menelusuri jejak, hubungan dan perbandingan dua...

12
©2003 Digitized by USU digital library 1 MENELUSURI JEJAK, HUBUNGAN DAN PERBANDINGAN DUA KEBUDAYAAN KLASIK, YUNANI DAN ROMAWI Ir. N Vinky Rahman Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Kebudayaan adalah merupakan hasil penerapan realita dari buah pikiran, seni dan kreatititas dari kehidupan suatu alam pikiran manusia dengan tanpa melepaskan aspek-aspek alam dan religi sebagai hal-hal yang mempengaruhi. Dengan mempelajari kebudayaan suatu bangsa, kita dapat mengikuti dan menelusuri ciri dan tarat kehidupan yang pernah dicapai oleh bangsa tersebut. Di dalam membahas arsitektur di masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud dari penelusuran ini. Yunani Wilayah Yunani memiliki keadaan alam yang cukup unik, beragam dan kontras, antara daratan dengan lautan yang mengelilinginya, pegunungan yang ganas dan dingin di satu sisi dengan lembah-lembah sungai yang subur dan senantiasa disinari matahari di sisi lainnya. Kondisi alamnya dikenal tidak mempunyai kekayaan yang melimpah. Keadaan alam inilah yang kemudian diperkirakan membentuk masyarakat dengan perbedaan watak yang beragam dan kontras pula. Ada dua suku asli yang besar yang membentuk bangsa Yunani yaitu, suku Dorians dan suku lonians. Suku lonians dikenal mempunyai sifat yang lembut, sederhana dan terbuka, sementara Suku Dorians memiliki sifat kekasaran, kekakuan dan kebanggaan yang berlebih terhadap dirinya. Yang unik dari perbedaan kedua watak kedua suku tersebut muncul dualisme sistem ketatanegaraan Yunani yang terkenal itu : "Sparta dan Athena." Begitupun mereka cenderung berpikiran moderat, yang merupakan ciri masyarakat Yunani pada umumnya, dan dengan perbedaan yang menyolok tersebut justru mereka dapat menciptakan keseimbangan pada kemasyarakatan dan ketatanegaraannya. Sparta memiliki penduduk mayoritas orang/suku Dorian. Dunia kehidupan mereka menunjukkan gambaran akan kegagahan, kekerasan, dan kepraktisan, tetapi juga terdapat kelembutan yang terlihat dalam karya-karya seni mereka yang kreatif dan artistik yang tidak terpengaruh oleh sifat militeristik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari di Sparta ini. Athena merupakan negara yang penduduknya kebanyakan merupakan orang- orang Ionian yang datang dan menetap di Attica dan di sebelah Selatan Euboes. Salah satu ciri khas dari penduduk Athena ini adalah keinginan dan usaha mereka dalam menciptakan apa yang kemudian amat terkenal dengan istilah "demokrasi". Ada keterkaitan antara masalah kemiskinan yang mereka alami dengan munculnya idealisme demokrasi yang mereka ciptakan tersebut, dimana kemiskinan yang

Upload: vutram

Post on 03-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

©2003 Digitized by USU digital library 1

MENELUSURI JEJAK, HUBUNGAN DAN PERBANDINGAN DUA KEBUDAYAAN KLASIK, YUNANI DAN ROMAWI

Ir. N Vinky Rahman

Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan

Kebudayaan adalah merupakan hasil penerapan realita dari buah pikiran, seni dan kreatititas dari kehidupan suatu alam pikiran manusia dengan tanpa melepaskan aspek-aspek alam dan religi sebagai hal-hal yang mempengaruhi. Dengan mempelajari kebudayaan suatu bangsa, kita dapat mengikuti dan menelusuri ciri dan tarat kehidupan yang pernah dicapai oleh bangsa tersebut.

Di dalam membahas arsitektur di masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud dari penelusuran ini. Yunani

Wilayah Yunani memiliki keadaan alam yang cukup unik, beragam dan kontras, antara daratan dengan lautan yang mengelilinginya, pegunungan yang ganas dan dingin di satu sisi dengan lembah-lembah sungai yang subur dan senantiasa disinari matahari di sisi lainnya. Kondisi alamnya dikenal tidak mempunyai kekayaan yang melimpah. Keadaan alam inilah yang kemudian diperkirakan membentuk masyarakat dengan perbedaan watak yang beragam dan kontras pula.

