Download - Cara Ekstraksi Daun Belimbing
![Page 1: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/1.jpg)
Daun Belimbing Wuluh
Pada kenyataan yang terjadi saat ini sebagian besar masyarakat mengkonsumsi suatu
tanaman obat untuk mengobati satu penyakit. Mereka tidak mengetahui bahwa kandungan
pada satu tanaman obat lebih dari satu khasiat. Salah satu tanaman obat yang sering
digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan menggunakan daun belimbing
wuluh untuk mengatasi beberapa penyakit seperti sariawan, sakit gigi, jerawat, dll.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis
tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini
banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit seperti batuk,
diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah,
jerawat, diare sampai tekanan darah tinggi. Ekstrak daun belimbing wuluh
mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari daun belimbing wuluh mengandung
senyawa tanin. Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat adalah tanin yaitu berkhasiat sebagai obat diare dan pengawet alami.
Senyawa tanin tersebut dapat dipisahkan melaui beberapa
Maka dari itu penulis ingin mengetahui kandungan tanin yang terdapat pada daun
belimbing wuluh. Cara untuk mengidentifikasi kandungan tanin dalam daun belimbing wuluh
adalah menggunakan Teknik pemisahan melalui skrining fitokimia dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis.
4.2 Senyawa Tanin
Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat adalah tanin. Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang
memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan
beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk
kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul.
Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang
paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi.
Kadar tanin yang tinggi pada daun belimbing wuluh muda sebesar
![Page 2: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/2.jpg)
10,92%. Secara kualitatif pengujian fitokimia senyawa tanin terhadap
esktrak aseton-air (7:3) daun belimbing wuluh dengan reagen FeCl3,
gelatin dan campuran formalin : HCl menunjukan adanya golongan
senyawa tanin. Ekstrak tanin pada daun belimbing wuluh mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli , Staphylococcus
aureus, Pseudomonas fluorescensdan Micrococcus luteus. Adanya potensi
aktif terhadap beberapa bakteri dapat dimanfaatkan sebagai obat diare
dan pengawet alami.
Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam senyawafenolik.
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yangtak larut dalam air.
Terdapat 2 jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi,tersebar pada paku-pakuan,
angiospermae dan gymnospermae, dan tanin terhidrolisis, terdapat pada tumbuhan berkeping
dua. Tanin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung yang bereaksi
positif dengan setiap pereaksi fenol baku. Elagitanin (tanin terhidrolisis) bereaksi khas
dengan
asam nitrit (NaNO2 ditambah dengan asam asetat) membentuk warna merah cerah yang kian
lama berubah menjadi biru indigo (Harborne, 1987).
Tanin dapat diisolasi dari daun belimbing wuluh menggunakan
metode maserasi, sedangan salah satu cara untuk memisahkan senyawa
tannin adalah dengan kromatografi lapis tipis preparatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa tanin yang terdapat dalam
daun belimbing wuluh.
BAB V
PERSIAPAN PENYELESAIAN
![Page 3: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/3.jpg)
5.1 Alat praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Beaker Glass
2. Cawan
3. Mortir
4. Corong pemisah
5. Erlenmeyer
6. Batang pengaduk
7. Pipet
8. Vacum rotary evaporator
9. Lampu UV (254 dan 366 nmm)
10. Lidi
11. Pipa kapiler
12. Botol tidak tembus cahaya
13. Kertas saring
14. Corong Gelas
15. Kaki tiga
16. Lampu spritus
17. Kasa
18. Klem
19. Statif
5.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Etanol
2. Aquadest
3. Kloroform
4. Etil asetat
5. Asam Asetat
6. n-butanol
7. Plat KLT Silika (G60 F254.)
5.3 Prosedur Praktikum
![Page 4: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/4.jpg)
5.3.1 Prosedur pembuatan sample
1. Timbang kurang lebih 10 g daun belimbing wuluh segar dan dirajang halus
2. kemudian direndam dengan 150 ml pelarut aseton : air (7:3) selama 3-5
hari
3. diekstraksi dengan kloroform 38 ml menggunakan corong pisah sehingga
terbentuk 2 lapisan
4. Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan dan lapisan air yang diatas
diekstraksi dengan etil asetat 10 mL dan terbentuk 2 lapisan
5. Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah)
dipekatkan dengan vacum rotary evaporator
5.3.2 Prosedur pembuatan Eluen
1. Mencampurkan n-butanol, asam asetat, air dengan perbandingan 4:1:5
dalam beaker glass dan diaduk sampai larut.( 16 ml ; 4 ml ; 20 ml )
5.3.3 Prosedur Skrining Fitokimia daun belimbing wuluh dengan metode KLT
1. Disiapkan plat silika G 60 F254 dengan ukuran 5 cm x 10 cm.
2. Hasil ekstrak kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari
garis bawah dan 1 cm dari garis tepi.
3. Selanjutnya dieluasi dalam chamber yang berisi eluen n-butanol :asam
asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT
analitik
4. Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi
dihentikan.
5. Kemudian noda-noda diperiksa di bawah sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm.
6. Noda yang terbentuk masing-masing diukur nilai Rf nya.
5.4 Diagaram alir Proses Skrining Fitokimia Metode KLT pada daun Belimbing Wuluh
5.4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing wuluh
ditimbang kurang lebih 10 g sampel segar
direndam dengan 150 ml pelarut
![Page 5: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/5.jpg)
( etanol : air (7:3) + 3 mL asam askorbat 10 mM ) selama 3-5 hari
Lapisan atas (dibuang)
Lapisan atas diekstraksi
diekstraksi dengan etil asetat 10 mL Lapisan
bawah
dengan kloroform 38 ml Lapisan bawah (dibuang) dipekatkan di vacum rotary evaporator
( Ekstrak daun blimbing wuluh)
5.4.2 Diagram Alir Pembuatan Eluen
4 : 1 : 5
Dicampur, diaduk hingga larut
Butanol 16 ml, Asam asetat 4 ml, Air 20 ml
5.4.3 Diagram Skrining Fitokimia daun belimbing wuluh dengan metode
KLT
Disiapkan plat silika G 60 F254 dengan ukuran 6.5 cm x 13 cm
ekstrak ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm
dari garis bawah dan 1 cm dari garis tepi
Selanjutnya dieluasi dalam chamber yang berisi eluen
![Page 6: Cara Ekstraksi Daun Belimbing](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012312/55cf9bd8550346d033a79836/html5/thumbnails/6.jpg)
Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas,
elusi dihentikan.
Kemudian noda-noda diperiksa
di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm
Noda yang terbentuk masing-masing diukur nilai Rf nya.
Gambar Kerja Proses Skring Fitokimia metode KLT