1
MAKALAH
FILSAFAT UMUM
“EMPIRISME (FILSAFAT BERBASIS PENGALAMAN)”
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Nurul Ulfah
Siti Enjelna
Siti Hardiansyah
KELAS 3 E
FAKULTAS TARBIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen : Bpk Cecep Hilman, M.Ag
2
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Nama Allah Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan segala-Nya yang tak pernah
bisa dilakukan oleh manusia melainkan atas izin-Nya. Serta Shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT
untuk membawakan petunjuk dan agama yang benar kepada penduduk bumi.
Segala puji bagi Allah pula yang telah mengaruniakan kepada penulis untuk
melaksanakan kawajiban-nya dalam memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh Bapak Cecep Hilman, M.Ag dalam bentuk makalah yang berjudul
“Empirisme (Filsafat Berbasis Penga;aman)”. Adapun tugas makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Umum”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para Ulama yang telah
memberikan kontribusinya terhadap dunia Islam serta kepada para Ilmuwan
yang telah memberikan kontribusinya terhadap dunia Islam yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dan juga kepada saudara-saudari yang
telah memberikan wawasan-nya terhadap penulis. Serta penulis berharap
kepada para pembaca, untuk menjaga dan memelihara nya.
Apabila ada suatu kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja
dalam penulisan makalah ini, maka penulis memohon maaf kepada para
pembaca, karena penulis hanya-lah manusia biasa yang tidak pernah lepas dari
kesalahan. Penulis berharap pula kepada para pembaca apabila ada suatu
kesalahan kecil maupun besar dalam penulisan makalah ini, penulis dengan
lapang dada untuk menerima kritik maupun saran dari para pembaca.
Sukabumi, Oktober 2018
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Empirisme ...............................................................................3
B. Pengertian Empirisme ..........................................................................3
C. Jenis – Jenis Empirisme........................................................................5
D. Ide Pokok Empirisme...........................................................................6
E. Tokoh – Tokoh Empirisme...................................................................6
F. Pengetahuan Menurut Empirisme.........................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam
era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20,
munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-
Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi,
Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme. Namun didalam pembahasan kali
ini yang akan dibahas aliran Empirisme (filsafat berbasis pengalaman).
Filsafat pada zaman modern lahir karena adanya upaya keluar dari
kekangan pemikiran kaum agamawan di zaman skolastik. Salah satu orang
yang berjasa dalam membangun landasan pemikiran baru di dunia barat
adalah Rene Descartes. Descartes menawarkan sebuah prosedur yang
disebut keraguan metodis universal dimana keraguan ini bukan menunjuk
kepada kebingungan yang berkepanjangan, tetapi akan berakhir ketika
lahir kesadaran akan eksisitensi diri yang dia katakan dengan cogito ergo
sum (saya berpikir, maka saya ada). Teori pengetahuan yang
dikembangkan Rene Descartes ini dikenal dengan nama rasionalosme
karena alur pikir yang dikemukakan Rene Descartes bermuara kepada
kekuatan rasio (akal) manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme
Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang
bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa
pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut
sebagai kaum empirisme, di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes,
George Barkeley.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah empirisme ?
5
2. Apakah yang di maksud dengan empirisme ?
3. Apasajakah jenis – jenis empirisme ?
4. Bagaimana ide – ide pokok empirisme ?
5. Siapakah tokoh – tokoh filsafat empirisme dan bagaimana
pemikirannya?
6. Bagaimana pengetahuan empirisme ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui sejarah empirisme
2. Dapat mengetahui apa yang di maksud dengan empirisme.
3. Dapat mengetahui jenis – jenis empirisme .
4. Dapat mengetahui ide – ide pokok empirisme
5. Dapat mengetahui para tokoh empirisme serta pemikirannya.
6. Dapat mengetahui pengetahuan empirisme.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Empirisme
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti
coba – coba atau pengalaman. sebagai doktri.. Empirisme adalah lawan
dari kata rasionalisme. Oleh karena itu, adnya kemajuan ilmu pengetahuan
dapat dirasakan manfaatnya, maka pandangan terhadap masyarakat mulai
merosot. Ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan,
kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan
benar hanya dapat di peroleh lewat indera atau empiris. Dan empirislah
mejadi satu – satunya sumber pengetahuan, demikian munculah nama
empirisme.
B. Pengertian Empirisme
Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup
beragam, namun intinya adalah pengalaman. Di antara pemahaman
tersebut antara lain:
1. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa
semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme
menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan
dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga
eksponennya adalah Thomas Hobbesm George Berkeleym dan John
Locke.
2. Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa
Inggris empiricismdan experience. Kata-kata ini berakar dari kata
bahasa Yunani (empeiria) yang berarti pengalaman.
3. Sementara menurut A.R. Lacey berdasarkan akar katanya Empirisme
adalah aliran dalam filsafat yangberpandangan bahwa pengetahuan
secara keseluruhan atau parsial didasarkankepada pengalaman yang
menggunakan indera.
7
Para penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang
dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-
pendapat para penganut rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-
kepastian yang bersifat apriori. Menurut pendapat penganut empirisme,
metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori tetapi posteriori,
yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang, terjadinya atau
adanya kemudian.
Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu
adalah pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman disini adalah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman bathin yang
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi
dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman.
C. Jenis – Jenis Empirisme
1. Empiris Kritisisme
Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat yang bersifat
subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti
aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari
konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai
pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep
dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-
sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai
kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-
sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini
juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-
pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang
pada pandangan-pandangan berikut:
8
1) Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal
dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan
mengacu pada pengalaman.
2) Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan)
pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang
lebih merupakan data indera yang ada seketika.
3) Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang
terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat
dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat
dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal
kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan
kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada
pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan
empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang
belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan-
pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada
kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada
dasar untuk keraguan. Dalam situasi semacam ini, kita tidak hanya
berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok
falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang
pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap
benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.
Metode filsafat ini butuh dukungan metode filsafat lainnya supaya
ia lebih berkembang secara ilmiah. Karena ada kelemahan-kelemahan
yang hanya bisa ditutupi oleh metode filsafat lainnya. Perkawinan
antara Rasionalisme dengan Empirisme ini dapat digambarkan dalam
metode ilmiah dengan langkah-langkah berupa perumusan masalah,
penyusunan kerangka berpikir, penyusunan hipotesis, pengujian
hipotesis dan penarikan kesimpulan.
9
D. Ide Pokok Enpirisme itu sendiri diantaranya :
1. Pandangan bahwa sebuah idea tau gagasan merupakan abstraksi
yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan
bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data
indrawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan
secara tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa
kebenaran definisional logika dan matematika.
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan
tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan
penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
E. Tokoh – Tokoh Empirisme dan Pemikirannya
1. John Locke (1632-1704 M)
John Locke lahir tahun 1632 di Wrington dekat Bristol, Inggris dan
wafat tahun 1704 di Oates Inggris . Dismaping itu sebagai ahli hukum,
ia menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan
penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran manusia harus tahu
sampai seberapa jauh ia memakai kemampuannya.
Ia menentang teori rasionalisme, menurutnya segala pengetahuan
datang dari penglaman dan tidak lebih dari itu. Akal bersifat pasif saat
pengetahuan didapatkan. Akal tidak mandapatkan pengetahuan dari
dirinya sendiri diibaratkan ia adalah selembar kertas putih yang diberi
warna oleh berbagai pengalaman.
Dalam penelitiannya John Locke menggunakan
istilah Sensation dan Reflection. Sensation (pengalaman lahiriah)
adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, Sedangkan
reflection (pengalaman batiniah) pengenalan intuitif yang memberikan
pengetahuan kepada manusia tentang kondisi psikis diri kita sendiri.
10
Setiap pengetahuan yang dimiliki manusia terdiri dari
sensation dan reflection. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa
sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa
seseorang.
Buku Locke, Essay Concerming Human Understanding (1689)
ditulis berdasarkan satu premix yaitu semua pengetahuan datang dari
pengetahuan. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan ide untuk
konsep tentang sesuatu yang ada dibelakang pengalaman tidak ada ide
yang diturunkan seperti yang diajarkan Plato. Dengan kata lain, Locke
menolak adanya innate ide ;adequate idea dari Spinoza, truth of
reason dari Leibeninz, semuanya ditolaknya. Yang innate(bawaan) itu
tidak ada.
Inilah pemikiran Jhon Locke mengenai empirisme :
“Dari jalan masuknya pengetahuan kita megetahui
bahwa innate itu tidak ada. Memang agak umum orang
bertanggapan bahwa innate itu ada. Seperti yang ditempelkan
pada jiwa manusia dan jiwa membawanya kedunia lain.
Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada
sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang innate idea
justru disajikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
innate idea itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekali
juga diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate ide
jusrtu saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.Tidak
juga dicetakan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot,
ide yang innate itu tidak ada padahal anak normal dan anak
idiot sama-sama berpikir”.
