bidang aqidah, figur keseharian
para ustadz juga dijadikan patokan pembentukan kepribadian terpuji dalam
kehidupan sehari-hari. Selain karena banyaknya hafalan qur’an yang
dimiliki oleh ustadz berikut dengan ilmu-ilmu agama yang diserap dengan
baik, ternyata pihak pesantren juga menyusun ketentuan (kode etik)
mengajar, dengan tujuan agar interaksi pembelajaran terwujud dengan
baik, khususnya mata pelajaran aqidah sehingga mampu memunculkan
internalisasi nilai aqidah pada jiwa para santri.
Penjelasan diatas sesuai dengan karakteristik ustadz yang tersebut
di kajian teori bahwasanya karakteristik ustadz tidak lepas dari beberapa
poin berikut yang diadopsi dari Imam Moedjiono (2002:6167) yaitu:
a. Bepengetahuan luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada dan selalu
tanggap (QS. Al-Mujadalah: 11).
b. Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al-Qur'an Surat An-
Nissa: 58.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
c. Bertanggung jawab (QS. Al-An'am:164).
d. Selektif terhadap informasi (QS. Al-Hujurat:16).
e. Senantiasa memberikan peringatan (QS. Adz-Dzariyat:55).
f. Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan (QS.As-Sajadah:24)
g. Suka bermusyawarah (QS. Ali Imran:159).
h. Istiqamah dan teguh pendirian (QS. Al-Ahqaf:13).
i. Senang berbuat kebaikan (QS. Al-Baqarah:195).
j. Selalu berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap
orang mukmin (QS. At-Taubah:128).
k. Kreatif dan tawakal (QS. Al-Qashash:77).
l. Mempunyai semangat kompetitif (QS. Al-Baqarah:148).
m. Estetik, berkepribadian baik dan berpenampilan rapih (QS. Al-
'Araf:31).
n. Selalu harmonis dan proporsional dalam bertindak (QS. Al-
Baqarah:190).
o. Disiplin dan produktif (QS. Al-'Ashr).
Komponen yang terakhir dan terbanyak di pondok pesantren Islam
Al-Irsyad Salatiga adalah santri yang kesemuanya berjenis kelamin laki-
laki dan datang dari berbagai daerah Indonesia dan manca negara. Berlatar
belakang suku, ras, bahasa dan bahkan kewarganegaraan berbeda
menjadikan para santri memiliki karakter yang bermacam-macam. Namun
terdapati kesamaan dari semua santri ketika melaksanakan segenap
program/kegiatan kepesantrenan, terlebih kegiatan yang bernilai ibadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Selain itu juga kebiasaan santri yang memiliki sosialisasi tinggi terhadap
sesama, terbukti dengan ikhlas mendakwahkan ilmu guna memberantas
kejahilan di masyarakat dengan penuh rasa ikhlas. Karakter lainnya adalah
kuat dan kokoh dalam beraqidah dan bermanhaj (multazim). Terbukti
dengan satu kata dan tekad untuk senantiasa memurnikan aqidah dari
segala macam bentuk kesyirikan dan pelaku syirik. Internalisasi nilai
seperti ini tidak hanya dimiliki oleh santri yang tinggal di pesantren Al-
Irsyad saja, akan tetapi juga “masih” dimiliki oleh segenap alumni yang
telah meninggalkan pesantren Al-Irsyad Salatiga. Segenap santri Al-Irsyad
Salatiga senantiasa berdomisili di asrama (sakan) dengan niat menuntut
ilmu dengan pembinaan para ustadz dan berusaha semaksimal mungkin
untuk menjalankan ilmu yang didapat dalam bentuk ibadah secara
sempurna.
Penemuan ini mendapatkan kesamaan dengan yang ada di kajian
teori bab II bahwa santri secara sempit santri berarti murid atau siswa
yang sedang belajar ilmu keagamaan islam dibawah asuhan atau kiai atau
ulama’, dengan cara bermukim di sebuah tempat yang disebut dengan
pesantren. Secara luas, Santri berarti seorang muslim atau kaum muslimin
yaitu golongan orang islam yang menjalankan ibadah keagamaanya secara
khafah sesuai dengan ajaran syariat islam yang sesungguhnya
(Wahid:2000).
. Selain itu, para santri dalam kesehariannya dibiasakan untuk
hidup mandiri dan tidak selalu menjadi beban bagi orang lain termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
orang tua. Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa berkorban, tolong
menolong, memiliki kepedulian terhadap lingkungan serta peka terhadap
kondisi umat. Upaya-upaya tersebut merupakan wujud penanaman kepada
para santri yaitu Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah
Islamiyah, dan Pengorbanan.
