Download - contoh makalah BLOK 28
Penyakit akibat kerja
( bisinosis)
Nia.Roswita.Batmomolin
Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida
Wacana(UKRIDA)
Jalan Arjuna Utara No 6 – Jakarta Barat 11470
BAB I PENDAHULUAN
Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai penyakit paru kerjayang
mengakibatkan gangguan fungsi paru dan kecacatan. Meskipun angka kejadiannya tampak
lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat yang lain,terdapat
bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang, khususnya di negara-negara yang
sedang giat mengembangkan industri.Penilain dampak paparan debu pada manusia perlu
dipertimbangkan seperti sumber paparan/ jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari
sumber yang lain, pola aktivitas sehari-hari serta penilaian terhadap faktor-faktor penyerta
yang potensial berpengaruh misalnya umur, gender, etnis, kebiasaan merokok dan faktor
alergen.Pabrik tekstil yang memakai kapas sebagai bahan dasar memberi risiko paparan
debukapas pada saluran nafas pekerja. Salah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh
karena penghisapan debu kapas, hemp atau flax sebagai bahan dasar tekstil adalah Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat
kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin
1 | P a g e
(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang
menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas.
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario D :
Seorang pekerja pabrik Garmen mengeluh timbul rasa berat di dada atau napas pendek
disertai juga demam dan nyeri otot pada setiap hari pertama kembali bekerja dari setiap hari
libur panjang ( hari raya Idul Fitri) ataupun sehabis linu sabtu dan minggu.
Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai penyakit paru kerja yang
mengakibatkan gangguan fungsi paru dan kecacatan. Meskipun angka kejadiannya tampak
lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat yang lain,terdapat
bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang, khususnya di negara-negara yang
sedang giat mengembangkan industri1,3.
Penilain dampak paparan debu pada manusia perlu dipertimbangkan seperti sumber paparan/
jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber yang lain, pola aktivitas sehari-hari serta
penilaian terhadap faktor-faktor penyerta yang potensial berpengaruh misalnya umur, gender,
etnis, kebiasaan merokok dan faktor alergen1,3.
Pabrik tekstil yang memakai kapas sebagai bahan dasar memberi risiko paparan debukapas
pada saluran nafas pekerja. Salah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh karena
penghisapan debu kapas, hemp atau flaxsebagai bahan dasar tekstil adalah Bisinosis1,2.
2 | P a g e
Pada kasus ini perlu dilakukan indetifikasi penyakit akibat kerja dengan cara pendekatan
klinis secara individu dengan menggunakan
A. 7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI :
1. DIAGNOSIS KLINIS :
Anamnesis Riwayat penderita sangat penting dalam memperkirakan lingkungan atau
pekerjaan sebagai faktor yang menimbulkan paparan pada penderita. Yang perlu
ditanyakan adalah briwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu yang pernah
dideritai oleh pasien, danriwayat penyakit keluarga. Juga ditanyakan riwayat penyakit
sekarang yang mengarah kepada sudah berapa lama bekerja sekarang, serta riwayat
pekerjaan sebelumnya. Pertanyaan kepada pekerjaan-pekerjaan spesifik, termasuk
kontaminasi bahan-bahan spesifik, penggunaan alat-alat proteksi pernafasan, besar dan
ventilasi ruangan kerja, adanya pekerja-pekerja lain yang mempunyai keluhan yang sama.
Pertanyaan juga mengarah kepada alat dan bahan kerja yang digunakan, proses kerja yang
dijalankan, barang yang diproduksi/ dihasilkan, waktu bekerja dalam sehari, hubungan
gejala dengan waktu kerja, dan kemungkinan pajanan yang dialami2,6.Perlu juga
ditanyakan kemungkinan terkena paparan zat toksik di tempat lain, misalnya mengenai
hobi dan lingkungan di rumah. Kontak dalam waktu singkat yang potensial toksik juga
perlu dipertimbangkan.
Riwayat medis/ pekerjaan dapat digunakan untuk diperkirakan waktu antara paparan dan
timbulnya awitan gejala, dengan demikian dapat dinilai beratnya penyakit.
Untuk keluhan sesak napas pasien, ditanyakan sesuai dengan kriteria sesak nafas menurut
American Thoracic Society (ATS) 6 : (0 )tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise
berat (1 ) ringan Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki (2) sedang
Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur karena sesak atau harus
berhenti untuk bernafas saat berjalanmendatar (3 )berat Berhenti untuk bernafas setelah
berjalan 100 meter/beberapamenit, berjalan mendatar (4 )Sangat berat Terlalu sesak untuk
keluar rumah, sesak saat mengenakan ataumelepaskan pakaian.
