Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
271
D. AKUNTABILITAS KEUANGAN
D.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah merupakan bagian dari
penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan dalam rangka pemberian layanan
publik yang berkualitas untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat
adil, makmur, dan sejahtera. Kebijakan implementasi Otonomi Daerah di Indonesia
memberikan perubahan mendasar bagi restrukturisasi pemerintahan daerah yaitu
dengan adanya pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah
untuk mengelola daerah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat masing-
masing daerah.
Pengelolaan keuangan di daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan
negara, karena pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah adalah merupakan
subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara secara keseluruhan dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk mendukung
tercapainya pengelolaan keuangan yang akuntabel, transparan, serta sinergis dan
terintegrasi antara pusat dan daerah, telah diterbitkan beberapa regulasi peraturan
perundang-undangan terkait pengelolaan keuangan negara dan daerah yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5589);
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
272
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nmor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049).
Sebagai tindak lanjut dari peraturan perundangan-undangan tersebut di atas
telah disusun berbagai regulasi sebagai peraturan pelaksanaan yang komprehensif dan
terpadu yang memuat beberapa kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan maksud
untuk memudahkan dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multitafsir dalam
penerapannya. Beberapa peraturan pelaksanaan terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah dan menjadi pedoman pokok bagi penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Selain peraturan pokok tersebut telah
pula disusun beberapa peraturan perundangan-undangan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang SAP, dan peraturan lainnya sebagai pedoman yang harus diacu oleh pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebagai amanat dari peraturan
perundangan tersebut untuk Kabupaten Gunungkidul telah disusun beberapa peraturan
daerah dan peraturan bupati sebagai peraturan pelaksanaannya.
Dengan telah ditetapkannya peraturan perundangan di bidang pengelolaan
keuangan tersebut maka antara perencanaan dan penganggaran diharapkan dapat
terintegrasi menuju pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan efisien melalui
perencanaan penganggaran yang transparan, akuntabel, dan partisipatif dengan berbasis
kinerja dan berorientasi kepada prestasi kerja dimana antara kebijakan, sasaran,
masukan, keluaran, dan hasil merupakan satu kesatuan yang terpadu. Pelaksanaan
anggaran diformulasikan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
merupakan instrumen yang mengatur mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan di daerah.
Penyusunan anggaran pada dasarnya bertujuan untuk memberikan arah
kebijakan perekonomian yang menyelaraskan antara kebijakan ekonomi makro,
sumber daya yang tersedia, dan mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai
dengan kebijakan pemerintah dan kewenangan yang diberikan kepada daerah dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
273
mempersiapkan kondisi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah secara lebih baik.
Dengan pelaksanaan anggaran yang berpedoman pada prestasi kerja/hasil mengandung
maksud bahwa setiap penyelenggara negara/pemerintahan berkewajiban untuk
bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber daya, yaitu dari sisi
pendapatan merupakan perkiraan penerimaan yang terukur dan rasional yang dapat
dicapai dari setiap sumber pendapatan. Sedangkan untuk belanja merupakan batas
tertinggi pengeluaran yang harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya
agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dalam rangka pelayanan publik
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja daerah dikelompokkan dalam
belanja tidak langsung dan belanja langsung, dimana belanja tidak langsung adalah
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan atau input yang digunakan tidak secara langsung dapat diukur dengan
outputnya sedangkan belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu input yang digunakan
berkaitan dengan output yang dihasilkan.
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab, dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara tertib adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tepat
waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan
daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan
dengan membandingkan keluaran dan hasil.
4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu
atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
5. Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas tertentu pada tingkat
harga yang terendah.
6. Transparan adalah merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan daerah.
7. Bertanggung jawab adalah merupakan perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
274
8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaan dan/atau
keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.
9. Kepatutan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan secara wajar dan
proporsional.
10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan adanya kebijakan desentralisasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, penyusunan kebijakan umum pengelolaan
keuangan daerah diarahkan untuk dapat mendukung program-program yang berkaitan
dengan upaya pencapaian visi dan misi penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015.
Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sebagai
pelaksanan RPJMD, setiap tahun disusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun,
Kepala Daerah menyusun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk dibahas bersama
DPRD menjadi Kesepakatan KUA dan PPAS dan menjadi dasar dalam penyusunan
rancangan APBD.
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ditegaskan bahwa pembangunan
daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Dengan demikian tema dan prioritas pembangunan di kabupaten, selain harus selaras
dan mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan nasional juga harus selaras dan
mengacu dengan tema dan prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Tema dan prioritas pembangunan nasional Tahun 2014, yakni :
“Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
yang Berkeadilan” dengan prioritas (1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, (2)
Pendidikan, (3) Kesehatan, (4) Penanggulangan Kemiskinan, (5) Ketahanan Pangan,
(6) Infrastruktur, (7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, (8) Energi, (9) Lingkungan
Hidup dan Pengelolaan Bencana, (10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca
Konflik, (11) Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi, (12) Politik, Hukum
dan Keamanan (polhutkam), (13) Perekonomian, dan (14) Kesejahteraan Rakyat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
275
Sedangkan Tema RKPD Pemerintah Daerah DIY Tahun 2014 yakni:
”Memantapkan Perekonomian Daerah dan Stabilitas Sosial Politik Menuju
Daerah Istimewa Yogyakarta yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju,
Mandiri, dan Sejahtera”. Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan
tersebut di atas, telah ditetapkan beberapa prioritas pembangunan Pemerintah Daerah
DIY Tahun 2014 adalah: (1). Reformasi birokrasi dan tata kelola; (2). Pendidikan; (3).
Kesehatan; (4). Penanggulangan kemiskinan; (5). Ketahanan pangan; (6). Infrastruktur;
(7). Iklim investasi dan usaha; (8). Energi; (9). Lingkungan hidup dan pengelolaan
bencana; (10). Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik, dan (11)
Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Selanjutnya berdasarkan kendala dan permasalahan yang masih dihadapi dalam
upaya pembangunan daerah ke depan, serta sinkronisasi dengan kebijakan nasional
maka Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menetapkan tema pembangunan daerah
tahun 2014 yaitu “Penguatan Perekonomian Masyarakat dan Pelayanan Dasar
serta Pengembangan Budaya Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.”
Dari tema pembangunan di atas, selanjutnya dirumuskan prioritas
pembangunan Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 sebagai berikut:
a. reformasi birokrasi dan tata kelola serta pelayanan publik;
b. pendidikan;
c. kesehatan;
d. penanggulangan kemiskinan;
e. ketahanan pangan;
f. infrastruktur dan daya dukung pariwisata;
g. investasi dan iklim usaha;
h. energi;
i. lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;
j. daerah tertinggal, wilayah perbatasan, dan rawan konflik; dan
k. kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi..
Dikaitkan pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJM Daerah 2010-2015,
fokus dan kegiatan-kegiatan pokok tersebut merupakan rencana aksi tahunan.
