Download - BAB II (done)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Umum
2.1.1. Pengertian Sirup
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak
mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau
pembawa yang wangi harum. Sirup bukan obat dimaksudkan
sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang
ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep secara
mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat,
yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat (1).
2.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sirup
Sirup merupakan sediaan yang menyenangkan untuk
pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak
enak. Sirup-sirup terutama efektif dalam pemberian obat untuk
anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan
keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat.
Kenyataan bahwa sirup-sirup mengandung sedikit alkohol atau
tidak, menambah kesenangan diantara orang tua. Selain itu sirup
bersifat stabil dan resisten terhadap mikroorganisme. Adapun
3
4
kandungan gula yang cukup tinggi pada sirup dapat mencegah
pertumbuhan bakteri.
Sedangkan kerugian dari sirup yaitu apabila sirup ditelan,
hanya sebagian obat yang larut benar-benar kontak dengan ujung
pengecap. Di samping itu, apabila sirup disimpan dalam keadaan
yang dingin, maka sebagian sukrosa dapat mengkristal dari
larutan (1).
2.1.3. Komponen Sirup
Sebagian besar sirup mengandung komponen-komponen
berikut disamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada
seperti gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan
untuk memberi rasa manis dan kental, pengawet antimikroba,
pembau, dan pewarna. Juga banyak sirup yang mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan
stabilisator.
1. Gula
Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam
sirup, walaupun dalam keadaan khusus dapat diganti
seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti
dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin, dan propilen
glikol.
5
2. Pengawet Antimikroba
Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup
terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan
banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan
aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai beberapa bahan
formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.
Pengawet-pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet
sirup adalah asam benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,1-
0,2 %) dan berbagai campuran metil, propil dan butil paraben
(total ± 0,1 %).
3. Pemberi Rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa
buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti
minyak-minyak menguap (contoh minyak jeruk), vanili dan
lain-lainnya. Untuk membuat sirup yang sedap rasanya karena
sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai
kelarutan dalam air yang cukup.
4. Pemberi warna
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan
zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang
digunakan (misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk
rasa coklat dan sebagainya).
6
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak
bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warnanya stabil
pada kisaran pH tertentu (1).
2.1.4. Pembuatan sirup
Sirup paling sering dibuat dengan satu dari empat cara umum,
tergantung pada sifat kimia dan fisika bahan-bahan. Dinyatakan
secara luas, cara-cara ini yaitu pembuatan larutan dari bahan-bahan
dengan bantuan panas, pembuatan larutan dari bahan-bahan dengan
pengadukan tanpa penggunaan panas, penambahan sukrosa pada
cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa, dan
dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa.
Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibuat dengan lebih dari
satu cara diatas (1).
2.1.5. Teknologi pembuatan
1. Sirup sederhana
Untuk membuat sirup, sakarosa dilarutkan dalam air,
dalam sari jamu atau dalam sari buah, atau bahan obat atau
sediaan obat dilarutkan atau dicampurkan di dalam sirup
sederhana. Sakarosa umumnya dilarutkan di dalam cairan
panas sambil diaduk. Dengan demikian akan terjadi pelarutan
gula secara cepat dan sebagaian besar mikroorganisme
dibasmi. Selanjutnya dilakukan penjernihan cairan melalui
koagulasi komponen koloidal. Larutan dipertahankan tetap
7
mendidih selama 120 detik lalu dibebaskan dari busa dan
disempurnakan dengan air mendidih sampai jumlah massa
yang diinginkan. Pembatasan waktu pendidihan selama 120
detik dibutuhkan, oleh karena pada jangka waktu pendidihan
yang lebih panjang banyak diantaranya yang berubah menjadi
gula invert. Invertasi gula pada saat pemanasan terjadi
khususnya pada harga pH < 7. Sirup yang masih panas
akhirnya diisikan ke dalam wadah yang kapasitasnya sesuai
kebutuhan, steril, kering.