3 | P a g e
2. PAJANAN YANG DIALAMI
Debu organik (kapas)Debu organik dapat menyebabkan penyakit pernafasan, antaranya
bisinosis. Ini karena kepekaan dari saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap
debu meningkat. Kepekaan inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas,
hingga dapat menghambat aliran udara yangkeluar masuk paru dan akibatnya sesak
napas.Banyak jenis debu organik dihasilkan oleh industri tekstil mulai dari proses awal
yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa atau waktu untuk timbulnya
penyakit ini cukup lama, dengan waktu yang terpendek adalah 5 tahun6.
Gejala khas yang muncul dari penyakit ini adalah merasa berat di dada atau sesak.
Berdasarkan penelitian, angka kesakitan bisa mencapai 60% dan angka tertinggi terjadi
pada mereka yang bekerja di bagian pemintalan. Secara fisik, pencemar udara dapat
digolongkan dua, yaitu golongan gas dan vapour serta aerosol. Debu (particulate)
termasuk kategori aerosol dibagi menjadi dua, yaitu padat (solid) dan cair (liquid). Debu
terdiri atas partikel padat dapat dibedakan lagi menjadi tiga macam, yakni dust, fumes,
dan smoke. Dust merupakan partikel padat yang dihasilkan dengan proses grindling,
blasting, drilling, dan puveiring, berukuran mulai dari sub mikroskopik sampai yang
besar. Yang berbahaya adalah ukuran yang bias terhisap kedalam sistem pernafasan,
umumnya lebih kecil dari 100 mikron2.
Pabrik tekstil dalam hal ini mengeluarkan bahan pencemar debu. Bila berhadapan dengan
bahan pencemar debu (bentuk partikel) maka yang perlu dievaluasi adalah komposisi
kimiawi dari debu tersebut; tentang ukuran aerodinamik partikel debu tersebut, karena hal
ini berhubungan dengan deposisi di dalam saluran nafas; serta kadar dari debu tersebut,
hal ini berhubungan dengan Nilai Ambang Batas (NBA).- Suhu – Penerangan - dan
Tingkat kebisingan.
4 | P a g e
3. HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT
Partikel debu dapat menimbulkan penyakit atau tidak bergantung kepada4-6,
- Ukuran partikel debu. Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru berukuran
diameter 2-10mikron, ia akan tertahan dan melekat pada dinding saluran pernafasan
bagian atas.Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih dalam dan
tertimbun padasaluran nafas bagian tengah. Partikel debu yang berukuran 1-3 mikron
akan masuk lebih dalam lagi sampai ke alveoli dan mengedap. Sedangkan yang
ukurannya lebihkecil dari 1 mikron, tidak mengendap di alveoli karena teramat ringan
dan pengaruhadanya peredaran udara.
- Distribusi dari partikel debu yang terinhalasi. Kadar dan lamanya paparan
Biasanya diperlukan kadar yang tinggi untuk dapat mengalahkan kerja eskalator silia
dengan waktu paparan yang lama. Pada bisinosis, memerlukan waktu paparan selama
5 tahun.
- Sifat debu Bahan-bahan tertentu terutama debu organik seperti serat kapas dapat
menimbulkan bisinosis.
- Kerentanan individu Hal ini sulit diperkirakan karena individu yang berbeda
dengan paparan yangsama akan menimbulkan rekasi yang berbeda. Diperkirakan
dalam paparan terhadap bahan kimia dan debu dapat merusak epitelium saluran nafas,
sensitasi reseptor sensoris sehingga dapat meningkatkan refleks bronkokonstriksi.
- Pembersihan partikel debu Terdapat dua mekanisme pembersihan partikel debu, yaitu
mukosiliaris dan pengaliran limopatik. Efisiensi mekanisme ini bervariasi tiap
individu. Pembersihan partikel tergantung dari mana partikel tersebut didepositkan.
Partikel yang tertinggal di atas mukus siliaris epitelium, sistem silia akan mendorong
partikel tersebut kefaring, kemudian akan ditelan atau dibatukkan keluar bersama
mukus. Partikel yang tertimbun pada daerah distal, pada saluran nafas yang tidak
mengandung silia dibersihkan lebih lambat, partikel ini akan difagositir oleh
makrofag kemudian dibawa ke saluran nafas yang dilapisis epitel bersilia sehingga
ikut terbang melalui mukus. Sebagian partikel akan tertinggal di parenkim paru atau
5 | P a g e
dibawa oleh makrofag melalui sistem limfatik.Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini
berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal
kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita
penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi
akibat adanya kapas yang masuk kedalam saluran pernapasan juga merupakan gejala
awal bisinosis. Pada bisinosis yangsudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya
juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan
emphysema4-6.
