6
B A B II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Harga Jual
Menurut Halim & Supomo (1999: 97) Penentuan harga jual produk atau
jasa merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan manajemen yang
penting. Bagi manejemen, penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya
merupakan kebijaksanaan di bidang pemasaran atau bidang keuangan,
melainkan merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan
perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume
penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan
mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan.
Suatu jenis produk atau jasa yang dihasilkan oleh banyak perusahaan,
barangkali dalam penentuan harga jualnya relatif tidak banyak dijumpai masalah.
Dalam keadaan tersebut pada umumnya masing-masing perusahaan tidak dapat
secara langsung mempengaruhi tinggi-rendahnya harga jual produk atau jasa
yang dihasilkannya. Harga harga jual lebih banyak ditentukan oleh kekuatan
antara permintaan dan penawaran produk atau jasa tersebut di pasaran.
Biasanya perusahaan di bidang pertanian merupakan contoh perusahaan yang
tidak banyak menjumpai masalah dalam penentuan harga jual. Sebaliknya, bagi
perusahaan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga jual suatu
peroduk atau jasa, perusahaan akan dihadapkan pada masalah bagaimana
menentukan harga jual produk atau jasa yang dihasilkannya. Dalam jangka
panjang harga jual produk atau jasa yang ditetapkan harus mampu menutup
semua biaya perusahaan dan menghasilkan laba rugi perusahaan.
7
Penentuan harga jual produk atau jasa dapat diterapkan untuk produk baru atau
yang telah ada sebelumnya. Penentuan harga jual berasal dari harga pokok
barang tersebut, sedangkan harga pokok barang ditentukan oleh berapa besar
biaya yang dikorbankan untuk memperoleh atau membuat barang itu. Harga
berarti sesuatu bagi konsumen dan sesuatu yang lain bagi penjual. Bagi
konsumen, harga merupakan biaya atas sesuatu. Sedangkan bagi penjual, harga
adalah pendapatan dan sumber utama dari keuntungan. Harga yang ditentukan
seharusnya cukup tinggi untuk menutupi ongkos-ongkos atau lebih utama lagi
untuk memperoleh laba. Sebaliknya jika harga terlalu tinggi maka pembeli akan
berkurang, volume penjualan menurun, ongkos-ongkos total mungkin tidak dapat
ditutupi dan akhirnya perusahaan rugi. Harga dalam satuan produk merupakan
dasar untuk memperhitungkan harga jual atau penjualan.
Menurut Alma (2005: 169) harga (price) adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Kotler (2000: 296) harga adalah
satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,
elemen-elemen yang lain menghasilkan biaya.
Selanjutnya Tjiptono (2001: 151) menyatakan harga adalah satuan moneter
atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikian dan penggunaan suatu barang dan jasa. Menurut
Simamora (2000: 574) harga adalah uang yang dibebankan atau dikenakan atas
sebuah produk atau jasa.
Kemudian pengertian harga jual menurut Mulyadi (1997: 350) dalam buku
Akuntansi Manajemen “harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai
interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran dipasar”. Menurut Garisson
dan Norren (2006: 824) dalam bukunya “akuntansi manajer” mengemukakan
8
pengertian harga jual sebagai berikut “harga penjualan adalah biaya produksi
ditambahkan kepresentase mark-up atau laba.
Berdasarkan pendapat menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penentuan harga jual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
pimpinan perusahaan untuk menentukan harga jual barang dan jasa yang
diperhitungkan harus didasarkan pada biaya-biaya yang relevan, sehingga bisa
memaksimalkan laba yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
2.1.2 Tujuan Penentuan Harga Jual
Tujuan penentuan harga jual adalah untuk menentukan harga penjualan
barang tiap unit sedemikian rupa sehingga harga penjualan yang ditentukan
memberikan manfaat bagi perusahaan, warga perusahaan, pemerintah dan
masyarakat. Pada umumnya para penjual memiliki beberapa tujuan dalam
penentuan harga jual atas barang dan jasa yang dijualnya. Menurut Waluya
(2003: 79) tujuan harga barang yaitu:
1. Memaksimalkan efisiensi ekonomi
Untuk memproleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka harga harus
sama dengan biaya-biaya marginal.