Ada dua suku asli yang besar yang membentuk bangsa Yunani yaitu, suku Dorians dan suku lonians. Suku lonians dikenal mempunyai sifat yang lembut, sederhana dan terbuka, sementara Suku Dorians memiliki sifat kekasaran, kekakuan dan kebanggaan yang berlebih terhadap dirinya. Yang unik dari perbedaan kedua watak kedua suku tersebut muncul dualisme sistem ketatanegaraan Yunani yang terkenal itu : "Sparta dan Athena." Begitupun mereka cenderung berpikiran moderat, yang merupakan ciri masyarakat Yunani pada umumnya, dan dengan perbedaan yang menyolok tersebut justru mereka dapat menciptakan keseimbangan pada kemasyarakatan dan ketatanegaraannya.

Sparta memiliki penduduk mayoritas orang/suku Dorian. Dunia kehidupan mereka menunjukkan gambaran akan kegagahan, kekerasan, dan kepraktisan, tetapi juga terdapat kelembutan yang terlihat dalam karya-karya seni mereka yang kreatif dan artistik yang tidak terpengaruh oleh sifat militeristik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari di Sparta ini.

Athena merupakan negara yang penduduknya kebanyakan merupakan orang-orang Ionian yang datang dan menetap di Attica dan di sebelah Selatan Euboes. Salah satu ciri khas dari penduduk Athena ini adalah keinginan dan usaha mereka dalam menciptakan apa yang kemudian amat terkenal dengan istilah "demokrasi". Ada keterkaitan antara masalah kemiskinan yang mereka alami dengan munculnya idealisme demokrasi yang mereka ciptakan tersebut, dimana kemiskinan yang

©2003 Digitized by USU digital library 2

diakibatkan oleh keadaan alam mereka yang kurang baik melahirkan ide demokrasi, berupa pemikiran-pemikiran yang mencoba mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan tersebut. Walaupun begitu, orang-orang Athena menganggap bahwa kemiskinan yang ada adalah sesuatu yang alamiah buat mereka (order of thing) dan ini memberikan mereka kewajaran dan kesederhanaan dalam kehidupannya. Segala sesuatu yang berlebihan menurut mereka hanya pantas diperuntukkan untuk para dewa mereka, dan hal ini mereka lakukan dengan penuh kesadaran. Kalau di daerah Spalia para budak-budak dapat dilihat dengan jelas, maka di Athena hampir tidak dapat di bedakan antara mana yang budak dengan yang bukan budak. Orang-orang Athena dikenal lebih suka hidup di luar rumah, di Gymnasium, Agora (tempat peliemuan) dan di jalan-jalan dalam kota dari pada di dalam rumah yang hanya mereka lakukan hanya untuk tidur dan beristirahat.

Kecenderungan mereka yang mengarah pada kemoderatan, menyebabkan bentuk keseimbangan/balance selia keharmonisan dalam mencapai kesempurnaan karya kebudayaan mereka. Kewajaran yang ada pada orang-orang Yunani memberikan simplicity/kesederhanaan di samping keaslian yang di sebabkan oleh tidak adanya sikap-sikap berpretensi dari kehidupan mereka.

Walaupun dikenal mempunyai kebudayaan yang tinggi (terutama dalam hal seni, politik dan filsafat ) dan kebijaksanaan pemerintahan Yunani di masa itu yang sedikit tertutup terhadap masuknya budaya dari luar (yang mereka anggap dapat merusak intelektualitas bangsanya), merekapun ternyata tidak murni terlepas dari serapan-serapan kebudayaan dari luar. Beberapa kebudayaan yang terlihat mempengaruhi kebudayaan mereka adalah: Kebudayaan Cretan, Mesir, Dorians, dan kebudayaan Indo European. Pengaruh masuknya budaya asing tersebut membuat mereka menjadi semakin dapat merefleksikan diri, kemampuan untuk berfikir kritis serta menambah kemampuan imajinasi mereka. Bentuk-bentuk abstrak dan geometris yang merupakan pola pikir dasar mereka kemud,ian berkembang dan bertambah dengan bentukan-bentukan naturalis klasik. Begitupun ada terlihat perbedaan pola pikir yang cukup kontras dan unik antara kebudayaan dari luar dengan kebudayaan yang mereka punyai, (terutama antara kebudayaan Yunani dan Mesir, dalam hal kepercayaan dan aktifitas pemujaan mereka). Bila orang Mesir membangun kuil atau temple untuk tempat mereka melakukan pemujaan terhadap para dewanya, di Yunani (Sparta dan Athena), dengan penduduknya yang lebih sekuler, membangun kuil-kuil adalah tidak sebagai tempat mereka melakukan pemujaan tetapi sebagai tempat tinggal para dewa yang melindungi mereka. Di tempat inilah mereka mencurahkan segala keahlian dekorasi dan seni bangunan.

