cara ekstraksi daun belimbing

8
Daun Belimbing Wuluh Pada kenyataan yang terjadi saat ini sebagian besar masyarakat mengkonsumsi suatu tanaman obat untuk mengobati satu penyakit. Mereka tidak mengetahui bahwa kandungan pada satu tanaman obat lebih dari satu khasiat. Salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan menggunakan daun belimbing wuluh untuk mengatasi beberapa penyakit seperti sariawan, sakit gigi, jerawat, dll. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, jerawat, diare sampai tekanan darah tinggi. Ekstrak daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari daun belimbing wuluh mengandung senyawa tanin. Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin yaitu berkhasiat sebagai obat diare dan pengawet alami. Senyawa tanin tersebut dapat dipisahkan melaui beberapa Maka dari itu penulis ingin mengetahui kandungan tanin yang terdapat pada daun belimbing wuluh. Cara untuk mengidentifikasi kandungan tanin dalam daun belimbing wuluh adalah menggunakan Teknik pemisahan melalui skrining fitokimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

Upload: dhinymn5492

Post on 27-Oct-2015

180 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

Daun Belimbing Wuluh

Pada kenyataan yang terjadi saat ini sebagian besar masyarakat mengkonsumsi suatu

tanaman obat untuk mengobati satu penyakit. Mereka tidak mengetahui bahwa kandungan

pada satu tanaman obat lebih dari satu khasiat. Salah satu tanaman obat yang sering

digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan menggunakan daun belimbing

wuluh untuk mengatasi beberapa penyakit seperti sariawan, sakit gigi, jerawat, dll.

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis

tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini

banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit seperti batuk,

diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah,

jerawat, diare sampai tekanan darah tinggi. Ekstrak daun belimbing wuluh

mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari daun belimbing wuluh mengandung

senyawa tanin. Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai

obat adalah tanin yaitu berkhasiat sebagai obat diare dan pengawet alami.

Senyawa tanin tersebut dapat dipisahkan melaui beberapa

Maka dari itu penulis ingin mengetahui kandungan tanin yang terdapat pada daun

belimbing wuluh. Cara untuk mengidentifikasi kandungan tanin dalam daun belimbing wuluh

adalah menggunakan Teknik pemisahan melalui skrining fitokimia dengan metode

Kromatografi Lapis Tipis.

4.2 Senyawa Tanin

Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan

sebagai obat adalah tanin. Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang

memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan

beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk

kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul.

Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin

terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang

paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi.

Kadar tanin yang tinggi pada daun belimbing wuluh muda sebesar

Page 2: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

10,92%. Secara kualitatif pengujian fitokimia senyawa tanin terhadap

esktrak aseton-air (7:3) daun belimbing wuluh dengan reagen FeCl3,

gelatin dan campuran formalin : HCl menunjukan adanya golongan

senyawa tanin. Ekstrak tanin pada daun belimbing wuluh mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli , Staphylococcus

aureus, Pseudomonas fluorescensdan Micrococcus luteus. Adanya potensi

aktif terhadap beberapa bakteri dapat dimanfaatkan sebagai obat diare

dan pengawet alami.

Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam senyawafenolik.

Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yangtak larut dalam air.

Terdapat 2 jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi,tersebar pada paku-pakuan,

angiospermae dan gymnospermae, dan tanin terhidrolisis, terdapat pada tumbuhan berkeping

dua. Tanin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak lembayung yang bereaksi

positif dengan setiap pereaksi fenol baku. Elagitanin (tanin terhidrolisis) bereaksi khas

dengan

asam nitrit (NaNO2 ditambah dengan asam asetat) membentuk warna merah cerah yang kian

lama berubah menjadi biru indigo (Harborne, 1987).

Tanin dapat diisolasi dari daun belimbing wuluh menggunakan

metode maserasi, sedangan salah satu cara untuk memisahkan senyawa

tannin adalah dengan kromatografi lapis tipis preparatif. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa tanin yang terdapat dalam

daun belimbing wuluh.