2. Menutupi biaya-biaya
Untuk memperoleh kembali biaya investasi dan mampu menutupi biaya-biaya
operasi.
3. Mendistribusikan pendapatan
Harga dapat ditentukan untuk menyebarluaskan hasil produk agar semua
lapisan pembeli dapat memperoleh barang yang dibutuhkan.
4. Memperoleh penghasilan
9
Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh laba setinggi mungkin, sampai
batas sensitivitas pembeli bila harga barang lebih tinggi lagi.
Sebuah perusahaan dapat mengejar salah satu atau lebih dari 5 (lima) tujuan
utama penentuan harga jual berikut ini menurut Kotler (2000: 300), yaitu:
1. Kelangsungan hidup (survival)
Perusahaan mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika ia
menemui masalah kelebihan kapasitas, persaingan yang maikn sempit, atau
perubahan keinginan konsumen.
2. Laba berjalan maksimum (Maximum Current Porfit)
Banyak perusahaan mencoba untuk menetapkan harga yang akan
memaksimalkan laba berjalanan. Mereka memperkirakan permintaan dan
biaya yang terkait dengan berbagai pilihan harga dan memilih harga yang
mengahsilkan laba berjalan, arus kas, atau tingkat meuntungan investasi
maksimum.
3. Pendapatan berjalan maksimum (Maximum Current Revanue)
Beberapa perusahaan akan menetapkan harga untuk memaksimalkan
pendapatan penjualan. Maksimasi pendapatan hanya membutuhkan
perkiraan terhadap fungsi permintaan. Banyak manager mempercayai
bahwa maksimasi pendapatan akan mengarahkan pada maksimasi laba
jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.
4. Pertumbuhan penjualan maksimum (maximum Sales Growth)
Perusahaan yang lain ingin memaksimalkan penjualan unit. Mereka percaya
bahwa volume penjualan yang semakin tinggi akan mengarahkan pada biaya
unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang lebih tinggi. Mereka
10
menetapkan harga terendah, dengan mengganggap pasar sensitif terhadap
harga.
5. Kepemimpinan kualitas produk (Product-qualitylendership), sebuah
perusahaan mungkin ingin pemimpin kualitas produksi di pasar.
Sedangkan menurut Agipura (1999: 176) bahwa tujuan penentuan harga
jual ada 4 (empat), yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan laba maksimal
2. Mendapatkan pengambalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian
pada penjualan bersih
3. Mencegah atau mengurangi persaingan
4. Mempertahankan atau memperbaiki market share
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual
Samryn (2002: 302) menyatakan secara rinci faktor yang mempengaruhi
penentuan harga jual adalah sebagai berikut:
a. Laba yang diinginkan
Dalam kaitannya dengan jumlah laba, penentuan harga mempertimbangkan
kecukupan pengembalian modal kebutuhan akan laba untuk membayar
dividen, dan untuk ekspansi dari hasil penjualan tersebut.
b. Faktor produksi
Faktor ini mencakup realistisnya volume penjualan yang direncanakan,
kelayakan untuk menggunakan tungkat harga yang diinginkan, kaitan harga
dengan siklus produk.
11
c. Faktor biaya
Tingkat biaya tetap dan biaya variabel, efektifitas penggunaan modal,
pembebanan biaya bersama pada tiap jenis produk juga turut diperhatikan
dalam penentuan harga jual.
d. Faktor dari luar
Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah elastisitas permintaan,
target pasar, tingkat pesaing, tingkat persaingan, dan heterogenitas produk.
Sedangkan menurut Nagle dalam Kotler (2000: 305) mengidentifikasi 9
(sembilan) faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas harga jual, yaitu:
1. Pengaruh nilai unik (unique-value effect): pembeli kurang sensitive terhadap
harga bila produk semakin unik
2. Pengaruh ketertarikan/pengenalan terhadap barang subtitusi (subtitusi-
awarness effect): pembeli kurang sensitif terhadap harga bila mereka kurang
tertarik atau kurang mengenal barang subtitusi.