Dalam buku "Encyclopedie of The Art" oleh Runes & Schrickel, sejarah kebudayaan Yunani dapat di klasifikasikan dalam 6 fase yaitu: 1. Fase Proto Geometric (1100-900 SM), 2. Fase Geometric (900-700 SM) 3. Orientalizing (700 -600 SM) 4. Archaic (600- 500 SM) 5. Classical (500-300 SM); dan 6. Hellenistis (300-100 SM).

Tetapi dari ke enam fase tersebut di atas, yang dikenal bisa dibedakan berdasarkan karya-karya arsitektur yang di hasilkan pada masanya hanya ada pada 4 (empat) fase, yaitu: 1. rase Geometric, 2. rase Archaic, 3. rase Classic; dan 4. rase Hellenistic

©2003 Digitized by USU digital library 3

1. Fase Geometric (900-700 SM)

Era ini dinamakan geometric, karena karya-karya yang dibuat pada masa ini, baik itu berupa. bangunan-bangunan maupun patung-patung, dibuat dengan berdasarkan perhitungan-perhitungan matematis, dengan bentukan-bentukan yang geometris (misalnya: lingkaran, garis-garis sejajar, segitiga dan sebagainya.). Pada masa ini sistem pemerintahan negara adalah "City-state", yang dicirikan dengan posisi kedudukan rakyat yang dinilai sama oleh negara. Mereka (rakyat) diperbolehkan dan diberi kebebasan membicarakan apa saja yang ingin mereka ungkapkan, baik itu mengenai keadaan politik, perkembangan-perkembangan, filosofi, olah raga, seni dan sebagainya.

Hal tersebut mereka lakukan di ruangan terbuka yang kemudian dikenal dengan sebutan "Agora". Sistem tatanegara seperti ini pula yang kemudian memicu banyaknya lahir golongan kaum yang mempunyai tingkat intelektualas yang tinggi di Yunani.

Pada era ini, dewa-dewa oleh mereka sangat diagungkan dan dihormati. Untuk menunjukkan penghormatan mereka terhadap dewa-dewa tersebut, mereka kemudian membuat patung-patung dewa tersebut dengan skala yang besar dan kemudian mereka tempatkan dalam suatu kuil yang besar dan megah pula. Ciri khas karya desain bangunan-bangunan yang mereka buat untuk ini (kuil) adalah berbentuk solid, masif dan hanya sedikit sekali memikirkan bagaimana hubungan dan kaitanya dengan desain interiornya. Selain hal di atas, ciri khas yang lain adalah adanya 3 tiga macam "order" (identifikasi bentuk tertentu) yang muncul pada jaman ini, yaitu: 1. Doric (dengan ciri desain bentukan kepala kolom pada bangunan yang masih

berbentuk sederhana dan sedikit sekali menampilkan hiasan) 2. Ionic (dimana desain bentukan kepala kolom sudah mulai menampilkan corak-

corak hiasan) 3. Corinthian (dengan pol a hiasan-hiasan yang lebih semarak)

DORIC

©2003 Digitized by USU digital library 4

IONIC

CORINTHIAN

©2003 Digitized by USU digital library 5

2. Archaic (600-500 SM)

Era ini ditunjukkan dengan adanya perkembangan dalam karya-karya arsitektur temple (kuil tempat para dewa). Panggambaran sculpture/patung-patung tampil lebih rasional dan naturalis dengan skala ukuran dibuat dengan ukuran yang sebenarnya. Walau masih deagan ekspresi yang sederhana, kuil-kuil di era ini tampil monumental dengan ciri geometris yang masih kuat, baik bentukan maupun ukuran. Contoh yang terbaik adalah kuil dewa Zeus di Olympia.

3. Classic (500-300 SM)

Masa ini ditandai dengan mulai dikembangkannya sistem interior pada karya-karya arsitekturnya. Gubahan bangunannya mulai menampilkan dan memadukan eksterior dan interiornya. Karya-karya arsitektur yang lahir pada era ini banyak yang menjadi fenomenal sebagai wujud karya Arsitektur Yunani. Beberapa contohnya antara lain:kompleks Acropolis di Athena dengan bangunan-bangunan: -Parthenon (Doric); -Erectheum (dengan gaya Ionic); -Kuil Nike Apteros; dan -Propyle. (bergaya Doric dan Ionic).