Disamping prioritas nasional, prioritas pembangunan daerah di Kabupaten
Gunungkidul juga memperhatikan upaya pencapaian sasaran 8 (delapan) tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015 yang
terdiri dari (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) menyediakan pelayanan
pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
276
perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu;
(6) memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan
keberlanjutan lingkungan; dan (8) membangun kemitraan global dalam pembangunan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun
Anggaran 2014 disusun berdasarkan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2014
sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 903/2943 dan
Nomor 19/KPTS/2013 serta pada perubahan anggaran dengan Nota Kesepakatan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Nomor 900/4530 dan Nomor 25/KPTS/2014.
Sedangkan untuk Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Nota
Kesepakatan Nomor 903/2944 dan Nomor 20/KPTS/2013 serta untuk perubahan
anggaran dengan Nota Kesepakatan Nomor 900/4531 dan Nomor 26/KPTS/2014.
Kebijakan Umum APBD memuat kebijakan mengenai pendapatan daerah, kebijakan
belanja daerah, dan kebijakan pembiayaan daerah yang memuat komponen-komponen
pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan dari setiap bidang kewenangan
yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Untuk PPAS memuat pagu
indikatif sementara berdasarkan urusan wajib dan pilihan serta masing-masing bidang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun
Anggaran 2014 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2013 dengan
rencana Pendapatan Daerah sebesar Rp1.295.207.003.018,80, Belanja Daerah
Rp1.345.370.674.028,45, dan Pembiayaan Daerah sebesar Rp50.163.671.009,65.
Dengan adanya perubahan asumsi dan kondisi perekonomian daerah yang tidak sesuai
dengan asumsi kebijakan umum APBD yang telah disusun maka melalui perubahan
anggaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 8
Tahun 2014 tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014, maka Pendapatan
Daerah direncanakan menjadi Rp1.356.261.456.616,86 atau bertambah
Rp61.054.453.598,06, Belanja Daerah menjadi Rp1.492.754.893.762,03 atau
bertambah Rp147.384.219.733,58, serta Pembiayaan Daerah menjadi
Rp136.493.437.15,17 atau bertambah sebesar Rp86.329.766.135,52.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
277
D.2. PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan daerah adalah faktor yang sangat penting dan strategis dalam
perencanaan APBD karena besar kecilnya pendapatan daerah akan menentukan
seberapa besar kemampuan daerah dalam mewujudkan pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah. Sumber penerimaan APBD Kabupaten Gunungkidul dalam 5
(lima) tahun terakhir sebagian besar masih berasal dari Dana Perimbangan. Walaupun
penerimaan yang bersumber dari PAD meningkat secara signifikan namun secara
keseluruhan kontribusi terhadap pendapatan daerah relatif kecil. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kapasitas fiskal Kabupaten Gunungkidul masih relatif kecil,
karena dari sisi penerimaan masih sangat tergantung pada dana transfer dari
pemerintah pusat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 maka
Pajak Bumi dan Bangunan serta Pajak Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan
yang semula sebagai pajak pusat dialihkan menjadi pajak daerah. BPHTB telah
dilaksanakan kabupaten Gunungkidul mulai tahun 2010 dan untuk PBB baru akan
dilaksanakan pada tahun 2014. Dengan pengalihan tersebut pada awalnya akan
berakibat terjadinya penurunan penerimaan daerah, namun demikian dengan
berjalannya waktu serta kesiapan daerah maka penerimaan tersebut diharapkan akan
makin meningkat.
D.2.1. Kebijakan Pendapatan Daerah
Secara umum kebijakan perencanaan pendapatan daerah untuk tahun 2014 adalah
peningkatan pendapatan daerah dengan penentuan target pendapatan
mempertimbangkan penerimaan tahun sebelumnya dan penerimaan tahun berjalan
serta evaluasi atas hasil/kinerja pemungutan pendapatan daerah tahun sebelumnya.
Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah pada tahun 2014 meliputi:
a. Kebijakan terhadap pendapatan asli daerah adalah peningkatan Pendapatan Asli
Daerah yang diupayakan untuk tidak memberatkan masyarakat. Upaya ini
ditempuh melalui pemanfaatan aset daerah yang selama ini belum dikelola secara
optimal serta sumber-sumber lain yang potensial, penyesuaian regulasi serta
intensifikasi dan ekstensifikasi, kebijakan untuk penerapan pola pengelolaan
keuangan BLUD selain RSUD juga direncanakan pada beberapa puskesmas,
dengan pelaksanaan pengalihan PBB maka penerimaan pajak yang semula sebagai
bagi hasil pajak menjadi pajak daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
278
b. Kebijakan untuk Penerimaan Dana Perimbangan
Penerimaan bagi hasil Pajak dengan pelaksanaan pengalihan PBB menjadi pajak
daerah maka penerimaan dana perimbangan akan berkurang oleh karenanya
beberapa pembiayaan pembangunan daerah diupayakan bersumber dari dana
Tugas Pembantuan/Dekonsentrasi maupun bagi hasil cukai tembakau. Untuk
DAU telah disampaikan pengiriman data dasar penghitungan DAU yang meliputi
data jumlah pegawai, jumlah penduduk, Indeks Kemahalan Konstruksi, luas
wilayah, serta jumlah penduduk miskin. Sedangkan untuk DAK telah
dilaksanakan koordinasi dengan kementerian teknis atas program dan kegiatan
yang dapat didanai dari DAK dan telah disampaikan usulan/proposal kepada
kementerian terkait dengan harapan penerimaan DAK dapat meningkat.
c. Kebijakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Peningkatan pendapatan dilakukan melalui optimalisasi koordinasi, komunikasi
dan konsultasi dengan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah DIY untuk dapat
memperoleh pendanaan bagi pembangunan di daerah. Untuk DIY telah dilakukan
koordinasi melalui kesepakatan Trilateral Desk untuk menyepakati sharring
pendanaan untuk program / kegiatan prioritas Perencanaan Pembangunan Daerah
antara Bappeda DIY dan Bappeda kabupaten/kota dan akan ditindaklanjuti dalam
APBD 2014. Mengenai penggunaannya menyesuaikan dengan petunjuk teknis
diantaranya untuk pemberdayaan masyarakat desa, pembangunan prasarana fisik
serta pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
diamanatkan bahwa dalam rangka pelaksanaan keistimewaan Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta, Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka
penyelenggaraan urusan keistimewaan dalam APBD yang mencakup
kelembagaan, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Berdasarkan arah dan
kebijakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, dana transfer
keistimewaan sebagian akan dialokasikan kepada Kabupaten/Kota dalam rangka
mendukung pelaksanaan urusan keistimewaan tersebut.