2. Proses Pembelajaran Aqidah di Pesantren Al-Irsyad Salatiga
Kegiatan Belajar Mengajar di Al-Irsyad Salatiga dimulai pukul
07.00 WIB, diawali dengan acara thobur shobah (apel pagi) dan berakhir
pada jam 17.00 WIB. Adapun untuk pelajaran aqidah (tauhid) diletekkan
oleh bagian pengajaran di awal jam KBM, sekitar pukul 07.00 sampi
pukul 09.00 WIB. Alasannya Karena materi aqidah terdapat begitu banyak
dalil-dalil yang terdapat dari Al-Qur’an dan Hadits yang harus dihafal oleh
segenap peserta didik, oleh sebab itu waktu pagi adalah waktu yang cocok
untuk menghafal disamping juga otak masih fresh. Ternyata dengan hal ini
menjadikan santri lebih cepat menyerap ilmu dan menerapkannya degan
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini sama dengan pendapat
menurut Moeslichatoen (2006:60) bahwa pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar yang menghasilkan
suatu perubahan.
Adapun untuk kurikulum aqidah diadopsi dari kurikulum yang ada
pada jenjang pendidikan Saudi Arabia sembari mensinambungkan
kurikulum yang diperoleh dari Departemen agama RI. Pesantren Islam Al-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Irsyad Salatiga telah memahami bahwa otoritas pengembangan kurikulum
bukanlah pada pemerintah pusat atau daerah, melainkan pada Madrasah
yang mana berbentuk sebuah pondok pesantren. Pada konteks ini bagian
pengajaran dan kurikulum pesantren sudah mampu menterjemahkan
standar kompetensi yang dibuat oleh pemerintah dan merumuskan dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
selanjutnya diimplementasikan dalam kelas-kelas pembelajaran.
Proses pembelajaran diawali dari sisi ustadz yang telah menyusun
I`dad ad-dars atau RPP agar proses pembelajaran berjalan sistematis.
Untuk mencapai sasaran proses pembelajaran yang bermutu (mutu
pembelajaran) dan hasil belajar studi aqidah pada santri maka para ustadz
sudah menuliskan model-model strategi pembelajaran di RPP tersebut.
Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran aqidah oleh para
ustadz terbagi dalam tiga kondisi: a) pendahuluan, b) kegiatan
inti/penyampaian materi, dan c) penutupan yang semua dipadu dengan
kegiatan refleksi dan penguatan. Selain dari tiga kondisi tersebut, ustadz
pengajar aqidah juga tidak terlepas dari media sebagai alat bantu yang
pembelajaran. Dalam kegiatan inti ustadz melaksanakan pembelajaran
dengan kreatif dan meggunakan metode secara bervariasi dalam
pendekatan pembelajaran, media/alat peraga yang relevan dengan materi
yang disampaikan.
Hal ini sesuai dengan PP No.19 tahun 205 yang tertulis di kajian
teori bahwasanya standar proses pembelajaran yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
dikembangkan, maka lingkup kegiatan untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien meliputi: “(1) perencanaan proses
pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) penilaian hasil
pembelajaran, dan (4) pengawasan proses pembelajaran”.
Keempat lingkup kegiatan dalam standar proses pembelajaran di
atas, dijelaskan oleh Pudji Muljono (2006:31-32) sebagai berikut:
“Standar perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada prinsip
sistematis dan sistemik. Sistematik berarti secara runtut, terarah dan
terukur dari jenjang kemampuan rendah hingga tinggi secara
berkesinambungan. Sistemik berarti mempertimbangkan berbagai faktor
yang berkaitan, yaitu tujuan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, karakteristik peserta didik, karakteristik materi ajar yang
mencakup fakta, konsep, prosedur, dan prinsip, kondisi lingkungan dan
hal-hal lain yang menghambat atau mendukung terlaksananya proses
pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran”.