Temple of Zeus Olympius.c. 170 B.C.

©2003 Digitized by USU digital library 6

View from the northwest, Parthenon Plan, Erechtheum. Acropolis. Athens c. 420 B.C.

Porch of the Maidens, Erechtheum

©2003 Digitized by USU digital library 7

Propylaea from the east 4. Hellenistic

Masa ini berkembang pada masa jayanya kerajaan yang dipimpin oleh Alexander Yang Agung, dimana sistem pemerintahan "City-State" mulai ditinggalkan dalam sistem ketatanegaraannya dan berganti dengan sistem kerajaan. Kaisar Alexander ini juga dikenal sebagai raja yang sangat rajin berperang, sehingga karya seni di Yunani kurang mendapat perhatian pemerintahannya. Tapi pada masa ini ditandai pula dengan lahirnya filosof-filosof Yunani yang besar, yang ajaran-ajarannya kemudian menjadi panutan bangsanya (bahkan dunia). Mereka antara lain Socrates, Plato dan Aristoteles, yang banyak memberi sumbangan-sumbangan besar dalam membetuk kepribadian bangsanya.

Dalam karya arsitektur, pada masa fase hellenistic ini, gaya Ionic kemudian mencapai puncak keemasannya dimana penampilan detail-detail bangunan dibuat degan sangat sempurna. "Interior Space" dan volume bangunan pun sudah mendapat perhatian yang besar, hal ini dapat dilihat pada beberapa bangunan, antara lain: Apollo Temple (Kuil Apollo) dan Puri Basilica di Delos. Pembuatan patung-patung ditampilkan mereka dengan wujud tiga dimensional yang tampil lebih utuh. Pada masa ini pula telah mulai dikenal konsep yang dinamakan City Planning (Miletus dan Priene), yang didasari atas perhitungan matematik, rectanguler, sistem- sistem grid desain dan garis-garis geometris. Fase terakhir dari sejarah Yunani inilah yang kemudian banyak mempengaruhi kebudayaan dan karya-karya arsitektur dunia, terutama arsitektur Romawi. Plan, Temple of Apollo Temple of Apollo. Bassae.c. 420-410 B.C.

©2003 Digitized by USU digital library 8

Peta Yunani & Romawi ROMAWI (100 SM-400 M)

Kawasan Romawi adalah daerah berupa semenanjung (yang sekarang dikenal dengan semenanjung Italia). yang menjorok ke Laut Mediterania. Di bagian sebelah Barat semenanjung adalah daerah pantai yang berkontur landai dengan sungai Tiber bermuara di sisinya, sehingga kemudian daerah ini dikenal sebagai daerah pelabuhan dan pelayaran yang cukup baik dan strategis. Berbeda halnya dengan sisi bagian Timur yang tanahnya sedikit berpegunungan dengan kontur pantai yang curam. Di sisi Utara jajirah Romawi adalah merupakan daerah pegunungan (pegunungan Alpen) yang walaupun mempunyai iklim dan keadaan alam yang tidak terlalu baik, tapi masih cukup mudah dan selalu dilalui dan didaki. Di sisi pegunungan ini mengalir sungai Po yang sangat membantu menyuburkan kawasan sekitar alirannya.

Dari kondisi alamnya yang tidak terlalu beragam dan adanya kemudahan akses pencapaian ke kawasan lain disekitarnya (melalui darat maupun laut), diduga menyebabkan bangsa Romawi ini mempunyai kebiasaan hidup yang tidak terlalu variatif dan kreatif pula. Mereka dikenal sebagai bangsa yang tidak terlalu memperhatikan unsur seni. Hal yang lebih terpikirkan oleh mereka dan diupayakan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya bangsa Romawi dikenal berprofesi sebagai petani, pekerja di pemerintahan ataupun sebagai prajurit kerajaan. Begitupun, mereka dikenal sebagai bangsa yang terampil di bidang administrasi dan pemerintahan.

