Download - Balai Besar POM di Denpasar
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua,
Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian dan lembaga perlu menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dengan ditetapkannya RPJMN 2015-2019 tanggal 8 Januari 2015 dan Renstra Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) maka Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar menyusun
Renstra Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis merupakan rencana lima tahun ke depan yang disusun dengan
mempertimbangkan faktor internal maupun faktor eksternal, antara lain: kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasi.Penyusunan renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar disusun
mengacu Renstra Badan POM dan pedoman penyusunan dan Review Rencana Strategis Tahun 2015-
2019 di lingkungan Badan POM. Renstra Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar 2015-
2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar dalam
kurun waktu 2015-2019.
Tujuan utama dalam penyusunan Renstra adalah menjadi acuan dalam penyusunan rencana kinerja, penyusunan rencana kerja dan anggaran, penetapan kinerja, pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian kegiatan, serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar POM di Denpasar.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materiil, khususnya kepada Tim Penyusun Renstra Balai
Besar POM di Denpasar Tahun 2015-2019 yang telah bekerja keras merampungkan Renstra ini tepat
pada waktunya. Semoga Rencana Strategis Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar
Tahun 2015-2019 dapat bermanfaat bagi pencapaian Visi, Misi serta Tujuan Badan POM, dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Denpasar, 23 Februari 2015 Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar Dra. Endang Widowati, Apt NIP. 19570905 198903 2 001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................................... 1
A. Kondisi Umum ................................................................................................................ 1
B. Potensi dan Permasalahan ........................................................................................ 10
C. Analisa Swot .................................................................................................................... 19
BAB II Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPOM ................................................. 25
A. Visi....................................................................................................................................... 25
B. Misi...................................................................................................................................... 26
C. Budaya Organisasi ........................................................................................................ 30
D. Tujuan ................................................................................................................................ 30
E. Sasaran Strategis ........................................................................................................... 31
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan
Kerangka Kelembagaan ........................................................................................... 36
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .................................................................. 36
B. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Denpasar ........................................... 40
C. Kerangka Regulasi ........................................................................................................ 43
D. Kerangka Kelembagaan .............................................................................................. 45
BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ........................................................... 47
A. Target Kinerja ................................................................................................................. 47
B. Kerangka Pendanaan ................................................................................................... 51
BAB V Penutup ............................................................................................................................. 53
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Struktur Organisasi ........................................................................................... 5
Gambar 1.2. Statistik Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................................. 6
Gambar 3.1. Log Frame BBPOM di Denpasar ................................................................................. 42
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Rangkuman Analisis Swot ................................................................................... 23
Tabel 1.2. Penguatan Peran BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019 ................................ 24
Table 2.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019 ..................................................................... 35
Tabel 3.1. Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) ...................................... 37
Tabel 3.2. Indikator Program BBPOM di Denpasar ....................................................................... 39
Tabel 3.3. Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/ Kegiatan
dan Indikator Kegiatan BBPOM di Denpasar .............................................................. 43
Tabel 4.1. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja ........................................ 47
Tabel 4.2.Kegiatan dan Indikator BBPOM di Denpasar................................................................ 50
Tabel 4.3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan ............................................... 51
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran1. Matrik Kinerja dan Pendanaan .................................................................................... 55
Lampiran 2. Matrik Kamus Indikator Renstra BBPOM di Denpasar 2015-2019............... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus
menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. RPJMN tahap
ketiga ini ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya
saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya
alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus meningkat.
Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas
pemerintah, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta
program dan kegiatan BBPOM di Denpasar untuk periode 2015-2019.
Penyusunan Renstra BBPOM di Denpasar ini berpedoman pada Renstra BPOM
dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Rencana
Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 serta amanat
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian
kinerja tahun 2010-2014. Selanjutnya Renstra BBPOM di Denpasar periode
2015-2019 digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kinerja BBPOM di
Denpasar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2
Adapun kondisi umum BBPOM di Denpasar pada saat ini berdasarkan
peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
1. Peran BBPOM di Denpasar berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan
Sesuai dengan SK Kepala Badan POM RI Nomor 05018/SK/KBPOM
tanggal 17 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan Badan POM, yang kemudian diperbaharui
dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232
tahun 2004, Balai Besar POM di Denpasar sebagai salah satu UPT Badan
POM mempunyai tugas pokok : melaksanakan kebijakan di bidang
pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain,
obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplemen, keamanan pangan
dan bahan berbahaya.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.21.3592
tanggal 9 Mei 2007 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala
Badan POM Nomor 05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja UPT di lingkungan Badan POM, cakupan wilayah kerja Balai
Besar POM di Denpasar meliputi seluruh wilayah administratif Provinsi
Bali yang terdiri dari 8 Kabupaten yaitu Buleleng, Jembrana, Tabanan,
Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem dan 1 kota yaitu
Denpasar.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut diatas, Balai Besar POM di
Denpasar menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.
2. Pelaksanaan pengujian secara laboratorium, pemeriksaan dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotik, psikotropik dan zat
adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplimen,
pangan dan bahan berbahaya.
3. Pelaksanaan pengujian laboratorium, pemeriksaan dan penilaian
mutu produk secara mikrobiologi.
3
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi.
5. Pelaksanaan pengawasan penandaan/label dan iklan Obat dan
Makanan.
6. Pelaksanaan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.
7. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi
tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM.
8. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
9. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
10. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.
11. Membentuk kader keamanan pangan melalui Food Safety Masuk
Desa
12. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM,
sesuai dengan bidang tugasnya.
Dilihat dari fungsi BBPOM di Denpasar secara garis besar, terdapat 3
(tiga) inti kegiatan, yakni: (1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan
Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) (2) Pengawasan Obat dan
Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) (3) Pemberdayaan
masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan
kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bali.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Denpasar sebagai
lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan
terhadap konsumen di Provinsi Bali. Tupoksi BBPOM di Denpasar ini juga
sangat penting dan strategis dalam kerangka mendorong tercapainya Agenda
Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko
Widodo, khususnya pada butir 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, khususnya di sektor kesehatan; pada butir 2: Membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; pada butir3:
4
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan; pada butir 6: Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; serta pada butir 7:
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik. Oleh karena itu, BBPOM di Denpasar sebagai
lembaga pengawas Obat dan Makanan yang merupakan UPT BPOM di daerah
sangat penting untuk diperkuat, baik dari sisi kualitas sumber daya manusia,
serta sarana pendukung seperti peralatan laboratorium, suku cadang, alat bantu
laboratorium serta sistem teknologi dan informasinya dan sarana pendukung
lainnya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Dalam rangka pengawasan sarana Obat dan Makanan, Balai Besar POM
di Denpasar melakukan pengawasan terhadap 3086 sarana Obat dan Makanan.
Jumlah tersebut terdiri dari 877 sarana produksi dan 2209 sarana distribusi
sedangkan pelaksanaan sampling dan pengujian produk obat dan makanan
tahun 2010 – 2014 sebanyak 20.500 sampel Obat dan makanan serta
Pelaksanaan pengawasan iklan Obat dan Makanan sebanyak 4865 iklan
Provinsi Bali sebagai Daerah tujuan wisata dan adanya tuntutan
modernisasi mengakibatkan peningkatan peredaran obat dan makanan yang
beragam baik dari luar ataupun dalam negeri yang berpengaruh pada pola
konsumsi masyarakatnya. Dengan masih ditemukannya produk obat dan
makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan kemanfaatan
mengakibatkan pemenuhan standard kesehatan melalui pola hidup sehat juga
menjadi semakin sulit diwujudkan oleh masyarakat di Provinsi Bali.
2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No.
05018/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Lingkungan Badan
POM, maka untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Balai
Besar POM di Denpasar dibentuk dengan struktur organisasi sebagai berikut :
5
Gambar 1.1 Struktur Organisasi
Untuk mendukung tugas-tugas BBPOM di Denpasar sesuai dengan peran
dan fungsinya, diperlukan SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi sesuai
standard kompetensi. Jumlah SDM yang dimiliki BBPOM di Denpasar untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun
2014 adalah 98 orang, yang tersebar di Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 22
orang, Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 12 orang, Bidang
Pengujian Mikrobiologi 11 orang, Bidang Pengujian Produk Terapetik,
Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen 20 orang,
Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen 10 orang, dan Sub Bagian
Tata Usaha 23 orang termasuk Kepala Balai.
Ditinjau dari tingkat pendidikan, pegawai Balai Besar POM Di Denpasar
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Pendidikan SD sebanyak 1 orang
Pendidikan SLTA Kejuruan sebanyak 20 orang
Pendidikan SLTA Umum sebanyak 1 orang
Pendidikan D3 sebanyak 6 orang
Pendidikan S1 sebanyak 36 orang
KEPALA BALAI
SUB BAGIAN TATA USAHA
BIDANG SERTIFIKASI
DAN LAYANAN INFORMASI
KONSUMEN
BIDANG PENGUJIAN
PANGAN DAN BAHAN
BERBAHAYA
BIDANG PENGUJIAN
MIKROBIOLOGI
BIDANG PENGUJIAN
TERAPETIK, NARKOTIKA, OBAT TRADISIONAL,
KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN
BIDANG
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN
SEKSI SERTIFIKASI
SEKSI LAYANAN INFORMASI KONSUMEN
SEKSI PEMERIKSAAN
SEKSI PENYIDIKAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
6
Pendidikan Profesi sebanyak 24 orang
Pendidikan S2 sebanyak 10 orang
Mengingat tantangan dan permasalahan yang dihadapi kedepan yang
lebih sulit dan beragam serta berdasarkan analisa beban kerja, diperlukan
penambahan SDM secara bertahap serta pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi teknis dan manajemen harus ditingkatkan setiap tahun dalam
menghadapi tantangan dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas obat
dan Makanan
Gambar 1.2 Statistik Pegawai Berdasarkan Pendidikan
3. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Denpasar periode 2010-2014
Berdasarkan Pengukuran dan Evaluasi Kinerja yang dilakukan, secara
garis besar diperoleh :
A. Capaian kinerja sebagai berikut :
1. Jumlah kasus Pelanggaran Obat dan makanan yang ditangani di
Bidang pemeriksaan dan penyidikan adalah sebanyak 106 kasus
2. Jumlah layanan informasi dan pengaduan sebanyak 148 layanan
3. Jumlah sarana produksi Obat dan Makanan yang telah diperiksa
sebanyak 1094 sarana
4. Jumlah sarana distribusi Obat dan Makanan yang diperiksa
sebanyak 4541 sarana
1
20
1
6
36
24
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SD
SLTA Kejuruan
SLTA Umum
D3
S1
Profesi
S2
7
5. Jumlah produk Obat dan Makanan yang disampling dan diuji
sebanyak 20.500 sampel
6. Jumlah desa / kelurahan yang diintervensi program keamanan
pangan sebanyak 10 desa.