Wadah-wadah yang penuh terisi segera ditutup dan
setelah didinginkan, dikocok. Seluruh tindakan ini diperlukan,
untuk menghindari serangan sekunder mikroorganisme. Oleh
karena selama pendinginan akan terjadi tetesan air kondensasi
pada bagian teratas dari wadah, yang akan mengencerkan
lapisan teratas dari sirup sehingga memberi peluang
pertumbuhan mikroorganisme, maka pengocokan setelah
pendinginan merupakan suatu tindakan penting dalam rangka
meningkatkan stabilitasnya.
Sejauh sirup tidak merupakan suspensi, haruslah tampak
jernih. Jika setelah pembuatannya tidak dihasilkan sirup yang
jernih, maka cairan yang masih panas diperas melalui kain lena
atau flannel, akan tetapi jika perlu disaring. Pada penyaringan
dinilai telah memadai jika menggunakan kertas saring spesial
8
(untuk penyaringan sirup) dan untuk mencegah koyaknya
ujung saringan diletakkan sebuah kerucut saringan perselen ke
dalam corong. Pada dasarnya penyaringan dimaksudkan untuk
menghindari kristalisasi gula sehingga dilakukan dengan
corong air panas. Sirup sebaiknya disimpan dalam kondisi
dingin. Penyimpanan yang lebih lama, lambat laun
menyebabkan inverse sakarosa.
Pada sirup non ofisinel daya tahannya sering kali
ditinggikan melalui penambahan alcohol atau bahan pengawet
(umumnya ester parahidroksiasam benzoate). Sirup diperboleh
kan menunjukkan warna kuning lemah yang disebabkan oleh
panas. Sirup yang diperoleh dengan cara dingin menggunakan
alat pencampur, tidak berwarna, demikian juga yang diperoleh
melalui perkolasi.
Dengan cara pembuatan seperti yang diuraikan di atas
dihasilkan sirup sederhana, sirupus simplex. Sirup ini dapat
digunakan sebagai korigensia rasa dan sekaligus basis sirup
untuk sirup lainnya (9).
2. Sirup dengan sari simplisia
Sirup dengan sari simplisia dibuat melalui cara yang
berbeda-beda. Sari simplisia diperoleh melalui maserasi atau
perkolasi dengan menggunakan air, anggur atau campuran
alcohol-air. Ke dalam sari tersebut sejumlah gula yang
9
diperlukan tadi dilarutkan. Dengan memasaknya akan terjadi
penjernihan lebih lanjut, oleh karena koloid yang berasal dari
material tumbuhan akan terflokulasi (sirup althaea, sirup adas).
Pada beberapa sediaan, tindakan ini ternyata menyebabkan
kehilangan bahan aktif, oleh karena itu akan lebih memuaskan
bila pembuatannya dilakukan dengan cara dingin dimana sari
simplisia yang dibuat secara dingin (tinktur, ekstrak cair)
dicampurkan dengan sirupus simplex (9).
3. Sirup dengan sari buah
Pada pembuatan sirup dengan sari buah, prinsip kerja
yang diuraikan tadi, tidak dapat diikuti. Dari buah-buahan
segar misalnya buah kersen, buah prambors, buah kismis, buah
elder, mula-mula dibuat sari perasannya.
Buah molekulnya dan tingkat pengesterannya. Pectin ini
sangat menyulitkan pengolahan lanjut dari bubur buah yang
diperoleh. Pectin dan asam pectan juga menjadi penyebab
pembentukan jel dari sari buah, berikatan dengan ion alkali
tanah atau gula dan asam tumbuhan yang terdapat. Gelasi yang
terjadi dapat menyulitkan atau menghambat pemisahan air dari
daging buahnya melalui jalan penyaringan. Pemasakannya
dengan sirup, atas dasar alasan yang disebutkan tadi,
menyebabkan gelasi yang terjadi bahkan semakin kuat. Oleh
karena itu, sari tersebut dibiarkan jernih dengan sendirinya.