3. Pengaruh kesulitan perbandingan (difficult-comparison effect): pembeli
kurang sensitif terhadap harga bila mereka tidak dapat dengan mudah
membandingkan kualitas dari barang-barang substitusi.
4. Pengaruh pengeluaran total (total-expensiture effect): pembeli kurang sensitif
terhadap harga bila pengeluarannya semakin kecil dibandingkan dengan
pendapatan mereka.
5. Pengaruh manfaat akhir: pembeli kurang sensitif terhadap harga bila
pengeluaran semakin kecil bila dibandingkan dengan biaya total dari produk
akhir.
6. Pengaruh biaya bersama (shared-cost effect): pembeli kurang sensitif
terhadap harga bila sebagian biaya ditanggung oleh pihak lain.
12
7. Pengaruh investasi yang telah dilakukan (sunk-investment effect): pembeli
kurang sensitif terhadap harga beli produk tersebut digunakan dalam
hubungannyadengan asset yang telah dibeli sebelumnya.
8. Pengaruh terhadap kualitas (price-quality effect): pembeli kurang sensitif
terhadap harga bila produk tersebut dianggap memiliki kualitas yang lebih
baik.
9. Pengaruh persediaan (inventory effect): pembeli kurang sensitif terhadap
harga bila mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.
Menurut Alma dalam Yasin (2012: 14) untuk menerapkan price polices perlu
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual antara lain:
a. Apa yang akan dituju misalnya, untuk mencegah masuknya saingan maka
ditetapkan berdasarkan harga pokok ditambah laba yang tipis.
b. Penetrasi maksudnya untuk meneroboskan produk-produk baru.
2.1.4 Metode Penentuan Harga Jual
Perusahaan memecahkan persoalan penetapan harga memilih sebuah
metode penetapan harga jual barang yang memasukan satu atau lebih dari
pertimbangan-pertimbangan. Metode penetapan harga tersebut akan
menghasilkan sebuah harga tertentu.
Dengan memperhatikan 3 (tiga) hal yaitu skedul permintaan pelanggan,
fungsi biaya, dan harga pesaing. Perusahaan siap untuk menentukan harga.
Harga tersebut akan terletak diantara harga yang terlalu rendah untuk dapat
mengahasilkan laba dan terlalu tinggi untuk menghasilkan permintaan.
13
Dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode yang dapat
dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini Hidayat (2000:
74) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) metode dalam penetuan harga jual yang
dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:
1. Cost Oriented Princing
Suatu cara penentuan harga jual yang dinyatakan pada biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang dan menambahkan suatu presentase
tertentu sebagai labanya.
2. Demand Oriented princing
Suatu cara penentuan harga jual yang didasarkan pada banyaknya
permintaan. Jika permintaan naik harga pun cenderung naik, dan sebaliknya
jika permintaan turun maka harga cenderung turun, walaupun mungkin biaya
yang dikeluarkan sama saja.
3. Competition Oriented Pinrcing
Suatu cara penentuan harga yang didasarkan pada harga pesaing. Metode
ini ditetapkan agar harga jual lebih dari harga pesaing. Tingkat harga jual
dapat ditetapkan 3 (tiga) kebijakan yaitu sama, lebih rendah, atau lebih tinggi
dari harga pesaing.
2.1.5 Penentuan Harga Pokok Produksi
Banyaknya perusahaan dan industri yang bergerak dalam bidang yang
sama membuat suhu persaingan meningkat tinggi. Bagi suatu perusahaan,
memperoleh laba merupakan tujuan utama untuk kelangsungan hidup dan
kemajuan perusahaan. Untuk memperoleh laba ada tiga faktor utama untuk
kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan. Untuk memeproleh laba ada tiga
14
faktor utama di dalam perusahaan yang harus diperhatikan, yaitu jumlah barang
yang harus diproduksi, biaya per unit untuk memproduksi dan harga jual per unit
produk tersebut. Untuk mencapai laba yang optimal, salah satunya adalah
memperhatikan faktor biaya yaitu diantaranya harga pokok penjualan diupayakan
dapat ditekan seminimal mungkin. Harga pokok masih merupakan faktor yang
penting dalam pertimbangkan untuk menentapkan harga jual yang nantinya
diharapkan untuk memperoleh laba.
