BAB II
MAKNA DOA
A. Pengertian Doa dan Dasar Hukumnya
Manusia sudah mengenal doa sebelum ia mengenal Tuhannya. Pada waktu
manusia meraba-raba dalam zaman yang gelap gulita, manakah Tuhan yang
sebenarnya, bisa jadi matahari, bulan, bintang, pohon, manusia atau roh-roh.
Manusia sudah mempunyai kebutuhan untuk meminta tolong kepada sesuatu yang
lebih berkuasa dari dirinya, terutama ketika dirinya merasa lemah dan kalah
terhadap sesuatu yang lebih kuat dan berkuasa.
Pada waktu manusia masih sehat dan kuat serta hidup dalam keadaan
menang, segala hasrat tercapai ia tidak memerlukan kekuatan gaib karena
kekuatan lahir sudah cukup baginya. Tetapi apabila sakit, terkena musibah atau
dikalahkan oleh pihak lain, maka semua itu akan ditinjau kembali kekurangannya.
Maka dari situ, manusia akan mencari kekuatan dari luar seperti kekuatan gaib
yang dapat memberikan manfaat serta dapat mengatasi problematika yang
dihadapinya. Kekuatan yang dimaksud berupa matahari sebagai tenaga yang
memberikan kekuatan, pohon yang memberikan kesehatan, dan lain sebagainya
yang dianggap memiliki kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.1
Keyakinan animisme ini mempengaruhi kerohanian manusia berabad-abad
lamanya, sehingga kepada benda-benda itulah akan menjadi persembahan dan
harapan akan limpahan karunia, pertolongan serta terhindar dari malapetaka.2 Hal
ini terjadi karena adanya rasa butuh atau kebutuhan rohani bagi setiap orang.
Penggunaan istilah doa dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani
tersebut, merupakan tindakan perilaku kemanusiaan yang didorong oleh
ketertarikan terhadap sesuatu yang dipercayai adanya keramat padanya. Namun,
setelah munculnya rasa keraguan tehadap apa yang disembahkan itu, mereka akan
berubah pikiran dan mencari tempat persembahan yang lain pula. Hal ini terjadi
secara terus menerus sampai pada mereka yakin akan kebenarannya. Sedangkan
1 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Solo: Ramadhoni, cet.13, 1996), hlm. 241 2 Ibid.
12
13
kebenaran yang sebenarnya tidak terdapat kecuali dalam ajaran para Nabi yang
diutuskan oleh Allah kepada manusia.
Manusia pertama, Nabi Adam as. semenjak beliau dijadikan dan ditiupi
jiwanya, kemudian beliau diajarkan berdoa oleh Tuhannya. Sebagai doa yang
pertamanya ialah "Ya Tuhanku! Tunjukilah daku jalan yang lurus, jalan mereka
yang pernah diperoleh karunia daripada-Mu, bukan jalan mereka yang Engkau
kutuki dan bukan jalan mereka yang sesat!". Sejak itu mulailah digunakan doa
tidak saja Qabil dan Habil, bahkan para Nabi pun berdoa.3
Ajaran Islam banyak memberi contoh dalam berdoa, terutama dalam al-
Qur`an dan sunah Nabi. Semua itu menunjukan pengertian ubudiyah, iman, dan
segala pekerjaan pada asalnya berada di dalam tangan Tuhan.4 Oleh karena itu,
manusia diperintahkan untuk selalu berdoa hanya kepada Allah semata-mata.
Dewasa ini orang memandang sinis terhadap doa, bahkan ada semacam
kata-kata ejekan kepada orang yang gemar membaca doa. Hal ini terjadi karena
mereka yang beranggapan bahwa, orang yang membaca doa itu adalah orang yang
malas, atau bahkan orang yang mengatakan itu belum memahami makna doa yang
sebenarnya.
1. Pengertian Doa
Doa berasal dari bahasa Arab yang akar katanya: عدـا يعدـوعاء د yang artinya: panggilan, mengundang, permintaan, permohonan, doa, dan
sebagainya. 5 Berdoa artinya menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan
kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan. Seruan kepada Allah
SWT itu bisa dalam bentuk ucapan tasbih (Subhanallah), Pujian
(Alhamdulillah), istighfar (astaghfirullah) atau memohon perlindungan
(A`udzubillah), dan sebagainya.6
3 Ibid. hlm. 242 4 Ibid. 5 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, cet. 25, 2002) hlm. 402 6 Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
hlm. 121
14
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy pernah menyingung tentang
pengertian doa menurut Abu Qasim An-Naqsyabandy, yang telah menyatakan
dalam syarah "Al Asma-ul Husna" bahwa, lafaz doa banyak disebutkan dalam
al-Qur`an, dan masing-masing mempunyai makna tertentu.7 Adapun doa secara
etimologi sebagai berikut:
a. Doa dalam makna Ibadah, Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an surat
Yunus ayat 106, yang berbunyi:
إذا من كفإن لتفإن فع كرضال يو كنفعا ال يون الله ممن د عدال تو )106:سورة يونس ( الظالمني
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Yunus [10]: 106)
Lafaz doa diatas, menunjukan makna penyembahan atau ibadah.
Secara esensial ia menunjukan suatu pengetahuan tentang Tuhan
(ma`rifatullah). Yakni, ibadah yang menebus setiap aspek eksistensi
manusia dengan berbagai ritus dan ritual, ia merupakan amalan lahiriyah
yang mengandung makna batiniah dan memungkinkan sang hamba untuk
menjadi seorang yang arif. 8
b. Doa dalam makna al-Isti`adzah (perlindungan), Allah SWT berfirman
dalam al-Qur`an surat al-Jin ayat 6, yang berbunyi:
موهادالجن فز ال منوذون برجعالإنس ي ال منكان رج هأنو )6:سورةاجلن( رهقا
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan". (QS. Al-Jin [72]: 6)
7 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Dzikir dan Doa, Aspek Hukum dan Adab,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. 1, 2003), hlm. 104 8 Amatullah Armstrong, Khazanah Istilah Sufi Kunci Memasuki Dunia Tasawuf,
(Bandung: Mizan Media Utama, cet. 4, 2001), hlm. 105
15
c. Doa dalam makna al-Istianah, (memohon bantuan dan pertolonhan) Allah
SWT berfirman dalam al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 45, yang berbunyi:
اشعنيلى الخة إال عا لكبريهإنالة والصر وبوا بالصعينتاسسورة ( و )45:البقرة
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu", (QS. Al-Baqarah [2]: 45)
d. Doa dalam pengertian Istighfar, Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an
surat Al-Muzzammil ayat 20, yang berbunyi:
) 20: سورة املزمل (ه إن الله غفور رحيم واستغفروا الل"Dan istighfarlah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil [73]: 20)
Istighfar adalah memohon ampun kepada Allah dari perbuatan
dosa dan sebagainya. Ia merupakan bagian penting dari amalan zikir, serta
memiliki visi spiritual, kezuhudan seorang hamba. Memohon ampunan
adalah bagian dari menjadi hamba-hamba yang taat. 9
e. Doa dalam makna al-Sual (permintaan) Allah SWT berfirman dalam al-
Qur`an surat Al-Mukmin ayat 60, yang berbunyi:
وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون اخريند منه60:سورة مؤمن ( ج (
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al-Mukmin [40]: 60)
f. Doa dalam makna percakapan, Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an
surat Yunus ayat 10, yang berbunyi:
الله كانحبا سفيه ماهوعلله د دمأن الح ماهوعد آخرو الما سفيه مهتحيتو م المنيب الع10:سورة يونس (ر (
9 Amatullah Armstrong, op.cit, hlm.124
16
"Doa mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin". (QS. Yunus [10]: 10)
g. Doa dalam makna al-Nida` (memanggil, seruan), Allah SWT berfirman
dalam al-Qur`an surat al-Isra` ayat 52, yang berbunyi:
سورة ( يوم يدعوكم فتستجيبون بحمده وتظنون إن لبثتم إال قليال )52: اإلسراء
"yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja". (QS. Al-Isra [17]: 52)
Al-Nida`, seruan. Allah SWT "menyeru" manusia kepada
kebahagiaan. Manusia menyeru Tuhannya ketika sedang berdoa dan
membutuhkan.10 Doa dalam arti memanggil Allah SWT dalam rangka
mengajukan permohonan kepada-Nya. Begitu penting bagi seorang
Muslim, karena doa merupakan tanda bahwa manusia sebagai hamba yang
sangat membutuhkan terhadap Tuhannya.
h. Doa dalam makna al-Tahmid (memuji), Allah SWT berfiman dalam al-
Qur`an surat Al-Isra ayat 110 yang berbunyi:
رهجال تى ونساء الحماألس وا فلهعدا تا مأي ـنمحوا الرعأو اد وا اللهعقل اد )110 :سورة اإلسراء ( وابتغ بين ذلك سبيالبصالتك وال تخافت بها
"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (QS. Al-Isra [17]: 110)
i. Doa dalam makna Tasymit (ميتشالت) atau (ميتسالت) artinya mendoakan
semoga baik dan diberkati. Yaitu, doa yang disampaikan kepada orang
yang bersin الله كمح ير “semoga Allah mengasihi kamu”. 11
10 Amatullah Armstrong, op.cit, hlm. 214. 11 Moh. Zuhri, dkk., Fiqih Empat Muzhab Jilid III, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1994),
hlm.96
17
Demikianlah kata doa yang ditemukan dalam al-Qur`an dan kitab-kitab
para pakar doa yang memberi pengertian terhadap doa. Selanjutnya, para ahli juga
memberi beberapa makna doa secara terminologi. Banyak dijumpai dalam
berbagai kajian, hal ini terletak pada siapa dan bagaimana ia mendifinisikannya.