Proses pembelajaran aqidah di kelas lebih banyak menggunakan
strategi pembelajaran menggunakan metode CBSA dengan pendekatan
pembelajaran CTL dan metode inquiri. Penemuan ini senada dengan yang
tertera pada kajian teori bahwasanya inti dari model CTL ada tujuh
indicator penting yang tidak terdapat pada model lain, yaitu yaitu
modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-
tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu). Contoh, questioning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, mencoba
mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,
generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection
(review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Meski demikian metode ceramah dan dialog juga masih dominan
dilaksanakan oleh para ustadz bidang studi aqidah dengan alasan bahwa
aqidah merupakan pondasi setiap muslim yang harus ditegakkan di atas
dalil atau nash Al-Qur’an dan Hadits, jika hanya berlandaskan otak
manusia maka aqidah tidak akan bisa dicerna dengan baik, senada dengan
yang ada di kajian teori bahwa pesantren merupakan pranata pendidikan
tradisional yang dipimpin oleh seorang kiai atau ulama. Di pesantren
inilah para santri dihadapkan dengan berbagai cabang ilmu agama yang
bersumber dari kitab-kitab kuning. Pemahaman dan penghafalan terhadap
Al-Qur’an dan Hadits merupakan syarat bagi para santri. (Imain Al-
Fatta:1991, Panjimas no.677 Maret). Dan metode ceramah adalah salah
satu cara terbaik memahamkan aqidah yang benar kepada santri tanpa
mengandung resiko salah paham. Model semacam ini disebut di kajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
teori dengan direct learning atau pembelajaran langsung. Sintaknya adalah
menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing,
refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan
metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
Selanjutnya yang tidak kalah penting untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan sehingga dapat menumbuhkan internalisasi
dari mata pelajaran aqidah ialah dengan penyelenggaraan evaluasi
pembelajaran yang dikenal di pesantren Al-Irsyad dengan istilah imtihan.
Ujian ditujukan bagi setiap santri di banyak waktu mulai yang bersifat
harian sampai semesteran dengan bentuk tertulis ataupun secara lisan.
Adapun nilai menjadi salah satu syarat kenaikan kelas dengan standar
minimum lima koma lima.
Terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif bagi
keberlangsungan proses belajar yang baik adalah pra-syarat yang tidak
boleh ditinggalkan. Lingkungan yang dimaksud berupa lingkungan fisik
alami maupun lingkungan fisik buatan, lingkungan sosial dimana terdapat
interaksi, interelasi, dan interdependensi santri per santri, antara santri
dengan ustadz dan pegawai lainnya.
Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga telah berusaha baik
menata lingkungan dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu untuk
senantiasa meningkatkan prestasi siswa. Untuk materi aqidah (tauhid)
lingkungan belajar yang ada telah memnuhi syarat kondusif. Selain secara
alami terletak di kaki pegunungan yang sejuk dan tidak bising, lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
fisik buatan juga berpengaruh seperti masjid, perpustakaan, asrama santri
dan ustadz serta fasilitas lainnya yang juga menjadi sarana belajara para
santri.
Penjelasan di atas menghasilkan kesamaan dengan kajian teori
yaitu melengkapi sarana prasarana termasuk salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Asmani (2009:59) menyebutkan beberapa sarana prasarana
yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan sebagai berikut:
laboratorium pendidikan, laboratorium bahasa, gedung pengembangan
bakat, gedung olahraga, media ekspresi dan aktualisasi, dan fasilitas
lainnya harus tersedia dengan lengkap.
Termasuk dari proses pembelajaran aqidah di pesantren Al-Irsyad
Salatiga ialah keberadaan sumber belajar yang berbentuk buku atau kitab
berbahasa Arab yang berbeda judul pada tiap jenjang pendidikan.
Pengecualian pada jenjang SDITQ sumber belajar adalah buku aqidah
yang disusun oleh Yayasan Al-Irsyad yang berkantor pusat di DKI Jakarta.
Kandungan dari kitab-kitab yang menjadi buku ajar aqidah mencakup tiga
pilar penting dalam beragama, yaitu : a) Pengetahuan akan Allah, b)
Pengetahuan akan Nabi, dan c) Pengetahuan Agama Islam yang dalam
Islam dikenal dengan usul ats-tsalatsah. Dari tiga pilar di atas penekanan
ada pada bab-bab ketauhidan Allah dan berbagai bentuk kesyirikan serta
pada penegakan sunnah Rasul dan bantahan terhadap ahli bid`ah.
Buku yang berhudul “Al-Aqidah Al-Washitiyyah” juga
dipergunakan di dalam pembelajaran di pondok pesantren Islam Al-Irsyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Salatiga. Hal ini selaras dengan kajian teori yang disebutkan bahwasanya
termasuk buku ajar yang banyak digunakan di pesantren adalah karya tulis
Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah Al-Wasithiyah” menerangkan
makna aqidah yaitu sesuatu perkara yang harus dibenarkan oleh hati, yang
dengannya jiwa dapat menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin
serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidak dipengaruhi oleh
syak wasangka (Muslich Shabir:1981).