D.2.2. Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah
Sejalan dengan kebijakan perencanaan pendapatan daerah maka untuk dapat
mencapai target rencana pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2014 beberapa
upaya yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah yaitu :
a. Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan wajib retribusi daerah
melalui peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan yang telah dimiliki.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
279
b. Peningkatan sumber daya aparatur melalui pembinaan dan pelatihan untuk
menghasilkan aparatur yang berkualitas dan profesional serta penyediaan sarana
dan prasarana dalam pemungutan pendapatan daerah.
c. Khusus untuk pelaksanaan pemungutan PBB pada TA 2014 dilakukan kerjasama
dan pendampingan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta serta
bank BPD DIY. Demikian pula dengan penyediaan sarana dan prasarana serta
pelatihan SDM sehingga diharapkan pelaksanaan pemungutan PBB dapat berjalan
dengan baik.
d. Intensifikasi Pendapatan Asli Daerah, dilaksanakan melalui :
1. pencermatan dan pengkajian terhadap obyek pendapatan baik berupa pajak
maupun retribusi daerah serta lain-lain PAD yang sah yang telah ada dan
masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perubahan tarif
maupun peningkatan pemungutannya.
2. mereview regulasi dan penyusun regulasi tentang pajak dan retribusi daerah,
3. sosialisasi peraturan daerah kepada masyarakat dan dunia usaha,
4. penegakan pelaksanaan peraturan daerah dengan melibatkan SKPD terkait
dan peningkatan pemungutannya.
e. Ekstensifikasi pendapatan asli daerah, dilaksanakan melalui upaya pencarian
sumber-sumber pendapatan baru yang tidak membebani masyarakat, antara lain
melalui:
1. Pengembangan desa wisata, desa kerajinan, serta pengembangan obyek wisata
baru yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan secara tidak
langsung dapat meningkatkan pendapatan daerah.
2. Peningkatan peran dan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pemungutan
pendapatan dan pengelolaan kekayaan daerah.
f. Melaksanakan pembinaan dan mendorong peningkatan potensi dan kemampuan
wajib pajak.
g. Peningkatan kinerja SKPD pemungut pendapatan daerah melalui koordinasi dan
kerjasama;
h. Memberikan kepastian hukum dan peningkatan kesadaran masyarakat secara
berkala dan berkelanjutan kepada wajib pajak;
i. Pemanfaatan aset-aset daerah yang memiliki nilai ekonomis tinggi melalui
kerjasama dengan pihak ke tiga;
j. Optimalisasi upaya untuk memperoleh bagian pendapatan yang semakin
meningkat dari pemerintah pusat dengan memperluas serta memperkuat jaringan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
280
yang sudah ada, serta peningkatan koordinasi dan informasi untuk meraih dana
perimbangan, dana bagi hasil, dan potensi dana lainnya sesuai dengan mekanisme
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
k. Perbaikan kualitas pelayanan perizinan di seluruh tingkatan;
l. Pelayanan setoran pajak di lapangan atau dengan cara jemput bola kepada wajib
pajak, serta pembayaran online surat ATM Bank BPD;
m. Dalam merencanakan target pendapatan daerah dari kelompok PAD ditetapkan
secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu,
potensi, dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi serta rincian
objek penerimaan.
Pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2014 setelah perubahan
anggaran dari rencana Rp1.356.261.456.616,86 realisasinya mencapai
Rp1.380.262.053.914,34 atau telah mencapai 101,77 % yang terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah
Rencana Pendapatan Asli Daerah Rp144.367.217.444,98 realisasinya
mencapai Rp166.720.096.281,22 atau 115,48 % yang berasal dari:
a. Pajak Daerah dari rencana Rp27.365.530.627,00 realisasi
Rp28.681.843.802,50,00 atau 104,81 % yang terdiri atas :
1) Pajak Hotel dari rencana Rp52.500.150,00 realisasi
Rp56.512.620,00 atau 107,64 %.
2) Pajak Restoran dari rencana Rp1.920.000.000,00 realisasi
Rp2.014.769.578,00 atau 104,94 %.
3) Pajak Hiburan dari rencana Rp.22.278.000,00 realisasi
27.041.000,00 atau 121,38 %.
4) Pajak Reklame dari rencana Rp620.000.000,00 realisasi
Rp598.671.900,00 atau 96,56 %.
5) Pajak Penerangan Jalan dari rencana Rp8.416.688.060,00 realisasi
Rp8.964.809.132,00 atau 106,51 %.
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dari rencana
Rp599.500.000,00 realisasi Rp652.082.000,00 atau 108,77 %.
7) Pajak Parkir dari rencana Rp20.000.000,00 realisasi
Rp20.336.000,00 atau 101,68 %.
8) Pajak Air Tanah dari rencana Rp314.956.747,00 realisasi
Rp325.924.485,00 atau 103,48 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
281
9) Pajak Sarang Burung Walet dari rencana Rp2500.000,00 realisasi
Rp1.200.000,00 atau 48,00 %.
10) Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) dari rencana Rp13.100.553.320,00
realisasi Rp13.219.774.303,00 atau 100,91 %.
11) BPHTB dari rencana Rp2.296.554.350,00 realisasi
Rp2.800.722.784,50 atau 121,95 %.
b. Retribusi Daerah dari rencana Rp22.262.387.703,00 realisasi
Rp25.677.645.667,00 atau 115.34 % yang terdiri atas:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan rencana Rp2.924.672.000,00 realisasi
Rp3.220.490.950,00 atau 110,11 %.
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan rencana
Rp362.774.100,00 realisasi Rp403.304.800,00 atau 111,17 %.
3) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akta Catatan Sipil rencana
Rp650.000,00 realisasi Rp650.000,00 atau 100,00 %.
4) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum rencana
Rp361.837.200,00 realisasi Rp353.339.000,00 atau 97,65 %.
5) Retribusi Pelayanan Pasar dari rencana Rp1.214.396.500,00 realisasi
Rp1.217.849.750,00 atau 100,28 %.
6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor rencana
Rp368.860.000,00 realisasi Rp484.760.000,00 atau 131,42 %.
7) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dari rencana
Rp1.030.662.277,00 realisasi Rp731.226.358,00 atau 70,95 %.
8) Retribusi Pelayanan Kesehatan pada UPT Puskeswan dari rencana
Rp,105.000.00000 realisasi Rp141.369.000,00 atau 134,64 %.
9) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah rencana Rp680.716.126,00
realisasi Rp834.665.107,00 atau 122,62 %.
10) Retribusi Tempat Pelelangan Ikan rencana
Rp450.000.000,00 realisasi Rp532.085.500,00 atau 118,24 %.
11) Retribusi Terminal rencana Rp178.302.500,00 realisasi
Rp141.390.500,00 atau 79,30 %.
12) Retribusi Tempat Khusus Parkir rencana
Rp812.400.000 00 realisasi Rp843.046.500,00 atau 103,77 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
282
13) Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
rencana Rp22.000.000,00 realisasi Rp12.712.500,00 atau 57,78 %.
14) Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga rencana
Rp12.161.070.000,00 realisasi Rp14.989.421.527,00 atau 123,26 %.
15) Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah rencana
Rp666.950.000,00 realisasi Rp697.482.500,00 atau 104,57 %.
16) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rencana
Rp650.000.000,00 realisasi Rp763.960.875,00 atau 117,53 %.
17) Retribusi Izin Gangguan/Keramaian rencana Rp.250.000.000,00
realisasi Rp272.429.800,00 atau 108,57 %.
18) Retribusi Izin Trayek rencana Rp.22.097.000,00 realisasi
Rp37.461.000,00 atau 169,53 %.
c. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dari
rencana Rp7.938.941.873,00 realisasi Rp7.939.323.691,06 atau 100,00%
yang terdiri dari:
Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank:
1) Perusahaan Daerah Bank Daerah Gunungkidul rencana
Rp1.422.019.606,00 realisasi Rp1.422.019.606,00 atau 100,00 %.
2) Bank Pembangunan Daerah rencana Rp6.513.070.867,21 realisasi
Rp6.513.070.867,21 atau 100,00 %.
3) BUKP rencana Rp3.851.400,68 realisasi Rp4.233.217,85 atau
109,91%.
d. Lain-lain PAD yang Sah dengan rencana Rp86.800.357.241,09 dan
realisasi Rp104.422.393.091,66 atau 120,30 % yang terdiri dari:
1) Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak Dipisahkan dari rencana
Rp955.500.000,00 realisasi Rp734.825.000,00 atau 76,90%.
2) Penerimaan Jasa Giro dari rencana Rp2.100.000.000,00 realisasi Rp
2.455.795.364,00 atau 116,94%.
3) Pendapatan Bunga Deposito dari rencana Rp13.900.000.000,00
realisasi Rp16.834.805.228,43 atau 121,11%.
4) Tuntutan Ganti Kerugian Daerah rencana Rp3.317.609.023,36
realisasi Rp3.385.676.404,72 atau 102,55 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
283
5) Komisi Potongan dan selisih Nilai Tukar Rupiah dari rencana
Rp00,00 realisasi sebesar Rp109.050,00
6) Pendapatan Denda atas Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dari
rencana Rp00,00 realisasi Rp64.442.965.28
7) Pendapatan Denda Retribusi dari rencana Rp604.565.000,00 realisasi
Rp831.210.380,00 atau 137,49%.
8) Pendapatan Hasil Eksekusi jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan
rencana Rp00,00 realisasi Rp74.980.000,00
9) Pendapatan dari Pengembalian dari rencana Rp00,00 realisasi
Rp1.528.976.647,98
10) Pendapatan dari hasil Operasi Penegakan Perda rencana Rp0,00
realisasi Rp6.376.000,00
11) Pendapatan Bunga dari Pinjaman Penguatan Modal dari rencana
Rp35.000.000,00 realisasi Rp21.011.295,00 atau 60,03 %.
12) Pendapatan Hasil Kerjasama dengan pihak Ketiga dari rencana
Rp0,00 realisasi Rp2.992.000,00
13) Pendapatan BLUD dari rencana Rp33.009.255.000,00 realisasi
Rp45.424.924.534,00 atau 137,61 %.
14) Penerimaan Penempatan/Perpanjangan Kios dan Los dari rencana
Rp353.047.888,52 realisasi Rp435.435.175,00 atau 123,34 %.
15) Pendapatan dari pengelolaan BUKP dari rencana Rp73.960.329,21
realisasi Rp86.744.703,25 atau 117,29 %.
16) Dana Kapitasi JKN FKTP dari rencana Rp32.451.420.000,00
realisasi Rp32.534.088.344,00 atau 100,25 %.
2. Dana Perimbangan
Dari rencana penerimaan Rp933.326.957.936,00 realisasi mencapai
Rp923.974.088.292,00 atau 99,00 % yang terdiri dari:
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak rencana Rp24.375.803.936,00
realisasi Rp30.413.649.292,00 atau 124,76 %.
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam dari rencana
Rp2.151.998.421,00 realisasinya Rp2.266.273.630,00 atau 105,31 %.
c. Dana Alokasi Umum rencana Rp847.388.294.000,00 realisasi
Rp847.388.294.000,00 atau 100,00%.
d. Dana Alokasi Khusus rencana Rp61.562.860.000,00 realisasi
Rp46.172.145.000,00 atau 91,59 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
284
3. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Lain-lain Pendapatan yang Sah rencana Rp278.567.281.235,88 realisasi
Rp289.567.869.341,12 atau 103,95 % yang terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi rencana Rp.49.275.600.235,88
realisasi Rp60.256.969.641,12 atau 122,29 %.
b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus untuk percepatan pembangunan
infrastruktur daerah dari rencana sebesar Rp198.417.239.000,00 realisasi
sebesar Rp198.741.257.700,00 atau 100,16 %.
c. Bantuan Keuangan Dari Provinsi DIY rencana Rp30.874.442.000,00
realisasi Rp30.569.642.000,00 atau 99,01 %.
D.3. BELANJA DAERAH
Belanja daerah secara keseluruhan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan, serta termasuk pelaksanaan urusan
keistimewaan.
Kebijakan penetapan target capaian kinerja setiap belanja berdasarkan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 dan berpedoman pada RPJM Daerah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2015, baik dalam lingkup pemerintah daerah,
satuan kerja perangkat daerah (SKPD), maupun program dan kegiatan, yang bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi penggunaan anggaran.
Belanja daerah dapat dimaknai sebagai rencana pembangunan daerah yang
terkait dengan pengadaan barang dan jasa pada tahun berkenaan. Belanja daerah
meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan, meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa, belanja bantuan keuangan
kepada pemerintahan desa, dan belanja tidak terduga.
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan dengan mempertimbangkan target kinerja,
indikator/tolok ukur kinerja, standar satuan harga, analisis standar belanja (ASB), dan
standar pelayanan minimal (SPM). Belanja langsung dikelompokkan menjadi belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Penerimaan pendapatan yang berasal dari dana perimbangan keuangan yaitu
berupa transfer Dana Alokasi Umum (DAU) sebagian besar digunakan untuk belanja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
285
yang mengikat dan wajib yaitu: belanja gaji pegawai dan tunjangan, sedangkan dana
perimbangan yang berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) berdasarkan pedoman harus
dimanfaatkan dalam bentuk program kegiatan yang sesuai dengan peruntukannya
sebagaimana ditetapkan dalam petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus
(DAK) yang diterbitkan oleh Kementerian Teknis.
D.3.1. Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun
dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil
dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja adalah:
1. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan
yang telah ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Belanja penyelenggaraan urusan wajib dan pilihan diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, infrastruktur daerah dan
desa, pengelolaan sumber daya alam, pelayanan sosial, dan fasilitas umum yang
layak, pelayanan kependudukan, serta mengembangkan sistem jaminan pelayanan
kesehatan daerah.
Kebijakan belanja daerah pada APBD Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2014
secara umum diarahkan untuk:
1. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak untuk mengembangkan
sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
2. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta
memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
3. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah
memberikan perhatian maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di daerah
melalui penyertaan modal daerah dan investasi non permanen.