Apapun doa secara terminologi adalah sebagai berikut:
1). Anis Masykhur dan Jejen Musfah, dalam bukunya "Doa Ajaran Ilahi"
menyebutkan; doa menurut Al-Thiby adalah melahirkan kehinaan dan
kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tidak berkekuatan kemudian
menyatakan hajat, keperluan, ketundukan kepada Allah SWT. Dalam
pengertian amalan keagamaan, doa dikenal sebagai upaya memanggil Allah
SWT dalam rangka mengajukan permohonan kepada-Nya.12
2). Menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya "Risalah Memahami
Ilmu Tasawuf" menyatakan bahwa; Doa adalah suatu realisasi penghambaan
dan merupakan media komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya, serta
dicurahkan segala isi hati yang paling rahasia. Dengan berdoa, manusia
merasa bertatap muka dengan Khaliknya serta memohon petunjuk maupun
perlindungan. Jadi, doa itu pada prinsipnya merupakan kunci dari segala
kebutuhan hidup di dunia maupun di akhirat.13
3). Menurut Dadang Hawari dalam bukunya "Doa dan Zikir sebagai Pelengkap
Terapi Medis" menyatakan; Doa adalah permohonan yang dimunajatkan
kepada Allah SWT. Maksudnya, suatu amalan dalam bentuk yang diucapkan
secara lisan atau dalam hati yang berisi permohonan kepada Allah SWT.
dengan selalu mengingat nama dan sifat-Nya.14
4). Menurut Umar Hasyim, dalam karyanya "Memahami Seluk-baluk Takdir"
menyatakan; Doa adalah memohon kepada Allah SWT agar tercapai apa yang
dimaksudkan dengan perantaraan mengerjakan segala syarat yang menjadi
sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa adalah takdir Tuhan untuk manusia 15.
12 Anis Masykhur dan Jejen Musfah, Doa Ajaran Ilahi, (Jakarta: Hikmah, 2005), hlm. 3 13 Moh. Saifulloh Al-Aziz S., Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya, Terbit
Bintang, 1998), hlm. 277 14 Dadang Hawari, Doa dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medis, (Jakarta: Dana
Bhakti Primayasa, 1997), hlm.6 15 Umar Hasyim, Memahami Seluk-baluk Takdir, (Solo: CV.Ramadhani, 1992), hlm. 41
18
5). Menurut Abdul Azis Dahlan, dalam Ensklopedi Hukum Islam, menyebutkan;
doa ialah permohonan dan permintaan dari seorang hamba kepada Tuhan
dengan menggunakan lafaz yang dikehendaki dan dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan.16
Pendefinisian tentang doa diatas, secara umum menunjukan pada makna
yang sama antara yang satu dengan yang lain. Sehingga, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a). Doa adalah pernyataan hajat atau keperluan. Melalui, merealisasi
penghambaan dengan melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan
tidak berdaya dan tidak berkekuatan, kemudian mencurahkan segala isi hati
yang paling rahasia kepada Allah SWT.
b). Doa merupakan media komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya. Dengan
demikian, penggunaan lafaz harus sesuai serta dapat memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam berdoa.
c). Berdoa bukanlah hanya memohon, tetapi harus juga berikhtiar sesuai dengan
jalan yang semestinya. Agar tercapai dengan apa yang dimaksud melalui
perantaraan, mengerjakan segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha
tersebut. Doa juga merupakan takdir (ketetanpan) Tuhan, dimana setiap
manusia harus melakukannya.
Selain itu, dalam pengamalan ibadah doa oleh masyarakat dewasa ini
banyak ditemukan peggunaan istilah-istilah berdoa sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai oleh pemohon. Istilah yang dimaksud antara lain adalah:
1). Doa arwah, adalah doa yang dibacakan untuk orang yang telah meninggal.
2). Doa halimunan, merupakan mantra yang dibacakan seseorang agar dirinya
tidak dapat dilihat oleh orang lain.
3). Doa qunut, adalah doa istimewa yang biasanya dibaca pada setiap shalat
subuh dan salat witir (mulai tanggal 16 sampai 30, dalam bulan Ramadhan).
16 Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
Hoeve, 1997), hlm. 276
19
4). Doa pematah lidah, adalah ayat-ayat (mantra) untuk membungkam musuh
atau orang lain, yang dibacakan untuk membentuk sikapnya, agar dapat
berubah sesuai dengan keinginan oleh pemohon.
5). Doa pengasih, jampi-jampi dalam bentuk doa agar orang jatuh cinta.
6). Doa sanjung, suatu ungkapan yang berisi doa dan pujian, biasanya kata-kata
penghargaan terhadap orang yang telah meninggal dunia, dan lain
sebagainya.
7). Doa selamat, suatu tindakan atau permintaan agar terlepas dari bahaya,
bencana, penyakit dan sebagainya kepada Tuhan.17
8). Doa hizib, adalah doa perlindungan dalam bentuk wirid yang dilakukan
dalam ajaran tasawuf, seperti Wirid Samudra oleh Syaikh Abu Hasan Al-
Syadzili.18 Untuk meminta perlindungan kepada Allah dalam segala hal.
9). Doa syifa, adalah bacaan penyembuhan dari penyakit.19 Seperti, mambaca
Asma` al-Husna (nama-nama Allah 99) untuk orang sakit.
10). Doa saifi, doa yang dibacakan secara terus menerus dan berulang-ulang
menurut waktu tertentu yang di alamatkan oleh Allah SWT agar lebih cepat
dikabulkan. Doa saifi termasuk doa magik putih (berkaitan dengan hal-hal
gaib) yang biasanya diamalkan dengan cara berpuasa dan lain sebagainya,
untuk memperolehnya diharuskan melalui berguru kepada ahlinya.20
Dari sekian banyaknya istilah atau jenis-jenis doa yang digunakan dalam
masyarakat luas, tidak semuanya berdoa itu dibenarkan. Karena, terdapat doa-doa
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yakni, tidak memiliki dalil atau
keterangan yang membolehkannya. Maka, untuk berdoa diharuskan memahami
hukumnya serta mengtahui kaedah-kaedah (tata caranya) sebelum melakukannya.
17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: Jakarta, 2001) Edisi III hlm. 271
18 Amatullah Amstrong, op.cit., hlm. 99 19 Syukriadi Sambas, Quantum Doa Agar Doa tidak Terhijab dan Mudah Dikabulkan
oleh Allah, (Jakarta: Hikmah, 2003), cet.I, hlm. 165 20 Doa saifi memiliki macam-macam jenisnya, sepeti; Saifi djulfaqar, yaitu berdoa
apabila dimiliki atau diwiridkan kepada orang yang berwibawa. Saifi mughni, yaitu doa yang dibacakan agar mendapatkan kekayaan secara mendadak. Saifi umum, yaitu doa yang diamalkan agar semua keinginan mudah tercapai. Dan Saifi antazaman, yaitu doa yang dapat meneyelamatkan orang dari pengaruh negatif yang disebabkan pengaruh arus zaman. Lihat, Quantum Doa, Agar Doa tidak Terhijab dan Mudah Dikabulkan oleh Allah, karya Syukriadi Sambas, hlm. 159
20
2. Dasar Hukum Berdoa
Ketetapan hukum berdoa, selain hukum-hukum yang telah ditetapkan
dalam al-Qur`an dan sunah Nabi, cukup menjadi bahasan yang masih kontroversi
antara pakar doa masa kini. Hal ini sulit untuk merincikan mana yang
diperbolehkan dan mana yang tidak. Oleh karena itu, sebaik-baik berdoa adalah
doa yang bersumber dari al-Qur`an, dan menghujamkannya ke dalam kalbu (hati).
Kemudian tingkat selanjutnya adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw,
melalui sunahnya selama bisa dipahami dengan benar, atau bisa juga berdoa
dengan bahasa komunikasi apa pun, yang penting lahir dari keyakinan dan
kecintaan kepada Allah SWT.21 Adapun hukum berdoa yang sudah dijelaskan
dalam al-Qur`an dan Hadis-hadis Nabi, antara lain adalah:
a. Dalil-dalil dari al-Qur`an
1). Dalam al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 55-56, Allah SWT berfirman :
حبال ي هة إنفيخعا ورضت كمبوا رعاد دعض بوا في األرفسدال تو دينتعالم سورة ( .إصالحها وادعوه خوفا وطمعا إن رحمت الله قريب من المحسنني
) 56-55 :األعراف"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-A`raf [7]: 55-56)
2). Dalam al-Qur`an surat Al-Mukmin ayat 60, Allah berfirman :
وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي اخريند منهلون جخدي60: املومن (س(
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina di. (Q.S. Al-Mukmin [40] : 60)
21 Anis Masykhur dan Jejen Musfah, op.cit, hlm. xiv
21
3). Dalam al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 180, Allah berfirman :
أسمآئه ولله األسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في )180:سورة األعراف (سيجزون ما كانوا يعملون
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Q.S. Al-A`raf [7] : 180)
b. Dalil-dalil dari Sunah
Di antara sabda Rasulullah Saw yang bisa dijadikan sebagai landasan
berdoa adalah hadis-hadis Rasulullah sebagai berikut:
1). Suruhan untuk berdoa oleh Rasullah saw kepada umatnya.