BAB V

PERSIAPAN PENYELESAIAN

Page 3: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

5.1              Alat praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.         Beaker Glass

2.         Cawan

3.         Mortir

4.         Corong pemisah

5.         Erlenmeyer

6.         Batang pengaduk

7.         Pipet

8.         Vacum rotary evaporator

9.         Lampu UV (254 dan 366 nmm)

10.     Lidi

11.     Pipa kapiler

12.     Botol tidak tembus cahaya

13.     Kertas saring

14.     Corong Gelas

15.     Kaki tiga

16.     Lampu spritus

17.     Kasa

18.     Klem

19.     Statif

5.2              Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.         Etanol

2.         Aquadest

3.         Kloroform

4.         Etil asetat

5.         Asam Asetat

6.         n-butanol

7.         Plat KLT Silika (G60 F254.)

5.3              Prosedur Praktikum

Page 4: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

5.3.1        Prosedur pembuatan sample

1.      Timbang kurang lebih 10 g daun belimbing wuluh segar dan dirajang halus

2.      kemudian direndam dengan 150 ml pelarut aseton : air (7:3) selama 3-5

hari

3.      diekstraksi dengan kloroform 38 ml menggunakan corong pisah sehingga

terbentuk 2 lapisan

4.      Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan dan lapisan air yang diatas

diekstraksi dengan etil asetat 10 mL dan terbentuk 2 lapisan

5.      Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah)

dipekatkan dengan vacum rotary evaporator

5.3.2        Prosedur pembuatan Eluen

1.        Mencampurkan n-butanol, asam asetat, air dengan perbandingan 4:1:5

dalam beaker glass dan diaduk sampai larut.( 16 ml ; 4 ml ; 20 ml )

5.3.3        Prosedur Skrining Fitokimia daun belimbing wuluh dengan metode KLT

1.      Disiapkan plat silika G 60 F254 dengan ukuran 5 cm x 10 cm.

2.      Hasil ekstrak kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari

garis bawah dan 1 cm dari garis tepi.

3.      Selanjutnya dieluasi dalam chamber yang berisi eluen n-butanol :asam

asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT

analitik

4.      Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi

dihentikan.

5.      Kemudian noda-noda diperiksa di bawah sinar UV pada panjang

gelombang 254 nm dan 366 nm.

6.      Noda yang terbentuk masing-masing diukur nilai Rf nya.

5.4              Diagaram alir Proses Skrining Fitokimia Metode KLT pada daun Belimbing Wuluh

5.4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing wuluh

ditimbang kurang lebih 10 g sampel segar

 

direndam dengan 150 ml pelarut

Page 5: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

( etanol : air (7:3) + 3 mL asam askorbat 10 mM ) selama 3-5 hari

Lapisan atas (dibuang)

Lapisan atas diekstraksi

diekstraksi dengan etil asetat 10 mL Lapisan

bawah

dengan kloroform 38 ml Lapisan bawah (dibuang) dipekatkan di vacum rotary evaporator

( Ekstrak daun blimbing wuluh)

5.4.2 Diagram Alir Pembuatan Eluen

4 : 1 : 5

Dicampur, diaduk hingga larut

Butanol 16 ml, Asam asetat 4 ml, Air 20 ml

5.4.3 Diagram Skrining Fitokimia daun belimbing wuluh dengan metode

KLT

Disiapkan plat silika G 60 F254 dengan ukuran 6.5 cm x 13 cm

 

ekstrak ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm

dari garis bawah dan 1 cm dari garis tepi

 

Selanjutnya dieluasi dalam chamber yang berisi eluen

 

Page 6: Cara Ekstraksi Daun Belimbing

Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas,

elusi dihentikan.

 

Kemudian noda-noda diperiksa

di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm

 

Noda yang terbentuk masing-masing diukur nilai Rf nya.

Gambar Kerja Proses Skring Fitokimia metode KLT