10
Dalam hal ini ikatan metilester dalam pectin diputuskan
oleh pektinesterase yang terdapat dalam buah-buahan, asam
bebasnya dengan ion kalsium berubah menjadi kalsium pektat
yang akan memisah akibat sifat ketidaklarutannya dalam air.
Endapan ini sulit dipisahkan melalui cara penyaringan. Akan
tetapi pektinesterase tidak menyerang ikatan 1,4 dalam
molekul pectin. Untuk memutuskan ikatan glikosidik ini secara
hidrolitik. Digunakan pektinglikosidase, yang tidak terdapat
dalam buah-buahan. Enzim ini akan mengkatalisa perusakan
pectin dan asam pektat menjadi komponen-komponennya,
yakni ester metil asam galakturonat dan asam galkturonat.
Dengan demikian viskositas sari buah sangat menurun
sehingga memudahkan penyaringannya. Preparat enzim misal
nya pektinase, bisa mengandung pektinesterase maupun pektin
glikosidase. Menurut metode pembuatan dalam beberapa
farmakope perusakannya terjadi melalui pektinase atau melalui
penambahan ragi atau gula. Kompleks enzim dari ragi juga
bekerja merusak pectin melalui proses fermentasi, menghasil
kan senyawa larut air dan sekaligus mencegah pembiakan
mikroorganisme yang tidak dikehendaki, khususnya bakteri
asam cuka.
11
Sebagai bilangan identifikasi fisika untuk sirup digunakan
indeks bias. Selanjutnya diuji terhadap gula invert dan
berkurangnya pengotoran (9).
2.1.6. Spiritus obat
Spiritus obat dalam waktu lampau khususnya yang beridentitas
“spiritus aromatis” mempunyai peran yang menonjol. Spiritus obat
adalah larutan alkoholik (air alkoholik) dari minyak atsiri atau juga
sediaan, yang diperoleh melalui penyulingan serpihan bagian
tumbuhan atau jamu (spiritus jenever, spiritus lavendel, spiritus
balsam, spiritus kompositum, spiritus angelika kompositum).
Identitas spiritus obat ternyata luas cakupannya dan tidak hanya
terbatas pada sediaan yang mengandung minyak atsiri. Dibawah
pengertian spiritus obat termasuk juga campuran dari air, eter, dan
etanol (spiritus eter) atau larutan air-etanolik dari kamfer (spiritus
kamfer). Pada penggunaan campuran etanol dan air, akan
menguntungkan jika mula mula bahan obat yang larut lebih mudah
dalam bagian etanol atau yang larut lebih baik dalam air, kemudian
baru dicampurkan (9).
2.1.7. Minyak obat
Minyak obat adalah larutan yang mengandung sejumlah besar
minyak lemak atau cairan yang sejenis, sari atau suspensi bahan
obat. Minyak obat bisa digunakan untuk pemakaian dalam maupun
luar. Sebagai contoh untuk minyak obat dengan bahan obat
12
tersuspensi adalah minyak seng oksida, untuk bahan obat terlarut
minyak kamfer dan untuk bahan obat yang diperoleh melalui sari
adalah minyak hyoscyami. Sebagai bahan pembawa obat menurut
aturannya adalah minyak lemak, malam cair atau paraffin cair (9).
2.1.8. Air aromatis
Air aromatis adalah larutan larutan minyak atsiri di dalam air.
Sejak abad pertengahan air aromatis menjadi bagian dari kumpulan
peraturan dan farmakope. Pada hakekatnya air aromatis digunakan
sebagai korigensia rasa, akan tetapi juga untuk kerja ajuvan
penolong yang lemah. Air aromatic dari permen, kamomila, yarraw
dan thimi digunakan sebagai bahan pembersih luka, dan dalam
bentuk kompres untuk infekasi penyakit kulit melalui kerja
antibakterialnya dan sebagai deodorant.
Pembuatannya berlangsung melalui penyulingan uap air dari
bagian tumbuhan segar atau simplisia kering, yang disirami dengan
air dan dipanaskan sampai mendidih atau dialirkan uap air melalui
atau menembus material tumbuhan.