Perusahaan perlu menghasilkan biaya produksi sebagai dasar perhitungan
harga pokok produksi. Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan
dapat menggunakan dua metode yaitu full costing dan variabel costing. Pada
metode full costing semua biaya-biaya produksi diperhitungkan baik yang bersifat
variabel maupun bersifat tetap. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang
bersifat variabel maupun tetap sedangkan pada metode variabel costing biaya
produksi yang akan diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. Dengan
menentukan harga pokok produksi maka perusahaan dapat mengetahui biaya
produksi yang akan dikeluarkan, dan perusahaan dalam menentukan harga jual
dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk memproduksi pesanan tersebut. Menurut Mulyadi (2010: 17) cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi terdapat dua
pendekatan full costing dan variabel costing.
1. Full costing
Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
15
overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan
demikian kos produksi menurut merode full costing terdiri dari unsur biaya
produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tatap xx
Kos produksi xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsure
kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja algnsung, biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya
nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut
metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Kos produksi xx
16
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari
unsure kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel
(biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya
tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
dan umum tetap).
2.2 Penentuan Harga Target Pricing
Menurut Hongren (2008: 501) Sebuah bentuk penentuan harga berbasis
pasar adalah penentuan harga target. Harga target adalah perkiraan harga untuk
sebuah produk atau jasa yang bersedia untuk dibayar calon pelanggan.
Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipresepsi
pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk
yang bersaing itu. Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan,
melalui kontak dan interaksi dekat dengan pelanggan, biasanya merupakan
posisi terbaik untuk mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai pandangan
mereka terhadap sebuah produk. Perusahaan juga melakukan penelitian pasar
tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan dan harga bersedia mereka bayar
untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai pelanggan merupakan sebuah
aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.
Sebuah perusahaan memiliki akses yang lebih sedikit terhadap
kompetitornya. Untuk mengukur bagaimana reaksi kompetitor, sebuah
perusahaan harus memahami teknologi, produk, biaya dan kondisi keuangan
pesaing tersebut. Sebagai contoh, mengetahui teknologi dan produk pesaing
akan membantu sebuah perusahaan untuk (a) mengevaluasi bagaimana
17
bedanya produknya itu di pasar dan (b) menentukan harga yang dapat
diubahnya sebagai akibat dari perbedaan tersebut. Darimanakah sebuah
perusahaan mendapatkan informasi tentang pesaingnya? Biasanya dari para
pelanggan, pemasok, dan karyawan kompetitor tersebut. Sumber informasi lain
adalah teknik kebalikan – yaitu membongkar dan menganalisis produk pesaing
untuk menentukan rancangan dan bahan produk dan jadi mengenal teknologi
yang digunakan oleh kompetitor. Banyak perusahaan, termasuk ford, general
motors, dan PPG industries, memiliki departemen yang tugas tunggalnya adalah
menganalisis kompetitor dengan memperhatikan pertimbangan hal tersebut.
Harga target, yang dihitung dengan menggunakan informasi dari
pelanggan dan pesaing, menjadi dasar untuk menghitung biaya target. biaya
target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasional target per
unit. Penghasilan opresi target per unit adalah penghasilan operasi yang
merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau jasa
yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang perunit
atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai
penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target.
Biaya relevan apa yang harus sertakan dalam perhitungan biaya-target
adalah semua biaya mendatang, baik variabel maupun tetap, karena dalam
jangka panjang, harga dan pendapatan sebuah perusahaan harus mampu
memulihkan semua biayanya. Jika semua biaya tidak dipulihkan kembali,
alternatif terbaik perusahaan adalah menutup usahanya – sebuah tindakan yang
mengakibatkan hilangnya semua pendapatan masadepan penghematan semua
biaya mendatang, apakah itu variabel atau tetap.