7. Jumlah sekolah yang diintervensi program keamanan Pangan 941
sekolah
8. Jumlah Pasar yang diintervensi program keamanan Pangan 31
pasar.
9. Jumlah sampel Pangan Lab Keliling yang diuji adalah 2682 sampel
B. Capaian Target Indikator Renstra adalah sebagai berikut :
1. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi Obat yang
memenuhi standar (Aman, manfaat & Mutu) selama masa RPJMN
2010 – 2014 sebesar 99,87% dari target 99,50% (capaian
100,37%).
2. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi Obat
Tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) selama
masa RPJM 2010 – 2014 sebesar 0,52% dari target 5% (capaian
104,72%)
3. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi kosmetika
yang mengandung bahan berbahaya selama masa RPJM 2010 -
2014 sebesar 4,23% dari target 5% (capaian 100,81%)
4. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi suplemen
makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan selama masa
RPJMN 2010 - 2014 sebesar 0.81% dari target sebesar 4%
(capaian 103,32%),
5. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi makanan
yang memenuhi syarat sebesar 90,98% sedangkan target 90%
sehingga selama masa RPJMN 2010 - 2014 capaian 101,09%.
6. Realisasi terhadap target indikator kinerja proporsi sarana
produksi dan distribusi obat, obat tradisional, kosmetika, napza,
prekursor, makanan dan bahan berbahaya yang memenuhi
ketentuan selama masa RPJMN 2010-2014 capaiannya 88,39%.
8
7. Realisasi terhadap target indikator kinerja jumlah kasus
pelanggaran dibidang Obat dan Makanan yang disidik sebesar 106
kasus sedangkan target 109 kasus (capaian 97,25%).
8. Realisasi terhadap target indikator jumlah layanan informasi dan
pengaduan selama masa RPJMN 2010-2014 terlihat melebihi
target yaitu sebanyak 148 jumlah layanan, sedangkan target
2010-2014 sebanyak 105 layanan (140,95%)
9. Realisasi terhadap target indikator presentase pemenuhan sarana
dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini sebesar
79.89% terhadap target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 90%
(capaian 88.77%).Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
standar minimum alat laboratorium yang telah ditetapkan melalui
Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4978 tahun
2014 tentang Standar Minimal Laboratorium Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Badan POM.
10. Dari hasil pengukuran terhadap indikator kinerja persentase SDM
yang ditingkatkan kompetensinya selama RPJMN 2010-2014
ternyata belum dapat mencapai target. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor diantaranya penentuan untuk dapat melanjutkan
pendidikan ada di Badan POM RI walaupun dari segi jumlah SDM
yang berminat untuk meningkatkan kompetensinya sangat besar,
disamping pertimbangan analisa beban kerja dan kesesuaian
bidang studi yang diinginkan dengan tugas pokok dan fungsinya
tidak sesuai.
11. Tahun 2012 semua Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha Balai Besar
POM di Denpasar telah menerapkan ISO 9001:2008, ditandai
dengan diterimanya sertifikat ISO 9001:2008 per 31 Januari 2012,
sehingga capaian Indikator Persentase Bidang/Sub Bagian yang
menerapkan Sistem Manajemen Mutu sudah 100 %. Sampai saat
ini konsistensi penerapannya masih dapat dipertahankan
9
Capaian 3 (tiga) indikator Kinerja baru pada Review Renstra Tahun 2014
adalah sebagai berikut :
1. Hasil capaian Indikator kinerja persentase cakupan pengawasan
sarana produksi Obat dan Makanan sebesar 66.57%. Hal ini
disebabkan oleh karena sebagian besar sarana produksi yang ada
adalah Industri Rumah Tangga Pangan. Dimana untuk
pembinaannya merupakan tugas dan kewenangan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota.
2. Hasil capaian Indikator kinerja persentase cakupan pengawasan
sarana distribusi Obat dan makanan sebesar 177.78%.
3. Hasil capaian Indikator kinerja persentase ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang kinerja sebesar 100%.
4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan BBPOM di
Denpasar
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi BBPOM di
Denpasar tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target
hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih
menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan
masyarakat, antara lain:(1) belum sepenuhnya tercapai penapisan produk
dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market),
(2) belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di
masyarakat (post-market) dan (3) belum efektifnya pemberdayaan masyarakat
melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan
efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.
10
Untuk mengatasi permasalah tersebut diatas, ada 3 (tiga) isu strategis
yang dihadapi BBPOM di Denpasar yang perlu terus diperkuat dan ditingkatkan
di masa 5 tahun kedepan sesuai peran dan kewenangan BBPOM di Denpasar
antara lain :
1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan
serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan,
3. Penguatan kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya dan terus
meningkatkan kualiatas pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BBPOM
di Denpasar perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan yang
menyangkut peran, tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi
lingkungan strategis yang merupakan daerah pariwisata dengan dinamika
perubahan yang sangat cepat, menuntut BBPOM di Denpasar dapat melakukan
evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara
tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Percepatan arus informasi, modal dan kunjungan wisatawan di Provinsi
Bali berdampak pada percepatan penyebaran wabah penyakit dan
meningkatnya produk obat dan makanan yang beredar baik yang berasal dari
Negara lain maupun produk dalam negeri terutama produk pangan konsumsi
wisatawaan. mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh
BBPOM di Denpasar. Hal ini menuntut peningkatan peran BBPOM di Denpasar
dalam mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang
dihadapi oleh BBPOM di Denpasar terdiri atas 2(dua) isu mendasar, yaitu
kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
11
Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas,
komitmen internasional, perubahan iklim, MEA dan demografi. Isu-isu tersebut
saling terkait satu dengan yang lain.
Sebagai dampak dari trend back to nature secara global perlu diimbangi
dengan peningkatan kemampuan di bidang pengujian laboratorium. Untuk itu
berbagai pelatihan teknis laboratorium yang berkaitan dengan metode
pengujian terkini perlu terus dilakukan, dukungan alat laboratorium sesuai
kemajuan iptek dibidang ini perlu ditingkatkan. Demikian pula upaya
monitoring iklan yang beredar penting untuk lebih diintensifkan.
Pengawasan Terhadap obat tradisional perlu lebih ditingkatkan
terutama pada obat tradisional asing melalui penertiban produk obat
tradisional asing / impor ilegal. Disamping itu mengingat masih
diketemukannya obat tradisonal yang mengandung bahan kimia obat yang telah
dilarang maka perlu tetap dilanjutkan upaya pembinaan terhadap produsen
setempat melalui kerjasama dengan lintas sektor. Rendahnya kepatuhan
terhadap standar Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik, merupakan dasar
untuk meningkatkan mutu produk Obat Tradisional.
Di bidang pengawasan keamanan pangan, Program Nasional Keamanan
Pangan Industri Rumah Tangga Pangan melalui food safety masuk desa yang
telah dirintis dan dilaksanakan perlu terus dilanjutkan secara
berkesinambungan seiring dengan peningkatan intensitas program pengawasan
pangan pada pemerintah daerah setempat. Hal ini disebabkan karena meskipun
peredaran produk yang dihasilkan (P-IRT) berskala lokal, namun secara
nasional menyerap tenaga kerja dan economic size yang besar. Potensi ini
merupakan peluang untuk meningkatkan daya saing nasional menghadapi
perdagangan bebas termasuk AFTA dan MEA oleh karena itu perlu ditingkatkan
secara sungguh-sungguh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar
juga akan berupaya memacu peningkatan kualitas produksi pangan dalam
negeri berkode MD melalui intensifikasi audit Cara Produksi Pangan Yang Baik
dan HACCP. Kerjasama lintas sektor sangat penting dalam pengawasan
terhadap distributor/pengecer bahan berbahaya untuk mengendalikan
penggunaan formalin, zat warna yang dilarang untuk makanan, boraks dan lain-
lain dalam produksi pangan. Berkaitan evaluasi mutu dan keamanan pangan
12
yang diimpor/ekspor maka program sertifikasi pangan masih perlu diperketat.
Di bidang pengawasan produk suplemen makanan dengan meningkatnya
jenis dan ragam produk suplemen makanan yang selain mengandung vitamin,
mineral dan asam amino juga mengandung berbagai herbal, sebagai dampak
dari trend back to nature secara global perlu diimbangi dengan peningkatan
kemampuan di bidang pengujian laboratorium. Untuk itu berbagai pelatihan
teknis laboratorium yang berkaitan dengan metode pengujian terkini perlu
terus dilakukan, sampling dukungan alat laboratorium sesuai kemajuan iptek
dibidang ini perlu ditingkatkan. Demikian pula upaya monitoring iklan yang
beredar penting untuk lebih diintensifkan.