Isi materi bahan ajar Aqidah sudah barang tentu adalah mengacu
kepada Kurikulum dan Silabus pon-pes itu sendiri. Mengenai poin-poin
materi Aqidah yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran, sudah dijelaskan dalam kurikulum dan silabus tersebut,
misalnya antara lain sebagai berikut :
a. Hakekat Aqidah Islam dan ruang lingkupnya.
c. Hubungan aqidah dan akhlak.
d. Hakekat beriman kepada Allah.
e. Adab iffah, musawwah, dan ukhuwah.
f. Hakekat beriman kepada malaikat Allah.
g. Akhlak terpuji.
h. Akhlak tercela.
i. Dan sebagainya.
Karakteris dari bahan ajar aqidah di pon-pes Al-Irsyad Salatigaitu
meliputi jenis bahan ajar kognitif yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur, jenis bahan ajar afektif yang berupa sikap dan nilai-nilai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
dan jenis bahan ajar psikomotor yang berupa tindakan- tindakan dan
perilaku.
Berdasarkan konsep seperti ini maka isi materi bahan ajar
Aqidah dapat dipilah dan dikembangkan ke dalam jenis-jenis sebagai
berikut :
a. Fakta, yaitu berupa nama-nama objek seperti nama-nama malaikat,
nabi dan rasul Allah, nama-nama Tuhan (Asmaulhusna), nama-nama
surga, neraka dan sebagainya; peristiwa seperti kasus-kasus mukjizat
para nabi dan rasul Allah, misalnya peristiwa nabi Ibrahim (dibakar),
nabi Musa (membel ah laut dengan tongkatnya), peristiwa banjir dan
perahunya nabi Nuh, pertolongan Allah kepada nabi Muhammad
dan kaum muslimin dalam berbagai peperangan melawan kaum
musyrikin dan kafir seperti penurunan ribuan malaikat yang
menggetarkan musuh, dan sebagainya.
b. Konsep, yaitu berupa pengertian-pengertian tentang sesuatu,
misalnya pengertian tentang iman, islam, ihsan, nabi, rasul,
taubat, murtad, fasik, munafik, musyrik, shidik, amanah, tabligh,
fathanah, pengertian nama-nama Tuhan, sabar, tawakal, ikhlas,
tauhid, makrifatullah, rukun iman, rukun islam, ifah, musawah,
tasamuh, ukhuwah, kona’ah, zuhud dan sebagainya.
c. Prinsip, yaitu berupa dalil, rumus, adagium, postulat, dan teorema.
Misalnya : Dalil naqli yaitu berupa nash al-Qur’ân atau al-Hadits
tentang suatu materi aqidah seperti rukun iman, tauhidullah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
larangan syirik kepada Allah dan sebagainya; Dalil aqli yaitu berupa
alur pikir logis yang dapat dijadikan landasan, dasar atau alasan
tentang materi Akidah Akhlaq seperti dalil kosmologi yang
menyatakan bahwa keteraturan alam yang luas dan indah
menunjukkan kepastian akan adanya Pencipta, Pengatur, serta
Penjaga alam yang Maha Kuat, Maha Kuasa, Maha Agung yang
memiliki segala sifat kesempurnaan dan sunyi daipada segala
sifat kekurangan.
d. Prosedur, yaitu tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas,
misalnya prosedur bertaubat, berdo’a, membaca al-Qur’ân, dan
sebagainya.
e. Sikap/nilai, yaitu perbuatan atau perilaku yang berdasarkan pada
pendirian (pendapat atau keyakinan) tertentu, seperti sikap jujur,
adil, sabar, tawakal, syukur, dan sebagainya. Bahan ajar tentang
nilai-nilai ini biasanya dikemas dalam bentuk ceritra kehidupan, kisah,
dan lain sebagainya.
f. Tindakan-tindakan dan perilaku. Jenis ini dalam prakteknya tidak
dapat dipisahkan dengan jenis sikap dan nilai, karena tindakan
dan perilaku itu diklasifikasi berdasarkan sikap dan nilai-nilai
tersebut, baik yang baik maupun yang buruk.
Dengan demikian penjelasan di atas sesuai dengan kajian teori
yang menyatakan bahwasanya secara teknis istilah bahan ajar dapat
dikelompokkan kepada jenis pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
prinsip, dan prosedur, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus
diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kementrian pendidikan
nasional Republik Indonesia menegaskan bahwa, bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructional materials) adalah materi yang harus
dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar (Depdiknas:2003).