18
Biaya target per unit seringkali lebih rendah daripada biaya per unit
produk yang ada. Biaya target perunit benar-benar hanya itu – sebuah target –
sesuatu yang harus dituju perusahaan. Untuk mencapai biaya target per unit dan
pendapatan operasi target per unit, perusahaan harus mengurangi biaya
pembuatan produknya. Penentuan biaya target digunakan dalam industi berbeda
diseluruh dunia.
2.3 Penentuan Harga Cost-Plus
Menurut Halim & Supomo (1999: 98) Biaya cost merupakan komponen
penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan harga jual produk atau
jasa. Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah seluruh
biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut dengan ‘markup’. Cara penentuan
harga tersebut dikenal dengan pendekatan ‘cost-plus’.
Ada tiga konsep konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual
dengan pendekatan ‘cost-plus’ tersebut, yaitu:
1. Biaya total (total cost)
2. Biaya produk (product cost)
3. Biaya variabel (variabel cost)
Menurut Halim & Supomo (1999: 98) Harga jual ditentukan dari biaya total:
biaya produksi + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum, ditambah
dengan jumlah laba yang diinginkan oleh perusahaan. Pengertian ‘markup’
menurut konsep biaya total ini adalah laba yang diinginkan (desired profit).
19
Penerapan penentuan harga jual produk atau jasa dengan menggunakan
konsep biaya total ini adalah sebagai berikut:
1) Menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri dari: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
2) Biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya pemasaran dan
biaya administrasi dan umum, hasilnya sama dengan biaya total.
3) Biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi atau dijual
untuk memperoleh angka biaya per unit.
4) Menentukan jumlah ‘markup’ atau dalam hal ini adalah jumlah laba yang
dikehendaki. Laba yang diinginkan pada umumnya dinyatakan dengan
persentase tertentu dari aktiva yang digunakan (rate of return on assets).
5) Menentukan persentase ‘markup’ dari biaya total yang dihitung dari jumlah
laba yang diinginkan dibagi dengan biaya total.
6) Persentase ‘markup’ tersebut dikalikan dengan biaya per unit untuk
memperoleh angka ‘markup’ per unit.
7) Harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit ditambah dengan ‘markup’
per unit.
Contoh
Data mengenai produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh suatu
perusahaan yang menghasilkan produk X adalah sebagai berikut:
Jumlah X yang diproduksi atai dijual 10.000 unit
Biaya variabel per unit:
− Biaya bahan baku Rp 120
− Biaya tenaga kerja 400
− Biaya overhead pabrik 60
20
− Biaya pemasaran 40
− Biaya administrasi & umum 20
Biaya tetap:
− Biaya overhead pabrik Rp 2.000.000
− Biaya pemasaran 600.000
− Biaya administrasi & umum 200.000
Laba yang dikehendaki (return) sebesar 20% dari jumlah aktiva yang
digunakan sebesar Rp 20.700.000. berdasarkan data tersebut di atas, penentuan
harga jual produk X dengan menggunakan konsep biaya total adalah sebagai
berikut:
1) Biaya produksi:
− Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120 = Rp 1.200.000
− Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400 = Rp 4.000.000
− Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60) +
Rp 2.000.000 = Rp 2.600.000
Biaya produksi Rp 7.800.000
2) Biaya total:
− Biaya produksi Rp. 7.800.000
− Biaya pemasaran (10.0000 x Rp 40) +
Rp 600.000 = Rp 1.000.000
− Biaya administrasi & umum (10.000 x Rp 20)
+ Rp 200.000 = Rp 400.000
Biaya total Rp 9.200.000
21
3) Biaya per unit = Rp 9.200.000/10.000 = Rp 920
4) Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 20.700.000 = Rp 4.140.000
5) Persentase markup = Rp 4.140.000/
Rp 9.200.000 x 100% = Rp 45%
6) Markup per unit = 45% x Rp 920 = Rp 414
7) harga jual per unit = Rp 920 + Rp 414 = Rp 1.334
Menurut Halim & Supomo (1999: 101) konsep biaya produk yang juga
disebut absorption approach, harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah
dengan markup. Pengertian markup menurut konsep biaya produk ini adalah
laba yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya administrasi dan umum.