Di bidang Pengawasan produk terapetik/obat, hasil pengujian terhadap
sampel obat yang beredar pada dasarnya telah baik. Namun demikian
mengingat tingginya resiko bagi kesehatan maka pengawasan untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan produk obat yang beredar terhadap standar
yang berlaku tetap merupakan prioritas. Upaya ini diikuti pula dengan
peningkatan kemampuan inspektur di lingkungan Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan di Denpasar, berkaitan dengan pemberantasan obat palsu selain
kegiatan yang bersifat operasional dan peningkatan kerja sama lintas sektor.
Adapun lingkungan strategis yang mempengaruhi peran BBPOM di Denpasar
baik internal maupun eskternal adalah sebagai berikut:
B.1. Potensi dan Permasalahan Eksternal
1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan wujud dan sekaligus
metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua
pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan Rumah Sakit,
Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.
13
Di sisi lain, menjamurnya klinik-klinik kesehatan dan pengobatan
alternatif makin menambah beban BBPOM di Denpasar dalam melakukan
pengawasan.
Semakin banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan
semakin mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung, antara lain
kebutuhan akan obat semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan
tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh BBPOM di Denpasar dalam
penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.
Beberapa permasalahan lain yang memerlukan perhatian dalam penjaminan
mutu obat adalah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penjaminan
mutu obat yang beredar. Terkait meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat
tradisional, serta pengobatan secara tradisional di masyarakat diperlukan
peningkatan strategi pengawasan.
2. Globalisasi dan Perdagangan Bebas
Dengan globalisasi dan perdagangan bebas masuknya produk Obat dan
Makanan secara bebas tersebut yang antara lain adalah obat, kosmetik,
suplemen kesehatan, dan makanan, termasuk jamu dari negara lain, merupakan
persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa
saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar
negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi.
Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam
mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.
Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu
ekonomi saja, namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu
kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan
yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa
diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya pemerintah dalam
membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya
untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan.
14
Kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum membuat masih banyaknya
ditemukan obat-obat yang tidak memenuhi ijin edar, mengandung bahan aktif
substandard dan bahkan tidak mengandung bahan aktif. Hal ini jelas akan
sangat merugikan masyarakat. Tentunya hal ini menjadi tantangan yang sangat
serius bagi BBPOM di Denpasar sebagai Instansi yang bertanggungjawab terkait
dengan pengawasan atas produk Obat dan Makanan yang beredar di Provinsi
Bali.
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan
pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari
sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang
perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia.
Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan
munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit
penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang
menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses
perubahan iklim, diperlukan peranan dari BBPOM di Denpasar dalam
mengawasi peredaran varian produk obat yang baru dari jenis penyakit
tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun yang berasal dari luar
negeri. Selain dari obat, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan jenis obat
herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar.
Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM di Denpasar melakukan
pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.
4. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat
Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin
besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memiliki
standar dan kualitas. Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan
masyarakat Indonesia sebagian besar penduduk masih banyak yang
mengkonsumsi obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Beberapa
15
penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia justru
banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.
Untuk itu, dengan banyaknya konsumsi obat modern yang dilakukan
masyarakat, maka perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius
dari BBPOM di Denpasar.
5. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan
masyarakat juga semakin meningkat. Perubahan pola beban penyakit untuk
kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan membutuhkan layanan
kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.
Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek
pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam
penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun
masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas
kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus
akan menambah beban kerja dari BBPOM di Denpasar sebagai pengawas di
bidang Obat dan Makanan.
Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan
cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi
konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga
penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat
yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi BBPOM di
Denpasar untuk melakukan penilaian dan pengawasan terhadap berbagai jenis
obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap produk
Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan terhadap
produk Obat dan Makanan semakin meningkat, maka penawaran dari produk
Obat dan Makanan juga akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat
para produsen Obat dan Makanan baik lokal maupun internasional semakin
meningkatkan volume produksi maupun variasinya. Bertambahnya jumlah
volume produksi dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin
16
besarnya peran BBPOM di Denpasar dalam proses penilaian dan
pengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing Practice)
oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan menjadi tantangan
BBPOM di Denpasar dalam melakukan pengawasan.
6. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan
peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting dalam
mensinergikan kebijakan kesehatan khususnya dalam pengawasan Obat dan
Makanan. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang
diharapkan sehingga belum secara optimal memberikan perlindungan bagi
masyarakat. Hal ini berdampak pada pengawasan Obat dan Makanan yang tetap
harus bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless)
sehingga perlu adanya one line command (satu komando), apabila terdapat
suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat
segera ditindaklanjuti.
Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan
kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil
pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.
Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar berjalan
dengan baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang
baik dari pemangku kepentingan, pelaku usaha dan masyarakat untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (sound
governance).Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat
dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing.
7. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk Obat dan Makanan
maka BBPOM di Denpasar dapat mendorong industri untuk mengoptimalkan
penggunaan bahan baku Obat dan Makanan dalam negeri. Selain teknologi
17
produksi juga didukung dengan teknologi transportasi. Perkembangan industri
transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga distribusi Obat dan
Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien. Untuk itu, dampak
pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin tinggi, dikarenakan
distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh wilayah Indonesia
semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan Obat dan Makanan juga harus
sama cepatnya.
Adanya perubahan iklim juga ikut mendorong berbagai inovasi
perkembangan teknologi menciptakan rekayasa genetika dan varian Obat dan
Makanan yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus
menjadi perhatian dan antisipasi BBPOM di Denpasar dalam menghadapi hal
tersebut.
Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi
BBPOM di Denpasar untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang
dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia.
Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi
BBPOM di Denpasar terkait tren pemasaran dan transaksi produk Obat dan
Makanan secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan
dengan berbasis pada teknologi.
18
8. Hubungan dengan pemangku kepentingan lain (stake holder)
a. Stakeholder terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.
- Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
- Dinas Perindustrian dan Perdagangan
- Dinas Perijinan Terpadu
- Dinas Koperasi dan UMKM
- Dinas Pariwisata
- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
- Dinas Pertanian
- BAPPEDA
- BNN Provinsi dan Kabupaten/Kota
- Biro Kesra Provinsi Bali
- Dewan Ketahanan Pangan
- Bea Cukai
- Kesdam IX Udayana
b. Stakeholder terkait dengan penegakan hukum di bidang Obat dan
Makanan.
- Kepolisian RI
- Kejaksaan
- Pengadilan
B.2. Potensi dan Permasalahan Internal
1. Sumber Daya
Untuk mendukung program peningkatan pengawasan Obat dan Makanan
di provinsi Bali , kualitas dan kuantitas sumber Daya Manusia dan pemenuhan
sarana prasarana merupakan permasalahan yang tetap menjadi perhatian .
Untuk menjamin Obat dan Makanan aman dan peningkatkan daya saing produk
Obat dan Makanan diperlukan SDM yang profesional sebagai Pengawas Farmasi
dan Makanan baik di bidang Pengujian, Pemeriksaan dan Penyidikan ataupun
di bidang Sertifikasi dan Layanan konsumen,, Untuk itu jumlah Pelatihan
internal maupun eksternal harus ditingkatkan untuk memenuhi gap
kompetensi, seperti halnya di pengujian, peningkatan kemampuan pengujian
19
menggunakan parameter kritis merupakan prioritas kegiatan peningkatan
kompetensi.
Pemenuhan Sarana prasarana baik sarana gedung, mebelair, alat
pengolah data dan peralatan laboratorium merupakan pendukung yang perlu
terus di penuhi secara bertahap untuk melaksanakan tugas dan fungsi BBPOM
di denpasar sebagai Pengawas Obat dan makanan.
2. Organisasi
Sesuai dengan SK Kepala Badan POM RI No. 05018/SK/KBPOM tanggal
17 Mei 2011 tentang organisasi dan tata kerja pelaksana teknis di lingkungan
Badan POM yang kemudian diperbarui dengan SK Ka. Badan POM No.
HK.00.05.21.4232 tahun 2004, struktur organisasi antara pusat dan daerah
belum sinkron, misalnya ditingkat pusat Direktoratnya Inspeksi dan Sertifikasi
namun ditingkat daerah Bidang terkait adalah Bidang Sertifikasi dan Layanan
Informasi Konsumen dan Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan.
Di Sub Bagian Tata Usaha dengan mempertimbangkan beban tugas dan
tanggungjawabnya di bidang kerumahtanggaan, kepegawaian, keuangan dan
kehumasan selayaknya sudah setingkat eselon III.
Di laboratorium pengujian selayaknya ada penyetaraan antara jabatan
struktural dengan jabatan dalam sistem manajemen mutu laboratorium
sehingga terjadi sinkronisasi manajerial. Dengan demikian optimalisasi
pelaksanaan dan penyelenggaraan Laboratorium dapat segera tercapai.
3. Komitmen Pimpinan
Komitmen Pimpinan pada setiap level merupakan hal yang mutlak untuk
tercapainya tujuan organisasi. Tujuan organisasi akan lebih cepat terealisasi
dengan adanya komitmen semua pihak untuk berkontribusi dalam pelaksanaan
program-program organisasi.
C. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Sebagaimana analisa dan permasalahan serta dinamika perubahan
lingkungan strategis yang telah dijelaskan di atas baik secara internal maupun
eksternal, maka BBPOM di Denpasar harus melakukan upaya-upaya agar
20
pengaruh lingkungan khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang dan
meminimalkan ancaman yang dapat mempengaruhi peran BBPOM di Denpasar
sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan
terhadap Obat dan Makanan.
Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, dilakukan identifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan melalui analisa SWOT, sehingga
dari analisa tersebut dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan BBPOM di
Denpasar kedepan, agar dapat terwujud sesuai tujuan dan sasaran organisasi
BBPOM di Denpasar dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa
SWOT tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. KEKUATAN (STRENGTHS)
BBPOM di Denpasar saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat
memadai, khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan
pengujian/penilaian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada.