أحدكم ربـه حاجته قـا ل رسول اهللا صـلى اهللا علـيه وسلم ليسـأل قطعله إ ذا انعن عأ ل شسسى يـتا حرواه البخا ري( كله(
"hendaklah setiap orang dan kalian memohon segala kebutuhan kepada Tuhan-Nya, sampai ia memohon kepada Tuhan takala tali sandalnya putus, " (HR. Muslim)22.
2). Pentingnya berdoa, hadis yang diriwayatkan oleh Iman Muslim.
)رواه الترمذي ( اءعالدال إاءضق الدر يال Dan tidak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali doa. " (HR. Tirmizi )23
3). Istigfar Nabi saw. dalam sehari semalam.
نة عريرأبي ه ،هناهللا ع ضيـال ر صـلى اهللا علـيه اهللا رسولسمعت: قلمسل وقووم ( : ، يه في اليإلي وبأتاهللا و فرغتاهللا إني ألسو عنيبس من أكثر ) رواه البخا ري ( )مرة
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata : Saya pernah mendengar Rasullah saw. bersabda , "Demi Allah, saya memohon ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari semalam lebih dari 70 kali " (HR. Bukhari ) 24
22 Syirkah Al-Baramij Al-Islamiah Al-Dauliyyah, “CD Mausu`ah Al-Hadis As-Syarif”
Terbitan Kedua Tahun 2000 pada Hadis nomor 3537 Menurut Hitungan Al-Almiyyah. 23 Ibid Nomor: 2065 24 Imam Az-Zaibidi, Ringkasan Shahih Bukhari, (Jakarta: Pusaka Amani, cet.1, 2002),
hlm. 1000
22
4). Contoh doa Rasulullah untuk diberi petunjuk :
صـلى اهللا علـيه ـي ب النعن عبـد اهللا بن مسعود رضي اهللا عنه، عناف، والعف،قى اللهم إنـي أسألك الـهدى، والت:وسلم أنـه كا ن يقول
)رواه مسلم ( نـىغوالDiriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud r.a dari Nabi saw. Bahwa beliau pernah berdoa (yang artinya),"Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian diri dan kekayaan"(HR. Muslim ) 25
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi saw. yang tersebut di atas bahwa
berdoa adalah suatu tugas yang diperintahkan kepada hamba Allah untuk
melaksanakannya. Karena doa itu adalah ibadah.
Dalam suasana moderen dimana kehidupan menuntut cara dan sikap
rasional dalam menghadapi segala persoalan, membuat para ahli bertumpu kepada
argumen-argumen logika. Ini baik, karena akal merupakan asas ma`rifah dan
sebab diturunkannya taklif (kewajiban menjalankan syariat agama).26
Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, mereka sebenarnya
tidak membutuhkan dalil atau argumentasi semacam itu, kecuali bagi orang yang
sombong atau orang-orang yang pendiriannya semata-mata duniawi. Mereka
selalu ingikan alasan-alasan secara logika, fakta dan kenyataan. Untuk itu, perlu
menghadirkan argumentasi dalam bentuk logika sebagaimana di bawah ini:
Pertama, Doa adalah suatu kebutuhan yang mendasar. Bagi manusia,
kebutuhan aspek rohani dapat dilihat dari sisi kepercayaan dan penyembahannya.
Selain penganut agama besar di dunia, terdapat berbagai kepercayaan maupun
penyembahan yang unik, seperti penyembahan terhadap pohon-pohon yang
dianggap keramat dan lain sebagainya. Hal ini didorong oleh rasa butuh, rasa
serba kurang, rasa ingin sesuatu yang lebih baik dan sebagainya. Maka, tindakan
semacam itu termasuk proses awalnya untuk malakukan doa.
Kedua, Melalui hasil pengamatan yang dilakukan oleh yayasan Lourdes,
sebagaimana ditulis Alexis Carrel, ditemukan bahwa: para pelaku kriminal pada
25 Imam Al-Mudziri, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Pusaka Amani, cet.2, 2003),
hlm. 1095. 26 Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, (Solo: Intermedia, 1998),
Jilid. II, hlm. 244
23
umumnya adalah orang-orang yang sama sekali tidak pernah atau jarang-jarang
berdoa. Sebaliknya, orang yang sering berdoa terhindar dari berbuat kriminal,
walaupun kondisi keuangan dan sosial merangsang mereka untuk melakukannya.
Atau setidaknya, orang yang sering berdoa tidak pernah menjadikan tindak
kriminal sebagai profesinya.27 Hal ini menunjukan bahwa doa merupakan
keharusan dalam kehidupan, agar tidak terjadinya tindakan kriminal yang
mengakibatkan kemusnahan moral maupun kerugian harta benda.
Ketiga, Doa merupakan suatu komitmen keagamaan seseorang. Penelitian
membuktikan bahwa: “doa merupakan sejenis obat penawar”, Dr. Dale.
Mattherws (1996) dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat. Mengatakan
dalam pertemuan tahunan "The American Psychiatric Association", antara lain
bahwa “mungkin suatu saat kita para dokter akan menuliskan doa dan dzikir pada
kertas resep, selain resep obat pada pasien”. Selanjutnya, beliau mengatakan
bahwa dari 212 studi yang telah dilakukan oleh para ahli, ternyata 75%
menyatakan bahwa komitmen agama (doa dan dzikir) menunjukan pengaruh
positif pada pasien.28
Berdoa merupakan suatu keharusan, bagi kaum Muslimin berdoa kepada
Allah SWT itu adalah wajib hukumnya, serta mendapat pahala bila berdoa dengan
jujur, ikhlas dan bersungguh-sungguh. Sedangkan doa yang dipanjatkan itu mau
diterima atau tidaknya, ia merupakan urusan Tuhan semata-mata.
Sehubungan dengan hukum berdoa, maka berdoa memiliki aspek hukum
yang dapat ditinjau dari tingkat kepentingannya. Maka, tidak semuanya berdoa itu
hukumnya wajib. Karena, secara definitif, berdoa adalah ibadah dan ungkapan
kebutuhan bagi setiap manusia. Dengan demikian, hukum berdoa dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, antara lain:
1. Hukum Wajib.
Doa yang di artikan ibadah yang wajib seperti shalat-shalat yang fardhu,
dan doa memohon ampunan dari dosa bagi orang yang melakukannya dan lain-
lain, maka wajiblah hukumnya. Sebagaimana perintah berdoa. Berdasarkan
pedoman dari al-Qur`an surat al-Mukmin ayat 60, yang berbunyi:
27 Ali Syariati, Makna Doa, (Jakerta: Pusaka Zahra, 2002), cet. 1, hlm. 27 28 Dadang Hawari, op.cit., hlm.8
24
لكم جبتوني أسعاد كمبقال ر60:سورة مؤمن ( و ( Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Al-Mukmin [40]: 60)
2. Hukum Haram
Sedangkan doa yang tidak ada keterangan dalam al-Qur`an dan hadis,
juga termasuk doa-doa yang dilarang dalam Islam29 seperti doa meminta
kejelekan, meminta bala, doa yang diminta kepada selain Allah dan
sebagainya. Maka, doa semacam itu hukumnya haram. berdasarkan firman
Allah dalam surat Yunus ayat 11, yang berbunyi:
لوو الذين ذرفن ملهأج همإلي ر لقضييم بالخالهجتعاس راس الشللن جل اللهعي )11:سورة يونس (ال يرجون لقاءنا في طغيانهم يعمهون
"Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka".(QS. Yunus[10] : 11)
3. Hukum Sunat
Berdoa hukumnya sunah (mustahab), ini menurut ahli fikih (fuqaha),
ahli hadis (muhaditsin), jumhur ulama (kebanyakan ulama), baik mereka dari
golongan salaf (ulama terdahulu), dan khalaf (ulama mutaakhirin).30
Doa yang dimaksud adalah doa yang mengiringi aktifitas biasa, seperti
doa setelah shalat, doa minta hujan, doa kepada orang yang jauh, doa murah
rizki dan lain-lain yang tidak termasuk dalam ibadah wajib.
Sedangkan angkat tangan dalam berdoa termasuk sunah juga.
Berdasarkan pernyataan Imam Ibn Taimiah yang mengatakan; banyak hadis
yang menerangkan bahawa Nabi saw mengangkat tangannya ketika berdoa
sedangkan menyapu tangan kewajah setelah berdoa, menurut Imam Nawawi
tidak memiliki landasan hukumnya.31
29 Sebagaimana telah ditetapkan oleh para ulama tentang hukum berdoa, dimana hukum yang tidak terdapat dalam Nas-nas Naqli, maka hukumnya akan ditetapkan melalui ijma` ulama.
30 Ahmadi Isa, Doa-doa Pilihan (Lengkap dan Mustajab Bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunah) , (Jakarta : Hikmah, 2006), hlm. 2
31 Syukriadi Sambas, op.cit., hlm. 47
25
4. Hukum Mubah (boleh berdoa dan boleh ditinggalkannya)
Doa yang bersifat tahniah di ucapkan seseorang kepada orang lain yang
berprestasi, baik dalam pekerjaan maupun yang lain, atau doa-doa sanjungan
dan sebagainya yang tidak berlebihan. Disini tidak menjelaskan hukum-hukum secara rinci tentang berdoa. hal
ini disebabkan dalil yang diperoleh sangatlah terbatas serta mengingat masalah
hukum yang secara rinci, lebih kebidang fikih. Dengan demikian cukup
diterangkan kreterianya saja.
B. Hakikat Berdoa
Dalam kehidupan manusia, permasalahan doa bukanlah sesuatu yang
bersifat lengkap sehingga bisa dikesampingkan begitu saja, sungguh tidak
mungkin. Sebab, ia merupakan perkara yang berkaitan dengan kepercayaan.