Persentase markup dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Persentase markup = Laba dikehendaki + Biaya pemasaran + Biaya Adm. & umum
Biaya produksi
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan konsep
biaya produksi dalam penentuan harga jual, berikut ini contohnya
− Persentase markup = Rp 4.140.000 + Rp 1.000.000 + Rp 400.000
Rp 7.800.000
= 71,03%
− Harga jual per unit:
Biaya produksi per unit = Rp 7.800.000/10.000 = Rp 780
Markup per unit = 71,03% x Rp 780 = 554
Rp 1.334
22
Penentuan harga jual menurut konsep biaya produksi ini hasilnya sama
dengan harga jual yang ditentukan berdasarkan konsep biaya total yaitu sebesar
Rp 1.334 per unit.
Menurut Halim & Supomo (1999: 101) konsep biaya variabel yang juga
disebut Contribution approach. Biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya
pemasaran variabel + biaya administrasi dan umum variabel) ditambah dengan
markup. Pengertian markup dalam hal ini adalah laba yang dikehendaki
ditambah semua biaya yang bersifat tetap.
Berikut ini adalah perhitungan harga jual menurut konsep biaya variabel:
− Total biaya target:
Biaya bahan baku Rp 1.200.000
Biaya tenaga kerja 4.000.000
Biaya overhead pabrik variabel 600.000
Biaya pemasaran variabel 400.000
Biaya administrasi dan umum variabel 200.000
Rp 6.400.000
− Markup
Laba yang dikehendaki Rp 4.140.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 2.000.000
Biaya pemasaran tetap 600.000
Biaya administrasi dan umum tetap 200.000
Rp 6.940.000
23
− Persentase markup = Rp 6.940.000/Rp 6.400.000 x 100% = 108,44%
Sedangkan menurut Mulyadi (1993: 351) Cost-Plus pricing adalah
penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas
biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan
produk. Harga jual berdasarkan Cost-Plus Pricing dihitung dengan rumus seperti
yang digunakan untuk menghitung harga jual dalam keadaan normal, yaitu harga
jual = taksiran biaya penuh + laba yang diharapkan.
Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan
harga jula ini: taksiran biaya penuh dan laba diharapakan.
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan: full costing
dan vairable costing. Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh yang
dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.
Biaya bahan baku Rp xx
Biaya tenaga kerja langdung xx
Biaya overhead pabrik (variable + tetap) xx
Taksiran total biaya produksi Rp xx
Biaya administrasi dan umum Rp xx
Biaya pemasaran xx
Taksiran total biaya komersial Rp xx
Taksiran biaya penuh Rp xx
Gambar 1: Unsur Biaya Penuh Dengan Pendekatan Full Costing
24
Dalam pendekatan variable costing, taksiran biaya penuh yang dipakai
sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur seperti yang
disajikan pada Gambar 2.
Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang
diharapkan. Dalam keadaan normal, harga jual harus dapat menutup biaya
penuh dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Laba yang diharpkan
dihitung berdasarkan investasi yang dinamakan untuk menghasilkan produk atau
jasa. Untuk memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer
penentu harga jual perlu mempertimbangkan:
1. Cost of capital
2. Risiko bisnis
3. Besarnya capital employed
Biaya variable :
Biaya bahan baku Rp xx
Biaya tenaga kerja lagnsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Taksiran total biaya produksi variable Rp xx
Biaya administrasi dan umum variable Rp xx
Biaya pemasaran variable xx
Taksiran total biaya variable Rp xx
25
Biaya tetap :
Biaya overhead pabrik tetap Rp xx
Biaya administrasi dan umum tetap xx
Biaya pemasaran tetap xx
Taksiran total biaya tetap Rp xx
Taksiran biaya penuh Rp xx
Gambar 2: Unsur Biaya Penuh Dengan Pendekatan Vairable Consting
Cost Of Capital merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang
dilakukan dalam perusahaan. Besarnya cost of capital sangat dipengaruhi oleh
sumber aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan. Jika misalnya seluruh aktiva
perusahaan yang digunakan untuk berusaha dalam tahun anggaran yang akan
datang berasal dari kredit bank dengan bunga sebesar 24% per tahun,
sedangkan tarif pajak penghasilan atas laba perusahaan sebesar 35% (karena
laba kena pajaknya lebih dari Rp.50.000.000), maka effective cost capital yang
harus dibayarkan perusahaan untuk investasi adalah sebesar 15,6% {(100%-
35%) x 24%}.