Di samping itu, BBPOM di Denpasar juga telah memiliki hasil penilaian
atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional. Pelayanan
ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak pelayanan
yang diberikan oleh BBPOM di Denpasar terhadap penilaian/pengujian
Obat dan Makanan akan langsung dirasakan oleh masyarakat.
BBPOM di Denpasar telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas,
sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP), baik untuk Obat maupun Makanan dan
faktor-faktor mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat
dan Makanan.
Komitmen Pimpinan merupakan kekuatan untuk mencapai tujuan
organisasi Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar. Pimpinan BBPOM di
Denpasar telah memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai visi dan
misi BBPOM di Denpasar dengan memahami dan melaksanakan Budaya
Organisasi.
2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Saat ini SDM BBPOM di Denpasar sudah memiliki kualitas yang
memadai, namun dari sisi kuantitas SDM BBPOM di Denpasar belum
21
mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai
Institusi Pengawas Obat dan Makanan di Provinsi Bali.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai, untuk mengimbangi peredaran Obat
dan Makanan yang semakin canggih. Pemenuhan sarana dan prasarana
tersebut mutlak diperlukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi
BBPOM di Denpasar. Peran dan kewenangan BBPOM di Denpasar juga
harus didukung oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini
pembagian kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan
ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan kelembagaan ke depannya bisa
sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow strategy,
sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat mewujudkan
tujuan organisasi.
3. PELUANG (OPPORTUNITIES)
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama
terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan
sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan
sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.
Untuk itu, SKN dan JKN merupakan peluang bagi BBPOM di Denpasar
dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam
menghadapi pola prilaku dan lingkungan sehat khususnya terkait obat dan
makanan.
Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk Obat dan
Makanan, BBPOM di Denpasar dapat mendorong pelaku usaha baik
industri kecil maupun besar untuk mengoptimalkan penggunaan bahan
baku dalam negeri sehingga menjadi peluang BBPOM di denpasar untuk
meningkatkan kemandirian pelaku usaha.
22
Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian
penyakit maka kebutuhan Obat dan Makanan akan semakin meningkat.
Hal ini mendorong pertambahan dan pertumbuhan industri Obat dan
Makanan secara pesat. Hal ini menjadi peluang BBPOM di Denpasar dalam
mengawasi Obat dan Makanan yang semakin banyak variannya.
Kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak
agar upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama
dengan instansi terkait dapat mendorong efektivitas dan efesiensi
pengawasan Obat dan Makanan khususnya dengan instansi aparatur
penegak hukum maupun instansi terkait lainnya.
Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen
pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama
lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan peluang
yang sangat penting.
4. TANTANGAN (THREATS)
Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan
pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Adanya gagal panen
di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam ketersediaan pangan.
Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya
ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga
yang kompetitif sehingga permintaan akan produk pangan semakin
meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi dan mengawasi distribusi
barang yang masuk yang sesuai dengan standardisasi kesehatan.
Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar,
mengakibatkan adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak
memenuhi kualifikasi standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi
masalah dalam peredaran Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya
penegakan hukum terhadap pelanggaran seperti ini mengakibatkan
ancaman bagi masyarakat. Untuk itu, diharapkan penegakan hukum harus
lebih aktif lagi agar dapat meminimalkan permasalahan tersebut. Dengan
semakin tumbuhnya perekonomian di Provinsi Bali akan mempengaruhi
perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah satunya dalam
23
mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi ancaman bagi
masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak diantisipasi
dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas penggunaan
Obat dan Makanan tersebut.
Provinsi Bali sebagai daerah tujuan wisata membawa konsekuensi
semakin beragamnya produk Obat dan Makanan dari negara lain yang
masuk ke Provinsi Bali baik untuk penggunaan sendiri yang dibawa
langsung oleh wisatawan maupun produk-produk yang diimport untuk
pemenuhan konsumsi wisatawan selama di Bali. Fakta menunjukkan
Indonesia khususnya Bali menjadi sasaran peredaran gelap Narkotika
dengan modus operandi diselundupkan melalui berbagai macam produk
import dan tidak menutup kemungkinan dalam produk Obat dan Makanan
yang menjadi kewenangan Pengawasan BBPOM di Denpasar. Untuk itu
perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif.
Dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat, maka
semakin besar kebutuhan terhadap Obat dan Makanan yang memenuhi
standar.
Di bawah ini, Tabel 1.1 Rangkuman Analisis SWOT sesuai dengan
pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.
Tabel 1.1: Rangkuman Analisis SWOT
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
Kekuatan
(Strengths)
1. Kualitas SDM
2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional
3. Pedoman Pengawasan yang jelas
4. Komitmen Pimpinan
Kelemahan
(Weaknesses)
1. Masih terbatasnya jumlah SDM
2. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun
utama
3. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja
Peluang
(Opportunities)
1. Adanya Program Nasional (SKN)
2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat
3. Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat
24
HASIL PEMBAHASAN (SWOT)
4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait
5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Tantangan
(Threats)
1. Perubahan iklim dunia
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Perubahan pola hidup masyarakat
4. Provinsi Bali merupakan daerah tujuan wisata
5 Perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka BBPOM di
Denpasar perlu melakukan penguatan peran pada organisasi dan kelembagaan,
agar faktor-faktor lingkungan strategis yang mempengaruhi baik dari internal
maupun eskternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi BBPOM di Denpasar untuk mendukung mewujudkan visi, misi dan
tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019.
Tabel 1.2 Penguatan Peran BBPOM di Denpasar Periode 2015-2019
Penguatan
Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
• Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan
Makanan (NSPK)
• Pengawasan Obat dan Makanan sesuai standar
• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai
standar
• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai
standar
• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan
• Penyidikan dan penegakan hokum
Kerjasama,
Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi Publik
• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha
melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
termasuk peringatan publik
• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan
• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan
Makanan yang tidak sesuai dengan standar
• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang
tidak memenuhi standard
25
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
ke depan yang dihadapi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka BBPOM
di Denpasar, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai UPT BPOM
menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan di Provinsi Bali
sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, BBPOM di Denpasar
mendukung visi dan misi serta tujuan dan sasaran BPOM.
A. VISI
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden
terpilih dalam RPJMN 2015-2019 dan sehubungan dengan dinamika lingkungan
strategis dengan segala bentuk perubahannya baik internal maupun eksternal,
maka segenap jajaran Badan POM termasuk BBPOM di Denpasar bercita - cita
mewujudkan Visi BPOM 2015-2019 sebagai berikut:
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
dan Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi:
Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan dan dilaksanakan secara akuntabel
serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik.
Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai
berikut:
Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan
Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko
yang mungkin masih timbul adalah seminimal
mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat
digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa
khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan
memadai, dan mutunya terjamin.
26
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun
internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk
bangsa untuk interaksi di masa depan.
B. MISI
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata yang
dijabarkan dalam bentuk Misi BPOM yang diadopsi oleh BBPOM di Denpasar.
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full
spectrum) standarisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta
penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BBPOM di
Denpasar dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman
dengan tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka
perlu disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di
satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,
sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas
dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan
seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional
untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),
pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin
produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku
kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi
27
standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi
dan distribusi Obat dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, BBPOM di Denpasar harus bersikap konsisten
terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan
serta pembinaan dengan baik. BBPOM di Denpasar harus mampu membina
dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,
bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara
berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian
dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia,
termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan
terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan.
Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya
bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai
contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar
dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat
berkembang, demikian pula dengan industri makanan,industri kosmetik,
obat tradisional dan suplemen kesehatan. Kemajuan industri Obat dan
Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta
dukungan regulatoryoleh BPOM. BBPOM di Denpasar sebagai pengawas
Obat dan Makanan berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya
saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat dan mutu Obat dan
Makanan.
Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat
strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya
pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan,
masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan
kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi
standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi
terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
28
BBPOM di Denpasar melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan.
Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pihak
lain.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang
tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia
khususnya di Provinsi Bali. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai
syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric
information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual
produk yang murah namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BBPOM di Denpasar tidak dapat
berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan
pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang
kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan
serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar
Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini
membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.
Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia
dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BBPOM di Denpasar harus
mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah
ditetapkan. Pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi
sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.
29
Di samping itu, BBPOM di Denpasar sebagai suatu UPT harus mendukung
upaya BPOM dalam melaksanakan tugas yang bersifat teknis (techno
structure), fungsi pengaturan (regulating), pelaksana (executing),dan
pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan penguatan
kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang
kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya
kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Pengawasan pre- dan post-marketyang berstandar internasional diterapkan
dalam rangka memperkuat BBPOM di Denpasar menghadapi tantangan
globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang
konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan
bermutu, diharapkan BBPOM di Denpasar mampu melindungi masyarakat
dengan optimal.
BBPOM di Denpasar juga melakukan kemitraan dengan pemangku
kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi
dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu
dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan
pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di
pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari
produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan
ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi
pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BBPOM di
Denpasar perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge
sharing).
30
C. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan
komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
D. TUJUAN
Dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi BPOM, maka tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.
31
E. SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis BBPOM di Denpasar sesuai dengan sasaran strategis
BPOM yang disusun berdasarkan visi dan misi BPOM, dengan
mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki BBPOM di Denpasar. Dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun (2015-2019) kedepan diharapkan BBPOM di Denpasar akan dapat
mencapai sasaran strategis sebagai berikut:
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BBPOM
di Denpasar merupakan suatu proses yang komprehensif dan bersifat full
spectrum, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem itu
terdiri dari:
- Evaluasi Premarket (pre-market evaluation) yang dilakukan di BBPOM
di Denpasar adalah melakukan audit sertifikasi dalam rangka
pemberian rekomendasi untuk mendapatkan ijin edar produk
Makanan dan Obat Tradisional, rekomendasi untuk Ijin produksi UKOT
dan IOT serta Rekomendasi Ijin Distribusi Obat dan audit sertifikasi
dalam rangka pencantuman kata Halal pada label.