Leluhur bangsa Romawi adalah bangsa Latium, disamping itu ada pula percampuran dengan bangsa Atrusia dan bangsa Yunani yang umumnya pendatang dari sisi Utara pegunungan Alpen. Hal ini tentunya mempengaruhi dan memberi sumbangan besar kepada kebudayaan mereka (Romawi), karena bangsa-bangsa pendatang ini membawa serta pula kebudayaan asal daerah dan bangsa mereka Budaya Yunani yang terbawa dan mempengaruhi kebudayaan asli mereka misalnya adanya gaya Ionic dan Doric dalam style disain mereka. Dari bangsa kawasan Mesopotamia dibawa bentukan-bentukan model struktur Busur Lengkungan dan Kubah. Kebudayaan-kebudayaan tersebut selanjutnya sesampainya di Romawi kemudian mengalami penyesuaian dan terasimilasi dengan kebudayaan setempat.Hal ini bisa terlihat pada jenis karya "Corinthian" dan "Composit" yang berasal dari Ionic dan Doric di Yunani. Kalau di daerah asalnya Yunani, tiang-tiang

©2003 Digitized by USU digital library 9

(kolom) Ionic dan Doric tersebut dibuat mempunyai landasan/dasar secara bersama-sama, di Romawi tiang-tiang tersebut kemudian diubah dengan masing-masing mempunyai landasannya sendiri-sendiri.

Disamping itu, kebudayaan Romawi ini selain didapat dari bangsa Yunani sendiri, juga diperoleh dari orang-orang Etruscan yaitu bangsa-bangsa pelaut dari Mesopotamia, yang kemudian mengajarkan mereka tentang batu cetak dan struktur Arch (busur/lengkungan) untuk banguanan-bangunan dengan bentangan yang lebar. Selain itu, karena letaknya yang cukup strategis ini, dan adanya pelabuhan-pelabuhan di sisi Barat Semenanjung Italia tersebut, membuat bangsa ini mempergunakan kesempatan ini untuk menguasai daerah penjelajahannya yaitu daerah sekitarediteranian. Kegemaran bangsa ini menjelajah, kemudian menyebabkan mereka menjadi banyak menyerap kebudayaan-kebudayaan dari luar kawasannya dan tentunya semakin memperkaya pengetahuan dan sekaligus menambah keragaman budaya mereka. Walaupun demikian, ciri khas kepribadian orang Romawi yang berpikiran amat strategis, dengan sifat yang suka menonjolkan kekuatan & kebesaran, fungsional dan realistis, membuat campuran kebudayaan-kebudayaan serapan mereka tersebut kemudian berubah menjadi suatu kebudayaan baru yang eksis dan selanjutnya diakui dunia. Sebagai bangsa yang dikenal kuat dan haus dalam berperang dan tidak pernah berhenti memperluas daerah jajahannya, kepribadian mereka tersebut selanjutnya mereka tuangkan dalam karya-karya arsitektur bangunan mereka yang mempunyai ciri menonjolkan kemegahan, kekuatan dan besaran mereka. Beberapa contoh karya mereka yang terkenal adalah:

- Temple of Fortune Virilis, - The temple of Venus, - Aquaduct dan - Kuil Pantheon.

Hal yang unik, sampai untuk urusan rekreasipun sifat kepribadian mereka ditampilkan. Hal ini dapat dilihat melalui arena gladiator (pertarungan manusia dengan binatang, yang konon budaya inipun dibawa oleh orang-orang Etruscan) yang dikenal dengan bangunan "Colosseum" di Roma.

Temple of Venus and Rome. Rome. 135 A.D.

Temple of Fortuna Virilis. Rome. Late 2 nd century B.C.

©2003 Digitized by USU digital library 10

View from the north, Pantheon. Rome.c. 118-126 A.D. Colosseum. Rome. 72-80 A.D.

©2003 Digitized by USU digital library 11

Banyak orang lebih mengenal bahwa: tidak banyak bentukan-bentukan baru

yang asli merupakan milik budaya bangsa Romawi, dikarenakan arsitektur dan kebudayaan mereka yang berupa asimilasi dari kebudayaan bermacam-macam bangsa. Hal ini didasari oleh pola kebudayaan masyarakatnya yang cenderung sekuler, berpikir fungsional serta sangat mencintai dan mengagungkan kemonumentalan. Karya-karya arsitektur bangunan mereka sering dikritik sebagai karya arsitektur yang kurang kreatif dengan ruang-ruang yang dihasilkan cenderung amat stastis. Begitupun, dengan pola bentukan kebudayaan yang bermacam ragam tersebut pula, karya-karya mereka dinilai menjadi lebih tahan terhadap kemajuan jaman dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan peradaban lain pada masanya maupun di masa berikutnya.. Orang Romawi dikenal sebagai seniman yang kurang baik, tetapi mereka merupakan engineer arsitektur yang ulung. Hal ini disebabkan oleh pandangan dan pola hidupn'ia yang lebih realistis tersebut.