Risikio bisnis Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan,
semakin besar persentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam
memperhitungkan laba yang diharapkan. Jika risiko bisnis besar, maka
persentase laba yang ditambahkan di atas cost of capital menjadi lebih besar bila
dibandingkan dengan bisnis yang berisiko rendah.
Besarnya capital employed Jumlah investasi (atau capital employed) yang
ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan
faktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan
26
dengan harga jual. Semakin besar investasi yang ditanamkan dalam
memproduksi dan memasarkan produk atau jasa, semakin besar pula laba yang
diharapkan dalam perhitungan harga jual. Data besarnya capital employed
secara kasar dapat dilihat dari jumlah aktiva yang tercantum dalam neraca awal
tahun anggaran atau taksiran rata-rata total aktiva selama tahun anggaran, untuk
perhitungan harga jual yang akan berlaku dalam tahun anggaran yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Hongren (2008: 508) Bukannya melakukan
pendekatan berbasis pasar eksternal untuk keputusan penentuan harga jangka
panjang mereka, para manajer terkadang menggunakan pendekatan berbasis
biaya. Rumus umum untuk menetapkan harga berbasis biaya menambahkan
komponen markup ke basis biaya biaya (harga pokok):
Basis biaya $ X
Komponen markup Y
Calon harga jual $ X + Y
Para manajer menggunakan rumus penentuan harga cost-plus hanya
sebagai titik awal untuk keputusan penentuan harga. Komponen markup jarang
merupakan angka yang kaku. Justru, angkanya fleksibel, bergantung pada
perilaku pelanggan dan competitor. Komponen markup pada akhirnya ditentukan
oleh pasar.
27
2.4 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2: Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Sumber: Data Olahan 2013
No Nama Judul Hasil Penelitian
1 Irianto,2010 Pegaruh Harga Jual Terhadap
Volume Penjualan
Harga jual berpengaruh terhadap volume penjualan PT. hasjrat abadi kota
gorontalo. Dengan persamaan regresi sebagai berikut : y = 10.515 +
0.776 + ε. Harga jual yang dilaksanakan secara efektif mempunyai
hubungan yang nyata terhadap volume penjualan. Hal ini dilihat dari
besarnya nilai korelasi yakni sebesar 0.720 dan koefisien determinasi
sebesar 0.519 dapat diartikan bahwa harga jual mempunyai pengaruh
sebesar 0.519 dapat diartikan bahwa harga jual mempunyai pengaruh
sebesar 51,9% dalam menentukan kenaikan volume penjualan
sedangkan sisanya sebesar 48,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak didesain dalam penelitian ini, seperti peningkatan pendapatan,
system penjualan dan lain-lain.
2 Ibrahim, 2010 Penetapan Harga Jual Dan
Peranannya Terhadap Laba
Perusahaan Pada Sinar Kumala
Meubel Kota Gorontalo
Deskripsi atas variabel yang diteliti meliputi penetapan harga jual dan laba
yang diperoleh pada sinar kumala meubel. Untuk mengetahui gambaran
secara jelas dari masing-masing variabel tersebut digunakan analisis
deskriptis atas data mengenai harga pokok dan harga jual masing-masing
produk.
Berdasarkan hasil anaisis deskriptif atas data mengenai harga pokok dan
harga jual dari masing-masing produk menunjukan bahwa penetapan
harga jual yang ada pada sinar kumala meubel dapat menghasilkan laba
dalam perusahaan.
3 Abdullah,2012 Pengaruh Perhitungan Biaya
Produksi Terhadap Harga Pokok
Produksi Pada UD. Sulama
Naga Mas Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo.