- Pengawasan setelah beredar (post-market control) yang dilakukan
dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,
serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan;
- Pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko
kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat
dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar
ilmiah yang digunakan dalam menentukan produk yang tidak
memenuhi syarat dan kemudian akan ditarik dari peredaran;
- Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam
bisnis Obat dan Makanan yang relatif menjanjikan keuntungan yang
besar, rentan terhadap pelanggaran dari pelaku usaha. Untuk itu
diperlukan adanya suatu penegakan hukum apabila terjadi
pelanggaran terkait Obat dan Makanan.
32
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator
sebagai berikut:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat,
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat meningkat,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat
2. Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk
itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang
baik.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di Denpasar selama ini
dilakukan dengan unsur pemerintah dan masyarakat. Untuk mendorong
kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis bisa dimulai dengan
mengidentifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik
pemerintah maupun sektor private dan kelompok masyarakat terhadap
tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar. Setelah itu, mengidentifikasi
sumber daya apa yang telah dimiliki oleh masing-masing institusi tersebut
dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BBPOM di Denpasar,
kemudian menentukan indikator keberhasilan program tersebut.
Kerjasama dan kemitraan bisa dilakukan dengan saling mendukung serta
berbagi sumber daya (bisa dana, program atau SDM) yang tersedia di
masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan
kerangka kerjasamanya. Atau bisa juga dengan “mendelegasikan”
program-program yang ada di BBPOM di Denpasar kepada
lembaga/kelompok masyarakat sipil yang memiliki program yang sejalan
33
dengan BBPOM di Denpasar dengan mendukung pembiayaan program
lembaga tersebut.
Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat sebagai
konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran
masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat
harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan
Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Dalam upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang
memenuhi syarat, BBPOM di Denpasar harus meningkatkan kegiatan
pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Layanan Informasi, dan
Edukasi (KIE).
Di samping itu, pengawasan Obat dan Makanan perlu dilakukan oleh
pelaku usaha baik produsen, distributor dan pelaku usaha lain.
Pengawasan oleh pelaku usaha harus dilakukan dari hulu ke hilir, dari
sebelum sampai sesudah produk beredar. Produsen mempunyai peran
dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi
syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi
yang sesuai dengan ketentuan. BBPOM di Denpasar bertugas mengawasi
penerapan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus
dipenuhi oleh pelaku usaha.
Paradigma BBPOM di Denpasar sebagai lembaga pengawas dan ditakuti
oleh pelaku usaha selama ini mulai berubah, dengan adanya upaya yang
dilakukan BBPOM di Denpasar dalam menjalin hubungan yang lebih
harmonis dengan para pelaku usaha. Tanpa meninggalkan tugas utama
pengawasan, BBPOM di Denpasar berupaya memberikan dukungan
kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya,
salah satunya melalui jaminan kualitas (quality assurance) pengawasan,
melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).
Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang
mendukung pada peningkatan daya saing. Pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan harus didukung dalam menghadapi tantangan perdagangan
bebas antara lain dengan memberikan dukungan regulatory (sistem
34
pengawasan) kepada pelaku usaha, meningkatkan kemudahan usaha dan
daya saing.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
dibuat indikatornya sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan masyarakat
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.
3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Denpasar
Kualitas tatakelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat
tercapainya sasaran strategis BBPOM di Denpasar. Penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya
aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,
keadilan, dan partisipasi masyarakat. BBPOM di Denpasar telah
melaksanakan Reformasi Birokrasi yang harus terus dipelihara untuk
menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi
sehingga kualitas pelayanan publik BBPOM di Denpasar akan meningkat.
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)
merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini
terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana
penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah
dan kualitasnya, maka BBPOM di Denpasar harus mampu mengelola
sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung
terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengawas Obat dan
Makanan di Provinsi Bali, BBPOM di Denpasar memerlukan penguatan
kelembagaan/organisasi meliputi struktur yang kaya dengan fungsi,
proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai
dengan nilai organisasi.
35
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
dibuat indikatornya adalah:
1. Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM.
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, dijabarkan pada table 2.1.
Tabel 2.1.Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BBPOM di Denpasar periode 2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat
Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman
Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
1. Persentase obat yang memenuhi syarat;
2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;
4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melalui kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Tingkat kepuasan masyarakat;
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan;
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BBPOM di Denpasar
1. Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM.
36
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Untuk mewujudkan visi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-
2019dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah
mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas
pembangunan yang disebut NAWA CITA, sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam
kerjasama global dan regional),
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan
terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah),
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan
antar kelompok ekonomi masyarakat),
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
(pemberantasan narkotika dan psikotropika),
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan
khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor
strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
37
Adapun 5(lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9
(Sembilan) yang akan menjadi tugas dan tanggungjawab BBPOM denpasar
sebagai UPT Badan POMpada periode 2015-2019 sebagaimana Tabel dibawah
ini.
Tabel 3.1.Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada
penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan
juga pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan
publik. Dalam perspektif tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak
mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia.
Kualitas SDM tercermin dari tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
penduduk.
38
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan di atas, perlu disertai gerakan
Revolusi Mental, dengan mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku
individu dan selalu berorientasi terhadap kemajuan, sehingga Indonesia
menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa lain di dunia.
Revolusi Mental dalam hal etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi,
disiplin, taat hukum serta aturan, berpandangan optimistis, produktif-inovatif-
adaptif, kerja sama,gotong royong, berorientasi pada kebijakan publik dan
kesejahteraan umum yang harus diterapkan pada setiap individu.
Tantangan pembangunan kesehatan dan SDM ke depan adalah
meningkatkan upaya promotif dan preventif; meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi (spesifik dan sensitif), mengendalikan
penyakit menular maupun tidak menular, meningkatkan pengawasan obat dan
makanan, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusia di bidang
kesehatan dan gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan
pada beberapa tantangan. Beberapa permasalahan dan Isu Strategis terkait
pengawasan Obat dan Makanan tercakup dalam Pengawasan Obat dan
Makanan; peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kerjasamanya,
komunikasi informasi dan edukasi publik dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan
Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku
kepentingan; penguatan kapasitas kelembagaan BPOM serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan
ibu dan anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, meningkatnya penyehatan
lingkungan, meningkatnya pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan,
meningkatnya perlindungan finansial, meningkatnya ketersediaan, persebaran,
dan mutu sumber daya manusia kesehatan, serta memastikan ketersediaan obat
dan mutu Obat dan Makanan. Sasaran pokok tersebut tercermin dari Program
dan kegiatan BBPOM di Denpasar dengan indicator sebagai berikut:
39
Tabel 3.2 Indikator Program BBPOM di Denpasar
Program/Kegiatan Indikator
Menguatnya sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi syarat Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat Persentase makanan yang memenuhi syarat
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
Tingkat Kepuasan Masyarakat
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BBPOM di Denpasar
Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan
dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan
pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan
BBPOM di Denpasar adalah “Meningkatkan Pengawasan Obat dan
Makanan”,melalui:
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan
pemangku kepentingan;
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
40
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Denpasar
Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Denpasar periode
2015-2019, ditentukan arah dan strategi sebagai berikut :
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya
saing produk Obat dan Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan
4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan
struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,
budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber
daya yang efektif dan efisien.
Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan
Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal:
1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko;
2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
41
4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM di Denpasar agar
lebih proporsional dan akuntabel;
5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun
utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan
dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan
strategis baik internal maupun eskternal, maka dengan sendirinya menuntut
penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan dan Tata
laksana di BBPOM di Denpasar. Strategi internal lebih difokuskan pada
pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai
BBPOM di Denpasar, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat
ditentukan dari kualitas SDM, sistem pengawasan, manajemen kinerja,
pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel, peningkatan kualitas.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan
Obat dan Makanan tersebut, BBPOM di Denpasar menetapkan program-
programnya sesuai BPOM dan RPJMN periode 2015-2019, yaitu program
utama (teknis) antara lain :
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
2. Meningkatnya Jaminan Kualitas Pembinaan dan Bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
Untuk melaksanakan program teknis tersebut diatas, BBPOM di Denpasar
melakukan beberapa kegiatan : Penyusunan rencana dan program pengawasan
obat dan makanan ; Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian
dan penilaian mutu produk terapetik, narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain,
obat tradisional, kosmetik, PKRT, produk komplimen, pangan dan bahan
berbahaya; Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk secara mikrobiologi ; Pelaksanaan pemeriksaan setempat,
pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi ;
Pelaksanaan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum ; Pelaksanaan
42
sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh
Kepala Badan POM ; Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;
Membentuk kader keamanan pangan melalui Food Safety Masuk Desa
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing
sasaran strategis BPOM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program
dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model
penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan sesuai dengan unit
organisasi di lingkungan BBPOM di Denpasar adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1. Log Frame BBPOM di Denpasar
43
Tabel 3.3 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator
Kegiatan BBPOM di Denpasar
PROGRAM SASARAN
PROGRAM KEGIATAN STRATEGIS
SASARAN KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan BBPOM di Denpasar
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di Provinsi Bali
1. Jumlah sample yang diuji menggunakan
parameter kritis
2. Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan
3. Pemenuhan target sampling produk Obat di
sektor publik (IFK)
4. Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait
pengawasan Obat dan Makanan
7. Jumlah dokumen perencanaan,
penganggaran, dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu
8. Jumlah Layanan Publik BBPOM di Denpasar
9. Jumlah Komunitas yang diberdayakan
C. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,
dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan di
Provinsi Bali. BBPOM di denpasar yang merupakan UPT dari BPOM mempunyai
tugas teknis, disamping regulasi yang bersifat teknis diperlukan juga regulasi
yang bersifat adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan
merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi
dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun
swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang agar sesuai dengan tugas
pengawasan Obat dan Makanan.
Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih
dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku
kepentingan. Pada saat melaksanakan pengawasan Balai Besar POM di
Denpasar seringkali harus berkoordinasi dengan lintas sektor terkait
Kabupaten/Kota setempat. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu
aspek penting, dimana secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun
menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat
dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding faktor-faktor lain yang
44
menentukan derajat kesehatan. Selain itu, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan
mempunyai potensi yang cukup besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan
sehingga berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.
Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutunya
dapat menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit, karena pasien dapat
tertolong dengan obat yang bermutu. Demikian halnya dengan konsumsi
makanan yangaman, bermutu dan bermanfaat maka seseorang akan tumbuh
dengan baik sehingga akan terbentuk seorang manusia yang sehat dan
berkualitas untuk meningkatkan daya saing bangsa. Untuk dapat
menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal, maka
BBPOM di Denpasar perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-
undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi dan Tatalaksana penting yang
dibutuhkan oleh BBPOM di Denpasar dalam rangka memperkuat sistem
pengawasan antara lain:
1. UU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi.
Pemutakhiran Peraturan Kepala BPOM tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Suplemen Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan serta RPP
Label dan Iklam Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang
Pangan. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada
ketahanan pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta
pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri,
yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan
masyarakat Indonesia.
3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pola tindak lanjut hasil
pengawasan Obat dan Makanan di Daerah, agar pengawasan Obat dan
Makanan dapat berjalan lebih lancar dan hasil pengawasan segera
ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.
4. Standar kompetensi setiap Jabatan dan pola pendidikan berkelanjutan
45
5. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan
adanya standar kompetensi tersebut BBPOM di Denpasar dapat
meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan terhadap isu terkini .
6. Peraturan baru terkait KLB dan Farmakovigilans dan Mekanisme
pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu
memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan
informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat
terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan obat dan makanan.
7. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah
serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk
meningkatkan efektivitaspengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam
hal ini BBPOM di Denpasar perlu meningkatkan advokasi tentang peranan
pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan.
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Untuk memperkuat peran dan fungsi BBPOM di Denpasar dalam
melaksanakan mandat Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif
penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Badan
POM (organisasi induk) maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam
bentuk koordinasi lintas instansi/lembaga maupun hubungan relasional dengan
para pemangku kepentingan utama.
Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan
dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:
1. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi
Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan
operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan
layanan teknis dan administratif yang telah didelegasikan dari BPOM;
2. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan
Obat dan Makanan;
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga terkait yang memiliki tugas sama
dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan;
46
4. Diperlukan koordinasi dengan lembaga terkait yang memiliki tugas sama
dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan
penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan
Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem
peradilan pidana.
5. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan
BBPOM di Denpasar untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana
baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan,
tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif,
efisien, dan transparan.
6. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-prosedur untuk
mendukung kegiatan pengawasan Obat dan Makanan
7. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan
berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan
kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN,
hingga penysunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.
47
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran
strategis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
Persentase obat yang
memenuhi syarat
meningkat
92 92.5 93 93.5 94
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
80 81 82 83 84
Persentase Kosmetik
yang memenuhi syarat
meningkat
89 90 91 92 93
Persentase Suplemen
Makanan yang memenuhi
syarat meningkat
79 80 81 82 83
Persentase Makanan
yang memenuhi syarat
meningkat
88.1 88.6 89.1 89.6 90.1
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian pelaku
usaha dan
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan
Tingkat Kepuasan
Masyarakat 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00
Jumlah Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan
dengan memberikan
alokasi anggaran
pelaksanaan regulasi
Obat dan Makanan
3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan
BBPOM di
Denpasar
Nilai SAKIP BBPOM di
Denpasaroleh BPOM
A A A A A
48
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui
kegiatan -kegiatan :
1. Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan .
2. Pengawasan Sarana Distribusi Obat dan Makanan.
3. Melaksanakan Sampling Obat dan Makanan
4. Intensifikasi Pengawasan Produk Fortifikasi.
5. Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat
dan Makanan.
6. Sertifikasi Sarana Obat dan Makanan dalam rangka Registrasi Obat
dan Makanan
7. Kampanye Pasar Aman dari Bahan Berbahaya.
8. Pengawasan Pangan Melalui Mobil Laboratorium Keliling.
9. Pemeriksaan secara Laboratorium produk Obat dan Makanan.
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya jaminan kualitas
pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan
kemitraan dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Pengawasan
Obat dan Makanan melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Audit Surveilan Penerima Piagam Bintang Keamanan Pangan
2. Advokasi ke Instansi Pemerintah Lainnya
3. Operasional Sentra Informasi Keracunan ( SIKER )
4. Pameran Pembangunan 17 Agustus BBPOM di Denpasar
5. Penyebaran Informasi Produk Farmakes.
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE )
7. Keamanan Pangan Desa ( KPD)
49
Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BBPOM di Denpasar dilaksanakan:
(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
2. Peningkatan Kompetensi SDM
3. Pengawasan dan Peningkatatan Akuntabilitas Kinerja
4. Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan
Teknologi Informasi
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BBPOM di Denpasar ,
melalui Kegiatan-Kegiatan:
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana BBPOM di Denpasar
2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Penunjang
50
Tabel 4.2 Kegiatan dan Indikator BBPOM di Denpasar
Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja
Kegiatan
Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
kualitas sampling
dan pengujian
terhadap produk
obat dan makanan
yang beredar
1.1. Jumlah sampel yang
diuji menggunakan
parameter kritis
3,500 3,500 3,500 3,500 3,500
1.2 Pemenuhan target
sampling produk
Obat di sektor
publik (Instalasi
Farmasi Kabupaten)
25.00 25.00 25.00 25.00 25.00
Meningkat
nya kualitas sarana
produksi yang
memenuhi
standard
2.1. Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi Obat dan
Makanan 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00
Meningkat
nya kualitas sarana
distribusi yang
memenuhi standar
3.1. Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan
Makanan 24.00 24.00 25.00 25.00 25.00
Meningkatnya hasil
tindaklanjut
penyidikan
terhadap
Pelanggaran Obat
dan Makanan
4.1. Jumlah Perkara di
bidang obat dan
makanan
9 10 10 10 10
Meningkat
nya kerjasama,
komunikasi,
informasi dan
edukasi
5.1 Jumlah layanan
Publik BBPOM di
Denpasar
2145 2150 2200 2200 2250
5.2 Jumlah Komunitas yang diberdayakan
7 10 13 16 19
Pengadaan Sarana
dan Prasarana yang
Terkait
Pengawasan Obat
dan Makanan
6.1 Persentase
pemenuhan sarana
prasarana sesuai
standar
73.00 73.00 85.00 87.00 95.00
Penyusunan
Perencanaan,
Penganggaran,
Keuangan dan
Evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
7.1 Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan
evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
10 9 10 9 10
51
B. Kerangka Pendanaan
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah
ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran strategis BBPOM di Denpasar periode 2015-2019 adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar)
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Persentase obat yang
memenuhi syarat
meningkat
3.74 4.11 4.53 4.98 5.48
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
Persentase Kosmetik
yang memenuhi
syarat meningkat
Persentase Suplemen
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
Persentase Makanan
yang memenuhi
syarat meningkat
Meningkatnya jaminan
kualitas pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong kemandirian
pelaku usaha dan
kemitraan dengan
pemangku kepentingan
Tingkat Kepuasan
Masyarakat
1.32 1.45 1.60 1.76 1.93
Jumlah
Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan
pengawasan Obat
dan Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran
pelaksanaan regulasi
Obat dan Makanan
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan
BBPOM di Denpasar
Nilai SAKIP BBPOM
di Denpasar oleh
BPOM
7.37 8.11 8.92 9.81 10.79
52
Peningkatan kerjasama, peran serta tanggung jawab pemerintah daerah
dalam mendukung pengawasan peredaran Obat dan Makanan yang aman dalam
rangka peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat adalah salah satu hal yang
penting untuk dilaksanakan secara serius oleh BBPOM di Denpasar, utamanya
untuk memastikan keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung
Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Bali.
53
BAB V
PENUTUP
Renstra BBPOM di Denpasar Tahun 2015-2019 adalah panduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Denpasar untuk 5 (lima) tahun
ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019 sangat
ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber
pendanaannya, serta komitmen pimpinan dan staf BBPOM di Denpasar. Selain
itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015-2019,
setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan
perubahan/revisi Renstra BBPOM di Denpasar, termasuk indikator-indikator
kinerjanya dengan tetap mengacu kepada Renstra Badan POM dan RPJMN
2015-2019.
Renstra BBPOM di Denpasar Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan
kerja semua Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha di BBPOM di Denpasar sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Diharapkan semua Bidang dan
Sub Bagian Tata Usaha dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta
senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja Balai dan kinerja pegawai.
Pelaksanaan Renstra BBPOM di Denpasar diharapkan berkontribusi pada
pencapaian Renstra Badan POM dan RPJMN Tahun 2015 -2019. Hal ini
dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam Renstra BBPOM di
Denpasar 2015-2019 ini telah dilengkapi dengan target outcome dan output
yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap tahun, pada
pertengahan periode Rencana Strategis/RPJMN sebagai midterm review,
maupun pada akhir RPJMN sebagai dukungan terhadap impact assessment
Badan POM.