Air aromatis setelah dibuat harus menunjukkan bau dan rasa
minyak yang jelas, harus tidak berwarna dan setelah pembuatannya
harus jernih. Selama penyimpanannya air aromatis dapat
mengalami proses penuaan (kekeruhan). Kekeruhan yang terjadi
tidak boleh lebih kuat dari contoh pembanding yang digunakan.
13
Air aromatis disimpan terlindung dari cahaya. Penyimpanannya
dalam botol kecil dan terisi penuh akan sangat mengurangi proses
oksidasi dan pendamaran dalam air aromatis, yang menyebabkan
terjadinya perubahan rasa dan bau yang kuat (9).
2.1.9. Pengertian Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa
untuk menambah kelezatan. Eliksir terbagi dua, yaitu eliksir obat
dan eliksir bukan obat. Eliksir obat digunakan untuk keuntungan
pengobatan dari zat obat yang ada. Sedangkan eliksir bukan obat
digunakan dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi
penambah zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak,
dan pengencer eliksir obat yang ada (1).
2.1.10. Keuntungan dan Kerugian Eliksir
Karena merupakan larutan hidroalkohol, eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam
air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena
stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,
karena dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup.
Sedangkan apabila dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya
kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula
yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup
dalam menutupi rasa senyawa obat (1).
14
2.1.11. Pembuatan Eliksir
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan
pengadukan dan atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan-
bahan cair. Komponen yang larut dalam alkohol dan dalam air
umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air yang
dimurnikan berturut-turut. Kemudian larutan air ditambahkan ke
larutan alkohol, dan sebaliknya untuk mempertahankan kekuatan
alkohol yang setinggi mungkin sehingga pemisahan yang minimal
dari komponen yang larut dalam alkohol terjadi.
Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat sesuai
dengan volume pelarut atau pembawa tertentu. Adapun adanya
gliserin, sirup, sorbitol dan propilen glikol dalam eliksir umumnya
memberi andil pada efek pelarut dari pembawa hidroalkohol,
membantu kelarutan zat terlarut, dan meningkatkan kestabilan
sediaan. Akan tetapi, adanya bahan-bahan ini menambah
kekentalan eliksir dan memperlambat kecapatan penyaringan (1).
15
2.2. Uraian Bahan
a) Sirup
OBH (Sumber : Formularium Nasional edisi kedua, hal 25)
Komposisi OBH :
- Glycirrhizae Succus 10 gr
- Ammonii Chloridum 6 gr
- Ammoniae Anisi Spiritus 6 gr
- Aqua Destilata hingga 300 mL
- Glycirrhizae Succus (Sumber : FI edisi III, hal 276)
Nama resmi : Glycirrhizae Succus
Nama lain : Extrak akar manis, Glycyrhiza, glabra,
succus liquiritae
Rumus molekul : -
Berat molekul : -
Rumus struktur : -
Pemerian : Batang berbentuk silinder atau bongkah
besar, licin, agak mengkilap, hitam
coklat tua atau serbuk berwarna coklat:
bau lemah khas, rasa manis khas
Kelarutan : Zat larut dalam etanol tidak kurang dari
75 % mL air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai zat tambahan
16
Kegunaan : Untuk meredakan batuk dan gejala flu
seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan bersin-bersin
- Ammonii Chloridum (Sumber : FI edisi IV, hal 94)
Nama resmi : Ammonii Cloridum
Nama lain : Amonium klorida
Rumus molekul : NH4Cl
Berat molekul : 53,49
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk
hablur halus atau kasar, berwarna putih;
rasa asin dan dingin; higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam
gliserin dan lebih mudah larut dalam air
mendidih; sedikit larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Ekspektoran
Kegunaan : Mencegah batuk dan pilek
17
- Ammoniae Anisi Spiritus (Sumber : Formularium Nasional
hal 325)
Nama resmi : Amoniae annisi spritus
Nama lain : Spritus ammonia adasmaniss
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas,
menusuk kuat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ditempat
sejuk
Khasiat : Ekspetoran
Kegunaan : Mencegah batuk dan pilek dan sebagai
zat tambahan
Komposisi Ammoniae Anisi Spiritus (Sumber : Formularium
Nasional, hal 325)
Oleum annisi 4 gram
Aetahnolum 90 % 70 gram
Ammoniac liquidum 21 gram
Oleum annisi (Sumber : FI Edisi III, hal 451)
Nama resmi : Oleum anisi
Nama lain : Minyak adas manis
Pemerian : Tidak berwarna atau warna kuning
pucat, bau menyerupai buahnya , rasa
manis dan aromatic, menghablur jika
didinginkan
18
Kelarutan : Larut dalam etanol dalam 2 bagian
etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi
penuh, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Zat tambahan
Aethanolum 90 % (Sumber : FI edisi III, hal 65)
Nama resmi : Ethanolum
Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak ; bau
khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam Eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya, ditempat sejuk jauh dari
nyala api
19
Khasiat : Sebagai zat bakterisid dan fungisid
Kegunaan : Sebagai zat pelarut dan tambahan,
juga dapat membunuh kuman serta
dapat mematikan dan menghambat
pertumbuhan jamur
Amoniae liquidum (Sumber : FI Edisi III, hal 86)
Nama resmi : Amoniae liquidia
Nama lain : Amonia encer
Rumus molekul : NH3
Berat molekul : 18
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau
khas
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat
sejuk
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Aqua Destilata (Sumber : FI edisi III, hal 96)
Nama resmi : Aqua Destilata
Nama lain : Air Suling
Rumus molekul : H2O
20
Berat molekul : 18,02
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna , tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena
secara umumnya air merupakan pelarut
dan pembanding suatu larutan
Stabilitas : Stabil di udara
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
DMP (Sumber : FI edisi III, hal 206 )
Nama lain : Dextramitorphani Hydrobromidium
Rumus molekul : Dekstrometorfan Hidrobromida
Berat molekul : C18H25NU.HBr.H2O
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa
pahit
21
Kelarutan : Larut dalam 60 bagian air dan dalam 10
bagian etanol 95 % P disertai pemisahan
air, praktis tdak larut dalam air, praktis
tidak larut dalam eter P
Inkompabilitas : Obat-obat inhibitor MAO
Obat-obat selektif re-uptake serotonin
Obat-obat depresan SSP, psikotropika
Alkohol
Stabilitas : Pada suhu lebih dari 4000C akan lebih
mudah terdegradasi, lebih mudah terurai
dengan adanya udara dari luar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai antitusif
Kegunaan : Sebagai obat batuk tidak berdahak atau
yang menimbulkan rasa sakit
b) Eliksir
Acetaminophen (Sumber : FI Edisi III, hal 37)
Nama resmi : Acetaminophenum
Nama lain : Acetaminophen, Paracetamol,
Paracetamolum, Hydroxyacetanilida
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
OH
NHCOCH3
22
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95 %) P; dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian glycerol P,
dan dalam 9 bagian propilenglikol P;
larut dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas : Pada suhu lebih dari 4000C akan lebih
mudah terdegradasi, lebih mudah terurai
dengan adanya udara dari luar dan
adanya cahaya, pH jauh dari rentang pH
optimum akan menyebabkan zat
terdegradasi karena terjadi hidrolisis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung
dari cahaya
Khasiat : Analgetik dan antipiretik
Kegunaan : Menghilangkan rasa sakit dan
mengembalikan suhu tubuh
23
Glycerolum (Sumber : FI Edisi III hal 271, Martindale hal 283)
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol, Gliserin, Optim, Glycerol
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92.09
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan seperti sirup jernih; tidak
berwarna; tidak berbau; manis diikuti
rasa hangat. Higroskopik jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah
membentuk masa hablur tidak melebur
hingga suhu mencapai kurang 200C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan
etanol (95 %) P; praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P dalam
minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Kegunaan : Pelarut, pengawet
24
Propilenglikol (Sumber : FI edisi III, hal 567 )
Nama resmi : Propilenglicolum
Nama lain : Propilenglikol, Metal Etylene Glycol,
Propylene Glycol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,09
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
rasa khas, praktis tdak berbau, menyerap
air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan aseton
dengan kloroform; larut dalam eter dan
dalam beberapa minyak esensial; tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Sebagai pelarut
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
25
Aethanolum 90% (Sumber : FI edisi III, hal 65)
Nama resmi : Ethanolum
Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih , mudah
menguap dan mudah bergerak ; bau khas
rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam Eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya, di tempat sejuk jauh dari
nyala api
Khasiat : Sebagai bakterisid dan fungisid
Kegunaan : Sebagai zat pelarut dan zat tambahan.