Berdasarkan analisis perhitungan biaya produksi dan harga pokok
produksi dari tahun ke tahun terlihat adanya kenaikan harga baik dalam
perhitungan biaya produksi maupun harga pokok produksi. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan harga biaya produksi dari tahun ke tahuh yang
menyebabkan juga kenaikan pokok produksi.
4 Yasin, 2012 Penerapan Penentuan Harga
Jual Pada Toko Kue Pia
Saronde Kota Gorontalo
Penentuan harga jual produk dengan menggunkan metode cost plus
pricing relative sama dengan penentuan harga jual pada toko kue pia
saronde, jika menggunakan metode cost-plus pricing pada produk pia
yakni sebesar Rp 27.000 sementara yang tidak menggunakan metode
cost-plus pricing sebesar Rp 26.250 jadi selisihnya sebesar Rp 750.
Sementara penentuan harga jual produk roti yang menggunakan metode
cost-plus pricing relative sama yakni sebesar Rp 3.900 per buah.
28
2.5 Kerangka Pemikiran
Keputusan penentuan harga adalah keputusan manajemen tentang apa
yang harus dibebankan kepada produk dan jasa. Ini merupakan keputusan
strategis yang mempengaruhi kuantitas yang diproduksi dan dijual dan,
karenanya, pendapatan dan biaya. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi,
perusahaan harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari
setiap unit tambahan melebihi biaya memproduksinya. Namun, produk biaya
dihitung dengan cara berbeda masa waktu yang berlaku dengan konteks yang
berbeda.
Ada tiga faktor pengaruh utama pada keputusan penentuan harga yaitu
pelanggan, pesaing, dan biaya. Pelanggan mempengaruhi harga melalui
pengaruh mereka pada permintaan atas suatu produk atau jasa. Perusahaan
harus selalu menguji keputusan penentuan harga melalui para pelanggan
mereka. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pelanggan menolak
produk suatu perusahaan dan memilih produk pengganti atau yang bersaing.
Pesaing tidak ada bisnis yang beroperasi dalam keadaan hampa. Perusahaan
harus selalu menyadari tindakan dari para pesaingnya. Pada satu sisi, produk
alternatif atau produk pengganti dari competitor dapat mempengaruhi permintaan
dan memaksa sebuah perusahaan untuk menurunkan harganya. Di sisi lainnya,
sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing dapat menetapkan harga yang
lebih tinggi. Saat terdapat pesaing, pengetahuan tentang teknologi si pesaing,
kapasitas pabrik, dan kebijakan operasi membuat sebuah perusahaan mampu
memperkirakan biaya pesaingnya – informasi yang berharga dalam menetapkan
harga. Biaya biaya mempengaruhi harga karena biaya mempengaruhi
penawaran. Makin rendah biaya produksi sebuah produk relatif terhadap biaya
29
yang dibayarkan pelanggan, makin besar kuantitas produk yang bersedia
ditawarkan oleh perusahaan. Para manajer yang memahami biaya produksi
suatu produk perusahaan mereka menetapkan harga produk itu menarik bagi
pelanggan yang dapat memaksimalkan penghasilan operasi perusahaan mereka.
Dalam menghitung biaya relevan untuk sebuah keputusan penentuan harga,
manajer harus mempertimbangkan biaya relevan dalam seluruh fungsi bisnis
rantai nilai dari R&D hingga pelayanan pelanggan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka perbandingan menganai biaya-
puss pricing dan target biaya terhadap penentuan harga pokok produk dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3: Perbandingan Penentuan Harga Jual Cost-Plus Pricing dan Target
Pricing
2.6 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 93), hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah
penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berangkat dari
kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
menjadi: “terdapat perbandingan antara harga jual produk melalui pendekatan
target pricing dan cost-plus pricing untuk mendapatkan laba yang diinginkan di
toko kue kota Gorontalo”.
COST-PLUSS
PRICING
TARGET
PRICING
HARGA JUAL
PRODUK
LABA
TOKO KUE
HARGA POKOK
PRODUK