54
Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional. Selain sebagai bahan evaluasi,
Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BBPOM di Denpasar sesuai
dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Badan POM.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Denpasar tahun
2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap Visi dan Misi Badan POM.
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan3,74 4,11 4,53 4,98 5,48
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bali 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 80,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 89,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 79,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00
1.5.Persentase makanan yang memenuhi
syarat Provinsi Bali 88,10 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
SS 2
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha
dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan
1,32 1,45 1,60 1,76 1,93
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bali 80,00 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Bali 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
7,37 8,11 8,92 9,81 10,79
3,1 Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM Provinsi Bali A A A A A A
SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
3,74 4,11 4,53 4,98 5,48
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Bali 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
1.2.Persentase obat Tradisional yang
memenuhi syarat Provinsi Bali 80,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 89,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 79,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00
1.5.Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Bali 88,10 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
(Output)/IndikatorLokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit
Organisasi Pelaksana
K/L-N-B-NS-
BS
54
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-NS-BS
SP 2
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam
mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
1,32 1,45 1,60 1,76 1,93
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Bali 80,00 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan
komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan
Provinsi Bali 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
7,37 8,11 8,92 9,81 10,79
3,1 Nilai SAKIP BBPOM di Denpasar oleh BPOM Provinsi Bali A A A A A A
12,43 13,67 15,04 16,54 18,20
Provinsi Bali
1Jumlah sampel yang diuji menggunakan
parameter kritisProvinsi Bali 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 1,87 2,06 2,26 2,49 2,74
2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Provinsi Bali 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3Persentase cakupan pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan Provinsi Bali 24,63 25,00 25,00 25,00 25,00 25,00 0,21 0,23 0,25 0,28 0,31
4Persentase cakupan pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan Provinsi Bali 24,00 24,00 24,00 25,00 25,00 25,00 0,88 0,97 1,06 1,17 1,29
5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan Provinsi Bali 9,00 9,00 10,00 10,00 10,00 10,00 0,78 0,86 0,94 1,04 1,14
6 Jumlah layanan publik BBPOM di Denpasar Provinsi Bali 2.145 2.145 2.150 2.200 2.200 2.250 0,78 0,86 0,94 1,04 1,14
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Bali 3,00 7,00 10,00 13,00 16,00 19,00 0,54 0,59 0,65 0,72 0,79
8Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
Provinsi Bali 66,00 70,00 73,00 78,00 83,00 88,00 6,00 6,60 7,26 7,99 8,78
9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Bali 8,00 10,00 9,00 10,00 9,00 10,00 1,37 1,51 1,66 1,82 2,01
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM
di Denpasar
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
55
56
57
TERCANTUM PADA RENSTRA
KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG
JAWAB
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
LAMPIRAN 2. MATRIK KAMUS INDIKATOR RENSTRA BBPOM DI DENPASAR 2015-2019
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA
(BASELINE
2014)
MEKANISME PENGUMPULAN
DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
1 Persentase obat yang
memenuhi syarat
a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras,
psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT)
c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji
laboratorium.
d. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
e. Jumlah produk obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets
SBD 2012 terkoreksi
dengan survei produk
beredar
Untuk
pengumpulan data baseline:
- Survey Lanjutan
Baseline Data (SBD)- Survei produk
beredar
Untuk pengumpulan data
capaian:- Laporan Hasil Uji
(LHU) Balai- Survei produk beredar tahun
berjalan apabila dilakukan
- Sampel yang tidak diuji dengan
parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data
- Untuk parameter yang tidak mampu
diuji harus diuji rujuk- sampel lain-lain
harus berdasarkan
kajian risikoObat: 20% sampel.
Dari 20% tersebut
maks. 2% untuk sampel obat lain-lain
Setiap triwulan
dan akhir tahun
anggaran
Untuk
survei produk
beredar dilakukan
setiap 2 tahun
Selain itu sebagai
verifikasi juga dilakukan
survei
lanjutan SBD tahun
2017
Ya. Indikator Sasaran Program
pada Matriks Renstra BPOM.
Untuk pengum
pulan data
tiap tahun dilakuk
an oleh Kedeput
ian I dan
BBPOM di Denpasa
rUntuk
survei produk beredar
dilakuk
an oleh Kedeput
ian I
Untuk survei lanjutan
SBD
dilakuk
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺=█(𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒐𝒃𝒂𝒕 𝑴𝑺 @𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 @𝒐𝒃𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 @𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 @𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏) 𝐗𝟏𝟎𝟎%
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
2 Persentase obat
tradisional yang
memenuhi syarat
a. Obat Tradisional yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
b. Obat Tradisional (OT) yang memenuhi syarat
ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
c. Kategori Obat Tradisional yang diuji sesuai dengan
pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit.
Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data
capaian:- Laporan Hasil Uji
(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan
parameter uji kritis tidak dihitung
sebagai data- Untuk parameter
yang tidak mampu
Setiap triwulan
dan akhir tahun
anggaran.
Selain itu
sebagai verifikasi
juga dilakukan
survei
Ya. Indikator Sasaran Program
pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II
dan BBPOM
di Denpasar
Untuk
survei lanjutan
SBD 3 Persentase
Kosmetik
yang memenuhi syarat
a. Kosmetik yang mendapatkan notifikasi dari BPOM
b. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
c. Kategori kosmetik yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit.
Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data
capaian:- Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
- Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis
tidak dihitung sebagai data
- Untuk parameter
yang tidak mampu
Setiap triwulan
dan akhir tahun anggaran.
Selain itu sebagai
verifikasi juga
dilakukan
survei
Ya. Indikator Sasaran Program
pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II
dan BBPOM di
Denpasar
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑶𝑻 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑶𝑻 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑲𝒐𝒔 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒔𝒎𝒆𝒕𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒐𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
4 Persentase Suplemen
kesehatan yang
memenuhi syarat
a. Suplemen Kesehatan (SK) yang mendapatkan NIE dari BPOM.
b.Suplemen Kesehatan (SK) yang memenuhi syarat
ditetapkan melalui pengujian laboratorium.
c. Kategori suplemen kesehatan yang diuji sesuai
dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit.
Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data
capaian:- Laporan Hasil Uji
(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan
parameter uji kritis tidak dihitung
sebagai data- Untuk parameter
yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan
dan akhir tahun
anggaran
Selain itu
sebagai verifikasi
juga dilakukan
survei lanjutan SBD tahun
2017
Ya. Indikator Sasaran Program
pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II
dan BBPOM
di Denpasar
Untuk
survei lanjutan
SBD dilakukan oleh
PROM
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑺𝑲 𝑴𝑺=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈@𝒎𝒆𝒎𝒆𝒏𝒖𝒉𝒊 𝒔𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝑲 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 (𝒏)) 𝐗𝟏𝟎𝟎%
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
5 Persentase makanan
yang memenuhi
syarat
a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM.
b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium.
c. Kategori pangan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit.
Insert Pangan 2014
Untuk pengumpulan data
capaian:- Laporan Hasil Uji
(LHU) Balai- Sampel yang tidak diuji dengan
parameter uji kritis tidak dihitung
sebagai data- Untuk parameter
yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan
dan akhir tahun
anggaran.
Selain itu
sebagai verifikasi
juga dilakukan
survei lanjutan SBD tahun
2017
Ya. Indikator Sasaran Program
pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian III
dan BBPOM
di Denpasar
7 Jumlah pelaku
usaha industri obat
tradisional
(IOT) yang
memiliki sertfikat CPOTB
Pelaku usaha industri obat tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) dihitung secara kumulatif dari tahun sebelumnya.
Laporan Kinerja Dit.
Insert OT Kos 2014
Dari sertifikat yang diterbitkan untuk
pelaku usaha industri obat
tradisional
Triwulan dan Setiap
tahun
Dihitung dari jumlah pelaku usaha industri obat
tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat Cara
Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) pada
tahun berjalan dan tahun sebelumnya
Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada
Matriks Renstra
BPOM.
Kedeputian II
𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝑴𝑺=█(𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝑺@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍@𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒖𝒋𝒊@𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒎𝒆𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔@𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏) 𝐗𝟏𝟎𝟎%
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
8 Jumlah industri
kosmetika yang
mandiri dalam pemenuhan
ketentuan
a. Industri kosmetika yang mandiri adalah industri kosmetika yang mampu menerapkan aspek Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) tertentu.
b. Aspek CPKB tertentu sesuai petunjuk teknis penilaian CPKB
Laporan Kinerja Dit.
Insert OT Kos 2014
Surat Keterangan telah menerapkan
aspek CPKB tertentu
Triwulan dan Setiap
tahun
Dihitung dari jumlah industri kosmetika yang
mendapatkan Surat Keterangan telah
menerapkan aspek Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) tertentu pada
tahun berjalan dan tahun sebelumnya
Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada
Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II
9 Persentase industri
pangan olahan yang mandiri
dalam rangka menjamin
keamanan pangan
Jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi yang memenuhi ketentuan Program Manajemen
Risiko (PMR) dibandingkan dengan jumlah sarana industri pangan olahan berisiko tinggi
Target merupakan kumulatif dari tahun sebelumnya.
Laporan Kinerja dan
LAPTAH Dit. Insert Pangan 2014
Laporan Triwulan Dit. Insert Pangan
Triwulan dan akhir
tahun anggaran
Persentase industri
pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin
keamanan pangan
Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra
BPOM.
Kedeputian III
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
10 Indeks kesadaran
masyarakat
a. Kesadaran masyarakat meliputi sikap, perilaku dan pengetahuan masyarakat untuk memilih dan
menggunakan Obat dan Makanan yang aman
b. Responden survei terdiri dari 2 kelompok: kelompok yang telah diintervensi dan yang belum diintervensi
Ctt:
- Perlu pembahasan lebih lanjut- Untuk survei pertama dipilih kelompok yang belum
diintervensi- Perlu menyusun desain survei
N/A Survei lapangan 2016
…………. Hasil Survei lapangan Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada
Matriks Rancangan Renstra BPOM.