Bahkan secara fungsional, doa merupakan penentuan nasib hidup manusia yang
paling penting. Doa memiliki kekuatan tersendiri yang dapat mengantarkan
manusia kepada kebahagiaan yang abadi.
Sejalan dengan hal diatas, setiap manusia pada umumnya yang hidup di
dunia ini, akan selalu di hadapkan kepada dua percobaan, yaitu:
1. Manusia akan diuji dengan yang jelek-jelek saja, seperti; sakit-sakitan, rugi
dalam perdagangan, jatuh pangkat, ditimpa musibah dan lain sebagainya.
2. Manusia akan diuji dengan yang baik-baik saja, seperti; badan sehat, istri yang
cantik, anak-anak yang shaleh, diberi harta berlimpah, perdagangan beruntung,
pangkat naik terus dan lain sebagainya.32
Barangkali seseorang apabila mendapat sesuatu yang bersifat jelek, jatuh
sakit misalnya. Maka hatinya kembali mengingatkan Tuhannya serta berdoa agar
kejelekan itu segera berlalu. Akan tetapi, apabila diberi sesuatu yang bersifat baik,
maka ia lupa kepada Tuhannya. Padahal, dalam Islam justru mendapat kebaikan
diharapkan untuk mengingatkan Allah SWT dengan bersyukur, agar tidak
termasuk dalam golongan orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya. Semua
kejelekan maupun kebaikan termasuk dalam kategori ujian Allah atau bisa juga
32 Mawardi Labay El-Sulihani, Zikir dan Do’a dalam Kesibukan, (Jakarta: Al-Mawardi
Prima, , t.th.), hlm. 281-283
26
merupakan pembuktian kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya, agar hamba Allah
bertaqwa dan bersyukur serta berdoa.
Maka bagi orang yang bisa berfikir, adalah sebuah keharusan baginya
untuk merenungkan permasalahan doa, dan mencari ketentraman dengan hakikat
yang sebenarnya. Jangan sampai memohon atau mengharapkan bantuan kepada
yang lain selain Allah SWT secara berlebihan. Karena, jika melampaui batas akan
menjerumuskan kedalam kekufuran dan penyelewengan aqidah. Sebagaimana
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy mengutip perkataan dari Imam Ash-
Shan`any yang berbunyi :
"di antara ucapan yang menyesatkan, ialah berdoa dengan nama-nama Tamilikha, Thamkhisya, Tamsyamisya, Syamkhisya dan dengan nama-nama Ashhabul Kahfi (aulia tujuh). Demikian juga berdoa dengan nama-nama yang tidak dikenal pengertiannya. Karena, berdoa dengan nama-nama tersebut, adalah perbuatan orang yang dangkal pengertiannya tentang kitab Allah dan sunah Nabi, serta menyesatkan kaum yang awam." 33
Pada hakikatnya, doa merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah
SWT melalui cara yang benar dan sesuai dengan petunjuk Nabi. Sebagai
konsekuensinya, orang yang bendoa akan merasakan akhlaknya semakin bernilai
serta akan tercapai perasaan tenang, sebagaimana yang dirasakan oleh Rasulullah
saw. seketika pulang dari Tha`if dalam keadaan terluka, akibat dari perlakuan
penduduk Tha`if. Dengan berdoa, hati beliau menjadi sejuk dan damai.34
Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa, dengan berdoa seseorang dapat
merasakan keakraban yang lebih mendalam dengan Tuhannya, yang kemudian
akan berpengaruh sekali dalam menumbuhkan rasa ketentraman dan kedamaian
yang luar biasa. Selain itu, doa merupakan program seorang Muslim atau sebuah
target yang harus dicapai. Dengan demikian, ia akan selalu mempunyai
perencanaan dan langkah-langkah sebagaimana dirangkai dalam doanya. 35
Jadi, salah besar jika ada pendapat yang mengatakan bahwa berdoa itu
merupakan sikap orang yang lemah, yang bodoh, dan tidak tahu mana jalan yang
harus dilalui atau merupakan suatu upacara yang boleh dikerjakan atau boleh
33 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Dzikir dan Doa, Aspek Hukum dan Adab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2003), cet.1, hlm.109
34 Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2003), hlm. 118-119
35 Anis Masykhur dan Jejen Musfah, op. cit., hlm. xiii
27
ditinggalkan. Doa kemudian di kambing hitamkan sebagai pelarian apabila
mengalami kegagalan. Pendapat tersebut menunjukan bahwa orang yang
mengatakannya tidak mengerti atau belum memahami makna doa yang
sebenarnya, sehingga belum pernah merasakan hikmah dalam berdoa.
Sejalan dengan hal diatas, Ali Syariati menjelaskan sebagaimana pesan
yang disampaikan oleh Alexis Carrel tentang pentingnya berdoa, pesan itu adalah:
"Pengabaian terhadap doa dan tata caranya adalah pertanda kehancuran suatu bangsa. Masyarakat yang mengabaikan ibadah (baca doa kepada Allah) adalah masyarakat yang berada diambang kemunduran dan kehancuran. Roma adalah bangsa yang agung. Namun, secepat mereka meninggalkan ibadah berdoa, secepat itu pula kehinaan dan kelemahan menimpa mereka".36
Betapa pentingnya aspek doa bagi seseorang atau suatu bangsa, tidak
terkecuali siapa dia, yang penting harus selalu berdoa serta jadikan doa sebagai
pusaka yang tururn temurun sampai pada generasi kegenerasi berikutnya. Agar
segala aktifitas dapat terjaga serta terhindar dari kehancuran bangsa.
Oleh karena itu, masalah doa bukanlah sesuatu yang bersifat permintaan
semata-semata, tetapi lebih cenderung menjaminkan kebaikan dalam kehidupan
secara menyeluruh, baik di dunia maupun di akhirat. Karena, ia memiliki berbagai
teori kebatinan serta langkah-langkah penerapannya dalam persoalan hidup dan
kehidupan. Yakni, pesoalan seputar hakikat doa sebagaimana berikut ini:
1. Kunci rahasia ke-Tuhanan
Doa merupakan pendekatan yang memiliki makna "kasyaf" (terbuka
tabir rahasia) Illahi. Dalam ilmu tarekat (perjalanan menuju kebahagiaan disisi
Allah), terdapat kunci-kunci rahasia ke-Tuhanan yaitu berzikir, beristighfar,
shalat dan berdoa. Semua itu merupakan jalan yang telah dilalui oleh para salik
(ahli dalam tarekat) untuk menjadi Waliyullah (kekasih Allah).37
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut, manusia
haruslah melakukan amalan doa yang menjadi kunci untuk membuka rahasia
Tuhan. Karena, apabila pintu rahasia ke-Tuhanan sudah terbuka, berarti sudah
menjadi kekasih Allah. Atau dengan kata lain, seseorang sudah dijamin
36 Ali Syariati, op.cit, hlm.27 37 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm.114
28
kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat dengan kebahagiaan yang
sebenarnya.
2. Melahirkan cinta
Cinta kasih adalah roh kehidupan dan pilar bagi lestarinya umat
manusia. Seandainya, cinta dan kasih sayang itu telah berpengaruh dalam
kehidupan, maka manusia tidak lagi memerlukan keadilan dan undang-
undang.38 Karena, undang-undang dibuat hanya untuk mengatur manusia,
kalaulah semua manusia itu sendiri memilki kejiwaan yang damai, pasti tidak
adanya masalah lagi.
Doa adalah cara melahirkan cinta, karena cinta hakiki hanya ada pada
Allah SWT, yang tidak dapat ditembuskan dengan akal manusia. Sebagaimana
pernyataan Carrel yang ditulis oleh Ali Syari`ati, berbunyi; doa dan munajat
merupakan cerminan cinta dan pantulan hasrat spiritual kepada manusia.39
Dengan demikian, manusia yang paling sempurna adalah dia yang paling butuh
dan dahaga akan Wujud.40 Allah berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Imron ayat
31, yang berbunyi:
غفور اللهو كموبذن لكم فرغيو الله كمببحوني يبعفات ون اللهحبت مقل إن كنت حيم31:سورة آل عمران (ر(
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Imran [3]: 31)
Maka dari itu, seorang Muslim diharuskan jiwanya diliputi oleh
perasaan cinta kasih kepada Allah SWT sebagai buah dari keimanan kepada-
Nya, melalui berdoa sebanyak-banyaknya. Itulah yang menjadi pemandu bagi
manusia untuk memasuki syurga.
38 Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2003), cet.
6, hlm. 150 39 Ali Syariati, op.cit, hlm. 31 40 Ali Syariati, op.cit, hlm. 32
29
3. Hikmah dalam epistimologi doa
Hikmah dalam istilah epistimologi doa adalah ilmu yang mempelajari
tentang proses pengsucian jiwa dari kotoran yang didorong oleh nafsu syahwat.