Puncak kebudayaan Romawi antara lain ditandai dengan hadirnya bangunan-bangunan yang besar dan monumental. Meskipun menghadapi masalah dengan pertumbuhan penduduk yang sejalan dengan makin meningkatnya kekuasaan Kekaisaran Romawi, para kaisar dan pemimpin Romawi tetap berusaha untuk membangun monumen-monumen tersebut untuk menunjukkan kebesaran mereka. Setiap adanya pergantian kekuasaan, para kaisar membangun mimbar-mimbar baru yang lebih besar dari yang dibuat oleh kaisar pendahulunya. Dari peninggalan yang masih ada dapat diketahui bahwa tindakan mereka tersebut ternyata dapatterwujud oleh karena didukung oleh teknologi yang paling maju yang dikenal pada masanya. Kuil Pantheon (120-24 SM) yang saat ini merupakan gereja Santa Maria Rotunda adalah merupakan bukti dari peninggalan kebesaran arsitektur Romawi yang terbaik. Meski banyak dekorasi asli bangunannya telah lama hilang, skala bangunan Pantheon yang cenderung gigantis (raksasa), dengan kesederhanaan bentuk geometrisnya serta perencanaan sistem interiornya yang baik, menjadikan bangunan ini tampil amat mengagumkan. Pada masa ini kepentingan akan ruang dalam "Interior Space" sangat diperhatikan. Hal ini ("Interior Space") adalah menjadi unsur paling utama pada arsitektur Romawi selanjutnya, dimana penggunaan struktur lengkungan dan lipatan, selain amat fungsional untuk ukurannya juga menjadi ciri dari keindahan strukturnya dari sisi interior.

Mereka senang dengan rancangan ruangan yang besar-besar, sehingga Arsitektur Romawi cenderung dan umumnya mempunyai skala yang monumental,

©2003 Digitized by USU digital library 12

dimana bentangan-bentangan bangunan dibuat dengan struktur lengkungan/busur. Disamping itu mereka juga berusaha semaksimal mungkin menghindarkan penggunaan tiang-tiang/kolom penyangga yang banyak (untuk mendapatkan "space' yang besar dalam bangunan). Disamping itu, upaya pengidentifikasian/pengenalan jenis bangunan berdasarkan fungsinya pun sudah mulai mereka kembangkan. Hal ini dapat dilihat pada cara mereka dalam membedakan bentuk tampilan maupun perletakan suatu bangunan yang diidentifikasikan berdasarkan penempatannya di suatu kawasan.

Satu lagi hal lain yang tidak kalah pentingnya, walaupun kebudayaan dan desain arsitektur dari bangunannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan berbagai bangsa yang berinteraksi dengan kebudayaan mereka, orang Romawi tidak secara total meniru dan mengambil semua ide-ide tersebut untuk dipergunakan secara langsung pada karya-karya mereka. Mereka mempunyai alasan yang praktis dan cukup rasional dalam menyerap dan mempergunakan masukan-masukan yang mereka peroleh, untuk kemudian diasimilasikan dengan kebudayaan dan pengetahuan yang mereka miliki.

Bangsa Romawi juga dikenal banyak memberi sumbangan karya yang kemudian menjadi panutan untuk kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia. Salah satu karya teknologi yang menonjol dari bangsa ini adalah sistem penataan jalan rayanya yang dikemudian hari dibuat menjadi acuan dasar sistem jalan raya di Eropa pada saat itu, bahkan sistem ini masih dipergunakan hingga saat ini. Begitu juga dengan kualitas pekerjaannya, orang-orang Romawi juga dikenal banyak memberikan contoh bagaimana cara bekerja dengan ketepatan dan ketelitian, yang kemudian hal ini diakui oleh dunia.

Daftar Pustaka Adam, Robert, "Clasical Architecture", Comprehensive Handbook to The Traditional of

Clasical Style, (NY, Henry N Abrams Inc Published) "ARCHITECTURE, From Prehistory to Post Modernism/The Western Tradition",

Published: Prentice Hall Inc, New Jersey and Harry N Abrams Inc, New York, 1986

Doxiadis C.A, translated and edited by Tyewhitt, Jaqueline, "Architectural Space in An Greek", (The M.I.T Published, 1972)

Kuliah "AR-641 (Sejarah & Kritik Arsitektur)" Pasca Sarjana oleh: Ir Yuswadi Salija March., Sem-1 1999-2000

Runes & Schrickel, "Encyclopedia of The Arts", volume-1, (New York, Philosopphical Library, 1956)