4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah harus SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
286
Timeable) yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
5. Penggunaan dana perimbangan diprioritaskan untuk kebutuhan sebagai berikut :
a. Dana Alokasi Umum ditujukan untuk mendanai kebutuhan belanja pegawai
negeri sipil daerah dan urusan wajib dalam rangka peningkatan pelayanan
dasar dan pelayanan umum;
b. Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai
kebutuhan investasi fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan
daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan, pertanian,
pekerjaan umum, perdagangan, keluarga berencana, lingkungan hidup,
kehutanan, kelautan dan perikanan, sarana dan prasarana pemerintah daerah,
transparasi pedesaan, dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang
ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
c. Dana Bagi Hasil (DBH) Cukai tembakau yang digunakan untuk peningkatan
kualitas bahan baku, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan pembinaan
lingkungan sosial.
6. Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping/cost sharing pada
program/kegiatan yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DIY
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain untuk
program yang bersumber dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK) pendamping
fisik konstruksi minimal 10 (sepuluh) persen untuk DAK, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, Jaminan Kesehatan Semesta
(JAMKESTA), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pembayaran Honorarium
GTT/PTT, trilateral desk, serta mendukung kelancaran Pemilu 2014.
7. Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak
daerah yang harus dilaksanakan paling lambat pada tahun 2014.
8. Alokasi Dana Desa (ADD) dan bantuan keuangan serta bagi hasil kepada
pemerintahan desa.
Kebijakan alokasi belanja langsung dalam APBD mengutamakan pendanaan terhadap
urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik.
Program dan kegiatan prioritas pembangunan disusun sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi SKPD dan mempedomani Standar Pelayanan Minimal (SPM). Implementasi
SPM secara bertahap tersebut meliputi 15 (lima belas) jenis SPM sebagaimana diatur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
287
pada PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
Bidang pendidikan mendapatkan alokasi belanja memenuhi ketentuan sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) persen dari belanja daerah. Dalam rangka peningkatan akses
dan pelayanan bidang kesehatan, direncanakan dialokasikan anggaran urusan
kesehatan minimal 10 (sepuluh) persen dari total belanja APBD di luar gaji. Alokasi
belanja diupayakan dapat mendorong dan memberikan stimulasi bantuan kepada
masyarakat dan swasta untuk berperan serta dalam pembangunan disamping adanya
ketentuan yang mewajibkan 30% dari belanja langsung berupa belanja modal dalam
pengertian bahwa dalam penganggarannya mendasarkan pada ketentuan bahwa alokasi
belanja modal tersebut juga meliputi jenis belanja barang modal yang akan diserahkan
atau dihibahkan kepada masyarakat dan tidak semata-mata hanya yang tercantum pada
rekening belanja modal saja.
Kebijakan Belanja Tidak Langsung meliputi :
1. Belanja Pegawai
Kebijakan belanja pegawai digunakan untuk membiayai belanja gaji PNS dan rencana
kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD sebesar 6 (enam) persen dan pemberian gaji
ketiga belas, penyediaan cadangan accres gaji pegawai sebesar 1 (satu) persen dari
jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan, kenaikan pangkat, tunjangan
keluarga dan mutasi pegawai. Disamping itu juga untuk pembayaran gaji DPRD,
Tunjangan Komunikasi Intensif (TKI), gaji Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
penyesuaian tambahan penghasilan bagi PNSD (TPP), serta pemberian insentif
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Belanja Bunga
Kebijakan belanja bunga digunakan untuk membayar atau memenuhi kewajiban
pembayaran bunga pinjaman pemerintah daerah. Saat ini pinjaman pemerintah daerah
adalah dari LOAN Asian Development Bank (ADB) untuk proyek air bersih dengan
jangka waktu pinjaman selama 20 (dua puluh) tahun dan akan berakhir atau lunas pada
tahun 2016.
3. Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan hibah kepada pemerintah, masyarakat
atau kelompok masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan secara spesifik telah ditentukan
peruntukannya serta diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah, rasionalitas serta ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Belanja hibah pada dasarnya bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara
terus menerus dan penggunaannya harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam naskah perjanjian hibah daerah. Pengertian hibah tidak mengikat/tidak secara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
288
terus menerus diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung
pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam
menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan mempertimbangkan asas
manfaat, keadilan, dan kepatutan, mulai dari landasan pertimbangan pemberian,
penggunaan sampai pengawasannya.
4. Belanja Bantuan Sosial
Belanja bantuan sosial diberikan kepada kelompok/anggota masyarakat dan bersifat
selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat artinya bahwa pemberian bantuan tersebut
tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, serta memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah,
asas manfaat, keadilan, kepatutan, transparan, akuntabilitas, dan kepentingan
masyarakat luas. Sebagaimana diatur pada Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, bantuan sosial terdiri dari bantuan sosial kepada
individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya. Bantuan sosial yang direncanakan dialokasikan kepada individu/atau
keluarga yang sudah jelas nama, alamat penerima, dan besarannya pada saat
penyusunan APBD. Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada
saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan
resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
Kebijakan belanja bantuan sosial pada tahun 2014 dialokasikan untuk meningkatkan
pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di bidang penanggulangan
kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, beasiswa pendidikan, sosial dan penyandang
cacat, santunan korban bencana, santunan bagi rumah tangga miskin yang keluarganya
meninggal, dan keagamaan.
5. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa
Belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa digunakan untuk untuk mendukung
peningkatan kapasitas keuangan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sesuai ketentuan peraturan perundangan, berasal dari bagi hasil penerimaan PBB serta
bagi hasil pajak dan retribusi daerah dari provinsi dan kabupaten. Adapun besarannya
memperhitungkan rencana target pendapatan pajak dan retribusi daerah pada Tahun
Anggaran 2014, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2013 yang belum
direalisasikan kepada Pemerintah Desa dianggarkan dalam Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
289
6. Bantuan keuangan kepada Partai Politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan
keuangan, objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian objek
belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri dalam
Negeri Nomor 74 Tahun 2013 maka belanja bantuan keuangan kepada partai politik
diarahkan pada tujuan pendidikan politik masyarakat.
7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa
Kebijakan belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa didasarkan pada
pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal antar desa mendasarkan kemampuan
keuangan daerah. Belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa digunakan
untuk meningkatkan kemampuan keuangan desa dalam rangka menunjang pelaksanaan
tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, kesejahteraan kepala desa, dan
perangkat desa, pembangunan desa untuk percepatan/akselerasi pembangunan desa,
serta pemberdayaan lembaga dan masyarakat desa, yang meliputi:
a. Alokasi Dana Desa (ADD) yang pembagian untuk setiap desa ditetapkan secara
merata dan proporsional dengan keputusan kepala daerah, sesuai Pasal 68 dan
penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
b. Bantuan pelantikan kepala desa dan perangkat desa.
c. Bantuan untuk pemberian penghasilan tetap bagi kepala desa dan perangkat desa.
d. Bantuan untuk pemilihan kepala desa dan pengisian perangkat desa.
e. Bantuan untuk pemberian uang duka bagi kepala desa dan perangkat desa yang
meninggal dunia.
f. Bantuan keuangan yang berasal dari APBD Pemda DIY untuk pemberdayaan
masyarakat desa.