juga dapat membunuh kuman zat
sebagai zat kimia yang dapat mematikan
dan menghambat pertumbuhan jamur
26
Sirup simplex (Sumber : FI Edisi III, hal 574)
Nama resmi : Sirupus Simplex
Nama lain : Sirup gula, sirup simpleks, larutan gula
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat
sejuk
Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pemanis)
Komposisi sirup simplex (Sumber : FI Edisi III, hal 574)
- Sukrosa 65 gram
- Metil paraben 0,25 gram
- Aqua destilata 35 mL
- Sukrosa (Sumber : FI edisi VI, hal 762)
Nama resmi : Sucrosum
Nama lain : Sakarosa, Gula tebu, Cane Sugar,
saccharum
Rumus molekul : C12H22O12
Berat molekul : 342,30
Rumus struktur :
27
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, masa
hablur atau berbentuk kubus atau serbuk
hablur putih. Tidak berbau rasa manis,
larutannya netral pada lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih
mudah larut dalam air mendidih, sukar
larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan eter
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pemanis)
- Metil paraben (Sumber : FI edisi III, hal 376)
Nama resmi : Methylis Parabenum
Nama lain : Metil paraben nipagin M
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 153,15
Rumus struktur :
28
Pemerian : Serbuk hablur, halus, putih, hampir
tidak berbau, tida mempunyai ras, agak
membakar, diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3.5 bagian
etanol 95 % P dan dalam 3 bagian
aseton P, mudah larut dalam eter P. Dan
dalam bagian larutan alkali hidroksida,
larut dalam 60 bagian gliserol, panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika di dinginkan larutan
tetap jernih
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai zat tambahan
Kegunaan : Sebagai zat pengawat
- Aqua destilata (Sumber : FI edisi III, hal 96)
Nama resmi : Aqua Destilata
Nama lain : Air Suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
29
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena
secara umum air merupakan pelarut dan
pembanding suatu larutan
Stabilitas : Stabil di udara
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai zat tambahan (pelarut)
Orange oil ( Sumber : FI III, hal 455 )
Nama resmi : Oleum citri
Nama lain : Minyak jeruk
Rumus molekul : C10H16O
Berat molekul : 152
Rumus struktur :
30
Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak
pahit
Kelarutan : Larut dalam 12 bagian volume etanol
90 % P, larutan agak berpolalesensi
dapat bercampur dengan etanol mutlak P
Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh dan tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk
Khasiat : Antisikitis
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.3. Perhitungan Dosis
2.3.1. Sirup
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III hal 966, untuk anak-
anak yang berusia 12 tahun, dosis lazim dextromethorphani
hidrobromidum (DMP) untuk pemakaian sehari 15-30 mg.