6 Tingkat Kepuasan
Masyarakat
a.Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang diperoleh dari
hasil survei Kepuasan Masyarakat.
b. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada
pedoman yang disiapkan Inspektorat BPOM mengacu
pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 16 tahun 2014)
c. Target dinyatakan dalam angka
Laporan Survei Kepuasan
Masyarakat 2014
Survei lapangan satu kali setahun
Hasil Survei lapangan Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada
Matriks
Rancangan
Renstra Balai
BBPOM di
Denpasar
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
7 Jumlah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang
memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan
dengan memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan Makanan
Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur
Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah
administratif di Indonesia setelah provinsi yang dipimpin oleh Bupati/ Kota.
Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk melakukan
pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan berbahaya yang sering
disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan,
pembentukan tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan.
Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain
sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) terkait.
N/A Pengisian matriks pemantauan
pengalokasian anggaran Pemda
untuk Pengawasan Obat dan Makanan
Setiap tahun
Dihitung dari hasil rekapitulasi matriks
pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk
Pengawasan Obat dan Makanan
Ya. Indikator Sasaran Program
dan Sasaran Kegiatan pada
Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
8 Nilai SAKIP BPOM
Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Laporan Hasil Evaluasi APIP
Badan POM
Laporan Kinerja Balai
Setiap tahun
Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai yang dilakukan
oleh APIP Badan POM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra Balai.
BBPOM di
Denpasar
1 Jumlah
sampel yang
diuji menggunakan
parameter kritis
a. Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat
sebagai penentu terhadap jaminan keamanan, manfaat,
dan mutu produk yang diuji
b. Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling Obat dan Makanan (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji)
Laporan Hasil
Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji
(LHU) Balai
Setiap
triwulan dan
akhir tahun.
Jumlah sampel yang diuji
menggunakan parameter kritis
Ya. Indikator
Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM
di
Denpasar
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
2 Pemenuhan target
sampling produk Obat
di sektor publik (Instalasi
Farmasi Kabupaten)
a.Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan dengan
target sampel yang harus disampling di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai.
b. Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan dalam
Pedoman Sampling.
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Rencana sampling
produk Obat di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-
masing balai disampaikan ke Dit.
Pengawasan Produksi PT PKRT
Setiap triwulan dan
akhir tahun.
Pemenuhan target
sampling produk Obat di sektor
publik (IFK)
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏 @𝒈𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒍𝒐𝒌𝒐𝒏 𝑲𝑩)/█(𝑻𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 @𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒊𝒏𝒈 @𝒅𝒊 𝑰𝑭𝑲 𝒅𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒅𝒂
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
3 Persentase cakupan
pengawasan sarana
produksi Obat dan Makanan
a. Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, Industri Rokok, Industri Obat
Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri
Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, dan Industri Rumah Tangga Pangan. b. Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan
berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan.
c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang diperiksa
dibandingkan dengan jumlah sarana produksi yang ada di wilayah tersebutd. Untuk penetapan target sarana produksi pangan MD
dan IRTP yang diperiksa mengikuti ketentuan:- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD <51,
target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 100%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP
- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100,
target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 90%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana
produksi IRTP
- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP
- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD >150,
Laporan SIPT a. Database jumlah sarana Industri
Farmasi dari Ditwas Produksi PT dan
PKRT.b. Database jumlah Industri Obat
Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat
Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat
Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika,dari Dit
Penilaian OT, SM, dan Kos.
c. Database jumlah sarana produksi Rokok dari Dit. Was
NAPZA
d. Database jumlah Industri pangan
Olahan dari Dit.
Insert Pangan. e. Database IRTP tiap balai diperoleh dari Badan
Pelayanan Terpadu
triwulanan dan setiap
akhir tahun
Persentase cakupan
pengawasan sarana produksi Obat
dan Makanan
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂)/█( 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 @𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒘𝒊𝒍𝒂𝒚𝒂𝒉@𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕) X 100%
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
4 Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan Makanan
a. Sarana Distribusi Obat dan Makanan terdiri atas: Jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi
Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dan Puskesmas), klinik kecantikan, spa, salon, pengobat tradisional, toko jamu, depot jamu, stokis MLM, Toko Modern (Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket), Toko Grosir, Toko Tradisional (Toko P & D dan Kios), Importir (termasuk importir terdaftar bahan
berbahaya), distributor dan pengecer yang memiliki SIUP-B2, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang.
b. Sarana yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana
Distribusi Obat dan Makanan serta Pedoman Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.
Laporan SIPT a. Pengumpulan database sarana
distribusi tiap balai diperoleh dari Badan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Terkait.
b. Pengumpulan data kinerja diperoleh
dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.
triwulanan dan setiap
akhir tahun
Persentase cakupan
pengawasan sarana distribusi Obat
dan Makanan
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
5 Jumlah
perkara di bidang obat dan makanan
a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro
justitia berdasarkan hasil gelar kasus. b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan melalui
Korwas PPNS
LAPTAH Balai
dan PUSDIK 2014
Jumlah Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
yang telah diterbitkan
setiap tahun Diukur berdasarkan jumlah
perkara yang ditangani dan telah diterbitkan SPDP
Ya. Indikator
Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM
di Denpasar
=█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂)/█(𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 𝑶𝒃𝒂𝒕@ 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
6 Persentase pemenuhan
sarana prasarana
sesuai standar
a. Standar yang dimaksud adalah standar sarana prasarana kerja dan standar alat laboratorium (sesuai
GLP)b. Pemenuhan sarana dan prasarana kerja dihitung dari
sarana dan prasarana kerja yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
c. Standar Sarana dan Prasarana kerja meliputi standar Luas bangunan, Meubelair, dan Alat Pengolah Data (APD)
d. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja
e. Pemenuhan standar alat laboratorium dihitung dari jumlah dan jenis alat laboratorium utama sesuai Keputusan Kepala BPOM No.04.1.71.07.14.4437 Tahun
2014 tentang Standar Minimal Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM yang
telah ditetapkan untuk masing-masing balai.
Laporan BMN Akhir Tahun dan
LAPTAH PPOMN
a. Untuk pemenuhan sarana prasarana
kerja dari Laporan BMN per SATKER
dari hasil Rekonsiliasi dengan KPKNL
b. Untuk pemenuhan
alat laboratorium dari Laporan
BB/BPOM
Setiap tahuna. Persentase pemenuhan
sarana prasarana kerja (X1)
b. Persentase pemenuhan alat laboratorium (X2)
c. Persentase pemenuhan sarana prasarana balai
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
=█(𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 @𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊)/(𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏) X 100%
=█(𝑨𝒍𝒂𝒕 𝒍𝒂𝒃𝒐𝒓𝒂𝒕𝒐𝒓𝒊𝒖𝒎@𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊)/(𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏) X 100%
=(𝑿𝟏+𝑿𝟐)/
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
7 Jumlah layanan
publik BB/BPOM
a. Layanan publik terdiri dari Layanan informasi, Layanan Sertifikasi, dan layanan pengujian pihak ketiga
b. Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan
frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media
cetak/elektronik.
c. Jenis layanan Informasi antara lain:Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan
masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber,
d. Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi targetnya
frekuensi Untuk tindaklanjut pengaduan targetnya jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti
N/A a. Untuk Layanan Informasi dan
pengaduan dari Laporan Rekapitulasi
Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai
b. Untuk layanan
sertifikasi dari Laporan Rekapitulasi
Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai
Triwulan dan setiap
akhir tahun
Jumlah layanan publik BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar
8 Jumlah
Komunitas yang
diberdayakan
a. Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di
desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar yang diberdayakan Program Pengawasan Obat dan Makanan.
b. Satu desa/sekolah dasar/kelurahan/pasar dihitung
sebagai satu komunitas
c. Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis
terkait.
Ctt: Untuk komunitas pasar:- Target komunitas pasar (Kumulatif) : 2016 (108); 2017
(139) ; 2018 (170); 2019 (201)- Baseline 2013 (62); 2014 (77); 2015 (77)
- Untuk
komunitas pasar dari Laporan
kinerja Dit. Was Produk dan BB
2014 dan Lap. Kin Dit. SPKP Tahun 2014
- Untuk komunitas
pasar dari laporan pelaksanaan
program Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya setiap balai dan Laporan kinerja Dit. Was
Produk dan BB
- Untuk komunitas desa aman dari
Laporan Kinerja Balai dan Dit. SPKP
Triwulan
dan setiap akhir tahun
Dihitung dari jumlah kumulatif
komunitas yang diberdayakan.
Target komunitas kumulatif dari tahun sebelumya.
Ya. Indikator
Sasaran Kegiatan pada Matriks
Renstra BPOM.
BBPOM
di Denpasa
r
TERCANTUM
PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANG
GUNG JAWAB
INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA
(BASELINE 2014)
MEKANISME
PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA
(REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
9 Jumlah dokumen
perencanaan, penganggara
n, dan evaluasi yang dilaporkan
tepat waktu
Dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan dan harus dilaporkan Balai, meliputi dokumen
berikut: - Renstra/review renstra,*)
- Perjanjian Kinerja tahun berjalan (n), - RKAKL/DIPA tahun n+1 - Laporan Kinerja tahun n-1,
- Laporan triwulanan I- Laporan triwulanan II
- Laporan triwulanan III- Laptah tahun n-1,
- Laporan keuangan tahun n-1, - Laporan Keuangan Semester 1 tahun n,
Ket: *) hanya menjadi target pada tahun 2015, 2017, dan 2019
Renstra: 2015
Laporan Kinerja Balai 2014
Laporan Kinerja triwulanan dan setiap
akhir tahun
diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan dan
dilaporkan Balai
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan
pada Matriks Renstra BPOM.
BBPOM di
Denpasar