8. Belanja Tidak Terduga
Kebijakan penetapan anggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2013 dan kemungkinan adanya
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, berada di luar
kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Anggaran belanja tidak terduga dianggarkan
untuk mendanai kegiatan yang bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas
pemerintah daerah, sifatnya tidak biasa atau yang diperkirakan tidak terjadi berulang,
tidak dapat diprediksi, memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam
rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat, serta tidak biasa/tanggap
darurat, yang mendesak untuk dilaksanakan, dan belum teranggarkan dalam program
kegiatan yaitu: kebutuhan tanggap darurat bencana, untuk penanganan bencana alam,
bencana sosial, penanganan gangguan keamanan, yang tidak tertampung dalam bentuk
program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2014, pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup dengan disertai bukti
yang sah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
290
D.3.1.1. Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah
Pada Tahun Anggaran 2014, kebijakan belanja daerah secara umum diarahkan dapat
mendukung tema dan prioritas pembangunan daerah yang dirinci pada berbagai bidang
urusan kewenangan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diwujudkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan akses pelayanan pendidikan, kesehatan,
peningkatan industri kecil dan menengah, peningkatan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), pengembangan fasilitasi investasi industri, dan pariwisata,
kebudayaan, pengembangan dunia usaha, pelayanan sosial, infrastruktur daerah, dan
fasilitas umum yang layak, peningkatan sarana perdagangan, serta reformasi birokrasi
dan tata kelola serta pelayanan publik.
D.3.1.2. Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)
Penentuan besaran pagu indikatif untuk masing-masing SKPD disusun berdasarkan
pada tugas dan fungsi SKPD yang dijabarkan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan sesuai prioritas program kegiatan pembangunan daerah Tahun 2014 serta
menjabarkan sasaran RPJM Daerah Tahun 2010-2015. Besaran pagu indikatif Tahun
Anggaran 2014 untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut:
Tabel 3.51.
PROYEKSI BELANJA LANGSUNG MENURUT SKPD
TAHUN ANGGARAN 2014
NO. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
JUMLAH PAGU
INDIKATIF T.A.
2014 (Rp)
1. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga 91.746.612.700,00
2. Dinas Kesehatan 34.999.433.000,00
3. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari 23.770.402.266,00
4. Dinas Pekerjaan Umum 71.273.722.000,00
5. BAPPEDA 3.625.247.000,00
6. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika 5.825.000.000,00
7. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan 2.150.000.000,00
8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3.680.000.000,00
9. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi 9.399.518.000,00
10. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Energi
Sumber Daya Mineral
4.644.416.000,00
11. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan 6.500.000.000,00
12. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 1.058.500.000,00
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1.157.100.000,00
14. Satuan Polisi Pamong Praja 1.906.700.000,00
15. Sekretariat Daerah 18.355.325.000,00
16. Sekretariat DPRD 18.178.087.000,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
291
NO. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
JUMLAH PAGU
INDIKATIF T.A.
2014 (Rp)
17. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset
Daerah
15.769.759.300,00
18. Inspektorat Daerah 1.450.837.000,00
19. Kecamatan Wonosari 345.000.000,00
20. Kecamatan Paliyan 335.000.000,00
21 Kecamatan Panggang 335.610.000,00
22. Kecamatan Tepus 333.700.000,00
23. Kecamatan Rongkop 327.810.000,00
24. Kecamatan Semanu 329.425.000,00
25. Kecamatan Ponjong 306.775.000,00
26. Kecamatan Karangmojo 264.850.000,00
27. Kecamatan Playen 264.390.000,00
28. Kecamatan Nglipar 264.500.000,00
29. Kecamatan Ngawen 264.150.000,00
30. Kecamatan Semin 263.300.000,00
31. Kecamatan Patuk 325.024.000,00
32. Kecamatan Saptosari 334.720.000,00
33. Kecamatan Gedangsari 354.700.000.00
34. Kecamatan Girisubo 354.550.000,00
35. Kecamatan Tanjungsari 334.405.000,00
36. Kecamatan Purwosari 339.920.000,00
37. Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu 660.000.000,00
38. Badan Kepegawaian Daerah 6.170.265.000,00
39. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan
Keluarga Berencana
12.539.497.000,00
40. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 1.100.000.000,00
41. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura 8.500.000.000,00
42. Dinas Peternakan 2.600.000.000,00
43. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 3.208.800.000,00
44. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 4.498.643.700,00
45. Dinas Kelautan dan Perikanan 5.525.525.000,00
46. Kantor Pengelolaan Pasar 4.000.000.000,00
JUMLAH 369.971.218.966,00
Sumber: DPPKAD Kabupaten Gunungkidul 2014
Belanja Daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar
Rp1.492.754.893.762,03 realisasinya sebesar Rp1.267.018.277.809,81 atau 84,88 %
yang terdiri dari:
a. Belanja Tidak Langsung dari anggaran Rp990.136.985.280,03 realisasi sebesar
Rp874.421.389.657,00 atau 88,31 % terdiri dari :
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp862.434.002.748,02 realisasi
Rp796.210.751.797,00 atau 92,32 %.
2) Belanja Bunga dari anggaran Rp18.580.000,00 realisasi Rp18.577.205,00 atau
99,98 %.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
292
3) Belanja Hibah dari anggaran Rp7.032.420.000,00 realisasi
Rp6.847.920.000,00 atau 97,38 %.
4) Belanja Bantuan Sosial dari anggaran Rp13.410.000.000,00 realisasi
Rp13.212.500.000,00 atau 98,53 %.
5) Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa dari anggaran
Rp5.487.262.223.30,00 realisasi Rp5.484.747.012,00 atau 99,95 %.
6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah
Desa dan Partai Politik dari anggaran Rp.55.132.404.000,00 realisasi
Rp52.289.556.643,00 atau 94,84 %.
7) Belanja Tidak Terduga dari anggaran Rp46.622.316.308.71 realisasi
Rp357.337.000,00 atau 0,77 %.
b. Belanja Langsung dari anggaran Rp502.617.908.482,00 realisasi sebesar
Rp392.596.888.152,81 atau 78,11 % terdiri dari:
1) Belanja Pegawai dari anggaran Rp48.247.755.012,00 realisasi
Rp40.542.034.325,00 atau 84,03 %.
2) Belanja Barang dan Jasa dari anggaran Rp267.312.992.291,00 realisasi
Rp224.765.132.337,00 atau 84,08 %.
3) Belanja Modal dari anggaran Rp187.057.661.179,00 realisasi
Rp127.289.721.490,61 atau 68,05 %.