Dalam kaitan hikmah dan doa disini menunjukan bahwa proses berdoa
merupakan pendekatan diri dengan kehadirat Allah SWT. serta melibatkan
keharusan adanya unsur-unsur sebagai berikut :
a). Al-zajmu, keyakinan dan keimanan yang mendalam kepada Allah SWT. b). Al-Kitman, menyembunyikan amal baik dengan tidak memamerkan atau
menjaga diri dari unsur riya. c). Al-Mutsabarah, ketekunan, keuletan dan kesungguhan. d). Al-Taqwa, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya . e). Jihad al-nafs, mengendalikan diri, raga dan rasa agar sesuai dengan
tuntutan syara`. f). Tidak menganggap hina atau enteng terhadap doa, serta berupaya
semaksimal mungkin dalam mempelajari pengetahuan tentangnya. g). Memilih pemberian bantuan terhadap orang lain dengan tolak ukur
berdasarkan ketentuan syara`. h). Memelihara dan menjaga waktu dalam amal ibadah. i). Harus berijazah pada guru-guru yang mursyid (pembimbing keruhaniah). j). Memelihara kesucian dimensi watak waktu hubungannya dengan kriteria
kesucian peruntukannya.41
4. Psikologi doa
Berdoa merupakan salah satu aspek penting dalam mengekspresikan
makna kehidupan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan adanya sisi
psikologis dalam prilaku berdoa serta pengamatan lebih mendalam tentang
hasrat bagi orang yang berdoa agar doanya dikabulkan. Itu jelas positif, karena
ia memiliki pengaruh terhadap munculnya kesadaran yang akan mendorong
kepada kehidupan yang lebih bermakna.
Para psikolog lebih tertarik dengan nilai-nilai sebagai reaksi dari
kesadaran daripada yang lain. Yakni, lebih ditujukan kepada perubahan
perilaku kemanusiaan. Sejalan dengan itu, ajaran tasawuf juga memberi makna
demikian, tetapi lebih besar faidah dan ruang lingkupnya. Ini terdampak jelas
bagi orang yang berdoa yang senantiasa membersihkan diri (takhalli) dan
menghiasi dengan sikap-sikap yang mulia (tahalli) serta menyatukan dengan
41 Syukriadi Sambas, op.cit., hlm. 59-60
30
Ilahi (tajalli). Jadi, dengan berdoa membuat mental makin kuat, makin cerdas
dan meluapkan kesucian dari dalam bagi orang yang selalu berdoa.
Lebih jauh lagi, ada praktek doa dalam bentuk doa tuntunan (doa
petisioner dalam pandangan psikologis). Dimana hampir setiap agama
mengadakan praktek doa tersebut. seperti agama Islam, Budha, Kristen dan
lain-lain. Yang pada intinya adalah doa bersama untuk kepentingan bersama
dan biasanya disertai dengan sikap mental kepasrahan. Dalam Islam disebut
tawakal. Maka hasilnya bukanlah terpenuhinya doa itu secara rinci melainkan
hilangnya ketegangan yang timbul dari keyakinan bahwa persoalan yang
diungkapkan dalam doa itu diserahkan kepada Tuhan.42
Selanjutnya dalam psikologi berdoa secara umum pelaku akan
memperoleh :
a). Pemahaman tentang makna kehidupan dan kesadaran batiniyah.
b). Memahami segala bentuk pengalaman serta memahami realitas yang ada.
c). Sikap filosofis spritual.
d). Memiliki konsep keberagamaan yang jelas dan mandiri.
Hal ini disebabkan karena, ketika berdoa seseorang akan merenung
disertai berzikir, merasakan kehadiran Tuhannya, merasakan ketenangan dan
keheningan jiwa, serta bersemangat, kemudian bertindak sesuai arah yang akan
dicapai. Semakin tinggi daya usahanya semakin terasa nikmat yang akan
didapatkan bagi setiap orang yang melakukannya.
5. Karakteristik Doa
Setidaknya ada tiga karakteristik doa menurut Ali Syariati, yaitu:
a). Doa merupakan percakapan dan dialog dengan Allah. Di dalamnya,
terdapat sifat-sifat, kedudukan dan Zat Tuhan serta hubungannya dengan
makhluk, terutama manusia.
b). Iradat atau kehendak Ilahi yang meluap di dalamnya. Iradat ini bukanlah
berasal dari hasrat dan kebutuhan material yang dapat di saksikan oleh
manusia. Tetapi, ia merupakan sesuatu yang berasal dari perangai-perangai
42 Robert Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
hlm. 169
31
yang terpuji dan keutamaan-keutamaan yang mulia.43 secara kontekstual
ungkapan di dalam doa diuntaikan dengan bahasa yang terpuji yang sesuai
dengan kehendak Ilahi belaka, dari situlah munculnya perubahan dalam
diri pendoa menuju sesuatu yang lebih baik.
c). Sari pati ideologis. Ia salah satu reflek kehendak, dan bukan permintaan
belaka.44 Melainkan deklarasi hasrat, gelora, identitas dan pandangan
hidup. Reaksi pendoa merupakan gambaran jati diri yang sesungguhnya.
6. Doa dan mekanismenya
Doa adalah manifestasi roh, ia tidak mengurungkan diri pada realisme
dalam objek impiris atau pelecehan eksistansial. Di dalamnya ada kebutuhan
imaterial dan tidak dapat digenggam dan diperoleh lewat materi-materi.
Namun doa merupakan proses transendensi juga dapat dijangkau.45
Doa harusnya berakar dari kekuatan, kesinambungan, dan keikhlasan.
Demikian pula, ia harus berasal dari kata hati yang spontan dan bergairah Doa
juga hendaknya mempunyai intensitas (kekhusyukan), sehingga doa tidak
seperti halnya untaian kalimat yang mempermainkan Tuhan, dengan
melantunkan di lidah dan melupakannya di kalbu.46
Maksudnya, kekhusyukan dalam berdoa sangat menentukan
keberhasilannya, melalui konsentrasi kepada semua kekuatan yang dimiliki
ketika berdoa. Bukanlah sebagaimana menghadiri majlis pengkaderan sambil
memanjatkan doa dengan bermimpi-mimpi ingin mendapat tiga pahala
sekaligus. Yakni, telinga mendengarkan ceramah, lidah berzikir dan kedua
mata membaca ayat-ayat al-Qur`an secara bersamaan.
Prinsip intensitas (khusyuk) dalam berdoa tidak demikian, melainkan
upaya menyatukan fikiran dan hati, serta optimis. Dengan merendahkan diri
dan terasa akan kehadiran Tuhan dan memuji serta mengakui segala sesuatu
yang telah dilakukan sebelumnya, kamudian memohon dengan segala
kekurangan Allah SWT, Tuhan yang Maha Memberi.
43 Ali Syariati, op.cit, hlm. 50 44 Ibid, hlm. 51 45 Ibid, hlm. 46 46 Ibid, hlm.28
32
7. Hubungan doa, qodha dan qodhar
Taqdir Tuhan memang tidak bisa diubah, karena hidup manusia sudah
digariskan dalam catatan-Nya sejak zaman azali (sebelum manusia dilahirkan
ke dunia). Sementara manusia hanya di tempatkan pada kekuatan berusaha.
Ibadah doa yang merupakan pengakuan terhadap kebesaran Allah dan
memperteguhkan keimananan terhadap semua taqdir itu adalah dari Ilahi.47
Dengan kuatnya kualitas dan kuantitas usaha yang diantaranya dengan
berdoa, maka eksekusi dari ketetapan Tuhan (taqdir) itu bisa diubah, kalaupun
tidak berubah, cukuplah dikurangi. Seperti halnya seorang hakim yang sudah
menjatuhkan putusan hukuman mati pada seorang terpidana, ia tidak bisa
merubah keputusan tersebut. Akan tetapi, karena usaha terpidana menunjukkan
etika yang baik atau rajin memohon amnesti dari pemerintah, maka bisa jadi
pelaksanaan hukumannya bisa dikurangi.
Berkata Al Ghazali "walaupun doa tidak dapat menolak qadla Tuhan,
tetapi ia melahirkan khudlu` (kerendahan) dan hajat kepada Allah. Apalagi bila
diingat bahwa, menolak bala dengan doa termasuk dalam qadla Allah Jua".48
8. Doa dan ikhtiar
Doa merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Seorang hamba
tidak diperbolehkan memohon sesuatu yang jauh dari jangkauannya, yaitu
sesuatu yang sangat mustahil untuk bisa dicapai berdasarkan akal yang sehat.
Namun demikian, sesuatu keinginan yang mungkin bisa dicapaipun, tidak
boleh hanya mengandalkan doa saja, tetapi harus berusaha untuk mencari illiat
(sebab) yang akan meluruskan keinginannya tersebut. Sebab, seorang hamba
harus memiliki persepsi bahwa doa merupakan ikhtiar spirirtual dan motifasi
untuk tercapainya tujuan.49 Dalam al-Qur`an surat Ar-Ra`du ayat 11, Allah
berfirman:
دروءا فال مم سبقو الله ادإذا أرو فسهما بأنوا ميرغى يتم حا بقوم يرغال ي إن الله )11:سورة ألرعد ( له وما لهم من دونه من وال
47 Moenir Manaf, Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung: Angkasa, 1991), cet.10, hlm. 96-97 48 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Zikir dan Doa, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2000), cet. 1, hlm.101 49 Ali Syariati, op.cit, hlm. 20
33
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia" (QS. Ar-Ra`du [13]: 11).
Islam mengajarkan usha tidak boleh terlepas dari doa, demikian pula
sebaliknya. Karena hanya Allah-lah yang bisa membuat hambanya sampai
pada tujuan dan cita-cita. Untuk itu, wajib meminta kepada-Nya. 50
Sejalan dengan itu, setidaknya ada dua hal yang harus dipegang oleh
sekalian hamba-hamba Allah. Pertama, yakinilah bahwa Allah SWT. tidak
akan menzalimi hamba-Nya. Kedua, tugas hamba-Nya di dunia adalah berdoa
dan berikhtiar. Setelah itu, serahkan kepada Allah SWT. Karena, setelah
berikhtiar apapun yang terjadi, itulah yang terbaik.