Dari semua uraian di atas interaksi pembelajaran berikut dengan
internalisasi nilai aqidah bisa terwujud. Dengan banyak santri yang
bertanya permasalahan aqidah kepada ustadz atau dengan banyak santri
yang menyelesaikan tugas aqidah, maka itu merupakan contoh dari
interaksi pembelajaran. Dan terwujudnya pemahaman aqidah yang lurus
dalam bentuk akhlak yang baik dan hati yang senantiasa bertaqwa kepada
Allah adalah salah satu bentuk internalisasi nilai aqidah pada santri.
3. Internalisasi Nilai Aqidah Pada Santri Al-Irsyad Salatiga
Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam
menginternalisasikan nilai-nilai keislaman, khususnya dalam masalah
aqidah. Internalisasi nilai merupakan bagian terpenting dalam pendidikan
nilai yang merupakan inti terlaksanakannya nilai. Dengan pembiasaan ini
akan terbentuk suatu kebiasaan dalam berperilaku, sehingga sesuatu yang
telah terbiasa akan terasa mudah dikerjakan dan menimbulkan perasaan
senang/kepuasan jiwa dalam melakukannya. Untuk memperoleh hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
yang maksimal dalam penerapan pembiasaan haruslah memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut; pengendalian jiwa, pengulangan perilaku,
pengawasan serta evaluasi. Pembiasaan juga dapat menggunakan perintah,
contoh atau tauladan, dan pengalaman-pengalaman khusus, juga
menggunakan hukum-hukum dan ganjaran. Dalam upaya menanamkan
nilai-nilai aqidah pada peserta didik, pondok pesantren Al-Irsyad Salatiga
menerapkan beberapa pembiasaan praktik keagamaan di lingkungan pon-
pes, antara lain: (1) Pembiasaan sholat berjama`ah, sebagai bentuk
pelaksanaan aqidah yang benar bahwasanya Tuhan yang berhak disembah
hanyalah Allah semata, (2) Pembiasaan doa disaat permulaan dan
penutupan pelajaran sebagai wujud penanaman aqidah bahwa kepada
Allah semata doa dan permohonan digantungkan, (3) Pembiasaan segala
aktifitas sehari-hari berazaskan dari al-Qur’an dan as-Sunnah termasuk
pelaksanaan dakwah mingguan.
Tujuan pembiasaan adalah agar santri memperoleh sikap-sikap
dann kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yan lebih tepat dan positif
dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Dengan kata
lain selaras dengan norma-norma dan tata nilai syariat yang berlaku.
Hasil yang dicapai melalui metode pembiasaan dapat dilihat dari
perilaku siswa dalam melaksanakan nilai-nilai keislaman. Dalam arti nilai-
nilai keislaman tersebut dilaksanakan secara alami tanpa adanya rekayasa
dan paksaan dari orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Uraian di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Hery
Noer Ali:1999) bahwasanya internalisasi nilai juga dapat didapatkan
melalui strategi pembiasaan bagi para peserta didik. Yang dimaksud
dengan kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistens,
inform, dan hampir-hampir otomatis (tanpa disadari oleh pelakunya).
Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai aqidah yang telah
disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku
keseharian oleh semua warga pesantren. Proses pengembangan tersebut
dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu: pertama sosialisasi nilai-nilai
agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin
dicapai pada masa mendatang disekolah. Kedua, penetapan action plan
mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan langkah dilematis yang
akan dilakukan oleh semua pihak di pesantren dalam mewujudkan nilai-
nilai agama yang telah disepakati tersebut. Imam al-Gozaly juga
menggunakan pembiasaan dalam mendidik anak, sebagaimana dikutip
oleh Arifin dalam buku “Paradigma Pendidikan Islam” (Bumi
Aksara:1991) bahwa bila seorang anak dibiasakan dengan sifat-sifat yang
baik, maka akan berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan
akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia-akhirat. Sebaliknya bila
anak dibiasakan dengan sifat-sifat jelek, dan kita biarkan begitu saja,
maka ia akan celaka dan binasa.
Internalisasi nilai aqidah mampu diambil oleh dua jenis santri.
Pertama adalah santri yang masih berdomisili di asrama pesantren Al-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Irsyad guna menyelesaikan menuntut ilmu keislaman dan ilmu lainnya.
Sedangkan yang kedua ialah santri yang telah lulus dari pesantren tersebut
(alumni) yang tengah melanjutkan studi ke perguruan tinggi, atau alumni
yang sudah dewasa (bekerja dan menikah).