Menurut Formularium Nasional Edisi II komposisi yang
terkandung dalam OBH yaitu :
- Glycirrhizae succus 10 g
- Amoniae choridum 6 g
- Amoniae anisi spiritus 6 g
- Aqua destillata hingga 300 ml
31
Dari uraian diatas, amonii chloridum yang diketahui dosis
lazim dan dosis maksimum yaitu :
Amonii chloridum DL = 0,5 g – 1 g / 2g – 4 g
DM = -- / 10 g
Dalam 200 mL OBH mengandung NH4Cl sebanyak
200 ml300 ml
x 6 g=4 g
Dalam 1 sendok teh = 5 mL mengandung NH4Cl sebanyak
5 ml200 ml
x 4 g=0,1 g Kurang dari dosis lazim sekali
Karena dosis dari perhitungan diatas rendah dan kurang
memenuhi dosis lazim untuk sekali maka untuk aturan
pakainya dapat diubah menjadi 4 kali sehari 2 sendok makan
DMP 100 mg ( DL = 15 mg / 30 mg )
Dalam 200 mL OBH mengandung DMP sebanyak
200 ml300 ml
x 100 mg=66,6mg
Dalam 1 sendok makan=15 mL mengandung DMP sebanyak
15 ml200 ml
x 66,6 mg=4,99 mg
Untuk pemakaian sekali = 4,99 mg x 2 = 9,98 mg
Untuk pemakaian sehari = 9,98 mg x 4 = 39,92 mg
Persentase dosis DMP dalam sekali yaitu
9,98 mg15 mg
x100 %=66,5 %
32
Persentase dosis DMP dalam sehari yaitu
39,92mg30 mg
x100 %=133,1 %
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase
DMP dalam sehari lebih dari dosis lazim maka over dosis.
Karena over dosis, maka aturan pakainya diubah menjadi 3 kali sehari 2
sendok makan. Karena aturan pakainya diubah menjadi 3 kali sehari 2
sendok makan, maka untuk amonium chlorida perhitungan dosisnya
menjadi :
Amoni chloridum DL = 0,5 g – 1 g / 2g – 4 g
DM = -- / 10 g
Dalam 200 ml OBH mengandung NH4Cl sebanyak
200 ml300 ml
x 6 g=4 g
Dalam 1 sendok teh = 5 mL mengandung NH4Cl sebanyak
15 ml
200 mlx 4 g=0,3 g
Untuk pemakaian sekali = 0,3 g x 2 = 0,6 g
Untuk pemakaian sehari = 0,6 g x 3 = 1,8 g
Persentase dosis amonium chlorida dalam sehari yaitu
1,8 g10 g
x100 %=18 %
Jadi,untuk dosis amonium chlorida tidak mengalami over dosis
33
2.3.2. Eliksir
Menurut Farmakope Indonesia edisi III halaman 920, untuk
anak-anak yang berumur 1-5 tahun, dosis lazim Acetaminophen
dalam pemakaian sekali 50 mg / 100 mg dan dalam sehari 200
mg / 400 mg, maka menggunakan rumus Young, yaitu :
nn+12
x DM
Ket : n = Tahun
DM = Dosis maksimal
Acetaminophen 120 mg DL = 50-100/200-400 mg
Pemakaian sekali : n
n+12 x DM =
55+12
x 100 mg = 29,24
mg
Pemakaian sehari : n
n+12 x DM =
55+12
x 400 mg = 117,6
mg
Acetaminophen dalam 1 sendok teh yaitu
Pemakaian sekali : 29,460
x 120 = 58,8 mg
Pemakaian sehari :3 x 117,6
60 x 120 = 705,6 mg
Presentase dari Acetaminophen
Pemakaian sekali :58,8100
x 100% = 58,8%
34
Pemakaian sehari : 705,6400
x 100% = 176,4%
Jadi, dosis pada pemakaian sekali tidak over dosis, sedangkan
pada pemakaian sehari mengalami over dosis. Dengan demikian
Acetaminophen dapat dikurangi menjadi 60 mg
Acetaminophen dalam 1 sendok teh
Pemakaian sekali : 29,460
x 60 = 29,4 mg
Pemakaian sehari :3 x 117,6
60 x 60 = 352,8 mg
Presentase dosis Acetaminophen
Pemakaian sekali :29,4100
x 100% = 29,4%
Pemakaian sehari : 352,6400
x 100% = 88,2%
Dengan demikian, Acetaminophen tidak over dosis.