9. Doa dan wasilah
Al-Mani telah meriwayatkan dalam sebuah hadis, yang menyatakan
bahwa; Umat zaman dahulu senantiasa menggatungkan doa kepada Nabi,
kemudian Nabi tersebut yang berdoa kepada Allah SWT., sementara umat
sekarang diberi keistimewaan untuk berdoa langsung kepada Allah SWT.51
Hasbi As-Shiddieqie menyatakan; para Nabi, para Rasul dan para
sahabat senantiasa berdoa secara langsung kepada Allah SWT, tanpa memakai
suatu perantara atau wasilah (orang ketiga yang mengetahui urusan). Oleh
karena itu menurutnya; tidak sesuai dengan aturan berdoa jika memakai
perantaraan.52 Maka dari itu, seorang hamba hendaklah berdoa secara langsung
kepada Allah SWT dan tidak dibolehkan memakai wasilah (perantaraan),
apalagi jika memakai perantara orang yang sudah meninggal atau benda-benda
yang dianggap memiliki kekuatan di dalamnya.
Sedangkan, menurut sebagian para ulama dibolehkan untuk
menggunakan wasilah dengan orang yang masih hidup atau dengan amal
shaleh. Contohnya, Umar berkata "Ya Allah! kami terlebih dahulu memohon
50 M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2003), hlm. 286 51 Syukriadi Sambas, op.cit., hlm.22 52 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Zikir, op. cit., hlm.100
34
kepada Rasullah saw. untuk memohon kepadamu supaya turun hujan".53 Hal ini
menunjukan bahwa berdoa dengan menggunakan "Tawasul" dibolehkan
asalkan perantaraan itu para Nabi dan orang-orang suci.
Wasilah dalam berdoa ini termasuk problematika berdoa yang
kontroversial dikalangan para pakar doa.
10. Doa sebagai perisai (pelindung)
Manusia harus memiliki pelindung, pelindung dari godaan setan yang
terkutuk. Dalam setiap detik yang terlewat, manusia dihantam oleh godaan dan
cobaan. Setan selalu menganggu manusia dan tidak pernah ridho(membiarkan)
selama manusia tidak mengikuti jalan mereka. Kalau bumi memiliki pelindung
berupa atmosfer, maka pelindung manusia dari setan adalah ruhani yang
kokoh. Ruhani yang kokoh muncul dari kedekatan hubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Semakin dekat hubungan seorang manusia dengan Allah,
semakin kuatlah perlindungannya dari godaan setan.
Oleh karena itu, tidak heran kalau orang yang beriman yaitu orang yang
dekat dengan Allah, selalu memiliki tingkat imunitas yang tinggi terhadap
godaan setan, mereka selalu terjaga, sehingga wajar kalau Allah dekat dengan
mereka. Kalau Allah sudah dekat dengan hambanya, maka Ia akan memberi
perlindungan-Nya dan akan dimudahkan segala urusannya, serta diberikan
kekuatan untuk mampu menahan beban kehidupan. Dan yang lebih utama lagi
akan mendapat balasan dari Allah berupa surga-Nya.
Lebih tepat lagi, dalam Insklopedi Islam karya Abdul Azis Dahlan yang
menjelaskan pernyataan Hasbi Ash-Shiddeiqy, bahwa doa adalah perisai,
senjata penangkis dari bencana, dan ibarat air yang dapat memberi menyejukan
kehidupan.54
11. Doa dan pengabulannya
Allah mengambulkan doa sesuai permintaan, terkadang di tunda dan
terkadang juga digantikan dengan memberi keselamatan, atau dikabulkan
53 Abu Dzar al-Qalamuni, Kembali ke Allah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
cet.1, hlm. 93 54 Abdul Azis Dahlan (ed.), op. cit., hlm. 278
35
dengan memberikan syurga di akhirat nanti. Itulah yang dimaksudkan dengan
pengabulan doa. berdasarkan firman Allah SWT. dalam surat Ali`Imron ayat
195, yang berbunyi:
من فاستجاب لهم ربهم أني ال أضيع عمل عامل منكم من ذكر أو أنثى بعضكمبعض فالذين هاجروا وأخرجوا من ديارهم وأوذوا في سبيلي وقاتلوا وقتلوا ألكفرن عنهم سيئاتهم وألدخلنهم جنات تجري من تحتها األنهار ثوابا من عند
عند اللهاب الله والثو نسح 195: سورة آل عمران (ه( "Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali 'Imran [3]: 195)
Selanjutnya, banyak doa-doa yang dinyatakan terkabul seperti yang
dijelaskan dalam dalil Al-Qur`an dan Hadis Nabi. Antara lain:
a. Doa para Nabi dikabulkan b. Doa orang-orang beriman dikabulkan. c. Doa seseorang yang tidak berburu-buru. d. Doa orang yang mengahafalkan Asma ul-husna. e. Doa diwaktu tertentu sepertimana waktu-waktu mustajabnya doa. f. Doa orang dalam kesulitan g. Doa orang yang tertindas, sekalipun ia tidak beriman kepada Allah. h. Doa orang tua yang dianiaya anaknya yang tidak taat. i. Doa anak yang berbakti kepada orang tua. j. Doa pemimpin dan hakim yang adil. k. Doa para musafir l. Doa orang Islam kepada saudara Muslimnya yang jauh. m. Doa orang yang berpuasa n. Doa orang yang bertaubat o. Doa orang Islam sepanjang mereka tidak berdoa untuk perbuatan dosa
atau untuk memutus persahabatan dan keluarga.55
Terdapat berberapa karakter yang mengakibatkan doa tidak terkabul.
Hal ini telah disampaikan oleh Anis Masykhur dalam karyanya “Doa Ajaran
55 Abu Dzar al-Qalamuni, op. cit., hlm. 99
36
Ilahi”, ia menyebutkan sebuah kisah tentang pertanyaan penduduk Basrah
terhadap Ibrahim ibn ‘Adham, seputar masalah doa. Sehingga Ibrahim ibn
‘Adham menyebutkan bahwa; ada sepuluh macam karakter yang
mengakibatkan doa tidak diterima. Yaitu :
a). Tidak menjalankan (kewajiban) perintah Allah, dan melanggar perintah-Nya.
b). Orang yang membaca al-Quran tapi belum mau mengamalkannya. c). Mencintai Rasulallah, tapi meninggalkan sunahnya. d). Mengakui Syaithan musuh besar tetapi mengikutinya. e). Memohon dijauhkan dari neraka, tetapi malah suka melakukan perkara
yang berdosa. f). Memohon agar dimasukan kesyurga, tetapi tidak beramal soleh. g). Percaya tentang kematian, tetapi tidak mempersiapkan diri menujunya. h). Sibuk dengan aib orang lain, tetapi lupa aib diri sendiri. i). Tidak mensyukuri nikmat Allah. j). Mengikuti penguburan mayat, tetapi tidak pernah mengambil i`tibar
(pelajaran) darinya.56
12. Doa-doa yang terlarang
Terdapat doa-doa yang dilarang oleh agama Islam. Maksudnya, Islam
melarang berdoa agar dicelakakan oleh Allah, atau dibinasakan, baik mengenai
harta maupun yang lainnya.57 hal ini tidak diperbolehkan memohon atau
mengamalkannya. Karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun
doa-doa yang dilarang adalah sebagai berikut:
a. Memohon kepada yang lain selain Allah. b. Doa yang memakai wasilah (menurut sebagian ulama`) c. Doa yang tidak memiliki dalil-dalil dalam Al-Qur`an dan Sunah (doa
membawa kufur). d. Larangan berdoa minta penyiksaan di dunia maupun di akhirat. e. Larangan berdoa kematian f. Doa dengan perasaan pesimis g. Doa untuk kejelekan, sama ada kepada diri sendiri atau kepada orang lain
atau doa yang dapat merugikan sesama kaum muslimin. 58
C. Sumber dan Tatacara Berdoa
1. Sumber Doa
Sebenarnya doa dapat diperoleh dari mana saja, dari siapa saja. tetapi,
perlu diperhatikan bahwa doa-doa yang bersumber pada sesuatu yang tidak
56 Anis Masykhur dan Jejen Musfah, op. cit., hlm. 9 57 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Doa, op. cit., hlm.112 58 Ibid, hlm.100
37
jelas bukanlah doa dalam Islam. Apalagi doa yang berbau khurafat dan hantu-
hantu, tentunya dilarang oleh ajaran Islam.