Untuk model santri yang pertama internalisasi nilai aqidah
terwujud dengan perbuatan dan ucapan yang baik, sopan dan ramah. Bisa
juga dengan rajin melaksanakan ibadah dan belajar. Akan tetapi juga ada
yang terlihat giat melakukan dialog serta diskusi dengan santri-santri lain
dalam tema aqidah (tauhid), biasanya membahas firoq atau sekte-sekte
menyimpang yang bergerak bebas di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sesuai dengan kajian teori internalisasi nilai seperti ini disebut
“tran-internalisasi”. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan
komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap
ini komunikasi kepribadian yang berperan aktif. Dalam tahap ini pendidik
harus betul-betul memperhatikan sikap dan prilakunya agar tidak
bertentangan yang ia berikan kepada peserta didik. Hal ini disebabkan
adanya kecenderungan siswa untuk meniru apa yang menjadi sikap mental
dan kepribadian gurunya. Proses dari transinternalisasi itu mulai dari
yang sederhana sampai yang komplek, yaitu mulai dari: menyimak,
yakni kegiatan siswa untuk bersedia menerima adanya stimulus yang
berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap afektifnya.
Menanggapi, yakni kesediaan siswa untuk merespons nilai-nilai yang ia
terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan untuk merespons
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
nilai tersebut. Memberi nilai, yakni sebagai kelanjutan dari
aktivitas merespon nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baru
terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya. Mengorganisasi nilai, yakni aktivitas siswa untuk
mengatur berlakunya sistem nilai yang ia yakini sebagai kebenaran
dalam laku kepribadiannya sendiri sehingga ia memiliki satu sistem
nilai yang berbeda dengan orang lain. Karakteristik nilai, yakni
dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini, dan
yang telah diorganisir dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut
sudah menjadi watak (kepribadiannya), yang tidak dapat dipisahkan lagi
dari kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam
Islam disebut dengan kepercayaan/keimanan yang istiqomah, yang sulit
tergoyahkan oleh situasi apapun.
Tahap tran-internalisasi juga ditemukan pada santri kelas dua dan
tiga jenjang I`dad Muallimin yang mendapat waktu dan kesempatan dari
pesantren untuk berdakwah di luar komplek pon-pes. Pada waktu ini para
santri dibekali nasehat agar senantiasa mengawali dakwah dengan seruan
aqidah atau tauhid, peribadatan hanya kepada dan untuk Allah Ta`ala
semata. Para santri juga “diwanti-wanti” untuk ilzimam dengan memgang
teguh Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah agar menjadi mukmin multazim.
Internalisasi nilai dari aqidah juga membekas pada “mantan” santri
yang pernah “mondok” di pesantren Al-Irsyad Salatiga. Terdapati
beberapa santri yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
dai atau ustadz di banyak pesantren dan menjadi tenaga pengajar pelajaran
aqidah akhlak dan tauhid. Selain itu juga ada dari alumni yang menjadi
penulis di penerbitan atau pustaka bernuansa islami khusus bidang aqidah
dan ibadah. Terakhir adalah tersebarnya para alumni di perguruan tinggi di
Timur Tengah dan Saudi Arabia yang duduk di fakultas Aqidah dan
Syari`ah.
D. HAMBATAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah berkat karunia kesehatan
dan kekuatan yang dilimpahkan kepada peneliti sehingga pelaksanaan penelitian
di Pon-Pes Islam Al-Irsyad Salatiga dapat berjalan dengan lancar. Adapun
hambatan atau kendala yang peneliti hadapai ialah: 1) Lama waktu penelitian
yang dirasa kurang disebabkan kesibukan primer lain, dan 2) Adanya kendala
pada dokumentasi penelitian dimana beberapa jaringan komputer di salah satu
jenjang pendidikan mengalami kerusakan.
Dari hasil observasi dan pengamatan selama penelitian berlangsung
didapati juga hambatan pada proses pembelajaran aqidah sehingga
memperlambat internalisasi nilai pada santri. Secara ringkas sebagaimana
berikut:
1. Bahwasanya santri di jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama
(SDITQ/MTW) sebagian besar masih belum bisa memahami peran penting
mendalami aqidah, sehingga masih dibutuhkan bimbingan dan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
2. Model pembelajaran yang berbahasa Arab mulai dari semester awal dirasa
menjadi kendala proses pembelajaran pada santri yang masih baru.