Menurut WHO, derajat bisinosis dibagi 2, yaitu:
- Derajat B1: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali
bekerja
- Derajat B2: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertamakembali
bekerja dan pada hari-hari bekerja selanjutnya. Derajat bissinosis yang ditentukan dari
kapasitas ventilasi serta kuesioner standarnya
- Derajat 0: tidak ada bissinosis
- Derajat ½: kadang-kadang rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari
pertamaminggu bekerja
- Derajat 1: rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari pertama minggu kerja.
- Derajat 2: rasa berat di dada dan sukar bernapas tidak hanya pada hari pertama
bekerja, tetapi juga pada hari lain minggu kerja.
- Derajat 3: gejala seperti derajat 2 ditambah berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
secara menetap dan atau pengurangan kapasitas ventilasi.
6 | P a g e
4. PAJANAN YANG DIALAMI CUKUP BESAR
Bisinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya terutama debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit ini terutama bertalian erat
dengan pekerjaan blowing dan carding. tapi terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan
lainnya. bahkan dari permulaan proses (pembuangan biji kapas) sampai kepada proses
akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja
pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun4.
Pajanan- pajanan yang dialami oleh pekerja itu sendiri adalah :
- Pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun.
Tidak hanya dari proses kerja si pasien sendiri.
- lingkungan kerja yang berhubungan dengan debu ditambah sistem ventilasi yang
tidak efisien menyebabkan pasien mengalami bisinosis.
- limbah kapas yang berterbangan (flying waste) dan berserakan di ruangan pabrik
maupun di luar pabrik.
- Sanitasi terhadap fasilitas di pabrik seperti kamar mandi, tempat ganti pakaian, dan
ruang transit pekerja harus diperhatikan. Salah satu bagian yang penting pada sanitasi
lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan.
- Suhu lingkungan kerja pacta lokasi penyimpanan bahan baku I(bill store) hingga
proses pemintalan kapas menjadi benang (finishing) melebihi ambang
bataskenyamanan bekerja 21-30 °C.
- Penerangan pacta setiap tempat pemrosesan pemintalan kapas umumya masih
kurang dari yang disyaratkan (100 lux) untuk penerangan yang cukup agar pekerja
dapat membedakan barang-barang kecil secara sepintas.
- Tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas pendengaran (>85 dB) terdapat
pada mesin speed. spinning dan finishing.
7 | P a g e
- Pada proses pemintalan, limbah debu kapas (flying waste) paling banyak didapat pada
proses blowing. carding dan spinning. Limbah aktual pada pekerjaan blowing .
5. PERAN FAKTOR INDIVIDU
Status kesehatanya pasien sendiri apakah ia memiliki riwayat alergi atau tidak, dalam
keluarganya ada tidak alergi kemudian status kesehatan mental pasien sendiri dan
kebiasaan olaraga biasa dilakukan atau tidak serta higiene perorangan dari pasien ini4.
6. FAKTOR LAIN DILUAR PEKERJAAN
Hobi pekerja yang berhubungan dengan debu. Kebiasaan merokok ditambah paparan
terhadap debu meningkatkan risiko bisinosis. Pasien mungkin terpajan debu di rumah
karena tidak mempunyai sistem ventilasi yang bagus serta hygiene yang buruk
Pekerjaan sambilan pasien yang terkait dengan debu atau asap kotoran5.
7. DIAGNOSIS OKUPASI
Pasien dengan keluhan rasa berat didada atau napas pendek yang disertai demam dan
nyeri otot pada setiap hari pertama libur didiagnosis menderita bisinosis yang
merupakan penyakit akibat kerja4.
8 | P a g e
B. DERAJAT KEPARAHAN PENYAKIT
Menurut WHO, derajat bisinosis dibagi 2, yaitu6:
- Derajat B1: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali
bekerja
- Derajat B2: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertamakembali
bekerja dan pada hari-hari bekerja selanjutnya. Derajat bissinosis yang ditentukan dari
kapasitas ventilasi serta kuesioner standarnya
- Derajat 0: tidak ada bissinosis
- Derajat ½: kadang-kadang rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari
pertamaminggu bekerja
- Derajat 1: rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari pertama minggu kerja.
- Derajat 2: rasa berat di dada dan sukar bernapas tidak hanya pada hari pertama
bekerja, tetapi juga pada hari lain minggu kerja.
- Derajat 3: gejala seperti derajat 2 ditambah berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
secara menetap dan atau pengurangan kapasitas ventilasi.