Untuk memperoleh doa-doa yang layak serta mustajab. Maka, harus
kembali kepada sumber ajaran Islam itu sendiri. Adapun sumber doa menurut
ajaran Islam adalah sebagai berikut:
a. Doa yang bersumber dari al-Qur’an dan redaksinya langsung diajarkan
oleh Allah. Contohnya doa minta ampun Nabi Adam sebagaimana dalam
al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 23:
اسرينالخ من نكونا لننمحرتا ولن فرغت إن لما ونا أنفسنا ظلمنبقاال ر )23: سورة األعراف(
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A`raf [7]: 23)
b. Doa yang bersumber dari warisan para Nabi sepanjang zaman yang sudah
menyebar dan sudah menjadi “urf sharfain” (tata laku Nabi). Seperti :
نيا حسنة وفي اال خرة حسـنـة وقـنا عذاب النارللـهم اتنا في الدا
"Ya Allah, Berikan kepada kami, kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari siksa neraka " (HR. Muslim)59
c. Doa yang bersumber dari hasil ijtihad yang substansinya diturunkan dari
rujukan dari al-Qur`an dan Sunah Nabawiyah. Semua teks-teks doanya
diturunkan dari semangat al-Hadis (As-Sunah) berdasarkan ilham. Wujud
teksnya biasanya berupa shalawat dan doa memohon keselamatan dan
terhindar dari kemudaratan.
d. Doa yang bersumber dari ilham melalui kalangan Muqarrabin (hamba-
hamba yang dekat dengan Tuhannya) atau para ahli sufi yang dikenal
dengan istilah metode al-barzakhi (pembentukkan dinding).
e. Doa yang bersumber dari ta`lim antara ruh dengan ruh para Nabi melalui
ta`bir mimpi (ru`ya shalihah) seperti diceritakan oleh Sulaiman al-
59 Imam Al-Mudziri, op. cit., hlm. 1096
38
Nabhani dalam "Af`al al-Shalawat". Menurutnya, ada seorang ulama
mimpi bertemu dengan Nabi, dan Nabi mengajarkan shalawat.
f. Para sufi memiliki keyakinan bahwa cara mendapatkan doa adalah dengan
riyadah yang ditujukan untuk memperkecilkan unsur nasut (tabiat
insaniah) dan memperbesr unsur lahut (tabiat ruhaniah Ilahiah). 60
2. Tata Cara Berdoa
Bila memerlukan pertolongan kepada sesama manusia diharuskan
mengetahui bagaimana cara untuk memperlakukannya terhadap seseorang
yang akan diminta, agar dapat memenuhi segala syarat-syaratnya, mudah-
mudahan dengan kemurahan dan keterbukaan hatinya, akan memberi
tertolongnya. Tetapi bila semua persyaratan sudah dipenuhi, masih saja belum
ada pertolongan dari orang yang diminta. Maka, jangan bersedih atau kecil
hati. Sebab, diperkenankan atau tidak itu adalah hak asasinya.
Demikian juga terhadap Allah SWT yang mempunyai segala-galanya.
Walaupun sudah dipenuhi semua syarat-syarat doa, diberi atau tidak janganlah
ada rasa kecewa, atau derhaka kepada-Nya. Sekalipun menurut pandangan
kaum Muslim, Allah SWT. akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Dengan
demikian, diharapkan dapat memahami dan mengikuti ketentuan dan etika
berdoa serta memperlakukan sebagai hamba yang baik.
Pertama, Ketentuan doa yang harus dipahami sebelum berdoa.
1). Mengtahui dan mengikuti semua syarat-syarat serta adab dalam berdoa, termasuk juga menjauhi perkara yang mengakibatkan tertolaknya doa.
2). Mengabulkan doa secara langsung (diterima sesuai dengan permintaan) dan ada pula doanya ditunda dalam kurun waktu tertentu, selama masih hidup di dunia ini.
3). Doa akan diterima nanti di akhirat sebagai simpanan. 4). Akan dihindarkan dari sesuatu kejahatan sebagai imbalan dari doanya.61 5). Doa harus di iringi dengan kelayakan ikhtiar, pekerjaan, dan pemikiran.
Untuk keperluan hidup yang seharusnya ada, bukan meminta sesuatu yang mustahil atau yang jelek, bukan pula suatau keperluan yang mengada-ngadakan. 62
60 Syukriadi Sambas, op.cit., hlm. 35-38 61 Zanal Arifin Djamaris, op. cit., hlm. 14 62 Ali Syariati, op. cit, hlm. 48
39
6). Berdoa dapat dilakukan sendiri-sendiri atau dapat juga dilakukan bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam. Imam mengucapkan lafaz-lafaz yang mengandung doa sementara yang lainnya mengucapkan "amin" yang artinya kabulkanlah permohonan kami.63
Kedua, Syarat-syarat berdoa
Dalam persiapan untuk memulai berdoa, seseorang hendaknya
mengikuti langkah-langkah sebagaimana berikut ini:
1). Jauhkan makanan, minuman, dan pakaian yang haram. 2). Berdoa hendaknya langsung kepada Allah SWT. tanpa menggunakan
wasilah (perantaraan). 3). Bersuci dari hadas kecil dan hadas besar, serta berwudhu`. 4). Memilih waktu, tempat yang baik dan mulia, serta menghadap ke Kiblat. 5). Mendirikan shalat dua rekaat sebelum berdoa. 6). Bertasbih kepada Allah, menyebut (memuji) Allah pada permulaan doa.
Sekurang-kurang; ب العلله ر دمالح المني serta bersalawat atas Nabinya.
7). Menjauhkan diri dari segala macam yang dilarang dalam Islam.64 Dalam hal ini, Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy menambahkan
bahwa syarat dalam berdoa hendaklah bertaubat sebelum berdoa.65 Hal ini
dimaksudkan untuk menyucikan batin dari kotoran-kotoran rohani. Labiz juga
menambahkan bahwa orang yang berdoa harus menunjukkan kejujuran dan
keikhlasan dengan segenap potensi, cinta, keguncangan dan kelembutan diri-
nya mengharapkan sesuatu serta bertakwa kepada Allah.66
Ketiga, Etika dalam berdoa.
Setelah memenuhi syarat-syarat tersebut, selanjutnya harus
memperhatikan etika atau adab berdoa. Imam Al-Ghazali telah memberi
penjelasan tentang adab-adab berdoa di dalam kitabnya, Ihya’ Ulumuddin,67
secara garis besar dapat dirangkum sebagai berikut:
1). Mengawali dan mengakhiri doa dengan puji-pujian kepada Allah, dan shalawat atas Nabi. Imam Nawawy berkata: “Seyogianya doa itu dimulai dengan kalimat tahmid (pujian) dan disudahi dengan kalimat tahmid juga”.
63 Ketentuan ini antara lain dijelaska oleh Imam Ad-Dimasnasyqi dalam Kitabnya
Mauizahy Al- Mu’minin. Lihat, Abdul Azis Dahlan (ed.), op. cit., hlm.279 64 Labiz MZ, op.cit., hlm.11-12 65 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Doa, op. cit., hlm. 117 66 Labiz MZ, Koleksi Doa-doa Para Shalihin, (Gresik: CV. Bintang Pelajar, 1988),
hlm.11-12 67 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Doa, op. cit., hlm. 116
40
2). Dilakukan dalam keadaan yang khusus, seperti ketika sujud (dalam salat), berhadapan dengan musuh, ketika hujan dan lain-lain.
3). Gunalah bahasa Arab, jika tidak bisa maka gunalah bahasa yang mudah dipahami.
4). Membaca doa dengan penuh harapan dan optimis. Kokoh kepercayaan akan diperkenankan Allah SWT dan tidak merasa gelisah jika doa belum atau tidak dikabulkan oleh-Nya.
5). Doa itu dibaca dengan jelas dan berulang-ulang tiga kali, Dalam hal ini, dianjurkan juga agar merendahkan suara dan dilakukan dengan khusyu`.
6). Berdoa untuk diri sendiri, untuk kedua orang tua (ibu dan bapak) 7). Susunan doa hendaklah sederhana, sopan dan tepat mengenai sesuatu yang
diminta serta tidak bertele-tele (tidak jelas dalam permohonan). 8). Lebih diutamakan menggunakan doa yang diajarkan dalam al-Qur`an,
lebih-lebih lagi ketika menghadapi musuh. 9). Berdoa dianjurkan untuk mengangkat kedua belah tangan dan ditutup
dengan menyapukan kedua belah telapak tangannya diakhir doa.68
Dalam hal ini, Labiz menambahkan tentang etika dalam berdoa
bahwa hendaklah mengetahui makna dan maksud doa yang dipanjatkan.69
Waryono Abdul Ghafur, juga menambahkan bahwa hendaklah tegas dalam
berdoa. Misalnya tidak boleh berdoa dengan: "ya Allah ampunilah dosa-
dosaku, kalau Engkau mau".70 Sedangkan Syukriadi Sambas juga
menambahkan dalam etika berdoa bahwa; kerjakan perbuatan yang baik,
seperti dalam cerita tiga orang yang terperangkap diantara bebatuan. Salah
seorang dari mereka mendoa kepada Allah SWT. serta mengerjakan
kebaikan. Inilah yang menyebabkan mereka mendapatkan pertolongan. 71
Keempat, Tempat-tempat Mustajab untuk Berdoa
1). Ketika melihat atau berada di dalam Ka`bah dan Masjid Rasulullah saw. 2). Di tempat dan ketika melakukan tawaf. 3). Di sisi Multazam. 4). Di sisi sumur Zamzam 5). Di belakang makam Ibrahim 6). Di atas bukit Sofar dan Bukit Marwah. 7). Di Arafah, di Muzdalifah, di Mina, dan di sisiJamarat yang tiga. 8). Di tempat-tempat yang mulia lainnya, seperti masjid, dan tempat-tempat
peribadatan Islam lainnya. 72
68 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 108 69 Labiz MZ, op.cit., hlm. 11-12 70 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, (Yogyakarta, eLSAQ Press, 2005), hlm. 216 71 Abu Dzar al-Qalamuni, op. cit., hlm. 85 72 Syukriadi Sambas, op. cit., hlm. 46
41
Sebenarnya berdoa dapat dilakukan dimana saja, asalkan bersungguh-
sungguh serta dapat memenuhi segala syarat-syarat berdoa.