Rincian Belanja Langsung per SKPD dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.57.
Rincian Belanja Langsung per SKPD Tahun 2014
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
Urusan Wajib
1 Dinas Pendidikan,
Pemuda, dan Olahraga 116.330.802.900,00 59.952.600.568,00 56.378.202.332,00
2 Dinas Kesehatan 64.664.663.461,00 46.362.523.611,00 18.302.139.850,00
3 RSUD Wonosari 39.288.157.000,00 35.948.154.921,00 3.340.002.079,00
4 Dinas Pekerjaan Umum 73.416.423.072,00 69.639.375.278,14 3.777.047.793,86
5 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah 4.368.912.000,00 4.220.839.964,00 148.072.036,00
6 Dinas Perhubungan,
Komunikasi, dan
Informatika
7.361.569.000,00 6.527.119.970,00 834.449.030,00
7 Kantor Pengendalian
Dampak Lingkungan 2.242.623.500,00 2.212.637.213,00 29.986.287,00
8 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil 4.295.337.160,00 3.628.400.429,00 666.936.731,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
293
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
9 Dinas Sosial, Tenaga
Kerja, dan Transmigrasi 9.648.060.000,00 9.049.810.246,00 598.249.754,00
10 Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi,
dan ESDM
8.067.622.500,00 7.143.522.016,00 924.100.484,00
11 Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan 8.856.246.000,00 8.070.873.171,00 785.372.829,00
12 Kantor Kesbang Pol 1.309.995.000,00 1.055.680.905,00 254.314.095,00
13 BPBD 1.300.151.500,00 1.111.175.528,00 188.975.972,00
14 Satpol PP 5.509.062.500,00 4.598.015.061,00 911.047.439,00
15 DPRD 0,00 0,00 0,00
16 Kepala daerah dan Wakil 0,00 0,00 0,00
17 Sekretariat Daerah 34.631.648.000,00 31.660.916.225,00 2.970.731.775,00
18 Sekretariat DPRD 16.345.499.500,00 13.371.383.280,00 2.974.116.220,00
19 DPPKAD 31.132.475.749,00 27.540.432.576,00 3.592.043.173,00
20 Inspektorat Daerah 1.623.437.500,00 1.348.073.396,00 275.364.104,00
21 Kecamatan Wonosari 442.812.500,00 394.646.892,00 48.165.608,00
22 Kecamatan Paliyan 369.938.000,00 340.445.089,00 29.492.911,00
23 Kecamatan Panggang 399.179.500,00 385.548.999,00 13.630.501,00
24 Kecamatan Tepus 383.718.500,00 359.820.407,00 23.898.093,00
25 Kecamatan Rongkop 389.790.000,00 384.834.475,00 4.955.525,00
26 Kecamatan Semanu 448.805.000,00 443.006.206,00 5.798.794,00
27 Kecamatan Ponjong 386.312.500,00 369.158.592,00 17.153.908,00
28 Kecamatan Karangmojo 364.855.000,00 359.332.091,00 5.522.909,00
29 Kecamatan Playen 334.780.000,00 330.345.501,00 4.434.499,00
30 Kecamatan Nglipar 314.147.500,00 308.720.479,00 5.427.021,00
31 Kecamatan Ngawen 342.394.000,00 337.436.049,00 4.957.951,00
32 Kecamatan Semin 333.245.000,00 327.743.266,00 5.501.734,00
33 Kecamatan Patuk 417.136.500,00 359.755.023,00 57.381.477,00
34 Kecamatan Saptosari 380.490.000,00 372.492.550,00 7.997.450,00
35 Kecamatan Gedangsari 450.735.000,00 437.153.237,00 13.581.763,00
36 Kecamatan Girisubo 399.879.000,00 380.243.998,00 19.635.002,00
37 Kecamatan Tanjungsari 442.239.000,00 393.508.625,00 48.730.375,00
38 Kecamatan Purwosari 412.202.000,00 392.094.000,00 20.108.000,00
39 KPMPT 708.996.500,00 647.778.766,00 61.217.734,00
40 Badan Kepegawaian
Daerah 4.583.705.090,00 2.996.260.087,00 1.587.445.003,00
41 Badan Pelaksana
Penyuluhan dan
Ketahanan Pangan
4.067.474.000,00 3.961.629.224,00 105.844.776,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
294
No Urusan/SKPD Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Selisih (Rp.)
42 Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan,
dan KB
21.925.834.600 14.133.373.074,00 7.792.461.526,00
43 Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah 1.555.563.500,00 1.481.012.444,00 74.551.056,00
Urusan Pilihan
44 Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura 8.671.599.250,00 7.823.137.184,67 848.462.065,33
45 Dinas Peternakan 4.124.887.500,00 3.904.919.022,00 219.968.478,00
46 Dinas Kehutanan dan
Perkebunan 5.321.583.700,00 5.203.697.947,00 117.885.753,00
47 Dinas Kelautan dan
Perikanan 8.158.663.000,00 7.080.261.065,00 1.078.401.935,00
48 Kantor Pengelolaan Pasar 6.094.256.000,00 5.246.999.502,00 847.256.498,00
JUMLAH 502.617.908.482,00 392.596.888.152,81 76.318.046.733,00
Sumber: DPPKAD Kabupaten Gunungkidul
Hasil pengukuran penggunaan biaya untuk mencapai sasaran strategis tahun 2014
sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2014, untuk mencapai 23 sasaran strategis
dianggarkan sebesar Rp309.242.425.897.00 dan terealisasi sebesar Rp228.363.439.229.00
atau 73,85%. Adapun anggaran dan penggunaan dana untuk masing-masing sasaran strategis
terdapat dalam tabel 3.58.
Tabel 3.58.