3. Masih didapati ustadz yang menerangkan pelajaran tanpa mempergunakan
media pembelajaran yang baik dan kurang mengkoondisikan santri untuk
aktif.
4. Adanya pengulangan beberapa materi aqidah tanpa pengembangan sub
materi dibeberapa jenjang pendidikan.
5. Adanya kesibukan tenaga pendidikan selain mengajar di kelas. Hal ini
membikin proses pembelajaran terganggu. Meskipun ustadz meninggalkan
tugas kepada peserta didik, bukan sepenuhnya bertujuan untuk evaluasi
namun lebih tepatnya untuk mengisi kekosongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad
Salatiga dengan berbagai macam kegiatan dari observasi, dokumentasi dan
wawancara mendalam, maka dapat disimpulkan bahwasanya pesantren tersebut
layak untuk dijadikan qudwah atau rujukan lembaga-lembaga pendidikan Islam
lain khususnya di dalam bidang bahasa Arab dan Aqidah (tauhid). Secara terarah
hasil penelitian dapat disimpulkan sebagaimana berikut :
1. Bahwasanya Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga dipimpin oleh
seorang mudir (kepala) pon-pes yang memiliki karakteristik Islami dan
berperan sebagai penanggung jawab atas segala yang ada dan terjadi di
pesantren. Mudir juga dijadikan panutan oleh segenap penghuni
pesantren. Dilatar belakangi kemahiran di bidang ilmu agama dan iltizam
di dalam perangai keseharian, maka para santri mampu memperoleh
internalisasi nilai khususnya dalam mata pelajaran aqidan dari sosok
mudir yang ada sekarang ini. Selanjutnya didapati bahwasanya Pondok
Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga memiliki tenaga pengajar dengan
sebutan ustadz yang kompeten dan ahli dari setiap disiplin ilmu, baik
ilmu agama ataupun ilmu umum, lebih khususnya ustadz yang
mengampu bidang studi aqidah. Selain berlatar belakang sarjana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
mancanegara (Timur Tengah) terdapat salah satu ustadz aqidah yang
langsung didatangkan dari Kerajaan Saudi Arabia. Semua ustadz
berkarakter muslim sejati, beraqidah kuat dan berakhlak mulia, dan
amanah di dalam bekerja. Perilaku terpuji juga menjadi salah satu
karakter yang mendorong para santri mampu menginternalisasi nilai
aqidah khususnya di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik para santri Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga
beraneka ragam sesuai dengan karakter tempat kelahiran santri. Akan
tetapi dengan adanya penanaman aqidah yang benar maka tidak ada beda
antara santri satu dengan yang lain kecuali dari sisi ketaqwaan dan
kemahiran ilmu agama.
3. Bahwasanya lingkungan belajar yang ada di Pondok Pesantren Islam Al-
Irsyad Salatiga dinilai cukup kondusif dengan adanya sarana-prasarana,
fasilitas dan suasana keislaman yang merata. Hal ini secara langsung
mampu menjadikan para santri yang tinggal di pesantren dapat
mewujudkan interaksi pembelajaran aqidah lebih terasa sekaligus
mampu memunculkan internalisasi nilai aqidah sesuai dengan yang
dipelajari.
4. Bahwasanya model pembelajaran aqidah di Pondok Pesantren Al-Irsyad
Salatiga secara langsung dapat diinternalisasi oleh sebagian besar para
santri di tiap jenjang pendidikan yang ada (SDITQ, MTW/MTs, IM/MA,
dan IL). Pembelajaran aqidah menggunakan model keaktifan peserta
didik dengan pendekatan inquiri, CBSA dan CTL. Para ustadz
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
ditekankan sebagai fasilitator dan santri adalah pemeran utama. Media
pembelajaran yang digunakan juga berperan penting di dalam interaksi
pembelajaran aqidan berikut internalisasi nilai aqidah pada santri.
Berakhir dengan evaluasi pembelajaran dalam banyak jenis ternyata juga
mampu membuat interaksi pembelajaran dan internalisasi nilai aqidah
tampak nyata pada para santri.
5. Bahwasanya bahan ajar mata pelajaran aqidah di Pondok Pesantren
Islam Al-Irsyad berkarakteristik bahasa Arab klasik dan dikarang
langsung oleh ulama kaliber dunia dalam bidang aqidah. Selain mampu
menambah wawasan aqidah dan wacana keislaman lainnya, buku ajar
yang ada juga mampu menambah kematangan santri mendalami kaedah-
kaedah bahasa Arab dengan benar.