Ia mengatakan bahwa apa yang dianggapnya pada jiwa substansi
adalah pengertian tentang object sebagai idea tentang object itu yang
dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indra. Akan tetapi,
11
Locke tidak berani menegaskan bahwa ide itu adalah substansi obyek.
Substansi adalah persoalan metafisika sepanjang masa.
2. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes merupakan tokoh empirisme, dia anak seorang
pedeta, minatnya dari semula terarahkan kepada kesusastraan dan
filsafat. Ia seorang filosuf Inggris, memahami manusia secara mekanik
semata. Cita-citanya untuk mengembangkan suatu filsafat atau teori
negara yang dapat membantu untuk menyusun masyarkat dalam
keadaan damai dan adil. Bukanlah yang abstrak dan umum yang
sungguh-sungguh ada. Pengertian umum itu hanya nama belaka yang
sesungguhnya ada ialah hal sendiri. Adapun hal ini hanya tercapai
pengenalannya dengan persentuhan indera. Hanya kalau dapat disentu
dengan indera itulah suatu tanda kebenaran dan kesungguhannya.
Pengetahuan kita tak mengatasi pengideraan; dengan kata lain
pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan indera saja selainnya
bukanlah pengetahuan.
Kekuatan materialisme yang dianut Thomas Hobbes mensinyalir
bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi yakni segala kejadian
adalah gerak yang berlangsung karena keharusan dan realitas tidak
bergantung pada gagasan kita, terhisap di dalam gerak itu. Sebagai
penganut empirisme, ia beranggapan bahwa pengalaman merupakan
permulaan segala pengenalan.Ada yang menyebut ia seorang
penganunt sensualisme, karena ia amat mengutamakan sensus (indera)
dalam pengetahuan, memang tidak salah tetapi dalam hubungan ini
tentulah ia dianggap salah satu dari penganut empirisme-yang
mengatakan bahwa persentuhan dengan indera (empirik) itulah yang
menjadi pangkal dan sumber ilmu pengetahuan.
Pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.
Pengalaman intelektual tidak lain semacam perhitungan (kalkulus)
yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara yang
12
berlainan. Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap,
berpangkal kepada empirisme secara konsekuen. Sekalipun ia
berpangkal pada dasar-dasar empiris, namun ia menerima juga metode
yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia telah
mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis.
Baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat
umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek
atau akibat-akibat atau tentang penampakan-penampakan yang
sedemikian seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan
pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebab atau asalnya.
Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati dengan maksud
mencari sebab-sebabnya. Dalam pengamatan disajikan fakta-fakta
yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada dalam
kesadaran kita seperti: ruang, waktu, bilangan dan gerak dari
pengamatan pada benda.Tidak semua yang diamati pada benda-benda
itu nyata. Yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian
kecil benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang ada pada
pengamat saja, segala yang ada ditentukan oleh sebab, dunia adalah
suatu keseluruhan sebab-akibat.
Pengalaman adalah merupakan keseluruhan atau totalitas segala
pengamatan yang disimpan di dalam ingatan dan dibagungkan dengan
suatu pengharapan akan masa depan sesuai dengan apa yang telah
diamati pada masa yang lampau. Pengamatan inderawi terjadi karena
gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di
dalam indera kita. Gerak ini diteruskan kepada otak kemudian
diteruskan ke jantung. Di dalam jantung timbullah suatu reaksi, suatu
gerak yang berlawanan. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada
awal gerak reaksi tadi.
Sasaran yang diamati adalah sifat-sifat inderawi. Penginderaan
disebabkan karena tekanan obyek atau sasaran kualitas dalam obyek-
obyek yang sesuai dengan penginderaan kita bergerak menekan indera
13
kita. Warna yang kita lihat, suara yang kita dengar bukan benda di
dalam obyek melainkan di dalam subyeknya. Sifat-sifat inderawi tidak
memberi gambaran tentang sebab yang menimbulkan penginderaan.
Ingatan, rasa senang dan tidak senang dan segala gejala jiwani
bersandar semata-mata pada aosiasi gambaran-gambaran yang murni
bersifat mekanis.
Thomas Hobbes menjadi besar namanya disebabkan karena
teorinya yang lebih modern tentang negara dibanding dengan teori
tentang negara yang mendahuluinya. Pemikirannya didasari dengan
tabiat alamiah manusia hingga dibutuhkan negara yang absolut bahkan
hingga pemikiran atheisnya bahwa Allah yang dapat mati.