9 | P a g e
C. DIAGNOSIS BANDING
1.Bisinosis
Gambar 1.1.penyakit akibat kerja bisinosis
Sumber: http://www.smallcrab.com/kesehatan/520-5-macam-penyakit-akibat-pencemaran-partikel-debu-di-udara
Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja yang penyebabnya hirupan debu kapas, rami, dan
sisal. Oleh karena penemuan gejala inilah maka timbul istilah demam senin pagi atau
“Monday morning fever”. Istilah byssinosis dikemukakan oleh seorang dokter berkebangsaan
prancis yang bernama Proust dan istilah ini diambil dari bahasa yunani yang berarti linan atau
rami halus. Karakteristik untuk penyakit bisinosis adalah adanya rasa hari Senin atau sindrom
hari Senin (“Monday feelings” atau “Monday syndrome”) pada bisinosis tingkat dini (1/2 dan
1), yaitu keluhan berat di dada dan pendek nafas pada hari-hari senin (hari pertama sesudah
tidak bekerja 2 hari Sabtu dan Minggu), tetapi keluhan tersebut tidak dirasakan pada hari-hari
lainnya. Tentu saja, seperti yang telah disebutkan bahwa keluhan ini tidak semata-mata pada
hari senin tetapi pada hari dimana pekerja masuk kembali ke tempat kerja setelah libur
beberapa hari4-6.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat atau ringannya grade bisinosis ditentukan oleh:
1. lamanya bekerja di industri tekstil.
2. level dari paparan debu
Gejala klinis : Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa
- sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja
pada setiap minggu)..
- Demam
- Nyeri otot
10 | P a g e
Gambaran bisinosis berbeda dengan asma, dimana pada asma terdapat reaksi cepat antara 10
– 30 menit setelah terpajan protein antigen untuk menimbulkan gejala, sedangkan gejala pada
bisinosis adalah reaksi lambat yang membutuhkan waktu hingga beberapa jam. Perbedaan
lain, yaitu bisinosis mengenai sebagian pekerja yang terpajan sedangkan asma hanya
sebagian kecil saja. Selain itu, pada bisinosis tidak ada riwayat keluarga dan riwayat asma
seperti pada penderita asma.
2. Asma bronkial
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi
jalan naoas dan gejala pernapasan(mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas umumnys bersifat
reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung
berat dan lamanya penyakit. Pemicunya seperti asap, bulu binatang, serbuk sari, debu polusi
udara, udara dingin, dan olaraga1.
Gejala klinis : gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus.
Bising mengi(wheezing)
Batuk produktif sering pada malam hari
Napas pendek / dada tertekan
Dispnue di pagi hari dan sepanjang malam, sesudah latihan fisik(terutama saat cuaca
dingin), berhubungan dengan infeksi saluran napas atas,berhubungan dengan paparan
terhadap alergen seperti pollen dan bulu binatang.
Bersifat paroksismal yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
11 | P a g e
3. Hipersensivitas pnemoniae
Merupakan kumpulan penyakit paru alergi akibat sensitisasi terhadap debu organik. Penyekit
ini merupakan sindrom respirasi akut pada pekerja-pekerja yang menangani secara tidak
benar debu gandum. Kelainannya difus, inflamasi mononuklear parenkim paru di bronkiolus
terminalis dan alveoli. Penyebabnya inhalasi dan sensitisasi berulang antigen zat organik
seperti bakteri, jamur, protein, serum(burung), zat kimia, debu kopi, dll4.
Gejala klinis :
- Sesak yg terjadi 6-8 jam setelah kontak
- Batuk non produktif
- Demam
- Menggigil
- Myalgia
- Sakit kepala dan malaise
- Banyak berkeringat, badan lemah
- Tes provokasi (+), ronki basah halus di basal paru
- Tanpa pengobatan spesifik 1-3 hari menghilang .
D.PENATALAKSANAAN
Pengobatan terpenting bagi pasien bisinosis adalah menyingkirkannya dari lingkungan kerja 4
yang potensial risiko tinggi.Penatalaksaan yang harus dilakukan pada pasien dengan bisinosis
adalah :
Medika mentosa
Jika gejala sedang kambuh, gunakan obat asma seperti β2-agonis, steroid aerosol, disodium
chormoglicate, dan antihistamin.
- Nonmedika mentosa
- penggunaan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya kekambuhan.
- Pasien dengan gejala khas yang menunjukkan penurunan FEV1 10 % atau lebih harus
dipindahkan ke daerah yang tidak terpajan.
- Pasien dengan penyumbatan jalan nafas sedang atau berat, misalnya FEV1 lebih rendah dari
60% dari nilai yang diperkirakan, juga harus lebih baik tidak terpajan lebih lanjut.