6. Bahwasanya bentuk nyata dari internalisasi nilai aqidah yang dipelajari
oleh segenap santri Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Salatiga tercermin
dalam bentuk akhlaq yang sesuai ajaran Islam. Akhlaq baik itu dibawa
dan terus menghiasi santri baik tatkala berada di dalam pon-pes maupun
ketika di luar, bahkan sampai lulus. Dapat juga berbentuk ucapan lisan di
saat mengajar atau berdakwah untuk senantiasa berawal dari penanaman
aqidah yang shahih kepada ummat hingga mampu mengentaskan
manusia dari jeratan perbuatan syirik dan maksiat untuk menjadi muslim
multazim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
A. Implikasi
Pondok Pesantren Al-Irsyad Salatiga terus berbenah dan berusaha dengan
keras terkait peningkatan mutu pembelajaran khususnya bidang studi aqidah
(tauhid) dan peningkatan internalisasi nilai pada para santri seperti :
1. Memberi kesempatan kepada para ustadz mengikuti studi lanjut ke
jenjang yang lebih tinggi untuk meningkatkan kompetensi profesional,
kompetensi sosial, kompetensi paedagogik, dan kompetensi personal.
2. Mendatangkan tenaga edukatif professional dari mancanegara dengan
tujuan peningkatan mutu pendidikan pada dunia kepesantrenan.
3. Pengadaan sarana-prasarana terutama media pembelajaran yang sangat
diperlukan dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
4. Menyediakan penambahan fasilitas ruang dan penataan lingkungan fisik
untuk menunjang proses pembelajaran.
5. Mensinergikan kurikulum pesantren yang diadopsi dari kurikulum Saudi
Arabia dengan kurikulum pemerintah Indonesia dengan tepat.
6. Memberikan penanaman ilmu sepanjang dua puluh empat jam penuh
kepada para peserta didik dengan pantauan musyrif (pembina asrama).
7. Penggalakan evaluasi pembelajaran secara rutin pada para tenaga
pengajar dan peserta didik, baik dalam bentuk lisan atau pun tulisan.
8. Pengadaan kewajiban khidmah (pengabdian) selama satu tahun penuh
bagi para santri yang lulus untuk ditempatkan di banyak wilayah
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
B. Saran
1. Segenap ustadz perlu untuk senantiasa meningkatkan kemampuan,
kreativitas, kekompakan, dan komitmen dalam rangka memberikan
pelayanan pembelajaran yang lebih optimal dan mengesankan kepada
para santri. Dengan kemampuan yang lebih maka sesuatu yang sulit akan
terpecahkan. Dengan kreativitas yang terus hidup akan memunculkan
inovasi yang tidak ternilai. Dengan kekompakan kerja berat akan terasa
ringan, dan dengan komitmen segala sesuatu akan terasa menyenangkan.
2. Perlu ada pembuatan kurikulum sendiri dengan memadukan kurikulum
dari Departemen Agama RI yang sesuai dengan visi dan misi pesantren.
3. Diperbanyak pengadaan alat peraga khusus untuk mata pelajaran aqidah.
4. Lebih ditekankan penggunaan media pembelajaran yang berbentuk
elektronik tanpa menghilangkan metode pembelajaran yang lain.
5. Untuk meningkatkan SDM perlu pendidikan, pelatihan dan seminar baik
secara independen maupun regional.
6. Pihak pesantren perlu memberikan kelonggaran waktu bagi ustadz yang
mengampu beberapa bidang selain mengajar.
7. Untuk para ustadz senantiasa memberikan motivasi kepada para santri
agar tetap ada semangat di dalam belajar di pon-pes.
8. Bagi para ustadz aqidah untuk mengkaji kembali materi atau pembahasan
tauhid pada tiap jenjang pendidikan yang ada di pesantren, sehingga tidak
muncul pengulangan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
9. Untuk para ustadz yang mengajar ilmu agama selain dari mata pelajara
aqidah (tauhid) agar sebisa mungkin mengaitkan materi pelajaran yang
diampu dengan pelajaran aqidah sebagai penanaman internaliasi nilai
aqidah para santri.
10. Bagi para musyrif asrama agar menggalakkan penanaman aqidah selama
santri berada di luar kelas, terutama ketika berada di kamar masing-
masing.
11. Peran serta orang tua atau wali santri dalam mendukung internalisasi nilai
aqidah perlu ditingkatkan. Peningkatan peran wali santri tersebut harus
transparan, partisipatif dan akuntabel sehingga berujung pencapaian visi-
misi pesantren.