Menurut sebagian pemikirannya antara lain:
Menurut dia tabiatnya segala manusia adalah sama, dalam
keadaannya yang alamiah tiap manusia ingin mempertahankan
kebebasannya dan menguasai orang lain. Pada dasarnya manusia
cenderung untuk mempertahankan dirinya sendiri karena waktu itu
yang ada hanya hukum alam. Akibanya mereka tertekan sehingga
menimbulkan perang total sehingga hidup menjadi buruk, kasar
dan singkat. Sebab dalam perang total itu kebijakan pokok ialah
kekautan dan kecurangan agar manusia dapat bebas dari pada
bahaya kehancuran, pengalaman mengajarkan bahwa akal sehat
menuntut supaya tiap orang mau melepaskan haknya untuk berbuat
sekehendak sendiri. Oleh karenanya mereka bersatu dan bersama-
sama membuat perjanjian bahwa mereka akan tunduk kepada
penguasa pusat yang mereka bentuk.
Oleh karena itu warga negara tidak berhak untuk meberontak.
Orang banyak yang dipersatukan demikian itu disebut
“commonwealth”. Commonwelath ini disebut Leviatan, Allah yang
dapat mati. Di dalam commonwealth yang dipentingkan adalah
perdamaian yang awet yang tahan lama. Pemerintah harus diberi
kuasa mutlak tanpa batas. Sumber segala hak, hukum, moral adalah
14
kuasa yang memerintah. Baik dan jahat bagi perbuatan manusia
diukur menurut peraturan dan larangan negara.
3. George Berkeley
George Berkeley sebagai penganut empirisme mencanangkan teori
yang dinamakan “immaterialisme” atas dasar prinsip-prinsip
empirisme. Ia bertolak belakang dengan pendapat John Locke yang
masih menerima substansi dari luar. Berkeley berpendapat sama sekali
tidak ada substansi-substansi material dan yang ada hanya pengalaman
ruh saja karena dalam dunia material sama dengan ide-ide.
Berkeley mengilustrasikan dengan gambar film yang ada dalam
layar putih sebagai benda yang riil dan hidup. Pengakuannya bahwa
“aku” merupakan suatu substansi rohani. Tuhan adalah asal-usul ide
itu ada yang menunjukkan ide-ide pada kita dan Tuhanlah yang
memutarkan film pada batin kita. Sepintas kita pahami bahwa konsep
pemikirannya ada kemiripan dengan paham fatalism dari Inggris,
perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Tuhan.
Juga hampir sama dengan paham Jabariyah yang menyatakan bahwa
manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan kehendak
dan perbuatan
F. Pengetahuan Menurut Empirisme
Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam
masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka,
seseorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena
memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan
memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain,
dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh
pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.
John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada
waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang
kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-
15
pengalaman inderawi. seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan
jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh
melalui penginderaan serta refleksi yang sederhana tersebut. Ia
memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif
menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan
kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada
pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama. Apa yang tidak
dapat atau tidak perlu dilacak kembali secar demikian itu bukanlah
pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti
coba – coba atau pengalaman. .
2. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
3. Tokoh – tokoh empirisme yang terkenal ialah John Locke, Thomas
Hobbes dan George Berkeley.
4. John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada
waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan
yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi
B. Saran
1. Apabila mahasiswa membaca makalah ini, penulis berharap
mahasiswa bisa mejaga keutuhan makah ini.
2. Untuk pihak Akademik penulis berharap bisa menyediakan
perpustakaan yang lebih lengkap agar dalam pembuatan makalah
selanjut nya bisa mendapatkan referensi yang lebih lengkap dan
mudah.
3. Penulis berharap makalah ini bisa di manfaatkan di masyarakat
umum dengan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hakim,Atang,Abdul.Filsafat Umum dari Mitologi sampai
Teolosof.Bandung:PustakaSetia:2008
https://googleweblight.com/i?u=https://penadarisma.wordpress.com/makalah/
filsafat-empirisme/&hl=id-ID (Di akses pada hari selasa 2 oktober 2018)
https://googleweblight.com/i?u=https://odevitaselly.wordpress.com/2013/03/28/
aliran-aliran-filsafat-empirisme/&hl=id-ID (Di akses pada hari selasa 2 oktober
2018)
https://googleweblight.com/i?u=https://sepercikcahayasunyi.blogspot.com/
2013/05/empirisme.html?m%3D1&hl=id-ID (Di akses pada hari selasa 2 oktober
2018)
http://googleweblight.com/i?u=http://pawestrikartini.blogspot.com/2014/12/
filsafat-empirisme.html?m%3D1&hl=id-ID( Di akses pada hari selasa 2 oktober
2018)