12 | P a g e
E. PENGENDALIAN
Dalam usaha untuk mengendalikan angka kesakitan penyakit bisinosis dalam pekerja pabrik
maka di lakukan 3 langkah yg sebagai berikut 5,6:
1. Edukasi
- Edukasi yang diberikan pada pasien yaitu perubahan cara kerja yaitu pasien di
berikan penjelasan tentang penyakitnya dan faktor-faktor yang memicu timbulnya
gejala serta dianjurka untuk menghindari lingkungan yang beresiko tinggi ,dalam
pelaksanaannya biasanya para pekerja dilakukan pertukaran kerja.
- Kontrol kadar debu dalam lingkungan kerja. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di
perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di udara.
- Disarankan untuk memakai alat pelindung diri (APD) seperti masker untuk
menghindari kekambuhan
- Meningkatkan mutu sistem ventilasi di ruangan kerja.
- Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
2. Teknik
Teknik yang digunakan dalam hal ini adalah teknik eliminasi dengan diadakannya eliminasi
untuk menbatasi dan menyeleksi pekerja dengan diadakannya medical cek up bagi setiap
pekerja6.
Pemeriksaan kesehatan prakerja
Dilakukan sebelum pekerja di terima, tujuannya untuk memastikan pekerja dalam
keadaan sehat, tidak mempunyai penyakit menular, cocok dengan pekerjaanya.
Pemeriksaan berupa : pemeriksaan fisik, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru, lab
rutin.
Pemeriksaan kesehatan berkala
Dilakukan pada waktu2 tertentu, tujuannya untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaanya, dilakukan minimal setahun sekali.
Pemeriksaan berupa : pemeriksaan fisik, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru, lab
rutin.
Pemeriksaan kesehatan khusus
13 | P a g e
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap pekerja
tertentu. Dilakukan pada pekerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang
membutuhkan perawatan yang lebih dari 2 minggu, tenaga kerja yang berusia di atas
40 tahun.
3. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan3,5. Alat ini
digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan
kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan
dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Perlindungan tenaga kerja melalui
usaha-usaha teknis pengaman tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu
diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan
sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak
dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif . 3,5
Jenis alat pelindung pernafasan :
- Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke
dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
- Masker penyaring debu
Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap pembakaran,
abu hasil pembakaran dan debu.
14 | P a g e
- Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai
ukuran 0,5 mikron.
- Masker bertabung
Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker barhidung. Masker ini tepat
digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.
- Respirator
Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu pernapasan. Bagian muka alat
bertekanan negatif karena paru menjadi penggeraknya.
Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi
hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas
serta uap. Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut,
hidung dan mata. Medium filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung dengan
sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas dan uap.
Bagian muka mempunyai tekanan negatif, karena paru menghisap disana3,5.
Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik
yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter,
dengan bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa dipasang disabuk
pinggang, dengan pipa lentuk yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.
Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm,
dengan udara ditiupkan ke arah bawah, diatas muka pekerja di dalam topeng yang
menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng pinggir, yang dapat diukur
untuk mencocokkan dengan muka pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan
filter dan adsorbent tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia3,5.
15 | P a g e
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran
debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil;
seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin
(yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang
menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi
alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala
awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga
diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
Diagnosis Bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif, gejala dini berupa rasadada
tertekan dan atau sesak nafas yang ditemukan pada hari kerja pertama sesudah libur akhir
minggu yang disebut Monday feeling, Monday morning fever, Monday morning asthma.
Keluhan ini diduga karena terjadi obstruksi saluran napas, obstruksi yang terjadi inidisebut
obstruksi akut. Bila pekerja tidak dipindahkan dari lingkungan yang berdebu makaobstruksi
akut yang mula-mula reversibel akan menetap. Obstruksi yang dapat ditemukan pada pekerja
sebelum mereka bekerja pada hari pertama setelah istirahat pada hariliburdisebut obstruksi
kronis. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fungsi paru.Sedangkan jangka waktu
untuk terjadinya obstruksi kronis tergantung banyak hal sepertikadar debu, lama paparan,
kebiasaan merokok dan sebagainya.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1) Aru.W.Sudoyo,Bambang Setioyohadi ,Idrus Alwi ,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III ,Edisi V.Jakarta Interna Publishing ;2009
2) Suryadi, dr. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jilid III. Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2010.
3) Darmanto, D. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2009.
4) Harrington,Gill .Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2003.
5) Mukhtar Ikhsan.Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press ;
2002.
6) Suma’mur PK. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung
; 1996.
17 | P a g e