Kelima, Waktu-waktu mustajab untuk berdoa
Berdoa dapat dilakukan kapan saja. Akan tetapi para ulama kemudian
memilih waktu-waktu yang baik untuk membaca doa. Adapun waktu yang
tepat untuk berdoa adalah sebagamana berikut:
1). Lailatul qadr (malam lailatul qadr di dalam bulan puasa). 2). Ketika adzan dan iqomat, juga sesudahnya. 3). Ketika akan memulai shalat dan sesudahnya. 4). Antara waktu zuhur dengan asar dan antara asar dengan maghrib. 5). Ketika it`tidal yang terakhir dan ketika sujud dalam salat 6). Di bulan Ramadhan. 7). Di hadapan ka’bah, di hari arafah yakni tanggal 9 Dzulhijjah
(perhitungan menunrut tahun Hijrah dalam Islam). 8). Di pertengahan atau sepertiga akhir malam, setelah melakukan salat
malam (qiyamullail) atau wirid (zikir). 9). Ketika Turun hujan. 10). Sesudah membaca al-Qur`an dan ketika khatamnya (tamat) 30 juz. 11). Sepanjang hari jumat, karena mengharap berusha dengan saat ijabah
(saat diperkenankan doa) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam mata hari pada hari jumat itu.
12). Ketika mendengar ayam jantan berkokok. 13). Ketika minum air zamzam. 14). Ketika menutup mata orang yang meninggal 15). Ketika kaum muslimin menderita. 16). Ketika kaum Muslim bersama-sama berdoa dan berzikir. 17). Ketika menghadapi musuh dalam medan peperangan. 18). Ketika menjalankan jihad, saat berperang. (perjuangan menegakkan
agama Allah). 19). Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas sehari-hari.73
D. Fungsi Doa
Fungsi doa, meliputi prihal kedudukan dan manfaat dari perbuatan doa.
Umumnya menjadi sebuah harapan bagi orang yang berdoa itu sendiri. Sebab,
dengan memahami fungsi doa akan memberikan motifasi serta kegemaran
terhadap seseorang untuk berdoa. Karena, dalam kegiatan apapun orang akan
melihat sisi kelebihan dan kekurangnya, apabila berdoa itu hanya ada manfaatnya
73 Ahmadi Isa, op. cit., hlm. 11-13
42
saja dan sama sekali tidak merugikan. Maka disitulah munculnya keinginan untuk
melakukan amalan doa.
Doa berkedudukan sebagai suatu rangka dari rangkaian Iman dan Islam.
Karena ia memiliki nilai ibadah yang akan menentukan keselamatan dalam
kehidupan di dunia serta memberi tempat yang baik di akhirat kelak. Oleh itu, doa
dinyatakan sebagai jalan yang menghasilkan apa yang dicita-citakan. Jalan
kebahagiaan yang hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang mengenal Allah,
mencintai-Nya, dan menghambakan diri kepada-Nya. Sekaligus doa adalah
sumber kelezatan bagi orang-orang yang beriman.74
Maka dari itu, doa merupaka suatu amalan yang pasti serta harus
dilakukan. Bagi kaum Muslimin yang beriman, tidak boleh melalaikan doa
sebagaimana tidak boleh melalaikan shalat, puasa, zakat dan sebagainya.
Berdoa memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi-fungsi amalan
lainnya, karena ia meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, dimana mau atau
tidak manusia tetap harus berdoa, apalagi segala aktifitas manusia dapat disertai
dengan berdoa, agar aktifitas tersebut mendapat hasil yang baik dan maksimal.
Adapun fungsi doa yang dimaksud antara lain adalah:
1. Doa sebagai Ibadah.
Sudah dipastikan bahwa manusia membutuhkan rangkaian ibadah.
Islam memiliki landasan hukum yang tepat untuk beribadah. Maka, doa
termasuk ibadah yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Doa sebagai sarana ekspresi (mampu memberikan gagasan dan perasaan baik)
Doa adalah amalan para Nabi dan orang shaleh, mereka memohon
perlindungan kepada Allah ketika menhadapi persoalan yang amat berat,
ketika dilanda duka nestapa yang tidak tertahankan, ketika mengharap
kemenangan yang tidak kunjung datang dan sebagainya.75 Maka apabila
seseorang berdoa, ia akan merasa lapang dalam pikirannya, karena sudah
melaporkan segala yang dihadapinya kepada Tuhan. Dengan demikan, ketika
pikiran lapang, segala potensinya di dalam dirinya dapat tewujud.
74 Fuad Effendy, op. cit., hlm. 10 75 Fuad Effendy, op. cit., hlm. 10-11
43
3. Doa sebagai pangalaman kognisi.
Perasaan resah gelisah, risau dan kelabu, sering menyerang manusia.
Kadang bercampur dengan rasa takut dan cemas, sehingga manusia tidak
mampu menghadapi dan mengatasinya. Terasa dirinya ditimbun oleh
tumpukan kesulitan. Keadaan ini akan mempengaruhi kesehatan jasmani
sehingga dalam melakukan aktifitas dampak tidak membaik, bahkan mungkin
dapat meyerang kesehatan rohani, lebih jauh juga dapat mengganggu
hubungan sosialnya.76
Maka, untuk mengatasi persoalan diatas, hendaklah berdoa. Karena,
doa dapat penangkal ketakutan. Ia bisa membuat hati yang resah manjadi
tenang serta dapat mengembalikan kepercayaan diri sendiri yang lebih besar.
Apalagi bila berdoa dilakukan oleh orang yang imannya kuat, dengan berdoa
itu dia yakin benar bahwa Tuhan itu selalu dan pasti menyelamatkan orang-
orang yang percaya dan beriman kepada-Nya.77
4. Berdoa sebagai alat komunikasi.
Berdoa adalah berkomunikasi dengan Allah SWT, memanjakan sesuatu
harapan dan mengadukan nasib diri kehadirat-Nya.78 orang yang berdoa akan
merasa bahwa dia dihadapan Tuhannya, apapun yang dikatakan tentunya
didengarkan oleh Tuhannya. Hal ini disebut “merasakan kehadiran Tuhan”
5. Doa sebagai solusi terhadap problematika sosial.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya manusia dihadapkan dengan
berbagai problematika, munculnya peristiwa anarkis, perjudian, perampokan,
dan lain sebagainya. Bagi orang yang melakukannya mungkin karena jiwanya
didesak oleh perasaan gelisah, takut, ingin kaya, ingin berkuasa dan ingin serba
adil dalam interaksi sesamanya. Hal ini dapat terjadi karena mereka masih
kurang dalam kesadaran beragama, kesadaran bersosial, juga kesadaran
76 Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Ruhama, 1994), hlm. 20 77 Anggoro Suprapto, "Doa Sebagai Penangkal Ketakutan" Anda, Nomor. 54, Mei 1981,
hlm. 30 78 Moenir Manaf, H., Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 96-97
44
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sehingga, dalam pendekatan Ilahiyah
masih minim dan jiwa mereka masih diselimuti oleh perkara duniawi semata.
Doa sebagai proses solusi terhadap problem kehidupan baik spritual
maupun material,79 dengan mengajak dan memberi kesadaran untuk memahami
makna kehidupan bermasyarakat serta mengenal titik kelemahan sebagai
manusia yang membutuhkan. Selain itu, dengan berdoa akan merasa dirinya
menjadi seorang Muslim yang baik serta kejiwaan yang tidak menginginkan
sesuatu yang jahat terjadi.
6. Doa sebagai sarana penyembuhan dan pengobatan (kuratif)
Pentingnya agama (doa) dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan
Organisasi Kesehatan se-Dunia (1984) yang menyatakan bahwa aspek spiritual
(keruhanian, agama) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan
seutuhnya. Yaitu, sehat yang meliputi fisik, psikologik, sosial dan spritual (bio-
psiko-sosio-spiritual).80
7. Doa sebagai pembinaan (konstruktif)
Doa mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat
hidup. Atau dengan kata lain, doa mempunyai fungsi kuratif, preventif dan
konstruktif bagi kesehetan mental. Pembinaan melalui doa adalah mengendali
pusat gerak spritual yang merupakan refleksi lahir melalui zikir dan doa.81 juga
mengembalikan hati nurani kepada zikrullah supaya menjadikan hati tetap
hadir kepada-Nya. Sehingga dapat menenangkan perasaan dan menenteramkan
jiwa maupun mental untuk perkembangan kearah yang optimisme.82
8. Doa sebagai pencegahan (preventif)
Ilmuan D.B. Larson dan kawan-kawan (1992), dalam penelitiannya
sebagaimana termuat dalam "Religious Commitment and Health" (APA, 1992),
menyatakan antara lain bahwa; komitmen agama (doa) amat penting dalam
pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan
79 Syukriadi Sambas, op. cit., hlm. 24 80 Dadang Hawari, op. cit., hlm. 1-2 81 Syukriadi Sambas, op. cit., hlm. 25 82 Moenir Manaf, op. cip., hlm. 96-97
45
seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.83 Doa juga memberi manfaat
pencegahan terhadap kegoncangan kejiwaan dan penyembuhan stres.84
Demikianlah fungsi doa dalam konteks Islami, yang begitu
istimewanya nilai-nilai yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Jadi, pembicaraan tentang doa bukanlah sesuatu yang menutupi realitas
kehidupan, justru ia mendukung agar orang yang berdoa memiliki kekuatan
serta mempunyai nilai-nilai di mata masyarakat, sekaligus mendapat pahala
dari Allah. Dan orang yang melakukannya harus memahami bahwa dalam
pandangan Islam doa berada pada peringkat setelah tugas dan daya upaya yang
sudah dilakukan secara terus menerus dan sabar.
83 Dadang Hawari, Prof. Dr. dr., Psikiater, op.cit., hlm. 3 84 Zakiah Daradjat, Prof.Dr., op. cit., hlm. 102