Target dan Realisasi Anggaran Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014
No Sasaran Strategis Anggaran
(Rp)
Realisasi
Anggaran (Rp)
%
Anggaran
1 Sentra produksi memiliki infrastruktur
air dan sanitasi yang handal
14.685.788.600,00 14.299.126.075,00 97,37
2 Kawasan permukiman memiliki
infrastruktur air yang handal
781.500.000,00 778.226.000,00 99,58
3 Sentra produksi memiliki infrastruktur
transportasi, energi, air,
telekomunikasi, dan sanitasi yang
handal
52.123.626.872,00 49.314.875.675,00 94,61
4 Kawasan permukiman memiliki
infrastruktur dasar transportasi, energi,
air, telekomunikasi, dan sanitasi
41.508.932.972,00 33.326.502.238,00 80,29
5 Peningkatan daya dukung dan
produktivitas Pantai Sadeng sebagai
kawasan minapolitan untuk memacu
pengembangan kawasan Pantai Selatan
1.532.180.000,00 1.046.419.000,00 68,30
6 Seluruh potensi sumber daya alam 6.450.644.500,00 5.434.574.290,00 84,25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
295
No Sasaran Strategis Anggaran
(Rp)
Realisasi
Anggaran (Rp)
%
Anggaran
dipetakan dan dipromosikan secara
tepat sasaran dengan data yang akurat
untuk mendorong investasi
7 Setiap kecamatan memiliki komoditas
unggulan yang dikelola secara lestari
dengan menerapkan teknologi
produksi dan pengolahan yang tepat
guna
9.064.685.500,00 7.035.663.115,00 77,62
8 Setiap kecamatan memiliki Unit
Pelayanan Bisnis dan lembaga
pembiayaan yang mampu
memfasilitasi pengembangan
komoditas unggulan
2.180.177.380,00 1.924.453.330,00 88,27
9 Setiap kecamatan memiliki pasar yang
mampu menjamin ketersediaan
kebutuhan pokok dan sarana produksi
serta penjualan komoditas di
wilayahnya
6.459.473.000,00 5.524.862.050,00 85,53
10 Kabupaten Gunungkidul mencapai
ketahanan pangan
1.360.660.000,00 969.803.900,00 71,27
11 Kabupaten Gunungkidul menjadi
destinasi wisata unggulan dengan
infrastruktur yang handal
9.128.027.000,00 8.680.134.600,00 95,09
12 Pengembangan wisata budaya berbasis
pemberdayaan masyarakat
966.232.500,00 778.170.000,00 80,54
13 Seluruh potensi sumber daya alam
dipetakan dan dipromosikan secara
tepat sasaran dengan data yang akurat
untuk mendorong investasi
497.430.000,00 450.333.700,00 90,53
14 Anak Usia Dini terlayani PAUD 5.288.233.500,00 5.092.175.868,00 96,29
15 Pendidikan Dasar, Menengah dan
Anak usia sekolah lulus SLTA dan
memiliki keterampilan Bahasa Inggris,
komputer, agrobisnis, dan
kewirausahaan
78.101.070.300,00 27.572.588.226,00 35,30
16 Angkatan kerja menjadi pekerja
profesional atau wirausaha yang peduli
memajukan daerahnya
3.549.838.000,00 3.336.925.800,00 94,00
17 Rumah sakit, puskesmas, dan
jaringannya memenuhi standar mutu
serta mampu menjangkau/dijangkau
oleh masyarakat di wilayahnya
42.031.416.723,00 34.974.564.325,00 83,21
18 Keluarga sadar gizi, berperilaku hidup
bersih sehat, dan menerapkan norma
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera
3.921.084.100,00 3.740.070.530,00 95,38
19 Pemuda pemudi Gunungkidul meraih
prestasi regional, nasional, dan
internasional
5.249.432.000,00 4.640.091.300,00 88,39
20 Seluruh SKPD dan pemerintahan desa
memiliki aparatur yang kompeten
sesuai kebutuhan serta menerapkan
akuntabilitas kinerja dan bebas KKN
4.198.450.000,00 2.586.703.000,00 61,61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
296
No Sasaran Strategis Anggaran
(Rp)
Realisasi
Anggaran (Rp)
%
Anggaran
21 Seluruh perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pelaporan
dilaksanakan secara tepat waktu dan
terintegrasi dengan data yang akurat
9.669.228.000,00 7.990.598.424,00 82,64
22 Pelayanan publik dilaksanakan sesuai
standar pelayanan prima serta
menciptakan iklim usaha yang
kondusif
589.702.500,00 544.712.925,00 92,37
23 Masyarakat memperoleh perlindungan
dan kepastian hukum dalam
melaksanakan kegiatannya secara
tertib dan damai
9.904.612.450,00 8.321.864.858,00 84,02
Jumlah 309.242.425.897,00 228.363.439.229,00 73,85
D.4. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Penerimaan Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun tahun anggaran sebelumnya. Kebijakan pembiayaan
daerah Tahun Anggaran 2014 digunakan untuk menutup defisit anggaran yang terjadi
dan untuk memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan netto merupakan selisih
lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan netto
harus dapat menutup defisit anggaran sebagaimana diamanatkan pada Pasal 28 ayat
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran.
Pembiayaan daerah direncanakan dengan asumsi sebesar Rp13.930.673.090,00 yang
terdiri dari Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp21.400.000.000,00 dan Pengeluaran
Pembiayaan sebesar Rp7.469.326.910,00
D.4.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Kebijakan Pengeluaran pembiayaan digunakan untuk menampung penerimaan yang
berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA), serta
penerimaan kembali pemberian pinjaman/dana bergulir. Kebijakan penerimaan
pembiayaan Tahun Anggaran 2014 direncanakan Rp21.400.000.000,00 yang berasal
dari estimasi sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA APBD
Tahun Anggaran 2013) Rp20.000.000.000,00 dan penerimaan kembali pemberian
pinjaman sebesar Rp1.400.000.000,00.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
297
D.4.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah direncanakan untuk
pemberdayaan masyarakat melalui investasi jangka panjang permanen maupun non
permanen. Investasi non permanen dipergunakan untuk pemberian penguatan modal
atau dana bergulir pada kelompok peternak melalui program penguatan modal
peternak sapi sebesar Rp1.400.000.000,00, sedangkan investasi permanen untuk
penyertaan modal pada Bank BPD DIY, dan BPR Bank Daerah Gunungkidul (BDG)
sebesar Rp6.000.000.000,00, serta untuk pembayaran pokok utang LOAN ADB
sebesar Rp69.326.910,00. Penyertaan modal pada BUMD dilakukan untuk
memperkuat struktur permodalan, meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), sehingga BUMD dimaksud dapat lebih
berkompetisi, tumbuh, dan berkembang.
Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran atau
memanfaatkan surplus dalam bentuk penerimaan atau pengeluaran daerah.
Pembiayaan daerah juga dimanfaatkan untuk penyertaan modal dan pembayaran
utang. Pembiayaan daerah setelah perubahan anggaran dari rencana sebesar
Rp136.493.437.145,17 realisasinya sebesar Rp136.583.817.924,17 atau 100,07%.
Pembiayaan daerah terdiri dari:
a. Penerimaan Pembiayaan setelah perubahan APBD, dari rencana
Rp160.572.764.055,17 realisasi Rp160.662.055.760,17 atau 100,06 %, yang
terdiri:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
dari rencana Rp159.572.764.055,17 realisasi Rp159.572.764.055,17 atau
100%.
2) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman dari rencana Rp1.000.000.000,00
realisasi Rp1.089.291.705,00 atau 108,93%.
b. Pengeluaran Pembiayaan dari rencana Rp24.079.326.910,00 realisasi
Rp24.078.237.836,00 atau 99,99 %, yang terdiri dari:
1) Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah dari anggaran
Rp23.000.000.000,00 realisasi Rp23.000.000.000,00 atau 100%.
2) Pembayaran Pokok Utang dari anggaran Rp79.326.910,00 realisasi
Rp78.237.836,00 atau 98,63 %.
3) Pemberian Pinjaman Daerah dari anggaran Rp1.000.000.000,00 realisasi
Rp1.000.000.000,00 atau 100,00 %.
c. Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp249.827.594.028,70